referat bleparoptosis.docx

Upload: pratiara-syamir-fasa

Post on 06-Feb-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

    mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.

    Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

    terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata.1

    Blefaroptosis, atau lebih sering disebut ptosis, merupakan keadaan dimana

    posisi dari satu atau dua palpebra superior dianggap terlalu rendah.2 Keadaan

    jatuhnya palpebra tersebut dapat menyebabkan gangguan dari lapangan

    pandang superior bahkan terkadang sampai lapangan pandang sentral. Lapangan

    pandang semakin memburuk ketika penderita yang mengalami ptosis memandang

    ke arah bawah, terutama ketika penderita membaca. Ptosis juga menyebabkan

    berkurangnya jumlah cahaya yang masuk mencapai makula, sehingga

    menurunkan ketajaman penglihatan, terutama pada malam hari.3

    Oleh karena itu, blefaroptosis merupakan penyebab penting dari

    kehilangan penglihatan, meskipun sampai saat ini belum ada cukup data statistik

    mengenai prevalensi dan insiden dari ptosis secara global.3,4Untuk menghindari

    komplikasi kehilangan fungsi penglihatan, hendaknya diagnosis dini dan

    penatalaksanaan secara tepat harus dilakukan. Mengingat penatalaksanaan ptosis

    tergantung dari etiologi dan diagnosis derajat ptosis, maka perlu diketahui lebih

    jelas tentang etiologi dan cara mendiagnosis dari kelainan ini guna menghindari

    resiko bertambahnya jumlah penderita yang kehilangan penglihatan akibat ptosis.

    Telaah ilmiah ini akan membahas mengenai etiologi, diagnosis, dan

    penatalaksanaan mengenai ptosis.

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    2/21

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.Anatomi dan Fisiologi Palpebra

    Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot dan jaringan fibrosa,

    yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra sangat

    mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis diantara kulit di bagian tubuh yang

    lain.2Palpebra berfungsi untuk melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi

    kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan

    alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma,

    trauma sinar dan pengeringan bola mata.1

    Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Palpebra superior berakhir

    pada alis mata, dan palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra superior lebih

    besar dan lebih mudah digerakkan dibandingkan palpebra inferior.2

    Palpebra terdiri atas tujuh bidang jaringan yang utama. Dari superfisial ke

    dalam adalah sebagai berikut (Gambar 1):3

    a.

    Lapisan kulit dan jaringan subkutan

    Kulit palpebra bersifat tipis, longgar, dan elastis dengan adanya folikel rambut

    yang hanya tampak dengan pembesaran serta tanpa lemak subkutan.2

    b. Musculus Orbicularis Oculi

    Muskulus orbikularis okuli melekat pada kulit. Permukaan dalamnya

    dipersarafi nervus cranilallis fasialis (VII), dan fungsinya adalah untuk menutup

    palpebra. Otot ini terbagi atas bagian orbital, praseptal, dan pratarsal. Bagian

    orbital yan terutama berfungsi untuk menutup bola mata dengan kuat, adalah

    suatu otot sirkular tanpa insersio temporal. Otot preseptal dan pratarsal memiliki

    caput mdial superfisial dan profundus yng berperan dalam pemompaan air mata.2

    c. Septum Orbital

    Septum orbital adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang terletak

    di antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra

    dan orbita.

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    3/21

    3

    Septum orbitale ditembus oleh pembuluh dan saraf lakrimal, pembuluh dan

    saraf supratoklear, pembuluh dan saraf supraorbital, saraf infratroklear,

    anastomosis vena angularis dan vena oftalmika, dan muskulus levator palpebra

    superioris.

    Septum orbitale superior menyatu dengan tendo levator palpebra superioris

    dan tarsus superior, septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.

    d. Lemak Orbital

    Lemak orbita berada di belakang dari septum orbita dan di depan dari levator

    aponeurosis atau fasia kapsulopalpebra. Pada kelopak mata atas, terdapat 2

    kantong lemak: nasal dan sentral. Pada kelopak bawah, terdapat 3 kantong lemak:

    nasal, sentral, dan temporal. Kantong lemak tersebut dikelilingi oleh sarung

    fibrosa yang tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem orbitoseptal anterior.

    Bantalan lemak orbital sentral merupakan petunjuk penting untuk operasoo

    kelopak elektif maupun perbaikan laseraso kelopak karena lemak tersebut berada

    tepat di belakang dari septum orbita dan di depan dari levator aponeurosis.

    e.

