ppt pbl 2 - trauma kepala

Upload: lusy-novitasari

Post on 09-Oct-2015

160 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PPT PBL 2 - Trauma Kepala

TRANSCRIPT

PowerPoint Presentation

BLOK EMERGENSISKENARIO 2 - TRAUMA KEPALAA-4

Ketua: Lusy Novitasari1102011144Sekretaris: Anna Rizky Amelia1102011031Anggota: Anggraeni Ayu1102011028 Caesaredo Derza Polasa1102011062 Farizky Baskoro1102011100 Fatimah Alia1102011102 Fatimah Zahra1102011101 Fazelia Berlianthi1102011103 Lusy Cristi1102011143 Luthfia Rozanah1102011145

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi2014-2015

TRAUMA KEPALA

Seorang laki-laki, 18 tahun, dibawa ke UGD RS dalam keadaan tidak sadar setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 4 jam yang lalu. Ia mengendarai motor tanpa menggunakan helm, lalu tertabrak mobil, kemudian terpental dan jatuh. Menurut pengantar saat ia jatuh pingsan, kemudian sempat sadar sekitar setengah jam, dan muntah-muntah disertai darah dan kembali tidak sadar. Pasien mengalami perdarahan hidung dan telinga sisi kanan.

Tanda vital:Airway: terdengar bunyi snoringBreathing: frekuensi napas terderngar 12x/menitCirculation: tekanan darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi 50x/menitRegion wajahTrauma didaerah sepertiga tengah wajah, pada pemeriksaan terlihat adanya cerebrospinal rhinorrhea, mobillitas maxilla, krepitasi, dan maloklusi dari gigi.Status neurologisGCS E1 M3 V1 pupil: bulat, anisokor, diameter 3mm/5mm, RCL +/- RCTL +/-, kesan hemiparesis sinistra, reflex patologis babinsky -/+.

Sasaran Belajar

L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan Trauma KepalaL.O. 1.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Trauma KepalaL.O. 1.2. Memahami dan Mempelajari Etiologi Trauma KepalaL.O. 1.3. Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Trauma KepalaL.O. 1.4. Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Trauma KepalaL.O. 1.5. Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinik Trauma KepalaL.O. 1.6. Memahami dan Mempelajari Diagnosis dan Diagnosis Banding Trauma KepalaL.O. 1.7. Memahami dan Mempelajari Tatalaksana Trauma KepalaL.O. 1.8. Memahami dan Mempelajari Komplikasi Trauma KepalaL.O. 1.9. Memahami dan Mempelajari Prognosis Trauma Kepala

L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Intra CranialL.O. 2.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Perdarahan Intra CranialL.O. 2.2. Memahami dan Mempelajari Epidural HematomaL.O. 2.3. Memahami dan Mempelajari Subdural HematomaL.O. 2.4. Memahami dan Mempelajari Intraserebral Hematoma

L.I. 3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Basis CraniiL.O. 3.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Fraktur Basis CraniiL.O. 3.2. Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Fraktur Basis CraniiL.O. 3.3. Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Fraktur Basis CraniiL.O. 3.4. Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinik Fraktur Basis CraniiL.O. 3.5. Memahami dan Mempelajari Daignosis dan Diagnosis Banding Fraktur Basis CraniiL.O. 3.6. Memahami dan Mempelajari Tatalaksana Fraktur Basis CraniiL.O. 3.7. Memahami dan Mempelajari Komplikasi Fraktur Basis CraniiL.O. 3.8. Memahami dan Mempelajari Prognosis Fraktur Basis Cranii

L.I. 4. Memahami dan Menjelaskan Respons Chushing.

L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan Trauma Kepala

L.O. 1.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Trauma KepalaMenurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rut land-Brown, Thomas, 2006).

L.O. 1.2. Memahami dan Mempelajari Etiologi Trauma KepalaTrauma primer: Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung (akselerasi dan deselerasi)Trauma sekunder: Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.Trauma akibat persalinanKecelakaan, kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil, kecelakaan pada saat olahraga.JatuhCedera akibat kekerasan.

