proposal celly.docx
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
1/26
PROPOSAL
UJI AKTIVITAS MUKOLITIK SIRUP EKSTRAK AIR UMBI BAWANG
PUTIH (Allium sativum L)TERHADAP MUKUS USUS SAPI
DISUSUN OLEH
SHELLY THERESIA MOGADI
G70110069
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKOJANUARI, 2014
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
2/26
A. LATAR BELAKANG
Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah seumur dengan
peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki
sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan
meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun
temurun di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat
tradisional tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya Uji daya mukolitik secara in
vitro ekstrak air, etanol, kloroform umbi bawang putih (Allium sativumL)
pada mukus usus sapi didapatkan hasil uji menunjukkan harga potensi
relatif ekstrak air terhadap asetilsistein dengan dosis 120mg/ml sebesar
32,22,90%, maka penelitian ini melanjutkan penelitian yang sebelumnya.
Bawang putih adalah suatu bahan yang unik karena memiliki
potensi meningkatkan kesehatan manusia. Sesungguhnya tak ada satupun
tanaman yang memiliki aktivitas seluas bawang putih dalam bidang
kesehatan. Banyak orang tua yang memakan bawang putih selama musim
dingin dan tak mengalami masalah pernapasan sama sekali padahal
sebelumnya mereka selalu mengalami sesak napas dan batuk, sakit dada
serta sakit paru selama musim dingin. Sejauh ini belum ada penelitian
mengenai hal ini karena sulitnya merangsang penelitian untuk
membuktikannya, sehingga pembuktian hanya berdasarkan pengakuan
semakin banyaknya orang yang terhindar dari masalah pernapasan selama
musim dingin (Roser, 2008).
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
3/26
Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat
untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak,
debu, zat-zat unsur-unsur infeksi. Orang sehat hampir tidak batuk sama
sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding bronchi,
yang berfungsi menggerakan dahak keluar dari paru-paru menuju batang
tenggorok. Ciliaini membantu menghindarkan masuknya zat-zat asing ke
saluran napas (Hoan, 2007).
Pada gejala batuk bawang putih bekerja melawan infeksi sekunder
yang dapat terjadi pada sekresi. Karena daya tahan menurun pada saat
pilek atau flu, kita mudah mengalami infeksi bakteri sekunder pada paru
atau bronkhitis. Dengan mengkonsumsi bawang putih kemungkinan
komplikasi tersebut dapat dicegah (Roser, 2008). Untuk memudahkan
pemakaian maka ekstrak bawang putih dibuat dalam bentuk sediaan sirup.
Sirup merupakan bentuk sediaan cair yang mempunyai nilai lebih
antara lain dapat digunakan oleh hampir semua usia, cepat diabsorpsi,
sehingga cepat menimbulkan efek. Fraksi mempunyai karakteristik rasa
yang tidak enak dan mengandung bagian-bagian yang tidak larut. Bahan-
bahan tambahan sangat diperlukan untuk membuat sediaan sirup
(Murrukmihadi, 2012). Umumnya suatu obat harus berbentuk larutan agar
dapat diabsorbsi. Obat yang diberikan dalam larutan mudah tersedia untuk
absorpsi, dan dalam banyak hal, lebih cepat dan lebih efisien diabsorpsi
dibandingkan dengan sejumlah obat yang sama yang diberikan dalam
bentuk tablet atau kapsul. Disatu pihak, faktor kelarutan dan kestabilan
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
4/26
dapat diperkirakan dengan cukup tepat, tetapi dipihak lain karakteristik
rasa dan organoleptis lain masih tergantung pada faktor subjektif. Jadi
suatu formulasi cairan yang berhasul, seperti juga bentuk sediaan lainnya,
memerlukan gabungan antara ilmiah dan seni farmasetik (Lachman, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah sirup ekstrak air umbi bawang putih (Allium sativum L)mempunyai efek mukolitik?
