proposal celly.docx

Upload: sri-dewi-wulansari

Post on 10-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    1/26

    PROPOSAL

    UJI AKTIVITAS MUKOLITIK SIRUP EKSTRAK AIR UMBI BAWANG

    PUTIH (Allium sativum L)TERHADAP MUKUS USUS SAPI

    DISUSUN OLEH

    SHELLY THERESIA MOGADI

    G70110069

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS TADULAKOJANUARI, 2014

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    2/26

    A. LATAR BELAKANG

    Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah seumur dengan

    peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudang bahan kimia yang memiliki

    sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan

    meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun

    temurun di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat

    tradisional tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya Uji daya mukolitik secara in

    vitro ekstrak air, etanol, kloroform umbi bawang putih (Allium sativumL)

    pada mukus usus sapi didapatkan hasil uji menunjukkan harga potensi

    relatif ekstrak air terhadap asetilsistein dengan dosis 120mg/ml sebesar

    32,22,90%, maka penelitian ini melanjutkan penelitian yang sebelumnya.

    Bawang putih adalah suatu bahan yang unik karena memiliki

    potensi meningkatkan kesehatan manusia. Sesungguhnya tak ada satupun

    tanaman yang memiliki aktivitas seluas bawang putih dalam bidang

    kesehatan. Banyak orang tua yang memakan bawang putih selama musim

    dingin dan tak mengalami masalah pernapasan sama sekali padahal

    sebelumnya mereka selalu mengalami sesak napas dan batuk, sakit dada

    serta sakit paru selama musim dingin. Sejauh ini belum ada penelitian

    mengenai hal ini karena sulitnya merangsang penelitian untuk

    membuktikannya, sehingga pembuktian hanya berdasarkan pengakuan

    semakin banyaknya orang yang terhindar dari masalah pernapasan selama

    musim dingin (Roser, 2008).

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    3/26

    Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat

    untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak,

    debu, zat-zat unsur-unsur infeksi. Orang sehat hampir tidak batuk sama

    sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding bronchi,

    yang berfungsi menggerakan dahak keluar dari paru-paru menuju batang

    tenggorok. Ciliaini membantu menghindarkan masuknya zat-zat asing ke

    saluran napas (Hoan, 2007).

    Pada gejala batuk bawang putih bekerja melawan infeksi sekunder

    yang dapat terjadi pada sekresi. Karena daya tahan menurun pada saat

    pilek atau flu, kita mudah mengalami infeksi bakteri sekunder pada paru

    atau bronkhitis. Dengan mengkonsumsi bawang putih kemungkinan

    komplikasi tersebut dapat dicegah (Roser, 2008). Untuk memudahkan

    pemakaian maka ekstrak bawang putih dibuat dalam bentuk sediaan sirup.

    Sirup merupakan bentuk sediaan cair yang mempunyai nilai lebih

    antara lain dapat digunakan oleh hampir semua usia, cepat diabsorpsi,

    sehingga cepat menimbulkan efek. Fraksi mempunyai karakteristik rasa

    yang tidak enak dan mengandung bagian-bagian yang tidak larut. Bahan-

    bahan tambahan sangat diperlukan untuk membuat sediaan sirup

    (Murrukmihadi, 2012). Umumnya suatu obat harus berbentuk larutan agar

    dapat diabsorbsi. Obat yang diberikan dalam larutan mudah tersedia untuk

    absorpsi, dan dalam banyak hal, lebih cepat dan lebih efisien diabsorpsi

    dibandingkan dengan sejumlah obat yang sama yang diberikan dalam

    bentuk tablet atau kapsul. Disatu pihak, faktor kelarutan dan kestabilan

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    4/26

    dapat diperkirakan dengan cukup tepat, tetapi dipihak lain karakteristik

    rasa dan organoleptis lain masih tergantung pada faktor subjektif. Jadi

    suatu formulasi cairan yang berhasul, seperti juga bentuk sediaan lainnya,

    memerlukan gabungan antara ilmiah dan seni farmasetik (Lachman, 2008).

    B. RUMUSAN MASALAH

    Apakah sirup ekstrak air umbi bawang putih (Allium sativum L)mempunyai efek mukolitik?

