sejarah kerajaan buddha

Upload: jessica-amelia

Post on 18-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejarah Kerajaan Buddha

TRANSCRIPT

Sejarah Kerajaan Buddha

Kerajaan AcehGroup 7:- Yollandimi Sugito-Gladys Shine S-Rebecca-Augustinez Leonna

Tahun Berdirinya Kerajaan AcehAceh berdiri sekitar abad ke-16, dimana saat itu jalur perdagangan lada yang semula melalui Laut Merah, Kairo, dan Laut Tengah diganti menjadi melewati sebuah Tanjung Harapan dan Sumatra. Hal ini membawa perubahan besar bagi perdagangan Samudra Hindia, khususnya Kerajaan Aceh. Para pedagang yang rata-rata merupakan pemeluk agama Islam kini lebih suka berlayar melewati utara Sumatra dan MalakaSelain pertumbuhan ladanya yang subur, disini para pedagang mampu menjual hasil dagangannya dengan harga yang tinggi, terutama pada para saudagar dari Cina. Namun hal itu justru dimanfaatkan bangsa Portugis untuk menguasai Malaka dan sekitarnya. Dari situlah pemberontakan rakyat pribumi mulai terjadi, khususnya wilayah Aceh (Denys Lombard: 2006, 61-63)

Lokasi Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh berkembang sebagai kerajaan Islam dan mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Perkembangan pesat yang dicapai Kerajaan Aceh tidak lepas dari letak kerajaannya yang strategis, yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu. Ramainya aktivitas pelayaran perdagangan melalui bandar bandar perdagangan Kerajaan Aceh, mempengaruhi perkembangan kehidupan Kerajaan Aceh dalam segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budayaRaja Pendiri Kerajaan AcehSultan Ali Mughayat SyahAdalah raja kerajaan Aceh yang pertama. Ia memerintah tahun 1514 1528 M. Di bawah kekuasaannya, Kerjaan Aceh melakukn perluasan ke beberapa daerah yang berada di daerah Daya dan Pasai. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka dan juga menyerang Kerajaan Aru.

Raja-raja lain yang memerintah1.Sultan SalahuddinSetelah Sultan Ali Mughayat Wafat, pemerintahan beralih kepada putranya yg bergelar Sultan Salahuddin. Ia memerintah tahun 1528 1537 M, selama menduduki tahta kerajaan ia tidak memperdulikan pemerintahaan kerajaannya. Keadaan kerajaan mulai goyah dan mengalami kemerosostan yg tajam. Oelh karena itu, Sultan Salahuddin digantiakan saudaranya yg bernama Alauddin Riayat Syah al-Kahar.

2.Sultan Alaudin Riayat Syah al-KaharIa memerintah Aceh dari tahun 1537 1568 M. Ia melakukan berbagai bentuk perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk pemeintahan Kerajaan Aceh.

Pada masa pemeintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasaan wilayah kekuasaannya seperti melakukan serangan terhadapKerajaan Malaka ( tetapi gagal ). Daerah Kerajaan Aru berhasil diduduki. Pada masa pemerintahaannya, kerajaan Aceh mengalami masa suram. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi.

3.Sultan Iskandar MudaSultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 16 36 M. Di bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahakn menjadi bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia barat.Untuk mencapai kebesaran Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda meneruskan perjuangan Aceh dgn menyerang Portugis dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya. Tujuannya adalah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah daerah penghasil lada. Sultan Iskandar Muda juga menolak permintaan Inggris dan Belanda untuk membeli lada di pesisir Sumatera bagian barat. Selain itu, kerajaan Aceh melakukan pendudukan terhadap daerah daerah seperti Aru, pahang, Kedah, Perlak, dan Indragiri, sehingga di bawah pemerintahannya Kerajaan aceh memiliki wilayah yang sangat luas.Pada masa kekeuasaannya, terdapat 2 orang ahli tasawwuf yg terkenal di Ace, yaitu Syech Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani dan Syech Ibrahim as-Syamsi. Setelah Sultam iskandar Muda wafat tahta Kerajaan Aceh digantikan oleh menantunya, Sultan Iskandar Thani

4.Sultan Iskandar Thani.Ia memerinatah Aceh tahun 1636 1641 M. Dalam menjalankan pemerintahan, ia melanjutkan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda. Pada masa pemerintahannya, muncul seorang ulama besar yg bernama Nuruddin ar-Raniri. Ia menulis buku sejarah Aceh berjudulBustanussalatin.Sebagai ulama besar, Nuruddin ar-Raniri sangat di hormati oleh Sultan Iskandar Thani dan keluarganya serta oleh rakyat Aceh. Setelah Sultan Iskandar Thani wafat, tahta kerjaan di pegang oleh permaisurinya ( putri Sultan Iskandar Thani ) dgn gelar Putri Sri Alam Permaisuri ( 1641-1675 M ).

