r. ruminansia ii

Upload: a-indhae

Post on 12-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUMRANSUM RUMINANSIA “KONSUMSI BAHAN KERING (BK) PAKAN”

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

RANSUM RUMINANSIAKONSUMSI BAHAN KERING (BK) PAKANKELOMPOK IIIFATMAWATI KHALIFAH

I111 12 261NUR KAMAL AKBAR

I111 12 265RHIZA ACHMAD OS

I111 12 267YULIA IRWINA BONEWATI

I111 12 271

NUR ICHWAN HUSAIN

I111 12 273ANDI SUKMA INDAH

I111 12 275FACHRURROZI

I111 12 277

MUHAMMAD AKBAR

I111 12 279WAHYU ARYANTO U AM

I111 12 281RAHMAT BURHAN

I111 12 283

MUH. FADIEL HAMID

I111 12 285

NESMAWATI

I111 12 287KURNIATI

I111 12 291

WENDY NATALIA

I111 12 293

RAHMA NINGSI

I111 12 295SURYANTI ILYAS

I111 12 297

RUDIANSYAH YUSUF

I111 12 299

ANDI ZHULFIMAN SELLE

I111 12 301

ROSALDI

I111 12 303

RAHMAT HIDAYAT

I111 12 309

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efisiensi produksi ruminansia kecil, terutama kambing, sebagian besar dipengaruhi pada cara pemberian pakan, tingkat manajemen pemberian pakan, dan ketersediaan gizi untuk mendapat produksi yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki manajemen pemberian pakan dengan cara yang lebih inovatif berhubungan dengan peningkatan produktivitas (Rianto, 2006).Kambing merupakan jenis ternak ruminansia yang sudah sejak lama dibudidayakan. Memelihara ternak ini relatif tidak sulit, karena selain jinak makanannya juga cukup beragam (Wijoseno dkk, 2009). Kambing dapat hidup dengan hijauan saja, tetapi produktivitasnya rendah. Guna meningkatkan produktivitasnya, kambing harus mendapat pakan tambahan sumber energi maupun protein. Pada umumnya pakan tambahan diberikan sebelum hijauan (Rianto, 2006).Menurut Sutama (2011), setiap ekor kambing harus mendapat pakan hijauan segar sekitar 10% berat badannya. Pakan hijauan tersebut dapat berupa rumput, legum, dan limbah hasil pertanian (jerami kedelai, kacang panjang, kacang tanah, daun jagung dan sebagainya). Berbagai jenis hijauan mau dimakan oleh kambing bahkan di beberapa daerah kambing memakan berbagai macam limbah rumah tangga bahkan mau memakan kertas koran (Wijoseno dkk, 2009). Hal inilah yang melatarbelakangi Praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan. B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dilakukannya Praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan adalah untuk mengetahui konsumsi bahan kering (BK) dari pakan berupa campuran rumput gajah dan gamal pada kambing Peranakan Etawa (PE) dengan berat 61,5 Kg.Adapun kegunaan dilakukannya Praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan adalah agar praktikan dapat mengetahui banyaknya hijauan yang dikonsumsi oleh kambing Peranakan Etawa (PE).BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kambing Peranakan EttawaKambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan salah satu ternak indigenous di Indonesia yang mempunyai potensi genetik tinggi sebagai penghasil daging maupun susu, serta mampu menghasilkan anak lebih dari satu ekor setiap kelahiran. Namun angka kematian anak relatif tinggi, salah satu penyebabnya adalah akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh anak yang baru lahir . Anak kambing PE sangat tergantung pada antibodi induk yang terdapat di dalam kolostrum dan kelangsungan hidup berikutnya tergantung pada jumlah susu yang di produksi oleh induknya. Kasus mastitis atau radang ambing pada kambing PE dapat mengancam kelangsungan hidup anaknya, karena menurunnya kemampuan produksi susu (Purnomo dkk, 2006).

Kambing PE adalah termasuk dalam kelompok kambing dwiguna. Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah dari India dengan kambing Kacang (lokal) di masa lalu (zaman kolonial Belanda). Kambing PE telah beradaptasi baik dengan kondisi tropis basah di Indonesia. Sistem perkawinan yang tak terkontrol dan tanpa diikuti seleksi yang terarah menyebabkan besarnya variasi penotipe (penampakan luar) dan genotipe (genetik) dari kambing PE ini (Sutama, 2011).

