raperda pengelolaan sampah (1 juni 2015)

Upload: adang-gumilar-partawijaya

Post on 12-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    1/29

    WALI KOTA BALIKPAPAN

    PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

    RANCANGAN

    PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN

    PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

    NOMOR ... TAHUN ...

    TENTANG

    PENGELOLAAN SAMPAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    WALI KOTA KOTA BALIKPAPAN,

    Menimbang : a.bahwa Kedudukan Kota Balikpapan sebagai

    kawasan perkotaan, maka mengakibatkan

    pertambahan penduduk dan perubahan pola

    konsumsi masyarakat menimbulkan

    bertambahan volume, jenis dan karakteristik

    sampah yang semakin beragam;

    b.bahwa sampah telah menjadi permasalahan kota

    sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara

    komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    2/29

    memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi

    masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta

    dapat mengubah perilaku masyarakat;

    c.bahwa berdasarkan ketentuan dalam Peraturan

    Daerah Nomor 10 Tahun 2004 tentang

    Pengelolaan Persampahan sudah tidak sesuai

    dengan kondisi sampah di Kota Balikpapan;

    d.bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan

    kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan

    kewenangan pemerintah, pemerintah daerah,

    serta peran masyarakat dan dunia usaha

    sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan

    secara proporsional, efektif dan efisien;

    e.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

    dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan

    huruf d perlu membentukmenetapkanPeraturan

    Daerah tentang Pengelolaan Sampah;

    Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan

    Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang

    Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

    Pasal 18ayat (6)Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945;

    2.Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang

    Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3

    Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah

    Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara

    Republik IndonesiaTahun 1953 Nomor 9) sebagai

    Undang-undang (Lembaran Negara Republik

    IndonesiaTahun 1959 Nomor 72, Temabahan

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    3/29

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    1820);

    3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

    Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun

    1981 Nomor 76. Tambahan Lembaran Negara

    Nomor 3209);

    4.Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

    Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4851);

    5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5059);

    6. Peraturan Pemerintah nomor 79 Tahun 2005

    tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

    Penyelenggaraan Pemerintah daerah (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

    165,Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 4593);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

    tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara

    Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan

    Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4737);

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    4/29

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010

    tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

    (Lembaran Negara 2010 Nomor 21, Tambahan

    Lembaran Negara Nomor 5103);

    9.Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012

    tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan

    Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 5347);

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33

    Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolan

    Sampah;

    11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

    Nomor 16 Tahun 2011 tentang Pedoman Materi

    Muatan Rancangan Peraturan Daerah Tentang

    Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

    Sejenis Sampah Rumah Tangga;

    12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

    Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui

    Bank Sampah;

    13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

    03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan

    Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam

    Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

    Sejenis Sampah Rumah Tangga;

    14. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 2

    Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    5/29

    menjadi kewenangan Pemerintah Kota Balikpapan

    (Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun 2008

    Nomor 2 Seri E);

    15. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8

    Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Daerah Kota Balikpapan Tahun

    2011-2016 (Lembaran Daerah Kota Balikpapan

    Tahun 2011 Nomor 8);

    16. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7

    Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh

    Kelurahan Dalam Wilayah Kota Balikpapan

    (Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun 2012

    Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota

    Balikpapan Nomor 18);

    17. Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 8

    Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan

    Balikpapan Kota Dalam Wilayah Kota Balikpapan

    (Lembaran Daerah Kota Balikpapan Tahun 2012

    Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota

    Balikpapan Nomor 19);

    18. Perda Nomor 12 Tahun 2012 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan

    2012-2032.

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KOTA BALIKPAPAN

    dan

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    6/29

    WALIKOTA KOTA BALIKPAPAN

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN

    SAMPAH KOTA BALIKPAPAN .

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

    1.Daerah adalah Kota Balikpapan.

    2.Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

    penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

    pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    daerah otonom.Pemerintah Kota Balikpapan

    3.Satuan kerja perangkat daerah, yang selanjutnya disingkat

    SKPD, adalah satuan kerja perangkat daerah yang memiliki

    tugas, pokok dan fungsi untuk pengelolaan sampah

    4.Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau

    proses alam yang berbentuk padat.

    5.Sampah Spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi

    dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus yang

    meliputi Sampah yang mengandung bahan berbahaya danberacun, Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya

    dan beracun, Sampah yang timbul akibat bencana, Puing

    bongkaran bangunan, Sampah yang secara teknologi belum

    diolah dan atau Sampah yang timbul secara tidak periodik.

