print sippos

Upload: frans-apandi

Post on 17-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    1/25

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLID

    SUPPOSITORIA

    Frans Apandi 121524074

    Noval Saputra 121524072

    Maulana Ibrahim S. 121524076

    Nanda Pratama 121524001

    Lia Pusvita 121524060

    Maya Sari Bungsu 121524057

    PROGRAM STUDI : EKSTENSI FARMASI B

    KELOMPOK/HARI : V/RABU

    TANGGAL PERC. : 8 MEI 2013

    LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLID

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVESITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2013

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    2/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Supositoria adalah sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang

    diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau

    melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan

    setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik.

    Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat,

    tergliserinasi, minyak nabati terhidrosinasi, campuran poetilengglikol berbagai

    bobot molekul dan ester asam lemak polietilenglikol. Bahan dasar suppositoria

    yang digunakan sangat berpengaruh dalam pelepasan zat terapetik. Lemak cokelat

    sangat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tecampurkan dengan cairan

    tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada

    tempat yang diobati. Pilietilenglikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk

    beberapa antiseptik, jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik

    menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, dapat dilepas dari bahan dasar

    yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan

    polietilenglikol, bahan dasar ini cendrung sangat lambat larut sehingga

    menghambat pengelepasan, bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat

    jangan digunakan dalam sedian vagina, karena bentuk residu yang tidak dapat

    diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena

    disolusinya lambat, lemak coklat dan penggantinya (lemak keras) lebih baik

    menghilangkan iritasi, seperti pada sedian untuk hemoroid internal.

    Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan

    mencampur bahan obat yang dihaluskan kedalam minyak padat dengan suhu

    kamar dan masa yang dihasilkan dibuat dengan bentuk yang sesuai, atau dibuat

    dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan

    menjadi dingin didalam cetakan, sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat

    ditambahkan untuk mencegah kecendrungan beberapa obat, (seperti kloral

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    3/25

    dehitdrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting suppositoria meleleh

    pada suhu tubuh.

    Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat harus disimpan dalam wadahtertutup baik, sebaiknya pada suhu di bawah 300C (suhu kamar terkendali).

    1.2 Prinsip Percobaan

    Membuat suppositoria dengan bahan dasar oleum cacao untuk dosis

    dewasa dan menevaluasi keseragaman bobot serta homogenitas.

    1.3 Tujuan Percobaan

    - Untuk mengetahui cara pembuatan suppositoria.

    - Untuk mengetahui persyaratan suppositoria.

    - Untuk mengetahui cara evaluasi suppositoria.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    4/25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Suppositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai

    bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya

    meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak

    sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat

    lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah

    lemak coklat, tergliserinasi, minyak nabati terhidrosinasi, campuran

    poetilengglikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilenglikol.

    Macam-macam suppositoria

    Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya:

    1. Suppositoria rektal sering disebut suppositoria saja, berbentuk peluru

    digunakan lewat rektal atau anus, bobotnya menurut FI Edisi IV adalah

    kurang lebih 2 g. Suppositoria berbentuk torpedo mempunyai keuntungan,

    yaitu bila bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur,maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiriannya.

    2. Suppositoria vaginal (ovula), umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan

    berbobot lebih kurang 5 g. Dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau

    yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin

    tergliserinasi. Supositoria kempa atau supositoria sisipan adalah suppositoria

    vagina yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk

    yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut

    FI.ed.IV, supositoria vagina dengan bahan dasar yang dapat larut atau

    bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g.

    Supositoria dengan bahan gelatin tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian

    gelatin dan 10 bagian air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,

    sebaiknya pada suhu dibawah 350C.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    5/25

    3. Suppositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang

    panjang antara 7 14 cm.

    Pembuatan Suppositoria Secara Umum

    Suppositoria dilakukan dengan cara penuangan massa ke dalam cetakan

    yang sesuai. Untuk suppositoria biasanya berupa kerucut bundar (rounded cone)

    berbentuk peluru atau torpedo untuk dapat ditekan oleh kontraksi rektum.

