proposal anonim2

Upload: khairatuzaro

Post on 15-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

no description

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan yang begitu besar terhadap kehidupan manusia. Perkembangan tersebut menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu bersaing dan berkompetensi di dunia yang semakin canggih ini. Persaingan tersebut menuntut manusia tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga menuntut manusia yang terampil menerapkan pengetahuannya agar mampu digunakan di dunia kerja nantinya. Untuk mancapai hal tersebut selain melalui pendidikan formal di kampus juga dibutuhkan wadah yang mampu memberikan konstribusi terhadap ilmu lapangan yang diharapkan mahasiswa telah memiliki gambaran tentang dunia kerja yang akan digeluti nantinya.PON (Pekan Olahraga Nasional) XVIII akan dilaksanakan di Pekanbaru, Riau yang nantinya akan diramaikan oleh Atlit-atlit nasional dari barbagai daerah yang ada di Indonesia yang akan mengikuti berbagai cabang olah raga yang di ikutsertakan. Dalam pelaksanaannya diperlukan fasilitas pendukung acara/kegiatan PON maka harus diadakan tempat peristirahatan/tempat tinggal para atlit selama mengikuti PON, salah satunya adalah Pembangunan Asrama Atlit Di Kawasan Sport Centre Rumbai Pekanbaru, yang bertujuan untuk mensukseskan PON yang ke XVIII yang akan digelar di kota Pekanbaru. Dengan dibangunnya Asrama Atlit ini diharapkan agar para atlit dari seluruh penjuru Indoesia mendapatkan kenyamanan dengan fasilitas yang disediakan. Asrama atlit ini juga mencegah kelalaian saat digelarnya PON XVIII, dan sebagai antisipasi agar penginapan para atlit tidak jauh dari lokasi PON nantinya, oleh karena itu Pemerintah Kota Pekanbaru membangun Asrama atlit ini berada satu kawasan dengan sarana olahraga yang disediakan atau di Kawasan Sport Centre Rumbai Pekanbaru.

1.2 TujuanDiharapkan pembangunan 2 dua Unit Asrama Atlit, Di Kompleks Sport Centre Rumbai - Pekanbaru ini memberi kemudahan dalam bentuk fasilitas dan layanan tempat tinggal kepada para Atlit pada PON XVIII Tahun 2012.

1.3 Batasan MasalahPenulis menyusun laporan ini berdasarkan hasil pengamatan penulis, konsultasi, serta bimbingan baik dari pembimbing lapangan, kontraktor pelaksana, konsultan managemen konstruksi serta berpedoman pada gambar kerja dan data - data serta lampiran.Batasan masalah laporan bertitik berat pada pondasi, khususnya pondasi tiang pancang.

Metoda pembuatan laporan yaitu :

Metoda interview, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan konsultasi dan tanya jawab langsung dengan pembimbing lapangan, kontraktor pelaksana dan konsultan managemen konstruksi.

Observasi, yaitu melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi proyek. Dokumentasi, yaitu kegiatan atau proses pekerjaan atau merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga dan penting. Tinjauan pustaka, yaitu pengambilan data dari buku atau internet yang mendukung dalam pembuatan laporan.

1.4 Spesifikasi Teknis

Bangunan 2 dua Unit Asrama Atlit, Di Kompleks Sport Centre Rumbai Pekanbaru memiliki spesifikasi teknis sebagai berikut :

Gedung terdiri dari tiga lantai, elevasi tiap lantai 4 (empat) meter.

Jenis tanah di lokasi proyek yaitu tanah rawa.

Menggunakan pondasi tiang pancang, dengan diameter 30 cm

Panjang BP (tiang pancang utama) 10 m

Panjang UP (tiang pancang sambungan) 8 m

Struktur atas menggunakan struktur beton bertulang

Tegangan leleh, tulangan longitudinal (fy) 400 Mpa

Tegangan leleh, tulangan geser 240 Mpa

Mutu beton yang digunakan

Struktur bawah menggunakan mutu beton K-500

Struktur atas menggunakan mutu beton K-2501.5 Sistematika penulisan

Sistematika laporan yang penulis buat adalah :BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang proyek, tujuan dari pembangunan gedung 2 dua Unit Asrama Atlit, Di Kompleks Sport Centre Rumbai Pekanbaru, teknik-teknik yang digunakan untuk penulisan laporan, batasan masalah yang diuraikan serta sistematika laporan.BAB II DASAR - DASAR TEORI DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

Berisikan pedoman perencanaan, dasar perhitungan, dan teori dari pondasi tiang pancang.

BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

Berisikan tentang penerapan dasar teori dengan pengumpulan data dari kegiatan di lapangan.

BAB IVTUGAS KHUSUS

Berisikan tentang perhitungan berdasarkan tijauan lapangan

BAB VPENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran.

BAB IIDASAR - DASAR TEORI DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI2.1 Defenisi Tanah

Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.

Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung digunakan dalam teknik sipil untuk membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau lebih campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik. Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan dibelakang material unsur utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau dengan material utamanya adalah lempung dan sebagainya.

Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air dan bahan padat. Udara dianggap tidak mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah. Ruang diantara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisiudara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah tanah yang tidak mengandung air sama sekali atau kadar airnya nol.

2.2 Penyelidikan lapangan dengan Dutch Cone Penetrometer Test (DCPT, Sondir)

Penyondiran adalah suatu proses memasukkan alat sondir secara tegak lurus kedalam tanah untuk mengetahui besarnya perlawanan penetrasi tanah terhadap kedalaman lapisan tanah yang ditembus alat sondir tersebut.

Alat sondir adalah suatu alat yang berbentuk silinder dengan ujungnya berupa suatu konus. Dimana pada pengujian sondir, alat ini ditekan kedalam tanah untuk mengukur perlawanan tanah pada ujung sondir ( tahanan ujung ) dan gesekan pada selimut sondir ( hambatan lekat atau gesekan selimut ). Standarisasi alat sondir di Indonesia belum dilakukan hingga saat ini. Standar alat sondir yang umum digunakan dan telah diterima secara luas tercantum dalam ASTM D 3441-75T yaitu : sondir yang mempunyai luas proyeksi ujung konus sebesar 10 cm2

dan luas selimutnya sebesar 150 cm2, penetrasi yang dilakukan dengan manual atau hidrolik dengan kecepatan tidak lebih dari 2 cm/det.

Alat sondir terdiri dari konus atau bikonus yang dihubungkan dengan batang dalam penyanggah (casing). Kemudian alat sondir ini ditekan kedalam tanah dengan bantuan mesin sondir hidraulik yang digerakkan secara manual. Ada 2 tipe ujung konus pada sondir mekanis yaitu :

Konus biasa, yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan biasanya digunakan pada tanah berbutir kasar, dimana besar perlawanan lekatnya kecil. Bikonus yang diukur adalah perlawanan ujung konus dan hambatan lekatnya yang biasanya digunakan pada tanah yang berbutir halus.

Pembacaan tahanan ujung konus dan hambatan lekatnya dilakukan pada setiap kedalaman 20 cm. Cara pembacaan pada sondir secara mekanis adalah secara manual dan bertahap, yaitu dengan mengukur tahanan ujung dengan alat ukur menometer kemudian baru diukur gesekan selimaut dan tahanan ujung sehingga hasil laporan adalah pengurangan pengukuran (pembacaan) kedua terhadap pengukuran (pembacaan) pertama. Cara penetrasi sondir mekanis (konus dan bikonus). Selanjutnya dilakukan perhitungan bedasarkan rumus sebagai berikut :

- Hambatan lekat (HL) dihitung dengan rumus :

HL = ( JP PK ) / AB .................................................................................. ( II.1)

- Jumlah hambatan lekat (JHL) dihitung dengan rumus :

JHLi = I0 HL ............................................................................................... ( II.2)

Dimana :PK = Perlawanan penetrasi konus (qc)

JP = Jlh perlawanan ( perlawanan ujung konus + selimut )

A = Interval pembacaan = 20 cm

B = Faktor alat = luas konus/luas torak = 10 cm

i = Kedalaman lapisan yang ditinjau

2.2.1 Kegunaan uji sondir adalah :

1. Untuk menentukan profil dan karakteristik tanah.

2. Merupakan pelengkapan bagi informasi dari pengeboran tanah.

3. Menentukan daya dukung pondasi.

4. Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta daya dukung maupun daya lekat setiap kedalaman.