Berapa dosis ekstrak air umbi bawang putih (Allium sativum L) dalamsediaan sirup yang efektif mempunyai efek mukolitik?
C. TUJUAN PENELITIAN
Membuat sirup formula ekstrak air umbi bawang putih (Allium sativum L)yang mempunyai efek mukolitik
Mengetahui dosis ekstrak umbi air bawang putih (Allium sativum L) dalamsediaan sirup yang efektif sebagai mukolitik
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untukpenelitian lain
Memberikan referensi untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkanproduk ekstrak bawang putih (Allium sativum L)
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Semakin tinggi dosis ekstrak bawang putih (Allium sativum L) dalam
sediaan sirup, maka aktivitas mukolitik semakin meningkat
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
5/26
F. BATASAN MASALAH
Penelitian ini hanya dibatasi pada pembuatan sirup mukolitik
ekstrak bawang putih (Allium sativum L).
G. TINJAUAN PUSTAKA
I. Bawang Putih (Allium sativumL)
I.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Family : Amaryllidaceae
Genus :Allium
Spesies :Allium sativumL (Herbarium Untad, 2013)
I.2 Nama Daerah (MH Raina, 2011)
Di berbagai daerah di Indonesia bawang putih dikenal
dengan nama yang bermacam-macam misalnya bawang (Jawa),
bawang bodas (Sunda), bawang handak (Lampung), kasuna (Bali),
lasuna pute (Bugis), bhabang pote (Madura), bawa bodudo
(Ternate), kalfeo foleu (Timor).
I.3 Morfologi (MH Raina, 2011)
Tanaman bawang putih atau Allium sativum L merupakan
tanaman anggota familia Liliaceae, banyak tumbuh di Indonesia,
terutama di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara. Bawang putih yang
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
6/26
penting bagi obat adalah umbi batangnya, yang mempunyai bau
khas aromatik, rasanya agak pedas. Uraian makroskopiknya :
Merupakan umbi majemuk dengan bentuk rata-rata hampir bulat,
bergaris tengah sekitar 4cm sampai 6cm. Berwarna putih, terdiri
dari beberapa siung (8 sampai 20 siung), yang seluruhnya
terbungkus oleh 3-5 selaput tipis berwarna putih. Tiap siungnya
diliputi/terbungkus pula dalam 2 selaput tipis, selaput luar
berwarna mendekati putih dan agak longgar, sedang selaput dalam
membungkus ketat-melekat pada bagian luar daging siung,
berwarna jambon, yang mudah dilepaskan/dikupas (Kartasapoetra,
2006). Bawang putih tumbuh berumpun dan berdiri tegak setinggi
30-75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-
pelepah daun.
I.4 Deskripsi
Di dunia dikenal beberapa macam bawang putih, yang
dapat kita temukan dalam beberapa catatan sejarah. Genus Allium
(familia untuk bawang-bawangan) terdiri dari tak kurang dari 600
spesies yang tersebar di seluruih dunia. Termasuk dalam familia ini
adalah chives, bakung, kentang, bawang kecil (shallot) serta
bawang-bawangan lainnya. Bawang putih yang paling dikenal
adalah bawang putih yang tak dibudidayakan adalah bawang putih
ransum atau rams garlic. Bawang ini dinamakan demikian karena
baunya yang menyengat dan bertahan lama. Bawang ini melimpah
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
7/26
terutama di Inggris dan dapat dengan mudah dijumpai dalam tanah
hutan yang lembab di mana baunya dapat tercium sampai pada
jarak yang amat jauh (Roser, 2008).
Asal ususl nama bawang putih atau garlic diperkirakan
berasal dari kata Inggris kuno yang berarti tombak atau ujung
tombak dan kata lic berarti umbi atau bakung. Garlic kadang
dinamakan Allium sativum. Allium berasal dari kata All dalam
bahasa Celtic yang berarti berbau tak sedap, sedang sativum berarti
tumbuh (Roser, 2008).