    Otot Retraktor

    Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Mereka dibentuk oleh

    kompleks muskulofasial dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal

    sebagai kompleks levator palpebra superior dan fascia kapsulopalpebra di

    palpebra inferior.2

    Di palpebra superior, bagian otot rangkanya adalah levator palpebra

    superioris. Otot levator berorigin di apeks dari orbita, dari permukaan bawah ala

    minar ossis sphenoidalis tepat di atas Anullus Zinn, berjalan ke depan untuk

    bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang

    mengandung serat-serat otot polos muculus Muller (tarsalis superior). Panjang

    dari otot levator tersebut adalah 40 mm dengan aponeurosisnya 14-20 mm. 2,3

    Aponeurosis tersebut mengangkat lamella anterior palpebra, berinsersio pada

    permukaan posterior orbikularis okuli lalu ke dalam kulit di atasnya membentuk

    lipatan kulit palpebra superior. Musculus Muller berinsersio ke dalam batas atas

    lempeng tarsus dan fornix superior konjungtiva, dengan demikian mengangkat

    lamella posterior.2

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    4/21

    4

    Selubung levator palpebrae superioris melekat di bawah musculus rectus

    superior. Permukaan superior, pada persambungan venter otot dan aponeurosis,

    membentuk pita menebal yang melekat pada troklea di medial dan pada dinding

    orbita lateral di lateral. Pita itu membentuk ligamen check otot dan dikenal

    sebagai ligamen Whitnall.2

    Di palpebra inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior,

    tempat jaringan fibrosa memanjang untuk membungkus muskulus obliquus

    inferior dan berinsersio pada batas bawah lempeng tarsus inferior dan orbicularis

    oculi. Serat-serat otot polos musculus inferior berhubungan dengan aponeurosis

    tersebut.2

    Komponen otot polos retraktor palpebra dipersarafi oleh saraf simpatis,

    sedangkan levator dan muskulus rectus inferior oleh saraf kranial ketiga (nervus

    okulomotorius). Perdarahannya datang dari cabang muskular lateral arteria

    oftalmika.2

    f. Tarsus

    Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat

    yang disebut lempeng tarsus. Lempeng tarsus tertambat pada tepi orbita oleh fasia

    yang tipis dan padat. Fascia tipis ini membentuk septum orbitale.2

    g.

    Konjungtiva Palpebrae

    Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

    palpebrae, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu tepian

    palpebra membelah palpebra menjadi lamella anterior dan muskulus orbikularis

    okuli serta lamella posterior lempeng tarsal dan konjungtiva palpebra.2

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    5/21

    5

    Gambar 1: Anatomi palpebra superior dan inferior3

    Persarafan Sensoris

    Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus

    trigeminus (V). Nervus lacrimallis, supraorbitalis, supratrochealis, infrarochlearis,

    dan nasalis eksterna adalah cabang-cabang divisi oftalmika nervus kranial kelima.

    Nervus infraorbitalis, zygomaticofasialis, dan zygomaticotemporalis merupakan

    cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus.

    2

    Pembuluh Darah dan Limfe

    Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dan oftalmika

    melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis di antara

    arteria palpebralis lateralis dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang

    terletak di dalam jaringan areolar submuskular.2

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    6/21

    6

    Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan vena-

    vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-vena ini tersusun dalam

    pleksus pra dan pascatarsal.2

    Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan dari dalam kelenjar getah

    bening ke dalam kelenjar getah bening preaurikular dan parotis. Pembuluh linfe

    dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening.2

    2.2.Blefaroptosis

    Blefaroptosis, atau yang lebih sering disebut ptosis, adalah posisi satu atau

    kedua palpebra superior dianggap terlalu rendah dengan keadaan dimana kelopak

    mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka sehingga celah kelopak mata menjadi

    lebih kecil dibandingkan dengan keadaan normal. Posisi normal palpebra superior

    adalah di pertengahan antara limbus superior dan tepi atas pupil.1,2

    Keadaan ini terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi muskulus levator

    palpebra, lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau dapat pula terjadi

    akibat jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna, sehingga bola mata

    tertarik ke belakang atau enoftalmus.1

    Penyebab ptosis adalah kelainan kongenital (congenital ptosis) atau didapat

    (acquired ptosis). Bila ptosis tersebut kongenital, biasanya terjadi pada kedua

    mata atau bilateral dan biasanya disebabkan oleh kelainan pada saraf okulomor.

    Namun pada acquired ptosis biasanya mata yang terkena hanya satu mata atau

    unilateral. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan faktor neural, muskular, atau

    mekanikal.5

    2.3.Epidemiologi

    Blefaroptosis dapat terjadi pada semua usia, namun belum ada cukup data

    statistik mengenai prevalensi dan insiden dari ptosis secara global. Tidak

    diketahui predileksi etnik ataupun jenis kelamin untuk peyakit ini. Namun, sudah

    ada beberapa studi epidemiologi menganai ptosis.4Penelitian yang dilakukan oleh

    Baiyeroju dkk, di sebuah sekolah dan klinik di Nigeria, memeriksa 25 kasus

    blefaroptosis selama lima tahun dan mendapatkan 52% dari pasien berusia kurang

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    7/21

    7

    dari 16 tahun, sementara 8% merupakan pasien dengan usia lebih dari 50 tahun.