    Berapa dosis ekstrak air umbi bawang putih (Allium sativum L) dalamsediaan sirup yang efektif mempunyai efek mukolitik?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Membuat sirup formula ekstrak air umbi bawang putih (Allium sativum L)yang mempunyai efek mukolitik

    Mengetahui dosis ekstrak umbi air bawang putih (Allium sativum L) dalamsediaan sirup yang efektif sebagai mukolitik

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untukpenelitian lain

    Memberikan referensi untuk peneliti selanjutnya dalam mengembangkanproduk ekstrak bawang putih (Allium sativum L)

    E. HIPOTESIS PENELITIAN

    Semakin tinggi dosis ekstrak bawang putih (Allium sativum L) dalam

    sediaan sirup, maka aktivitas mukolitik semakin meningkat

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    5/26

    F. BATASAN MASALAH

    Penelitian ini hanya dibatasi pada pembuatan sirup mukolitik

    ekstrak bawang putih (Allium sativum L).

    G. TINJAUAN PUSTAKA

    I. Bawang Putih (Allium sativumL)

    I.1 Klasifikasi

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Liliopsida

    Ordo : Liliales

    Family : Amaryllidaceae

    Genus :Allium

    Spesies :Allium sativumL (Herbarium Untad, 2013)

    I.2 Nama Daerah (MH Raina, 2011)

    Di berbagai daerah di Indonesia bawang putih dikenal

    dengan nama yang bermacam-macam misalnya bawang (Jawa),

    bawang bodas (Sunda), bawang handak (Lampung), kasuna (Bali),

    lasuna pute (Bugis), bhabang pote (Madura), bawa bodudo

    (Ternate), kalfeo foleu (Timor).

    I.3 Morfologi (MH Raina, 2011)

    Tanaman bawang putih atau Allium sativum L merupakan

    tanaman anggota familia Liliaceae, banyak tumbuh di Indonesia,

    terutama di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara. Bawang putih yang

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    6/26

    penting bagi obat adalah umbi batangnya, yang mempunyai bau

    khas aromatik, rasanya agak pedas. Uraian makroskopiknya :

    Merupakan umbi majemuk dengan bentuk rata-rata hampir bulat,

    bergaris tengah sekitar 4cm sampai 6cm. Berwarna putih, terdiri

    dari beberapa siung (8 sampai 20 siung), yang seluruhnya

    terbungkus oleh 3-5 selaput tipis berwarna putih. Tiap siungnya

    diliputi/terbungkus pula dalam 2 selaput tipis, selaput luar

    berwarna mendekati putih dan agak longgar, sedang selaput dalam

    membungkus ketat-melekat pada bagian luar daging siung,

    berwarna jambon, yang mudah dilepaskan/dikupas (Kartasapoetra,

    2006). Bawang putih tumbuh berumpun dan berdiri tegak setinggi

    30-75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-

    pelepah daun.

    I.4 Deskripsi

    Di dunia dikenal beberapa macam bawang putih, yang

    dapat kita temukan dalam beberapa catatan sejarah. Genus Allium

    (familia untuk bawang-bawangan) terdiri dari tak kurang dari 600

    spesies yang tersebar di seluruih dunia. Termasuk dalam familia ini

    adalah chives, bakung, kentang, bawang kecil (shallot) serta

    bawang-bawangan lainnya. Bawang putih yang paling dikenal

    adalah bawang putih yang tak dibudidayakan adalah bawang putih

    ransum atau rams garlic. Bawang ini dinamakan demikian karena

    baunya yang menyengat dan bertahan lama. Bawang ini melimpah

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    7/26

    terutama di Inggris dan dapat dengan mudah dijumpai dalam tanah

    hutan yang lembab di mana baunya dapat tercium sampai pada

    jarak yang amat jauh (Roser, 2008).

    Asal ususl nama bawang putih atau garlic diperkirakan

    berasal dari kata Inggris kuno yang berarti tombak atau ujung

    tombak dan kata lic berarti umbi atau bakung. Garlic kadang

    dinamakan Allium sativum. Allium berasal dari kata All dalam

    bahasa Celtic yang berarti berbau tak sedap, sedang sativum berarti

    tumbuh (Roser, 2008).

