preskas hemel evan

Upload: rhandy-septianto

Post on 23-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    1/27

    PRESENTASI KASUS

    HEMATEMESIS MELENA

    Oleh

    Evan Pramudito Mulyadi

    1111103000049

    Pembimbing

    dr. Elza Febriasari, Sp.PD

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    2/27

    1

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum. Wr. WbPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga presentasi kasus ini dapat

    diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan

    kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

    Adapun judul presentasi kasus Hematemesis Melena. Dalam presentasi

    kasus ini akan disajikan ilustrasi kasus, tinjauan pustaka, serta analisa kasus.

    Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telahmembantu penulisan referat ini, terutama dr. Elza Febriasari, Sp.PD selaku

    pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Bekasi.

    Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik membangun bagi penulis.

    Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

    Bekasi, 28 Desember 2014

    Penulis

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    3/27

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    4/27

    3

    2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................ 23

    BAB III ............................................................................................................................. 25

    ANALISA KASUS ........................................................................................................... 25

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    5/27

    4

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    1.1 Identitas Pasien No. RM : 03.47.10.17 Nama : Ny. SR Usia : 69 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam

    Alamat : Jl. P. Singkep 6 No.330 RT. 06/015, Bekasi. Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status Pernikahan : Menikah Suku : Sunda Tanggal Rawat : 12November 2014 s/d 27 November 2014

    1.2 Anamnesis

    Keluhan Utama

    Mual dan muntah sejak 5 hari yang lalu

    Keluhan Tambahan

    Lemas dan nyeri pinggang belakang

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengeluhkan mual disertai muntah 3-5x/hari sejak 5 hari

    yang lalu, muntah bercampur makanan dan bewarna kehitaman. Keluhan

    disertai rasa perih pada ulu hati, panas seperti terbakar, dan nyut-nyutan.

    Keluhan timbul saat telat makan dan segera setelah makan, keluhan

    membaik apabila minum mylanta, akan tetapi tidak bertahan lama. Selain

    itu pasien juga mengeluhkan BAB berwarna hitam sejak 5 hari yang lalu,

    frekuensi BAB 5x/hari, badan terasa lemas, mudah lelah dengan aktivitas

    ringan, mata berkunang-kunang. Pasien mengeluhkan sakit di pinggang

    belakang, karena memiliki riwayat terjatuh dan pengapuran saat

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    6/27

    5

    diperiksakan ke dokter 1 tahun yang lalu dan saat itu mengkonsumsi obat

    anti nyeri selama 7 hari. Sakit timbul saat berjalan/bergerak dan mereda

    dengan istirahat. Satu minggu terakhir, pasien hanya makan roti tawar dan

    nasi sedikit, karena di rumah kosong dan tidak ada yang menyiapkan

    makan. BAK normal tidak ada keluhan.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien memiliki riwayat penyakit asam urat, terjatuh dalam

    keadaan duduk kurang lebih satu tahun yang lalu. Hipertensi dan kencing

    manis disangkal. Riwayat sakit kuning tidak ada, tidak pernah mengalami

    hal serupa sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    iwayat penyakit kencing manis dan darah tinggi disangkal.

    Riwayat Sosial

    Pasien seorang ibu rumah tangga. pasien mengaku suka jamu asam

    urat dan pegal linu, konsumsi jamu 2 bulan, jamu dengan merek Wong

    Tang, tolak angin dan sari buah mengkudu. Pasien gemar makan pedas

    dan sering telat makan.

    1.3 Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 12 November 2014.

    Keadaan umum

    Tampak sakit sedang, kesadaran komposmentis, picnicus

    Tanda vital

    Tekanan darah : 120/70 mmHg

    Frekuensi nadi : 80 kali / menit

    Frekuensi napas : 18 kali / menit

    Suhu : 36,5 0 C

    Status Generalis

    Kepala : Normocephal

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    7/27

    6

    Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

    Hidung : Deformitas (-), mukosa hiperemis (-), Pembesaran konka (-

    /-)

    Telinga : Liang telinga lapang, serumen (-/-)

    Mulut : Tonsil (T1/T1), mukosa mulut pucat (+)

    Leher : Trakea terletak di tengah, pembesaran KGB (-), pembesaran

    kelenjar tiroid (-)

    Paru :

    Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis

    Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri, massa (-)

    Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : Vesikuler, Ronchi (-/-), Wheezing (-/-)

    Jantung :

    Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

    Auskultasi : S I dan S II normal reguler, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen :

    Inspeksi : Cembung, benjolan (-), massa (-)

    Auskultasi : Bising usus (+) normalPerkusi : Timpani pada lapang abdomen

    Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+) di epigastrium, hepar dan

    lien tidak teraba.