5. Untuk memeberikan gambaran jenis tanah secara kontinu.

6. Untuk mengevaluasi (meninjau kembali) karakteristik teknis tanah.

2.2.2 Tujuan uji sondir adalah :

1. Tujuan praktis : untuk mengetahui kedalaman dan kekuatan lapisan lapisan tanah.

2. Tujuan teoritis :

a. Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus ( penetrasi terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas ).

b. Untuk mengetahui jumlah hamabatan lekat tanah ( perlawanan geser atau friction tanah terhadap selubung bikonus yang dinyatakan dalam gaya persatuan panjang ).

Gambar 2.1 Dimensi Alat Sondir Mekanis

a) Konus b) Bikonus

2.2.3 Cara Pelaporan hasil uji sondir

Cara pelaporan hasil uji sondir biasanya dilakukan dengan menggambarkan variasi tahanan ujung ( qc ) dengan gesekan selimut ( fs ) terhadap kedalamannya. Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang, maka diperlukan harga komulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu dengan menjumlahkan harga gesekan selimut terhadap kedalaman, sehingga pada kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan untuk menghitung gesekan pada kulit tiang.

Besaran gesekan komulatif ( total friction ) diadaptasikan dengan sebutan jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil sondir digunakan untuk klasifikasi tanah, maka cara pelaporan hasil sondir yang diperlukan adalah menggambarkan tahanan ujung ( qc ), gesekan selimut ( fs ), dan ratio gesekan ( FR ) terhadap kedalaman tanah. Data sondir tersebut digunakan untuk mengidentifikasi dari profil tanah terhadap kedalaman.

Gambar 2.2 Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir

2.3 Macam-macam Pondasi

Pondasi adalah bagian paling bawah dari suatu bangunan yang meneruskan beban bangunan bagian atas kelapisan tanah atau batuan yang berada dibawahnya. Klasifikasi pondasi dibagi 2 (dua) yaitu:2.3.1Pondasi dangkal

Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung beban secara langsung seperti :

a. Pondasi setempat

Biasanya digunakan pada tanah yang mempunyai nilai daya dukung berbeda beda di satu tempat pada suatu lokasi bangunan yang akan dibangun. Untuk mentransfer beban yang dipikul oleh pondasi ini, agar dapat merata didistribusikan pada semua tempat biasanya dibuat beberapa pondasi setempat kemudian dihubungkan dengan plat balok. Untuk pemakaian pondasi seperti ini biasanya dijumpai pada pondasi rumah tinggal gedung bertingkat, ataupun gudang gudang tempat penimbunan barang dimana untuk setiap titik pondasi setempat diteruskan oleh kolom balok ke atasnya ataupun rangka baja (Gambar 2.3.a).b. Pondasi Menerus

Digunakan pada tanah yang mempunyai nilai daya dukung yang seragam pada satu lokasi pekerjaan yang akan dibangun. Pemakaian pondasi ini sangat ekonomis dari segi pelaksanaannya, dan dapat dipakai pasangan batu kali untuk pasangan pondasi bentuk trapesiumnya dan plat beton untuk dasar pondasi tersebut. Kemampuan pondasi ini dalam mentransfer beban kebawah pondasi (tanah) dianggap bisa merata akibat kemampuan daya dukung tanah yang homogen dalam meredam beban yang dipikul oleh pondasi (Gambar 2.3.b).c. Pondasi Tikar

Jenis pondasi ini umumnya berlaku untuk tanah yang mempunyai nilai daya dukung tanah yang sangat kecil, dimana jenis tanah tersebut termasuk jenis tanah CH menurut USCS (Unified Soil Classification System). Nilai daya dukung tanah yang sangat kecil, mengakibatkan kemampuan tanah dalam memberikan daya dukung sangat kecil. Untuk mendapatkan nilai daya dukung yang maksimum, biasanya digunakan pondasi seperti ini dengan mengandalkan luasan plat untuk memberikan daya dukung yang maksimum dan dikombinasikan dengan pondasi tiang ke atas, sehingga nilai friksi tambahan dapat diharapkan sepanjang tiang untuk menambah nilai friction file antara tiang dan tanah juga nilai daya dukung ujung (end bearing file) dari luasan pondasi. Mengingat konstruksi tersebut tidak ekonomis dari segi pelaksanaanya untuk gedung yang sederhana, maka konstruksi tersebut banyak dipakai pada gedung bertingkat (Gambar 2.3.c).

(c)Gambar 2.3 Tipe tipe pondasi dangkal2.3.2Pondasi dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari permukaan, seperti:

a. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan antara pondasi dangkal dan pondsi tiang (Gambar 2.4), digunakan bila tanah dasar yang kuat terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal Df/B 1.b. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak pada kedalaman yang sangat dalam (Gambar 2.4). Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran (Bowles, 1991).

Gambar 2.4 Pondasi Sumuran2.4 Pengertian Pondasi Tiang Pancang

Tiang pancang adalah bagian dari suatu konstruksi pondasi yang terbuat dari kayu, beton dan baja yang berbentuk langsing yang dipancang hingga tertanam dalam tanah pada kedalaman tertentu berfungsi untuk menyalurkan atau mentransmisikan beban dari struktur atas melewati tanah lunak ke lapisan tanah yang keras. Hal ini merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang atau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah melalui ujung tiang pancang. Distribusi muatan vertikal dibuat dengan menggunakan gesekan, atau tiang pancang apung. Kebanyakan tiang pancang dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa tipe yang dicor setempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah.

Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus kedalam tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancang miring. Sudut kemiringan yang dicapai oleh tiang pancang tergantung dari pada alat pancang yang digunakan serta disesuaikan dengan perencanaannya.

Tiang pancang pada konstruksi pondasi mempunyai beberapa jenis, baik dari segi jenis tiangnya maupun dalam pelaksanaan ( pembuatan ) pondasi tiang tersebut.

Pada perencanaan pondasi tiang pancang, kekuatan pondasi antara lain ditentukan oleh kapasitas daya dukung sebuah tiang, dan kapasitas daya dukung tiang pancang tersebut umumnya ditentukan oleh kekuatan reaksi tanah dalam mendukung tiang yang dibebani dan pada kekuatan tiang itu sendiri dalam menahan serta menyalurkan beban diatasnya.

2.4.1 Penggolongan pondasi tiang pancang

Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.2.4.1.1 Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan

Pembagian tiang pancang menurut pamakaian bahan terdiri dari beberapa bagian, yaitu :2.4.1.1.a Tiang Pancang Kayu

Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.

Pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan dari pada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang.2.4.1.1.b Tiang Pancang Beton

1. Precast Renforced Concrete Pile

Precast Renforced Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton ( bekisting ), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan di pancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi penulangan penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport.

Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar ( >50 ton untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab jika ternyata panjang dari pada tiang ini pancang belum menemui tanah keras atau perlawanan tanah maka tiang pancang harus di lakukan penyambungan.a. Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile : Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang digunakan. Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile. Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya. Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.b. Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.

Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.

Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.

Gambar 2.5 Tiang Pancang Precast Reinforced Concrete Pile2. Precast Prestressed Concrete PilePrecast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang yang menngunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.

a. Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile

Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.

Tiang pancang tahan terhadap karat.

Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

b. Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.

Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.

Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.

Gambar 2.6 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile3. Cast in Place PilePondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan dua cara:

1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.

2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.a. Keuntungan pemakaian Cast in Place Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.

Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.

Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

b. Kerugian pemakaian Cast in Place Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.

Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.

Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

Gambar 2.7 Tiang Pancang Cast In Place Franki Pile2.4.1.1.c Tiang pancang baja

Jenis tiang pancang baja ini biasanya berbentuk profil H. karena terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini adalah sangat besar sehingga dalam transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti pada tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang ini sangat bermanfaat jika dibutuhkan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar. Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda - beda terhadap texture (susunan butir) dari komposisi tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah (moisture content).

Pada tanah dengan susunan butir yang kasar, karat yang terjadi hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka karena adanya sirkulasi air dalam tanah. Pada tanah liat (clay) yang kurang mengandung oksigen akan menghasilkan karat yang mendekati keadaan seperti karat yang terjadi karena terendam air. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak di bawah lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen, maka lapisan pasir tersebut akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.

a. Keuntungan pemakaian tiang pancang baja :

Tiang pancang ini mudah dalam hal penyambungan;

Tiang pancang baja mempunyai kapasitas daya dukung yang tinggi;

Dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.

b. Kerugian pemakaian tiang pancang baja :

Tiang pancang ini mudah mengalami korosi;

Tiang pancang H dapat mengalami kerusakan besar saat menembus tanah keras dan yang mengandung batuan, sehingga diperlukan penguatan ujung.

Gambar 2.8 Tiang Pancang Baja2.4.1.1.d Tiang Pancang Komposit

Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.

Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.

Gambar 2.9 Tiang Pancang Composite ungased

2.4.1.2 Berdasarkan cara penyaluran beban yang diterima tiang ke dalam tanah

Berdasarkan cara penyaluran bebannya ke tanah, pondasi tiang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (End Bearing Pile)

Tiang ini akan meneruskan beban melalui tahanan ujung tiang ke lapisan tanah pendukung.

Gambar 2.10 Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Ujung(End Bearing Pile)2. Tiang pancang dengan tahanan gesekan (Friction Pile)

Jenis tiang pancang ini akan meneruskan beban ke tanah melalui gesekan antara tiang dengan tanah di sekelilingnya. Bila butiran tanah sangat halus tidak menyebabkan tanah di antara tiang - tiang menjadi padat, sedangkan bila butiran tanah kasar maka tanah di antara tiang akan semakin padat.

Gambar 2.11 Pondasi Tiang Pancang Dengan Tahanan Gesekan(Friction Pile)3. Tiang pancang dengan tahanan lekatan (Adhesive Pile)

Bila tiang dipancangkan pada dasar tanah pondasi yang memiliki nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh lekatan antara tanah disekitar dan permukaan tiang.2.5 Pekerjaan Pondasi2.5.1 Uraian2.5.1.1 Umum

Pekerjaan ini meliputi pembuatan tiang pancang lengkap dengan pemancangannya sesuai dengan spesifikasi ini atau gambar rencana kedalam pemancangan harus mendapat persetujuan dari Direksi. Untuk menentukan jumlah dan kedalaman tiang pancang, harus dilakukan cenderung test untuk menghitung daya dukung tiang macam tiang pancang harus sesuai dengan gambar.2.5.1.2 Tiang Percobaan

Kontraktor apabila diperlukan harus melaksanakan pemancangan tiang-tiang percobaan dengan panjang dan lokasi yang ditentukan oleh direksi maka panjang tiang percobaan harus lebih besar dari panjang tiang pada gambar rencana untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi tanah.2.5.1.3 Beban yang diizinkan

Bila setelah diadakan percobaan ternyata daya dukung kurang dari pada beban rencana, tiang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan perintah Direksi.

2.5.2 Material2.5.2.1 Tiang pancang beton

Tiang Pancang yang digunakan adalah Tiang Pancang Spun Pile dia. 30 cm dgn kedalaman 18 m ( sampai dgn tanah keras ) dengan menggunakan Diesel Hammer. Mutu beton dan mutu baja tulangan harus sesuai dengan yang disebutkan dalam gambar rencana

2.5.3 Pelaksanaan2.5.3.1 Tiang pancang beton bertulang precast Pabrikasi tiang-tiang beton bertulang dilaksanakan sesuai dengan pekerjaan beton dari tiang spesifikasi ini. Acuan disamping dapat dibuka setelah pengecoran beton berselang 24 jam, tetapi seluruh tiang itu tetap didukung ditempat dan tidak boleh mengalami tegangan karena pemindahan selama jangka waktu sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran beton atau lebih lama bila dikehendaki oleh Direksi. Tiang-tiang yang telah selesai harus tidak mempunyai bagian-bagian yang keropos, atau kekurangan-kekurangan lain dan harus berbentuk seperti yang diisyaratkan. Tiang-tiang setelah di bor, kecuali ditetapkan lain oleh Direksi, tiang-tiang tidak diperkenankan untuk dipancang sampai beton berumur 40 hari setelah di cor.

Kalau tiang diangkat atau digeser, tiang tersebut harus didukung pada titik seperempat panjangnya atau menurut cara yang disetujui oleh direksi. Bilamana tiang-tiang akan dibuat 1 m lebih panjang dari pada panjang yang dinyatakan pada gambar rencana, direksi akan memerintahkan menggunakan pembesian dengan diameter yang lebih besar dan atau memakai tiang-tiang dengan ukuran yang lebih besar dari yang tertera pada gambar rencana,setiap tiang harus di tandai tanggal pengecoran dan panjangnya ditulis dengan jelas dekat dengan kepala tiang.

Kontraktor dapat memilih untuk memakai semen yang cepat mengeras untuk membuat tiang-tiang itu, pemberitahuan tertulis harus diberikan mengenai maksud pengunaan semen semacam itu dan merek dari semen yang diusulkan itu perlu dinyatakan, semen tersebut tidak dapat dipergunakan sampai ada persetujuan dari direksi dan masa perlindungan dan persyaratan sebelum dipancang akan ditetapkan oleh direksi.

Memperpanjang tiang dilaksanakan sebagai berikut :

1. Dimana pembesian akan dibuat sebagai sambungan lewatan, maka beton pada kepala tiang akan dipotong sehingga tinggal besi-besi tulangan dengan panjang sama dengan 40 kali diameter dari tulangan.

2. Penulangan yang sama sifat dan diameternya seperti yang dipakai pada tiang yang sepanjang dua kali putaran penuh dan besi-besi spiral akan dibuat lewatan sepenjang dua kali putaran penuh besi-besi memanjang dengan lawatan 40 kali diameter. Dapat pula besi-besi tulangan diperpanjang dengan las busur (arc welding) seperti yang diisyaratkan untuk las besi tulangan : kepala tiang beton akan dikupas secukupnya, yakni sekurang-kurangnya 30 cm untuk memungkinkan pengelasan. Acuan yang diperlukan akan ditempatkan secara kokoh dan diikat erat pada kepala tiang. 3. Bila perpanjangan lebih besar dari 1.50 m, acuan akan dibuat dengan satu titik terbuka, yang akan diisi dengan lapisan beton yang diisi dengan lapisan beton yang tidak melebih 1,50 m tingginya. 4. Sebelum mengecor beton, kepala tiang harus dibersihkan dari bahan lepas atau pecahan-pecahan, dibasahi seluruhnya dan ditutup dengan campuran beton K-175 dan semen yang digunakan haruslah kwalitas yang sama dengan yang dipakai pada tiang-tiang asli, kecuali ditetapkan/disetujui lain oleh Direksi.5. Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran, perpanjangan tiang akan dirawat seperti pada tiang asli. Dalam hal tiang akan diperpanjang tetapi setelah dipancang, dikehendaki untuk tertanam dengan pekerjaan beton diatasnya, maka perlu perpanjangan pembesian untuk dapat dapat tertanam seperti tertera pada gambar rencana (atau kalau tidak tertera demikian, maka panjang lewatannya tulangan adalah 40 kali diameter untuk besi memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi)2.5.3.2 Tiang pancang precast Penyambungan dilakukan dengan memotong ujung tiang pancang sepanjang 40 kali diameter besi tulangan yang besar, pemotongan ini harus tegak lurus sumbu tiang, sambungan harus menggunakan besi tulangan dengan diameter sama dan harus diikat kuat dengan besi tulangan yang akan disambung, bekisting sambungan harus mempunyai ukuran yang sama dengan tiang yang disambung. Pemasangan bekisting harus sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran-kebocoran. Mutu beton juga harus sama dengan mutu beton tiang yang disambung, segera setelah selesai di cor, ujung tiang harus dibasahi dan ditutup dengan adukan semen. Bekisting tidak diizinkan dibongkar sebelum beton berumur 7 hari, hasil pengecoran beton harus mendapat persetujuan Direksi. Pemancangan tiangBilamana peil akhir tiang-tiang berada dibawah permukaan tanah, maka galian harus terlebih dahulu dilaksanakan sebelum tiang-tiang dipancang.

