perencanaan bondek

Upload: farid-dwi-atmawan

Post on 21-Feb-2018

369 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    1/39

    57

    BAB V

    PERENCANAAN STRUKTUR PELAT

    V.1 Pendahuluan

    Perencanaan struktur pelat adalah bagian utama dari studi kasus, dimana

    merencanakan (desain) struktur pelat berdasarkan perilaku pelat hasil pengujian.

    Tipe struktur yang akan di desain adalah struktur statis tertentu dan statis tak

    tentu. Pembebanan pada struktur pelat adalah beban merata. Dilakukannya model

    pembebanan seperti ini adalah mensimulasikan model pembebanan yang

    umumnya terjadi di lapangan, terutama pada struktur gedung.

    Analisis struktur pelat satu arah seperti pelat komposit beton-deck metal ini, maka

    beban merata yang bekerja pada seluruh pelat didistribusikan menjadi beban garis

    per m panjang untuk setiap 1 m lebar pelat. Kemudian pada pemodelan untuk

    struktur statis tak tentu, panjang dan kekakuan (EI) setiap bentang adalah sama.

    Hal ini karena beban dan panjang bentang dibuat dalam variabel, sehingga jika

    panjang bentang dibuat sama maka proses perhitungan menjadi lebih cepat.

    Dalam studi kasus yang dilakukan bukan studi kasus seperti terdapat suatu

    bangunan dengan beban tertentu, dan akan dilakukan cek kekuatan pelat. Namun

    dalam perencanaan pelat akan diamati pengaruh panjang bentang, perletakan, dan

    tipe struktur (struktur statis tertentu atau statis tak tentu) dalam menentukan beban

    rencana (desain). Dalam contoh perhitungan digunakan mutu beton sesuai dengan

    pengujian yaitu fc= 31,36 MPa.

    V.2 Metoda Perhitungan Dalam Desain

    Suatu struktur pelat komposit dimana deck metal terletak di bawah pelat beton,

    maka pada suatu struktur statis tak tentu deck metal tidak memikul tarik

    melainkan berada dibagian tekan. Sehingga pada kasus struktur statis tak tentu

    digunakan dua kriteria desain karena terdapat daerah momen positif dan momen

    negatif.

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    2/39

    58

    V.2.1 Desain Pada Daerah Momen Positif

    Untuk daerah momen positif desain berdasarkan perilaku pelat hasil pengujian.

    Dimana di daerah momen positif gaya tarik hanya disumbangkan oleh deck metal

    (tidak terdapatnya tulangan tambahan dan wire mash diabaikan). Dari hasil

    analisis diketahui bahwa keruntuhan pelat dipengaruhi oleh interaksi geser dan

    momen. Sehingga untuk daerah momen positif, desain menggunakan persamaan

    interaksi :

    1

    22

    n

    u

    n

    u

    V

    V

    M

    M

    (V.1)

    Nilai Mndan Vnmasing masing adalah kapasitas lentur dan geser, yang dapat

    diperoleh baik dari hasil pengujian ataupun perhitungan. Kemudian kapasitas

    lentur dan geser dikalikan dengan faktor reduksi, dimana untuk lentur faktor

    reduksi adalah 0,8 dan untuk geser digunakan 0,75. Kurva interaksi geser-momen

    yang digunakan dalam analisis adalah :

    Interaction Shear-Moment Cu rve

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

    Mu/Md

    Vu/Vn

    Gambar V.1 Kurva Interaksi Geser-Momen

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    3/39

    59

    Digunakannya model kurva interaksi parabolik adalah karena jumlah specimen uji

    sangat sedikit. Sehingga jika digunakan kurva interaksi geser-momen yang

    memiliki tiga persamaan, batas-batas dari kurva tersebut tidak dapat ditentukan.

    Berikut ini adalah metoda perhitungan pada daerah momen positif :

    1. Penentuan model struktur pelat, dimana meliputi panjang bentang,

    propertis material, dan dimensi penampang.

    2. Perhitungan reaksi perletakan untuk memperoleh persamaan gaya dalam

    (momen dan geser) di daerah momen positif. Pada persamaan momen dan

    geser akan terdapat variabel x (lokasi suatu nilai momen atau geser pada

    struktur pelat) yang diukur dari perletakan (dapat dilakukan dari arah kiri

    ataupun kanan).3.

    Subtitusi persamaan gaya dalam ke persamaan interaksi. Karena model

    pembebanan adalah beban merata sehingga persamaan interaksi

    mengandung variabel x pangkat 4, dikarenakan dalam persamaan bidang

    momen variabel x pangkat 2.

    4. Dilakukannya subtitusi adalah untuk memperoleh x saat interaksi

    mencapai maksimum (xkritis). Untuk memperoleh xkritis yaitu dengan

    menurunkan persamaan interaksi yang telah disubtitusi terhadap variabel

    x. Nilai xkritis akan diperoleh saat turunan pertama persamaan interaksi

    sama dengan nol.

    5.

    Akan diperoleh tiga (3) nilai xkritis, karena turunan persamaan interaksi

    adalah persamaan pangkat 3. Kemudian akan disubtitusikan persamaan

    xkritiskedalam persamaan interaksi.

    6.

    Karena struktur yang dianalisa mengalami beban merata, sehingga

    persamaan interaksi yang diperoleh pada langkah 5 akan mengandung

    variabel beban (q) dan panjang bentang (L).

    7.

    Karena ada tiga nilai xkritis, maka akan terdapat tiga persamaan interaksi

    yang masing masing mengandung variabel q dan L. Dengan

    mensubtitusikan persamaan interaksi sama dengan satu (1), maka akan

    diperoleh persamaan qkritis.

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    4/39

    60

    V.2.2 Desain Pada Daerah Momen Negatif

    Pada daerah momen negatif, desain menggunakan teori penampang beton

    bertulang. Hal ini karena bagian atas penampang memikul tarik, sehingga deck

    metal tidak berfungsi sebagai tulangan tarik. Dan pada daerah momen negatif,

    perilaku pelat seperti halnya perilaku pelat beton bertulang konvensional

    umumnya. Sehingga dalam desain dapat digunakan persamaan-persamaan yang

    terdapat pada peraturan beton bertulang (SNI 03-2847-2002). Berikut ini adalah

    langkah perhitungan desain dengan menggunakan peraturan beton :

    1.

    Estimasi Jumlah Tulangan Lentur

    djf

    MA

    y

    us

    ... (V.2)

    Dimana : Mu= momen akibat beban kerjafy= tegangan leleh baja tulangan

    j = 0,875

    = 0,8 (faktor reduksi lentur)

    d = 0,85h ; h = tebal pelat beton

    2.

