print sippos
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Print Sippos.
1/25
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLID
SUPPOSITORIA
Frans Apandi 121524074
Noval Saputra 121524072
Maulana Ibrahim S. 121524076
Nanda Pratama 121524001
Lia Pusvita 121524060
Maya Sari Bungsu 121524057
PROGRAM STUDI : EKSTENSI FARMASI B
KELOMPOK/HARI : V/RABU
TANGGAL PERC. : 8 MEI 2013
LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI SOLID
FAKULTAS FARMASI
UNIVESITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
-
7/23/2019 Print Sippos.
2/25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Supositoria adalah sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau
melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik.
Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat,
tergliserinasi, minyak nabati terhidrosinasi, campuran poetilengglikol berbagai
bobot molekul dan ester asam lemak polietilenglikol. Bahan dasar suppositoria
yang digunakan sangat berpengaruh dalam pelepasan zat terapetik. Lemak cokelat
sangat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tecampurkan dengan cairan
tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada
tempat yang diobati. Pilietilenglikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk
beberapa antiseptik, jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik
menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, dapat dilepas dari bahan dasar
yang dapat bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan
polietilenglikol, bahan dasar ini cendrung sangat lambat larut sehingga
menghambat pengelepasan, bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat
jangan digunakan dalam sedian vagina, karena bentuk residu yang tidak dapat
diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang digunakan melalui rektal karena
disolusinya lambat, lemak coklat dan penggantinya (lemak keras) lebih baik
menghilangkan iritasi, seperti pada sedian untuk hemoroid internal.
Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan
mencampur bahan obat yang dihaluskan kedalam minyak padat dengan suhu
kamar dan masa yang dihasilkan dibuat dengan bentuk yang sesuai, atau dibuat
dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan
menjadi dingin didalam cetakan, sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat
ditambahkan untuk mencegah kecendrungan beberapa obat, (seperti kloral
-
7/23/2019 Print Sippos.
3/25
dehitdrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting suppositoria meleleh
pada suhu tubuh.
Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat harus disimpan dalam wadahtertutup baik, sebaiknya pada suhu di bawah 300C (suhu kamar terkendali).
1.2 Prinsip Percobaan
Membuat suppositoria dengan bahan dasar oleum cacao untuk dosis
dewasa dan menevaluasi keseragaman bobot serta homogenitas.
1.3 Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui cara pembuatan suppositoria.
- Untuk mengetahui persyaratan suppositoria.
- Untuk mengetahui cara evaluasi suppositoria.
-
7/23/2019 Print Sippos.
4/25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suppositoria menurut FI edisi IV adalah sediaan padat dalam berbagai
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah
lemak coklat, tergliserinasi, minyak nabati terhidrosinasi, campuran
poetilengglikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilenglikol.
Macam-macam suppositoria
Macam-macam suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya:
1. Suppositoria rektal sering disebut suppositoria saja, berbentuk peluru
digunakan lewat rektal atau anus, bobotnya menurut FI Edisi IV adalah
kurang lebih 2 g. Suppositoria berbentuk torpedo mempunyai keuntungan,
yaitu bila bagian yang besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur,maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiriannya.
2. Suppositoria vaginal (ovula), umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5 g. Dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau
yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Supositoria kempa atau supositoria sisipan adalah suppositoria
vagina yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk
yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut
FI.ed.IV, supositoria vagina dengan bahan dasar yang dapat larut atau
bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g.
Supositoria dengan bahan gelatin tergliserinasi (70 bagian gliserin, 20 bagian
gelatin dan 10 bagian air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
sebaiknya pada suhu dibawah 350C.
-
7/23/2019 Print Sippos.
5/25
3. Suppositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang
panjang antara 7 14 cm.
