[referat] astrocytoma

Upload: ahmad-rahmat-ramadhan-tantu

Post on 20-Feb-2018

350 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    1/19

    Bagian Ilmu Radiologi Palu, September 2015

    FKIK Universitas Tadulako

    Rumah Sakit Umum Anutapura Palu

    REFERAT

    ASTROCYTOMA

    Nama : Ahmad Rahmat Ramadhan, S.Ked

    Stambuk : N 111 14 055

    Pembimbing Klinik : 1. dr. Dafriana Darwis,M.Kes.,Sp.Rad

    2. dr. Masyita,M.Kes.,Sp.Rad

    BAGIAN ILMU RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS TADULAKO

    PALU

    2015

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    2/19

    2

    ASTROSITOMA

    I. PENDAHULUAN

    Tumor adalah pertumbuhan abnormal jaringan tubuh. Tumor bisa

    menjadi kanker (Malignant) dan bisa juga tidak menjadi kanker (Benign ).

    Tumor bisa tumbuh di jaringan tubuh manapun, misalnya tumor yang berada

    di saraf pusat. Tumor di saraf pusat banyak macamnya, menurut WHO tumor

    yang berada di sistem saraf terbagi menjadi 6 yaitu, tumor jaringan saraf

    epitel, tumor kranial dan saraf paraspinal, tumor menings, limfoma dan

    hematohoietic, tumor sel germ, tumor reio sellar, dan tumor metastasis.

    Astrosit tumor adalah salah satu bagian dari tumor jaringan saraf epitel.(1)

    Astrositoma berasal dari kata astrosit, yaitu merupakan sel glia yang

    paling besar dan oma, yang berarti keganasan. Sehingga Astrositoma berarti

    keganasan dari sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor otak yang paling

    sering dan mencakup 60% dari neoplasma glial.(2)

    Tumor ini berasal dari sel-sel neuroglial astrosit dan dapat timbul baik

    dari vermis atau lobus lateral pada cerebellum. Astrositoma kebanyakan

    ditemukan berbatas tegas dan cenderung berupa kistik, dengan neoplasma

    terbatas pada nodul dengan intramural yang kecil. Kadang-kadang,

    astrositoma membentuk massa tumor padat yang melibatkan otak kecil,

    vermis, dan bagian otak yang terbuhubung dari lesi.(3)

    II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

    Sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat primer pada anak-anak

    adalah astrositoma pada fossa posterior. Tumor saraf jarang terjadi. Ketika

    ini terjadi di masa kanak-kanak, astrositoma sering dalam bentuk sederhana,

    lesi berkembang pesat yang melibatkan otak kecil (medulloblastoma).

    Biasanya, perilaku neoplasma sistem saraf pusat tidak dapat dengan mudah

    dikategorikan ke dalam jinak dibandingkan ganas, karena (1) banyak lesi

    mungkin menunjukkan pertumbuhan lamban dan menyebabkan kematian

    hanya dalm tahunan setelah diagnosis, dan (2) sebagian besar neoplasma

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    3/19

    3

    sistem saraf pusat tidak bermetastasis ke luar sistem saraf pusat namun

    masih memberi efek massa akhirnya mematikan intracerebral. Mayoritas

    neoplasma sistem saraf pusat juga menunjukkan lokasi intrakranial yang

    spesifik dan usia relatif didefinisikan dengan onset yang baik.(4)

    Astrositoma merupakan tumor SSP yang paling sering terjadi,

    insidensinya sekitar 60% dari tumor otak yang lain di SSP. Ditemukan

    sebanyak 10% dari neoplasma pada seluruh tubuh, 80% terletak di

    intracranial, 20% terletak didalam kanalis spinalis. Low-grade astrositoma

    insidensinya 25% dari seluruh glioma pada hemisfer serebri. Dan dominan

    pada pria : wanita = 1,18 : 1.Astrositoma anaplastik rata-rata terjadi pada

    usia 41 tahun dan sering terjadi pada laki-laki.(1)

    III.