    I.5 Kandungan Kimia

    Kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram

    mengandung : protein sebesar 4,5 gram, lemak 0,20 gram, hidrat

    arang 23,10 gram, vitamin B 10,22 miligram, vitamin C1

    5miligram, kalori 95 kalori, fosfor 134 miligram,kalsium 42

    miligram, besi 1 miligram dan air 71 miligram (Raina, 2011).

    Selain itu mengandung minyak atsiri antara 0,1% sampai 0,5%

    yang berisi pula dialildisulfida, alilpropildisufida dan senyawa

    sulfur organik lainnya. Dengan dosis sekitar 2 gram8 gram dapat

    digunakan sebagai obat antiseptika, antispasmodika, dan

    antiiritansia (Kartasapoetra, 2006).

    I.6 Efek Farmakologi

    Efek farmakologis dan khasiat klinis bawang putih

    bersifatantibiotik, ekspektoran, dan antitrombotik, paling sering

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    8/26

    digunakan untuk infeksi pernapasan seperti pilek, flu dan bronkitis,

    serta untuk perlindungan kardiovaskular penggumpalan darah,

    aterosklerosis, dan kondisi sejenis. Bawang putih sering digunakan

    sebagai profilaktik untuk infeksi dan penyakit kardiovaskular.

    Senyawa alil sulfidanya memiliki sifat antibakteri, antivirus dan

    bahkan antifungi yang lebih kuat, yang secara in vitro terbukti

    sinergis dengan amfoterisin B. Bawang putih memiliki aktivitas

    imunomodulasi dan juga kemopreventif terhadap karsinogenesis

    pada berbagai model eksperimen. Dialil sulfida diduga

    menghambat aktivitas karsinogen melalui metabolisme oksidatif

    yang diperantarai oleh sitokrom P450. Toksisitas ekstrak bawang

    putih dianggap tidak memiliki toksisitas, meskipun interaksi

    dengan obat antiplatelet harus dipertimbangkan pada terapi jangka

    panjang atau dalam dosis tinggi (Heinrich, 2009).

    I.7 Khasiat

    Bawang putih diyakini dapat digunakan untuk mengobati

    luka gigitan binatang seperti tikus celurut atau mencit serta

    sengatan kalajengking serta ular. Ada kepercayaan bahwa bawang

    putih selain menetralisir efek racun juga membantu

    pengeluarannya dari dalam tubuh. Kedua aksi ini dalam bahasa

    latin dinamakan thieracus atau antidote (Roser, 2008). Selain itu

    bawang putih hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala,

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    9/26

    luka memar, abses luka benda tajam, digigit serangga, cacingan,

    sulit tidur (MH Raina, 2011).

    2. Ekstraksi (Agoes, 2009)

    Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

    dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang diperoleh

    dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan

    menggunakan medium pengekstraksi (menstruum) yang tertentu pula.

    Ekstraksi dapat dilakukan menurut berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh

    sesudah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan micella.

    Ini dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan

    tinktura atau sebagai produk / bahan antara yang selanjutnya dapat

    diproses menjadi ekstrak kering.

    2.1Proses pembuatan ekstrak (Anonim, 1985)1) Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya. Proses awal

    pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia

    kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia

    kering dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan

    tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Makin

    halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan

    makin efisien, namun makin halus serbuk, maka akan makin

    rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.

    2) Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarutyang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    10/26

    atau yang aktif, dengan demikiansenyawa tersebut dapat

    terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya,

    serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

    kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka

    cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit

    sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan

    pada pemilihan cairan penyari antara lain selektivitas,

    kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut,

    ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan.

    3) Separasi dan pemurnian. Tujuan tahapan ini adalahmenghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak

    dikehendakisemaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada

    senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh

    ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini

    adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tidak bercampur,

    sentrifugasi, dekantasi, filtrasi serta proses adsorpsi dan

    penukar ion.

    4) Pemekatan atau penguapan (vaporasi dan evaporasi).Pemekatan berarti jumlah parsial senyawa terlarut (solute)

    secara penguapan pelarut tidak sampai menjadi kering,

    melainkan ekstrak hanya menjadi kental atau pekat.

    5) Rendamen dalah perbandingan antara ekstrak yang diperolehdengan simplisia kering.

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    11/26

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    12/26

    sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut

    relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.