Pembuatan Suppositoria Secara Umum
Suppositoria dilakukan dengan cara penuangan massa ke dalam cetakan
yang sesuai. Untuk suppositoria biasanya berupa kerucut bundar (rounded cone)
berbentuk peluru atau torpedo untuk dapat ditekan oleh kontraksi rektum.
Cetakannya ada dua jenis, pertama cetakan dari logam, kemudian cetakan
dibuka dan suppositoria yang dihasilkan dikemas. Kedua, cetakan dari sejenis
plastik diserahkan kepada pasien dalam cetakan. Pada saat akan digunakan baru
dikeluarkan dari cetakan.
Bahan dasar suppositoria yang digunakan dipilih agar meleleh pada suhu
tubuh atau dapat larut dalam cairan rektum. Obat diusahakan agar larut dalam
bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus
dibuat serbuk halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau
mencair, dituangkan ke dalam cetakan suppositoria kemudian didinginkan.
Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria.
Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tabung gelas atau gulungan kertas.
Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, suppositoria
harus dibuat berlebih 10% dan sebelum digunakan cetakan harus sudah
dibasahai lebih dulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus
saponatus (Soft Soap Liniment). Namun, spiritus saponatus tidak boleh digunakan
untuk suppositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengansabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum ricini dalam etanol. Khusus
untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween, bahan pelicin cetakan
tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah
dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.
Sifat Suppositoria yang Ideal
1. Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh.
2. Tidak toksik dan tidak merangsang.
-
7/23/2019 Print Sippos.
6/25
3. Dapat tercampur (kompatibel) dengan bahan obat.
4. Dapat melepas bahan obat dengan segera.
5. Mudah dituang ke dalam cetakan dan dapat dengan mudah dilepas dari
cetakan.
6. Stabil terhadap pemanasan di atas suhu lebur.
7. Mudah ditangani.
8. Stabil selama penyimpanan.
Tujuan Penggunaan Suppositoria
1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum
maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemoroid/wasir/ambein
dan infeksi lainnya.
2. Cara rektal juga digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat
diserap oleh memberan mukosa dalam rektum.
3. Jika penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, misalnya pasien
mudah muntah dan tidak sadarkan diri.
4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diasorpsimelalui mukosa rektum dan langsung masuk kedalam sirkulasi darah.
5. Agar terhindar dari pengerusakan obat oleh enzim di dalam saluran
gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam hepar.
Keuntungan Suppositoria
Keuntungan penggunaan obat dalam Supositoria dibanding peroral, yaitu:
1. Dapat menghindarai terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung.
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan peroral.
4. Digunakan bagi pasien pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
-
7/23/2019 Print Sippos.
7/25
Basis Supositoria
1. Basis lemak : Ol. Cacao (lemak coklat).
Ada dua jenis basis lemak, yaitu:
Bahan alam semisintetik atau sintetik berupa trigliserida, baik yang
dihidrogenasi parsial maupun dihidrogenasi keseluruhan.
Minyak coklat (ol.cacao), berupa padatan berwarna kuning putih
dengan bau coklat, terdiri atas campuran ester glisiril stearat, palmitat,
oleat, dan asam lemak.
2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin,
polietilenglikol (PEG).
3. Bahan dasar lain : pembentukan emulsi A/M. Misalnya campuran Tween
61 85 % dengan gliserin larutan 15%.
1. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (Ol. Cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam
palmitat, berwarna putih kekuningan, padat, berbau khas dan bersifat
polimorfisme (mempunyai bentuk kristal) dan meleleh pada suhu 31-340.
Karena mudah berbau tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah/
tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.
Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya
pada pemanasan tinggi. Di atas titik leburnya, oleum cacao akan meleleh
sempurna seperti minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang
berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Untuk menghindari bentuk-bentuk kristal yang tidak stabil dapat dilakukan
dengan cara:
- Oleum cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup dua pertiganya saja
yang dilelehkan.
-
7/23/2019 Print Sippos.
8/25
- Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan
oleum cacao untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil
menjadi bentuk stabil.