    Cek Jumlah Tulangan Minimum

    Penampang pelat meskipun di daerah tumpuan tidak murni persegi

    panjang, dikarenakan ada bagian atas gelombang deck metal. Namun

    untuk perencanaan tulangan minimum diasumsikan penampang adalah

    persegi panjang penuh, sehingga lebih konservatif.

    Menurut peraturan struktur beton bertulang (SNI 03-2847-2002) pasal

    9.12 butir 2.1, luas tulangan minimum jika digunakan tulangan ulir

    mutu 400 MPa adalah :

    Asmin= 0,0018.b.h (V.3)

    Dimana : b = lebar pelat

    h = tebal pelat beton

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    5/39

    61

    3.

    Jarak Spasi Tulangan Dalam 1 m lebar pelat

    Persyaratan lain yang harus terpenuhi adalah jarak tulangan

    maksimum. Pasal 12 SNI 03-2847-2002 butir 6.4, jarak tulangan

    adalah :

    c

    s

    Cf

    s .5,295000

    (V.4)

    Dimana : fs= 60% fy

    Cc= Cover beton

    Namun nilai di atas tidak boleh melebihi

    sf

    252.300

    4.

    Momen Nominal Penampang

    -

    Perhitungan Luas Tulangan Dalam 1 m Lebar Pelat

    Luas tulangan dapat digunakan hasil dari perhitungan langkah 1

    dan 2. Namun agar lebih konservatif, dapat digunakan persamaan :

    bsxA

    s

    mmA

    1000 (V.5)

    Dimana : Ab= luas penampang 1 baja tulangan

    s = jarak as ke as antar tulangan

    (dapat digunakan hasil dari langkah 3 atau dapat

    diambil lebih kecil)

    - Perhitungan Tinggi Diagram Tekan Beton

    Pada perhitungan momen penampang dimana tepi bawah tertekan,

    hal yang perlu diperhatikan bahwa di tepi bawah penampang

    tidaklah rata seperti persegi karena ada deck metal yang

    penampangnya bergelombang. Untuk analisis kapasitas lentur di

    tumpuan pengaruh deck metal dalam memikul tekan diabaikan

    Gambar V.2 adalah penampang di daerah tumpuan.

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    6/39

    62

    Gambar V.2 Penampang Tumpuan

    Penampang A1:

    Gambar V.3 Daerah A1

    x1= a5

    3= 0,6.a

    A1= 105a + 0,3a2

    Penampang A2dan A3:

    Gambar V.4 Daerah A2 dan A3

    A2= A3= 185a + 0,6a2

    Penampang A4 :

    9,5 cm

    3 cm

    a

    x15 cm

    Gambar V.5 Daerah A4

    A4= 95a + 0,3a2

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    7/39

    63

    Maka luas daerah tertekan :

    A = 570a + 1,8a2

    Dari persamaan keseimbangan : H = 0 C = T, maka :

    0,85.fc.A = As.fy

    570a + 1,8a2=

    c

    ys

    f

    fA

    '.85,0

    .

    1,8a2+ 570a -

    c

    ys

    f

    fA

    '.85,0

    .= 0,

    - Momen Nominal Penampang Di Tumpuan

    Setelah diketahui a, maka momen nominal adalah :

    2.._

    adfAMystumpn

    (V.6)

    Persyaratan terpenuhi apabila Mu_tumpMn_tump

    5. Kapasitas Geser Penampang

    Untuk kapasitas geser ditumpuan tetapdigunakan kapasitas geser pelat

    komposit beton deck metal.

    V.3 Studi Kasus

    V.3.1 Struktur Pelat Dengan Perletakan Sederhana

    Studi kasus yang pertama adalah pelat di atas perletakan sederhana dengan beban

    merata seperti pada gambar V.6.

    Gambar V.6 Pelat Dengan Perletakan Sederhana

    Struktur dengan perletakan sederhana yang dibebani beban merata memiliki

    persamaan bidang momen dan geser seperti berikut :

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    8/39

    64

    2..2

    1...

    2

    1xqxLqM

    x

    xqxLqVx ....2

    1

    Jika persamaan di atas dimasukan kedalam persamaan interaksi, maka :

    1...

    21..

    21...

    21

    22

    nnV

    xqLq

    M

    xqxLq

    Dari persamaan di atas, maka dapat diketahui lokasi (nilai x) saat interaksi

    mencapai maksimum. Untuk mengetahui menentukan lokasi saat interaksi

    maksimum, maka mencari nilai x saat turunan pertama persamaan di atas adalah

    nol. Untuk perhitungan digunakan program MATHCAD yang terdapat pada

    lampiran.

    Karena turunan pertama di atas adalah polynomial pangkat 3, maka terdapat tiga

    nilai x. Dimana nilai - nilai x tersebut adalah :

    n

    nnn

    V

    MVLVLx

    222

    1

    .8...

    2

    1 ; Lx 10 (V.7)

    Lx2

    12 ; Lx 20 (V.8)

    n

    nnn

    V

    MVLVLx

    222

    3

    .8...

    2

    1 ; Lx 30 (V.9)

    Kemudian ketiga persamaan tersebut disubtitusikan ke dalam persamaan interaksi

    untuk mengetahui beban maksimum pada panjang bentang (L) tertentu.

    Perhitungan digunakan bantuan program MATHCAD yang terdapat pada

    lampiran, sehingga persamaan interaksi menjadi :

    Jika x = x1, maka persamaan interaksi adalah :

    4

    2222

    1

    .4...

    4

    1

    n

    nn

    V

    MVLqF

    ; 11F (V.10)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    9/39

    65

    Dari persamaan V.10 dapat diketahui beban kritis (qkritis) saat F1 sama

    dengan 1 :

    222

    2

    1

    .4.

    1..2

    nn

    n

    MVLVq

    (V.11)

    Jika x = x2, maka persamaan interaksi adalah :

    2

    42

    2 ..64

    1

    nM

    LqF

    ; 12 F (V.12)

    Saat F2sama dengan 1 maka persamaan beban kritis di lokasi 2 adalah :

    22

    .8

    L

    Mq n

    (V.13)

    Jika x = x3, persamaan interaksi adalah :

    4

    2222

    3

    .4...

    4

    1

    n

    nn

    V

    MVLqF

    ; 13 F (V.14)

    Karena F1= F3, maka q1= q3.

    Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui :

    Pengaruh interaksi hanya terjadi di lokasi kritis 1 dan 3, sedangkan di

    lokasi kritis 2 hanya terjadi lentur murni.

    Pada persamaan x1 dan x3dapat bernilai imaginer jika persamaan dalam

    akar bernilai negatif.

    q1adalah beban rencana berdasarkan keruntuhan interaksi, dan q2adalah

    beban rencana berdasarkan keruntuhan lentur murni.

    Keruntuhan akibat interaksi terjadi jika q1q2.