Harus selalu diperhatikan bahwa dasar dari pondasi hendaknya tidak terganggu dengan adanya penggalian diluar batas-batas yang tertera pada gambar rencana. Dalam hal memancang dengan menggunakan water jet penggunaan harus dihentikan, sebelum tercapai peil ujung atau penetrasi yang diinginkan, seperti diperintahkan oleh Direksi dan tiang-tiang akan dipancang dengan cara pukulan saja untuk menjamin penetrasi akhir, pipa-pipa jet yang tertanam didalam tiang harus diisi dengan grout semen setelah pemancangan selesai. Selama pemancangan, kepala tiang beton harus dilindungi dengan topi yang sesuai termasuk suatu bantalan kayu, karet keras, abu gergaji serat kasar atau material yang disetujui, untuk mengurangi secara minimum pengrusakan yang memungkin terjadi pada tiang.

Kepala tiang baja harus dilindungi dengan topi dengan mandel pancang dan kepala tiang harus dilindungi terhadap kemungkinan pecah dengan menggunakan cincin besi tempat atau besi lunak seperti tertera pada spesifikasi ini.

Tiang-tiang pancang termasuk tiang miring harus dipancang secara sentris dan secara efektif diarahkan dan ditatahan, pada posisi yang betul semua tiang harus dipancang dengan dihindari oleh Direksi atau wakilnya dan palu pancang tidak boleh dipindahkan dari kepala tiang tanpa persetujuannya.

Tiang-tiang harus dipancang dengan pengerasan yang tak melebihi 2% dari kemiringan yang ditetapkan, dan pergeseran maksimum kepala tiang dari posisi yang tertera pada gambar rencana tidak boleh lebih besar dari fokus

Bila suatu tiang pecah atau terbelah pada saat pemancangan atau menjadi rusak atau keluar dari posisi melebihi batas-batas tersebut diatas, maka tiang tersebut harus dicabut pada saat itu juga dan diganti dengan yang tersebut diatas.

Bila tidak mungkin untuk memancang kembali tiang itu pada posisi aslinya, maka harus dipancang sedekat mungkin keposisi itu atau oleh direksi dipertahankan untuk memancang tiang tambahan. Tiang harus dipancang sehingga tidak masuk lagi atau hingga penetrasi tertentu, sesuai dengan palu pancang yang digunakan berdasarkan ketentuan-ketentuan dari direksi atau sampai tercapai penetrasi akibat terus menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal terebut diatas peil ujung tiang tidak akan lebih tinggi dari apa yang tertera pada gambar rencana atau yang telah ditetapkan oleh direksi setelah dilakukan pemancangan tiang-tiang percobaan, kecuali letak yang lebih disetujui oleh direksi.

Untuk tiang-tiang percobaan, tanpa menghiraukan bahwa ujung tiang telah mencapai peil seperti tertara pada gambar, rencana atau penurunan yang dicapai telah sesuai dengan spesifikasi, pemancangan masih harus dilanjutkan bila dikehendaki oleh direksi untuk menilai daya dukung dari lapisan tanah yang lebih bawah.

Dalam hal syarat-syarat test yang dimintakan tidak dapat dicapai, maka direksi dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang sehingga beban maksimum yang diperuntukkan setiap tiang tidak melampaui daya dukung yang aman atau membuat perubahan-perubahan pada rencana bangunan bawah bila dianggap perlu. 2.5.4 Alat PancangAlat-alat pancang harus digunakan dapat dari tipe grafity, uap atau diesel, untuk tiang-tiang beton, alat pancang yang dipakai adalah tipe uap atau diesel, palu pancang tipe gravity sebaiknya mempunyai berat tidak kurang dari jumlah berat topi tiang dan tiangnya, dengan minimum 2 ton untuk tiap tiang beton, untuk tiang baja, berat palu pancang dua kali berat tiang dan topinya.2.5.4.1 Palu Pancang

Tinggi jatuhnya palu pancang tidak akan melampaui 2,5 meter atau seperti yang ditentukan oleh Direksi, alat pancang dengan tipe uap, angin atau diesel yang disetujui, harus dapat memberikan energi untuk menurunkan tiang dengan satuan penetrasi tidak kurang dari 3 mm setiap pukulan 15 cm terakhir dari pemancangan pada daya dukung yang diinginkan. Dalam hal-hal pancang uap, angin atau diesel digunakan energi total yang diberikan oleh palu pancang dengan tipe uap, angin atau diesel yang disetujui, harus dapat memberikan energi untuk menurunkan tiang dengan satuan penetrasi tidak kurang dari 3 mm setiap pukulan untuk 15 cm terakhir dari pemancangan pada daya dukung yang diinginkan. Dalam hal alat-alat pancang uap, angin atau diesel digunakan energi total yang diberikan oleh palu pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm perpukulan, kecuali yang ditentukan untuk tiang beton sepeti dibawah ini. Alat pancang uap atau angin yang dipakai memancang tiang beton akan memberikan energi per pukulan untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap m3 beton tiang pancang itu. Tidak diperkenankan memancang tiang dengan jarak 6 m didekat beton yang berumur kurang dari 7 hari bila pemancangan yang direncanakan tidak dapat dicapai dengan menggunakan palu pancang yang lebih besar dan atau menggunakan water jet atas biayanya sendiri.2.5.4.2 Penghantar tiang pancang

Penghantar dibuat sedemikian rupa sehingga palu pancang dapat bergerak dengan bebas pada posisi yang tetap dengan menggunakan tali atau stempel yang kaku untuk menjamin tertahannya tiang pada saat pemancangan, kecuali mendapat persetujuan khusus dari direksi, penghantar akan dibuat cukup panjang sehingga tak diperlukan lagi penyambung, kecuali bila tiang pancang, dipancang dalam air.2.5.4.3 Water jet

Dalam hal memakai water jet, maka banyaknya jet serta volume dan tekanan air pada ujung (nozzle) jet haruslah sekedar cukup untuk melonggarkan material yang berdekatan dengan tiang dan bukannya untuk memindahkan/membongkar material tersebut.

2.5.4.4 Pemotongan ujung tiang pancang

Ujung tiang pancang sekurang-kurangnya tertanam 30 cm kedalam poer pondasi, kecuali sekurang-kurangnya 1 cm harus tertanam kedalam beton pengisi tersebut. Ujung-ujung tiang harus dipotong pada ketinggian rencana yang disebutkan dalam gambar. Panjang tiang harus dipotong pada ketinggian rencana yang disebutkan dalam gambar, rusak akibat pemancangan, jarak antara tepi keliling poer ke tepi tiang-tiang pancang yang paling pinggir sekurang-kurangnya 25 cm. Apabila pemotongan ujung tiang terlalu panjang sehingga ujung tiang terletak dibawah poer yang direncanakan, tiang harus disambung cara penyambungan seperti yang disebutkan dalam spesifikasi beton bertulang dengan pembesian.