L.O. 1.3. Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Trauma KepalaCedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua:Trauma kepala tertutup : fragmen-fragmen tengkorak yang masih intake pada kepala setelah luka.Trauma kepala terbuka : luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater.

Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dikelompokkan menjadi dua yaitu :Cedera kepala tumpul : Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh/pukulan benda tumpul.Cedera tembus : Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan.

Berdasarkan morfologi cedera kepala:Luka pada kepala:Laserasi kulit kepala

Luka memar (kontusio)Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan.

Abrasi Luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak.

Avulsi Apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas, tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan.

Fraktur tulang kepalaFraktur linierFraktur dengan bentuk garis tunggalFraktur diastasisJenis fraktur yang terjadi pada sutura tulang tengkorak yang menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang kepala. Fraktur kominutifJenis fraktur tulang kepala yang memiliki lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.Fraktur impresiDapat menyebabkan penekanan atau laserasi pada durameter dan jaringan otak.Fraktur basis cranii

Klasifikasi TK berdasarkan keadaan patologis dan tampilan klinisnya.TK PrimerTK primer merupakan efek langsung trauma pada fungsi otak, dimana kerusakan neurologis langsung disebabkan oleh suatu benda/serpihan tulang yang menembus/merobek jaringan otak karena efek percepatan-perlambatan (Lombardo, 1995). TK SekunderPenyebab sistemik (hipotensi, hipoksia, hipertermi, hiponatremia).Penyebab intrakranial (TIK meningkat, hematom, edema, kejang, vasospasme dan infeksi).

Klasifikasi berdasarkan pemeriksaan klinisBerdasarkan gangguan kesadarannya (berdasarkan Glasgow Coma Scale + GCS) dikelompokkkan menjadi :Cedera kepala ringan (Head Injury Grade I)GCS : 13-15 bisa disertai disorientasi, amnesia, sakit kepala, mual, muntah.Cedera kepala sedang (Head Injury Grade II)GCS : 9-12 atau lebih dari 12 tetapi disertai kelainan neurologis fokal. Disini pasien masih bisa mengikuti/menuruti perintah sederhana.Cedera kepala berat.GCS : 8 atau kurang (penderita koma), dengan atau tanpa disertai gangguan fungsi batang otak.

L.O. 1.4. Memahami dan Mempelajari Patofisiologi Trauma KepalaPada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio.

Lesi kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio coup, di seberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat lesi.

Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma.

Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (countrecoup).

Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya merusak otak dan timbul beberapa menit atau jam setelah cedera awal.

L.O. 1.5. Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinik Trauma Kepala1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih2. Kebingungan3. Iritabel4. Pucat5. Mual dan muntah6. Pusing7. Nyeri kepala hebat8. Terdapat hematoma9. Kecemasan10. Sukar untuk dibangunkanBila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

L.O. 1.6. Memahami dan Mempelajari Diagnosis Trauma Kepalaa. Pemeriksaan kesadaran Pemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS < 9 : pasien koma dan cedera kepala berat GCS 9 13 : cedera kepala sedang GCS > 13 : cedera kepala ringan

b. Pemeriksaan pupilPerbedaan diameter antara dua pupil yang lebih besar dari 1 mm adalah abnormal. Pupil yang terfiksir untuk dilatasi menunjukkan adanya penekanan terhadap saraf okulomotor ipsilateral.

c. Pemeriksaan neurologisPemeriksaan neurologis dilaksanakan terhadap saraf kranial dan saraf perifer.

d. Pemeriksaan scalp atau tengkorakScalp harus diperiksa untuk laserasi, pembengkakan, dan memar. Pemeriksaan tengkorak dilakukan untuk menemukan fraktur yang bisa diduga dengan nyeri, pembengkakan, dan memar.