    V.3.1.1 Batasan Persamaan Lokasi Kritis 1 dan Lokasi Kritis 3

    Agar nilai x1 dan x3 tidak imajiner, maka terdapat batasan yaitu persamaan di

    dalam akar harus lebih besar atau sama dengan nol. Berikut ini adalah perhitungan

    batasan saat x1dan x3akan bernilai imajiner :

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    10/39

    66

    0.8.222 nn MVL

    222 .8. nn MVL

    2

    2

    2 .8

    n

    n

    V

    M

    L

    (V.15)

    n

    n

    V

    ML

    2.2

    Agar persamaan x1dan x3tidak imajiner, maka :n

    n

    V

    ML

    2.2

    V.3.1.2 Batasan Terjadinya Keruntuhan Interaksi Dengan Lentur Murni

    Keruntuhan interaksi akan terjadi jika q1< q2. Sedangkan keruntuhan lentur murni

    akan terjadi jika q1> q2. Dari kondisi tersebut akan diperoleh batasan terjadinya

    keruntuhan akibat interaksi :

    2222

    2 .8

    .4.

    1..2

    L

    M

    MVLV n

    nn

    n

    2

    222

    2

    .2

    .4..8

    n

    nn

    nV

    MVLML

    (V.16)

    222

    .4...

    2

    nnnn MVLMVL

    Maka keruntuhan lentur murni akan terjadi jika :

    222 .4...2

    nnn

    n

    MVLMV

    L

    (V.17)

    V.3.1.3 Contoh Perhitungan Studi Kasus 1

    Dalam contoh perhitungan ini digunakan kapasitas lentur dan geser hasil

    pengujian, yaitu saat kondisi slip maksimum. Dimana :

    Mn= 5,266 kN-m

    Vn= 8,228 kN

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    11/39

    67

    Panjang bentang yang ditinjau adalah 2,3, dan 4 m. Tabel V.1 adalah lokasi kritis

    dari masing masing panjang bentang tersebut.

    Tabel V.1 Lokasi Kritis Untuk Masing-Masing Panjang Bentang

    (Struktur Dengan Perletakan Sederhana)

    L (m) x1

    (m)

    x2

    (m)

    x3

    (m)

    2 0,575 1 1,425

    3 0,304 1,5 2,696

    4 0,217 2 3,783

    Setelah dilakukan perhitungan lokasi kritis, maka dengan mensubtitusikan nilai

    kapasitas lentur dan geser hasil pengujian ke dalam persamaan (V.11) dan (V.13)akan diperoleh beban kritis seperti pada tabel V.2.

    Tabel V.2 Beban Rencana Untuk Masing-Masing Panjang Bentang

    (Struktur Dengan Perletakan Sederhana)

    L

    (m)

    q1

    (kN/m)

    q2

    (kN/m)

    q3

    (kN/m)

    2 10,708 10,532 10,708

    3 6,065 4,681 6,065

    4 4,342 2,633 4,342

    V.3.1.4 Analisi Studi Kasus Struktur Pelat Dengan Perletakan Sederhana

    Dari contoh perhitungan studi kasus diketahui bahwa tidak terjadi nilai imajiner

    saat menentukan x1 dan x3. Kemudian diketahui bahwa keruntuhan yang terjadi

    adalah akibat lentur murni, dimana hal ini dibuktikan hasil perhitungan tabel V.2

    bahwa q2lebih menentukan daripada q1, karena nilai q2lebih kecil dari q1.

    Pembuktian Tidak Terjadinya Angka Imajiner Pada Lokasi x1dan x3

    Pembuktian dengan mensubtitusikan nilai kapasitas lentur dan geser dari

    hasil pengujian ke dalam persamaan (V.15), maka :

    228,8

    266,5.2.22.2

    n

    n

    V

    M

    1,8 m

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    12/39

    68

    Semua panjang bentang dalam contoh perhitungan lebih besar dari 1,8 m.

    Maka untuk pelat komposit beton-deck metal dengan profil deck seperti

    gambar I.1, tebal pelat beton 10 cm, dan mutu beton 31,36 MPa, akan

    terdapat tiga lokasi kritis (xkritis) jika memiliki panjang bentang lebih besar

    dari 1,8 m (L > 1,8 m).

    Pembuktian Terjadinya Lentur Murni

    Untuk membuktikan terjadinya lentur murni adalah dengan

    mensubtitusikan kapasitas lentur dan geser ke dalam persamaan (V.17)

    seperti berikut :

    222222 266,5.4228,8..266,5.228,8

    2.4...

    2 LMVLM

    Vnnn

    n

    = 0,243. 923,110.699,67.266,5 2 L

    Karena terdapat persamaan L, maka harus disubtitusikan masing masing

    nilai L seperti beriktu :

    o Jika L = 2, maka :

    0,243. 923,110.2.699,67.266,5 2 = 1,983 m

    (terbukti L = 2 m > 1,983 m)

    o Jika L = 3 m, maka :

    0,243. 923,110.3.699,67.266,5 2 = 2,635 m

    (terbukti L = 3 m > 2,635 m)

    o Jika L = 4 m, maka :

    0,243. 923,110.4.699,67.266,5 2 = 3,114 m

    (terbukti L = 4 m > 3,114 m)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    13/39

    69

    V.3.2 Struktur Pelat Dengan Satu Ujung Menerus

    Studi kasus yang kedua adalah pelat dengan satu ujung menerus / pelat di atas tiga

    perletakan dengan beban merata seperti pada gambar V.7.

    q

    EI EI

    L L

    Gambar V.7 Pelat Dengan Satu Ujung Menerus

    Perhitungan reaksi perletakan hasil analisis struktur terdapat pada lampiran.

    Gambar V.8 adalah reaksi perletakan, bidang momen dan geser.

    (a) Reaksi Perletakan

    (b) Bidang Momen

    (c) Bidang Gaya Geser

    Gambar V.8 Reaksi Perletakan, Bidang Momen dan Geser Pelat Dengan Satu Ujung Menerus

    Persamaan bidang momen dan gaya geser, dengan mengambil freebody bentang

    satu (searah x1) :

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    14/39

    70

    Mx=2

    11 ..2

    1...

    8

    3xqxLq

    Vx= 1...8

    3xqLq

    Untuk mencari panjang bentang yang hanya mengalami momen positif adalah

    mencari lokasi saat momen bernilai nol. Momen akan bernilai nol saat x 1 = 0

    (perletakan luar) dan x1 = L4

    3(dari kiri). Kemudian dengan memasukan

    persamaan geser sama dengan nol, maka diperoleh lokasi momen maksimum,

    yaitu x1= L8

    3(dari kiri).