- Pembekuan lelehan selama beberapa jam atau beberapa hari.
Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan, memiliki bau
yang khas. Jika dipanaskan pada suhu sekitar 300C akan mulai mencair
dan biasanya meleleh sekitar 34-350C, sedangkan pada suhu di bawah
300C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak
coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua
inti kristal stabil yang berguna untuk memadat. Jika didinginkan di bawah
suhu 150C, akan mengkristal dalam bentuk kristal menstabil. Agar
mendapatkan supositoria yang stabil, pemanasan lemak coklat sebaiknya
dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang sehingga tetap
mengandung inti kristal dari bentuk stabil.
Untuk menaikkan titik lebur lemak coklat, digunakan tambahan cera atau
cetaceum.
Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan
sedikit kloralhidrat/fenol/minyak atsiri.
Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan
residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang
dipakai untuk sediaan rektal karena disolusinya lambat.
Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar oleum cacao
sebaiknya dihindari karena:
- Menyebabkan reaksi antara obat-obat di dalam supositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao.
- Jika airnya menguap, obat tersebut dapat mengkristal kembali dan dapat
keluar dari supositoria.
-
7/23/2019 Print Sippos.
9/25
Keburukan oleum cacao sebagai bahan dasar supositoria:
- Meleleh pada udara panas
- Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama
- Titik leburnya dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu
- Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair selama pemakaian)
- Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi
2. Suppositoria dengan bahan dasar PEG (polietilenglikol)
Mempunyai titik lebur 350 - 630.
Tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.
Formula yang dipakai:
- Bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96%
(75%)
- Bahan dasar berair: PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua + obat
20%.
Keuntungan:
- Tidak mengiritasi atau merangsang
- Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya jika dibandingkan dengan
oleum cacao
- Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu
tubuh
Kerugiannya:
- Menarik cairan dari dari jaringan tubuh setelah dimasukkan sehingga
rasa yang sangat menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara
-
7/23/2019 Print Sippos.
10/25
mencelupkan supositoria ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket
supositoria ini harus tertera petunjuk Basahi dengan air sebelum
digunakan.
- Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan
obat.
Pembuatan suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan
dasar lalu dituangkan dalam cetakan seperti pembuatan suppositoria
dengan bahan dasar lemak coklat.
3. Suppositoria dengan bahan dasar gelatin
Dapat digunakan sebagai bahan dasar vaginal suppositoria
Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut pada suhu tubuh
Perlu penambahan pengawet ( Nipagin) karena abahan dasar ini
merupakan media baik bagi pertumbuhan bakteri
Penyimpanan harus ditempat yang dingin
Bahan dasar ini juga digunakan untuk pembuatan Urethra suppositoria
dengan formula : gelati 20, gliserin 60, dan aqua yang mengandung obat
20.
Kebaikan:
Diharapkan dapat memberi efek yang cukup lama, lebih lambat melunak,
dan lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan
dengan oleum cacao.
Keburukan:
- Cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang higroskopis
yang dapat menyebabkan dehidrasi atau iritasi jaringan.
- Memerlukan tempat untuk melindungi dari udara lembap agar bentuk
dan konsistensinya terjaga.
-
7/23/2019 Print Sippos.
11/25
Dalam farmakope Belanda terdapat formula suppositoria dengan bahan
dasar gelatin, yaitu : panaskan 2 bagian gelatin dengan 4 bagian air dan 5
bagian gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air
panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan
tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh suppositoria dengan 4 gram.
Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau
gliserin yang disisahkan dan dicampurkan pada massa yang sudah dingin.
4. Bahan dasar lainnya :
Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air,
beberapa diantaranya membentuk emulsi A/M. Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin larutan 15 % bahan dasar ini
dapat menahan air atau larutan berair. Berat suppositoria 2,5 g.