    Cetakannya ada dua jenis, pertama cetakan dari logam, kemudian cetakan

    dibuka dan suppositoria yang dihasilkan dikemas. Kedua, cetakan dari sejenis

    plastik diserahkan kepada pasien dalam cetakan. Pada saat akan digunakan baru

    dikeluarkan dari cetakan.

    Bahan dasar suppositoria yang digunakan dipilih agar meleleh pada suhu

    tubuh atau dapat larut dalam cairan rektum. Obat diusahakan agar larut dalam

    bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus

    dibuat serbuk halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau

    mencair, dituangkan ke dalam cetakan suppositoria kemudian didinginkan.

    Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria.

    Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tabung gelas atau gulungan kertas.

    Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, suppositoria

    harus dibuat berlebih 10% dan sebelum digunakan cetakan harus sudah

    dibasahai lebih dulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus

    saponatus (Soft Soap Liniment). Namun, spiritus saponatus tidak boleh digunakan

    untuk suppositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengansabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum ricini dalam etanol. Khusus

    untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween, bahan pelicin cetakan

    tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah

    dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.

    Sifat Suppositoria yang Ideal

    1. Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh.

    2. Tidak toksik dan tidak merangsang.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    6/25

    3. Dapat tercampur (kompatibel) dengan bahan obat.

    4. Dapat melepas bahan obat dengan segera.

    5. Mudah dituang ke dalam cetakan dan dapat dengan mudah dilepas dari

    cetakan.

    6. Stabil terhadap pemanasan di atas suhu lebur.

    7. Mudah ditangani.

    8. Stabil selama penyimpanan.

    Tujuan Penggunaan Suppositoria

    1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum

    maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemoroid/wasir/ambein

    dan infeksi lainnya.

    2. Cara rektal juga digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat

    diserap oleh memberan mukosa dalam rektum.

    3. Jika penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, misalnya pasien

    mudah muntah dan tidak sadarkan diri.

    4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diasorpsimelalui mukosa rektum dan langsung masuk kedalam sirkulasi darah.

    5. Agar terhindar dari pengerusakan obat oleh enzim di dalam saluran

    gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam hepar.

    Keuntungan Suppositoria

    Keuntungan penggunaan obat dalam Supositoria dibanding peroral, yaitu:

    1. Dapat menghindarai terjadinya iritasi pada lambung.

    2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam

    lambung.

    3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat

    berefek lebih cepat daripada penggunaan peroral.

    4. Digunakan bagi pasien pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    7/25

    Basis Supositoria

    1. Basis lemak : Ol. Cacao (lemak coklat).

    Ada dua jenis basis lemak, yaitu:

    Bahan alam semisintetik atau sintetik berupa trigliserida, baik yang

    dihidrogenasi parsial maupun dihidrogenasi keseluruhan.

    Minyak coklat (ol.cacao), berupa padatan berwarna kuning putih

    dengan bau coklat, terdiri atas campuran ester glisiril stearat, palmitat,

    oleat, dan asam lemak.

    2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin,

    polietilenglikol (PEG).

    3. Bahan dasar lain : pembentukan emulsi A/M. Misalnya campuran Tween

    61 85 % dengan gliserin larutan 15%.

    1. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (Ol. Cacao)

    Lemak coklat merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam

    palmitat, berwarna putih kekuningan, padat, berbau khas dan bersifat

    polimorfisme (mempunyai bentuk kristal) dan meleleh pada suhu 31-340.

    Karena mudah berbau tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah/

    tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.

    Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya

    pada pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya, oleum cacao akan meleleh

    sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang

    berguna untuk membentuk kristalnya kembali.

    Untuk menghindari bentuk-bentuk kristal yang tidak stabil dapat dilakukan

    dengan cara:

    - Oleum cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup dua pertiganya saja

    yang dilelehkan.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    8/25

    - Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan

    oleum cacao untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil

    menjadi bentuk stabil.

    - Pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari.

    Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, memiliki bau

    yang khas. Jika dipanaskan pada suhu sekitar 300C akan mulai mencair

    dan biasanya meleleh sekitar 34-350C, sedangkan pada suhu di bawah

    300C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak

    coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua

    inti kristal stabil yang berguna untuk memadat. Jika didinginkan di bawah

    suhu 150C, akan mengkristal dalam bentuk kristal menstabil. Agar

    mendapatkan supositoria yang stabil, pemanasan lemak coklat sebaiknya

    dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang sehingga tetap

    mengandung inti kristal dari bentuk stabil.

    Untuk menaikkan titik lebur lemak coklat, digunakan tambahan cera atau

    cetaceum.

    Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan

    sedikit kloralhidrat/fenol/minyak atsiri.

    Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan

    residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang

    dipakai untuk sediaan rektal karena disolusinya lambat.

    Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar oleum cacao

    sebaiknya dihindari karena:

    - Menyebabkan reaksi antara obat-obat di dalam supositoria.

    - Mempercepat tengiknya oleum cacao.

    - Jika airnya menguap, obat tersebut dapat mengkristal kembali dan dapat

    keluar dari supositoria.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    9/25

    Keburukan oleum cacao sebagai bahan dasar supositoria:

    - Meleleh pada udara panas

    - Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama

    - Titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu

    - Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair selama pemakaian)

    - Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi

    2. Suppositoria dengan bahan dasar PEG (polietilenglikol)

    Mempunyai titik lebur 350 - 630.

    Tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.

    Formula yang dipakai:

    - Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96%

    (75%)

    - Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua + obat

    20%.

    Keuntungan:

    - Tidak mengiritasi atau merangsang

    - Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya jika dibandingkan dengan

    oleum cacao

    - Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu

    tubuh

    Kerugiannya:

    - Menarik cairan dari dari jaringan tubuh setelah dimasukkan sehingga

    rasa yang sangat menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    10/25

    mencelupkan supositoria ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket

    supositoria ini harus tertera petunjuk Basahi dengan air sebelum

    digunakan.

    - Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan

    obat.

    Pembuatan suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan

    dasar lalu dituangkan dalam cetakan seperti pembuatan suppositoria

    dengan bahan dasar lemak coklat.

    3. Suppositoria dengan bahan dasar gelatin

    Dapat digunakan sebagai bahan dasar vaginal suppositoria

    Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut pada suhu tubuh

    Perlu penambahan pengawet ( Nipagin) karena abahan dasar ini

    merupakan media baik bagi pertumbuhan bakteri

    Penyimpanan harus ditempat yang dingin

    Bahan dasar ini juga digunakan untuk pembuatan Urethra suppositoria

    dengan formula : gelati 20, gliserin 60, dan aqua yang mengandung obat

    20.

    Kebaikan:

    Diharapkan dapat memberi efek yang cukup lama, lebih lambat melunak,

    dan lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan

    dengan oleum cacao.

    Keburukan:

    - Cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang higroskopis

    yang dapat menyebabkan dehidrasi atau iritasi jaringan.

    - Memerlukan tempat untuk melindungi dari udara lembap agar bentuk

    dan konsistensinya terjaga.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    11/25

    Dalam farmakope Belanda terdapat formula suppositoria dengan bahan

    dasar gelatin, yaitu : panaskan 2 bagian gelatin dengan 4 bagian air dan 5

    bagian gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air

    panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan

    tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh suppositoria dengan 4 gram.

    Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau

    gliserin yang disisahkan dan dicampurkan pada massa yang sudah dingin.

    4. Bahan dasar lainnya :

    Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air,

    beberapa diantaranya membentuk emulsi A/M. Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin larutan 15 % bahan dasar ini

    dapat menahan air atau larutan berair. Berat suppositoria 2,5 g.