I.5 Kandungan Kimia
Kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram
mengandung : protein sebesar 4,5 gram, lemak 0,20 gram, hidrat
arang 23,10 gram, vitamin B 10,22 miligram, vitamin C1
5miligram, kalori 95 kalori, fosfor 134 miligram,kalsium 42
miligram, besi 1 miligram dan air 71 miligram (Raina, 2011).
Selain itu mengandung minyak atsiri antara 0,1% sampai 0,5%
yang berisi pula dialildisulfida, alilpropildisufida dan senyawa
sulfur organik lainnya. Dengan dosis sekitar 2 gram8 gram dapat
digunakan sebagai obat antiseptika, antispasmodika, dan
antiiritansia (Kartasapoetra, 2006).
I.6 Efek Farmakologi
Efek farmakologis dan khasiat klinis bawang putih
bersifatantibiotik, ekspektoran, dan antitrombotik, paling sering
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
8/26
digunakan untuk infeksi pernapasan seperti pilek, flu dan bronkitis,
serta untuk perlindungan kardiovaskular penggumpalan darah,
aterosklerosis, dan kondisi sejenis. Bawang putih sering digunakan
sebagai profilaktik untuk infeksi dan penyakit kardiovaskular.
Senyawa alil sulfidanya memiliki sifat antibakteri, antivirus dan
bahkan antifungi yang lebih kuat, yang secara in vitro terbukti
sinergis dengan amfoterisin B. Bawang putih memiliki aktivitas
imunomodulasi dan juga kemopreventif terhadap karsinogenesis
pada berbagai model eksperimen. Dialil sulfida diduga
menghambat aktivitas karsinogen melalui metabolisme oksidatif
yang diperantarai oleh sitokrom P450. Toksisitas ekstrak bawang
putih dianggap tidak memiliki toksisitas, meskipun interaksi
dengan obat antiplatelet harus dipertimbangkan pada terapi jangka
panjang atau dalam dosis tinggi (Heinrich, 2009).
I.7 Khasiat
Bawang putih diyakini dapat digunakan untuk mengobati
luka gigitan binatang seperti tikus celurut atau mencit serta
sengatan kalajengking serta ular. Ada kepercayaan bahwa bawang
putih selain menetralisir efek racun juga membantu
pengeluarannya dari dalam tubuh. Kedua aksi ini dalam bahasa
latin dinamakan thieracus atau antidote (Roser, 2008). Selain itu
bawang putih hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala,
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
9/26
luka memar, abses luka benda tajam, digigit serangga, cacingan,
sulit tidur (MH Raina, 2011).
2. Ekstraksi (Agoes, 2009)
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh
dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan
menggunakan medium pengekstraksi (menstruum) yang tertentu pula.
Ekstraksi dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh
sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan micella.
Ini dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan
tinktura atau sebagai produk / bahan antara yang selanjutnya dapat
diproses menjadi ekstrak kering.
2.1Proses pembuatan ekstrak (Anonim, 1985)1) Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya. Proses awal
pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia
kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia
kering dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan
tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Makin
halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan
makin efisien, namun makin halus serbuk, maka akan makin
rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.
2) Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarutyang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
10/26
atau yang aktif, dengan demikiansenyawa tersebut dapat
terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya,
serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa
kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka
cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit
sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan
pada pemilihan cairan penyari antara lain selektivitas,
kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut,
ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan.
3) Separasi dan pemurnian. Tujuan tahapan ini adalahmenghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak
dikehendakisemaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada
senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh
ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini
adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tidak bercampur,
sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan
penukar ion.
4) Pemekatan atau penguapan (vaporasi dan evaporasi).Pemekatan berarti jumlah parsial senyawa terlarut (solute)
secara penguapan pelarut tidak sampai menjadi kering,
melainkan ekstrak hanya menjadi kental atau pekat.
5) Rendamen dalah perbandingan antara ekstrak yang diperolehdengan simplisia kering.