    Ekstremitas : Akral hangat (+/+), CRT

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    8/27

    7

    Hasil pemeriksaan Apusan Darah Tepi (ADT)o Kesan: Anemia normositik normokrom akibat perdarahan

    1.5 ResumePasien Ny. SR 69 tahun, muntah hitam, BAB hitam, nyeri pinggang

    belakang, badan lemas sejak 5 hari yang lalu. Riwayat minum jamu 2 bulan

    belakangan.

    1.6 Daftar Masalah1. Hematemesis Melena

    2. Anemia

    3. Nyeri Pinggang

    1.7 Assessment1. Hematemesis Melena

    a/d muntah dan BAB berwarna hitam, disertai perut terasa perih, panas

    seperti terbakar, perih saat telat makan dan segera setelah makan,

    mual, riwayat konsumsi jamu lama dan obat anti nyeri (+), satu

    minggu terakhir. Keluhan timbul sejak 5 hari yang lalu.

    Dipikirkan suatu diagnosis tukak peptik, gastritis erosif

    2. Anemia

    a/d conjunctiva anemis, mukosa mulut pucat, badan terasa lemas,

    mudah lelah meskipun aktivitas ringan, mata berkunang-kunang,

    pemeriksaan lab Hb 4.5.

    dipikirkan suatu diagnosis anemia e.c perdarahan

    3. Nyeri pinggang

    a/d pinggang terasa nyeri di daerah lumbar bawah, riwayat pengapuran

    terdeteksi 1 tahun yang lalu, hanya diobati dengan obat anti nyeri.

    Timbul saat berjalan dan beraktivitas dan mereda dengan istirahat.

    Dipikirkan suatu diagnosis OA lumbar, muscle cramps,

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    9/27

    8

    1.8 Penatalaksanaan Rencana diagnosis :

    1. hematemesis melena

    Darah lengkap

    Tes fungsi ginjal

    Tes fungsi hepar

    Tes PT/APTT

    Feses lengkap

    Endoskopi

    2. anemia

    Apusan darah tepi

    3. nyeri pinggang

    Konsul orthopedi Rencana tatalaksana :

    PRC 500cc + 500cc +350cc

    Omeprazole 1 x 80mg IV

    Episan syr.

    Vit. K

    Nasogastric tube

    NaCl IV line

    Meloxicam

    1.9 Follow up

    Hari pertama (13-11- 14)

    S : lemas (+), mual, muntah (-), belum BAB

    O : CA (+/+), NTE (+), BU (+) normal, Hb 4.1, Ht 13.9

    A : anemia e.c perdarahan tukak peptik, tukak gaster, tukak duodenum.

    P : Transfusi PRC 500cc, hingga Hb>10

    Ranitidin 2x1 amp

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    10/27

    9

    Hari ke-2 (14-11- 14)

    S: lemas (+) membaik, mual sudah sangat berkurang dibanding kemarin, belum

    BAB

    O: CA(+/+), NTE (+), BU (+) normal, Hb 6.6, Ht 21.4, Eritrosit 2.43,

    A: Tukak peptik, Gastritis erosif, Anemia, Hipoalbumin

    P: lanjut

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukanLaju endap darah 26 Mm 0-15Leukosit 9.0 % 4.5-10Hemoglobin 6.6 ribu/ uL 12-14Hematokrit 21.4 g/ dL 37-47Eritrosit 2.43 Juta/uL 4-5

    Basofil 0 %

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    11/27

    10

    Hasil Laboratorium 16/11/14

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukanHemoglobin 7.4 ribu/ uL 12-14

    Hematokrit 24.8 g/ dL 37-47Leukosit 5.7 % 4.5-10Trombosit 202 ribu/ uL 150 400

    Hari ke- 8 (20-11- 14)

    S: lemas (+), mual (+), BAB hitam, muntah kehitaman

    O: CA(+/+), NTE (+), Hb 6.0, Ht 19.8,

    A: Tukak peptik, gastritis erosif, anemiaP: Puasa

    Transfusi PRC 500cc

    NGT

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukanHemoglobin 6.0 g/ dL 12-14

    Hematokrit 19.8 % 37-47Leukosit 3.9 ribu/ uL 4.5-10Trombosit 232 ribu/ uL 150 400