    Terdapat perbandingan rasio 1:1 antara pria dan wanita pada penelitian dengan

    mayoritas pasien (68%) mengalami ptosis unilateral. Penyebab tersering dari

    blefaroptosis pada penelitian tersebut adalah kongenital (56% dari pasien).6Ptosis

    menjadi lebih mudah dikenali pada populasi lanjut usia, biasanya setelah ekstraksi

    katarak atau pergantian lensa. Hal ini mungkin diakibatkan karena pelonggaran

    atau terganggunya muskulus levator palpebra ketika palpebra superior ditarik

    dengan menggunakan spekulum saat berlangsungnya operasi.4

    2.4.Klasifikasi

    Klasifikasi penting agar pengobatan memadai. Skema Beard yang direvisi (Tabel

    1) berusaha menggolongkan ptosis menurut etiologinya.2

    Tabel 1: Klasifikasi ptosis Beard yang direvisi.2

    Kelainan perkembangan levator

    Simpleks

    Dengan kelemahan rectus superior

    Ptosis miogenik lain

    Sindrom blefarofimosis

    Oftalmoplegia eksternal progresif kronik

    Sindrom okulofaringeal

    Distrofi muskular progresif

    Miastenia gravis

    Fibrosis kongenital otot-otot ekstraokuler

    Ptosis aponeurotik

    Ptosis senilis

    Ptosis herediter berkembang-lambat

    Stres atau trauma pada aponeurosis levator

    Setelah operasi katarak

    Setelah trauma lokal lain

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    8/21

    8

    Blefarokalasis

    Berhubungan dengan kehamilan Berhubungan dengan pnyakit Graves

    Ptosis neurogenik

    Ptosis akibat lesi pada nervus oculomotorius

    Oftalmoplegia pascatrauma

    Ptosis akibat misdirected nervus ketiga

    Marcus Gunn jaw-winking syndrome

    Sindrom Horner Migrain oftalmoplegik

    Sklerosis multipel

    Ptosis mekanis

    Tampak ptosis

    Karena tidak adanya penyangga di bagian posterior palpebra

    Karena hipotropia

    Karena dermatokalasis

    a. Kelainan Perkembangan Levator

    Ptosis akibat kelainan perkembangan levator adalah akibat distrofi setempat

    pada otot levator yang mempengaruhi kontraksi dan relaksasi serat-serat otot

    tersebut. Ptosis berada pada posisi memandang primer; terdapat pengurangan

    gerak palpebra saat pasien memandang ke atas dan gangguan peutupan saat

    melihat ke bawah. Keterlambatan gerak palpebra saat memandang ke bawah

    adalah petunjuk penting diagnosis kelainan perkembangan levator. Kelainan mata

    lain, seperti strabismus, kadang-kadang menyertai kelainan bentuk ptosis

    kongenital ini. Pada 25% kasus, musculus rectus superiormengalami perubahan

    distrofi yang sama seperti levator, yang berakibat kelemahan pandangan ke atas.

    Kelainan ini harus dikenali. Keberhasilan tindakan bedah pada kelainan yang

    disertai kelemahan rectus superiorini ditentukan oleh reseksi yang lebih panjang

    pada levator.2

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    9/21

    9

    Kelainan perkembangan levator harus dibedakan dari bentuk ptosis yang lain,

    hal ini tidak selalu didapatkan dari anamnesis. Ptosis neurogenik dan ptosis

    miogenik lain bisa ditemukan sejak lahir. Penerapan prinsip-prinsip bedah yang

    ditujukan bagi kelainan perkembangan levator pada pasien dengan kedua jenis

    ptosis tersebut akan menghasilkan koreksi yang berlebihan.2

    b. Jenis Ptosis Miogenik Lain

    Blefarofimosis mencakup 5% kasus ptosis kongenital. Fungsi levator yang

    buruk dan ptosis yang berat disertai dengan terlekantus, lipat epikantus, dan

    ektropion sikatrikal pada palpebra inferior. Keadaan ini bersifat familial.2

    Oftalmoplegia eksternal progresif kronik, sejenis sitopati mitokondrial, adalah

    suatu penyakit neuromuskular progresif lambat, yang biasanya mulai di

    pertengahan kehidupan. Walaupun berhubungan dengan delesi pada DNA

    mitokondria, penyakit ini biasanya lebih bersifat sporadik daripada herediter.

    Seluruh otot ekstraokuler, termasuk levator, dan otot-otot ekspresi wajah terkena

    secara berangsur-angsur. Berbagai variasi gangguan neurodegeneratif lain

    mungkin ditemukan. Pada sindrom Kearnssayre, tanda-tanda oftalmoplegia yaitu

    retinopati pigmentasi dan blokade jantung ditemukan sebelum usia 15 tahun.2

    Distrofi okulofaringeal, suatu penyakit autosomal dominan pada individu

    keturunan Perancis-Kanada, kebanyakan bermanifestasi dalam bentuk disfagia,

    tetapi dapat juga berupa kelemahan otot wajah, ptosis, dan biasanya oftalmoplegia

    ringan. Ptosis dan kelemahan wajah dapat pula ditemukan pada distrofi miotonik.