    Formulasi Supositoria

    Pertimbangan utama dalam mengembangkan formulasi supositoria adalah:

    1. Tujuan aplikasi supositoria untuk lokal atau sistemik

    2. Aplikasi lokasi (rektal, vaginal, atau uretral)

    3. Apakah diinginkan efek cepat atau lambat atau diperpanjang/diperlama.

    Metode pembuatan suppositoria

    1. Dengan tangan

    Hanya dapat dikerjakan untuk supositoria dengan bahan dasar Ol. Cacao

    berskala kecil dan bila bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini

    kurang cocok untuk iklim panas.

    2. Dengan mencetak hasil leburan

    Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair bagi yang memakai

    bahan dasar gliserin gelatin, tetapi untuk Ol. Cacao dan PEG tidak dibasahi

    karena mengkrut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    12/25

    3. Dengan kompresi

    Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan suppositoria

    dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 6000suppositoria/jam.

    Pengemasan suppositoria

    1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria mudah terpisah, tidak

    mudah hancur atau meleleh.

    2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari almunium foil atau strip plastik

    sebanyak 6 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.

    3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk

    Pemeriksaan Mutu Suppositoria

    Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

    1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada

    etiketnya.

    2. Uji terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol . caaco.

    3. Uji kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengankutan

    4. Uji waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol . cacao dingin 3 menit.

    5. Uji homogenitas.

    Cara pemakaian suppositoria

    Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu buka bungkus aluminium foil

    dan lunakkan suppositoria dengan air.

    Berbaring miring dengan tungkai yang di bawah lurus, dan yang di atas

    ditekuk.

    Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2

    cm dan terus berbaring selama 15 menit.

    Cuci tangan setelah memasukkan suppositoria.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    13/25

    Teknologi Pembuatan Dalam Industri

    Menurut teknik pembuatannya dapat dibedakan antara cara penuangan

    (cara lebur) dan cara pencetakan. Yang terpenting dalam pembuatan suppositoria

    adalah teknologi pembuatannya sekaligus pengemasannya yang optimal. Kadang-

    kadang supositoria juga ditambahkan dengan bahan pewarna.

    1. Cara Penuangan.

    Cara ini yang paling sering digunakan. Setelah masa melebur dan

    disatukan dengan bahan obat, dituang ke dalam cetakannya.Hal yang harus

    diperhatikan dalam pembuatan suppositoria untuk menjamin pembekuan obat

    dengan cepat dan proses sedimentasi bahan obat tidak terjadi antara lain:

    Suhu pemanasan tidak naik terlalu tinggi.

    Memiliki viskositas setinggi mungkin dengan suhunya, hanya sedikit di atas

    titik bekunya.

    Menggunakan pemanasan yang sangat hati-hati, misalnya dengan penyinar

    infra merah.

    Masa diaduk secara intensif dan kontinyu.

    Metode ini sering juga disebut dengan cara leburan krim dan cara leburan

    jernih yang hanya digunakan dalam skala besar. Dalam skala kecil

    pencetakan suppositoria dilakukan dengan cara penuangan tunggal, yaitu

    setiap lubang dari suppositoria diisikan secara berturut-turut satu demi satu.

    Jika pada pembuatan dalam skala semi industri atau industri dilakukan

    dengan cara penuangan masal, yaitu setiap lubang diisikan secara serempak

    dengan menggunakan alat berbentuk corong yang cocok.

    2 . Cara Pencetakan.

    Pada cara pencetakan, parutan basis suppositoria dicampurkan dengan

    bahan obat yang diserbuk halus, kemudian diisikan dalam sebuah pencetak

    suppositoria (misal pencetak suppositoria universal) dan dengan sebuah torak

    yang digerakkan ke dalam melalui sebuah kincir, ditekan ke dalam cetakan

    melalui lubang kecil. Dengan bantuan alat khusus, suppositoria kemudian

    didorong keluar.