    Hari ke-10 (22-11- 14)

    S: lemas (+), belum BAB

    O: CA(+/+), kumbah lambung berwarna hitam, NTE(+) membaik, Hb 8.1, Ht 27.1

    A: tukak peptik, anemia

    P: diit cair

    Lain-lain lanjut

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukanHemoglobin 8.1 ribu/ uL 12-14Hematokrit 27.1 g/ dL 37-47Leukosit 6.1 % 4.5-10Trombosit 311 ribu/ uL 150 400

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    12/27

    11

    Hari ke-13 (25-11- 14)

    S: lemas (+) membaik, belum BAB, perut terasa begah, cairan lambung sudahsedikit

    O: CA(-/-), NTE (-), BU (+) normal

    A: tukak peptik, anemia, konstipasi

    P: Lactulac 3x1

    Up NGT

    Transfusi 500cc

    Vometta syr.

    Hari ke-14 (26-11- 14)

    S: sudah bisa BAB, warna masih hitam, lembek, perut nyut-nyutan.

    O: CA(-/-), NTE (-)

    A: tukak peptik, anemia,

    P: lanjut

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukanHemoglobin 11.0 ribu/ uL 12-14Hematokrit 36.8 g/ dL 37-47Leukosit 5.9 % 4.5-10Trombosit 333 ribu/ uL 150 400

    Hari ke-15 (27-11- 14)

    S: BAB masih hitam, tidak padat, nyeri perut sudah hilang

    O: CA(-/-), NTE (-)

    A: tukak peptik, anemia,

    P: pulang, observasi.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    13/27

    12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DefinisiPerdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah perdarahan saluran

    cerna yang berasal dari daerah proksimal dari ligamentum Treitz. Untuk keperluan

    klinis, penggolongannya dibedakan menjadi perdarahan varises esofagus dan

    perdarahan non-varises esofagus. Pada pasien dengan perdarahan SCBA biasanya

    datang dengan anemia defisiensi besi akibat perdarahan lama, hematemesis

    dan/atau melena dengan atau tanpa anemia serta dengan atau tanpa gangguanhemodinamik. Hematemesis diartikan sebagai muntahan yang berisi darah segar

    berwarna merah atau kehitaman seperti bubuk kopi, sedangkan melena diartikan

    sebagai feses yang berwarna hitam seperti aspal, berbau busuk, yang terjadi akibat

    interaksi darah dengan asam lambung, mengindikasikan darah telah berada kurang

    lebih 14 jam di dalam saluran pencernaan dan biasanya berasal dari perdarahan

    SCBA. Hematoschezia dapat terjadi pada pasien dengan perdarahan SCBA

    apabila sumber perdarahan aktif, masif, jumlah darah biasanya lebih dari 1000mL, dan keadaan hemodinamik yang tidak stabil.

    2.2 EpidemiologiAngka kejadian perdarahan SCBA di negara-negara barat setiap tahunnya

    berkisar antara 48 160 kasus/100.000 individu, dengan insidensi tertinggi pada

    pria dibandingkan wanita. Berikut merupakan tabel persentase sumber perdarahan

    SCBA tersering di negara barat, sedangkan di Indonesia penyebab utama perdarahan SCBA adalah varises esofagus 50-60%, gastritis erosif 25-30%, tukak

    peptik 10-15%, dan sebab lain 60 tahun. Varises esofagus memiliki

    angka mortalitas tertinggi 60% dibandingkan non varises 9-12%. Sebagian besar

    pasien meninggal bukan disebabkan perdarahannya, akan tetapi penyebab

    komorbid lain seperti gagal ginjal, gagal jantung, stroke, dan sepsis.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    14/27

    13

    Tabel: Persentasi Sumber Perdarahan SCBA

    2.3 Etiologi dan PatogenesisEtiologi dan patogenesis perdarahan SCBA bergantung kepada penyakit

    yang mendasarinya, berikut pembahasan penyakit tersering yang mendasari

    perdarahan SCBA:

    1. Varises Esofagus

    Varises esofagus merupakan pelebaran abnormal aliran vena porto-

    sistemik yang terbentuk akibat sirosis hepatis, biasa terbentuk di bagian sepertiga

    tengah dan sepertiga bawah dari esofagus. Varises esofagus menyumbangkan

    angka 10-30% dari semua kasus perdarahan SCBA. Angka kejadian varises

    esosofagus bervariasi pada pasien sirosis hepatis, berkisar antara 30-70%.