    3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukankontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

    ruangan kamar yaitu secara umum dilakukan pada

    temperatur -

    4. nfus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperaturpenangas air bejana infus tercelup dalam penangas air

    mendidih temperatur terukur - selama waktu

    tertentu (15-20 menit).

    5. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dantemperatur sampai titik didih air.

    3. Batuk

    Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang

    bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran

    pernapasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang

    dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Pada

    banyak gangguan saluran napas, batuk merupakan gejala penting

    yang ditimbulkan oleh terpicunya refleks batuk, misalnya pada

    alergi (asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor

    paru), perubahan suhu yang mendadak dan rangasangan kimiawi

    (gas, bau). Seringkali juga disebabkan oleh peradangan akibat

    infeksi virus seperti virus selesma (common cold), influenza dan

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    13/26

    cacar air di hulu tenggorok (bronchitis, pharyngitis). Virus-virus ini

    dapat merusak mukosa saluran pernapasan, sehingga menciptakan

    pintu masuk untuk infeksi sekunder oleh kuman misalnya

    Pneumococci dan Haemophilus. Batuk dapat mengakibatkan

    menjalarnya infeksi dari suatu bagian paru ke yang lain dan juga

    merupakan beban tambahan pada pasien yang menderita penyakit

    jantung. Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali berkat

    mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding bronchi, yang

    berfungsi menggerakan dahak keluar dari paru-paru menuju batang

    tenggorok. Cilia ini bantu menghindarkan masuknya zat-zat asing

    ke saluran napas (Hoan, 2007). Bawang putih tampaknya berefek

    mengeringkan sekresi dan memberantas infeksi yang menyebabkan

    terjadinya produksi lendir. Tetapi karena pilek merupakan infeksi

    virus dan bukan bakteri, ada dugaan bahwa bawang putih juga

    punya efek antivirus (Roser, 2008).

    Batuk dapat bersifat voluntar atau sebagai suatu refleks

    akibat iritasi dari reseptor pada mukosa respiratorius yang

    diperantarai oleh suatu pusat di medula oblongata. Reseptor

    mekanis terdapat pada laring di sekitar karina dan pada trakea.

    Reseptor kimiawi terletak lebih perifer dan tidak peka terhadap

    rangsang mekanis. Batuk terdiri dari tiga komponen inspirasi,

    kontraksi otot-otot pernapasan dengan glotis tertutup, dan

    kemudian terbukanya glotis dengan dorongan udara secara paksa.

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    14/26

    Batuk akan membersihkan sekresi yang berlebihan dari jalan

    napas, dan rangsangan yang paling sering menimbulkan batuk

    adalah adanya sputum pada jalan napas. Sputum teridiri dari air

    dengan ion-ion, protein, dan protein plasma (pada kasus penyakit).

    Sekitar 100 ml mukus bronkial diproduksi secara normal dalam 24

    jam. Batuk merupakan salah satu gejala yang paling sering dari

    penyakit paru-paru, dan sedemikian seringnya dialami oleh

    perokok. Batuk juga sering menyertai kanker paru dan menyerang

    80 persen dari pasien kanker tersebut. Batuk kronik juga

    menyerang sekitar 30 persen dari penderita kanker lanjut dari

    populasi kanker secara umum (Declan, 1997).

    Menurut Tan Hoan, 2007 jenis-jenis batuk yaitu :

    a. Batuk produktifMerupakan suatu mekanisme perlindungan dengan

    fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dsb) dan

    dahak dari batang tenggorok seperti diuraikan diatas. Batuk ini

    pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Tetapi

    dalam praktek sering kali batuk yang hebat mengganggu tidur

    dan meletihkan pasien ataupun berbahaya, misalnya setelah

    pembedahan. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi

    batuk umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat

    batuk (antitussiva), yakni zat pelunak, ekspektoransia,

    mukolitika dan pereda batuk.

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    15/26

    b. Batuk non-produktifBersifat kering tanpa adanya dahak misalnya pada

    batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena

    pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor.

    Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan

    dan seringkali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk

    demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat

    pada waktu batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok

    dan farynx.

    Kegagalan refleks batuk dapat mengancam nyawa penderita,

    karena dapat terjadi aspirasi makanan atau sekret ke dalam paru-paru.