    Alat cetak yang digunakan di industri bekerja dengan tekanan 10 MPz

    (100 at). Semua basis suppositoria dapat digunakan dalam pembuatan suppositoria

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    14/25

    dengan cara pencetakan. Untuk mengurangi kerapuhan suppositoria dapat

    ditambahkan pelumas, seperti parafin liquidum atau adeps lanae. Umumnya

    pemulasan dengan parafin atau talk wajib dilakukan di awal proses pencetakan.

    Beberapa pencetak supositoria memiliki koneksi dengan air pendingin untuk

    meredam panas yang timbul akibat tekanan pencetak. Mesin dalam skala besar

    mampu mencetak beberapa suppositoria sekaligus.

    Pada pembuatan suppositoria dengan cara penuangan dan cara pencetakan

    terdapat perbedaan antara lain suppositoria pencetakan tidak memiliki

    homogenitas yang optimal, tidak seperti hasil yang diperoleh dari suppositoria

    penuangan. Kekompakan bahan obat juga lebih rendah. Untuk bahan obat yang

    berbentuk cair cara pencetakan kurang cocok digunakan.

    Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan suppositoria

    a. Pot tuang suppositoria.

    Terdiri dari sebuah wadah dengan mantel ganda yang dilengkapi dengan

    termostat dan pengaduk untuk menghindari sedimentasi, pengaduk dibuat

    sedemikian rupa sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam masa dan

    menyebabkan porositas suppositoria yang tidak dikehendaki. Pot tuang memiliki

    kapasitas 1,5 liter, 3 liter, dan 20 liter. Pada skala industri dapat dihasilkan 10000

    sampai 12000 suppositoria dengan hanya diawasi oleh 2 orang saja.

    b. Otomat tuang.

    Otomat tuang mampu memproduksi 20000 suppositoria dalam satu jam

    hanya dalam satu siklus kerja. Fase kerja otomat tuang seperti itu tergantung pada

    jenis alatnya. Fase tersebut dapat berlangsung secara linier atau rotasi. Operasi

    kerja berikut berlangsung secara penuh yaitu penuangan masa, pendinginan

    cetakan, pengerokan masa membeku yang berlebih, pendesakan suppositoria yangtelah selesai keluar, serta pembersihan dan pemulasan cetakan.

    Metode Pendosisan:

    1 Penentuan Faktor Tera Cetakan Secara Eksperimental.

    Daya tampung cetakan (faktor tera) ditentukan dengan mengisi cetakan

    dengan masa basis murni, kemudian setelah beku dan kelebihan penuangan

    dihilangkan, suppositoria ditimbang satu-satu dan dicari rata-ratanya tepat dua

    angka di belakang koma. Penyimpangan yang terjadi dapat mencapai 5%.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    15/25

    2 Pendosisan Dengan Menggunakan Faktor Pengganti.

    Faktor pengganti (nilai tukar) menunjukkan berapa gram suatu basis

    suppositoria tertentu yang digantikan oleh 1 g bahan obat.

    Pembuatan suppositoria dalam skala kecil hendaknya dilebihkan 10%

    untuk mencegah kehilangan basis akibat tertinggal pada pinggan penggerus, alu,

    dan kartu pengeroknya.

    3 Pendosisan Berdasar Volume.

    Pada skala besar dilakukan dengan faktor pengganti, namun pada skala kecil,

    disarankan untuk melakukan pendosisan dengan cara penuangan menurut muenzel

    atau dengan cara piala tuang menurut koenig.

    Nilai Tukar.

    Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui berat lemak cokelat yang

    mempunyai besar volume yang sama dengan 1 g obat bila suppositoria

    mengandung zat padat dalam jumlah banyak (>10%). Karena zat padat dalam

    jumlah banyak akan menyebabkan jumlah obat melebihi dosis dan massa

    suppositoria akan berkurang.

