rangkuman modul bpsd
DESCRIPTION
rangkuman matakuliah undikshaTRANSCRIPT
TUGAS AKHIRBELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“RANGKUMAN MAKALAH”
Dosen Pengampu:
Ni Made Daini Pitri SS, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Dian Rizki Fauzi (1211031285)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
MAKALAH I
Inti dari belajar adalah mengacu pada perubahan prilaku individu sebagai akibat dari
proses pengalaman baik yang dialami ataupun yang sengaja dirancang. Belajar tidak hanya
berkenaan dengn jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu. Ciri –
ciri dari belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil
interaksi individu dengan lingkungan, serta perilaku tersebut bersifat relative menetap.
Berkenaan dengan peroses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne mengemukakan
delapan enis belajar, kedelapan jenis belajar tersebut adalah : belajar isyarat, stimulus respon,
rangkaian, asosiasi verbal, membedakan, konsep, hokum aturan, dan pemecahan masalah.
` Pembelajaran adalah segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru
secara fisik. Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televise, atau
media lainnnya.
Ciri utama pembelajaran adalah kegiatannya mendukung proses belajar siswa, adanya
interaksi antara individu dengan sumber belajar, serta memiliki komponen tuuan, materi, proses,
dan evaluasi yang berkaitan. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan yang diharapkan
dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran tidak bisa dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses belajar
harus engan sengaja diorganisasikan dengn baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang
baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, jenis-jenis
proses belajar dan hasil belajar sebagianya menadi pusat perhatian metode pembelajaran.
Belajar memecahkan masalah mengacu pada proses mental indiviu dalam menghadapi
suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berfikir
yang sistematis dan cermat.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar memecahkan masalah, guru
hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yag menarik bagi siswa
adalah sesuatu yang baru agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru henaknya
memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa.
MAKALAH II
Teori Belajar Behavioristik mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku, khususnya perubahan kapasitas siswa untuk berperilaku (yang baru) sebagai hasil
belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau pendewasaan) semata. dalam belajar yang
penting adalah masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respon. Stimulus adalah
apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Unsur dorongan diperlihatkan jika seseorang merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu
dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan ini. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya tersebut
seseorang kemudian berinteraksi dengan lingkungannya yang menyediakan beragam stimulus
yang menyebabkan timbulnya respons dari orang tersebut. Respons atau reaksi diberikan
terhadap stimulus yang diterima seseorang dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat
terlihat. Unsur penguatan akan memberi tanda kepada seseorang tentang kualitas respons yang
diberikan, dan mendorong orang tersebut untuk memberikan respons kembali.
Stimulus dapat dimanipulasi untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Stimulus
meliputi segala sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan, dan diraba oleh
seseorang.
Sementara itu , Connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belaar merupakan
proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respon yang benar akan semakin diperkuat
melalui serangkaian coba-coba, sementara respon yang tidak benar akan menghilang. Akibat
menyenangkan dari suatu respon akan memperkuat kemungkinan muculnya respon. Respon
yang benar diperoleh dari proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam
keadaan siap.
Teori Behaviorism dari Watson menyatakan bahwa stimulus dan respon yang menjadi
konsep konsep dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati.
Interaksi stimulus dan respon merupakan proses pengkondisian yang akan teradi berulang-ulang
untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.
Pada dasarnya teori Hull dean Skinner memilki premis dasar yang sama dengan teorei-
teori pendahulunya, yaitu berlandaskan pada interaksi antara stimulus dan respon. Namun
demikian, teori – teori Hull dan Skinner berbeda dengan teori pendahulunya dalam hal
identifikasi terhadap faktor- faktor khusus yang dianggap berpengaruh terhadap belajar.