    ANATOMI

    a. Cerebrum Tampak Lateral

    Gambar 3.1 Cerebrum Tampak Lateral (5)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    4/19

    4

    b.

    Cerebrum tampak medial

    Gambar 3.2 Cerebrum tampak medial (5)

    c. Cerebrum tampak inferior

    Gambar 3.3 Cerebrum tampak inferior (5)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    5/19

    5

    d.

    Cerebellum tampakan Superior dan Inferior

    Gambar 3.4 Cerebellum Superior et Inferior.(5)

    e. Cerebellum potongan sagital

    Gambar 3.5 Cerebellum Potongan Sagital.(5)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    6/19

    6

    IV.

    ETIOPATOGENESIS

    Efek regional astrositoma berupa kompresi, invasi, dan destruksi

    parenkim otak. Hipoksia arteri dan vena, kompetisi nutrien, pelepasan

    produk metabolisme akhir (misalnya, radikal bebas, perubahan elektrolit,

    neurotransmitter), dan pelepasan dan perekrutan sel-sel mediator (misalnya,

    sitokin) mengganggu fungsi parenkim normal. Peningkatan tekanan

    intrakranial (TIK) disebabkan langsung oleh efek massa, peningkatan

    volume darah, atau peningkatan volume cairan serebrospinal (CSF) dapat

    memediasi gejala sisa klinis sekunder. Tanda dan gejala neurologis yang

    timbul pada astrositoma akibat dari gangguan fungsi sistem saraf pusat

    (SSP). Defisit neurologis fokal (misalnya, kelemahan, kelumpuhan, defisit

    sensorik, kelumpuhan saraf kranial) dan kejang merupakan bermacam-

    macam karakteristik lokasi dari lesi.(6)

    Infiltrasi low-grade astrositoma tumbuh lebih lambat dibandingkan

    dengan malignant yang lain. Waktu penggandaan untuk low-grade

    astrositoma diperkirakan 4 kali dari astrositoma anaplastik. Pada beberapa

    tahun sering terjadi intervensi antara gejala awal dan pembentukan

    diagnosis low-grade astrositoma. Salah satu seri terbaru memperkirakan

    interval menjadi sekitar 3,5 tahun. Klinis ditandai dengan penurunan

    bertahap dalam setengah dari kasus, penurunan bertahap dalam sepertiga

    kasus, dan penurunan mendadak dalam 15% kasus. Kejang pada umumnya

    adalah gejala awal pada sekitar setengah dari pasien dengan low-grade

    astrositoma.(6)

    Transformasi maligna dari sel epitel saraf adalah proses yang

    bertahap yang didorong oleh perubahan genetik akusisi yang berurutan.

    Satu karena diharapkan semuan neoplasma astrositik, glioblastoma harus

    berisi perubahan genetik yang besar, dan hal ini memang terjadi. Pada

    dasarnya kombinasi yang berbeda dari mutasi TP53, hilangnya

    heterozigositas (LOH) pada kromosom 10 dan 17p dan amplifikasi EGFR,

    adanya kumpulan glioblastoma dengan perubahan genetik yang berbeda,

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    7/19

    7

    telah menjadi korelasi dengan jalur klinis untuk glioblastoma (glioblastoma

    primer dan sekunder).(1)

    V.

    DIAGNOSIS

    a. GAMBARAN KLINIK

    Gejala tumor intrakranial dapat dibagi dalam :

    (1)

    Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi

    Tekanan intrakranial yang meningkat secara progresif menimbulkan

    gangguan kesadaran dan manifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan

    sindrom unkus atau sindrom kompresi diensefalon ke lateral, sindrom

    kompresi sentral rostrokaudal terhadap batang otak dan herniasi serebelum

    di foramen magnum. Sebelum tahap stupor atau koma tercapai, tekanan

    intrakranial yang meninggi sudah menimbulkan gejala umum.(7)

    (2) Gejala-gejala umum tekanan intrakranial yang meninggi

    Gejala ini terdiri dari :

    - Sakit kepala, merupakan gejala umum yang bisa dirasakan pada setiap

    tahap tumor intrakranial. Sifat sakit kepala itu nyeri berdenyut-denyut

    atau rasa penuh di kepala seolah-olah kepala mau meledak. Nyerinya

    paling hebat terjadi di pagi hari. Nyeri kepala merupakan gejala dini

    tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari penderita. Lokalisasi nyeri

    yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendiri. Tumor di

    fossa kranii posterior hampir semuanya menimbulkan sakit kepala pada

    tahap dini, yang berlokasi di kuduk sampai daerah suboksipital.