    6.Sampah yang mudah terurai adalah sampah yang berasal dari

    tumbuhan, hewan, dan/atau bagian-bagiannya yang dapat

    terurai oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme

    seperti makanan dan serasah.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    7/29

    7.Sampah yang dapat digunakan kembali merupakan sampah

    yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses

    pengolahan antara lain kertas kardus, botol minuman dan

    kaleng.

    8.Sampah yang dapat didaur ulang merupakan sampah yang

    dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan

    antara lain sisa kain, plastik, kertas dan kaca.

    9.Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari

    kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk

    tinja dan sampah spesifik.

    10.Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah

    tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau

    fasilitas lainnya

    11.Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,

    menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi

    pengurangan dan penanganan sampah.

    12. Halte Sampah adalah tempat sebelum sampah diangkut ke

    tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat

    pengolahan sampah terpadu.

    13.Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse,recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat

    dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,

    penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan.

    14.Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya

    disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

    pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran

    ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

    15.Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA

    adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah kemedia lingkungan.

    16.Bak Sampah adalah tempat untuk menampung sampan yang

    disediakan untuk menampung sampan sementara yang

    disediakan dan digunakan oleh pemakai persil dan publik.

    17.Pengumpulan Sampah adalah kegiatan mengumpulkan

    sampah dari setiap persil dan memindahkan ke Halte Sampah.

    18.Pengangkutan Sampah adalah kegiatan memindahkan

    sampah dari Halte Sampah ke TPA;

    19.Daur Ulang adalah kegiatan pemanfaatan materi yang

    terkandung dalam sampah anorganik.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    8/29

    20.Pengomposan adalah kegiatan pemanfaatan ulang sampah

    organik melalui proses pembusukan.

    21.Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari

    campuran bahan-bahanorganikyang dapat dipercepat secara

    artifisial olehpopulasiberbagai macammikrobadalam kondisi

    lingkungan yang hangat, lembab, dan dalam kondiis lingkungan

    yangaerobikatauanaerobik

    22.Rumah Kompos adalah bangunan yang berfungsi untuk

    membuat kompos.

    23.Bank Sampah adalah Bank sampah adalah tempat pemilahan

    dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang

    dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.24.Insentif adalah upaya untuk memotivasi masyarakat secara

    positif agar masyarakat tersebut mentaati ketentuan di bidang

    pengelolaan sampah guna lebih meningkatkan pemeliharaan

    lingkungan.

    25.Disinsentif adalah upaya memberikan penghukuman bagi

    masyarakat yang melanggar ketentuan di bidang pengelolaan

    sampah untuk mencegah dan menanggulangan kerusakan dan

    pencemaran lingkungan.

    26.Kawasan permukiman adalah kawasan hunian dalam bentukklaster, apartemen, kondominium, asrama dan sejenisnya.

    27.Kawasan komersial adalah kawasan tempat pemusatan

    kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dilengkapi

    dengan sarana dan prasarana penunjang.

    28.Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan

    industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

    penunjang.

    29.Kawasan khusus adalah wilayah yang bersifat khusus yang

    digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional.30.Pengelola kawasan adalah orang/badan usaha yang mengelola

    kawasan pemukiman, kawasan komersial dan kawasan

    industry.

    31.Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang,

    dan/atau badan hukum.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Populasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Populasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikrobahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aerobikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Anaerobikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Organik&action=edit&redlink=1
  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    9/29

    BAB II

    RUANG LINGKUP, ASAS, DAN TUJUAN

    Pasal 2

    (1)Ruang lingkup sampah yang dikelola ini berdasarkan peraturan

    daerah ini terdiri atas:

    a.Sampah rumah tangga;

    b.Sampah sejenis sampah rumah tangga;

    c.Sampah spesifik.

    (2)Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari

    kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk

    tinja dan sampah spesifik.

    (3)Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah

    tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,

    kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau

    fasilitas lainnya

    (4)Sampah Spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

    meliputi :

    a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun

    b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan

    beracun;c. Sampah yang timbul akibat bencana;

    d. Puing bongkaran bangunan;

    e. Sampah yang secara teknologi belum diolah dan atau;

    f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

    Pasal 3

    Pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan prinsip:

    a.tanggung jawab;

    b.keberlanjutan;c.manfaat;

    d.keadilan;

    e.kesadaran;

    f.kebersamaan;

    g.keselamatan;

    h.keamanan; dan

    i.nilai ekonomi.

