presentasi kasus tifoid 2

Upload: hennyhasyyati

Post on 27-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I. LATAR BELAKANG

    Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan

    penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.1 Diperkirakan hampir

    lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki.

    nsiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan !," # ",7 perseribu penderita pertahun. !

    $ejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin

    bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan inark miokard

    mengakibatkan perbaikan harapan hidup penderita dengan penurunan ungsi jantung. "

    Gagal jantung susah dikenali se&ara klinis, karena beragamnya keadaan klinis serta tidak

    spesiik serta hanya sedikit tanda # tanda klinis pada tahap awal penyakit. 'erkembangan

    terkini memungkinkan untuk mengenali gagal jantung se&ara dini serta perkembangan

    pengobatan yang memeperbaiki gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka perawatan,

    memperlambat progresiitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup."

    Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang se&ara &epat (biasanya dalam

    beberapa hari) yang menyebabkan a*otemia yang berkembang &epat. +aju iltrasi

    glomerulus yang menurun dengan &epat menyebabkan kada kreatinin serum meningkatsebanyak ,5 mgdlhari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 1mgdlhari dalam

    beberapa hari. /0 biasanya disertai oleh oligouria.

    Di negara berkembang, kasus demam tioid dilaporkan sebagai penyakit endemis

    dimana 5% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-

    !5 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di ndonesia kasus ini tersebar

    se&ara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan "521.

    penduduktahun dan di daerah perkotaan 731. penduduktahun atau sekitar

    3. dan 1.5 juta kasus per tahun. mur penderita yang terkena di ndonesia

    dilaporkan antara "-1 tahun pada 1% kasus, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun.

    ingginya pre6alensi kejadian demam tioid di ndonesia membuat penulis membahas

    presentasi kasus mengenai demam tioid pada pasien penyakit dalam di /umah akit

    k. dr.$ Gani 'alembang.

    1

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    2/19

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    8ama 9 n. $

    mur 9 37 tahun

    :enis $elamin 9 +aki-+aki

    lamat 9 ;ukit

    'endidikan 9 D"

    'ekerjaan 9 'ensiun

    gama 9 slam

    tatus 9

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    3/19

    ebelum keluhan utama terjadi pasien mengaku memakan jengkol sebanyak kurang

    lebih 1 buah.

    Riwayat Penyait Dahulu :

    'asien belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, Riwayat

    diabetes mellitus (-), hipertensi (-), asma (-), riwayat alergi disangkal

    oleh pasien, belum pernah mengalami sakit berat apalagi hingga

    dirawat di rumah sakit sebelumnya.

    Riwayat Penyait Kelua!"a :

    Pada anggota keluarga didapati ayah pasien memiliki sakit jantung dan

    telah meninggal dunia karena sakit jantung. Kakak pasien memiliki penyakit

    tekanan darah tinggi.

    Riwayat S#$ial %an E#n#mi :

    'asien mengaku seorang pensiunan karyawan swasta, pasien mengaku makan teratur

    dan jarang melakukan olahraga. 'asien memiliki riwayat merokok saat muda kurang

    lebih 1 bungkus sehari, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan sebelumnya.

    III. PEMERIKSAAN &ISIK

    $eadaan umum 9 ampak sakit sedang

    $esadaran 9 $ompos mentis (G? 15)

    ekanan Darah 9 1!2 'ernapasan 9 " = menit

    8adi 9 =menit uhu 9 "7,!?

    ;erat badan 9 7 kg

    inggi badan 9 17 &m

    tatus Gi*i 9 ;aik

    Statu$ Inte!na

    $epala 8ormoseali, tidak ada tanda trauma atau benjolan. /ambut hitam, tidak

    mudah di&abut.

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    4/19

    dengan tepi hiperemis coated tongue. Gigi geligi normal dan tidak ada

    karies. Gusi tidak berdarah.