    Gangguan neurologik yang dapat mempengaruhi refleks batuk antara lain

    penyakit motor neuron, siringomielia, dan lesi pada saraf kranial

    kesembilan dan kesepuluh (Declan, 1997).

    3.1 Terapi Pengobatan Batuk

    Ada dua cara pendekatan dengan terapi obat-obatan yaitu

    obat-obat penekan batuk dan obat-obat yang mempermudah

    ekspetorasi. Obat-obat batuk dapat digolongkan sebagai antitusif,

    mukolitik, ekspektoran. Obat-obat batuk yang ada bertujuan

    meningkatkan kuantitas sputum atau mempercepat pengeluaran

    sputum, namun tidak ada bukti-bukti bahwa obat-obatan tersebut

    lebih baik dari inhalasi uap yang sederhana. Juga tidak terdapat

    bukti bahwa oba-obat tersebut mempunyai suatu kerja spesifik

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    16/26

    yang meningkatkan batuk dengan cara merangsang refleks batuk.

    Pemberian suatu ekspektoran bersama-sama dengan penekan batuk

    atau suatu antihistamin adalah tidak logis, kendatipun kombinasi

    seperti itu sering diberikan (Declan, 1997).

    Ekspektoran akan menambah volume sputum, sedangkan

    mukolitik mengubah sifat fisik dan kimiawi sputum sehingga akan

    lebih mudah untuk dibatukkan. Iodida, ipecac, amonium klorida,

    antimon kalium tartrat, glieril guaikolat/guaifenesin, dan terpin

    hidrat agaknya bekerja dengan menginduksi nausea, yang

    meningkatkan sekresi bronkus. Semua antitusif bekerja secara

    sentral. Kebanyakan golongan ini merupakan derivat opiat. Obat-

    obat yang kurang poten dan kurang menimbulkan adiksi adalah

    kodein dan folkodin. Refleks batuk membantu mempertahankan

    jalan napas tetap bersih, maka pemberian antitusif dapat berbahaya

    bila sputum banyak terbentuk. Karena alasan inilah maka antitusif

    seringkali tidak dibenarkan kecuali pada batuk kering. Bila batuk

    disebabkan oleh iritasi faring, maka pemberian sirup obat batuk

    atau demulsen lainnya telah memadai (Declan, 1997).

    Mukolitik dapat dikatakan dapat mengencerkan sputum dan

    mengurangi viskositasnya, sehingga mudah dibatukkan. Golongan

    ini aktif in vitro. (Declan, 1997). Mukolitik berdaya merombak dan

    melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan

    pengeluarannya dipermudah. Mukolitik digunakan dengan efektif

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    17/26

    pada batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti pada

    bronchitis, emfisema dan mucoviscidosis. Tetapi pada umumnya

    zat-zat ini tidak berguna bila gerakan bulu getar terganggu seperti

    pada perokok atau akibat infeksi (Hoan, 2007).

    4. Sediaan Sirup

    Sirup merupakan bentuk sediaan cair yang mempunyai nilai lebih

    antara lain dapat digunakan oleh hampir semua usia, cepat diabsorpsi,

    sehingga cepat menimbulkan efek. Fraksi mempunyai karakteristik rasa

    yang tidak enak dan mengandung bagian-bagian yang tidak larut. Bahan-

    bahan tambahan sangat diperlukan untuk membuat sediaan sirup

    (Murrukmihadi, 2012).

    Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang

    minimal mengandung 50% sakarosa. Penambahan bahan obat atau sari

    tumbuhan dapat merupakan komponen lainnya dari sirup. Kandungan

    sakarosa dari sirup yang tercantum dalam farmakope terletak antara 50%

    dan 65%, akan tetapi umumnya diantara 60% dan 65%. Hal itu berkaitan

    dengan daya tahan sediaannya. Dalam larutan gula yang jenuh (kira-kira

    66%) tidak memungkinkan pembentukan jamur, oleh karena dengan

    larutan berkonsentrasi tinggi, air yang diperlukan bagi perkembangbiakan

    mikroorganisme akan dihisap melalui proses osmosis. Atas dasar daya

    tahannya itulah, sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik,

    meskipun harus pula memperhatikan, bahwa tingginya kandungan gula

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    18/26

    dari sirup dapat menyebabkan berkurangnya kelarutan bahan obat tertentu

    didalamnya (Voight, 1994).