Formulasi Supositoria
Pertimbangan utama dalam mengembangkan formulasi supositoria adalah:
1. Tujuan aplikasi supositoria untuk lokal atau sistemik
2. Aplikasi lokasi (rektal, vaginal, atau uretral)
3. Apakah diinginkan efek cepat atau lambat atau diperpanjang/diperlama.
Metode pembuatan suppositoria
1. Dengan tangan
Hanya dapat dikerjakan untuk supositoria dengan bahan dasar Ol. Cacao
berskala kecil dan bila bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode ini
kurang cocok untuk iklim panas.
2. Dengan mencetak hasil leburan
Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair bagi yang memakai
bahan dasar gliserin gelatin, tetapi untuk Ol. Cacao dan PEG tidak dibasahi
karena mengkrut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.
-
7/23/2019 Print Sippos.
12/25
3. Dengan kompresi
Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan suppositoria
dilakukan dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 6000suppositoria/jam.
Pengemasan suppositoria
1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria mudah terpisah, tidak
mudah hancur atau meleleh.
2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari almunium foil atau strip plastik
sebanyak 6 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.
3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk
Pemeriksaan Mutu Suppositoria
Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.
2. Uji terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol . caaco.
3. Uji kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengankutan
4. Uji waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol . cacao dingin 3 menit.
5. Uji homogenitas.
Cara pemakaian suppositoria
Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu buka bungkus aluminium foil
dan lunakkan suppositoria dengan air.
Berbaring miring dengan tungkai yang di bawah lurus, dan yang di atas
ditekuk.
Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2
cm dan terus berbaring selama 15 menit.
Cuci tangan setelah memasukkan suppositoria.
-
7/23/2019 Print Sippos.
13/25
Teknologi Pembuatan Dalam Industri
Menurut teknik pembuatannya dapat dibedakan antara cara penuangan
(cara lebur) dan cara pencetakan. Yang terpenting dalam pembuatan suppositoria
adalah teknologi pembuatannya sekaligus pengemasannya yang optimal. Kadang-
kadang supositoria juga ditambahkan dengan bahan pewarna.
1. Cara Penuangan.
Cara ini yang paling sering digunakan. Setelah masa melebur dan
disatukan dengan bahan obat, dituang ke dalam cetakannya.Hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatan suppositoria untuk menjamin pembekuan obat
dengan cepat dan proses sedimentasi bahan obat tidak terjadi antara lain:
Suhu pemanasan tidak naik terlalu tinggi.
Memiliki viskositas setinggi mungkin dengan suhunya, hanya sedikit di atas
titik bekunya.
Menggunakan pemanasan yang sangat hati-hati, misalnya dengan penyinar
infra merah.
Masa diaduk secara intensif dan kontinyu.
Metode ini sering juga disebut dengan cara leburan krim dan cara leburan
jernih yang hanya digunakan dalam skala besar. Dalam skala kecil
pencetakan suppositoria dilakukan dengan cara penuangan tunggal, yaitu
setiap lubang dari suppositoria diisikan secara berturut-turut satu demi satu.
Jika pada pembuatan dalam skala semi industri atau industri dilakukan
dengan cara penuangan masal, yaitu setiap lubang diisikan secara serempak
dengan menggunakan alat berbentuk corong yang cocok.
2 . Cara Pencetakan.
Pada cara pencetakan, parutan basis suppositoria dicampurkan dengan
bahan obat yang diserbuk halus, kemudian diisikan dalam sebuah pencetak
suppositoria (misal pencetak suppositoria universal) dan dengan sebuah torak
yang digerakkan ke dalam melalui sebuah kincir, ditekan ke dalam cetakan
melalui lubang kecil. Dengan bantuan alat khusus, suppositoria kemudian
didorong keluar.
Alat cetak yang digunakan di industri bekerja dengan tekanan 10 MPz
(100 at). Semua basis suppositoria dapat digunakan dalam pembuatan suppositoria
-
7/23/2019 Print Sippos.