    Sebaliknya tumor supratentorial jarang menimbulkan sakit kepala di

    oksiput, kecuali biamana tumor supratentorial sudah berherniasi di

    tentorium.(7)

    - Muntah, gejala muntah sering timbul pada pagi hari dengan sifat

    muntah pada penderita dengan tekanan intrakranial yang meninggi

    adalah khas, yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului oleh

    mual.(7)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    8/19

    8

    -

    Kejang fokal, dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial

    pada 15% penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi

    tekanan intrakranial yang melonjak secara cepat, terutama sebagai

    manifestasi glioblastoma multiforme. Kejang tonik yang sesuai dengan

    serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor di fossa

    kranii posterior dan secara tidak tepat dinamakan oleh para ahli

    neurologi dahulu cerebellar fits.(7)

    - Gangguan mental, tumor serebri dapat mengakibatkan demensia,

    apatia, gangguan watak dan inteligensi, bahkan psikosis, tidak peduli

    pada lokasinya.(7)

    - Perasaan abnormal di kepala, banyak penderita dengan tumor

    intrakranial merasakan berbagai macam perasaan yang samar, seperti

    enteng di kepala,pusing, atau tujuh keliing.(7)

    (3)Tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkan

    Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai

    dengan fungsi tempat yang didudukinya. Tanda-tanda itu ialah :

    - Kelumpuhan saraf otak, karena desakan tumor saraf otak dapat tertarik

    atau tertekan. Suatu tumor dapat mendesak batang otak sehingga

    mengalami gangguan. Saraf otak yang sering terkena secara tidak

    langsung pada tumor intrakranial ialah saraf otak ke 3,4, dan ke 6.(7)

    - Refleks patologik yag positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada

    penderita dengan tumor di dalam salah satu hemisferium saja.

    Fenomena ini dapat dijelaskan oleh adanya penggeseran mesensefalonke sisi kontralateral, sehingga pedunkulus serebri pada sisi kontralateral

    itu mengalami kompresi dan refleks patologik pada sisi tumor menjadi

    positif.(7)

    - Gangguan mental, dapat timbul pada setiap penderita dengan tumor

    intrakranial yang berlokasi dimanapun.(7)

    - Gangguan endokrin, dapat timbul karenan proses desak ruang di daerah

    hipofisis.(7)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    9/19

    9

    -

    Ensefalomalasia, terjadi akibat kompresi arteri serebral oleh suatu

    tumor dapat terjadi di daerah yang agak jauh dari tempat tumor sendiri,

    sehingga gejala defisit yang timbul, misalnya hemianopsia atau afasia,

    tidak dapat dianggap sebagai gejala lokalisatorik.(7)

    (4)

    Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal.

    - Simptom fokal dari tumor di lobus frontalis, sakit kepala merupakan

    manifestasi dini, sedangkan papiledema dan muntah timbul pada tahap

    lanjut,bahkan mungkin tidak akan muncul sama sekali. Gangguan

    mental dapat timbul sehubung dengan tumor intrakranial di daerah

    manapun, sedangkan gejala kompensatorik terhadap kemunculan

    inteligensi biasanya berupa Witselsucht. Kejang tonik fokal yang

    dinamakan kejang adversif merupakan simptom fokal lobus frontalis.

    (7)

    - Simptom fokal tumor di daerah presentral, tumor yang menduduki girus

    presentralis seringkali bertindak sebagai perangsang terhadap daerah

    motorik, sehingga menimbulkan kejang lokal pada sisi kontralateral

    sebelum munculnya manifestasi tekanan intrakranial yang meninggi.