Dalam perencanaan pembelajaran, guru menuliskan tujuan instruksional atau tujuan
pembelajaran yang umum maupun yang khusus. Respons yang diharapkan dimunculkan siswa
sebagai hasil belajar haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
MAKALAH III
Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi
adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka,
memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang
pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitif lebih mementingkan
proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan
dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental. Tujuan dari teori ini adalah membangun hubungan yang benar dan
teruji, membantu memahami peserta didik, mengkontruksi prinsip-prinsip imiah yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran, untuk memahami mengenal dirinya dan lingkungannya. Prinsip-
prinsip dari teori belajar adalah belajar merupakan peristiwa mental, guru harus mmperhatikan
segala aspek yang dapat mempengaruhi hasil belaar siswa, orang berpikir tidak sama satu dengan
yang lain.
Hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus antara individu dengan
lingkungannya. Pengetahuan ini dibangun dalam pikiran anak sambil anak mengatur
pengalaman-pengalamannya yang terdiri atas struktur mental atau skema-skema yang sudah ada.
Dengan demikian, pengetahuan merupakan proses bukan barang jadi. Untuk dapat memiliki
pengetahuan, seseorang dituntut untuk tidak bersifat menerimanya melainkan mencoba
mencarinya melalui proses pembentukan yaitu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan
demikian, ia merasakan bagaimana derajat pengetahuan yang dimilikinya terus meningkat. Pada
hakikatnya, proses penyusunan pengetahuan adalah asimilasi dan akomodasi yang diatur oleh
ekuilibrasi. Menurut Piaget, penyusunan pengetahuan ini diatur menurut jenis jenis pengalaman
yang ada pada diri siswa. Ada dua macam pengalaman, yaitu pengalaman fisik dan pengalaman.
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif (kecerdasan) anak dibagi menjadi empat
tahap, yaitu tahap sensori motor, pre-operasional, konkret operasional, dan formal operasi.
Tahapan ini hendaknya tidak dipandang sebagai hal yang statis. Setiap harinya perkembangan
mental anak mengalami kemajuan sesuai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan
lingkungannya: Kematangan dan pengalaman yang cukup memungkinkan anak dapat
mengembangkan struktur mentalnya untuk menghadapi berbagai situasi dengan cara yang lebih
baik.
Dalam teorinya ini Piaget menjelaskan pemahamannya tentang pengetahuan dan
bagaimana pengetahuan itu terbentuk (terjadi).Sebagai upaya memahami mekanisme
perkembangan intelektual, Piaget menggambarkan fungsi in!elektual ke dalam tiga perspektif,
yaitu (1) proses mendasar bagaimana terjadinya perkembangan kogaitif (asintilasi, akomodasi,
dan eqoalibrium), (2) cara bagaimana pentbentukan pengetahuaa, dan (3) tahap-tahap
perkenrbangan irttelektual. Menurut Jean Piaget ada tiga tahap proses perkembangan intelektual,
yaitu asimilasi, akomodasi, dan eqarilibrasi (penyeimbangan).Asirrrilasi, adalah proses
perpaduan antara informasi baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
Ada beberapa unsur yang melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya,
belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek
kumulatif belajar. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks, yang menghasilkan berbagai
macam tingkah laku yang berlainan yang disebut kapasitas. Kapasitas itu diperoleh dari (1)
stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan siswa. Berdasarkan
pandangannya itu, Gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa
tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru.
Dalam kegiatan pembelajaran pengembangan meteri harus benar-benar dilakukan secara
kontekstual dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran tidak hanya bisa dilakukan di dalam ruangan saja tetapi juga bisa dilakukan diluar
ruangan dengan cara memanfaatkan alam sekita sebagai wahana tempat pembelajaran.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran amat dipentingkan karena
henya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik. Selain itu, seorang guru juga harus mampu memahami
dan memperhatikan perbedaan individual anak, arena hal ini merupakan faktor penentu
keberhasilan dalam pembelajaran.
MAKALAH IV
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif
berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, faktor sosial mencakup
pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya.
Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor
utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam
proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi
lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif
mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi
lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang.
Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar
melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain yang
menjadi model.
Menurut Bandura ada empat komponen dalam proses belajar meniru (modeling) melalui
pengamatan yaitu memperhatikan, mengingat, memproduksi gerak motoric penguatan dan
motivasi. Teori Pembelajaran Sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura, pemerhati akan
meniru setiap tingkah laku 'model' sekiranya tingkah laku model tersebut mempunyai ciri-ciri
seperti bakat, kecerdasan, kuasa, kecantikan atau pun populariti yang diminati oleh pemerhati.
Antara implikasi yang berkait rapat dengan Teori Pembelajaran Sosial terhadap pengajaran dan
pembelajaran yang pertama ialah sebagai seorang guru, amat penting bagi kita memberi setiap
orang murid peluang untuk memerhati dan mencontohi berbagai jenis model yang menunjukkan
tingkah laku yang diingini.
Keyakinan akan kemampuan diri atau self-efficacy adalah konsep utama yang besar
pengaruhnya terhadap perilaku. Secara teknis hal ini didefinisikan sebagai, penilaian seseorang
terhadap kemampuan diri sendiri dalam mengatur dan melaksanakan suatu seri tindakan yang
dibutuhkan untuk mendapatkan hasil kerja yang telah ditentuknn sebelumnya
Dengan makin meningkatnya keyakinan akan kemampuan diri siswa itu maka bantuan-
bantuan tambahan dapat dihilangkan secara bertahap sehingga akhirnya siswa itu dapat
melakukan berbagai tugas yang mirip dengan berhasil tanpa pertolongan. Struktur pembelajaran
dalam kelas yang disesuaikan dengan minat dan bakat individu siswa akan menghasilkan
persepsi terhadap kemampuan diri yang lebih tinggi dan menurunkan ketergantungan siswa pada
pendapat guru atau temannya dalam kelas. Keberhasilan siswa dalam lingkungan kelas yang
memberi perhatian kepada setiap pribadi siswa dan penuh penerimaan terhadap mereka seperti
itu akan meningkatkari pula rasa berhasil para guru dalam mengajar. Penilaian terhadap
kemampuan diri ini juga akan membangkitkan emosi - rasa senang karena percaya akan
mendapat sukses dan rasa. takut atau cemas saat mereka merasa akan mendapatkan ancaman atau
kegagalan di mana besar, generalisasi dan kekuatan dari emosi tersebut merupakan fungsi dari
kenyakinan akan kemampuan pribadi.
MAKALAH V
Unsur-unsur dinamis dalam belajar yaitu unsur-unsur yang dapat berubah dalam proses
belajar dari tidak ada menjadi ada, dari melemah menjadi menguat, dari rendah menjadi
meningkat.
Unsur-unsur dinamis dalam belajar itu meliputi hal- hal sebagai berikut Motivasi dan
upaya memotivasi siswa agar belajar yaitu dalam pembelajaran, harus ada upaya-upaya agar
motivasi yang sudah ada pada masing-masing diri siswa tetap terpelihara bahkan dapat
ditingkatkan dengan cara pembelajaran yang di rancang dapat menunjang agar siswa lebih
semangat dalam pembelajaran. Bahan belajar dan upaya penyediaannya yaitu bahan belajar yang
tersedia harus mendukung bagi pencapaian tujuan belajar siswa. Alat bantu belajar dan upaya
penyediaannya.
Alat bantu belajar, jika dapat dipergunakan dengan baik di sekolah, dapat mendukung
bagi peningkatan proses belajar mengajar (PBM). Suasana belajar dan upaya pengembangannya.
Hendaknya dikembangkan hingga masing-masing siswa bisa kompetitif. Kompetisi siswa perlu
dikembangkan dengan cara yang sehat karena setiap siswa dapat berprestasi secara maksimal
guna mencapai prestasi yang setinggi mungkin. Kondisi subyek yang belajar dan upaya
penyiapan dan pemenuhannya. Yang di maksud di sini adalah perlu diperhatikan pula kondisi
para siswa dan guru, baik fisik maupun psikis.
Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
- Membuat desain pembelajaran secara tertulis, lengkap dan menyeluruh.
- Meningkatkan diri untuk menjadi seorang guru yang berkepribadian utuh.
- Bertindak sebagai guru yang mendidik.
- Meningkatkan profesinalisme keguruan.
- Guru berperan sebagai fasilitator belajar, pembimbing belajar, dan pemberi balikan
belajar.
Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa. Sedangkan belajar
merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan kemampuan baru yang bersifat permanen pada
diri siswa. Dengan memandang belajar dan pembelajaran sebagai suatu sistem, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut : Faktor
Internal : Faktor Fisiologis (keadaan tonus jasmani, keadaan tonus jasmani), Faktor Psikologis
(kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat). Faktor Eksternal : Lingkungan Sosial
(Sekolah, Masyarakat, Keluarga), Lingkungan Nonsosial (alamiah, Instrumental, materi
pelajaran)
Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah
kegiatan itu dan memelihara kesungguhan seorang guru perlu memperhatikan latar belakang,
emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas
belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Kesiapan (Readiness) adalah Kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar
kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman,
hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang
dapat belajar.
Persepsi adalah Interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku
individu. Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain. Proses tersebut dikenal dengan proses Transfer, kemampuan seseorang untuk
menggunakan lagi hasil belajar disebut Retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat
digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan
masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan
proses belajar kognitif.
Proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap,
emosi dorongan, minat dan sikap individu. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan
fisik. Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam
pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan
untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar
dan kesiapan untuk belajar.
MAKALAH VI
Pembelajaran kontruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan
peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan
pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan mengaitkan
materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada.
Karakteristik pembelajaran konstruktivis juga menekankan pada interpretasi pribadi atas
realitas secara individu maupun berkelompok. Belajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan
aspek individual dan sosial.
Paradigma konstruktivis yang didasarkan pada teori kognitif, sangat berbeda sekali
dengan paradigm behaviorisme. Dalam behaviorisme semua proses pembelajaran didasarkan
pada suatu model psikologi hewan. Prinsip dasar itu adalah “hukum sebab-akibat” yang
menganut pendapat bahwa hewan cenderung mengulangi perbuatan yang menurut
pengalamannya menghasilkan keputusan yang memuaskan atau menyenangkan
Kelas yang dibangun menjadi lingkungan yang konstruktivistik adalah kelas yang amat
memperhatikan bagaimana pengetahuan itu dibentuk dalam diri siswa. Guru di dalam kelas
konstruktivistik akan menganggap pengetahuan itu selalu tumbuh dan dapat ditafsirkan sesuai
dengan kondisi lingkungan di sekeliling siswa.
Untuk dapat menciptakan lingkungan kelas yang konstruktivistik, guru perlu melakukan
hal-hal sebagai berikut: Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari pengalaman
pada saat proses pembentukan pengetahuan berlangsung. Guru perlu menumbuhkan sikap
tanggung jawab pada diri siswa dengan mendoro mereka mengembangkan topic dan sub-topik
yang sesuai dengan minat mereka masing-masing.
Guru melatih murid berpengalaman dan membiasakan mereka menghadapi kondisi dari
perspektif yang berbeda, karena keadaan nyata jarang sekali memiliki perspektif tunggal.
Menghubungkan belajar dengan konteks yang realistis dan relevan. Guru bahasa mudah
sekali membawa siswanya menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata.
Kebanyakan model-model yang berorientasi konstruktivistik menekankan pentingnya
interaksi sosial siswa dengan lingkungannya. Seperti : Cooperative learning (Student Teams-
Achievement Division, Team-Games Tournament, Team Assisted Individualization, Teknik
Mozaik II), Problem Based Learning adalah belajar yang berpusat di sekitar masalah. Istilah
berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar. Kemampuan belajar
untuk memecahkan masalah, menyajikan solusi, dan memperbaiki solusi ketika diberikan
informasi tambahan menjadi tujuan pokok pembelajaran.