14/25
dengan cara pencetakan. Untuk mengurangi kerapuhan suppositoria dapat
ditambahkan pelumas, seperti parafin liquidum atau adeps lanae. Umumnya
pemulasan dengan parafin atau talk wajib dilakukan di awal proses pencetakan.
Beberapa pencetak supositoria memiliki koneksi dengan air pendingin untuk
meredam panas yang timbul akibat tekanan pencetak. Mesin dalam skala besar
mampu mencetak beberapa suppositoria sekaligus.
Pada pembuatan suppositoria dengan cara penuangan dan cara pencetakan
terdapat perbedaan antara lain suppositoria pencetakan tidak memiliki
homogenitas yang optimal, tidak seperti hasil yang diperoleh dari suppositoria
penuangan. Kekompakan bahan obat juga lebih rendah. Untuk bahan obat yang
berbentuk cair cara pencetakan kurang cocok digunakan.
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan suppositoria
a. Pot tuang suppositoria.
Terdiri dari sebuah wadah dengan mantel ganda yang dilengkapi dengan
termostat dan pengaduk untuk menghindari sedimentasi, pengaduk dibuat
sedemikian rupa sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam masa dan
menyebabkan porositas suppositoria yang tidak dikehendaki. Pot tuang memiliki
kapasitas 1,5 liter, 3 liter, dan 20 liter. Pada skala industri dapat dihasilkan 10000
sampai 12000 suppositoria dengan hanya diawasi oleh 2 orang saja.
b. Otomat tuang.
Otomat tuang mampu memproduksi 20000 suppositoria dalam satu jam
hanya dalam satu siklus kerja. Fase kerja otomat tuang seperti itu tergantung pada
jenis alatnya. Fase tersebut dapat berlangsung secara linier atau rotasi. Operasi
kerja berikut berlangsung secara penuh yaitu penuangan masa, pendinginan
cetakan, pengerokan masa membeku yang berlebih, pendesakan suppositoria yangtelah selesai keluar, serta pembersihan dan pemulasan cetakan.
Metode Pendosisan:
1 Penentuan Faktor Tera Cetakan Secara Eksperimental.
Daya tampung cetakan (faktor tera) ditentukan dengan mengisi cetakan
dengan masa basis murni, kemudian setelah beku dan kelebihan penuangan
dihilangkan, suppositoria ditimbang satu-satu dan dicari rata-ratanya tepat dua
angka di belakang koma. Penyimpangan yang terjadi dapat mencapai 5%.
-
7/23/2019 Print Sippos.
15/25
2 Pendosisan Dengan Menggunakan Faktor Pengganti.
Faktor pengganti (nilai tukar) menunjukkan berapa gram suatu basis
suppositoria tertentu yang digantikan oleh 1 g bahan obat.
Pembuatan suppositoria dalam skala kecil hendaknya dilebihkan 10%
untuk mencegah kehilangan basis akibat tertinggal pada pinggan penggerus, alu,
dan kartu pengeroknya.
3 Pendosisan Berdasar Volume.
Pada skala besar dilakukan dengan faktor pengganti, namun pada skala kecil,
disarankan untuk melakukan pendosisan dengan cara penuangan menurut muenzel
atau dengan cara piala tuang menurut koenig.
Nilai Tukar.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui berat lemak cokelat yang
mempunyai besar volume yang sama dengan 1 g obat bila suppositoria
mengandung zat padat dalam jumlah banyak (>10%). Karena zat padat dalam
jumlah banyak akan menyebabkan jumlah obat melebihi dosis dan massa
suppositoria akan berkurang.
Daftar nilai tukar lemak cokelat untuk 1 g obat
Acidum boricum : 0,65
Aethylis aminobenzoas : 0,68
Garam alkaloid : 0,7
Aminophyllinum : 0,86
Bismuthi subgalas : 0,37
Bismuthi subnitras : 0,20
Ichtammolum : 0,72
Sulfonamidum : 0,60Tanninum : 0,68
Zinci oxydum : 0,25
Nilai tukar beberapa obat adalah 0,7 kecuali untuk garam bismuth dan
zinci oxydum. Untuk larutan nilai tukarnya adalah satukan : 45 g 6,45 g = 38,55
g.