    Bilamana tumor di daerah presentral sudah menimbulkan destruksi

    struktural, maka manifestasinya berupa hemiparesis kontralateral. Jika

    tumor tumbuh di falks serebri setinggi daerah presentralis, maka

    paraparesis akan dijumpai. Juga gangguan miksi lebih sering dan erat

    berlokasi dengan tumor di fissura sagitalis daripada di bagian lain dari

    otak.(7)

    - Simptom fokal dari tumor di lobus temporalis, biasanya kurang

    menonjol terutama lobus temporalis kanan yang diduduki. Kecuali

    bagian terdepan lobus temporalis yaitu unkus yang terkena, muncullah

    serangan yang dinamakan uncinate fit. Hemianopsia kuadran atas

    kontralateral harus dinilai sebagai tanda lokalisatorik yang khas bagi

    lesi di lobus temporalis apabila ditemukan juga gejala-gejala peserta

    yang menunjuk kepada tumor di daerah lobus temporalis,yaitu yang

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    10/19

    10

    berupa tinitus, halusinasi auditorik dan afasia sensorik, berupa apraksia.

    (7)

    - Simptom fokal dari tumor di lobus parietalis, tumor yang menduduki

    daerah korteks lobus parietalis dapat merangsang korteks sensorik,

    sebelum manifestasi lain dijumpai.(7)

    - Simptom fokal dari tumor di lobus oksipitalis, tumor yang menempati

    sangat jarang. Bila ada maka gejala yang muncul adala sakit kepala di

    oksiput. Bisa juga menyebabkan gangguan medan penglihatan dan

    agnosia visual.(7)

    -

    Simptom fokal dari tumor di korpus kalosum, gejala yang khas terdiri

    dari gangguan mental terutama cepat lupa. Demensia yang timbul

    sering disertai kejang umum atau fokal tergantung pada luas dan lokasi

    tumor.(7)

    (5)Tanda-tanda fisik diagnostik pada tumor intrakranial.

    - Papiledema, timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau

    akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.

    (8)

    - Pada anak-anak, tekanan intrakranial yang meningkat dapat

    memperbesar ukuran kepala dengan terenggangnya sutura. Pada

    perkusi terdengar bunyi kendi yang rengat. Dan pada tumor jaringan

    vaskular atau malformasi vaskular, auskultasi kepala dapat

    menghasilkan terdengarnya bising.(7)

    - Hipertensi intrakranialmengakibatkan iskemia dan gangguan-gangguan

    kepada pusat vasomotorik serebral, sehingga menimbulkan bradikardia

    dan tekanan darah yang meningkat secara progresif.(7)

    - Irama dan frekuensi pernapasan berubah akibat melonjaknya tekanan

    intrakranial. Kompresi batang otak dari luar mempercepat pernapasan

    yang diselingi oleh pernapasan jenis Cheyne-strokes.(7)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    11/19

    11

    b.

    GAMBARAN RADIOLOGI

    i. CT SCAN

    Gambar. 5.2.1 Astrositoma. Gambaran otak dengan menggunakan Computed

    Tomography (CT) kontras dan non-kontras diperoleh dari pasien yang sama dan

    menunjukkan astrositoma menyebabkan sebagian besar jaringan sekitarnya

    edema. (A) CT scan non kontras menunjukkan sebagian besar area yang

    mengalami kepadatan rendah akibat dari tumor dan edema (panah). CT scan

    kontras (B) menunjukkan peningkatan tumor (panah) dikelilingi oleh daerah

    gelap atau low-density edema.(8)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    12/19

    12

    ii.

    MRI

    Gambar 5.2.2 Astrositoma. Astrositoma Grade II pada pria usia 30-tahun. Tanpa

    peningkatan bobot-T2 pada MRI menunjukkan area yang berbatas tegas dengan

    peningkatan sinyal intensitas pada lobus temporal kiri.(9)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    13/19

    13

    iii.