MAKALAH VII
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku
psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling
berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar. Cara belajar siswadipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik dari dalam diri (faktor internaln: kesehatan, cacat tubuh, factor fsikologis)
maupun dari luar (faktor eksternal: Keluarga, Sekolah, masyarakat)
Jenis gaya belajar dapa dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan karakteristiknya.
Ketiga gaya belajar tersebut adalah : Visual (gaya belajar yang lebih banyak menggunakan indra
penglihatan/visual), auditori (gaya belajar yang lebih banyak mengandalkan indra
pendengaran/audio), Kinesteis (gaya belajar melalui kegiatan fisik seperti bergerak, bekerja dan
menyentuh sesuatu.
Belajar Berdasar Aktivitas berarti bergerak Aktif secara fisik ketika belajar, dengan
memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam
proses belajar. Gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang
terlibat dalam gerakan tubuh (kortek motor) terletak tepat sebelah bagian otak yang digunakan
untuk berpikir dan memecahkan masalah.
SAVI singkatan dari Somatik, Auditori, Visual dan Intelektual. Pendekatan SAVI
adalah proses belajar siswa dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual
serta penggunaan semua indera.
Pendekatan SAVI adalah proses belajar siswa dengan menggabungkan gerakan fisik
dengan aktivitas intelektual serta penggunaan semua indera. Ada empat cara belajar agar proses
pembelajaran berlangsung secara optimal. Keempat cara belajar tersebut yaitu belajar somatis,
belajar auditori, belajar visual dan belajar intelektual .
1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar
3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
4. Intelektual : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat
unsur ini terpadu untuk mencapai tujuan belajar.
MAKALAH VIII
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari
luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu)
yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.Teori Behaviorisme menjelaskan motivasi
sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respon, sedangkan apabila dikaji dengan teori kognitif
motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir
siswa terhadap aspek prilaku.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi yang bersifat intrinsik yaitu
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yanglain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi
intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri).
Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar. Yang pertama,
motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar demi mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peran
penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan
belajar.
Di dalam proses pembelajaran terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
siswa diantaranya faktor yang berasal dari dalam siswa atau dari siswa itu sendiri (instinsik :
Minat, Cita-cita, Kondisi Siswa) dan faktor dari luar individu (ekstrinsik : Kecemasan terhadap
hukuman, penghargaan dan pujian, peran orang tua, kondisi lingkungan)
Belajar yang menyenangkan di tambah dengan lingkungan yang mendukung atau
mendorong siswa untuk mempunyai kendali terhadap proses dan hasil belajar, maka motivasi
belajar dan kecenderungan untuk mengatur sendiri proses belajarnya akan muncul dengan
sendirinya. Lingkugan belajar yang memotivasi proses pembelajaran siswa yaitu; siswa mandiri
untuk mengatur belajarnya, kerja sama antar siswa dalam proses pembelajaran, dan keterlibatan
orang tua dalam belajar. Dimana ketiga lingkungan tersebut sangat berperan penting di dalam
proses pembelajaran, karena dengan lingkungan di sekitarnya akan tumbuh dengan sendirinya
motivasi belajar di dalam dirinya.
MAKALAH IX
Belajar melalui pengalaman mengacu pada proses belajar yang melibakan siswa secara
langsung dalam masalah atau materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan konsep belajar melalui
pengalaman, segala aktivitas kehidupan yang dialami individu merupakan sarana belajar yang
dapat menciptakan ilmu pengetahuan.
Model yang dikembangkan oleh Lewin dikenal dengan nama model “Action Research
and Laboratory Training”. Menurut teori ini, belajar, perubahan, dan pertumbuhan difasilitasi
oleh proses yang terintegrasi yang dimulai dari menghayati pengalaman sekarang dan disini,
diikuti oleh pengumpulan data dan observasi terhadap penglaman tersebut serta analisis data.