    Daftar nilai tukar lemak cokelat untuk 1 g obat

    Acidum boricum : 0,65

    Aethylis aminobenzoas : 0,68

    Garam alkaloid : 0,7

    Aminophyllinum : 0,86

    Bismuthi subgalas : 0,37

    Bismuthi subnitras : 0,20

    Ichtammolum : 0,72

    Sulfonamidum : 0,60Tanninum : 0,68

    Zinci oxydum : 0,25

    Nilai tukar beberapa obat adalah 0,7 kecuali untuk garam bismuth dan

    zinci oxydum. Untuk larutan nilai tukarnya adalah satukan : 45 g 6,45 g = 38,55

    g.

    Pengemasan dan Penyimpanan Suppositoria

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    16/25

    a. Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria terpisah,

    tidak mudah hancur atau meleleh

    b. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastik 6

    sampai 12 buah untuk kemudian dikemas dalam dus.

    c. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    17/25

    BAB III

    METODE PERCOBAAN

    3.1 Alat

    Mortir dan stamper

    Neraca

    Anak timbangan gram dan mg

    Termometer 1100 C

    Beaker glass 400 ml

    Cawan porselen 100 ml

    Batang pengaduk

    Spatula

    Kulkas

    Cetakan suppositoria

    3.2 Bahan

    Benzocain

    Theophyllin

    Ol. Cacao

    Air panas

    Air dingin

    3.3 Resep

    R/ Benzocain 0,500

    Theophyllin 0,500

    Dasar supp qs

    m.f.supp.dtd.

    s.I dd supp I

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    18/25

    #

    Pro : Tn. Jalal

    3.4 Golongan Obat

    O = -

    G = Benzocain, Theophyllin

    W = -

    B = -

    3.5 Prosedur Percobaan

    3.5.1 Perhitungan Bahan

    Berat 1 supositoria dianggap 3 g

    - Benzocain : 3 x 0,5 g = 1,5 g

    - Theophylin : 3 x 0,5 g = 1,5 g

    - Ol.Cacao : 3 x 3 g (1,5 + 1,5)g

    = 9 3 = 6 g

    3.5.2 Prosedur Kerja

    - Timbang bahan obat dan bahan dasar.

    - Buat penangas air buatan (masukan air hangat ke dalam beaker glass, atur

    suhu hingga 400 C dengan termometer, kemudian letakkan cawan porselen

    di atas beaker glass dengan syarat air menyentuh dasar cawan porselen,

    maka air tersebut akan mengalirkan panas dimana cawan porselen akan

    bersuhu 350C).

    - Lebur ol.cacao dalam cawan porselen.

    - Campurkan Theophyllin dan Benzocain dalam lumpang, gerus homogen.

    - Masukkan sedikit demi sedikit bahan obat yang telah digerus ke dalam

    cawan porselen yang berisi ol.cacao yang telah melebur.

    - Aduk hingga homogen.

    - Sebelum dicetak, lakukan uji homogenitas, yakni dengan meneteskan

    campuran obat dengan bahan dasar sebanyak 1 tetes pada permukaan

    object glass kemudian tutup dengan menggunakan object glass. Periksalah

    homogenitasnya di daerah yang terang.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    19/25

    - Setelah homogen, kemudian masukkan ke dalam cetakan yang telah

    diolesi paraffin liq.

    - Masukkan dalam lemari es, biarkan 10 menit.

    - Keluarkan, isi kembali lubang yang terbentuk dan masukkan kembali ke

    dalam lemari es, biarkan 5 menit.

    - Keluarkan suppositoria dari cetakan.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil

    Diperolah sediaan suppositoria dengan bobot rata-rata 2,482g dengan

    penyimpangan bobot 0,44%; 0,04%; 6,28%; 1,36% memenuhi persyaratan.

    Penentuan titik leleh dan uji homogenitas tidak dilakukan.

    Evaluasi Supositoria

    Keseragaman bobot

    Untuk pengujian kandungan bahan obat dari suppositoria, yaitu

    suppositoria yang mewakili ditimbang, kandungannya ditentukan dengan metode

    yang cocok dan dihitung persentase penyimpangan dari seharusnya, dari 4

    suppositoria ditimbang masing masing sampai ketelitian 2 desimal dan dihitung

    bobot rata-rata yang diizinkan untuk 3 suppositoria tidak boleh melampaui 5 %

    dan 1 suppositoria tidak boleh melampaui 10%.