    +eher idak tampak adanya luka maupun benjolan. idak teraba adanya pembesaran

    kelenjar getah bening. terdapat peningkatan :B'.

    oraks nspeksi9 'ada keadaan statis dada terlihat simetris kanan dan kiri, padapergerakandinamis dinding dada terlihat simetris kanan dan kiri, tidak ada

    yang tertinggal, terdapat retraksi inter&ostal dan supra&la6ikular, terdapat

    penggunaan otot pernapasan tambahan. 'ulsasi i&htus kordis terlihat.

    'alpasi9 0remitus raba sama kuat kanan dan kiri. &htus kordis teraba.

    'erkusi9 'ada lapangan paru didapatkan bunyi sonor. ;atas paru # hati

    didapatkan pada ? 7 sebelah kanan.

    $atas %antung&

    $atas atas & 'nisura ostalis spae 2 parasternal kiri

    $atas bawah & 'nisura ostalis spae

    $atas kanan & '*+ linea parasternal kanan

    $atas kiri & '*+ linea midlaikula kiri

    uskultasi9 ;unyi paru 6esikuler @@, ronki @@-, whee*ing --.

    ;unyi jantung 1, ! murni.

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    5/19

    I'. PEMERIKSAAN PENUN(ANG

    !asil aboratorium (2 /oember 2516)

    !ematologi

    "es !asil +atuan /ilai /ormal

    7arah engkap

    !emoglobin 12, gdl 12 8 1

    !ematokrit # 9 45,55 - 62,55

    eukosit 11.4 15:#;l #,

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    6/19

    !. ndansetron 2 mg !=1

    De=anta syr "=1

    ohobion 1=1

    'III. PROGNOSIS

    d 6itam 9 dubia ad bonam

    d un&tionam 9 dubia ad bonam

    d sanationamEEEE 9 dubia ad bonam

    I). &OLLO* UP

    +,--/0+1 +2--/0+1 +3--/0+1 /0--/0+1 /+--/0+1

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    7/19

    S: Demam, pusing,lemas, nyeri ulu hati,

    mual, muntah (-),belum ;;

    O: ku 9 tampaksakit sedang, ? dan almonella paratyphi ?> sebesar 1"!. Halaupun uji serologi

    Hidal untuk menunjang diagnosis demam typhoid telah luas digunakan namun

    manaatnya masih menjadi perdebatan karena spesiisitas dan sensiti6itasnya rendah.

    Aasil biakan darah yang positi memastikan demam tioid, akan tetapi hasil

    negati tidak menyingkirkan demam tioid, karena mungkin disebabkan oleh hal-hal

    sebagai berikut 9

    1. elah mendapat terapi antibiotik. ;ila pasien sebelum dilakukan kultur darah

    telah mendapat antibioti&, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat

    dan hasil mungkin negati.

    !. Bolume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 && darah). ;ila darah

    yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan bisa negati. Darah yang diambil

    sebaiknya se&ara bedside langsung dimasukkan ke dalam media &air empedu

    (o=gall) untuk pertumbuhan kuman". /iwayat 6aksinasi. Baksinasi dimasa lampau menimbulkan antibodi dalam

    darah pasien. ntibodi (aglutinin) ini dapat menekan bakteremia hingga

    biakan darah dapat negati.4. aat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat agglutinin semakin

    meningkat.

    'ada pasien telah diperiksa uji Hidal namun sekarang sudah kurang dipakai

    karena ndonesia merupakan negara yang endemik demam tioid. palagi pada pasien

    baru diperiksa Hidal satu kali. eharusnya satu minggu kemudian diperiksa lagi apakah

    ada kenaikan titer 4= lipat. 'ada prinsipnya pemeriksaan Hidal menggunakan reaksi

    16

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    16/19

    aglutinasi yang terjadi bila serum penderita di&ampur dengan suspensi antigen

    Salmonella typhi.'emeriksaan disebut positi apabila terjadi reaksi aglutinasi.