5.Sultan Sri Alam (1575-1576).6.Sultan Zain al-Abidin (1576-1577).7.Sultan Ala al-Din Mansur Syah (1577-1589)8.Sultan Buyong (1589-1596)9.Sultan Ala al-Din Riayat Syah Sayyid al- Mukammil (1596-1604).10.Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)11.Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636).12.Iskandar Thani (1636-1641).13.Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam (1641-1675).14. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678)15. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688)16. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699)17. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din (1699-1702)18. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)29. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir (1703-1726)20. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din (1726)21. Sultan Syams al-Alam (1726-1727)22. Sultan Ala al-Din Ahmad Syah (1727-1735)23. Sultan Ala al-Din Johan Syah (1735-1760)24. Sultan Mahmud Syah (1760-1781)25. Sultan Badr al-Din (1781-1785)26. Sultan Sulaiman Syah (1785-)27. Alauddin Muhammad Daud Syah.28. Sultan Ala al-Din Jauhar al-Alam (1795-1815) dan (1818-1824)29. Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-1818)30. Sultan Muhammad Syah (1824-1838)31. Sultan Sulaiman Syah (1838-1857)32. Sultan Mansur Syah (1857-1870)33. Sultan Mahmud Syah (1870-1874)34. Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)

Raja Masa Kejayaan Kerajaan Aceh.Sultan Iskandar MudaSultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh tahun 1607 16 36 M. Di bawah pemerintahannya, Kerjaan Aceh mengalami kejayaan. Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerjaan besar adn berkuasa atas perdagangan Islam, bahkan menjadi bandar transito yg dapat menghubungkan dgn pedagang Islam di dunia barat.Peristiwa PentingPada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernamaSalahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Syah al-Kahar Riayat yang berkuasa hingga tahun1568.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan AcehMeski Iskandar Muda mampu memperluas teritori kerajaan, namun ia tidak sanggup mengendalikan pertanian dan orang-orang kaya di sekitar ibu kota. Semakin padatnya penduduk Aceh, maka diperlukan lahan pertanian yang makin besar untuk mencukupi pangan mereka. Invasi Iskandar Muda ke tanah Batak yang subur, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat Aceh yang terus meningkat. Dennys Lombard melukiskan bahwa kemunduran Aceh pada abad ke-17 disebabkan oleh keberhasilannya yang terdahulu. Dimana daerah perkotaan-pelabuhan telah berkembang sedemikian rupa melampaui kemampuannya untuk menghidupi masyarakatnya.

Rongrongan dari raja Pagaruyung atas kota-pelabuhan di pesisir barat, juga menjadi pemicu rontoknya pamor Kesultanan Aceh. Tiku, Pariaman, dan Padang yang selama ini menjadi basis perdagangan lada yang cukup menguntungkan, satu per satu mulai melepaskan diri. Kehadiran Belanda dan kemudian Inggris di Selat Malaka, ikut mengganggu kedudukan Aceh di perairan tersebut. Dua kekuatan baru Eropa ini, bahkan memiliki jaringan dagang dan militer yang lebih solid dibandingkan Portugis pesaing mereka terdahulu.

Setelah mangkatnya Sultan Iskandar Tsani (1636 - 1641), Aceh masuk ke dalam era kepemimpinan sultanah. Diawali dari Ratu Safiatuddin Tajul Alam janda Iskandar Tsani yang juga merupakan putri Iskandar Muda hingga Ratu Zainatuddin Kamalat Syah, tanah rencong memasuki zaman kegoyahan. Setelah itu, Aceh diperintah oleh sebelas orang sultan yang tak memiliki arti. Tiga orang keturunan Arab (1699 - 1726), dua orang Melayu (1726), dan enam orang berkebangsaan Bugis (1727 - 1838). Pada masa kepemimpinan mereka, wilayah kekuasaan yang begitu luas mulai tak terkendali. Negeri-negeri tetangga, terutama Johor dan Minangkabau, menggerogoti Aceh dari segala penjuru. Hingga akhir abad ke-18, daerah kekuasaan Aceh tidak melebihi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dewasa ini. Bahkan beberapa wilayah Aceh di Meulaboh dan Tapaktuan, masuk ke dalam koloni dagang Minangkabau.

Mundurnya angkatan perang Aceh juga disebabkan oleh pudarnya dominasi Turki di Lautan Tengah. Negara-negara Barat macam Inggris dan Belanda, sudah tak takut lagi dengan pengaruh militer Turki Utsmani di Aceh. Bahkan mereka telah berembuk melalui Traktat London (1824) dan Traktat Sumatra (1871), untuk menghabisi Kesultanan Aceh. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam berkebangsaan Belanda, menjadi arsitek kekalahan Aceh dalam perang yang penuh kebrutalan. Pada tahun 1904, secarade factodande jureAceh takluk dan menjadi bagian Hindia-Belanda.Thanks for your Attention