    NUKLIR

    Gambar 5.2.3 Astrositoma. (A) Gambar pada pasien setelah reseksi

    frontoparietal, densitas tinggi pada lobus kiri. Positron Emission Tomogrphy

    (PET) menunjukkan peningkatan aktivitas di wilayah lobus frontoparietal,

    konsisten dengan kekambuhan. (B) Foto pada pasien lain sedang dievaluasi

    untuk kekambuhan pada astrositoma bermutu tinggi. Gambar menunjukkan

    tidak ada peningkatan aktivitas normal untuk menyarankan kekambuhan.(9)

    c. PATOLOGI ANATOMI

    Astrositoma sangat beragam berdasarkan tingkat diferensiasi, dengan

    tingkat keganasan yang sering berhubungan dengan peningkatan usia pasien.

    Umumnya, tumor ini menunjukkan ekspresi dari Glial Fibrillary Acid Protein(GFAP), yang mencerminkan asal mereka dari sel glial astrosit, meskipun

    buruk lesi dibedakan mungkin menunjukkan beberapa kehilangan molekul ini.

    Astrositomas yang dikelompokkan menjadi empat kelas (Kriteria WHO),

    berdasarkan temuan patologis.(10)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    14/19

    14

    Gambar 5.3 Spesimen anatomi dengan low-grade Astrositoma.(6)

    Grade I Astrositoma (Pilokistik Astrositoma)

    Grade I astrositoma sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda

    dan menunjukkan prognosis yang paling menguntungkan dari semua

    astrositoma. Pada tahap ini mungkin dibatasi dan berpotensi jinak. Pilokistik

    Astrositoma sering terjadi di fossa posterior (situs yang paling umum pada

    neoplasma otak anak), meskipun ketiga ventrikel, hipotalamus, thalamus danmungkin terlibat. Hasilnya tergantung pada sejauh mana reseksi, dengan tumor

    sepenuhnya di reseksi memiliki hampir 100% 10-tahun kelangsungan hidup.

    Pilokistik Astrositoma sering mikrositik dan menunjukkan daerah bundel

    paralel fibrillar (piloid atau hairlike) proses yang positif bagi GFAP. Selain itu,

    serat Rosenthal, yang sangat eosinophilic, tidak teratur, shattered appearing

    agregasi pada proses glial, dan eosinofilik intraseluler atau ekstraseluler berupa

    butiran protein (badan granular eosinofilik) dapat diidentifikasi.(10)

    Grade II Astrositoma (Diffuse Astrositoma)

    Astrositoma grade II (diffuse astrositomas) 20% dari semua neoplasma SSP

    dan mempengaruhi sumsum tulang belakang, saraf optik, ventrikel ketiga, otak

    tengah, pons, dan otak pada orang dewasa muda, dan hemispher cerebri pada

    orang dewasa. Rata-rata onset usia adalah antara 20 dan 40 tahun. Lesi ini

    sering buruk ditandai dengan sel-sel tumor yang membaur dengan jaringan

    parenkim normal dan menyajikan adanya margin yang berbeda. Neoplasma

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    15/19

    15

    terdiri dari korteks hiperseluler mengandung infiltrasi, kecil, hiperkromatik, sel

    glial tunggal, yang menunjukkan inti pleomorfik dan jarang ada angka mitosis.

    Pasien dengan grade II astrositomas menunjukkan sebuah harapan rata-rata

    hidup dari 5 tahun, dan transformasi ke astrositoma kelas yang lebih tinggi

    dapat terjadi.(10)

    Grade III Astrositoma (Anaplastik Astrositoma)

    Grade III astrositoma (astrositoma anaplastik) sering terjadi pada pasien

    antara usia 30 sampai 40 tahun dan paling sering mempengaruhi hemispher

    cerebri. Mikroskopis, tumor ini ditandai dengan sel pleomorfik, cellularity

    lebih besar, dan aktivitas mitosis sederhana. Pada kelas ini tidak menunjukkan

    proliferasi mikrovaskuler atau nekrosis coagulative (membedakan mereka dari

    tumor kelas IV). Cepatnya pertumbuhan lesi memberi harapan hidup 2 sampai

    3 tahun.(10)