    Pasal 4

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    10/29

    Pengaturan pengelolaan sampah bertujuan untuk:

    a.meningkatkan kualitas lingkungan;

    b.meningkatkan kesehatan masyarakat; dan

    c.menjadikan sampah sebagai sumber daya untuk meningkatkan

    produktivitas masyarakat.

    BAB III

    PENGELOLAAN SAMPAH

    Bagian Kesatu

    Pelaksanaan

    Pasal 5

    Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah

    rumah tangga terdiri atas:

    a.pengurangan sampah; dan

    b.penanganan sampah.

    Pasal 6

    (1)Pengurangan sampah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal

    5 huruf a meliputi:

    a.pembatasan timbulan sampah;

    b.pemanfaatan kembali sampah;

    c.pendauran ulang sampah.

    (2)Setiap orang dan produsen harus melakukan kegiatanmengurangi sampah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal

    5, dengan cara: menggunakan material yang dapat digunakan

    kembali, dapat didaur ulang dan/atau mudah untuk diuraikan

    melalui proses alam.

    a.menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, bahan yang

    dapat didaur ulang, dan/atau bahan yang mudah diurai oleh

    proses alam; dan/atau

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    11/29

    b.mengumpulkan dan menyerahkan kembali sampah dari

    produk dan/atau kemasan yang sudah digunakan.

    Pasal 7

    Penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b

    meliputi:

    a.pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah

    sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;b.pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

    sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara

    atau tempat pengolahan sampah terpadu;

    c.pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber

    dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

    tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat

    pemrosesan akhir;

    d.pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi,

    dan jumlah sampah; dan/ataue.pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah

    dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media

    lingkungan secara aman.

    Pasal 8

    (1)Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

    a dilakukan oleh :

    a.setiap orang pada sumbernya;b.pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial,

    kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas

    sosial,Prasarana umumdan fasilitas lainnya; dan

    c.pemerintah daerah.

    (2)Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam padaayat (1)

    dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi

    paling sedikit5 (Lima) jenis sampah yang terdiri atas:

    a.sampah yang mengandung bahan berbahaya beracun serta

    limbah bahan berbahaya dan beracun;

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    12/29

    b.sampah yang mudah terurai;

    c.sampah yang dapat digunakan kembali;

    d.sampah yang dapat didaur ulang; dan

    e.sampah lainnya.

    (3)Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

    ayat (2) harus menggunakan sarana yang memenuhi

    persyaratan:

    a.jumlah sarana sesuai jenis pengelompokan sampah

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

    b.diberi label atau tanda; dan

    c.bahan, bentuk, dan warna wadah.

    (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilahan sampahsebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dalam peraturan

    walikota

    Bagian Kedua

    Tanggung Jawab

    Pasal 9

    (1)Pengumpulan dan pengangkutan sampah menjadi tanggung

    jawab:

    a.Masyarakat dapat langsung membuang sampah ke Halte

    Sampah dan/atau TPS 3R.

    b.lembaga pengelolaan sampah yang dibentuk oleh RT atau

    didirikan oleh kelompok masyarakat sendiri untuk

    pengumpulan sampah ke Halte Sampah dan/atau TPS 3R;

    c.Pemerintah Daerah untuk pengangkutan sampah dari halte

    sampah dan/atau TPS 3R ke TPST dan/atau TPA;

    d.pengelola kawasan untuk sampah dari kawasan permukiman,

    kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus,

    dari sumber sampah sampai ke TPA; dan

    e.Pemerintah Daerah untuk sampah dari fasilitas umum,

    fasilitas sosial dari sumber sampah dan/atau dari halte

    sampah dan/atau TPS 3R hingga TPST dan/atau TPA.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    13/29

    (2)pembuangan/pengangkutan sampah dari rumah tangga,

    kawasan permukiman, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan

    fasilitas lainnya ke halte sampah dan/atau TPS 3Rdilakukan

    dari jam 18.00 sampai dengan 06.00 kecuali hari minggu.yang

    akan diatur lebih lanjut dalam peraturan walikota.

    (3)Alat pengangkutan sampah harus memenuhi persyaratan

    keamanan, kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan.

    (4)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan dan

    pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat 2

    diatur dalam peraturan walikota

    Pasal 10

    (1)Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

    huruf d meliputi kegiatan:

    a.pemadatan;

    b.pengomposan;

    c.daur ulang material; dan/atau

    d.daur ulang energi.