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
11/26
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
12/26
sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukankontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan kamar yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur -
4. nfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperaturpenangas air bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih temperatur terukur - selama waktu
tertentu (15-20 menit).
5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dantemperatur sampai titik didih air.
3. Batuk
Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang
bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran
pernapasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang
dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Pada
banyak gangguan saluran napas, batuk merupakan gejala penting
yang ditimbulkan oleh terpicunya refleks batuk, misalnya pada
alergi (asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor
paru), perubahan suhu yang mendadak dan rangasangan kimiawi
(gas, bau). Seringkali juga disebabkan oleh peradangan akibat
infeksi virus seperti virus selesma (common cold), influenza dan
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
13/26
cacar air di hulu tenggorok (bronchitis, pharyngitis). Virus-virus ini
dapat merusak mukosa saluran pernapasan, sehingga menciptakan
pintu masuk untuk infeksi sekunder oleh kuman misalnya
Pneumococci dan Haemophilus. Batuk dapat mengakibatkan
menjalarnya infeksi dari suatu bagian paru ke yang lain dan juga
merupakan beban tambahan pada pasien yang menderita penyakit
jantung. Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali berkat
mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding bronchi, yang
berfungsi menggerakan dahak keluar dari paru-paru menuju batang
tenggorok. Cilia ini bantu menghindarkan masuknya zat-zat asing
ke saluran napas (Hoan, 2007). Bawang putih tampaknya berefek
mengeringkan sekresi dan memberantas infeksi yang menyebabkan
terjadinya produksi lendir. Tetapi karena pilek merupakan infeksi
virus dan bukan bakteri, ada dugaan bahwa bawang putih juga
punya efek antivirus (Roser, 2008).
Batuk dapat bersifat voluntar atau sebagai suatu refleks
akibat iritasi dari reseptor pada mukosa respiratorius yang
diperantarai oleh suatu pusat di medula oblongata. Reseptor
mekanis terdapat pada laring di sekitar karina dan pada trakea.
Reseptor kimiawi terletak lebih perifer dan tidak peka terhadap
rangsang mekanis. Batuk terdiri dari tiga komponen inspirasi,
kontraksi otot-otot pernapasan dengan glotis tertutup, dan
kemudian terbukanya glotis dengan dorongan udara secara paksa.
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
14/26
Batuk akan membersihkan sekresi yang berlebihan dari jalan
napas, dan rangsangan yang paling sering menimbulkan batuk
adalah adanya sputum pada jalan napas. Sputum teridiri dari air
dengan ion-ion, protein, dan protein plasma (pada kasus penyakit).
Sekitar 100 ml mukus bronkial diproduksi secara normal dalam 24
jam. Batuk merupakan salah satu gejala yang paling sering dari
penyakit paru-paru, dan sedemikian seringnya dialami oleh
perokok. Batuk juga sering menyertai kanker paru dan menyerang
80 persen dari pasien kanker tersebut. Batuk kronik juga
menyerang sekitar 30 persen dari penderita kanker lanjut dari
populasi kanker secara umum (Declan, 1997).
Menurut Tan Hoan, 2007 jenis-jenis batuk yaitu :
a. Batuk produktifMerupakan suatu mekanisme perlindungan dengan
fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan
dahak dari batang tenggorok seperti diuraikan diatas. Batuk ini
pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Tetapi
dalam praktek sering kali batuk yang hebat mengganggu tidur
dan meletihkan pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah
pembedahan. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi
batuk umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat
batuk (antitussiva), yakni zat pelunak, ekspektoransia,
mukolitika dan pereda batuk.
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
15/26
b. Batuk non-produktifBersifat kering tanpa adanya dahak misalnya pada
batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena
pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor.
Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan
dan seringkali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk
demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat
pada waktu batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok
dan farynx.
Kegagalan refleks batuk dapat mengancam nyawa penderita,
karena dapat terjadi aspirasi makanan atau sekret ke dalam paru-paru.