    ujuan uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita

    tersangka demam tioid yaitu 9

    a) agglutinin > (dari tubuh kuman)b) agglutinin A (lagella kuman)

    &) agglutinin Bi (simpai kuman)

    Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin > dan A yang digunakan untuk

    diagnosis demam tioid. emakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terineksi

    kuman ini. 'embentukan agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam,

    kemudian meningkat se&ara &epat dan men&apai pun&ak pada minggu keempat dan tetap

    tinggi selama beberapa minggu. 'ada ase akut mula-mula timbul agglutinin >, kemudian

    diikuti dengan agglutinin A. 'ada orang yang telah sembuh agglutinin > masih tetapdijumpai setelah 4-3 bulan, setelah agglutinin A menetap lebih lama antara -1! bulan.

    ekurang-kurangnya diperlukan dua bahan serum, yang diperoleh dengan selang

    waktu 7-1 hari, untuk membuktikan adanya kenaikan titer antibody. erum yang tidak

    dikenal dien&erkan berturut-turut (dua kali lipat) lalu dites terhadap antigen almonella.

    Aasilnya ditasirkan sebagai berikut 9

    1) iter > yang tinggi atu kenaikan titer > (I 1 9 13) menunjukkan adanya

    ineksi akti.

    !) iter A yang tinggi (I 1 9 13) menunjukkan bahwa penderita itu pernah

    di6aksinasi atau pernah terkena ineksi.") iter Bi yang tinggi terdapat pada beberapa pembawa bakteri

    da beberapa aktor yang mempengaruhi uji widal yaitu 9

    1) 'engobatan dini dengan antibiotik

    !) Gangguan pembentukan antibodk dan pemberian kortikosteroid

    ") Haktu pengambilan darah4) Daerah endemik atau non endemik

    5) /iwayat 6aksinasi

    3) /eaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer agglutinin pada ineksi bukan

    demam tioid akibat demam tioid masa lalu atau 6aksinasi

    7) 0aktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang dan

    strain almonella yang digunakan untuk suspense antigen.

    ntuk mendukung diagnosis yang diperlukan ialah titer *at anti tehadap antigen

    >. titer yang bernilai 113 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progresi

    1

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    17/19

    diperlukan untuk membuat diagnosis. iter tersebut men&apai pun&aknya bersamaan

    dengan penyembuhan penderita dan bertahan hingga 4-3 bulan. iter terhadap antigen A

    tidak diperlukan untuk diagnosis karena tetap bertahan hingga -1! bulan setelah

    mendapat imunisasi atau penderita telah lama sembuh. 'emeriksaan widal tidak selalu

    positi walaupun penderita sungguh-sungguh menderita demam tioid.

    aran pemeriksaan tambahan untuk kasus ini adalah pemeriksaan gG anti-

    almonella, kultur mikroorganisme dari spesimen darah, uji resitensi dan sensiti6itas obat

    untuk menentukan pemilihan obat yang &o&ok bagi pasien, namun karena menunggu

    hasilnya lama maka pengobatan tetap dimulai sesuai protokol yang ada.

    ampai saat ini penatalaksanaan demam tioid masih menganut trilogi

    penatalaksanaan demam tioid yaitu istirahat dan perawatan, diet dan pemberian terapi

    penunjang (simtomatik dan suporti), serta pemberian antimikroba. Demikian juga

    penatalaksanaan terhadap pasien ini. 'emberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein

    ($') rendah serat adalah yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita

    namun tidak memperburuk kondisi usus. ebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk

    men&egah perdarahan dan perorasi. Diet untuk penderita demam tioid, basanya

    diklasiikasikan atas diet &air, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.

    'enderita harus mendapat &airan yang &ukup, baik se&ara oral maupun parenteral.