Beberapa karakter penting dari kambing PE yaitu: bentuk muka cembung, telinga relatif panjang (18-30 cm) dan terkulai. Jantan dan betina bertanduk pendek. Warna bulu bervariasi dari kream sampai hitam. Bulu pada bagian paha belakang, leher dan pundak lebih tebal dan lebih panjang daripada bagian lainnya. Warna putih dengan belang hitam atau belang coklat cukup dominan. Tinggi badan untuk jantan 70-100 cm, dengan berat badan dewasa mencapai 40-80 kg untuk jantan dan 30-50 kg untuk betina. Diakui ataupun tidak, daerah kawasan pegunungan Menoreh di perbatasan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah sejak dulu adalah sentra kambing PE di Indonesia, dan dari sinilah kambing PE menyebar ke berbagai daerah di Indonesia (Sutama, 2011).

Kambing PE bila dipelihara dengan baik diberi pakan hijauan yang cukup banyak (secara bebas) maka kambing tersebut akan dapat menghasilkan susu 0,51 liter/hari selama 3-5 bulan masa laktasi. Kambing tersebut juga akan menghasilkan anak 1-2 ekor setiap kelahiran. Di samping untuk konsumsi sendiri, susu dan anak kambing dapat dijual. Jadi kambing perah dapat sebagai sumber penghasilan rutin petani. Harga susu kambing di pasaran relatif tinggi (Rp. 15.000-Rp. 20.000/liter), namun konsumennya masih terbatas dan di perkotaan. Oleh karenanya diperlukan adanya kelembagaan petani yang dapat membantu petani dalam memasarkan produknya dan sekaligus untuk memudahkan untuk melakukan pembinaan petani terkait dengan usaha peternakan kambing perah (Sutama, 2011).

Gambar 1. Kambing Peranakan Ettawa (PE)Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan persilangan antara kambing Kacang dengan Kambing Etawah, yang telah terjadi puluhan tahun yang lalu. Hasil silangan tersebut telah mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia (Wijoseno dkk, 2009). Menurut Wijoseno dkk (2009), ciri-ciri Kambing PE yaitu:

1. Telinganya panjang dan terkulai sampai dengan 18 30 cm.

2. Warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. 3. Bulu Kambing PE jantan bagian atas leher, pundak lebih tebal dan agak panjang, sedangkan betina bulu panjangnya hanya terdapat pada bagian paha. 4. Bobot badan jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundaknya 76-100 cm.B. Gambaran Umum Rumput GajahRumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan bagi ternak ruminansia. Rumput tersebut termasuk tanaman berumur panjang, dapat beradaptasi pada semua jenis tanah dan palatabel (disukai ternak) palatabel. Rumput gajah mempunyai morfologi yaitu batang dan lebar daun rumput gajah lebih besar dan lebar daripada rumput benggala (Purbajanti dkk, 2011).Rumput gajah termasuk dalam famili Graminae yang dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak. Adapun klasifikasi tanamannya (Reksohadiprodjo, 2000) adalah sebagai berikut :

Phyllum: Spermathophyta

Sub-phyllum: Angiospermae

Classis

: Monocotyledoneae

Ordo

: Glumiflora

Familia : Gramineae

Sub-familia: Panicordeae

Genus

: PennisetumSpesies : Pennisetum purpureumRumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman tahunan yang membentuk rumpun dengan tinggi mencapai 4,5 m. Rumput gajah sangat disukai ternak, tahan kering dan tergolong rumput yang berproduksi tinggi dengan produksi di daerah lembah atau dengan irigasi dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput segar/ha/th. Rumput gajah dapat hidup pada tanah asam dengan ketinggian 0-3000 m dan dapat dipotong apabila rumput sudah mencapai ketinggian 11,5 m (Reksohadiprodjo, 2000).