    Kelas IV Astrocytoma

    Kelas IV astrocytomas, juga disebut glioblastoma multiforme, didapkan

    pada 40% dari semua neoplasma SSP primer dan paling sering terjadi pada

    pasien yang berusia lebih dari 40 tahun. Lesi ini dapat mempengaruhi setiap

    bagian otak dan dapat menyeberangi midline otak melalui corpus callosum dan

    memberikan efek butterflylikepada pencitraan radiografi. Mikroskopis, lesi ini

    ditandai oleh sel nyata pleomorfik, mitosis, palisading nekrosis, dan proliferasi

    vaskular glomeruloid (proliferasi endotel dalam lumen pembuluh darah). Lesi

    ini sangat agresif dan harapan hidup hanya 18 bulan.(10)

    d.

    LABORATORIUM

    Tumor otak primer biasanya tidak menghasilkan kelainan serologi seperti

    tingkat sedimentasi tinggi atau antigen tumor spesifik yang terkait dengan

    kanker sistemik. Sebaliknya, metastase ke sistem saraf, tergantung pada jenis

    dan luasnya tumor primer, dapat berhubungan dengan tanda-tanda sistemik

    dari keganasan. Pungsi lumbal dapat menimbulkan herniasi otak pada pasien

    dengan lesi massa dan harus dilakukan hanya pada pasien dengan dugaan

    infeksi CNS1 atau metastasis meningeal. Temuan dalam cairan serebrospinal

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    16/19

    16

    (CSF) dari pasien dengan tumor sistem saraf primer dan metastasis mungkin

    termasuk peningkatan tekanan pembukaan, tingkat protein tinggi, dan

    pleositosis limfositik ringan. CSF jarang mengandung sel-sel ganas, dengan

    pengecualian penting dari metastasis leptomeningeal, limfoma SSP primer, dan

    tumor neuroectodermal primitif, termasuk medulloblastoma.(11)

    VI.

    DIAGNOSIS BANDING (8)

    Astrositoma Cerebritis Oligodendroglioma

    Lesi WM pada hemisfer,

    biasanya tidak terdapat

    penyerapan kontras

    Terdapat massa fokal

    atau difus

    Sulit dibedakan tanpa

    biopsi

    Terdapat edema dengan

    karakteristik penyerapan

    patch

    Biasanya terlihat difusi

    restriktif

    Biasanya onsetnya akut

    Massa kortikal dengan

    terdapatnya penyerapan

    variabel

    Biasanya tampak seperti

    Ca++

    Kemungkinanan tak

    terbedakan dari

    pemeriksaan radiologis

    VII. PENATALAKSANAAN

    Tidak ada obat spesifik yang direkomendasikan untuk pengobatan

    kelas rendah glioma; Namun, kondisi tertentu (dalam pengaturan kelas

    rendah astrocytoma) biasanya memerlukan pengobatan. Untuk kejang,

    pasien biasanya dimulai pada fenitoin atau carbamazepine. Edema

    vasogenik sekitar tumor biasanya diobati dengan steroid. Ketika pemberian

    steroid, biasanya beberapa bentuk agen antiulcer digunakan.(11)

    Glukokortikoid menurunkan volume edema sekitar tumor otak dan

    meningkatkan fungsi neurologis; deksametason (12 sampai 20 mg/hari

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    17/19

    17

    dalam dosis terbagi secara oral atau intravena) digunakan karena memiliki

    aktivitas mineralokortikoid relatif sedikit.(12)

    Tumor yang melibatkan korteks serebral atau hippocampus dapat

    menghasilkan epilepsi. Oleh karena itu antikonvulsan digunakan terapi dan

    profilaksis; fenitoin, karbamazepin, dan asam valproik sama-sama efektif.