    (2)Sampah organik diproses menjadi kompos, makanan ternak

    dan/atau daur ulang energi.(3)Sampah anorganik diolah dengan pemulihan bahan untuk daur

    ulang/ penggunaan kembali melalui kegiatan di bank sampah,

    TPS-3R dan / atau pihak ketiga yang bermitra dengan

    Pemerintah Daerah.

    (4)Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

    ayat (3) dilakukan oleh:

    a.setiap orang pada sumbernya;

    b.pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan

    industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, danfasilitas lainnya; dan

    c.pemerintah daerah

    d.pihak ketiga???????

    Pasal 11

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    14/29

    (1)Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    7 huruf e dilakukan dengan menggunakan:

    a.metode lahan urug terkendali;

    b.metode lahan urug saniter; dan/atau;

    c.teknologi ramah lingkungan.

    (2)Pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilakukan oleh pemerintah daerah maupun kerjasama dengan

    pihak ketigaSKPD Teknis.

    Bagian Kedua

    Lembaga Pengelola

    Pasal 12

    (1)Dalam melakukan pengurangan dan penanganan sampah

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pemerintah Daerah dapat

    membentuk lembaga pengelola sampah.

    (2)Pemerintah daerah memfasilitasi pembentukan lembaga

    pengelola sampah sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat

    (1) di tingkat rukun tetangga, kelurahan, kecamatan, kawasan

    komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum,fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya dan atau yang dikelola oleh

    swasta sesuai dengan kebutuhan.

    (3)Ketentuan mengenai prosedur dan tata cara pembentukan serta

    tugas dari lembaga pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan

    Walikota.

    Bagian KetigaInsentif dan Disinsentif

    Pasal 13

    (1)Pemerintah daerah dapat memberikan insentif kepada

    lembaga/instansi, badan usaha, kelompok masyarakat, atau

    individu yang melakukan :

    a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;

    b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    15/29

    c. pengurangan timbulan sampah; dan

    d. tertib penanganan sampah.

    (2)Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :

    a. pemberian penghargaan dari Pemerintah Daerah dalam bentuk

    program pembinaan, dana pembinaan dan hadiah lain yang

    sifatnya pembinaan.

    b. pemberian dan penyediaan fasilitas pengelolaan sampah bagi

    setiap orang atau badan usaha yang mengelola sampah sesuai

    dengan standar pengelolaan yang ditetapkan dalam Peraturan

    daerah ini.

    c. Pengurangan retribusi daerah dalam kurun waktu tertentu

    (3)Ketentuan mengenai tata cara pemberian insentif sebagaimanayang dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan

    Walikota.

    Pasal 14

    (1)Pemerintah daerah dapat memberikan disinsentif kepada

    lembaga/instansi, badan usaha, kelompok masyarakat, atau

    individu yang melakukan :

    a. Pelanggaran terhadap larangan;b. pelanggaran terhadap standar pengelolaan sampah yang telah

    diatur dalam Peraturan Daerah ini atau peraturan perundang-

    undangan lain yang mengatur mengenai pengelolaan

    persampahan.

    (2)..

    (3)Disinsentif kepada badan usaha dan lembaga sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

    a. Sanksi administratif mulai dari teguran hingga pencabutan

    izin operasional bagi perusahaan pengelola sampah;b. Sanksi administratif dalam bentuk rekomendasi penundaan

    izin apabila ada usulan peningkatan atau perpanjangan izin

    oleh badan usaha tersebut.

    (4)

    (5)Ketentuan mengenai tata cara pemberian disinsentif

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam

    Peraturan Walikota.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    16/29

    Bagian Keempat

    Kerjasama dan Kemitraan

    Pasal 15

    (1)Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama dengan

    Pemerintah lain dalam pengelolaan sampah.

    (2)Pemerintah lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

    adalah:

    a.Pemerintah daerah lain di Indonesia;

    b.Pemerintah Negara lain yang bekerjasama melalui organisasi

    Pemerintah maupun Lembaga Internasional.

    (3)Lingkup kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara

    lain:

    a. Peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam

    pengelolaan sampah;

    b. penyediaan/pembangunan halte sampah dan/atau TPS 3R,

    TPST, TPA, serta sarana dan prasarana pendukungnya;

    c. pengangkutan sampah dari halte sampah dan/atau TPS 3R,

    TPST, ke TPA;

    d. pengelolaan TPA dan pengelolaan produk olahan sampah

    lainnya; dan

    e. Pengembangan teknologi pengelolaan sampah yang dapat

    dikembangkan menjadi bioenergi dan energi listrik.