Pengemasan dan Penyimpanan Suppositoria
-
7/23/2019 Print Sippos.
16/25
a. Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria terpisah,
tidak mudah hancur atau meleleh
b. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastik 6
sampai 12 buah untuk kemudian dikemas dalam dus.
c. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.
-
7/23/2019 Print Sippos.
17/25
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Mortir dan stamper
Neraca
Anak timbangan gram dan mg
Termometer 1100 C
Beaker glass 400 ml
Cawan porselen 100 ml
Batang pengaduk
Spatula
Kulkas
Cetakan suppositoria
3.2 Bahan
Benzocain
Theophyllin
Ol. Cacao
Air panas
Air dingin
3.3 Resep
R/ Benzocain 0,500
Theophyllin 0,500
Dasar supp qs
m.f.supp.dtd.
s.I dd supp I
-
7/23/2019 Print Sippos.
18/25
#
Pro : Tn. Jalal
3.4 Golongan Obat
O = -
G = Benzocain, Theophyllin
W = -
B = -
3.5 Prosedur Percobaan
3.5.1 Perhitungan Bahan
Berat 1 supositoria dianggap 3 g
- Benzocain : 3 x 0,5 g = 1,5 g
- Theophylin : 3 x 0,5 g = 1,5 g
- Ol.Cacao : 3 x 3 g (1,5 + 1,5)g
= 9 3 = 6 g
3.5.2 Prosedur Kerja
- Timbang bahan obat dan bahan dasar.
- Buat penangas air buatan (masukan air hangat ke dalam beaker glass, atur
suhu hingga 400 C dengan termometer, kemudian letakkan cawan porselen
di atas beaker glass dengan syarat air menyentuh dasar cawan porselen,
maka air tersebut akan mengalirkan panas dimana cawan porselen akan
bersuhu 350C).
- Lebur ol.cacao dalam cawan porselen.
- Campurkan Theophyllin dan Benzocain dalam lumpang, gerus homogen.
- Masukkan sedikit demi sedikit bahan obat yang telah digerus ke dalam
cawan porselen yang berisi ol.cacao yang telah melebur.
- Aduk hingga homogen.
- Sebelum dicetak, lakukan uji homogenitas, yakni dengan meneteskan
campuran obat dengan bahan dasar sebanyak 1 tetes pada permukaan
object glass kemudian tutup dengan menggunakan object glass. Periksalah
homogenitasnya di daerah yang terang.
-
7/23/2019 Print Sippos.
19/25
- Setelah homogen, kemudian masukkan ke dalam cetakan yang telah
diolesi paraffin liq.
- Masukkan dalam lemari es, biarkan 10 menit.
- Keluarkan, isi kembali lubang yang terbentuk dan masukkan kembali ke
dalam lemari es, biarkan 5 menit.
- Keluarkan suppositoria dari cetakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Diperolah sediaan suppositoria dengan bobot rata-rata 2,482g dengan
penyimpangan bobot 0,44%; 0,04%; 6,28%; 1,36% memenuhi persyaratan.
Penentuan titik leleh dan uji homogenitas tidak dilakukan.
Evaluasi Supositoria
Keseragaman bobot
Untuk pengujian kandungan bahan obat dari suppositoria, yaitu
suppositoria yang mewakili ditimbang, kandungannya ditentukan dengan metode
yang cocok dan dihitung persentase penyimpangan dari seharusnya, dari 4
suppositoria ditimbang masing masing sampai ketelitian 2 desimal dan dihitung
bobot rata-rata yang diizinkan untuk 3 suppositoria tidak boleh melampaui 5 %
dan 1 suppositoria tidak boleh melampaui 10%.