    Temuan lainnya adalah katarak, kelainan pupil, botak di bagian frontal, atrofi

    testis, dan diabetes.2

    Ptosis yang berkaitan dengan fibrosis kongenital otot ekstraokular yang

    langka dan kadang-kadang familial mungkin bersifat unilateral. Ptosis dan

    diplopia sering terjadi pada miastenia gravis; salah satu atau keduanya merupakan

    manifestasi awal yang sering ditemukan pada miastenia bentuk ocular maupun

    generalisata. Musculus orbicularis oculi sering kali ikut terlibat. Kadang-kadang

    dijumpai kedutan palpebra Cogan saat mata bergerak cepat dari pandangan ke

    bawah ke posisi primer, palpebra superior akan berkedut ke atas. Kelelahan

    palpebra, berupa memberatnya ptosis setelah lama memandang ke atas,

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    10/21

    10

    merupakan tanda yang lebih konsisten ditemukan. Ptosis pulih dengan beristirahat

    atau dengan pemaikan es setempat. Diagnosis da[at dipastikan dengan pemberian

    endrophonium intravena, yang secara temporer memulihkan blokade taut

    neuromuskular yang mendasari kelemahan itu. Hal-hal yang bisa berguna untuk

    diagnosis, antara lain: elektromiografi (EMG), terutama pada penelitian serat

    tunggal orbicularis oculi kasus miastenia okular, atau adanya antibodi terhadap

    reseptor asetilkolin (AchR) di sirkulasi atau muscle-spesific kinase(MuSK).2

    Penanganan medis dengan agen anti-kolinestrase, obat steroid sistemik, atau

    imunosupresan lain biasanya efektif. Timektomi mungkin bermanfaat pada kasus-

    kasus tertentu.2

    c. Ptosis Aponeuretik

    Suatu bentuk umum ptosis miogenik yang terjadi pada usia lanjut dan

    disebabkan oleh disinsersi parsial atau putusnya aponeurosis levator dari lempeng

    tarsus. Umumnya, terdapat sisa perlekatan ke tarsus yang memadai untuk

    mempertahankan pengangkatan palpebra saat melihat ke atas. Tersisanya

    perlekatan aponeurosis levator (yang tertarik ke belakang) ke kulit dan otot

    orbicularis menghasilkan lipatan palpebra yang sangat tinggi. Bisa juga terjadi

    penipisan palpebra.2 Penyebab ptosis jenis ini biasanya adalah berkurangnya

    keterlibatan atau tarikan yang berulang-ulang pada kelopak mata. Ptosis

    aponeurotik bisa juga disebabkan oleh operasi intraokuler dan operasi kelopak

    mata (Gambar 2).3

    Gambar 2: A. Levator aponeurosis ptosis setelah operasi katarak. B. Levator function dalam

    keadaan baik saat penglihatan ke atas. C. Jatuhnya kelopak mata lebih dari normal pada

    penglihatan ke bawah3

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    11/21

    11

    d. Ptosis Neurogenik

    Pada sindrom Marcus-Gunn (jaw-winking phenomenon), ptosis berkurang saat

    mandibula terbuka atau saat mandibula berdeviasi ke sisi yang berlwanan; terjadi

    karena otot levatir yang mengalami ptosis dipersarafi oleh cabang-cabang motorik

    nervus oculomotorius (Gambar 3).2

    Kelumpuhan oculomotorius kongenital atau akibat trauma bisa dipersulit

    dengan regenerasi aberan, menimbulkan gerakan-gerakan tak teratur bola mata,

    palpebra, dan pupil, speerti elevasi palpebra saat melihat ke bawah. Palpebra yang