    Pasal 16

    (1)Pemerintah daerah dapat bermitra dengan badan usaha

    pengelola sampah dalam pengelolaan sampah.

    (2)Lingkup kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara

    lain:

    a.penarikan pemungutan retribusi pelayanan

    persampahan/kebersihan;

    b.pengelolaan sampah dengan prinsip 3-R (Reduce, Reuse,

    Recycle);

    c.Pemanfaatan sampah anorganik untuk industri kreatif;

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    17/29

    d.Pemanfaatan sampah Organik Rumah Tangga menjadi

    berbagai jenis usaha produktif lainnya yang relevan.

    (3)Dalam pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) badan usaha pengelolaan sampah wajib mengacu pada

    peraturan perundang-undangan.

    BAB IV

    TUGAS DAN WEWENANG

    Pasal 17

    1) Pemerintah Daerah bertugas untuk menjamin terselenggaranya

    pengelolaan sampah yang baik sesuai dengan tujuan

    sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.

    2) Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    adalah :

    a. Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap

    dalam jangka waktu tertentu;

    b. untuk mengembangkan dan meningkatkan kesadaran

    masyarakat dalam pengelolaan sampah;

    c. untuk melakukan penelitian dan pengembangan pengurangan

    sampah dan teknologi penanganan;

    d. untuk memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan

    upaya pengurangan sampah, pengolahan dan pemanfaatan;

    e. untuk melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi

    infrastruktur pengelolaan sampah;

    f. untuk meningkatkan dan memfasilitasi pengembangan

    manfaat dari pengelolaan sampah;

    g. untuk memfasilitasi teknologi lokal spesifik di masyarakat

    setempat untuk menangani dan mengurangi sampah, dan

    h. mengkoordinasikan antar-regional satuan kerja pemerintah,

    masyarakat dan badan usaha untuk berintegrasi dalam

    pengelolaan sampah

    Pasal 18

    Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah

    mempunyai kewenangan sebagai berikut :

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    18/29

    a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah

    berdasarkan ketentuan yang berlaku;

    b. menyelenggarakan pengelolaan sampah sesuai dengan norma,

    standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah;

    c. menetapkan lokasi HALTE SAMPAH dan / atau HALTE SAMPAH

    3R, HALTE SAMPAHT dan/atau TPA yang disesuaikan dengan

    rencana tata ruang wilayah; dan

    d. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan secara

    berkala terhadap kapasitas TPA.

    BAB VHAK DAN KEWAJIBAN

    Pasal 19

    Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan

    sampah dari Pemerintah Daerah atau pihak lain yang diberi

    tanggung jawab untuk itu;

    a.berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,

    penyelenggaraan dan pengawasan di bidang pengelolaan

    sampah;b.memperoleh informasi yang benar, akurat dan tepat waktu

    mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;

    c.mendapatkan perlindungan dan kompensasi karena dampak

    negatif dari kegiatan Pemprosesan Akhir;

    d.memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan

    sampah secara baik dan berwawasan lingkungan.

    Pasal 20

    (1)Setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan

    cara yang berwawasan lingkungan.

    (2)Setiap orang, baik rumah tangga atau kawasan komersial,

    kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas

    sosial, atau kawasan lainnya wajib memilah sampah dari

    sumbernya dan membuang dengan benar.

    (3)Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan

    industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial dan

    fasilitas lainnya prasarana umumwajib menyediakan bak

    sampah terpisah dan memilahnya, menyediakan halte sampah

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    19/29

    dan /atau TPS-3R di dalam kawasannyadan mengangkut

    sampahnya ke TPA.

    (4)Setiap produsen wajib mengelola kemasan dan atau barang yang

    diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses

    alam.

    (5)Perusahaan wajib secara aktif berkoordinasi dan bekerja sama

    dengan Pemerintah Daerah dalam menerapkan pengelolaan

    sampah.

    (6)Setiap pemilik kendaraan Roda 4 (empat) atau lebih umum

    maupun perorangan wajib menyediakan tempat sampah di

    kendaraannya.

    (7)Setiap penyelenggara kegiatan insidentil wajib :a.Bertanggung jawab terhadap kebersihan lokasi

    penyelenggaraan kegiatan; dan

    b.Mengangkut sampah akibat adanya penyelenggaraan kegiatan

    ke TPA.