2.5.5 Pengukuran Hasil Kerja2.5.5.1 Penyediaan tiang pancang

Satuan untuk dasar pembayaran penyediaan tiang pancang beton dan tiang pancang baja adalah meter panjang. Jumlah pekerjaan penyediaan yang akan dibayar adalah jumlah panjang tiang untuk berbagai macam tipe dan panjang dengan perintah Direksi, lengkap dengan materialnya yang sesuai spesifikasi ini dan tersedia dengan baik digudang kontraktor dan diterima oleh Direksi.

Jumlah meter panjang tiang yang dibayar termasuk tiang percobaan yang diperintahkan pengakuan atau pemancangan yang hilang yang diganti atas perintah Direksi dan yang tidak diterima oleh Direksi. 2.5.5.2 Pemancangan Tiang Pancang

Satuan pengukuran hasil kerja untuk pemancangan tiang pancang tiang beton precast adalah meter panjang tiang yang dipancang diukur dari ujung bawah tiang sampai dengan titik pemotongan akhir untuk tiang yang tertanam seluruhnya kedalam tanah atau dari ujung bawah sampai muka tanah dasar untuk tiang yang tertanam sebagian, meter panjang tiang pancang yang dibayar termasuk tiang percobaan (test pile) adalah jumlah panjang dari banyaknya tiang pancang sesuai gambar rencana atau sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi, jumlah tersebut tidak termasuk panjang tiang percobaan yang dipancang oleh kontraktor atas kemaunnya sendiri, kecuali apabila tiang percobaan tersebut sesuai dengan spesifikasi dan disetujui oleh Direksi sebagai bagian dari struktur. 2.6 Metode Kalendering Pemancangan Tiang Pancang

Kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang. Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic hammer. Biasanya kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan item wajib yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek. Perhitungan kalendering menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton.

Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir. Kapan saat dilaksanakan kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang disyaratkan, Final Set 3 cm untuk 10 pukulan terakhir.

Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley).

R = Kapasitas daya dukung batas (ton)

W = Berat palu atau ram (ton)

P = Berat tiang pancang (ton)

H = tinggi jatuh Hammer

S = Rata-rata penetrasi tiang pancang pada saat 10 penumbukan terakhir, atau set (m)

N = Koefisien restitusi*

0,4-0,5 untuk palu besi cor, tiang beton tanpa helm

0,3-0,4 untuk palu kayu (landasan kayu)

0,25-0,3 untuk tiang kayu

K = Rata-rata Rebound untuk 10 pukulan terakhir (m)

SF= Safety factor 1 sampai 4BAB III

TINJAUAN LAPANGAN3.1 Struktur Organisasi Proyek

STRUKTUR ORGANISASI

PEMBANGUNAN 2 (DUA) UNIT ASRAMA ATLITDi Komplek Sport Centre Rumbai Tahun Anggaran 2011/2012

Adapun tugas dari masing-masing unsur proyek adalah sebagai berikut :

a. Project Manager

Project Manager adalah orang yang diutus oleh Perusahaan Kontraktor untuk memimpin proyek dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek. Tugas dan wewenang dari Project Manager antara lain :

1) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelaksanaan proyek di lapangan

2) Melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelesaian proyek.

3) Menjamin tersedianya seluruh sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek

b. Mutu dan K3Mutu dan K3 bertugas mengatur kualitas dari pekerjaan, yang menyangkut mutu hasil pekerjaan maupun barang dan material yang digunakan, selain itu juga mengatur sistem keamanan, kesehatan dan kenyamanan dari para pekerja maupun staf proyek. c. Project Engineering ManagerProject Engineer Manager pada umumnya mulai terlibat sejak awal perencanaan suatu proyek. Dialah yang bertugas menyusun project schedule, manpower planing, equipment loading dan project budget bersama dengan project key person yang lain. Pada saat eksekusi proyek berjalan, dialah yang berperan utama memasok informasi yang diperlukan untuk mengendalikan agar proyek tetap berjalan sesuai rencana.Project engineering dibantu oleh beberepa staff, yaitu :

Plaining Implementation, personal yang mengatur pelaksanaan dan perencanaan berjalannya proyek.

Administrasi Teknik, bertugas membuat laporan bulanan dan memantau kemajuan proyek berdasarkan hasil laporan harian dan mingguan dari Quantity Surveyor.

Drafter bertugas sebagai personal yang membuat gambar kerja dan detail gambar pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam suatu proyek mauupun merevisi gambar yang akan dikerjakan.

Quantity Surveyor antara lain mempunyai tugas, membuat laporan kemajuan dari prestasi pekerjaan serta menghitung volume dari gambar-gambar proyek dan detailnya dari shop drawing yang ada, memberikan tipe kontrak dan proses pelaksanaan untuk mencapai waktu yang ditentukan. Cost Control, melakukan tugas untuk mengontrol biaya yang akan dikeluarkan untuk pembelian bahan, upah pekerjaan, dan yang lain yang menyangkut masalah bangunan. Logistik, tugas dan wewenang logistik antara lain, bertanggung jawab dalam pengadaan alat dan material proyek yang akan digunakan, melakukan pengecekan dan pengawasan secara kontiniu terhadap kesiapan meterial, alat dan pemeliharaan, melayani permintaan meterial dan barang sesuai dengan bidang pekerjaannya.d. Project Production ManagerProject Production Manager bertanggung jawab dalam pelaksanaan yang ada dilapangan, baik dari pembersihan, sampai proyek berakhir.

Project engineering dibantu oleh beberepa staf, yaitu :

Supervisor adalah orang yang bertanggung jawab dalam semua pelaksanaan kerja yang dilakukan. Surveyor, bertugas dalam semua pengukuran dilapangan, seperti membuat as bangunan dan membuat elevasi gedung.

Mekanik, mempunyai tugas memperbaiki alat di proyek jika terjadi kerusakan.e. Finance dan Administration

Finance dan Administration bertanggung jawab kepada project manager dalam mengemban fungsi staf dan penerapan sistem administrasi keuangan serta prosedur yang sesuai dengan keperluan.3.2 Pembersihan Lapangan

Pembersihan lahan Clearing dengan Excavator yang dikerjakan sesuai dengan zoning tersebut di Gambar 3.1. Pembersihan untuk membuang puing, tanaman liar dan tanah humus yang selanjutnya digunakan untuk menimbun area yang elevasinya masih rendah.

Gambar 3.1 Land Clearing

3.3 Timbunan

Langkah-langkah dalam proses penimbunan ( lihat Gambar 3.2) :

1. Tanah Timbun dari luar diangkut menggunankan Dump Truck.

2. Meterial dituang ke lokasi timbunan 3. Perataan Material Menggunakan Excavator3.4 Penentuan Dan Pengukuran Lokasi Titik Pancang

Penentuan posisi titik tiang pancang sesuai dengan koordinat x, y yang ditentukan oleh konsultan perencana sesuai kesepakatan, yang mana posisi titik dikembangkan dari elevasi yang ada disekitar proyek seperti dari jalan dan gedung senam, kemudian dilaksanakan oleh surveyor.3.5 Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang

3.5.1 Tahapan Proses Pemancangan Tiang Pancang :

Gambar 3.2 Pemancangan1. Pengangakatan tiang pancang

Tiang pancang di angkat menggunakan mobil crane menggunakan kawat baja dengan dibantu minimal 2 orang pekerja untuk mengikat tiang pada tali dan memasukkan bantalan kayu sebagai peredam, kemudian berlahan-lahan dimasukkan kebawah hammer.2. Penyesuaian dengan titik yang akan di pancangkan.

Mobil crane kemudian membawa tiang ke titik yang akan dipancang yang dibantu minimal 2 orang pekerja, dan 2 orang mengatur tegak lurus tiang menggunakan tali masing-masing membentuk sudut 90o.