Diagnosis penunjang :a. X-ray tengkorakX-Ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan tidak ada (State of Colorado Department ofLabor and Employment, 2006).

b. CT-scanPemeriksaan CT scan tidak sensitif untuk lesi di batang otak karena kecilnya struktur area yang cedera dan dekatnya struktur tersebut dengan tulang di sekitarnya.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI mampu menunjukkan lesi di substantia alba dan batang otak yang sering luput pada pemeriksaan CT Scan.

L.O. 1.7. Memahami dan Mempelajari Tatalaksana Trauma Kepala

I. CEDERA KEPALA RINGAN (GCS = 14 15 )Obat anti nyeri non narkotikToksoid pada luka terbukaPenderita dapat diobservasi selama 12 24 jam di Rumah Sakit

II. CEDERA KEPALA SEDANG ( GCS = 9 13 )Tindakan di UGD :Anamnese singkat.Stabilisasi kardiopulmoner dengan segera sebelum pemeriksaan neulorogis.Pemeriksaan CT scan.Penderita harus dirawat untuk diobservasi.Penderita dapat dipulangkan setelah dirawat bila :Status neulologis membaik.CT. scan berikutnya tidak ditemukan adanya lesi masa yang memerlukan pembedahan.Penderita jatuh pada keadaan koma, penatalaksanaanya sama dengan CK. Berat. Airway harus tetap diperhatikan dan dijaga kelancarannya

III. CEDERA KEPALA BERAT ( GCS 3 8 )A. Primary survey dan resusitasi1. Airway dan breathingSering terjadi gangguan henti nafas sementara, penyebab kematian karena terjadi apnoe yang berlangsung lama. Intubasi endotracheal tindakan penting pada penatalaksanaan penderita cedera kepala berat dengan memberikan oksigen 100 %. 2. SirkulasiNormalkan tekanan darah bila terjadi hypotensi.Hypotensi petunjuk adanya kehilangan darah yang cukup berat pada kasus multiple truama, trauma medula spinalis, contusio jantung/tamponade jantung dan tension pneumothorax.Saat mencari penyebab hypotensi, lakukan resusitasi cairan untuk mengganti cairan yang hilang.UGS / lavase peritoneal diagnostik untuk menentukan adanya akut abdomen.

B. Seconady SurveyPenderita cedera kepala perlu konsultasi pada dokter ahli lain.

C. Pemeriksaan Neurologis Dilakukan segera setelah status cardiovascular penderita stabil, pemeriksaan terdiri dari :GCS.Reflek cahaya pupil.Gerakan bola mata.Tes kalori dan Reflek kornea oleh ahli bedah syaraf.Sangat penting melakukan pemeriksaan minineurilogis sebelum penderita dilakukan sedasi atau paralisisTidak dianjurkan penggunaan obat paralisis yang jangka panjangGunakan morfin dengan dosis kecil ( 4 6 mg ) IVLakukan pemijitan pada kuku atau papila mame untuk memperoleh respon motorik, bila timbul respon motorik yang bervariasi, nilai repon motorik yang terbaikCatat respon terbaik / terburuk untuk mengetahui perkembangan penderitaCatat respon motorik dari extremitas kanan dan kiri secara terpisahCatat nilai GCS dan reaksi pupil untuk mendeteksi kestabilan atau perburukan pasien.TERAPY MEDIKAMENTOSA UNTUK TRAUMA KEPALAA. Cairan IntravenaCairan intra vena diberikan secukupnya untuk resusitasi penderita agar tetap normovolemik. Cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah NaCl o,9 % atau Rl.

B. HyperventilasiPertahankan level PCo2 pada 25 30 mmHg bila TIK tinggi.

C. ManitolDosis 1 gram/kg BB bolus IV. Indikasi penderita koma yang semula reaksi cahaya pupilnya normal, kemudian terjadi dilatasi pupil dengan atau tanpa hemiparesis

D. FurosemidDiberikan bersamaan dengan manitol untuk menurunkan TIK dan akan meningkatkan diuresis. Dosis 0,3 0,5 mg/kg BB IV.