    Perdarahan akibat varises esofagus merupakan komplikasi fatal dari sirosis

    hepatis, memiliki angka mortalitas 20% dalam waktu 6 minggu.

    Diagnosis varises esofagus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan gold

    standard nya yaitu esophagogastroduodenoscopy . Apabila pemeriksaan tersebut

    tidak ada, terdapat pilihan kedua untuk mendiagnosis varises esofagus, seperti

    USG, radiografi barium esofagus, dan angiography vena porta. Pada pemeriksaan

    tersebut hal yang ingin dinilai adalah lokasi varises, ukuran varises, dan sifat

    perdarahan.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    15/27

    14

    2. Non-Varises Esofagus

    Perdarahan SCBA non-varises esofagus cukup beragam, antara lain: tukak

    peptik, hemmorhagic and erosivegastropathy (gastritis) , Mallory-Weiss Tears,

    erosive esophagitis, neoplasma, dan sumber lain yang tidak diketahui.

    A. Tukak Peptik

    Tukak peptik adalah kerusakan integritas mukosa gaster dan/atau

    duodenum atau keduanya yang mengakibatkan kerusakan lokal karena inflamasi.

    Tukak/ulkus didefinisikan hilangnya integritas mukosa >5mm, dengan kedalaman

    sampai dengan submukosa. Epidemiologi tukak gaster/duodenum lebih banyak

    dijumpai pada pria dibanding wanita, lebih dari satu setengah kali lebih sering

    pada pria. Tukak gaster terjadi lebih lambat dibanding tukak peptik, dengan

    puncak insidensi pada usia 60 tahun.

    Tukak duodenum paling sering berlokasi di bagian pertama dari

    duodenum (>95%) , diameter ulkus biasanya 1cm, akan tetapi bisa sampai 3 -

    6cm ( giant ulcers ). Ciri ulkus memiliki batas lesi yang jelas, kedalamannya bisa

    mencapai muskularis propria, dasar ulkus biasanya terdapat zona nekrosiseosinofilik dengan batas fibrosis. Infeksi H.pylori dan penggunaan NSAID

    penyebab paling banyak pada tukak duodenum. Peningkatan sekresi asam

    lambung, peningkatan aliran dari lambung ke duodenum, dan penurunan sekresi

    bikarbonat berperan pada kejadian ini.

    Tukak gaster memiliki ciri berada di distal gaster, pada lesi karena

    pemakaian NSAID didapatkan foveolar hiperplasia, edem lamina propria, dan

    reepitelisasi. Penyebab utama tukak gaster sama seperti tukak duodenum, yaituinfeksi H.pylori dan penggunaan NSAID. Tukak gaster terbagi ke dalam 4 tipe

    berdasarkan lokasi lesi dan sekresi asam lambung. Tipe 1 berada di corpus dan

    sekresi asam rendah. Tipe 2 berada di antrum dengan sekresi asam rendah-normal.

    Tipe 3 berada 3 cm dari pylorus dengan sekresi asam normal-tinggi. Tipe 4 berada

    di cardia dengan sekresi asam rendah.

    Tukak peptik memiliki dua penyebab yang paling sering, yaitu infeksi oleh

    bakter H.pylori dan konsumsi obat-obatan NSAID. Infeksi H.pylori berhubungan

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    16/27

    15

    dengan kejadian tukak peptik, Warren dan Marshal pada tahun 1983

    mengeluarkan teori No HP No Ulcer. H.pylori merupakan bakteri patogen

    Gram negatif, berbentuk batang/spiral, memiliki flagel, dan hidup di permukaan

    epitel. Bakteri tersebut memiliki enzim urease yang berfungsi sebagai pelindung

    dari lingkungan asam lambung dan menghasilkan NH3 yang dapat merusak sel

    epitel. H.pylori memiliki genome spesifik yang berperan dalam patogenitas

    penyakit, bernama pathogenicity island (cag-PAI) , mengkodekan faktor virulensi

    Cag A ( cytotoxic associated gene ) dan pic B.

    Vac A ( vacuolating cytotoxin ) tidak dikodekan oleh pathogenicity island

    tetapi berperan pada patogenitas bakteri. Vac A berperan dalam memodulasi

    sistem imun, seperti menghambat proliferasi sel T CD4, mengganggu fungsi

    normal dari sel T CD8, makrofag, sel mast, dan sel B. Selain itu H.pylori

    menghasilkan protease dan fosfolipase yang dapat memecah glikoprotein lipid

    yang ada pada mukus di gaster, sehingga mengurangi faktor defensif gaster.