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi, konsep-konsep abstrak dan generalisasi akan
terbentuk. Dalam tahap ini, hasil observasi dan refleksi berasimilasi dengan teori sehingga dapar
diterapkan dalam situasi baru. Implikasi dari penerapan konsep tersebut berperan sebagai
panduan untuk membentuk pengalaman baru.
Pada model pembelajaran menurut Lewin terdapat dua aspek yang perlu mendapat
perhatian. Aspek pertama adalah penekanan pada pengalaman konkret sekarang dan disini untuk
memvalidasi dan menguji konsep yang abstrak. Aspek terpenting yang kedua adalah kaji tindak
dan latihan laboratorium (action research and laboratory training) didasarkan pada proses
balikan
. Dewey berpendapat bahwa belajar adalah proses dialektis yang mengintegrasikan
pengalaman dengan konsep, observasi, dan tindakan. Getaran-getaran atau impuls pengalaman
memberikan ide dan ide-ide tersebut memberikan arah terhadap getaran berikutnya. Akhir dari
proses belajar adalah rumusan tujuan. Menurut Dewey, perumusan tujuan merupakan proses
intelektual yang cukup kompleks.
Menurut Piaget belajar merupakan hasil keseimbangan antara proses akomodasi dan
asimilasi tersebut, ketika proses akomodasi mendominasi asimilasi, terjadi proses imitasi, yaitu
peniruan terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan. Ketika asmilasi mendominasi
akomodasi, terjadi penekanan pada konsep atau kesan tanpa memperhatikan kenyataan
lingkungan. Proses pertumbuhan kognitif dari konkret menuju abstrak dan dari tindakan menuju
refleksi didasarkan pada transaksi yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
proses belajar melalui pengalaman dapat menjelaskan sebagai suatu siklus yang terdiri
atas 4 modus belajar adaptif, yaitu pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi
abstrak, dan experimentasi aktif.
Keempat modus belajar menggambarkan dua dimensi belajar yang berbeda. Pertama,
“dimensi prehension”, yaitu modus penangkapan atau pemahanan pengalaman. Kedua, “dimensi
transpormasi’, yaitu cara mengubah atau mengolah pengalaman yang diterima. Dari kedua
dimensi dan keempat modus tersebut dapat membentuk empat pengetahuan yaitu yaitu
pengetahuan divergen, asimilatif, konvergen, dan akomodatif.
karakteristik belajar melalui pengalaman yaitu:
1. Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.
2. Belajar adalah suatu proses yang berkesimbungan yang berpijak pada pengalaman.
3. Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-modus dasar untuk
beradaptasi dengan lingkungan.
4. Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara holistik (utuh).
5. Belajar merupakan transaksi antara individu dan lingkungan.
6. Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.
MAKALAH X
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang menarik, efektif, dan
mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Tujuan utama penataan lingkungan fisik
kelas adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang
tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, alat-alat, dan barang-barang lainnya yang ada
di dalam kelas. Lingkunagan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi aktif antara siswa dan guru serta antar siswa, dalam kegiatan pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik
kelas menurut Louisell yaitu Visibility ( Keleluasaan Pandangan penempatan dan penataan
barang-barang di dalam kelas yang tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara
leluasa dapat memandang guru,), Accesibiliy (mudah dicapai Penataan ruang harus dapat
memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses
pembelajaran.), Fleksibilitas (Keluwesan Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata
dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.), Kenyamanan, Keindahan.