Gangguan neurologik yang dapat mempengaruhi refleks batuk antara lain
penyakit motor neuron, siringomielia, dan lesi pada saraf kranial
kesembilan dan kesepuluh (Declan, 1997).
3.1 Terapi Pengobatan Batuk
Ada dua cara pendekatan dengan terapi obat-obatan yaitu
obat-obat penekan batuk dan obat-obat yang mempermudah
ekspetorasi. Obat-obat batuk dapat digolongkan sebagai antitusif,
mukolitik, ekspektoran. Obat-obat batuk yang ada bertujuan
meningkatkan kuantitas sputum atau mempercepat pengeluaran
sputum, namun tidak ada bukti-bukti bahwa obat-obatan tersebut
lebih baik dari inhalasi uap yang sederhana. Juga tidak terdapat
bukti bahwa oba-obat tersebut mempunyai suatu kerja spesifik
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
16/26
yang meningkatkan batuk dengan cara merangsang refleks batuk.
Pemberian suatu ekspektoran bersama-sama dengan penekan batuk
atau suatu antihistamin adalah tidak logis, kendatipun kombinasi
seperti itu sering diberikan (Declan, 1997).
Ekspektoran akan menambah volume sputum, sedangkan
mukolitik mengubah sifat fisik dan kimiawi sputum sehingga akan
lebih mudah untuk dibatukkan. Iodida, ipecac, amonium klorida,
antimon kalium tartrat, glieril guaikolat/guaifenesin, dan terpin
hidrat agaknya bekerja dengan menginduksi nausea, yang
meningkatkan sekresi bronkus. Semua antitusif bekerja secara
sentral. Kebanyakan golongan ini merupakan derivat opiat. Obat-
obat yang kurang poten dan kurang menimbulkan adiksi adalah
kodein dan folkodin. Refleks batuk membantu mempertahankan
jalan napas tetap bersih, maka pemberian antitusif dapat berbahaya
bila sputum banyak terbentuk. Karena alasan inilah maka antitusif
seringkali tidak dibenarkan kecuali pada batuk kering. Bila batuk
disebabkan oleh iritasi faring, maka pemberian sirup obat batuk
atau demulsen lainnya telah memadai (Declan, 1997).
Mukolitik dapat dikatakan dapat mengencerkan sputum dan
mengurangi viskositasnya, sehingga mudah dibatukkan. Golongan
ini aktif in vitro. (Declan, 1997). Mukolitik berdaya merombak dan
melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan
pengeluarannya dipermudah. Mukolitik digunakan dengan efektif
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
17/26
pada batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti pada
bronchitis, emfisema dan mucoviscidosis. Tetapi pada umumnya
zat-zat ini tidak berguna bila gerakan bulu getar terganggu seperti
pada perokok atau akibat infeksi (Hoan, 2007).
4. Sediaan Sirup
Sirup merupakan bentuk sediaan cair yang mempunyai nilai lebih
antara lain dapat digunakan oleh hampir semua usia, cepat diabsorpsi,
sehingga cepat menimbulkan efek. Fraksi mempunyai karakteristik rasa
yang tidak enak dan mengandung bagian-bagian yang tidak larut. Bahan-
bahan tambahan sangat diperlukan untuk membuat sediaan sirup
(Murrukmihadi, 2012).
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang
minimal mengandung 50% sakarosa. Penambahan bahan obat atau sari
tumbuhan dapat merupakan komponen lainnya dari sirup. Kandungan
sakarosa dari sirup yang tercantum dalam farmakope terletak antara 50%
dan 65%, akan tetapi umumnya diantara 60% dan 65%. Hal itu berkaitan
dengan daya tahan sediaannya. Dalam larutan gula yang jenuh (kira-kira
66%) tidak memungkinkan pembentukan jamur, oleh karena dengan
larutan berkonsentrasi tinggi, air yang diperlukan bagi perkembangbiakan
mikroorganisme akan dihisap melalui proses osmosis. Atas dasar daya
tahannya itulah, sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik,
meskipun harus pula memperhatikan, bahwa tingginya kandungan gula
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
18/26
dari sirup dapat menyebabkan berkurangnya kelarutan bahan obat tertentu
didalamnya (Voight, 1994).