Rumput gajah banyak di jumpai di persawahan. Tingginya mencapai 5 m, berbatang tebal dan keras, daun panjang, dan dapat berbunga seperti es lilin. Kandungan rumput gajah terdiri atas; 19,9% bahan kering (BK), 10,2% protein kasar (PK), 1,6% lemak, 34,2% serat kasar, 11,7% abu, dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Aak, 1993). Rumput gajah adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok tanaman rumput-rumputan. Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu sebagai makanan hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Umumnya rumput gajah yang digunakan diindonesia adalah rumput yang tumbuh secara liar. Namun untuk peternakan yang relatif besar maka rumput yang digunakan adalah rumput yang sengaja ditanaman atau dipelihara secara khusus. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput-rumputan dipilih karena merupakan tanaman yang produktifitasnya tinggi dan memiliki sifat yang dapat memperbaiki kondisi tanah. Rumput-rumputan yang ditanam pada suatu lahan dapat memperbaiki kondisi tanah. Tanaman tumput-rumputan membuat tanah menjadi lebih gembur (Gonggo dkk, 2005).Rumput gajah berasal dari Afrika dan mempunyai kadar protein yaitu 9,5% dari bahan keringnya. Pennisetum purpureum berproduksi sekitar 150.000 kg/ha/th dan dapat dilakukan pemotongan setelah 50-60 hari dan selanjutnya dilakukan 30-50 hari sekali. Panjang batang rumput mencapai 2,7 m dengan buku dan kelopak berbulu, helai daun mempunyai panjang 30-90 cm dan lebar 2,5 mm sedangkan lidah daun sangat sempit dan berbulu putih pada ujungnya dengan panjang 3 mm (Soegiri dkk, 1992).C. Gambaran Umum GamalGamal merupakan nama daerah yang berasal dari akronim ganyang mati alang-alang. Nama lain yaitu Kelorwono (Malang Selatan), Johar Bogor (Nongkojajar), Liriksidia (Madura), Lirisidia (Jawa Tengah), Cep-pyar (Jawa Barat). Di luar negeri nama lainnya yaitu bunga Jepun (Malaysia.); kakawate (Filipina); madre de cacao (Portugis); mata raton (Honduras); dan gliricidia, Nicaraguan coffee shade (Inggris) (Natalia dkk, 2009).

Menurut Natalia dkk (2009), klasifikasi ilmiah gamal yaitu:Kerajaan: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliophyta

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae/Leguminosa/Papilionoideae

Upafamili: FaboideaeGenus

: GliricidiaSpesies: Gliricidia sepiumGamal merupakan tanaman sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Tanaman pohon kecil ini biasanya bercabang banyak dengan tinggi 2-15 m. Batang berdiameter 15-30 cm berwarna hijau ketika masih muda dan jika sudah tua berwarna putih keabu-abuan sampai cokelat kemerahan dengan bintik-bintik berwarna putih. Memiliki daun berbentuk elips (oval) dengan panjang rata-rata 2-7 sm dan lebar 1-3 cm. Ujung daun berbentuk lancip dan pangkalnya tumpul (bulat). Susunan daun terletak berhadapan atau hampir berhadapan seperti pada daun lamtoro atau turi dengan jumlah 9-17 helai daun per tangkai daun. Helaian daun berwarna hijau di bagian atasnya, tipis dan berwarna keputihan di sisi bawahnya. Daun akan berguguran pada musim kemarau. Bunga mulai muncul ketika daun berguguran yaitu pada musim kemarau. Bunga berbentuk kupu-kupu terkumpul pada ujung batang sepanjang 10-15 cm berjumlah sekitar 25-50 kuntum. Satu bunga memiliki 5 kuntum, berwarna hijau terang dengan mahkota bunga putih ungu dan 10 helai benangsari yang berwarna putih. Pada umumnya berdaun majemuk berpasangan. Perbungaan tunggal pada sub suku Faboideae serta majemuk pada Caesalpinioideae dan Mimosoideae. Biji berkotil dua (Natalia dkk, 2009).