Hubungan yang harmonis dapat menciptakan kelas yang sehat dan efektif bagi
berlangsungnya proses pembelajaran beberapa karakteristik yang harus dimiliki guru untuk
menciptakan iklim psiko-sosial kalas yang efektif bagi kelangsungan proses pembelajaran
sebagai berikut : disukai dan disenangi siswa, sabar, teguh, tegas, dan berwibawa, akrab dengan
siswa dalam suatu konteks antara guru dengan siswa, adil dan bijaksana, bersikap positif
terhadap respon siswa, mampu member motivasi dan nasehat
Guru sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih mengenal teman-
temannya sehingga mereka akan merasa sebagai satu kesatuan. Apabila siswa tidak dapat bekerja
sama dengan siswa lain dalam kelompok, tujuan dilaksanakannya belajar kelompok atau kerja
kelompok tidak akan berhasil. Dalam kegiatan kelompok, siswa harus belajar menerima
pendapat/ide siswa lain dan mendorong siswa lain untuk mengemukakan pendapatnya. Agar
kegiatan kelompok dapat berhasil dengan baik guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
Perilaku yang diharapkan, fungsi keemimpinan, pola persahabatan siswa, norma/aturan,
kemampuan berkomunukasi
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran, peserta didik dapat belajar dengan baik. Kreativitas merupakan hal yang
sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada
siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi
juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks.
Sebagai manajer guru harus menciptakan situasi kelas yang memungkinkan terciptanya
pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, tugas utama guru sebagai manajer adalah memotifasi
siswa yang kurang memiliki motifasi belajar sehinga mereka terdorong untu berpartisipasi aktif
dalam belajar.
Selain itu, banyak peran yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya, guru sebagai peneliti
(kondisi), sebagai pribai, sebagai pendiik (inspirasi/ contoh/panutan bagi siswanya), sebagai
pembimbing, sebagai pelatih (keterampilan yang dimiliki), sebagai penasehat, Sebagai
pembaharu (motivator), sebagai model, sebagai pengawet (pengawetan budaya), sebagai
emensipator, sebagai pendorong dan pembangkit kreativitas, sebagai pekerja rutin, sebagai
pencerita, sebagai actor.
MAKALAH XI
Remedial adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki keterampilan yang
kurang baik dalam suatu bidang tertentu. Kalau kita kaitkan dengan kegiatan pembelajaran,
kegiatan remedial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperbaiki
kegiatan pembelajaran yang kurang berhasil.
suatu kegiatan pembelajaran dianggap sebagai kegiatan remedial apabila kegiatan
pembelajaran tersebut ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran. Guru melaksanakan perubahan dalam kegiatan pembelajarannya
sesuai dengan kesulitan yang dihadapi para siswa.
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran agar mencapai hasil belajar yang lebih baik.kegiatan
remedial tujuan untuk membantu siswa yang belum menguasai materi pelajaran melalui kegiatan
pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remedial, siswa dibantu untuk memahami dan
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya dengan memperbaiki cara dan sikap belajarnya,
disamping guru sendiri memperbaiki cara mengajarnya.
Warkitri, dkk. (1991) menyebutkan enam fungsi kegiatan remedial dalam proses
pembelajaran. Keenam fungsi kegiatan remedial tersebut adalah fungsi korektif, pemahaman,
penyesuaian, pengayaan, akselerasi dan terapeutik.
Jia dikaji lebih dalam perbedaan remedial dari pembelajaran biasa dengan menganalisis
komponen-komponen suatu pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah
Tujuan, Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam pembelajaran biasa, tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru bagi semua
siswa. Jadi bersifat klasikal. Sedangkan dalam kegiatan remedial, tujuan pembelajaran yang
dirumuskan guru bersifat individual, tergantung pada kesulitan yang dihadapi siswa.
Materi, Materi pembelajaran dipilih dan diorganisasikan berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Materi pelajaran dalam pembelajaran bisa sama bagi
semua siswa, sedangkan materi yang dibahas dalam kegiatan remedial akan berbeda antara
materi untuk siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, sesuai dengan kesulitan yang dihadapi.