Sirup obat adalah sirup yang mengandung satu jenis obat atau
lebih, dengan atau tanpa zat tambahan lain, dimaksudkan untuk digunakan
dalam pengobatan. Sirup obat merupakan pelengkap sediaan yang serasi
untuk dijadikan larutan persediaan bagi obat tertentu yang digunakan
dalam pembuatan obat yang mendadak. Sirup wangi adalah sirup yang
umumnya tidak mengandung obat, tetapi mengandung zat wewangian atau
zat lain yang berbau sedap, dimaksudkan untuk digunakan sebagai zat
pambawa atau wewangi untuk pembuatan obat mendadak. Tujuan utama
penggunaan sirup adalah untuk menutupi rasa atau bau obat yang tidak
enak (Anonim, 1978).
Sirup dengan sari simplisia dibuat melalui cara yang berbeda-beda.
Sari simplisia diperoleh melalui maserasi atau perkolasi dengan
menggunakan air, anggur atau campuran alkohol-air. Kedalam sari
tersebut sejumlah gula yang diperlukan tadi dilarutkan. Dengan
memasaknya akan terjadi penjernihan lebih lanjut, oleh karena koloid yang
berasal dari material tumbuhan akan terflokulasi (sirup Althaea, sirup
adas). Pada beberapa sediaan, tindakan ini ternyata menyebabkan
kehilangan bahan aktif, oleh karena itu akan lebih memasukan bila
pembuatannya dilakukan dengan cara dingin dimana sari simplisia yang
dibuat secara dingin (tinktur, ekstrak cair) dicampurkan dengan Sirupus
simplex (Sirup thimi, sirup jeruk pahit) (Voight, 1994).
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
19/26
Umumnya suatu obat harus berbentuk larutan agar dapat
diabsorbsi. Obat yang diberikan dalam larutan mudah tersedia untuk
absorpsi, dan dalam banyak hal, lebih cepat dan lebih efisien siabsorpsi
dibandingkan dengan sejumlah obat yang sama yang diberikan dalam
bentuk tablet atau kapsul. Disatu pihak, faktor kelarutan dan kestabilan
dapat diperkirakan dengan cukup tepat, tetapi dipihak lain karakteristik
rasa dan organoleptis lain masih tergantung pada faktor subjektif. Jadi
suatu formulasi cairan yang berhasul, seperti juga bentuk sediaan lainnya,
memerlukan gabungan antara ilmiah dan seni farmasetik (Lachman, 2008).
Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lannya.
Larutan oral, sirup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu
dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan
memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan
dalam bentuk larutan, biasanya berarti bahwa absorpsinya dalam sistem
saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih
cepat daripada dalam bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat obat
yang sama (Ansel, 1989).
H. METODOLOGI PENELITIAN
1. Waktu Dan Tempat
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
20/26
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tadulako, pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014.
2. Alat dan Bahan Penelitiana. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, batang
pengaduk, cawan porselin, gelas ukur, gelas kimia, neraca analitik
b. Bahan PenelitianBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
umbi bawang putih, mukus usus sapi, aluminium foil, aquades,
metil paraben, sukrosa, tatrazin, spirit orange
3. Prosedur PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan
dan pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi pengumpulan dan determinasi
umbi bawang putih, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol umbi
bawang putih, sedangkan tahap pelaksanaan meliputi perlakuan,
pengamatan dan analisis data.