    BAB VI

    PERIZINAN

    Bagian Kesatu

    Prosedur dan Tatacara Perizinan

    Pasal 21

    (1)Setiap orang yang melakukan usaha pengelolaan sampah wajib

    memiliki Izin Usaha Pengelolaan Sampah.(2)Usaha pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    meliputi:

    a.Pengangkutan sampah; dan

    b.Pengolahan sampah;

    c. Pemprosesan akhir sampah.

    Pasal 22

    (1)Permohonan izin usaha pengelolaan sampah sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) diajukan secara tertulis

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    20/29

    kepada walikota atau pejabat yang ditunjuk dengan

    melampirkan:

    a. Dokumen Amdal/UKL/UPL

    b.Izin Lingkungan;

    c.SIUP;

    d.SITU/Izin Gangguan.

    (2)Terhadap permohonan izin yang telah memenuhi persyaratan

    dilakukan pencatatan secara administratif oleh SKPD yang

    menangani proses perizinan untuk kemudian dilaksanakan rapat

    secara koordinatif dengan dinas/instasi terkait.

    (3)Hasil rapat koordinasi tersebut dituangkan dalam berita acara

    sebagai bahan pertimbangan Walikota atau pejabat yang ditunjukuntuk :

    a. Mengabulkan sebagian/seluruh permohonan; atau

    b. Menolak permohonan

    (4)Dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah Berita

    Acara Hasil Rapat Koordinasi diterima, Walikota atau Pejabat

    yang ditunjuk menerbitkan keputusan menerima atau menolak

    permohonan izin usaha pengelolaan sampah.

    (5)Dalam hal permohonan izin usaha pengelolaan sampah ditolak,

    Walikota atau Pejabat yang ditunjuk memberitahukan kepadapemohon secara tertulis dengan mencantumkan alasan

    penolakannya.

    (6)Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah Berita

    Acara Hasil Rapat Koordinasi diterima, Walikota atau Pejabat

    yang ditunjuk tidak memberikan jawaban menyetujui atau

    menolak permohonan izin usaha pengelolaan sampah, maka

    permohonan izin dianggap ditolak.

    Pasal 23(1)Izin usaha pengelolaan sampah untuk pengangkutan sampah

    berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang.

    (2)Untuk pengolahan dan pemprosesan akhir sampah berlaku

    selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang.

    (3)Perpanjangan izin dilakukan paling lama 30 (tiga puluh)

    sebelum masa berlakunya habis.

    Pasal 24

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    21/29

    (1)Pemegang izin usaha pengelolaan sampah berhak untuk

    melakukan kegiatan pengangkutan, pengolahan dan

    pemprosesan akhir sampah.

    (2)Pemegang izin usaha pengelolaan sampah berkewajiban untuk

    melaporkan kegiatan pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan

    akhir sampah yang telah diselenggarakan secara berkala setiap 3

    (tiga) bulan kepada walikota atau pejabat yang ditunjuk.

    Pasal 25

    Ketentuan mengenai prosedur, tatacara dan persyaratan

    permohonan izin usaha pengelolaan sampah dan masa berlaku

    serta perpanjangan izin usaha pengelolaan sampah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 diatur lebih lanjut

    dalam Peraturan Walikota dan peraturan hukum lainnya.

    BAB IV

    RETRIBUSI DAN KOMPENSASI

    Bagian Kesatu

    Retribusi Pelayanan Persampahan

    Pasal 28

    (1)Pemerintah daerah dapat memungut retribusi atas pelayanan

    persampahan.

    (2)Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) digolongkan pada retribusi jasa umum.

    (3)Komponen biaya perhitungan retribusi pelayanan persampahanmeliputi:

    a. biaya pengumpulan dan pewadahan dari sumber sampah ke

    HALTE SAMPAH/HALTE SAMPAHT;

    b. biaya pengangkutan dari HALTE SAMPAH/HALTE SAMPAHT ke

    TPA;

    c. biaya penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir

    sampah; dan

    d. biaya pengelolaan.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    22/29

    (4)Penyelenggaraan retribusi atas pelayanan persampahan

    berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

    Catatan > pemda memungut retribusi atas pelayanan

    persampahan di luar sampah rumah tangga dan sampah sejenis

    sampah rumah tangga/sampah spesifik: misal tebangan pohon

    Catatan>Pemda

    Bagian Kedua

    Kompensasi

    Pasal 29

    (1)Pemerintah daerah secara sendiri atau secara bersama dapat

    memberikan kompensasi sebagai akibat dampak negatif yang

    ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan akhir sampah.