    Kemudian, faktor pejamu juga berperan dalam patogenesis penyakit. Mediator

    mediator inflamasi direkrut oleh bakteri yang memiliki kemoatraktan terhadap

    mediator inflamasi, sehingga memperburuk keadaan inflamasi, beberapa mediator

    inflamasi yang berperan antara lain IL-1,2,6,8, TNF alfa, dan INF gamma.Obat-obatan golongan NSAID merupakan golongan obat yang paling

    banyak diresepkan di Amerika Serikat, setiap tahunnya kurang lebih 100 juta

    resep dituliskan dan obat yang paling sering menimbulkan efek samping dan

    toksisitas. Morbiditas yang ditimbulkan bervariasi antara mual, muntah, dispepsia,

    dan tukak peptik sampai dengan komplikasi perdarahan. NSAID merupakan obat

    anti inflamasi, salah satu mekanisme kerja obat tersebut adalah menghambat

    pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berperan penting dalam menjaga faktordefensif mukosa lambung dengan cara meregulasi pelepasan mukus dan

    bikarbonat, menghambat sekresi asam dari sel parietal, dan menjaga aliran darah

    mukosa serta menjaga regenerasi sel epitel. Penghambatan NSAID terhadap

    prostaglandin melalui enzim COX 1 dan 2, disisi lain COX 1 merupakan enzim

    house keeping yang berperan dalam menjaga fungsi pertahanan lambung,

    trombosit, ginjal, dan sel endotel. Sedangkan COX 2 berperan dalam memodulasi

    reaksi inflamasi.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    17/27

    16

    Terbukti sebagai faktor resiko:

    1. Usia lanjut >60 tahun

    2. Riwayat tukak

    3. Digunakan bersama-sama dengan steroid

    4. Dosis tinggi atau menggunakan 2 jenis NSAID

    5. Menderita penyakit sistemik yang berat

    Mungkin sebagai faktor resiko:

    1. ko-infeksi dengan H.pylori

    2. Merokok

    3. Minum alkohol

    Tabel: Faktor Resiko NSAID

    Gambar: Skema Peran Prostaglandin

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    18/27

    17

    Gambar: Mekanisme Kerusakan Epitel oleh NSAID

    Obat golongan NSAID bersifat asam lemah dan lipofilik, serta tak

    terionisasi pada keadaan asam di lambung, yang akan berubah menjadi terionisasi

    ketika bermigrasi ke sel epitel dan berubah menjadi terionisasi, ketika

    terperangkap di dalam sel akan menyebabkan kerusakan sel. Selain itu NSAID

    juga dapat mengubah permukaan mukus sehingga terjadi difusi balik dari pada H+

    serta pepsin dan mengakibatkan kerusakan sel epitel.

    B. Gastritis

    Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

    lambung yang dilihat menggunakan pemeriksaan penunjang endoskopi. Gastritis

    merupakan keluhan tersering yang dijumpai di klinik, karena diagnosisnya bukan

    berdasarkan histopatologi tapi berdasarkan tanda klinis saja. Pembagian gastritis

    berdasarkan Update Sydney System membagi gastritis berdasarkan topografimenjadi 3 tipe, yaitu: monoahopik, atropik, dan bentuk khusus. Selain 3 tipe

    tersebut, terdapat satu tipe yang digolongkan sebagai gastropati, digolongkan

    seperti itu karena secara histopatologi tidak menggambarkan radang. Untuk dapat

    mengklasifikasikan gastritis, dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti

    gastroduodenoskopi, dan biopsi jaringan.

    Penyebab gastritis sama halnya dengan tukak peptik, yaitu: infeksi bakteri

    H.pylori , stress (sepsis, trauma intrakranial, dll), dan penggunaan obat NSAID.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    19/27

    18

    C. Mallory-Weiss Tear Syndrome

    Mallory-Weiss syndrome (MWS) merupakan sindroma klinik yang ditandai

    dengan perdarahan SCBA akibat perlukaan non-penetrasi yang berbentuk

    longitudinal di daerah pertemuan gastroesofageal. MWS berlokasi di daerah

    proksimal dari pertemuan gastroesofageal atau distal esofagus atau proksimal

    gaster (kardia). MWS pertama kali pertama kali ditemukan pada tahun 1929 oleh

    Mallory dan Weiss pada pasien dengan muntah, cegukan, dan batuk yang

    menetap. MWS juga dapat terjadi akibat kejadian iatrogenik pada saat tindakan

    endoskopi, angka kejadiannya berkisar 0.007%-0.49% dari keseluruhan tindakan

    endoskopi. Kejadian tersebut berhubungan dengan peningkatan secara mendadak

    dan besar tekanan intragaster atau intraesofageal yang dapat menghasilkan luka

    longitudinal di daerah gastroesofageal. Epidemiologi MWS berkisar antara 5%-

    15% dari keseluruhan kasus perdarahan SCBA.