4. Persiapan Penelitiana. Pengumpulan dan determinasi umbi bawang putih.
Umbi bawang putih diperoleh dari pasar Masomba Palu dan dilakukan
determinasi di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Herbarium Celebense
(CEB) Universitas Tadulako Palu untuk memastikan bahwa umbi
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
21/26
bawang putih benar-benar jenis Allium sativum L. Bagian tanaman
yang digunakan yaitu umbi yang sudah tua.
b. Pembuatan serbuk simplisia umbi bawang putihUmbi bawang putih dibersihkan dari kotoran yang menempel,
kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan,
kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering
kemudian dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tertinggal
saat pengeringan. Setelah bersih dari kotoran, maka simplisia kering
dihaluskan dengan cara diblender sehingga diperoleh serbuk umbi
bawang putih (Anonim, 2000).
c. Pembuatan Ekstrak Etanol umbi Bawang putih dengan MetodeModifikasi Saputra (2009).
Pembuatan ekstrak etanol umbi bawang putih dilakukan dengan cara
ekstraksi secara maserasi yaitu dengan menambahkan etanol 70% ke
dalam toples yang berisi serbuk umbi bawang putih. Perbandingan
jumlah pelarut denganserbuk adalah direndam selama x jam
dan diaduk kemudian ditampung dalam suatu wadah. asil dari
maserasi berupa ekstrak etanol umbi bawang putih yang kemudian
dilakukan evaporasi dengan alat rotary evaporator dan rpm
untuk menguapkan pelarutnya sehingga didapat ekstrak kental dari
umbi bawang putih.
5. Uji fitokimia (Metode Harborne, 1996) Uji alkaloid
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
22/26
Ekstrak bawang putih sebanyak 1 gram dilarutkan dengan
kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring dalam
tabung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi
dikocok dengan 10 tetes H2SO42 M lalu lapisan asamnya dipisahkan
dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada
lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer dan
Wagner yang akan menimbulkan endapan dengan warna berturut-
turut merah jingga, putih dan cokelat.
Uji flavonoidFiltrat sebanyak 5 ml ditambahkan serbuk magnesium (0,5
gram), 1 mL alkohol klorhidrat (campuran HCL 37% dan etanol
95% dengan volume sama), dan amil alkohol, kemudian dikocok
kuat-kuat. Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada
lapisan amil alkohol menunjukkan adanya golongan flavonoid.
Uji Terpenoid dan SteroidEkstrak bawang putih sebanyak 5 gram dilarutkan dengan 25
mL etanol panas (50o C) kemudian disaring kedalam pinggan
porselin dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter dan
ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes lalu ditambahkan 3
tetes anhidrida asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-
Buchard). Warna merah atau ungu menunjukkan kandungan
terpenoid sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan kandungan
steroid.
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
23/26
Uji SaponinEkstrak bawang putih sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam
gelas piala dan ditambahkan 100 mL air panas dan dididihkan
selama 5 menit kemudian disaring dan filtrat digunakan untuk
pengujian. Uji saponin dilakukan dengan pengocokkan 10 mL filtrat
ke dalam tabung tertutup selama 10 menit. Timbulnya busa hingga
selang waktu 10 menit (buih stabil) menunjukkan adanya saponin.
Uji TaninEkstrak bawang putih sebanyak 1 gram ditambahkan 100 mL
air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Sebagian filtrat
ditambahkan FeCl3. Terbentuknya warna biru tua atau hitam
kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin.
Uji KuinonEkstrak bawang putih sebanyak 1 gram ditambah 100 mL air
panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Ke dalam 10 mL
filtrat ditambahkan beberapa tetes NH4OH 1N. Warna merah yang
terbentuk menunjukkan adanya kuinon.
6. Rancangan FormulaFormulasi sirup mukolitik dari ekstrak bawang putih (Allium
sativum L) dibuat dalam 3 formula yaitu formula A, B, dan C dengan
variasi konsentrasi untuk melihat pengaruhnya terhadap ketiga
formulasi, sedangkan bahan tambahan lainnya tetap.