    V.3.2.1 Metoda Desain

    Karena pada studi kasus kedua adalah struktur statis tak tentu, maka terdapat

    momen positif dan negatif. Sehingga terdapat dua metoda desain. Dimana yang

    pertama adalah desain dengan menggunakan persamaan interaksi geser-momen

    untuk daerah momen positif, dan yang kedua adalah desain dengan menggunakan

    teori pelat beton bertulang seperti yang terdapat pada peraturan beton bertulang

    (SNI 03-2847-2002) untuk daerah momen negatif.

    V.3.2.2 Desain Di Daerah Momen Positif

    Untuk daerah momen positif desain menggunakan persamaan interaksi. Karena

    struktur simetris, maka cukup hanya ditinjau satu sisi saja. Jika persamaan bidang

    momen dan geser disubtitusikan kedalam persamaan interaksi, maka :

    1...

    83..

    21...

    83

    22

    nn V

    xqLq

    M

    xqxLq

    Tiga nilai x saat turunan pertama persamaan interaksi sama dengan nol, adalah :

    n

    nnn

    V

    MVLVLx

    222

    1

    .128..9..3.

    8

    1 ; Lx 10 (V.18)

    Lx8

    32 ; Lx 20 (V.19)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    15/39

    71

    n

    nnn

    V

    MVLVLx

    222

    3

    .128..9..3.

    8

    1 ; Lx 30 (V.20)

    Jika ketiga nilai x diatas disubtitusikan kedalam persamaan interaksi maka :

    Saat x = x1, persamaan interaksi adalah :

    4

    222

    2

    1

    .64..9..

    64

    1

    n

    nn

    V

    MVLqF

    ; 11 F (V.21)

    Saat F1sama dengan 1, maka :

    222

    2

    1

    .64..9

    1..8

    nn

    n

    MVLVq

    (V.22)

    Saat x = x2, persamaan interaksi adalah :

    2

    42

    2 ..16384

    81

    nM

    LqF

    ; 12 F (V.23)

    Persamaan beban kritis adalah :

    22 .9

    .128

    L

    Mq n

    (V.24)

    Saat x = x3, persamaan interaksi adalah :

    4

    2222

    3

    .64..9..

    64

    1

    n

    nn

    V

    MVLqF

    ; 13 F (V.25)

    Karena F3= F1, maka q3= q1.

    Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui :

    Pada bentang yang terdapat momen positif, pengaruh interaksi hanya

    terjadi di lokasi kritis 1 dan 3, sedangkan di lokasi kritis 2 hanya terjadi

    lentur murni.

    Pada persamaan x1 dan x3dapat bernilai imaginer jika persamaan dalam

    akar bernilai negatif.

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    16/39

    72

    Keruntuhan akibat interaksi akan terjadi jika q1q2.

    V.3.2.3 Batasan Persamaan Lokasi Kritis 1 dan Lokasi Kritis 3 Di Daerah

    Momen Positif Pelat Dengan Satu Ujung Menerus

    Agar nilai x1 dan x3 tidak imajiner, maka terdapat batasan yaitu persamaan di

    dalam akar harus lebih besar atau sama dengan nol. Berikut ini adalah perhitungan

    batasan saat x1dan x3akan bernilai imajiner :

    0.128..9222 nn MVL

    222 .128..9nn

    MVL

    2

    2

    2

    .9

    .128

    n

    n

    V

    M

    L

    (V.26)

    n

    n

    V

    ML

    .2.

    3

    8

    Agar persamaan x1dan x3tidak imajiner, maka :n

    n

    V

    ML

    .2.

    3

    8

    V.3.2.4 Batasan Terjadinya Keruntuhan Interaksi dan Lentur Murni Di

    Daerah Momen Positif Pelat Dengan Satu Ujung MenerusKeruntuhan interaksi akan terjadi jika q1< q2. Sedangkan keruntuhan lentur murni

    akan terjadi jika q1> q2. Dari kondisi tersebut akan diperoleh batasan terjadinya

    keruntuhan akibat interaksi :

    2222

    2

    .9

    .128

    .64..9

    1..8

    L

    M

    MVLV n

    nn

    n

    2

    222

    2.64..9

    .9

    16

    n

    nn

    nV

    MVLML

    (V.27)

    222 .64..9...3

    4nnn

    n

    MVLMV

    L

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    17/39

    73

    Maka keruntuhan lentur murni akan terjadi jika :

    222.64..9..

    .3

    4nnn

    n

    MVLMV

    L

    (V.28)

    V.3.2.5 Desain Untuk Daerah Momen Negatif

    Dari persamaan bidang momen dan geser yang telah dihitung, dengan memasukan

    nilai x = L ke dalam persamaan tersebut, maka dapat diketahui persamaan momen

    dan geser di tumpuan.

    Jika x = L, maka :

    Mtump.=2

    11 ..2

    1...

    8

    3xqxLq

    = -2

    ..8

    1Lq ; (-) hanya menunjukkan arah

    Persamaan beban di tumpuan dari perhitungan momen tumpuan adalah :

    qtm= 2.8

    L

    Mtump

    (V.29)

    Untuk gaya geser adalah :

    Vmax= 1...8

    3xqLq = LqLq ...

    8

    3- Lq..

    8

    5; (-) hanya menunjukkan arah

    Persamaan beban di tumpuan dari perhitungan momen tumpuan adalah :

    qtv=L

    Vtump

    .5

    .8 (V.30)

    Walaupun terdapat dua keriteria desain, namun deck metal tetaplah menerus

    sampai di tumpuan. Maka gaya geser maksimum di tumpuan (v tump) sama dengan

    Vndari hasil pengujian atau perhitungan. Sehingga persamaan (V.31) menjadi :

    qtv=L

    Vn

    .5

    .8 (V.31)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    18/39

    74

    Beban yang direncanakan jika hanya berdasarkan kapasitas lentur di tumpuan

    dapat disesuaikan dengan jumlah tulangan yang ada. Pada studi kasus ini jika

    terdapat momen negatif, perencanaan beban di tumpuan akan berdasarkan jumlah

    tulangan minimum di tumpuan.

    V.3.2.6 Beban Rencana Tumpuan Berdasarkan Kapasitas Lenturnya Jika

    Terdapat Tulangan Minimum

    Perencanaan jumlah tulangan minimum di tumpuan adalah berdasarkan

    persyaratan SNI 03-2847-2002 seperti yang terdapat pada subbab V.2.2. Dari

    langkah 2 sampai dengan langkah 4 diperoleh :

    Jumlah Tulangan Minimum Jika fy= 400 MPa

    Asmin= 0,018.b.h

    Batasan Jarak Spasi Tulangan Maksimum

    c

    s

    Cf

    s .5,295000

    ; Cc= 20 mm , fs= 0,6fy= 240 MPa

    = 20.5,2240

    95000 = 345,833 mm

    Namun tidak boleh melebihi

    sf

    252.300 = 315 mm

    Dalam 1 m Lebar Pelat Akan Terdapat Luas Tulangan :

    bs xAs

    mmA

    1000 ; Ab= luas 1 baja tulangan (mm

    2)

    =2

    ..25,0315

    1000tul

    Dxmm

    = 2,493.Dtul2

    Perhitungan selanjutnya adalah kapasitas lentur tumpuan berdasarkan luastulangan yang telah dihitung di atas. Kapasitas lentur di tumpuan :

    2.._

    adfAM

    ystumpn

    = 2,493.Dtul2.fy.