    (2)Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan pemrosesan

    akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan

    oleh:

    a.pencemaran air;

    b.pencemaran udara;c.pencemaran tanah;

    d.longsor;

    e.kebakaran;

    f.ledakan gas metan; dan/atau

    g.hal lain yang menimbulkan dampak negatif.

    (3)Bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

    a.relokasi penduduk;

    b.pemulihan lingkungan;

    c.biaya kesehatan dan pengobatan;d.penyediaan fasilitas sanitasi dan kesehatan; dan/atau

    e.kompensasi dalam bentuk lain.

    (4)Ketentuan mengenai tata cara pemberian kompensasi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diatur dengan

    Peraturan Wali Kota.

    Pasal 31

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    23/29

    Kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 harus

    dianggarkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.

    BAB V

    PERAN MASYARAKAT

    Pasal 32

    (1)Masyarakat berperanserta dalam proses pengambilan keputusan,

    penyelenggaraan, dan pengawasan dalam kegiatan pengelolaan

    sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah

    tangga yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

    (2)Bentuk peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah juga

    meliputi :

    a. menjaga dan memeliharan kebersihan lingkungan;

    b.memiliki tempat sampah terpilah (secara fungsi danstandar) di

    setiap rumah tangga/tinggal, kantor dan tempat ibadah serta

    bangunan/sarana untuk kepentingan umum lainnya termasuk

    juga setiap pedagang penjaja;;c.aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,

    pengangkutan , dan pengolahan sampah.

    d.pemberian saran, usul, pengaduan, pertimbangan, dan

    pendapat dalam upaya peningkatan pengelolaan sampah di

    wilayahnya

    Pasal 33

    (1)Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 32 ayat (2) huruf a dan b dilaksanakan dengan cara :a. sosialisasi;

    b. kegiatan gotong royong;

    c. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang

    persampahan; dan

    d. pemberian insentif

    (2)Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 32 ayat (2) huruf c dilaksanakan dengan cara :

    a. mengembangkan informasi peluang usaha di bidang

    persampahan; dan

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    24/29

    b. pemberian insentif

    (3)Peningkatan peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 32 ayat (2) huruf d dilaksanakan dengan cara :

    a. penyediaan media komunikasi;

    b. aktif dan secara cepat memberi tanggapan; dan

    c. melakukan jaring pendapat aspirasi masyarakat.

    Pasal 34

    BAB VIPENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PEMBINAAN

    Pasal 35

    (1)Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah

    daerah didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria

    pengawasan yang diatur oleh Pemerintah.

    (2)Pemerintah daerah melakukan Pengawasan dan pengendalian

    yang meliputi :

    a.pengawasan dan pengendalian di tingkat teknis operasional,b.administratif maupun

    c.dampak terhadap lingkungan.

    Pasal 36

    Pemerintah daerah dapat melakukan pembinaan kepada

    masyarakat dalam pengelolaan sampah melalui:

    a.bantuan teknis;

    b.bimbingan teknis;

    c.diseminasi peraturan perundang-undangan dan pedoman di

    bidang pengelolaan sampah; dan/atau

    d.pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan sampah

    Pasal 37

    Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36

    dilaksanakan oleh dinas teknis yang bertanggungjawab di bidang

    pengelolaan sampah.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    25/29

    BAB VI

    LARANGAN

    Pasal 38

    Setiap orang dilarang:

    a.membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan

    disediakan;

    b.melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di

    tempat pemrosesan akhir;

    c.membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis

    pengelolaan sampah;

    d.Membuang, menumpuk, menyimpan sampah atau bangkaibinatang dijalan, jalur hijau, taman, sungai, saluran, fasilitas

    umum dan tempat lainnya yang sejenis;

    e.Membuang sampah atau kotoran lainnya dari atas kendaraan;

    f.Membuang kotoran dan atau bangkai binatang ke halte sampah

    dan sekitarnya serta fasilitas umum;

    g.Membuang sampah ke halte sampah dengan menggunakan

    kendaraan bermotor, yang volumenya lebih dari 1 (satu) meter

    kubik;

    h.Membakar sampah di jalan, jalur hijau , taman dan tempat-tempat umum lainnya;

    i.Buang air besar (hajat besar) dan buang air kecil (hajat kecil) di

    jalan, jalur hijau, taman, sungai, saluran dan tempat umum;

    j.Mengeruk atau mengais sampah di Halte Sampah, kecuali oleh

    petugas untuk kepentingan dinas;

    k.Membuang sampah diluar tempat/ lokasi pembuangan yang telah

    ditetapkan;

    l.Membuang sampah di Halte Sampah pada siang hari jam 06.00

    18.00 WITA;m.Membakar sampah dan kotoran lainnya didalam TPS dan

    disekitar TPS;

    n.Membuang sampah klinis dan limbah B3 lainnya ke Halte

    Sampah.