Kegiatan pembelajaran, Kegiatan pembelajaran dalam kegiatan remedial akan berbeda
dari kegiatan pembelajaran biasa. Dalam pembelajaran biasa yang berpartisifasi adalah seluruh
siswa. Guru melakukan semua siswa sama. Metode dan alat bantu pelajaran yang disiapkan
bersifat klasikal. Sedangkan dalam kegiatan remedial, pembelajaran hanya diikuti oleh siswa-
siswa yang memiliki kesulitan belajar tertentu. Kegiatan remedial ini dapat dilaksanakan secara
individual atau secara kelompok apabila beberapa siswa memiliki kesulitan yang sama.
Evaluas, Evaluasi mengetahui tingkat keberhasilan yang dilaksanakan. Alat evaluasi yang
dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, alat
evaluasi yang dikembangkan dalam pembelajaran biasa bersifat klasikal, sama untuk semua
siswa. Sedangkan dalam kegiatan remedial, alat evaluasinya bersifat individual atau kelompok.
Warkitri (1911) mengumumkan tiga pendekatan dalam kegiatan remedial. Ketiga
pendekatan tersebut adalah pendekatan yang bersifat preventif, kuratif dan pengembangan
Ada beberapa jenis-jenis pendekatan Remidial yaitu : mengajarkan kembali,
menggunakan alat peraga, kegiatan kelompok, Tutorial, Tanya jawab, sumber belajar yang
relevan, pengajaran individual
Adapun prinsip pelaksanaan kegiatan remedial adalah sebagai berikut:
1. Apabila terdapat beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang sama, kegiatan
remedial tersebut hendaknya diberikan terhadap kelompok siswa secara bersama-sama.
Tetapi apabila kesulitan yang dihadapi seorang siswa berbeda dengan siswa yang lain,
guru hendaknya memberikan bantuan yag bersifat individual. Bahkan, meskipun
kesulitan yang dihadapi siswa sama tetapi penyebabnya berbeda, guru harus
memperlakukannya secara individual.
2. Proporsi bantuan yang diberikan hendaknya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi
siswa. Tugas atau kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kegiatan remedial
hendaknya jangan terlalu banyak. Terlalu banyaknya tuntunan yang harus dilakukan
siswa dapat menjadi beban bagi siswa, sehingga bukannya siswa terbantu dalam
mengatasi masalahnya, malah semakin menambah masalah bagi siswa.
3. Kegiatan remedial dapat dilakukan sendiri oleh guru, guru bersama-sama siswa, atau
meminta bantuan siswa lain. Dalam menentukan bentuk kegiatan remedial, guru
hendaknya mempertimbangkan jenis kesulitan yang dihadapi siswa serta
faktorpenyebab kesulitan tersebut.
4. Metode yang diterapkan dalam kegiatan remedial hendaknya sesuai dengan tingkat
kemampuan serta dapat membangkitkan motivasi pada diri siswa untuk belajar lebih
giat dan berusaha lebih tekun
Kegiatan pengayaan adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat
agar mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa waktu
yang dimilikinya. Kegiatan pengayaan dilaksanakan dengan tujuan:
1. Tidak membahas materi pelajaran baru.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperdalam penguasaan materi.
3. Tercapai tingkat perkembangan siswa yang optimal terkait dengan tugas belajarnya.
4. Memanfaatkan kelebihan waktu bagi siswa yang cepat untuk hal-hal yang positif.
5. Agar siswa yang tergolong cepat tidak dirugikan karena harus menunggu temannya yang
lambat belajar.
6. Siswa yang cepat tidak mengganggu siswa yang lambat karena kelebihan waktu.
Dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pengayaan, guru menerapkan pendekatan
individu. Kegiatan pengayaan lebih bersifat fleksibel dibandingkan dengan kegiatan remedial.
Artinya, kegiatan pengayaan dalam rangka memanfaatkan sisa waktu merupakan kegiatan yang
menyenangkan dan dapat merangsang kreatifitas siswa secara mandiri. Faktor yang harus diperlu
diperhatikan yaitu factor siswa, factor manfaat edukatif, factor waktu