    2.85,0

    ah

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    19/39

    75

    Variabel a dapat diperoleh dari langkah perhitungan nomor 4 pada subbab 2.2,

    dimana diperoleh nilai a adalah :

    a = 6,3

    '.85,0

    ..4324900570

    c

    ys

    f

    fA

    =6,3

    '

    ..117,21324900570

    2

    c

    ytul

    f

    fD

    Dimana jika terdapat suatu model deck yang berbeda, maka variabel a dapat

    dihitung dengan langkah perhitungan yang sama seperti pada subbab 2.2. Maka

    dengan mensubtitusikan variable a kedalam persamaan momen, momen ultimate

    tumpuan adalah :

    tumpnM _ ytulc

    ytulfD

    f

    fDh ..

    '

    ..117,21324900.277,0891,157.695,1

    2

    2

    Setelah dari perhitungan kapasitas lentur, maka persamaan (V.29) menjadi :

    qtm= 2

    2

    2

    ..'

    ..117,21324900.216,2128,1263.56,13

    L

    fDf

    fDh

    ytulc

    ytul

    (V.33)

    V.3.2.7 Batasan Penentuan Beban Rencana Di Tumpuan

    Pada daerah momen negatif, akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui

    batasan penentuan beban rencana.

    Kapasitas geser tumpuan akan lebih menentukan jika q tv< qtm, maka :

    L

    Vn

    .5

    .8 qtm, maka :

    n

    ytul

    c

    ytul

    V

    fDf

    fDh

    L

    ..'

    ..117,21324900.385,1455,789.475,8

    2

    2

    (V.35)

    V.3.2.8 Beban Rencana Untuk Struktur Pelat Dengan Satu Ujung MenerusKarena struktur statis tak tentu, maka perencanaan beban harus diperhatikan

    berdasarkan kapasitas lapangan dan tumpuan.Dimana terdapat empat (4) kondisi

    seperti berikut ini :

    Beban Desain, Jika Di Daerah Momen Positif Keruntuhan Interaksi

    Menentukan (q1< q2), Dan Di Daerah Momen Negatif Kapasitas Geser

    Menentukan (qtv

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    21/39

    77

    Beban Desain, Jika Di Daerah Momen Positif Keruntuhan Lentur Murni

    Menentukan (q2< q1), Dan Di Daerah Momen Negatif Kapasitas Geser

    Menentukan (qtv

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    22/39

    78

    222

    2

    .64..9..'

    ..117,21324900.277,0891,157.695,1. nny

    c

    ytul

    n

    tul MVLff

    fDh

    V

    DL

    (V.40)

    Kapasitas tumpuan menentukan jika :

    222

    2

    .64..9..'

    ..117,21324900.277,0891,157.695,1. nny

    c

    ytul

    n

    tul MVLff

    fDh

    V

    DL

    (V.41)

    Beban Desain, Jika Di Daerah Momen Positif Keruntuhan Lentur Murni

    Menentukan (q2< q1), Dan Di Daerah Momen Negatif Kapasitas Lentur

    Menentukan (qtm

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    23/39

    79

    V.3.2.9 Contoh Perhitungan Studi Kasus 2

    Seperti pada studi kasus 1, dalam contoh perhitungan ini digunakan kapasitas

    lentur dan geser hasil pengujian, yaitu :

    Mn= 5,266 kN-m

    Vn= 8,228 kN

    fy= 400 MPa (tulangan tumpuan)

    1. Daerah Momen Positif

    Struktur di atas tiga perletakan dengan masing masing panjang bentang

    adalah 2,3, dan 4 m. Tabel V.3 adalah lokasi kritis dari masing masing

    panjang bentang tersebut.

    Tabel V.3 Lokasi Kritis Untuk Masing Masing Panjang Satu Bentang

    (Struktur Pelat Dengan Satu Ujung Menerus)

    L (m) x1

    (m)

    x2

    (m)

    x3

    (m)

    2 imaginer 0,75 imaginer

    3 0,457 1,125 1,793

    4 0,304 1,5 2,696

    Dengan mensubtitusikan nilai kapasitas lentur dan geser hasil pengujian kedalam persamaan (V.22) dan (V.24) akan diperoleh beban kritis seperti

    pada tabel V.4.

    Tabel V.4 Beban Rencana Berdasarkan Tinjauan Di Daerah Momen Positif Untuk Masing

    Masing Panjang Satu Bentang (Struktur Pelat Dengan Satu Ujung Menerus)

    L

    (m)

    q1

    (kN/m)

    q2

    (kN/m)

    q3

    (kN/m)

    2 - 18,724 -

    3 8,893 8,322 8,893

    4 6,065 4,681 6,065

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    24/39

    80

    2.

    Daerah Momen Negatif

    Untuk perhitungan beban di tumpuan (daerah momen negatif), adalah

    diambil nilai terkecil antara beban berdasarkan kapasitas lentur tumpuan

    atau beban berdasarkan kapasitas geser tumpuan. Metoda perhitungan

    seperti yang terdapat pada subbab V.2.2. Tabel V.5 adalah hasil

    perhitungan.

    Tabel V.5 Beban Rencana Berdasarkan Kapasitas Di Tumpuan

    (Struktur Pelat Dengan Satu Ujung Menerus)

    Panjang Satu Bentang, L (m) 2 3 4

    Prop.Material & Penampang

    f'c(MPa) 31,36fy(MPa) 400

    h (mm) 100

    b (mm) 1000

    cover (mm) 20

    Tulangan Pakai

    Dtulangan(mm) 13

    Asmin(mm2) 180

    s (mm) 436,332

    smax(mm) 315

    s pakai (mm) 315

    Perhitungan Momen Kapasitas

    Mtump(kN-m) 10,735

    Perhitungan Beban Berdasarkan Momen

    qtm(kN/m)21,47 9,542 5,368

    Perhitungan Kapasitas Geser

    Vn(kN) 8,228

    Perhitungan Beban Berdasarkan Geser

    qtv(kN/m)6,582 4,388 3,291

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    25/39

    81

    V.3.2.10Analisis Studi Kasus Struktur Pelat Dengan Satu Ujung Menerus

    Berikut ini akan dilakukan beberapa analisis dari contoh perhitungan :

    Pembuktian Terjadinya Angka Imajiner Pada Lokasi x1dan x3

    Pembuktian dengan mensubtitusikan nilai kapasitas lentur dan geser dari

    hasil pengujian ke dalam persamaan (V.26), maka :

    228,8

    266,5.2.