    menutup total pada masa kanak-kanak akan menimbulkan ambliopia

    deprivasional, kecuali jika ptosisnya dikoreksi. Apabila penyebabnya adalah

    paralisis nervus oculomotorius, ambliopia strabismus juga akan berkembang,

    kecuali jika ditangani sungguh-sungguh sejak dini.2

    Gambar 3: Sindrom Marcuss Gunn jaw-winking ptosis3

    Paralisis otot Muller hampur selalu berkaitan dengan sindrom Horner dan

    biasanya didapat. Ptosisnya jarang lebih dari 2 mm, dan ambliopia tidak pernah

    terjadi.2

    e. Ptosis Mekanis

    Palpebra superior terhalang untuk membuka sempurna karena efek massa

    suatu neoplasma atau efek tambatan akibat terbentuknya parut. Pemendekan

    horizontal yang berlebihan pada palpebra superior merupakan penyebab umum

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    12/21

    12

    ptosis mekanis. Bentuk lainnya yaitu yang terlihat pasca-enukleasi; tidak adanya

    bola mata sebagai penunjang levator membuat palpebra jatuh.2

    f. Tampak Ptosis/Pseudoptosis

    Pseudoptosis harus dibedakan dengan ptosis yang sebenarnya. Kelopak mata

    dapat terlihat seperti lebih rendah secara abnormal, contohnya pada hipertrofia,

    enoftalmus, mikrotalmia, anoftalmia, phthisis bulbi, atau defek sekunder pada

    sulkus superior akibat trauma atau penyebab lain. Retraksi pada mata yang

    kontralateral juga dapat menyebabkan mata terlihat ptosis.

    Pseudoptosis juga digunakan untuk menggambarkan dermatokalasis, dimana

    kulit dan suatu lipatan orbicularis pratarsal dapat menyembunyikan tepian

    palpebra. Hipotropian dapat memberikan gambaran ptosis. Ketika mata melihat ke

    bawah, palpebra superior turun lebih jauh daripada palpebra inferior. Fissura

    palpebra yang menyempit dan palpebra superior yang ptosis tampak jauh lebih

    jelas daripada bola mata yang hipotropik. Namun, penutupan sebelah mata akan

    mengungkapkan keadaan yang sebenarnya.2,3

    2.5.

    Diagnosis

    Anamnesis

    Pasien ptosis sering datang dengan keluhan utama jatuhnya kelopak mata atas

    dengan atau tanpa riwayat trauma sebelumnya, riwayat operasi mata, penggunaan

    lensa kontak, penyakit mata sebelumnya seperti paralisis nervus III, Hornes

    Syndrome ataupun penyakit sistemik lainnya seperti myasthenia gravis, Kearns

    Sayres dan sebagainya.2,4Pertanyaan mengenai riwayat onset, durasi, variabilitas,

    progres, dan keparahan dari keluhan utama sebaiknya perlu diperhatikan. Pada

    ptosis kongenital seringkali gejala muncul sejak penderita lahir, namun kadang

    pula manifestasi klinik ptosis baru muncul pada tahun pertama kehidupan.2

    Keluhan biasanya disertai dengan pandangan kabur, mata berair-air, dan

    berkurangnya lapang pandang bagian atas. Beberapa orang (utamanya pada anak-

    anak) keadaan ini akan dikompensasi dengan cara memiringkan kepalanya ke

    belakang (hiperekstensi) sebagai usaha untuk dapat melihat dibalik palpebra

    superior yang menghalangi pandangannya. Biasanya penderita juga mengatasinya

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    13/21

    13

    dengan menaikkan alis mata (mengerutkan dahi), atau menaikan kelopak matanya

    menggunakan jari untuk dapat melihat di bawah dari kelopak mata yang jatuh.4

    Pasien juga biasanya mengeluh kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari

    yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Keluhan frontal tension

    headache juga dapat ditemukan karena penggunaan otot dahi yang berlebihan

    untuk mengangkat kelopak secara tidak langung dengan menaikan alis mata.4

    Keluhan juga biasanya disertai dengan ambliopia sekunder. Ini biasanya

    terjadi pada ptosis unilateral. Jika satu pupil tertutup seluruhnya, dapat terjadi

    ambliopia.4

    Pemeriksaan Fisik Oftalmologi

    Pemeriksaan oftalmologi yang komprehensif sebaiknya dilakukan pada seluruh

    kasus.4

    Inspeksi terhadap garis dasar alis mata sebaiknya dilakukan, karena pasien

    biasanya mengkompensasi dengan cara mengangkat alis mata dengan otot

    frontalis. Postur kepala pasien juga perlu diperhatikan; seperti posisi chin-up.

    Palpasi dilakukan pada kelopak mata dan rim orbital. Evaluasi semua tanda

    klinis yang berhubungan dengan proptosisatau enoftalmus pada setiap mata.

    Koreksi ketajaman penglihatan dan refraksi cyclopegic sebaiknya dilakukan.

    Hal ini akan membantu untuk mengidentifikasi kelainan refraksi dan

    ambliopia. Pada anak yang baru lahir, dapat diperiksa dengan melihat apakah

    anak tersebut dapat memfiksasi atau mengikuti cahaya.

    Pemeriksaan ukuran dan reaksi pupil. Perbedaan ukuran pupil dan warna iris

    antara kedua mata sebaiknya diperiksa untuk memastikanHorners Syndrome.

    Pergerakan otot ekstraokuler dievaluasi dengan memperhatikan adanya

    diplopia pada oftalmoplegia eksternal progresif kronik, bisa didapatkan

    adanya kelemahan otot ekstraokuler bersamaan dengan ptosis.

    Evaluasi strabismus bila ada.