    Gambar: Gambaran Endoskopi MWS.

    D. Dieulafoy Lesion

    Dieulafoy Lesion adalah pembuluh darah submukosa yang abnormal dan

    posisinya menjorok kearah permukaan mukosa dengan tanpa adanya ulkus/tukak.

    Meskipun pada awalnya dipekirakan sebagai iskemia atau aneurisma pembuluh

    darah, akan tetapi berdasarkan konsesus terbari didefinisikan sebagai pelebaran

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    20/27

    19

    kaliber arteri submukosal yang berliku dan menetap. Epidemiologi Dieulafoy

    Lesion berkisar antara 1%-5.8% dari kasus perdarahan non-varises dan angka

    kejadiannya lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita, 2:1. Lokasi

    lesi ini biasanya berada di proksimal dari kurvatura minor gaster dan/atau fundus

    gaster. Patogenesis lesi ini masih belum diketahui, diasumsikan sebagai kelainan

    kongenital.

    Gambar: Dieulafoy Lesion

    2.4 Manifestasi KlinikManifestasi klinis utama perdarahan SCBA adalah hematemesis dan

    melena. Akan tetapi apabila perdarahan SCBA masif melebihi 1000mL dapatterjadi hematoskezia karena perbedaan jumlah darah yang lebih banyakdibandingkan asam lambung. Komplikasi perdarahan SCBA kurang lebih samayaitu syok hipovolemik, yang ditandai dengan tanda-tanda hemodinamik tidakstabil, yaitu:

    1) Hipotensi (10 mmHg atau tekanan sistolikturun > 20 mmHg

    3) Frekuensi nadi ortostatik meningkat >15x/menit4) Akral dingin5) Kesadaran menurun

    6)

    Anuria atau oligouria (produksi urin

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    21/27

    20

    7) Hematemesis8) Hematoskezia9) Darah segar pada aspirasi pipa nasogastrik10) Hipotensi persisten11) Dalam 24 jam menghabiskan transfusi darah 800-1000 mL

    Manifestasi pada varises esofagus selain hematemesis melena adalahterdapat tanda-tanda klinis sindroma portal hipertensi yang disebabkan sirosishepatis seperti asites, spyder nevi, caput medusae, ikterus, dan palmar eritem, laluadanya darah segar pada aspirasi nasogastric. Kejadian perdarahan SCBA karenavarises biasanya fatal dengan angka mortalitas cukup tinggi.

    Sedangkan pada kasus tukak peptik maupun gastritis, tanda klinis yangutama adalah adanya sindroma dispepsia seperti perut terasa perih, panas sepertiterbakar, kembung, mual, muntah, dan begah. Pada aspirasi pipa nasogastrikwarna cairan hitam. Terdapat riwayat konsumsi NSAID dan dijumpai infeksi

    H.pylori. Komplikasi seperti perdarahan, perforasi, dan obstruksi cukup jarangdijumpai. dan Terdapat perbedaan klinis antara lesi yang berlokasi di gaster danduodenum.

    Ulkus Duodenum Ulkus GasterLokasi Umumnya proksimal

    duodenum ( 3cm dari pilorus) Bervariasi, dari kardiak

    hingga pilorus.

    Resiko Keganasan Rendah TinggiKarakteristik

    NyeriMuncul saat lapar, membaik bila makan/dengan antasida

    (hunger pain food relief ),muncul setelah 90 menit-3 jam

    setelah makan.