    3

    8.2.

    3

    8

    n

    n

    V

    M

    = 2,4 m

    Maka untuk struktur pelat komposit beton-deck metal di atas tiga

    perletakan dengan profil deck seperti gambar I.1, tebal pelat beton 10 cm,

    dan mutu beton 31,36 MPa, hanya akan terdapat 1 lokasi kritis (xkritis) jika

    masing - masing panjang bentang lebih kecil dari 2,4 m. Terbukti akan

    terjadi nilai imaginer jika masing - masing panjang bentang 2 m. Dan dari

    nilai imaginer dapat diartikan bahwa lokasi x di luar batas L yang

    ditentukan.

    Pembuktian Terjadinya Lentur Murni Pada Daerah Momen Positif

    Untuk membuktikan terjadinya lentur murni pada daerah momen positif

    adalah dengan mensubtitusikan kapasitas lentur dan geser ke dalam

    persamaan (V.27) atau (V.28) seperti berikut :

    222222 266,5.64228,8..9.266,5.228,8.3

    4.64..9..

    .3

    4 LMVLM

    Vnnn

    n

    = 768,1774.299,609.266,5.162,02 L

    Karena terdapat persamaan L, maka harus disubtitusikan masing masing

    nilai L seperti berikut :o Jika L = 2, maka :

    768,1774.2.299,609.266,5.162,02 = 1,886 m

    (terbukti L = 2 m > 1,886 m)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    26/39

    82

    o Jika L = 3 m, maka :

    768,1774.3.299,609.266,5.162,02 = 2,901 m

    (terbukti L = 3 m > 2,901 m)

    o

    Jika L = 4 m, maka :

    768,1774.4.299,609.266,5.162,0 2 = 3,513 m

    (terbukti L = 4 m > 3,513 m)

    Pembuktian Beban Di Tumpuan Berdasarkan Kapasitas Geser Tumpuan

    Digunakan persamaan (V.34) atau (V.35), maka :

    n

    ytul

    c

    ytul

    V

    fDf

    fDh

    ..'

    ..117,21324900.385,1455,789.475,8

    2

    2

    6,5 m

    Terbukti jika L yang digunakan dalam contoh perhitungan lebih kecil dari

    6,5 m, maka di tumpuan (daerah momen negatif) ditentukan oleh kapasitas

    geser.

    Pembuktian Beban Rencana Struktur Pelat Berdasarkan Kapasitas Di

    Daerah Momen Negatif

    Diketahui di daerah tumpuan yang menentukan adalah kapasitas geser,

    sedangkan di daerah momen positif adalah lentur murni, maka dengan

    persamaan (V.39) :

    n

    n

    V

    ML

    9

    80 = 5,688 m

    Beban rencana ditentukan oleh kapasitas di daerah tumpuan karena L

    dalam contoh perhitungan kurang dari 5,688 m.

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    27/39

    83

    V.3.3 Struktur Pelat Menerus

    Studi kasus yang ketiga adalah struktur pelat menerus dengan beban merata

    seperti pada gambar V.9.

    Gambar V.9 Struktur Pelat Menerus

    Dari hasil analisis struktur diperoleh rekasi perletakan, bidang momen dan geser.

    (a)

    (b)

    (c)

    Gambar V.10 Reaksi Perletakan, Bidang Momen dan Geser Struktur Pelat Menerus

    Persamaan bidang momen dan gaya geser untuk exterior spandimana peninjauan

    dapat dilakukan baik pada arah x1maupun x3:

    Mx=2

    11 ..2

    1...

    5

    2xqxLq

    Vx= 1...5

    2xqLq

    Lokasi nilai momen nol adalah saat x1= L54

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    28/39

    84

    Sehingga panjang bentang luar yang terdapat momen positif saja L5

    4 .

    Persamaan bidang momen dan gaya geser untuk interior spandimana peninjauan

    dilakukan pada arah x2:

    Mx=2

    2

    2

    2 ..10

    1...

    2

    1..

    2

    1LqxLqxq

    Vx= 2...2

    1xqLq

    Lokasi nilai momen nol adalah saat x2= L276,0 dan x2= L724,0

    Maka daerah momen positif pada interior spanadalah sepanjang 0,448L.

    V.3.3.1 Metoda Desain

    Seperti pada studi kasus kedua, dimana digunakan metoda untuk daerah momen

    positif dan momen negatif. Pada studi kasus ketiga, peninjauan dilakukan untuk

    bentang luar dan bentang tengah.

    V.3.3.2 Desain Pelat Bentang Luar (Exterior Span)

    Karena bentang luar kiri dan kanan simetris, memiliki kekakuan yang sama, dan

    metoda pembebanan yang sama, maka cukup ditinjau bentang luar di sisi kiri.

    Pada bentang luar di sisi kiri, maka momen akan nol di lokasi x 1= 0 dan x1 =

    L5

    4 (dari kiri). Jika persamaan bidang momen dan geser disubtitusikan ke dalam

    persamaan interaksi maka :

    1...

    52..

    21...

    52

    22

    nnV

    xqLq

    M

    xqxLq

    Persamaan x saat turunan pertama persamaan di atas sama dengan nol adalah :

    n

    nnn

    VMVLVLx

    222

    1.50..4..2.

    51 ; Lx 10 (V.44)

    Lx5

    22 ; Lx 20 (V.45)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    29/39

    85

    n

    nnn

    V

    MVLVLx

    222

    3

    .50..4..2.

    5

    1 ; Lx 30 (V.46)

    Jika persamaan di atas di subtitusikan ke dalam persamaan interaksi maka :

    Saat x = x1, persamaan interaksi adalah :

    4

    2222

    1

    .25..4..

    25

    1

    n

    nn

    V

    MVLqF

    ; 11 F (V.47)

    Saat F1sama dengan 1, maka :

    222

    2

    1

    .25..4

    1..5

    nn

    n

    MVLVq

    (V.48)

    Saat x = x2, persamaan interaksi adalah :

    2

    42

    2 ..625

    4

    nM

    LqF

    ; 12 F (V.49)

    Persamaan beban kritis :

    22 .2

    .25

    L

    Mq n

    (V.50)

    Saat x = x3, persamaan interaksi adalah :

    4

    2222

    3

    .25..4..

    25

    1

    n

    nn

    V

    MVLqF

    ; 13 F (V.51)

    Maka q3= q1.

    Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui :

    Pada bentang yang terdapat momen positif, pengaruh interaksi hanya

    terjadi di lokasi kritis 1 dan 3, sedangkan di lokasi kritis 2 hanya terjadi

    lentur murni.

    Pada persamaan x1 dan x3dapat bernilai imaginer jika persamaan dalam

    akar bernilai negatif.