- Bobot 4 supp. (A) = 9,928 g- Bobot rata-rata (B) = 2,482 g
- Bobot tiap supp. (C) = 2,492 g ; 2,483 g ; 2,326g ; 2,448g
- Rumus Penyimpangan = x 100%
a. C1 = 2,492
-
7/23/2019 Print Sippos.
20/25
= x 100%
= 0,44 %
b. C2 = 2,483
= x 100%
= 0,04 %
c. C4 = 2,326
= x 100%
= 6,28 %
d. C4 = 2,448
= x 100%
= 1,36 %
Uji homogenitas
Obat seharusnya dibuat seragam/homogen, ukuran partikel yang kecil
untuk menjamin distribusi obat melewati basis dan untuk meminimalkan
pengendapan saat pelelehan.
- Ambil secara acak 1 supp.
- Belah horizontal dan vertikal suppositoria
4.2 Pembahasan
Pembuatan supositoria untuk bahan obat theophyllin dan benzocain
dibuat dengan cara mencampurkan kedua bahan obat ini ke dalam oleum cacao
-
7/23/2019 Print Sippos.
21/25
yang telah dileburkan terlebih dahulu. Oleum cacao meleleh antara 30 0 sampai
360C merupakan basis supositoria yang ideal, yang dapat melumer pada suhu
tubuh tapi tetap dapat bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa. Akan
tetap, oleh karena kandungan trigliserida nya, oleum cacao menunjukkan sifat
polimorfisme, atau keberadaan zaat tersebut dalam berbagai bentuk kristal. Oleh
karena itu bila oleum cacao tergesa-gesa atau tidak hati-hati dicairkan pada suhu
yang melebihi suhu minimumnya, lalu segera didinginka, maka hasilnya
berbentuk kristal mentastabil (suatu bentuk kristal) dengan titik levbur yang lebih
rendah dari titik lebur oleum cacao asalnya. (Ansel, 2005)
Diperolah sediaan suppositoria dengan bobot rata-rata 2,482g dengan
penyimpanga bobot 0,44% ; 0,04%; 6,28%; 1,36% memenuhi persyaratan.
Penentuan titik leleh dan uji homogenitas tidak dilakukan. Persyaratan
suppositoria adalah tidak lebih dari 2 suppositoria yang penyimpangan bobotnya
tidak lebih dari 5% dan tidak lebih dari 1 suppositoria penyimpangan bobotnya
tidak lebih dari 10%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Suppositoria dibuat dengan basis oleum cacao yang dipanaskan pada suhu
tidak lebih dari 39oC.
- Persyaratan suppositoria adalah tidak lebih dari 2 suppositoria yang
penyimpangan bobotnya tidak lebih dari 5% dan tidak lebih dari 1suppositoria penyimpangan bobotnya tidak lebih dari 10%
- Uji yang dilakukan untuk mengevaluasi suppositoria yaitu uji
keseragaman bobot dan uji homogenitas
5.2 Saran
-
7/23/2019 Print Sippos.
22/25
- Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati dalam penuangan
campuran bahan obat dengan basis supositoria ke dalam cetakan agar
bahan tidak terbuang banyak dan tetap bersih serta rapi pada cetakan.
-Penimbangan bahan obat dan basis supositoria harus diperhatikan agar
kemungkinan penyimpangan bobot dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi revisi. Bandung:
Penerbit ITB. Hal. 337-344.
Anief, Moh. (1993.Farmasetika. Yogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Anief, Moh. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogjakarta : Gadjah Mada University
Press
Ansel, Howard C. (2005).Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit
UI Press.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta :
Depkes RI.
-
7/23/2019 Print Sippos.
23/25
Syamsuni, A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.
152-164..
-
7/23/2019 Print Sippos.
24/25
Lampiran
-
7/23/2019 Print Sippos.
25/25