    - Bobot 4 supp. (A) = 9,928 g- Bobot rata-rata (B) = 2,482 g

    - Bobot tiap supp. (C) = 2,492 g ; 2,483 g ; 2,326g ; 2,448g

    - Rumus Penyimpangan = x 100%

    a. C1 = 2,492

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    20/25

    = x 100%

    = 0,44 %

    b. C2 = 2,483

    = x 100%

    = 0,04 %

    c. C4 = 2,326

    = x 100%

    = 6,28 %

    d. C4 = 2,448

    = x 100%

    = 1,36 %

    Uji homogenitas

    Obat seharusnya dibuat seragam/homogen, ukuran partikel yang kecil

    untuk menjamin distribusi obat melewati basis dan untuk meminimalkan

    pengendapan saat pelelehan.

    - Ambil secara acak 1 supp.

    - Belah horizontal dan vertikal suppositoria

    4.2 Pembahasan

    Pembuatan supositoria untuk bahan obat theophyllin dan benzocain

    dibuat dengan cara mencampurkan kedua bahan obat ini ke dalam oleum cacao

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    21/25

    yang telah dileburkan terlebih dahulu. Oleum cacao meleleh antara 30 0 sampai

    360C merupakan basis supositoria yang ideal, yang dapat melumer pada suhu

    tubuh tapi tetap dapat bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa. Akan

    tetap, oleh karena kandungan trigliserida nya, oleum cacao menunjukkan sifat

    polimorfisme, atau keberadaan zaat tersebut dalam berbagai bentuk kristal. Oleh

    karena itu bila oleum cacao tergesa-gesa atau tidak hati-hati dicairkan pada suhu

    yang melebihi suhu minimumnya, lalu segera didinginka, maka hasilnya

    berbentuk kristal mentastabil (suatu bentuk kristal) dengan titik levbur yang lebih

    rendah dari titik lebur oleum cacao asalnya. (Ansel, 2005)

    Diperolah sediaan suppositoria dengan bobot rata-rata 2,482g dengan

    penyimpanga bobot 0,44% ; 0,04%; 6,28%; 1,36% memenuhi persyaratan.

    Penentuan titik leleh dan uji homogenitas tidak dilakukan. Persyaratan

    suppositoria adalah tidak lebih dari 2 suppositoria yang penyimpangan bobotnya

    tidak lebih dari 5% dan tidak lebih dari 1 suppositoria penyimpangan bobotnya

    tidak lebih dari 10%.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    - Suppositoria dibuat dengan basis oleum cacao yang dipanaskan pada suhu

    tidak lebih dari 39oC.

    - Persyaratan suppositoria adalah tidak lebih dari 2 suppositoria yang

    penyimpangan bobotnya tidak lebih dari 5% dan tidak lebih dari 1suppositoria penyimpangan bobotnya tidak lebih dari 10%

    - Uji yang dilakukan untuk mengevaluasi suppositoria yaitu uji

    keseragaman bobot dan uji homogenitas

    5.2 Saran

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    22/25

    - Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati dalam penuangan

    campuran bahan obat dengan basis supositoria ke dalam cetakan agar

    bahan tidak terbuang banyak dan tetap bersih serta rapi pada cetakan.

    -Penimbangan bahan obat dan basis supositoria harus diperhatikan agar

    kemungkinan penyimpangan bobot dapat dihindari.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi revisi. Bandung:

    Penerbit ITB. Hal. 337-344.

    Anief, Moh. (1993.Farmasetika. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.

    Anief, Moh. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogjakarta : Gadjah Mada University

    Press

    Ansel, Howard C. (2005).Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit

    UI Press.

    Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta :

    Depkes RI.

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    23/25

    Syamsuni, A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.

    152-164..

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    24/25

    Lampiran

  • 7/23/2019 Print Sippos.

    25/25