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    30/39

    86

    Keruntuhan akibat interaksi akan terjadi jika q1q2.

    V.3.3.3 Batasan Persamaan Lokasi Kritis 1 dan Lokasi Kritis 3 Di Daerah

    Momen Positif Bentang Luar Pelat Menerus

    Agar nilai x1 dan x3 tidak imajiner, maka terdapat batasan yaitu persamaan di

    dalam akar harus lebih besar atau sama dengan nol. Berikut ini adalah perhitungan

    batasan saat x1dan x3akan bernilai imajiner :

    0.50..4222 nn MVL

    222 .50..4nn

    MVL

    2

    2

    2

    .4

    .50

    n

    n

    V

    M

    L

    (V.52)

    n

    n

    V

    ML

    .2.

    2

    5

    Agar persamaan x1dan x3tidak imajiner, maka :n

    n

    V

    ML

    .2.

    2

    5

    V.3.3.4 Batasan Terjadinya Keruntuhan Interaksi dan Lentur Murni Di

    Daerah Momen Positif Bentang Luar Pelat Menerus

    Keruntuhan interaksi akan terjadi jika q1< q2. Sedangkan keruntuhan lentur murni

    akan terjadi jika q1> q2. Dari kondisi tersebut akan diperoleh batasan terjadinya

    keruntuhan akibat interaksi :

    2222

    2

    .2

    .25

    .25..4

    1..5

    L

    M

    MVLV n

    nn

    n

    2

    222

    2.25..4

    .

    2

    5

    n

    nn

    n

    V

    MVLML

    (V.53)

    222 .25..4..2

    5.

    1nnn

    n

    MVLMV

    L

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    31/39

    87

    Maka keruntuhan lentur murni akan terjadi jika :

    222 .25..4..2

    5.

    1nnn

    n

    MVLMV

    L

    (V.54)

    V.3.3.5 Desain Pelat Bentang Dalam (Interior Span)

    Pada bentang dalam maka momen akan bernilai nol di lokasi x2= L276,0 dan

    saat x2 = L724,0 , dan daerah momen positif bentang dalam hanya sepanjang

    0,448L. Dalam menentukan beban desain struktur pelat menerus yang memiliki

    tiga bentang, analisis cukup hanya berdasarkan bentang luar saja. Hal ini karena

    bentang luar akan mencapai batas kapasitasnya saat bentang dalam belum

    mencapai batas kapasitasnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang membuktikan :

    Jika x = 0,276L disubtitusikan ke dalam persamaan bidang geser untuk

    bentang dalam, maka V = 0,224.q.L

    Jika x = L2

    1 disubtitusikan ke dalam persamaan bidang lentur untuk

    bentang dalam, maka M =40

    .2

    Lq= 0,025.q.L

    2

    Untuk bentang luar yang terdapat daerah momen positif, maka besarnya momen

    positif maksimum, M = 2..25

    2Lq = 0,08.q.L

    2. Untuk bentang luar geser akan

    maksimum saat momen nol, maka gaya geser, V = 0,4.q.L. Terbukti dengan beban

    dan panjang masing masing bentang sama, maka bentang luar akan mencapai

    keruntuhan terlebih dahulu.

    V.3.3.6 Desain Untuk Daerah Momen Negatif

    Untuk perhitungan momen dan geser di tumpuan, dapat digunakan persamaan

    momen dan geser bentang luar. Dari persamaan dengan memasukan nilai x = L,

    maka dapat diketahui persamaan momen dan geser di tumpuan.

    Mtump.=2

    11 ..2

    1...

    5

    2xqxLq = 2..

    10

    1Lq ; (-) hanya menunjukkan arah

    Persamaan beban di tumpuan dari perhitungan momen tumpuan adalah :

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    32/39

    88

    qtm= 2.10

    L

    Mtump

    (V.55)

    Untuk gaya geser adalah :

    Vtump= 1...5

    2xqLq = Lq..5

    3

    ; (-) hanya menunjukkan arah

    Persamaan beban di tumpuan dari perhitungan geser tumpuan adalah :

    qtv=L

    Vtump

    .3

    .5 (V.56)

    Karena deck metal menerus sampai di tumpuan, maka gaya geser maksimum di

    tumpuan (vtump) sama dengan Vndari hasil pengujian atau perhitungan. Sehingga

    persamaan (V.48) menjadi :

    qtv=L

    Vn

    .3

    .5 (V.57)

    Dari subbab V.3.2.6 diketahui bahwa :

    tumpnM _ ytulc

    ytulfD

    f

    fDh ..

    '

    ..117,21324900.277,0891,157.695,1

    2

    2

    Maka beban rencana berdasarkan kapasitas momen tumpuan adalah :

    2

    2

    2

    ..'

    ..117,21324900.77,291,1578.95,16

    L

    fDf

    fDh

    q

    ytul

    c

    ytul

    tm

    (V.58)

    V.3.3.7 Batasan Penentuan Beban Rencana Di Tumpuan

    Pada daerah momen negatif, akan dilakukan perhitungan untuk mengetahui

    batasan penentuan beban rencana. Jika kapasitas geser tumpuan lebih menentukan

    (qtv< qtm), maka :

    2

    2

    2

    ..'

    ..117,21324900.77,291,1578.95,16

    .3

    .5

    L

    fDf

    fDh

    L

    Vytul

    c

    ytul

    n

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    33/39

    89

    n

    ytul

    c

    ytul

    V

    fDf

    fDh

    L

    ..'

    ..117,21324900.662,1346,947.17,10

    2

    2

    (V.59)

    Kapasitas lentur tumpuan menentukan :

    n

    ytul

    c

    ytul

    V

    fDf

    fDh

    L

    ..'

    ..117,21324900.662,1346,947.17,10

    2

    2

    (V.60)

    V.3.3.8 Beban Rencana Untuk Struktur Pelat MenerusKarena struktur statis tak tentu, maka perencanaan beban harus diperhatikan

    berdasarkan kapasitas lapangan dan tumpuan.

    Beban Desain, Jika Di Daerah Momen Positif Keruntuhan Interaksi

    Menentukan (q1< q2), Dan Di Daerah Momen Negatif Kapasitas Geser

    Menentukan (qtv

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    34/39

    90

    Beban Desain, Jika Di Daerah Momen Positif Keruntuhan Lentur Murni

    Menentukan (q2< q1), Dan Di Daerah Momen Negatif Kapasitas Geser

    Menentukan (qtv

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    35/39

    91

    222

    2

    .25..4..'

    ..117,21324900.554,0782,315.39,3. nny

    c

    ytul

    n

    tul MVLff

    fDh

    V

    DL

    (V.65)

    Daerah momen negatif dapat menentukan jika :

    222

    2

    .25..4..'