    Sirup obat adalah sirup yang mengandung satu jenis obat atau

    lebih, dengan atau tanpa zat tambahan lain, dimaksudkan untuk digunakan

    dalam pengobatan. Sirup obat merupakan pelengkap sediaan yang serasi

    untuk dijadikan larutan persediaan bagi obat tertentu yang digunakan

    dalam pembuatan obat yang mendadak. Sirup wangi adalah sirup yang

    umumnya tidak mengandung obat, tetapi mengandung zat wewangian atau

    zat lain yang berbau sedap, dimaksudkan untuk digunakan sebagai zat

    pambawa atau wewangi untuk pembuatan obat mendadak. Tujuan utama

    penggunaan sirup adalah untuk menutupi rasa atau bau obat yang tidak

    enak (Anonim, 1978).

    Sirup dengan sari simplisia dibuat melalui cara yang berbeda-beda.

    Sari simplisia diperoleh melalui maserasi atau perkolasi dengan

    menggunakan air, anggur atau campuran alkohol-air. Kedalam sari

    tersebut sejumlah gula yang diperlukan tadi dilarutkan. Dengan

    memasaknya akan terjadi penjernihan lebih lanjut, oleh karena koloid yang

    berasal dari material tumbuhan akan terflokulasi (sirup Althaea, sirup

    adas). Pada beberapa sediaan, tindakan ini ternyata menyebabkan

    kehilangan bahan aktif, oleh karena itu akan lebih memasukan bila

    pembuatannya dilakukan dengan cara dingin dimana sari simplisia yang

    dibuat secara dingin (tinktur, ekstrak cair) dicampurkan dengan Sirupus

    simplex (Sirup thimi, sirup jeruk pahit) (Voight, 1994).

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    19/26

    Umumnya suatu obat harus berbentuk larutan agar dapat

    diabsorbsi. Obat yang diberikan dalam larutan mudah tersedia untuk

    absorpsi, dan dalam banyak hal, lebih cepat dan lebih efisien siabsorpsi

    dibandingkan dengan sejumlah obat yang sama yang diberikan dalam

    bentuk tablet atau kapsul. Disatu pihak, faktor kelarutan dan kestabilan

    dapat diperkirakan dengan cukup tepat, tetapi dipihak lain karakteristik

    rasa dan organoleptis lain masih tergantung pada faktor subjektif. Jadi

    suatu formulasi cairan yang berhasul, seperti juga bentuk sediaan lainnya,

    memerlukan gabungan antara ilmiah dan seni farmasetik (Lachman, 2008).

    Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan cair

    yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya

    dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau

    penggunaannya, tidak dimasukkan ke dalam golongan produk lannya.

    Larutan oral, sirup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu

    dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan

    memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan

    dalam bentuk larutan, biasanya berarti bahwa absorpsinya dalam sistem

    saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih

    cepat daripada dalam bentuk sediaan suspensi atau padat dari zat obat

    yang sama (Ansel, 1989).

    H. METODOLOGI PENELITIAN

    1. Waktu Dan Tempat

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    20/26

    Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika

    Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Tadulako, pada bulan Desember 2013 sampai Februari 2014.

    2. Alat dan Bahan Penelitiana. Alat Penelitian

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, batang

    pengaduk, cawan porselin, gelas ukur, gelas kimia, neraca analitik

    b. Bahan PenelitianBahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    umbi bawang putih, mukus usus sapi, aluminium foil, aquades,

    metil paraben, sukrosa, tatrazin, spirit orange

    3. Prosedur PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan

    dan pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi pengumpulan dan determinasi

    umbi bawang putih, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol umbi

    bawang putih, sedangkan tahap pelaksanaan meliputi perlakuan,

    pengamatan dan analisis data.