    Pemeriksaan slit lamp sebaiknya dilakukan untuk memastikan keadaan

    patologi pada segmen anterior dengan menggunakan pewarnaan floureseins,

    seperti mata kering atau keratitis exposure.

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    14/21

    14

    Pemeriksaan fundus dapat memastikan keadaan patologi pada segmen

    posterior, seperti pigmentasi retina yang abnormal pada Sindrom Kearn

    Sayres.

    Bell phenomena. Penderita diperintahkan untuk menutup mata dengan kuat,

    pemeriksa kemudian membuka kelopak mata atas, dikatakan positif apabila

    bola mata bergulir ke atas. Pemeriksaan ini dilakukan mengingat resiko dari

    exposure keratopathyapabila direncanakan operasi.

    Jaw-Winking Phenomena Evaluation. Kelopak mata akan terlihat tertarik

    dengan cepat apabila pasien diperintahkan untuk membuka dan menutup

    mulutnya.

    Sensitivitas kornea penting untuk dilakukan karena resiko dari penutupan

    kelopak yang tidak sempurna dan exposure keratopathy setelah koreksi

    pembedahan.

    Schirmers Tesket untuk mengevaluasi fungsi air mata terhadap pasien yang

    diduga mengalami dry eyesakibat dari resiko penutupan kelopak yang tidak

    sempurna dan exposure keratopathysetelah koreksi pembedahan.

    Pemeriksaan Kelopak Mata

    Untuk menentukan tingkat keparahan dari ptosis, berbagai pemeriksaan kelopak

    mata harus dilakukan. Berikut adalah pemeriksaan fisik yang diukur:3,4

    Palpebrae fissure height(PF)

    Jarak ini diukur pada posisi celah terlebar antara kelopak bawah dan kelopak

    atas pada saat pasien melihat benda jauh dengan pandangan primer dengan

    aksis pada pupil. Fissura pada palpebra diukur pada posisi utama (orang

    dewasa biasanya 10-12 mm dengan kelopak mata teratas menutup 1 mm dari

    limbus). Jika ptosis unilateral, pemeriksa harus membedakan dengan artifak

    strabismus vertikal (hipotropia) atau retraksi kelopak mata kontralateral.

    Kelopak mata harus dieversi untuk menyingkirkan penyebab lokal ptosis

    misalnya konjungtivitis papilar raksasa. Jika ptosis asimetris, khususnya bila

    kelopak mata atas mengalami retraksi dokter harus secara manual

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    15/21

    15

    mengangkat kelopak yang ptosis untuk melihat jika terjadi jatuhnya kelopak

    atas pada mata lain.4,7

    Marginal reflex distance(MRD)

    MRD dibagi menjadi dua, yaitu MRD1 dan MRD2. MRD1 merupakan jarak

    tepi kelopak mata atas dengan reflek cahaya kornea pada posisi primer,

    normalnya 4-5 mm. Refleks cahaya dapat terhalang pada kelopak mata pada

    kasus ptosis berat dimana nilainya nol atau negatif. Bila pasien mengeluh

    terganggu pada saat membaca jarak refleks-tepi juga harus diperiksa. MRD2

    merupakan jarak antara refleks cahaya kornea ke tepi dari kelopak bawah.

    Jumlah dari MRD1 dan MRD2 harus sesuia dengan panjang vertikal dari

    fisura intrapalpebra.3,4,7

    Levator function

    Untuk mengevaluasi fungsi otot levator, pemeriksa mengukur penyimpangan

    total tepi kelopak mata, dari penglihatan ke bawah dan ke atas (Gambar 4).3

    Pasien diperintahkan untuk melihat ke atas sejauh mungkin tanpa perubahan

    dari posisi kepala sambil tangan pemeriksa menekan dengan kuat alis mata

    pasien untuk mencegah kerja otot frontalis. Nilai dari elevasi kelopak atas

    dinilai dalam klasifikasi sebagai berikut:4,7

    Poor : elevasi kelopak 0-5 mm

    Fair : elevasi kelopak 6-11 mm

    Good : elevasi kelopak > 12 mm

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    16/21

    16

    Gambar 4: Pengukuran Levator Function. A.Penglihatan ke bawah B.Penglihatan ke atas3