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
24/26
Tabel 4.1 Rancangan Formula Sediaan Sirup Mukolitik Ekstrak Umbi
Bawang Putih (Allium sativumL)
7. Pembuatan Sediaan Sirup Mukolitik Ekstrak Bawang Putih (AlliumsativumL)
a. Dipanaskan air suling kemudian dilarutkan metil paraben ke dalam airpanas
b. Dilarutkan sukrosa ke dalam campuran air dan metil paraben, disishkanc. Diencerkan tatrazin ke dalam air suling sampai dapat konsentrasi yang
diinginkan, kemudian diencerkan spirit orange ke dalam air suling
d. Dilarutkan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi masing-masing .....ke dalam air suling sampai larut
e. Di campurkan eksrak bawang putih dengan sirup simpleks aduk hinggahomogen, lalu dimasukkan tatrazin dan spirit orange
f. Dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan
Komponen
Formula
A B C
Fungsi
Bahan
Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum L)0,1 % 0,3 % 0,5% Bahan utama
Sukrosa 65% 65% 65% Pemanis
Metil paraben 1 % 1 % 1 % Pengawet
Tatrazine 0,0005 % 0,0005% 0,0005% Pewarna
Spirit Orange 0,5% 0,5% 0,5% Pengaroma
Aquadest ad 60ml ad 60ml ad 60ml Pelarut
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
25/26
g. Diberi etiket dan label
8. Pengujian pada mukus usus sapi (Wulandari, 2008)Pengambilan mukus dilakukan dengan cara usus sapi dibersihkan
dahulu dengan air mengalir hingga bersih lalu dipotong-potong secara
membujur, kemudian lapisan mukosanya dikerok. Mukus yang didapat
berwarna kuning kecoklatan dan kental. Setelah mukosa terkumpul diaduk
pelan-pelan untuk menghomogenkan karena komposisi mukus tiap
pengerokan berbeda-beda. Mukus tersebut dibagi-bagi sesuai dengan
jumlah pengujian lalu dimasukkan ke dalam tempat pendingin sampai
pengujian dilakukan (Maretta, 2006). Larutan dapar fosfat dibuat dengan
cara mencampur 50,0 ml Kalium dihidrogen fosfat (p.a) 0,2 M dengan
29,1 ml NaOH (p.a) 0,2 M dimasukkan dalam labu takar. Ke dalam labu
takar ditambahkan air bebas CO2 secukupnya sampai 200,00 ml. Kontrol
negatif yang digunakan adalah larutan mukus 80% dalam dapar fosfat pH
7,0. Kontrol positif menggunakan kapsul Fluimucyl yang mengandung
200 mg asetilsistein dalam tiap kapsulnya. Sebanyak 200 mg asetilsistein
dilarutkan dalam 200 ml larutan mukus 80%, kemudian diinkubasi pada
suhu C selama 30 menit. Fraksi metanol ditimbang sesuai dengan
konsentrasi yang akan diuji yaitu 0,1%; 0,3%; 0,5% b/v terhadap larutan
mukus %. Ketujuh sampel tersebut diinkubasi pada suhu selama
30 menit agar kondisi reaksi sampel sesuai dengan kondisi fisiologis
manusia. Kemudian masing-masing sampel dimasukkan dalam
Viskometer Rion untuk mengetahui viskositasnya, dilakukan replikasisebanyak 3 kali. Identifikasi golongan senyawa aktif dilakukan dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
9. Evaluasi sediaan sirup mukolitik (Pakki, 2011)a. Pengamatan organoleptis
-
7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx
26/26
Pemeriksaan meliputi perubahan warna dan bau. Sirup yang telah
dibuat diperiksa bau dan warnanya sebelum dan sesudah dilakukan
penyimpanan yang dipercepat, tiap satu siklus.
b. Pengukuran pHPengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter terhadap pH
sirup sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan yang dipercepat.
c. Uji viskositasPengukuran viskositas dilakukan terhadap situp yang telah dibuat
sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pengukuran
viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield pada
50 putaran per menit (rpm), menggunakan spindle no 1.
d. Uji respondenSirup dicobakan kepada 5 orang responden dan kemudian responden
diminta untuk mengisi kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma, dan
penampilan.