    BAB VII

    SANKSI ADMINISTRATIF

    Pasal 38

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    26/29

    (1)Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada

    pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang

    ditetapkan dalam perizinan.

    (2)Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

    berupa:

    a.Peringatan tertulis;

    b.paksaan pemerintahan;

    c.uang paksa; dan/atau

    d.pencabutan izin.

    Pasal 39

    (1)Sanksi administratif berupa peringatan tertulis sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf a dikenakan diterapkan

    kepada pemegang izin yang melakukan pelanggaran terhadap

    persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam izin usaha

    pengelolaan sampah danbelum menimbulkan dampak negatif

    terhadap lingkungan.(penjelasan)

    (2)Sanksi administratif berupa Peringatan tertulis sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali

    secara berturut-turut masing-masing untuk jangka waktu 5(lima) hari kerja.

    (3)Sanksi administratif berupa paksaan pemerintah sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf b diterapkan apabila

    pemegang izin:

    a.melakukan pelanggaran terhadap persyaratan dan

    kewajiban yang tercantum dalam izin pengelolaan

    sampah; dan/atau

    b.menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

    hidup.(4)Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yang

    dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas

    lingkungan dalam keadaan semula dengan beban biaya yang

    ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi

    ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

    (5)Dalam hal pemegang izin tidak melaksanakan paksaan

    pemerintah dalam jangka waktu 30 hari dapat dikenakan uang

    paksaan sebesar (2x) biaya pemulihan kualitas lingkungan dalam

    keadaan semula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    27/29

    huruf c atas setiap keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan

    pemerintah.

    (4)Sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) huruf d diterapkan apabila

    pemegang izin:

    a.tidak melaksanakan paksaan pemerintah sampai batas waktu

    yang ditentukan;

    b.melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dalam

    izin usaha pengelolaan sampah.

    BAB VIII

    PEMBIAYAAN

    Pasal 40

    Pengelolaan sampah di daerah dibiayai dari anggaran pendapatan

    dan belanja daerah Kota Balikpapan dan/atau pembiayaan lainnya

    yang sah dan tidak mengikat.

    BAB IX

    KETENTUAN PENYIDIKAN

    Pasal 41

    a.Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat

    pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah

    daerah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang

    pengelolaan sampah diberi wewenang khusus sebagai penyidik

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum AcaraPidana.

    b.Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) berwenang:

    a.melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau

    keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang

    pengelolaan sampah;

    b.melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga

    melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

    c.meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan

    dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    28/29

    d.melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan

    dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang

    pengelolaan sampah;

    e.melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga

    terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen

    lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang

    hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara

    tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; dan

    f.meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan

    tindak pidana di bidang pengelolaan sampah.

    c.Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasilpenyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

    Indonesia.

    d.Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut

    umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

    BAB XKETENTUAN PIDANA

    Pasal 42

    (1)Setiap orang yang mempunyai usaha pengelolaan sampah tidak

    memiliki ijin yang melanggar Pelanggaran terhadap ketentuan

    sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dikenakan

    pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda

    sebanyak-banyaknya paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

    puluh juta rupiah) serta wajib melaksanakan penanggulanganpencemaran dan atau kerusakan dan pemulihan lingkungan

    hidup

    (2)Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana yang

    dimaksud dalam Pasal 38 dikenakan pidana kurungan paling

    lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya paling

    banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

    (3)Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

    adalah tindak pidana ringan.Pelanggaran.

  • 7/21/2019 Raperda Pengelolaan Sampah (1 Juni 2015)

    29/29

    BAB XI

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 43

    (1)Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kota

    Balikpapan Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pengelolaan

    Persampahan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    (2)Peraturan Walikota yang merupakan peraturan pelaksana dari

    Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 12 (dua belas)

    bulan terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

    Pasal 44

    Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran

    Daerah Kota Balikpapan