3. Pemancangan pada titik pancangOperator tugasnya mengontrol hammer untuk pemancangan pada mobil crane, satu orang bertugas mengikat tali hammer pada mobil untuk menjatuhkan hammer, satu orang bertugas mengatur suspensi hammer, dan satu orang menghitung jumlah pukulan.4. Melepas tali ikatan tiang pancang

Setelah tiang pancang tinggal sekitar 2 meter dari atas tanah, 2 orang pekerja melepas tali besi dari tiang pancang.5. Penyambungan tiang pancang

Setelah tiang pancang yang pertama terbenam, untuk menyambung pada tiang yang kedua sebaiknya menyisakan tiang pancang di atas permukaan tanah sepanjang 30 cm untuk memudahkan pengelasan tiang.

Tiang pancang di angkat menggunakan mobil crane dengan dibantu minimal 2 orang pekerja untuk mengikat tiang pada tali dan memasukkan bantalan kayu sebagai peredam, kemudian berlahan-lahan dimasukkan kebawah hammer.

Kemudian Mobil crane membawa tiang pancang ke titik yang akan disambung dengan dibantu minimal 2 orang pekerja, setelah tiang sambungan berada diatas tiang yang pertama pekerja meluruskannya, dan jika tiang masih kurang pas tiang sambungan dipukul secara horizontal dengan menggunakan palu besar untu, dan 2 orang mengatur tegak lurus tiang sambungan menggunakan tali masing-masing membentuk sudut 90o.

Setelah sesuai maka sambungan tiang dibersihkan dari lumpur yang melekat untuk memudahkan proses pengelasan.

Selanjutnya sambungan tiang pancang dilas oleh tukang las, dengan cara pengelasan pada kepala tiang secara melingkar keseluruhan agar sambungan kuat.

6. Selanjutnya lakukan kembali pekerjaan seperti tahap ke-3 dan ke-4 diatas. Jika perlu untuk melakukan sambungan kembali maka dilaksanaknlah seperti tahap ke-5 diatas.7. Saat tiang pancang hampir mendekati top pile yang disyaratkan maka dilaksanakanlah proses kalendering.3.5.2 Kalendering Pemancangan Tiang Pancang

Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang. Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic hammer. Biasanya kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan item wajib yang harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek.

Gambar 3.3 Kalendering Tiang PancangKalendering dilakukan pada saat 10 pukulan terkahir pemancangan untuk mendapatkan nilai final set dan nilai rebound.Tahapan pelaksanaanya yaitu:

1. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer

2. Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan selotip

3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada penggaris waterpass, kemudian menempelkan ujung spidol pada kertas millimeter4. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta menghitung jumlah pukulan

5. Setelah 10 pukulan terakhir, pemukulan tiang pancang dihentikan.3.5.3 Pembobokan Tiang Pancang

Pekerjaan pembobokan dilakukan setelah elevasi dasar Pile Cape telah ditentukan. Pembobokan tiang pancang dilakukan untuk memotong tiang pancang yang berlebih diatas elevasi dasar Pile Cape.

Tahapan pembobokan Pile Cape :

1. Dua orang pekerja masing-masing bertugas memegang pahat dan satu lagi memukul pahat dengan hammer. Pahat yang digunakan sebaiknya diikat dengan pipa elastis yang kuat menggunakan kawat ikat, hal ini bertujuan untuk meredam kekuatan hammer ke pahat untuk mengurangi rasa sakit saat memegangnya. Pahat diletakkan di atas elevasi.2. Setelah itu dipukul dengan hammer sambil satu orang memegang pahat sampai tiang pancang berlobang.

3. Setelah tiang pancang berlobang, selanjutnya pukul disekeliling tiang pancang secara horizantal diatas elevasi sampai benar-benar habis disekelilingnya.

4. Selanjutnya potong besi baja tulangan tiang pancang menggunakan pemotong besi.

5. Terakhir ratakan bekas potongan untuk memudahkan pemasangan tulangan Pile Cape. 3.5.4 Pekerjaan Pilecape

Pile cape adalah coran diatas tiang pancang sebagai kedudukan kolom dan sloof. Pile cape merupakan bagian dari pondasi tiang pancang, pada satu Pile cape bisa terdiri dari 1 5 tiang pancang di bawahnya, sesuai dengan perencanaan.

Tahapan pelaksanaan Pilecape :

1. Pemasangan bouwplank Pilecape

Pasang pancang kayu di setiap sisi Pilecape dengan ketentuan dari tanaman pancang sampai atas permukaan melebihi tinggi elevasi, dan berada diluar bakisting pile cape yang akan dibuat.

Cari elevasi pada pancang dengan waterpass, pada lapangan diambil simpanan ke atas sebesar 20 cm dari permukaan pilecape untuk memudahkan pembuatan bekisting.

Kemudian pasang bouwplank kayu sesuai dengan garis yang dicari dengan waterpass tadi.2. Pemasangan tali pembatas bouwplank Pilecape

Langkah kerja :

Letakkan theodolite pada titik as yang telah dibuat sebelumnya yang berada diluar lokasi proyek.

Bentuk sudut 90o untuk membuat jarak titik pada tepi pilecape, kemudian buat titik tepi pilecape, pada kondisi dilapangan digeser 87.5 cm, dikarenakan ukuran pile cape 1.75 m x 1.25 m.

Setelah theodolite diletakkan di titik yang dibuat, kembali bentuk sudut 90o untuk menandai titik pada bowplank pilecape.

Lakukan hal yang sama pada sisi bowplang yang lain, dengan menggeser 62.5 cm.

Beri tanda pada titik tersebut, kemudian sambungkan dengan tali untuk membentuk garis lurus.3. Persiapan lantai kerja

Lantai kerja terdiri dari pasir urug dan coran semen masing2 dengan tebal 10 cm, jadi kedalam dari dasar adalah 80 cm dari tali, kemudian diisi dengan pasir urug setebal 10 cm kemudian semen setebal 10 cm.4. Pemasangan begisitng batakoBatako dipasang menurut batas yang telah dibuat pada tali pembatas, dan jarak tinggi atas batako ke tali 20 cm sesuai dengan pengambilan simpanan tadi, tinggi bakisting batako adalah 40 cm.5. Pemasangan stek untuk menyambung antara tiang pancang dan Pilecape sebanyak 4 batang dengan D19 dengan panjang 1 m yang dimasukkan antara tiang pancang dan Pilecape.6. Pemasangan tulangan Pilecape dan tulangan kolom

Besi tulangan kolom yang telah di pabrikasi dimasukkan ke bagisting untuk di rakit didalam, masing-masing tiap pile cape jenis P3 menggunakan besi D19 dengan spesifikasi sebagai berikut :

Besi D19 panjang 1.88 m, 8 batang

Besi D19 panjang 2.18 m, 8 batang

Besi D19 panjang 1.38 m, 11 batang

Besi D19 panjang 1.68 m, 11 batang

Untuk tulangan kolom menggunakan besi D19 dengan panjang 6 m sebanyak 12 batang untuk satu kolomnya.

Pile cape yang digunakan berukuran 1.7 m x 1.2 m , dengan spasi antara tulangan dan pile cape 2.5 cm.7. Pengecoran PilecapeBeton pengecoran diaduk dalam mobil molen dan dimasukkan ke dalam bakisting batako dengan menggunakan gerobak sorong oleh para pekerja, sebelum dilakukan pengecoran diambil sempel dari campuran beton untuk dilakukan uji slump, pada sempel dilapangan didapat hasil uji slump adalah 9 cm, dengan mutu beton K-250. Sambil dilakukannya pengecoran di tudukkan besi D 19 sepanjang 1 m sebanyak dua batang untuk setiap sloof sebagai steknya.

3.6 Percobaan Uji Slump

3.6.1 Tujuan PercobaanPercobaan ini bertujuan untuk menentukan konsistensi suatu campuran beton berdasarkan satuan SLUMP. Suatu campuran beton memiliki konsistensi yang berbedabeda sesuai kebutuhan suatu bangunan yang akan di cor. Konsistensi itu dapat sangat kering, kering, plastis, plastis cair, cair, dan sebagainya.3.6.2 Alat uji

Alat uji harus berupa sebuah cetakan yang terbuat dari bahan logam yang tidak lengket dan tidak bereaksi dengan pasta semen. Ketebalan logam tersebut tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm dan bila dibentuk dengan proses pemutaran (spinning), maka tidak boleh ada titik dalam cetakan yang ketebalannya lebih kecil dari 1,15 mm.