    ?airan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan

    kesadaran serta yang sulit makan. ?airan harus mengandung elektrolit dan kalori yang

    optimal. 'anas yang merupakan gejala utama pada tioid dapat diberi antipiretik. ;ila

    mungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah 'ara&etamol

    dengan dosis 1 mgkgkali minum, sedapat mungkin untuk menghindari aspirin dan

    turunannya karena mempunyai eek mengiritasi saluran &erna dengan keadaan saluran

    &erna yang masih rentan kemungkinan untuk diperberat keadaannya sangatlah mungkin.

    ndansetron 2 mg "=1 B, obat ini bekerja

    menghambat reseptor 5A" yang menghambat kemoreseptor trigger *one langsung pada

    pusat mual dan muntah.

    ntibioti& yang diberikan pada pasien ini adalah ?eopera*one ntra6ena. >bat ini

    adalah golongan ealosporin generasi ketiga (?etria=one, ?eota=im, ?ei=ime),

    merupakan pilihan ketiga namun eektiitasnya setara atau bahkan lebih dari

    1

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    18/19

    ?hlorampheni&ol dan ?otrimo=a*ole serta lebih sensiti6e terhadap almonella typhi.

    ?etria=one merupakan prototipnya dengan dosis 1 mgkghari Bdibagi dalam 1-!

    dosis (maksimal 4 gramhari) selama 5-7 hari. tau dapat diberikan &eota=im 15-!

    mgkghari dibagi dalam "-4 dosis. ;ila mampu untuk sediaan 'er oral dapat diberikan

    ?ei=ime 1-15 mgkghari selama 1 hari. 'ada demam tioid berat kasus berat seperti

    delirium, stupor, koma sampai syok dapat diberikan kortikosteroid B (de=ametasone) "

    mgkg dalam " menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mgkg tiap 3 jam sampai 42 jam.

    ntuk demam tioid dengan penyulit perdarahan usus kadang- kadang diperlukan tranusi

    darah. edangkan yang sudah terjadi perorasi harus segera dilakukan laparotomi disertai

    penambahan antibiotika metronida*ol.ampu intake peroral dapat diberikan 6ia parenteral

    'asien diperbolehkan pulang setelah perawatan di rumah sakit karena tidak ada

    keluhan dan ada perbaikan klinis. 8amun pasien tetap dianjurkan untuk istirahat dan

    mobilisasi bertahap, diet makanan lunak, dan melanjutkan antibiotik sampai 5 hari bebas

    demam. 'rognosis terhadap pasien demam tioid bergantung kepada ke&epatan

    penegakan diagnosis dan ketepatan terapi antibiotik. 0aktor lain yang mempengaruhi

    meliputi umur pasien, status kesehatan dan nutrisi, serotype almonella dan mun&ulnya

    komplikasi.. ndi6idu yang mengekskresikan .typhi I"bulan setelah ineksi dianggap

    sebagai karier kronik.

    $omplikasi pada demam tioid dibagi menjadi komplikasi intestinal dan ekstraintestinal.

    - ntestinal 9 peritonitis, perdarahan intestinal dan perorasi- Ckstraintestinal 9 ensealitis, pneumonia, meningitis, osteomielitis, hepatitis.

    DA&TAR PUSTAKA

    1. udoyo, H ru. !. ;uku jar 'enyakit Dalam Cdisi . 'erhinpunan Dokter

    pesialis 'enyakit Dalam.:akarta9 nternal 'ublishing.

    1

  • 7/25/2019 Presentasi Kasus Tifoid 2

    19/19

    !. oedarmo ', Garna A, Aadinegoro /. !2. ;uku ajar ilmu kesehatan anak

    ineksi dan penyakit tropis., ed 1. :akarta 9 katan Dokter nak ndonesia9 h."37-

    ". /ampengan A. 'enyakit ineksi tropik pada anak, ed !. :akarta 9 'enerbit ;uku

    $edokteran CG?, !29 h.43-3!.

    4. $liegman /