    Upper eyelid crease

    Jarak dari lipatan kelopak atas dengan tepi kelopak diukur. Lipatan kelopak

    atas sering dangkal atau tidak ada pada pasien dengan ptosis kongenital.7Nilai

    normalnya adalah 7-8 mm pada pria dan 9-10 mm pada wanita.4

    Presence of lagophtalmos

    Bila terdapat lagophtalmus, derajatnya juga harus ditentukan.3

    Pemeriksa dapat menyimpan data tersebut dengan menggambarkan kornea,

    ukuran pupil, dan posisi dari kelopak mata atas dan bawah yang dihubungkan

    dengan struktur berikut (Gambar 5).3

    Gambar 5: Contoh lembaran data ptosis3

    2.6.Diagnosis Banding

    Benign Essential Blepharospasm

    Gejala biasanya timbul secara mendadak yang ditandai dengan adanya penutupan

    mata yang involunter (spasme terjadi pada kedua kelopak mata atas dan bawah)

    dan menimbulkan ekspresi meringis. Kondisi ini terjadi hampir selalu bilateral

    diakibatkan oleh kontraksi otot yang involunter yang tidak lazim, yang ditandai

    dengan spasme dari mukulus orbikularis okuli. Bila seluruh muka dan leher

    terlibat, keadaan ini disebutMeige Syndrome.2,8

    Hemifacial Spasm

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    17/21

    17

    Kontraksi spastik pada otot yang melibatkan setengah wajah, satu mata akan

    tertutup. Biasanya disebabkan oleh iritasi dari nervus fasialis (VII) yang dekat

    dengan batang otak. Pada beberapa kasus akan berhubungan dengan menurunnya

    fungsi pendengaran pada sisi yang terkena. Sangat jarang terjadi pada kedua mata.

    Tanda dari kelainan ini adalah adanya spasme terlebih dahulu sebelum munculnya

    kelemahan pada wajah.8

    Bell s Palsy

    Bells Palsy muncul akibat kelemahan dari nervus fasialis (VII) yang disebabkan

    oleh penyebab tertentu. Setelah kelemahan terjadi pada nervus fasialis yang

    biasanya tidak disadari, nervus akan pulih dan menyebabkan spasme yang akan

    terlihat mirip dengan Hemifacial Spasm. Tanda dari kelainan ini adalah adanya

    kelemahan terlebih dahulu pada otot wajah sebelum munculnya spasme.8

    Oculomotor Nerve I njur ies

    Nervus okulomotorius (III) sangat penting untuk mengangkat palpebra superior.

    Kerusakan pada nervus III, yang bisa disebabkan oleh stroke, trauma, tumor, dll,

    dapat menyebabkan palpebra superior tetap menutup dan sulit membuka.8

    2.7.Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan ptosis tergantung pada etiologi penyebabnya. Kecuali pada

    mistenia gravis, semua jenis ptosis ditangani secara bedah (Gambar 6).2 Pada

    kasus mistenia gravis ternyata responsif terhadap terapi medikamentosa dengan

    menggunakan penghambat kolinesterase, kortikosteroid, azathioprine, dan

    diaminopyrdine.4

    Penatalaksanaan konservatif lainnya dilakukan pada ptosis yang ringan, tidak

    ada kelainan kosmetik dan/atau tidak terdapat kelainan visual seperti strabismus,

    ambliopia, dan defek lapang pandang yang lebih baik dibiarkan dan tetap

    diobservasi setiap 3-12 bulan. Tindakan bedah baru diindikasikan bila gejala-

    gejala tersebut muncul.1,4Berikut adalah indikasi dari tindakan pembedahan:2

    a. Fungsional

    Gangguan aksis penglihatan. Ambliopia dan strabismus dapat menyertai ptosis

    pada anak-anak. Pada anak-anak, operasi dapat dilakukan penilaian yang teliti

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    18/21

    18

    dan anak bisa bersikap kooperatif sesuadah operasi. Astigmatisme dan miopia

    dapat menyertai ptosis pada anak. Tindakan bedah dini dapat membantu

    mencegah ambliopia anisometropik, tetapi belum terbukti. Ambliopia

    deprivasional agaknya hanya terjadi pada ptosis total, seperti pada

    kelumpuhan nervus oculomotorius.2

    b. Kosmetik

    Tujuan pembedahan adalah simetri, dan simetri semua posisi pandangan

    hanya mungkin jika fungsi levator tidak terganggu. Pada kebanyakan kasus,

    hasil terbaik yang dpaat dicapai adalah menyeimbangkan palpebra dalam

    posisi primer. Pada ptosis unilateral, pencapaian simetri di posisi pandangan

    lain sebanding dengan fungsi levatornya.2

    Gambar 6: Koreksi Bedah pada ptosis9

    Jenis Pembedahan Ptosis:

    a. Reseksi levator eksternal

    Reseksi levator eksternal diindikasikan pada kasus ptosis moderat sampai

    berat dengan fungsi kelopak yang buruk. Ptosis kongenital termasuk kategori

    tersebut.10

    Pedoman yang dianjurkan Beard:

    Ptosis kongenital ringan (1,5-2 mm) dengan fungsi levator yang masih

    baik ( 8 mm): reseksi 10-13 mm

    Ptosis kongenital sedang (3 mm):