Cetakan harus berbentuk kerucut terpancung dengan diameter dasar 203 mm, diameter atas 102 mm, tinggi 305 mm. Permukaan dasar dan permukaan atas kerucut harus terbuka dan sejajar satu dengan yang lain serta tegak lurus terhadap sumbu kerucut. Batas toleransi untuk masing-masing diameter dan tinggi kerucut harus dalam rentang 3,2 mm dari ukuran yang telah ditetapkan. Cetakan harus dilengkapi dengan bagian injakan kaki dan untuk pegangan seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.1. Bagian dalam dari cetakan relatif harus licin dan halus, bebas dari lekukan, deformasi atau mortar yang melekat. Cetakan harus dipasang secara kokoh di atas pelat dasar yang tidak menyerap air. Pelat dasar juga harus cukup luas agar dapat menampung adukan beton setelah mengalami slump

.Gambar 3.4 Cetakan untuk uji slumpBatang penusuk harus merupakan suatu batang baja yang lurus, penampang lingkaran dengan diameter 16 mm dan panjang sekira 600 mm, memiliki salah satu atau kedua ujung berbentuk bulat setengah bola dengan diameter 16 mm.

3.6.3 Prosedur Percobaan1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan air.

2. Letakkan cetakan diatas pelat.

3. Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis. Tiap kira- kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian bawah tiap tiap lapisan. Pada bagian bawah atau lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan.

4. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama menit.5. Cetakan diangkat perlahan lahan tegak lurus keatas.

6. Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.

7. Ukur SLUMP yang terjadi dengan menggunakan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata rata dari benda uji.3.7 Waterpass dan Theodolite3.7.1 Pengertian Waterpass dan TheodoliteWaterpass digunakan untuk menentukan elevasi/ peil untuk lantai, balok, dan lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang diketahui. Alat ini digunakan untuk mengecek ketinggian penulangan agar tidak melebihi tinggi rencana dan mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu juga dapat digunakan untuk pembuatan tanda/marking pada kolom/dinding sebagai acuan pekerjaan lain, seperti acuan untuk pekerjaan dinding panel precast, serta dapat digunakan dalam pengecekan settlement bangunan. Untuk keperluan pekerjaan struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada jarak tidak melebihi 30 meter. Dalam penggunaannya, waterpass didirikan pada tripod (kaki tiga).Theodolite digunakan untuk menentukan titik as bangunan, ketegaklurusan bangunan, menentukan elevasi bangunan, dan membuat sudut-sudut bangunan. Theodolite digunakan pada awal pelaksanaan proyek untuk menentukan peil dasar bangunan dan menentukan as-as bangunan. Setelah itu digunakan untuk penentuan as kolom, balok, core wall/shear wall, plat lantai dan lain-lain. Cara kerja alat ini adalah dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolite. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi. Theodolite dapat mengecek kondisi dalam arah vertikal, juga untuk menentukan ketinggian suatu titik. Obyek theodolite dalam hal ini antara lain as-as bangunan, titik penggalian, dan elevasi-elevasi/ peil-peil bangunan. Untuk keperluan pekerjaan struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada jarak tidak melebihi 30 meter. Dalam penggunaannya, theodolite didirikan pada tripod (kaki tiga).3.7.2 Mencari elevasi tiang pancang

Misalnya kita akan mencari batas elevasi tiang pancang menggunakan waterpass, misalkan Elevasi rencana dengan BM adalah 43,141 m. Tembak pesawat pada bak ukur yang diletakkan di elevasi aktual misalnya BM 43,03, kemudian didapat nilai bak ukur atau bacaan belakang 1.105 m. Selanjutnya cari nilai HI untuk mendapatkan bacaan depan.

Pesawat diputar ke tiang pancang yang akan diberi Elevasi dan di pas kan ke bak ukur 0.994 m, setelah didapat kasih tanda pada tiang pncang di bawah bak ukur.

Catatan : Posisi pesawat atau waterpass harus lebih tinggi dari titik elevasi untuk mempermudah pencarian, jika lebih rendah maka nilai nya akan menjadi minus, maka bak ukur harus dibalik kemudian di coret bagian titik 0 plat ukur.

Cara centering theodolite ke titik bawah

1. Dirikan tripot di area titik, injak satu kaki tripot sebagai tumpuan.

2. Pastikan theodolite dalam keadaan standar, kemudian pasang pada tripot.

3. Bidik titik bawah dengan teleskop bawah dengan mengangkat kedua kaki tripot yang bebas, usahakan agar bidikan tepat dititik, setelah itu injak kedua kaki tripot agar kedudukan kuat.

4. Kemudian naikkan atau turunkan kedua kaki tripot untuk menyentring pada bulatan air agar berada ditengah.

5. Perhalus bullatan air agar tepat ditengah, kemudian centring kembali titik bawah dengan teleskop bawah dengan mengendurkan kuncian theodolit.

6. Lakukan langkah diatas secara menerus sampai optik bawah tepat pada titik.

7. Lakukan centring air pada tabung dengan memutar leveling screws pada setiap kaki leveling screws.

8. Lakukan pengecekan kembali pada titik dibawah, jika bergeser kendurkan kuncian theodolite untuk mengapaskan nya, setelah pas kunci kembali.

9. Jika semua telah pas, maka proses centring telah selesai.3.7.3 Mencari jarak

Jarak optis adalah jarak yang dihasilkan dari alat.

Cara mencarinya dapat dengan rumus

Gambar 3.5 Pengukuran3.8 Alat Berat yang digunakan Dalam Proyeka. Excavator

Gambar 3.6 ExcavatorPada saat pelaksanaan proyek Excavator berfungsi sebagai menimbun tanah timbunan dan membantu memindahkan tiang pancang.

Landasan kerja yang kurang baikpun (lembek) masih bisa beroperasi, bila perlu bisa menggunakan bantuan landasan kerja dari kayu bulat yang ditata walaupun tanah yang dibawahnya sangat lembek. Efisiensi dari alat ini sangat dipengaruhi oleh skill operator dan kualitas mekanik.b. Mobile Crane

Gambar 3.7 Mobil CraneMobile Crane memiliki boom yang disangga oleh struktur utamanya (super structure flat form) dapat berupa rangka (lattice) dari baja kendali kabel dan hidrolis.

Pada saat pelaksanaan proyek, mobil Crane digunakan untuk menjalankan fungsi hammer, memindahkan tiang pancang dan memindahkan besi.

c. Dump Truck

Gambar 3.8 Dump Truck

Alat yang dapat memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh, dalam proyek ini Dump Truck dipakai untuk memasok material maupun alat yang akan digunakan, seperti tiang pancang, semen, besi, tripleks, maupun tanah timbunan.

d. Mobil Molen

Gambar 3.9 Mobil Molen

Mobil molen digunakan untuk mengangkut campuran beton dari Batchingplan ke lokasi proyek.e. Tranlie

Mobil ini digunakan untuk memasang tiang listrik, dengan cara pengeboran tanah terlebuh dahulu.

Gambr 3.10 Mobil Tranlie

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini, penulis akan membandingkan antara metode perhitungan daya dukung pada perencanaan sesuai hasil sondir dengan perhitungan daya dukung dilapangan yang menggunakan kalendering dengan metode hilley.3.2 Gambaran Umum Lokasi Pemancangan

Pada dasarnya pembangunan gedung asrama atlit di Sport Cantre Rumbai berada di tanah rawa yang banyak tergenang air, sehingga diperlukannya banyak timbunan pada lokasi proyek. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka pondasi tiang pancang dirasakan cocok untuk digunakan.