E. Steroid

F. BarbituratBermanfaat untuk menurunkan TIK.

G. Anticonvulasan

PENATALAKSANAAN PEMBEDAHANA. Luka Kulit kepalaPenyebab infeksi adalah pencucian luka dan debridement yang tidak adekuatPerdarahan dapat dihentikan dengan penekanan langsung, kauteraisasi atau ligasi pembuluh besar dan penjahitan luka.

B. Fractur depresi tengkorakTindakan operatif apabila tebal depresi lebih besar dari ketebalan tulang di dekatnya.CT Scan dapat menggambarkan beratnya depresi dan ada tidaknya perdarahan di intra kranial atau adanya suatu kontusio.

C. Lesi masa IntrakranialTrepanasi dapat dilakukan apabila perdarahan intra kranial dapat mengancam jiwa dan untuk mencegah kematian. L.O. 1.8. Memahami dan Mempelajari Komplikasi Trauma KepalaKerusakan saraf cranial (anosmia, gangguan visual, oftalmoplegi, paresis fasialis, gangguan auditorik).Disfasia.Hemiparesis.Sindrom Pasca TK/ Post Concussional Syndrome.Fistula karotika-kavernosus.Epilepsi post trauma.Infeksi dan fistula LCS.Pneumonia aspirasiGangguan Faal Hepar dapat mengakibatkan Gagal Hepar (Hepatic Failure).Gangguan Faal Ginjal dapat mengakibatkan Gagal Ginjal (Renal Failure).Gangguan Faal Kelenjar Hypophyse ( mis.Diabetes Insipidus).Gangguan Faal Sistim Kardiovaskular.Gangguan Hemostasis.

L.O. 1.9. Memahami dan Mempelajari Prognosis Trauma Kepala Menurut King & Bewes (2001), prognosis TK buruk jika pada pemeriksaan ditemukan pupil midriasis dan tidak ada respon E, V, M dengan rangsangan apapun. Menurut Fauzi (2002), faktor yang memperjelek prognosis adalah terlambatnya penanganan awal/resusitasi, transportasi yang lambat, dikirim ke RS yang tidak memadai, terlambat dilakukan tindakan pembedahan dan disertai trauma multipel yang lain.

L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Intra Cranial

L.O. 2.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Perdarahan Intra CranialPerdarahan intrakranial adalah perdarahan (patologis) yang terjadi di dalam kranium, yang mungkin ekstradural, subdural, subaraknoid, atau serebral (parenkimatosa). Perdarahan intrakranial dapat terjadi pada semua umur dan juga akibat trauma kepala seperti kapitis,tumor otak dan lain-lain.

L.O. 2.2. Memahami dan Mempelajari Epidural HematomEtiologiTrauma kepalaSobekan a/v meningea medianRuptur sinus sagitalis / sinus tranversumRuptur v diplorica

KlasifikasiBerdasarkan kronologisnya hematom epidural diklasifikasikan menjadi:Akut : ditentukan diagnosisnya waktu 24 jam pertama setelah traumaSubakut : ditentukan diagnosisnya antara 24 jam 7 hariKronis : ditentukan diagnosisnya hari ke 7

Gejala klinis hematom epidural terdiri dari tria gejala;Interval lusid (interval bebas)HemiparesisAnisokor pupil

TerapiTrepanasi kraniotomi, evakuasi hematomKraniotomi-evakuasi hematom

L.O. 2.3. Memahami dan Mempelajari Subdural Hematoma EtiologiTrauma kepala.Malformasi arteriovenosa.Diskrasia darah.Terapi antikoagulan

KlasifikasiA. Perdarahan akutGejala yang timbul segera hingga berjam - jam setelah trauma. Perdarahan dapat kurang dari 5 mm tebalnya tetapi melebar luas.Pada gambaran skening tomografinya, didapatkan lesi hiperdens.B. Perdarahan sub akutBerkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar 2 - 14 hari sesudah trauma. Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di sekitarnya.Pada gambaran skening tomografinya didapatkan lesi isodens atau hipodens.