    4. Persiapan Penelitiana. Pengumpulan dan determinasi umbi bawang putih.

    Umbi bawang putih diperoleh dari pasar Masomba Palu dan dilakukan

    determinasi di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Herbarium Celebense

    (CEB) Universitas Tadulako Palu untuk memastikan bahwa umbi

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    21/26

    bawang putih benar-benar jenis Allium sativum L. Bagian tanaman

    yang digunakan yaitu umbi yang sudah tua.

    b. Pembuatan serbuk simplisia umbi bawang putihUmbi bawang putih dibersihkan dari kotoran yang menempel,

    kemudian dicuci dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan,

    kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah kering

    kemudian dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tertinggal

    saat pengeringan. Setelah bersih dari kotoran, maka simplisia kering

    dihaluskan dengan cara diblender sehingga diperoleh serbuk umbi

    bawang putih (Anonim, 2000).

    c. Pembuatan Ekstrak Etanol umbi Bawang putih dengan MetodeModifikasi Saputra (2009).

    Pembuatan ekstrak etanol umbi bawang putih dilakukan dengan cara

    ekstraksi secara maserasi yaitu dengan menambahkan etanol 70% ke

    dalam toples yang berisi serbuk umbi bawang putih. Perbandingan

    jumlah pelarut denganserbuk adalah direndam selama x jam

    dan diaduk kemudian ditampung dalam suatu wadah. asil dari

    maserasi berupa ekstrak etanol umbi bawang putih yang kemudian

    dilakukan evaporasi dengan alat rotary evaporator dan rpm

    untuk menguapkan pelarutnya sehingga didapat ekstrak kental dari

    umbi bawang putih.

    5. Uji fitokimia (Metode Harborne, 1996) Uji alkaloid

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    22/26

    Ekstrak bawang putih sebanyak 1 gram dilarutkan dengan

    kloroform dan beberapa tetes NH4OH kemudian disaring dalam

    tabung reaksi tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi

    dikocok dengan 10 tetes H2SO42 M lalu lapisan asamnya dipisahkan

    dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada

    lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer dan

    Wagner yang akan menimbulkan endapan dengan warna berturut-

    turut merah jingga, putih dan cokelat.

    Uji flavonoidFiltrat sebanyak 5 ml ditambahkan serbuk magnesium (0,5

    gram), 1 mL alkohol klorhidrat (campuran HCL 37% dan etanol

    95% dengan volume sama), dan amil alkohol, kemudian dikocok

    kuat-kuat. Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada

    lapisan amil alkohol menunjukkan adanya golongan flavonoid.

    Uji Terpenoid dan SteroidEkstrak bawang putih sebanyak 5 gram dilarutkan dengan 25

    mL etanol panas (50o C) kemudian disaring kedalam pinggan

    porselin dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter dan

    ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes lalu ditambahkan 3

    tetes anhidrida asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji Lieberman-

    Buchard). Warna merah atau ungu menunjukkan kandungan

    terpenoid sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan kandungan

    steroid.

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    23/26

    Uji SaponinEkstrak bawang putih sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam

    gelas piala dan ditambahkan 100 mL air panas dan dididihkan

    selama 5 menit kemudian disaring dan filtrat digunakan untuk

    pengujian. Uji saponin dilakukan dengan pengocokkan 10 mL filtrat

    ke dalam tabung tertutup selama 10 menit. Timbulnya busa hingga

    selang waktu 10 menit (buih stabil) menunjukkan adanya saponin.

    Uji TaninEkstrak bawang putih sebanyak 1 gram ditambahkan 100 mL

    air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Sebagian filtrat

    ditambahkan FeCl3. Terbentuknya warna biru tua atau hitam

    kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin.

    Uji KuinonEkstrak bawang putih sebanyak 1 gram ditambah 100 mL air

    panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring. Ke dalam 10 mL

    filtrat ditambahkan beberapa tetes NH4OH 1N. Warna merah yang

    terbentuk menunjukkan adanya kuinon.

    6. Rancangan FormulaFormulasi sirup mukolitik dari ekstrak bawang putih (Allium

    sativum L) dibuat dalam 3 formula yaitu formula A, B, dan C dengan

    variasi konsentrasi untuk melihat pengaruhnya terhadap ketiga

    formulasi, sedangkan bahan tambahan lainnya tetap.