    Muncul segera setelahmakan

    Tabel: Karakteristik Lesi Ulkus Berdasarkan Lokasi

    Nyeri perut yang konstan, tidak lagi membaik dengan makan atau antasida

    atau nyer menjalar ke punggung dapat dicurigai telah terjadi penetrasi ulkus ke

    organ pankreas. Kejadian akut mendadak dan berat, nyeri perut menyeluruh dapat

    diindikasikan telah terjadi perforasi. Nyeri yang diperburuk dengan makan, mual

    dan memuntahkan makanan yang belum dicerna, menandakan terjadi obstruksi

    outlet gaster. Nyeri tekan epigastrium paling sering ditemukan pada pasien

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    22/27

    21

    dengan tukak peptik, apabila terdapat nyeri perut yang menyeluruh disertai

    abdomen keras seperti papan dicurigai terjadi perforasi.

    Kemudian karakteristik manifestasi dari MWS adalah adanya kejadian

    menetap batuk atau mual atau muntah atau cegukan yang mendahului

    hematemesis atau melena. Selain itu dapat pula disebabkan oleh tindakan post-

    endoskopi. Sedangkan manifestasi Dieulafoy Lesion hematememsis atau melena

    adalah perdarahan yang bersifat spontan, rekuren, masif, dan karakteristiknya

    bergantung kepada lokasi lesi.

    2.5 Diagnosis Penegakkan diagnosis dengan perdarahan SCBA dengan endoskopi

    sebagai gold standard. Akan tetapi pemeriksaan menggunakan radiologi barium

    masih tetap digunakan, dengan menggunakan single kontras memiliki sensitivitas

    80% sedangkan dengan double kontras menjadi 90%. Sensitivitas barium terhadap

    lesi ulkus berkurang pada lesi dengan ukuran (3 cm serta

    terdapat massa. Kekurangannya, >8% lesi gaster terlihat benigna dengan

    radiografi ternyata lesi maligna ketika diperiksa dengan endoskopi atau bedah.

    Sedangkan dengan endoskopi, dapat melihat lesi abnormal pada gambaran

    radiologi, dapat mengambil biopsi jaringan, dapat melihat lesi kecil, dapat melihat

    apakah ulkus yang menjadi sumber perdarahan.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    23/27

    22

    Diagnosis untuk menegakkan infeksi bakter H.pylori terbagi menjadi

    prosedur invasif dan non-invasif, yaitu:

    Tabel: Tes untuk Deteksi infeksi H.pylori

    2.6 Pemeriksaan PenunjangBerikut ini merupakan pemeriksaan penunjang lainnya untuk mendukung

    penegakan serta penapisan diagnosis dan monitoring penyakit.

    a. Elektrokardiogram, terutama pada pasien diatas 40 tahun. b. BUN dan kretinin serum, pemecahan darah oleh bakteri usus dapat

    meningkatkan BUN, sedangkan kreatinin bisa normal atau sedikitmeningkat.

    c. Elektrolit (Na, Cl, K), perubahan elektrolit dapat terjadi pada perdarahan, muntah, dan kumbah lambung.

    d. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, Trombosit, Eritrosit,Leukosit), untuk melihat keadaan umum pasien.

    e. Pemeriksaan apusan darah tepi (ADT) untuk melihat perubahanmorfologi eritrosit.

    f. Tes fungsi hati (SGOT/SGPT) untuk menentukan pengaruh

    keadaan hepar terhadap perdarahan SCBA.

    2.7 Diagnosis BandingTerdapat beberapa penyakit yang memiliki gambaran klinis sama sehingga

    dapat dimasukkan ke dalam daftar diagnosis banding, antara lain:

    1) Gastritis erosif

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    24/27

    23

    2) Sirosis Hepatis

    3) Mallori-Weiss Syndrome

    4) Neoplasma

    5) Dieulafoy Lesion

    6) Idiopatik

    2.8 PenatalaksanaanTata laksana kasus perdarahan SCBA terbagi menjadi mempertahankan

    hemodinamik dan menghentikan perdarahan, untuk menghentikan perdarahandibagi menjadi non-endoskopis, endoskopis, radiologi, dan bedah.

    1) Menjaga hemodinamik

    Tata laksana ini diberikan pada keadaan hemodinamik tidak stabil, yaitu:cairan kristaloid seperti NaCl, dengan tetesan cepat menggunakan dua jarum

    berdiameter besar. Memasang monitor central venous pressure (CVP) untukmemulihkan tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil. Cairan koloid

    pada keadaan hipoalbumin berat. Dilakukan transfusi darah pada keadaan:

    i. Perdarahan dengan hemodinamik tidak stabilii. Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan >1 liter

    iii. Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan Hb

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    25/27

    24

    tetapi tidak terdapat perbedaan efek pada perdarahan non-varisesdibandingkan dengan penggunaan plasebo.

    d. Obat-obatan golongan penghambat sekresi asam, bermanfaatdalam mencegah terjadinya perdarahan ulang pada tukak peptik.Obat yang terbukti bermanfaat adalah obat golongan Proton Pump

    Inhibitor (PPI), sedangkan yang kurang bermanfaat golonganantagonis reseptor H2. Obat golongan antasida, sukralfat, danARH2 dapat digunakan untuk penyembuhan lesi mukosa.