    Jika tumor subkortikal di lokasi, antikonvulsan profilaksis tidak

    diperlukan.(12)

    Glioma dan tumor otak primer limfoma terkait dengan peningkatan

    risiko trombosis vena dalam dan emboli paru, mungkin karena tumor ini

    mensekresikan faktor prokoagulan ke sirkulasi sistemik. Meskipun

    perdarahan dalam glioma adalah sebuah temuan histopatologi sering, pasien

    tampak tanpa peningkatan risiko pendarahan intracranial gejala setelah

    pengobatan dengan antikoagulan. Profilaksis dengan dosis rendah heparin

    subkutan harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tumor otak yang

    memiliki imobilitas tungkai bawah, yang menempatkan mereka pada risiko

    trombosis vena dalam.(12)

    VIII. PROGNOSIS

    Astrocytoma ganas merupakan salah satu tumor yang paling

    dahsyat yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa. Operasi dan

    radio konvensional ajuvan kemoterapi dan memiliki efek minimal terhadap

    mengubah prognosis buruk, yang tetap pada kisaran rata-rata hanya 9-12

    bulan. Astrositoma ganas terdiri dari pleomorfik, astrosit infiltratif

    hiperproliferatif, dengan daerah nekrosis, peningkatan tumor angiogenesis

    dan daerah kerusakan sawar darah otak. Karakteristik patologis heterogen

    menimbulkan hambatan utama untuk manajemen yang efektif dari glioma.

    Selain heterogenitas patologis, ada heterogenitas molekul terkait, ekspresi,

    interaksi, dan pentingnya fungsional otak.(13)

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    18/19

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kleihus P, Cavenee Webster K,. Pathology and Genetics of Tumours of the

    Nervous System. International Agency for Research on Cancer (IARC)

    World health Organization. International Society of Neuropathology (ISN).

    Lyon. 2007. Hal 1-13.

    2. Khandelwal, Niranjan, Veena Chowdhury, Arun Kumar Gupta. 2010.

    Diagnostic Radiology: Neuroradiology Including Head and Neck Imaging

    ,3th Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers. New Delhi.

    3.

    Menkes, John H, Harvey B. Sarnat. 2000. Child Neurology, 6th Edition.Lippincott-Williams & Wilkins. California.

    4. Gunderman, Richard B. 2006. Essential Radiology: Clinical Presentation,

    Pathophysiology, and Imaging, 2nd Edition. Thieme. New York.

    5. Netter, Frank H. 2006. Atlas of Human Anatomy, 6th Edition. Saunders

    Elsevier. Philadelphia.

    6. Kennedy B. Astrocytoma. Emedicine: [online]. 2015 [cited 25 September

    2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview

    7. Mardjono M, Sidharta P editors. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;

    2008. p. 396-401

    8. Grainger, Ronald G., David Allison, Andreas Adam, Adrian K. Dixon. 2001.

    Grainger & Allisons Diagnostic Radiology: A Textbook of Medical

    Imaging, 4th Edition. Harcourt Health Sciences. London.

    9. Ferkith, Djamil, L Gill Naul. Brain Imaging in Astrocytoma. Emedicine:

    [online]. 2013 [cited 25 September 2015]. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/336695-overview#showall

    10. Rubin, Emanuel, Howard M. Resiner. 2009. Essentials of Rubins Pathology,

    5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

    11. Jallo, I Geroge, Tarakad S. Ramachandran. Low-Grade Astrocytoma.

    Emedicine: [online]. 2014 [cited 25 September 2015]. Available from:

    http://emedicine.medscape.com/article/1156429-overview#showall

  • 7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma

    19/19

    19

    12.

    Lullmann, Heinz, Klaus Mohr, Lutz Hein, Detlef Bieger. 2005. Color Atlas of

    Pharmacology, 3rd Edition. Thieme Stuttgart. New York.

    13. Dings, Hao et al. A Review of Astrocytoma Models. Naurosurg Focus 8 (4):

    Article 1, 2000. Department of Molecular and Medical Genetics.

    Washington University Shool of Medicine.