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    24/26

    Tabel 4.1 Rancangan Formula Sediaan Sirup Mukolitik Ekstrak Umbi

    Bawang Putih (Allium sativumL)

    7. Pembuatan Sediaan Sirup Mukolitik Ekstrak Bawang Putih (AlliumsativumL)

    a. Dipanaskan air suling kemudian dilarutkan metil paraben ke dalam airpanas

    b. Dilarutkan sukrosa ke dalam campuran air dan metil paraben, disishkanc. Diencerkan tatrazin ke dalam air suling sampai dapat konsentrasi yang

    diinginkan, kemudian diencerkan spirit orange ke dalam air suling

    d. Dilarutkan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi masing-masing .....ke dalam air suling sampai larut

    e. Di campurkan eksrak bawang putih dengan sirup simpleks aduk hinggahomogen, lalu dimasukkan tatrazin dan spirit orange

    f. Dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan

    Komponen

    Formula

    A B C

    Fungsi

    Bahan

    Ekstrak Bawang Putih

    (Allium sativum L)0,1 % 0,3 % 0,5% Bahan utama

    Sukrosa 65% 65% 65% Pemanis

    Metil paraben 1 % 1 % 1 % Pengawet

    Tatrazine 0,0005 % 0,0005% 0,0005% Pewarna

    Spirit Orange 0,5% 0,5% 0,5% Pengaroma

    Aquadest ad 60ml ad 60ml ad 60ml Pelarut

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    25/26

    g. Diberi etiket dan label

    8. Pengujian pada mukus usus sapi (Wulandari, 2008)Pengambilan mukus dilakukan dengan cara usus sapi dibersihkan

    dahulu dengan air mengalir hingga bersih lalu dipotong-potong secara

    membujur, kemudian lapisan mukosanya dikerok. Mukus yang didapat

    berwarna kuning kecoklatan dan kental. Setelah mukosa terkumpul diaduk

    pelan-pelan untuk menghomogenkan karena komposisi mukus tiap

    pengerokan berbeda-beda. Mukus tersebut dibagi-bagi sesuai dengan

    jumlah pengujian lalu dimasukkan ke dalam tempat pendingin sampai

    pengujian dilakukan (Maretta, 2006). Larutan dapar fosfat dibuat dengan

    cara mencampur 50,0 ml Kalium dihidrogen fosfat (p.a) 0,2 M dengan

    29,1 ml NaOH (p.a) 0,2 M dimasukkan dalam labu takar. Ke dalam labu

    takar ditambahkan air bebas CO2 secukupnya sampai 200,00 ml. Kontrol

    negatif yang digunakan adalah larutan mukus 80% dalam dapar fosfat pH

    7,0. Kontrol positif menggunakan kapsul Fluimucyl yang mengandung

    200 mg asetilsistein dalam tiap kapsulnya. Sebanyak 200 mg asetilsistein

    dilarutkan dalam 200 ml larutan mukus 80%, kemudian diinkubasi pada

    suhu C selama 30 menit. Fraksi metanol ditimbang sesuai dengan

    konsentrasi yang akan diuji yaitu 0,1%; 0,3%; 0,5% b/v terhadap larutan

    mukus %. Ketujuh sampel tersebut diinkubasi pada suhu selama

    30 menit agar kondisi reaksi sampel sesuai dengan kondisi fisiologis

    manusia. Kemudian masing-masing sampel dimasukkan dalam

    Viskometer Rion untuk mengetahui viskositasnya, dilakukan replikasisebanyak 3 kali. Identifikasi golongan senyawa aktif dilakukan dengan

    metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

    9. Evaluasi sediaan sirup mukolitik (Pakki, 2011)a. Pengamatan organoleptis

  • 7/22/2019 PROPOSAL CELLY.docx

    26/26

    Pemeriksaan meliputi perubahan warna dan bau. Sirup yang telah

    dibuat diperiksa bau dan warnanya sebelum dan sesudah dilakukan

    penyimpanan yang dipercepat, tiap satu siklus.

    b. Pengukuran pHPengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter terhadap pH

    sirup sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan yang dipercepat.

    c. Uji viskositasPengukuran viskositas dilakukan terhadap situp yang telah dibuat

    sebelum dan sesudah kondisi penyimpanan dipercepat. Pengukuran

    viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield pada

    50 putaran per menit (rpm), menggunakan spindle no 1.

    d. Uji respondenSirup dicobakan kepada 5 orang responden dan kemudian responden

    diminta untuk mengisi kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma, dan

    penampilan.