peran keluarga dalam perjalanan penyakit skizofrenia

Upload: reza-sandhya

Post on 14-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peran Keluarga Dalam Perjalanan Penyakit Skizofrenia

TRANSCRIPT

  • Peran Keluarga Dalam Perjalanan Penyakit SkizofreniaPembimbing : dr Irmansyah,Sp.KJ

  • Definisi Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada pertimbangan pengaruh genetic, fisik, dan social-budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul. Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian

    PPDGJ III

  • GejalaA. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

    1. - Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda, - thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), - thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

    2. - delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, - delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, - delusion of passivity waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar, - delusion of perception: pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

  • 3. Halusinasi auditorikSuara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasienMendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara)Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

    4.Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk dari dunia lain).

  • b.Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:1)Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus,2)Arus pikiran yang terputus (break) atau atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme,3)Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor,4)Gejala-gejala negative, seperti sikap apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

  • c. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

    Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorted attitude) dan penarikan diri secara social

  • KlasifikasiF20.0 Skizofrenia ParanoidF20.1 Skizofrenia HebefrenikF20.2 Skizofrenia KatatonikF20.3 Skizofrenia Tidak TerinciF20.4 Depresi Pasca SkizofreniaF20.5 Skizofrenia ResidualF20.6 Skizofrenia SimpleksF20.8 Skizofrenia LainnyaF20.9 Skizofrenia YTT

  • Hubungan Keluarga dengan Skizofrenia

  • DefinisiKeluarga diartikan sebagai kumpulan individu yang diikat oleh perkawinan, hubungan darah atau adopsi yang tinggal bersama dalam satu keluarga (Friedman, 1998).Dua atau lebih individu yang bersama-sama diikat olah kedekatan emosi dan kepedulian sesama dan tidak terbatas pada anggota keluarga yang ada hubungan perkawinan, hubungan darah atau adopsi (Friedman,1998). Keluarga merupakan sistem yang paling dekat dengan individu dan merupakan tempat individu belajar, mengembangkan nilai, keyakinan, sikap dan perilaku (Keliat, 1995)

  • Teori tentang keluargaKonsep ikatan ganda (double bind) oleh Gregory Bateson untuk menggambarkan suatu keluarga hipotetik di mana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari orangtuanya tentang perilaku, sikap, dan perasaan anak.Theodore Lidz menggambarkan dua pola perilaku keluarga yang abnormal. Dalam satu tipe keluarga, terdapat keretakan yang menonjol antara orang tua, dan satu orang tua sangat terlalu dekat dengan anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis keluarga lain, hubungan condong antara satu orang tua melibatkan satu perjuangan tenaga antara orang tua dan menyebabkan dominasi salah satu orang tua.Lyman Wynne menggambarkan keluarga di mana ekspresi emosional ditekan oleh pemakaian konsisten komunikasi verbal yang saling mendukung secara semu (pseudomutual) atau bermusuhan secara semu (pseudohostile).

    Emosi yang diekspresikan (expressed emotion) didefinisikan sebagai kecaman, permusuhan, dan keterlibatan yang berlebihan (overinvolvement) yang dapat menandai perilaku orang tua atau pengasuh lain terhadap orang skizofrenia

  • Fungsi Keluarga1. Fungsi Afektif Setiap anggota keluarga saling mengasihi, menghargai, dan mendukung. Kepedulian dan pengertian antar anggota keluarga merupakan pemenuhan kebutuhan psikologis dalam keluarga (Hunt & Zurek, 1997) Kondisi afektif keluarga yang dapat menimbulkan kekambuhan adalah ekspresi emosi yang tinggi seperti kritik negatif, usil, permusuhan, atau terlalu mengatur (Pharoah, 2000). Penelitian yang dilakukan di rumah sakit jiwa Bogor (Maryatini, 1998) menunjukkan bahwa sikap menerima, toleransi dan mengkritik dari keluarga berhubungan dengan periode kekambuhan pasien.

  • 2. Fungsi Sosialisasi

    Proses interaksi dengan lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir setelah meninggal. Anggota keluarga belajar disiplin, budaya, norma melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. Kegagalan bersosialisasi dalam keluarga, terutama jika norma dan perilaku yang dipelajari berbeda dengan yang ada di masyarakat dapat menimbulkan kegagalan bersosialisasi di masyarakat. Pasien dengan perilaku kekerasan, mungkin mendapat penguatan yang didapat dari anggota keluarga. Peristiwa kekerasan dalam keluarga juga merupakan faktor risiko lain bagi perilaku kekerasan pasien

  • 3. Fungsi Perawatan Pasien

    Penelitian yang dilakukan dirumah sakit jiwa Lawang dan Menur (Widodo, 2000) menunjukkan bahwa 119 orang (68 %) pasien pernah berobat ke dukun, orang pintar, kiai, atau peramal sebelum dirawat di rumah sakit. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara merawat pasien. Tomczyk (1999) mengatakan ada dua terapi yang perlu dilakukan pada keluarga yaitu psikoedukasi dan terapi sistemik keluarga agar keluarga mampu merawat pasien. Keduanya bertujuan memberdayakan keluarga agar mampu merawat pasien.

  • 4. Fungsi Reproduksi

    Fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan. Belum ada penelitian tentang faktor perilaku kekerasan yang terkait dengan jumlah saudara kandung dalam keluarga.

  • 5. Fungsi Ekonomi

    Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika keluarga mempunyai kemampuan merawat pasien di rumah akan mengurangi biaya perawatan dirumah sakit. Penghasilan keluarga akan berkurang dengan adanya anggota keluarga yang sakit (tidak produktif) ditambah anggota keluarga yang harus menemani atau merawat pasien (tidak produktif). Seluruh fungsi keluarga ini akan difasilitasi dalam mendukung perawatan pasien di rumah sakit dan setelah pulang ke rumah. Perlu dikaji siapa yang utama akan memberikan perawatan kepada pasien setelah pasien pulang dari rumah sakit. Pada penelitian di rumah sakit jiwa Lawang dan Menur (Widodo, 2000) ditemukan bahwa anggota keluarga yang paling banyak merawat pasien adalah saudara kandung 62 orang (44,9 %) dan orang tua 28 orang (20,2 %).

  • Terapi Berorientasi KeluargaKeluargaadalahunitdasaryangbertanggung jawab dalam melestarikan integritas individu, yang membentuk unit. Keluarga memperluas dukungan emosional, sosial dan ekonomi untuk anggotanya.Sebuahkeluargaberfungsitinggimembantu dalam mempertahankan dimensi komunikasi, emosional dan kontrol perilaku, dan juga membantu dalam pemecahan masalah dan mengatasi perilaku para anggotanya.

  • Konsepexpressed emotion (EE)

    Mengacu pada perilaku anggota keluarga terhadap pasien dan memiliki implikasi luas dalam perjalanan dan prognosis dari kekacauan. EE secara umum didefinisikan sebagai kritik yang berlebihan dan lebih dari keterlibatan kerabat. Pasien skizofrenia telah ditemukan memiliki risiko yang lebih tinggi kambuh jika keluarga memiliki tingkat EE tinggi

  • Terapi Psikososial

    Psikoedukasi keluarga pasienKolaborasi membuat keputusanMonitoring gejala dan pengobatan,Asistensi dalam mencari pelayanan kesehatan, asuransi, dllTerapi suportif dan self help group.