Buah gamal berbentuk polong seperti buah petai dengan ukuran 10-15 cm x 1,5-2 cm. Polong berbentuk memanjang dan pipih berisi 4-10 biji. Polong berwarna hijau kuning dan akhirnya cokelat kehitaman, memecah ketika masak dan kering melontarkan biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya (Natalia dkk, 2009).D. Sistem Perkandangan Pada KambingBagi ternak yang digembalakan secara terus menerus seperti peternakan di negara Australia, New Zealand dll, kandang ternak boleh dibilang tidak diperlukan. Namun di Indonesia di mana penggembalaan jarang dilakukan dan kalaupun ada sangat terbatas, faktor kandang menjadi penting. Kandang adalah rumahnya ternak dan oleh karenanya kandang hendaknya dibangun sebaik mungkin agar nyaman bagi ternak dan pengelolanya (peternak). Kandang panggung adalah tipe kandang yang paling populer di Jawa, di samping kandang lantai tanah. Kandang panggung menjamin kondisi kandang dan ternak menjadi lebih bersih (Sutama, 2011).Secara alami kambing lebih suka pada daerah perbukitan yang ditumbuhi semak belukar, pepohonan dan rumput. Hewan ini juga lebih menyukai daerah kering, karena kondisi lembab dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti scabies. Usaha ternak kambing pada umumnya masih bersifat sebagai usaha sampingan, belum banyak diusahakan secara komersial, bisa dipelihara secara intensif, semi intensif maupun ekstensif. Tingkat kematian bisa meningkat jika pemeliharaannya kurang memperhatikan kesehatannya terutama bagi kambing yang dipelihara di kandang. Kandang harus selalu dijaga kebersihannya karena kambing sangat rentan terhadap scabies yang bisa dengan mudah terjangkit jika kandang lembab, becek dan kotor oleh sisa pakan dan kotorannya. Kandang kambing dibuat pada tempat yang kering cukup mendapatkan sinar matahari pagi secara merata, udara segar, lantai kandang kuat dan tersedia tempat makan dan minum (Mayang, 2012).

Menurut Wijoseno dkk (2009), sebaiknya ternak dipelihara dalam kandang agar:

1. Memudahkan pengawasan terhadap ternak yang sakit, atau yang sedang dalam masa kebuntingan.2. Memudahkan dalam pemberian pakan.

3. Menjaga keamanan ternak.

Gambar 2. Kandang KambingSebelum membuat kandang sebaiknya ditentukan dulu lokasi danarah menghadap diusahakan menghadap ke timur, agar kandang yang dibuat memenuhi persyaratan kesehatan ternak yang dipelihara (Wijoseno dkk, 2009).Menurut Wijoseno dkk (2009), syarat-syarat tersebut:

1. Kandang dapat dibuat dari bahan yang kuat, murah harganya dan tersedia di lokasi.

2. Kandang beratap, dinding dengan ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik, khususnya untuk kambing kandangnya berlantai panggung dilengkapi dengan peralatan lain seperti tempat pakan dan minum.E. Manajemen Pemberian Pakan Pada KambingKambing dalam keadaan bebas (digembalakan) mempunyai kemampuan untuk memilih pakan atau bagian tanaman yang lebih bergizi. Kambing lebih suka browsing dari pada merumput sehingga infeksi cacing dapat dihindari. Demikian pula, ternak kambing mempunyai efisiensi tinggi dalam mencerna serat (Sutama, 2011).Pakan ternak merupakan faktor produksi kedua. Konsumsi pakan yang cukup (jumlah dan kualitasnya) akan menentukan mampu tidaknya ternak tersebut mengekpresikan potensi genetik yang dimilikinya. Bagi ternak yang digembalakan pemenuhan gizi sebagian besar/semuanya tergantung dari ternak itu sendiri. Tapi bagi ternak yang dikandangkan, pemenuhan gizinya tergantung dari petani. Setiap ekor kambing harus mendapat pakan hijauan segar sekitar 10% berat badannya. Pakan hijauan tersebut dapat berupa rumput, legum, dan limbah hasil pertanian (jerami kedelai, kacang panjang, kacang tanah, daun jagung dll). Walaupun demikian ternak kambing perlu diberi pakan penguat (konsentrat dan pakan imbuhan/suplemen) untuk menutupi kekurangan zat gizi pada pakan hijauan. Makin banyak variasi campuran pakan hijauan yang diberikan makin baik, untuk saling melengkapi sehingga ternak mengkonsumsi zat gizi yang cukup. Sama dengan ternak lainnya, kambing juga memerlukan 5 gizi utama yaitu: energi, protein, mineral, vitamin dan air dalam jumlah yang cukup agar dapat tumbuh, berkembang biak dan berproduksi sesuai dengan potensi genetiknya (Sutama, 2011).Ternak ruminansia (termasuk kambing) membutuhkan pakan hijauan setiap harinya yang dimanfaatkan untuk: 1) pemenuhan kebutuhan harian agar dapat hidup, 2) pemenuhan kebutuhan produksi (supaya ternak dapat bertumbuh menjadi besar dan gemuk, menghasilkan daging, menghasilkan air susu), 3) pemenuhan kebutuhan bereproduksi (kawin, bunting, beranak dan menyusui). Jumlah pemberian pakan hijauan bagi ternak sangat bervariasi, tergantung pada status fisiologisnya. Namun demikian jumlah pemberian secara umum adalah 1015% dari bobot badan ternak. Sebaiknya hijauan yang diberikan tidak terlalu tua, sebab selain kurang disukai ternak kandungan gizinya juga mengalami penurunan. Hijauan yang tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua lebih disukai ternak, sehingga rumput yang diberikan hampir tidak bersisa (semua dimakan) (Sirait dkk, 2010)BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan dilakukan pada tanggal 22-24 Mei 2014 di Kandang Ternak Kambing Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. B. Materi PraktikumAlat yang digunakan pada praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan yaitu timbangan analitik, timbangan gantung, karung, parang/gunting, dan ember.Bahan yang digunakan pada raktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan yaitu rumput gajah, daun gamal, dan air.C. Prosedur KerjaPraktikum Ransum Ruminansia mengenai Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

1. Tahap I: Pengambilan hijauan berupa rumput gajah dan daun gamal.

2. Tahap II: Pemberian pakan yang dilakukan pada pagi hari dan sore hari.

3. Tahap III: Pengambilan dan penimbangan sisa pakan untuk penentuan

konsumsi bahan kering (BK).

Untuk menentukan konsumsi bahan kering (BK) ternak kambing etawa dapat digunakan rumus:

Konsumsi (BK): Jumlah Pakan yang diberikan Jumlah Pakan yang Tersisa

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Hasil Praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa konsumsi bahan kering (BK) pakan 5 ekor kambing etawa, yaitu 7709 g. Konsumsi pakan ini diperoleh dari banyaknya pakan yang dimakan oleh oleh ternak kambing. Konsumsi pakan oleh kambing peranakan etawa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: kondisi lingkungan, status fisiologi, dan bentuk pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soebarinoto dkk (1991) yang menyatakan konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang dapat dimakan pada waktu tertentu. Produksi ternak hanya dapat terjadi apabila konsumsi energi pakan berada diatas kebutuhan hidup pokok. Keragaman konsumsi pakan disebabkan oleh aspek individu, species dan bangsa ternak, status fisiologis, kebutuhan energi, kualitas pakan dan kondisi lingkungan. Kartadisastra (1997) menambahkan bahwa tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu: tempat tinggal (kandang) , palatabilitas, konsumsi nutrisi, bentuk pakan dan faktor internal yaitu: selera, status fisiologi, bobot tubuh dan produksi ternak itu sendiri.

Kambing peranakan etawa sebanyak 5 ekor dengan jumlah berat badan 61,5 kg memiliki rata-rata berat badan 12,3 kg/ekor diberikan pakan berupa hijauan sebanyak 12,3 kg dengan konsumsi pakan 4591 g (918,2 g/ekor) dalam keadaan segar, dan konsumsi pakan dinyatakan dalam bahan kering. Kebutuhan bahan kering (BK) pakan oleh kambing peranakan etawa bervariasi tergantung pada berat badan kambing dan dan status fisiologis kambing tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sosroamidjojo (1985) bahwa pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun-daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Hal ini didukung oleh Mulyono dan Sarwono (2008) meyatakan bahwa konsumsi pakan kambing dinyatakan dalam bahan kering.