    ..117,21324900.554,0782,315.39,3.

    nny

    c

    ytul

    n

    tul MVLff

    fDh

    V

    DL

    (V.66)

    Beban Desain, Jika Di Daerah Momen Positif Keruntuhan Lentur Murni

    Menentukan (q2< q1), Dan Di Daerah Momen Negatif Kapasitas Lentur

    Menentukan (qtm

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    36/39

    92

    V.3.3.9 Contoh Perhitungan Studi Kasus 3

    Seperti pada studi kasus sebelumnya, dalam contoh perhitungan ini digunakan

    kapasitas lentur dan geser hasil pengujian, yaitu :

    Mn= 5,266 kN-m

    Vn= 8,228 kN

    1.

    Daerah Momen Positif

    Struktur pelat menerus (2 bentang luar, 1 bentang tengah), dimana

    perhitungan akan dilakukan untuk struktur saat semua bentang memiliki

    panjang 2,3, dan 4 m. Tabel V.6 adalah lokasi kritis dari masing masing

    panjang bentang tersebut.

    Tabel V.6 Lokasi Kritis Bentang Luar Saat Setiap Bentang Struktur Pelat Memiliki

    Panjang 2, 3, dan 4 m (Struktur Pelat Menerus)

    L (m) x1

    (m)

    x2

    (m)

    x3

    (m)

    2 imaginer 0,8 imaginer

    3 0,412 1,2 1,988

    4 0,281 1,6 2,919

    Dengan mensubtitusikan nilai kapasitas lentur dan geser hasil pengujian kedalam persamaan (V.40) dan (V.42) akan diperoleh beban kritis seperti

    pada tabel V.7.

    Tabel V.7 Beban Rencana Berdasarkan Tinjauan Daerah Momen Positif Bentang

    Luar Saat Setiap Bentang Struktur Pelat Memiliki Panjang 2,3, dan 4 m

    (Struktur Pelat Menerus)

    L

    (m)

    q1

    (kN/m)

    q2

    (kN/m)

    q3

    (kN/m)

    2 - 16,456 -

    3 8,106 7,314 8,106

    4 5,611 4,114 5,611

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    37/39

    93

    2.

    Daerah Momen Negatif

    Untuk perhitungan beban di tumpuan (daerah momen negatif), adalah

    diambil nilai terkecil antara beban berdasarkan kapasitas lentur tumpuan

    atau beban berdasarkan kapasitas geser tumpuan. Metoda perhitungan

    seperti yang terdapat pada subbab V.2.2. Tabel V.8 adalah hasil

    perhitungan.

    Tabel V.8 Beban Rencana Berdasarkan Kapasitas Di Tumpuan

    (Struktur Pelat Menerus)

    Panjang Satu Bentang, L (m) 2 3 4

    Prop.Material & Penampang

    f'c(MPa) 31,36fy(MPa) 400

    h (mm) 100

    b (mm) 1000

    cover (mm) 20

    Tulangan Pakai

    Dtulangan(mm) 13

    Asmin(mm2) 180

    s (mm) 436,332

    smax(mm) 315

    s pakai (mm) 315

    Perhitungan Momen Kapasitas

    Mtump(kN-m) 10,735

    Perhitungan Beban Berdasarkan Momen

    qtm(kN/m)26,838 11,928 6,709

    Perhitungan Kapasitas Geser

    Vn(kN) 8,228

    Perhitungan Beban Berdasarkan Geser

    qtv(kN/m)6,857 4,571 3,428

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    38/39

    94

    V.3.3.10 Analisi Studi Kasus Struktur Pelat Menerus

    Berikut ini akan dilakukan beberapa analisis dari contoh perhitungan studi kasus

    pelat menerus :

    Pembuktian Terjadinya Angka Imajiner Pada Lokasi x1dan x3

    Pembuktian dengan mensubtitusikan nilai kapasitas lentur dan geser dari

    hasil pengujian ke dalam persamaan (V.26), maka :

    228,8

    266,5.2.

    2

    5.2.

    2

    5

    n

    n

    V

    M

    = 2,263 m

    Maka untuk struktur pelat komposit beton-deck metal di atas empat

    perletakan dengan profil deck seperti gambar I.1, tebal pelat beton 10 cm,

    dan mutu beton 31,36 MPa, hanya akan terdapat 1 lokasi kritis (xkritis) jikamasing - masing panjang bentang lebih kecil dari 2,263 m. Terbukti akan

    terjadi nilai imaginer jika masing - masing panjang bentang 2 m. Dan nilai

    imaginer dapat diartikan bahwa lokasi x di luar batas L yang ditentukan.

    Pembuktian Terjadinya Lentur Murni Pada Daerah Momen Positif

    Untuk membuktikan terjadinya lentur murni pada daerah momen positif

    adalah dengan mensubtitusikan kapasitas lentur dan geser ke dalam

    persamaan (V.53) atau (V.54) seperti berikut :

    222222 266,5.25228,8..4.266,5.2

    5.

    228,8

    1.25..4..

    2

    5.

    1 LMVLM

    Vnnn

    n

    = 269,693..799,270.165,13.122,02 L

    Karena terdapat persamaan L, maka harus disubtitusikan masing masing

    nilai L seperti berikut :

    o

    Jika L = 2, maka :

    269,693.2.799,270.165,13.122,02 = 1,967 m

    (terbukti L = 2 m > 1,967 m)

  • 7/24/2019 perencanaan bondek

    39/39

    95

    o Jika L = 3 m, maka :

    269,693.3.799,270.165,13.122,0 2 = 2,861 m

    (terbukti L = 3 m > 2,861 m)

    o Jika L = 4 m, maka :

    269,693.4.799,270.165,13.122,02 = 3,438 m

    (terbukti L = 4 m > 3,438 m)

    Pembuktian Beban Tumpuan Berdasarkan Kapasitas Geser Tumpuan

    Digunakan persamaan (V.59) atau (V.60), maka :

    n

    ytul

    c

    ytul

    V

    fDf

    fDh

    L

    ..'

    ..117,21324900.662,1346,947.17,10

    22

    8 m

    Karena L yang digunakan dalam contoh perhitungan lebih kecil dari 8 m,

    maka terbukti beban rencana di tumpuan (daerah momen negatif) lebih di

    tentukan oleh kapasitas gesernya.

    Pembuktian Beban Rencana Berdasarkan Kapasitas Di Daerah Momen

    Negatif

    Diketahui di daerah tumpuan yang menentukan adalah kapasitas geser,

    sedangkan di daerah momen positif adalah lentur murni, maka dengan

    persamaan (V.64) :

    n

    n

    V

    ML

    2

    15 = 4,8 m

    Beban rencana berdasarkan kapasitas di daerah momen negatif karena Lyang digunakan dalam contoh perhitungan kurang dari 4,8 m.