    3) Endoskopis

    Penggunaan terapi endoskopis ditujukan pada peradarahan tukak yang

    masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapinyaantara lain: 1. Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater probe) 2. Noncontact thermal (laser) 3. Nonthermal (suntikan adrenalin, alkohol, polidokanol, atau pemakaian klim). Metode menggunakan endoskopis dapatdigunakan pada 90% kasus perdarahan SCBA, sedangkan 10% lainnya tidak bisakarena terkendala masalah teknis seperti darah terlalu banyak atau letak lesi tidakterjangkau. Hemostasis endoskopik merupakan pilihan terapi pada perdarahanyang disebabkan varises esofagus, ligasi varises merupakan pilihan utama.

    4) Radiologi

    Terapi radiologi berupa angiografi dapat dijadikan pertimbangan manakalaterapi dengan endoskopis tidak berhasil atau terapi dengan pembedahan sangat

    beresiko. Tindakan hemostasis yang dilakukan antara lain adalah embolisasi pembuluh darah atau dengan penyuntikan vasopressin. Pada perdarahan karenavarises esofagus, dapat dipertimbangkan Transjugular Intrahepatic PortosystemicShunt (TIPS).

    5) Bedah

    Tindakan bedah pada dasarnya dilakukan apabila tindakan medik,endoskopi, dan radiologi gagal. Akan tetapi sebaiknya dokter bedah dilibatkansejak awal sehingga dapat dipertimbangkan kapan waktu yang tepat untukdilakukan terapi bedah.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    26/27

    25

    BAB III

    ANALISA KASUS

    Pasien mengalami keluhan lemas, mual, muntah 3-5x/hari dan BAB

    5x/hari berwarna hitam sejak 5 hari yang lalu mengakibatkan penurunan

    hemoglobin menjadi 4.5 g/dL dan hematokrit menjadi 13.9%. Berdasarkan hasil

    anamnesis didapatkan riwayat konsumsi jamu-jamuan selama 2 bulan, konsumsi

    obat anti nyeri selama 7 hari belakangan, riwayat hanya makan sedikit selama 2

    hari. Tidak ada riwayat sakit kuning/liver dan tidak ditemukan tanda-tanda klinis

    sirosis hepatis.Tukak peptik ditegakkan sebagai penyebab hematemesis melena,

    meskipun diagnosis pasti didapat melalui pemeriksaan penunjang endoskopi agar

    dapat mendapatkan diagnosis definitif, akan tetapi pemeriksaan penunjang ini

    tidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan sumber daya. Selain itu, pasien

    juga mengeluhkan nyeri pinggang karena terdapat riwayat trauma satu tahun yang

    lalu dan diobati hanya dengan obat anti nyeri.

    Penanganan utama yang diberikan kepada pasien ini adalah menjaga agar

    keadaan hemodinamik pasien tetap stabil dan tidak memburuk, penanganan

    berupa pemberian cairan kristaloid dan transfusi PRC. Terapi omeprazole,

    sukralfat, vit.K, dan nasogastric tube untuk mengatasi etiologi perdarahan. Pasien

    baru kali ini menderita hematemesis melena, prognosis ad vitam untuk pasien ini

    adalah dubia ad bonam.

  • 7/24/2019 Preskas HEMEL Evan

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sudoyo, Aru W Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V.

    Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2009.

    2. Dan, Longo et al. Harrisons Principles of Internal Medicine 18th edition.

    USA: McGraw-Hill Companies. 2012

    3. Hongou, Hirouki et al. Mallory-Weiss tear during gastric endoscopy

    submucosal dissection. WJGE. 2011

    4. Prashar, Arun et al. Recurrent hemorrhage in the course of Mallory-Weiss

    syndrome-case report. JPCCR. 2011

    5. Ekci, Baki et al. Rare and emergency gastric bleeding cause- dieulafoys

    lesion. Intechopen. 2011

    6. LaBrecque, D et al. Esophageal varices. WGO Global Guidelines. 2014.