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Praktikum Konsumsi Bahan Kering (BK) Pakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa komposisi hijauan yang diberikan yaitu 70 % rumput gajah dengan jumlah 1,722 Kg, dan 30 % daun gamal dengan jumlah 0,74 Kg. Konsumsi pakan oleh kambing peranakan etawa yaitu sebanyak 7709 g dari 12,3 kg hijauan yang diberikan. Konsumsi pakan tersebut diperoleh dari pengurangan pemberian pakan dengan sisa pakan.B. Saran

Sebaiknya pada praktikum konsumsi bahan kering (BK) pakan selanjutnya dilakukan proses pelayuan yang lebih lama agar kadar air pada hijauan berkurang, sehingga dapat diperoleh konsumsi bahan kering (BK) pakan yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKAAak. 1993. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta.Gonggo, B. M., B. Hermawan dan D. Anggraeni. 2005. Pengaruh Jenis Tanaman Penutup Dan Pengolakan Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah Pada Lahan Alang-Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 7(1):44-55.Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. YogyakartaMayang, Farida Sukmawati. 2012. Penggemukan Kambing Potong. http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/infotek/pkp.pdf. Diakses tanggal 9 Juni 2014. Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2008. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.Natalia, H., D. Nista dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa, Ditjen Peternakan dan Keswan. Palembang.Purbajanti, D. K., S. Anwar, S. Widyati dan F. Kusmiyati. 2011. Kandungan Protein Dan Serat Kasar Rumput Benggala (Panicum Maximum) Dan Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum ) Pada Cekaman Stres Kering (Crude Protein And Crude Of Fiber Benggala [Panicum Maximum] And Elephant [Pennisetum Purpureum] Grasses On Drought Stress Condition). Animal Production 11 (2) 109-115.Purnomo, A., Hartatik, Khusnan, S. I. O. Salasia dan Seogiono. 2006. Isolasi dan Karakterisasi Staphylococcus aureus Asal Susu Kambing Peranakan Ettawa. Media Kedokteran Hewan Vol. 22, No. 3, September 2006.Reksohadiprodjo, S. 2000. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.Rianto, E. 2006. Pengaruh Metode Pemberian Pakan Terhadap Produktivitas Domba Ekor Tipis (The Effect of Feeding Method on the Productivity of Thin Tailled Sheep). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.Sirait, J., Rijanto H, A. Tarigan dan K. Simanihuruk. 2010. Petunjuk Teknis Teknik Budidaya dan Pemanfaatan Stenotaphrum secundatum untuk Ternak Kambing dan Ruminansia Lainnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1992. Mengenal Beberapa Jenis Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Jakarta.Sosroamidjojo, M. S. 1985. Ternak Potong dan Kerja. CV Yasaguna. Jakarta.Sutama, I Ketut. 2011. Kambing Peranakan Etawah Sumberdaya Ternak Penuh Berkah. Sinar Tani Badan Litbang Pertanian Edisi 19-25 Oktober 2011 No.3427 Tahun XLII.

Wijoseno, S., L. G. S. Astiti, T. Panjaitan, A. Muzani dan N. Agustini. 2009. Beternak Kambing Intensif. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Mataram.

LAMPIRAN

PerhitunganBerat Badan (BB) Kambing PE

Kambing 1= 15 kg

Kambing 2= 12,5 kg

Kambing 3= 12 kg

Kambing 4= 12 kg

Kambing 5= 10 kg

Total

= 61,5 kg

Rata-rata BB Kambing PE

= = 12,3 kgKebutuhan BK Pakan

= 4 % BB

= 61,5 kg ( 5 Ekor )

= 2,46 kg BK

Perbandingan Rumput : Legum

= 70 %:30 %

1. Rumput = 2,46= 1,722 kg2. Legum= 2,46 = 0,74 kgAsumsi Kadar BK Rumput : Legum= 20 % : 20 %

1. Rumput= 1,722 = 8,6 kg2. Legum= 0,74 = 3,7 kgTotal hijauan yang diberikan

= Rumput + Legum

= 8,6 Kg + 3,7 Kg

= 12,3 kg (untuk 5 ekor kambing)

Konsumsi pakan

= Pakan yang diberikan Pakan yang tersisa

= 12300 g 7709 g

= 4591 g

Rata-rata konsumsi pakan/ekor

= = 918,2 g/ekor