Gambar 4.1 Denah pondasi3.3 Gambaran Umum Pondasi Yang Akan Dihitung Daya DukungnyaPondasi yang akan dihitung daya dukungnya pada lokasi proyek pembangunan 2 dua Unit Asrama Atlit di Kompleks Sport Centre Rumbai Pekanbaru adalah pondasi type P3 ( lihat ambar 4.2 dan Gambar 4.3). Umumnya pondasi yang digunakan pada bangunan ini menggunakan pondasi type P3. Ukuran pondasi 1,25 x 1,75 dengan tinggi 40 cm.

Gambar 4.2 Tampak atas pondasi type K3

Gambar 4.3 Tampak samping pondasi type K34.4 Pengecekan Kapasitas Pondasi Tiang Pancang

Berdasarkan perhitungan pada perencanaan dengan menggunakan SAP 2000 diperoleh beban maksimal yang diperoleh adalah sebesar 110000 kg atau 110 ton/group.4.4.1 Perencanaan Berdasarkan Uji Sondir

1. Daya dukung pondasi Single Pile

Dengan menggunakan rumus

Data yang diperoleh :

Diameter Pondasi = 30 cm

Luas Penampang (AC) = 706.5 cm2 Keliling Penampang (Kllc) = 94.2 cm

Kedalaman (L)

= 26 m

Rata-rata Nilai Konus (qavc) = 153 kg/cm2 ( dari data sondir)

Nilai JHP sampai kedalaman tiang = 2324 kg/cm ( dari data sondir)

= 97831,41 kg

= 97,83141 ton

2. Daya Dukung Pondasi Group Pile L = 26 m

Dengan menggunakan rumus

Spasi Tiang Terdekat (spc)= 60 cm

Jumlah Tiang

= 2 batang

c = (180/ ) (c/spc)= 15,65102o Jumlah Baris (m)

= 1

Jumlah Kolom (n)

= 2

= 97831,41 kg

Efisiensi Efc

= 0.91305

Daya Dukung Total

= 178650 kg

= 178,650 Ton ( Group )4.4.2 Perhitungan Berdasarkan di Lapangan

Perhitungan dilapangan berdasarkan data kalendering yang dilakukan pada saat pemancangan tiang pancang. Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley).

R = Kapasitas daya dukung batas (ton)

W= Berat palu atau ram (ton)

P = Berat tiang pancang (ton)

H = tinggi jatuh Hammer

S = Rata-rata penetrasi tiang pancang pada saat 10 penumbukan terakhir, atau set (m)

N= Koefisien restitusi*

0,4 - 0,5 untuk palu besi cor, tiang beton tanpa helm

0,3 - 0,4 untuk palu kayu (landasan kayu)

0,25 - 0,3 untuk tiang kayu

K = Rata-rata Rebound untuk 10 pukulan terakhir (m)

SF= Safety factor 1 sampai 41. Untuk perbandingan saya ambil contoh pada pondasi 4E, dan diperoleh data dari hasil kalendering.a. Kalendering pada titik 3 Aa (lihat Gambar 4.4)

Gambar 4.4 Kalendering titik 4Ea

Titik: 3 Aa

W: 3,2 ton

Panjang tiang: 25 m

P

: 0,225 ton/ meter (lihat brosur tiang pancang)

5,625 ton

H: 2 m

S: 0,5 mm = 0,0005 m

N: 0,4

K: 14,1 mm = 0,0141 m

SF: 3

Dan diperoleh hasil daya dukung :

= 135,77 tonb. . Kalendering pada titik 3 Ab (lihat Gambar 4.5)

Gambar 4.5 Kalendering titik 4Eb

Titik: 4Eb

W: 3,2 ton

Panjang tiang: 24,8 m

P: 0,225 ton/ meter (lihat brosur tiang pancang)

5,580 ton

H: 2 m

S: 1 mm = 0,001 m

N: 0,4

K: 13.8 mm = 0,0138 m

SF: 3

Dan diperoleh hasil daya dukung :

= 134,386 ton2. Daya dukung total

= 270,156 ton4.5 Perbandingan

Setelah dilakukan pengujian dengan dua metoda diatas, selanjutnya akan dilakukan Deviasi untuk melihat perbedaan dengan kedua metoda tersebut.

Daya dukung total berdasarkan uji sondir : 178,650 ton

Daya dukung total berdasarkan kalendering: 270,156 ton

Deviasi daya dukung :Deviasi kalendering dengan uji sondir

= Deviasi uji sondir dengan perencanaan

= Deviasi kalendering dengan perencanaan

= Deviasi kalendering dengan pengecekan ulang (SAP) = 4.6 Kesimpulan dari Perbandingan

Hasil deviasi antara perhitungan dari data kalendering pancang dengan hasil sondir diperoleh perbedaan tidak terlalu jauh, dimana perbandingannya , hal ini bisa saja disebabkan karena faktor tanah yang tidak dapat diprediksi dan perhitungan kedua metode yang berbeda sesuai dengan pertimbangan masing-masing. Namun kedua metode memenuhi syarat karena hasil perbandingannya dengan perencanaan melebihi 1,5.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan dilapangan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil uji metoda Hiley dengan perhitungan berdasarkan data sondir, diperoleh hasil uji dengan metoda hilley lebih besar, karena disebabkan berbagai faktor, seperti penampang pancang lebih besar dari penampang sondir dan keakuratan dalam pengumpulan data. 2. Dalam metoda Hiley tidak memasukkan data sondir karena pada saat kalendering perhitungan data langsung pada titik, selain itu lokasi titik sondir juga tidak sama dengan titik pemancangan.3. Daya dukung dari pondasi tiang pancang telah memenuhi syarat, karena hasil deviasi antara kalendering dengan perencanaan lebih besar dari 1,5 , yang mana hasil deviasinya 2.45.4. Berdasarkan kedalaman tiang yang terpancang diperoleh kedalaman yang berbeda-beda, karena kondisi tanah tidak dapat diprediksi kapan akan menemui kondisi tanah keras atau perlawanan tanah.5. Kuat dukung tiang pancang tergantung pada penampang tiang, pajang/berat tiang, dan kondisi tanah pada lokasi pemancangan.

5.2 Saran

Dari hasil perhitungan dan kesimpulan diatas penulis memberi saran yang

diharapkan dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:

1. Sebaiknya tiang pancang yang akan dipancangkan diselesaikan seluruhnya untuk satu titik, karena akan sangat berpengaruh pada daya lekat tanah pada sambungan berikutnya

2. Pada saat pemancangan menunjukkan penurunan tiang yang hanya sedikit sebaiknya lakukan segera kalendering sebelum terjadi kerusakan pada pangkal tiang pancang karena tidak dapat lagi menahan pukulan hammer.

3. Sebaiknya cek dahulu kondisi hammer yang akan digunakan untuk pemancangan, atau sediakan dua hammer. Sehingga saat hammer rusak dapat segera diganti, sehingga tidak menghambat proses pemancangan yang menyebabkan keterlambatan pekerjaan.

4. Pada saat kalendering sebaiknya form kalendering disi dengan detail, seperti titik yang di kelendering, waktu pelaksanaan, dan hal lain yang dirasakan perlu.

5. Semakin besar Safety Faktor (SF) yang digunakan maka semakin baik untuk perhitungan, karena akan menyebabkan faktor kewaspadaan yang lebih tinggi.6. Sebaiknya penggunaan stek dikurangi atau dihilangkan, karena tulangan sloof telah tersambung dengan tulangan kolom secara langsung yang tersambung pada tulangan pile cape.LAMPIRAN

Gambar 6.1 Pemancangan Tiang Pancang

Gambar 6.2 Kalendering Tiang Pancang

Gambar 6.3 Tiang Pancang yang Pecah

Gambar 6.4 Grotting Tiang Pancang

Gambar 6.5 Hasil Grotting

Gambar 6.6 Pemotongan Besi dengan Barcuting

Gambar 6.7 Pembobokan Tiang Pancang

Gambar 6.8 Uji Slump

Gambar 6.9 Mencari Elevasi Tiang Pancang58