C. Perdarahan kronikBiasanya terjadi setelah 14 hari setelah trauma bahkan bisa lebih. Perdarahan kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam waktu berminggu- minggu ataupun bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah. Pada gambaran skening tomografinya didapatkan lesi hipodens

PatofisiologiVena cortical menuju dura atau sinus dural pecahdan mengalami memar atau laserasi, adalah lokasi umum terjadinya perdarahan.Hal ini sangat berhubungan dengan comtusio serebral dan oedem otak. CT Scan menunjukkan effect massa dan pergeseran garis tengah dalam exsess dari ketebalan hematom yamg berhubungan dengan trauma otak.

Gejala klinisGejala klinisnya sangat bervariasi dari tingkat yang ringan (sakit kepala) sampai penutunan kesadaran.

TerapiTindakan terapi pada kasus kasus ini adalah kraniotomi evakuasi hematom secepatnya dengan irigasi via burr-hole.

L.O. 2.4. Memahami dan Mempelajari Intraserebral Hematom

EtiologiTrauma kepala.Hipertensi.Malformasi arteriovenosa.AneurismeTerapi antikoagulanDiskrasia darah

KlasifikasiHematom supra tentoral.Hematom serbeller.Hematom pons-batang otak.

PatofisiologiHematom intraserebral biasanta 80%-90% berlokasi di frontotemporal atau di daerah ganglia basalis, dan kerap disertai dengan lesi neuronal primer lainnya serta fraktur kalvaria.

Gejala klinisKlinis penderita tidak begitu khas dan sering (30%-50%) tetap sadar, mirip dengan hematom ekstra aksial lainnya. Manifestasi klinis pada puncaknya tampak setelah 2-4 hari pasca cedera, namun dengan adanya scan computer tomografi otakdiagnosanya dapat ditegakkan lebih cepat.

Kriteria diagnosis hematom supra tentorialNyeri kepala mendadakPenurunan tingkat kesadaran dalam waktu 24-48 jam.Tanda fokal yang mungkin terjadi ; hemiparesis / hemiplegi, hemisensorik, hemi anopsia homonym, parese nervus iii.

Kriteria diagnosis hematom serebeller ; nyeri kepala akut, penurunan kesadaran, ataksia, tanda tanda peninggian tekanan intracranial

Kriteria diagnosis hematom pons batang otak: penurunan kesadaran koma, tetraparesa, respirasi irregular, pupil pint point, pireksia, gerakan mata diskonjugat.

Terapia. KonservatifBila perdarahan lebih dari 30 cc supratentorialBila perdarahan kurang dari 15 cc celebellerBila perdarahan pons batang otak.

b. PembedahanKraniotomi.Bila perdarahan supratentorial lebih dari 30 cc dengan effek massa.Bila perdarahan cerebeller lebih dari 15 cc dengan effek massa.L.I. 3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Basis Cranii

L.O. 3.1. Memahami dan Mempelajari Definisi Fraktur Basis CraniiFraktur basis cranii adalah fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater. Fraktur basis cranii paling sering terjadi pada dua lokasi anatomi tertentu yaitu regio temporal dan regio occipital condylar.

L.O. 3.2. Memahami dan Mempelajari Klasifikasi Fraktur Basis Cranii1. Fraktur Temporal, dijumpai pada 75% dari semua fraktur basis cranii. A. Fraktur longitudinal Terjadi pada regio temporoparietal dan melibatkan bagian squamousa pada os temporal, dinding superior dari canalis acusticus externus dan tegmen timpani. Fraktur longitudinal merupakan yang paling umum dari tiga suptipe (70-90%).

B. Fraktur transversal Dimulai dari foramen magnum dan memperpanjang melalui cochlea dan labyrinth, berakhir pada fossa cranial media (5-30%).

C. Fraktur mixed Memiliki unsur unsur dari kedua fraktur longitudinal dan transversal.

2. Fraktur condylar occipital, adalah hasil dari trauma tumpul energi tinggi dengan kompresi aksial, lateral bending, atau cedera rotational pada pada ligamentum Alar.

3. Fraktur clivus, digambarkan sebagai akibat ruda paksa energi tinggi dalam kecelakaan kendaraan bermotor.

Jenis fraktur lain pada tulang tengkorak yang mungkin terjadi yaitu :A. Fraktur linear yang paling sering terjadi merupakan fraktur tanpa pergeseran, dan umumnya tidak diperlukan intervensi.B. Fraktur depresi terjadi bila fragmen tulang terdorong kedalam dengan atau tanpa kerusakan pada scalp. C. Fraktur diastatik terjadi di sepanjang sutura dan biasanya terjadi pada neonatus dan bayi yang suturanya belum menyatu. D. Fraktur basis merupakan yang paling serius dan melibatkan tulang-tulang dasar tengkorak dengan komplikasi rhinorrhea dan otorrhea cairan serebrospinal (Cerebrospinal Fluid).

L.O. 3.3. Memahami dan Mempelajari Manifestasi Klinik Fraktur Basis Cranii

Gambaran klinis dari fraktur basis cranii yaitu hemotimpanum, ekimosis periorbita (racoon eyes), ekimosis retroauricular (Battles sign), dan kebocoran cairan serebrospinal (dapat diidentifikasi dari kandungan glukosanya) dari telinga dan hidung. Parese nervus cranialis (nervus I, II, III, IV, VII dan VIII dalam berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.

L.O. 3.4. Memahami dan Mempelajari Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur Basis CraniiAlasan kecurigaan adanya suatu fraktur cranium atau cedera penetrasi antara lain : Keluar cairan jernih (CSF) dari hidung Keluar darah atau cairan jernih dari telinga Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata (panda eyes) Adanya luka memar di belakang telinga (Battles sign) Adanya ketulian unilateral yang baru terjadi Luka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak.

PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan darah rutin, dan pemberian tetanus toxoid (yang sesuai seperti pada fraktur terbuka tulang tengkorak)

b. Pemeriksaan RadiologiFoto rontgenCT SCANMRI

c. Pemeriksaan Penunjang Lainhalo atau ring sign

DIAGNOSA BANDINGEchimosis periorbita (racoon eyes) dapat disebabkan oleh trauma langsung seperti kontusio fasial atau blow-out fracture dimana terjadi fraktur pada tulang-tulang yang membentuk dasar orbita (arcus os zygomaticus, fraktur Le Fort tipe II atau III, dan fraktur dinding medial atau sekeliling orbital). Rhinorrhea dan otorrhea selain akibat fraktur basis cranii juga bisa diakibatkan oleh : Kongenital Ablasi tumor atau hidrosefalus Penyakit-penyakit kronis atau infeksi Tindakan bedah

L.O. 3.6. Memahami dan Mempelajari Tatalaksana Fraktur Basis CraniiA Airway Pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal hingga diyakini tidak ada cederaB Breathing Penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteriC Circulation Penilaian kemungkinan kehilangan darah, pengawasan secara rutin tekanan darah pulsasi nadi, pemasangan IV lineD Dysfunction of CNS Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale) secara rutinE Exposure Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari depan dan belakang.

L.O. 3.7. Memahami dan Mempelajari Komplikasi Fraktur Basis CraniiParalisis otot-otot fasialis dan rantai tulang-tulang pendengaranSindrom Vernet atau sindrom foramen jugular adalah fraktur basis cranii yang terkait dengan gangguan nervus IX, X, and XI: kesulitan phonation dan aspirasi dan paralisis otot-otot pita suara, pallatum molle (curtain sign), konstriktor faringeal superior, sternocleidomastoideus, dan trapezius.Sindrom Collet-Sicard adalah fraktur condyler occipital yang juga berdampak terhadap nervus IX, X, XI, dan XII.

4. cushing