    Fungsi levator baik ( 8 mm): direseksi 14-17 mm

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    19/21

    19

    Fungsi yang kurang (5-7 mm): direseksi 13-22 mm

    Fungsi yang buruk (0-4 mm): direseksi 22 mm atau lebih

    Ptosis kongenital berat (4 mm) dengan fungsi yang kurang sampai

    buruk: direseksi 22 mm atau lebih atau lakukan sling frontalis

    b. Advancement of the levator aponeurosis atau Tucking

    Prosedur ini biasanya diindikasikan pada ptosis didapat. Juga dapat dilakukan

    pada ptosis kongenital.10

    c. Prosedur FasenellaServat

    Operasi ini diindikasikan jika fungsi levator baik (10 mm) dan ptosis ringan

    (1-2 mm).10

    d. Reseksi Musculus Muller-Konjungtiva

    Teknik ini diindikasikan untuk pasien dengan ptosis yang ringan, dimana

    fungsi levatornya > 10 mm.22

    e. Brow-frontalis suspension

    Teknik ini diindikasikan untuk pasien dengan ptosis yang berat, dimana fungsi

    levatornya > 5 mm.22

    Sebagian besar operasi pada ptosis berupa reseksi aponeurosis levator atau

    tarsus superior (atau keduanya). Bagian superior tarsus sering direseksi untuk

    menambah elevasi. Saat ini, telah digunakan banyak pendekatan, baik dari kulit

    maupun konjungtiva. Tahun-tahun belakangan ini menegaskan pada keuntungan

    membatasi operasi pada perbaikan dan reseksi aponeurosis levator, terutama

    untuk jenis ptosis yang didapat.2

    Pasien dengan levator yang kurang atau tidak berfungsi seperti pada ptosis

    neurogenik atau miogenik, memerlukan sumber pengangkat alternatif.

    Penggantungan palpebra pada dahi memungkinkan pasien mengangkat palpebra

    dengan gerakan alamiah musculus frontalis. Fascia lata autogen biasanya

    dianggap sebagai alat penggantung terbaik. Bila penutupan palpebra, fenomena

    Bell dan pergerakan ekstraokuler lainnya terganggu, contohnya pada

    oftalmoplegia eksternal progresif kronik, koreksi bedah pada ptosis harus

    dilakukan dengan hati-hati karena adanya risiko keratitis-pajanan.2

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    20/21

    20

    BAB III

    KESIMPULAN

    Blefaroptosis adalah posisi satu atau kedua palpebra superior dianggap

    terlalu rendah dengan keadaan dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau

    terbuka sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan

    keadaan normal. Keadaan ini terutama terjadi akibat tidak baiknya fungsi

    muskulus levator palpebra, lumpuhnya saraf ke III untuk levator palpebra atau

    dapat pula terjadi akibat jaringan penyokong bola mata yang tidak sempurna,

    sehingga bola mata tertarik ke belakang atau enoftalmus. dapat terjadi pada semua

    usia, Tidak diketahui predileksi etnik ataupun jenis kelamin untuk peyakit ini.

    Penyebab ptosis adalah kelainan kongenital (congenital ptosis) atau

    didapat (acquired ptosis). Klasifikasi berdasarkan Beard menggolongkan ptosis

    menurut etiologinya, yaitu kelainan perkembangan levator, ptosis miogenik,

    ptosis aponeurotik, ptosis neurogenik, ptosis mekanis, dan tampak ptosis.

    Diagnosis untuk ptosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis yang

    mendalam mengenai riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu, dan

    riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik yang dilakukan juga mencakup pemeriksaan

    oftalmologi umum dan pemeriksan lokalis kelopak mata meliputi Palpebrae

    fissure height, Marginal reflex distance, Levator function, Upper eyelid crease,

    danPresence of lagophtalmos. Beberapa penyakit memiliki tanda dan gejala yang

    mirip dengan ptosis, antara lain Benign Essential Blepharospasm, Hemifacial

    Spasm, Bells Palsy, dan Oculomotor Nerve Injuries.

    Penatalaksanaan ptosis tergantung pada etiologi penyebabnya.

    Penatalaksanaan konservatif dilakukan pada mistenia gravis, ptosis yang ringan,

    tidak ada kelainan kosmetik dan/atau tidak terdapat kelainan visual seperti

    strabismus, ambliopia, dan defek lapang pandang yang lebih baik. Sedangkan

    penatalaksanaan kasus ptosis yang lain semuanya ditangani secara bedah.

  • 7/21/2019 REFERAT BLEPAROPTOSIS.docx

    21/21

    21

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Ilyas, Sidarta. 2009. Kelainan Kelopak dan Kelainan Jaringan Orbita.

    Dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia. Jakarta. Hal.100

    2. John, HS. et al. 2007. Palpebra, Apparantus Lakrimal, dan Air Mata.

    Dalam: Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury, Edisi 17.EGC. Jakarta.

    Hal. 78-85

    3. Skuta, GL. Contor, LB. Weiss JS. 2011. Orbit, Eyelids, and Lacrimal

    System: Pericular Malpositions and Involutional, Blepharoptosis. Dalam:

    American Academy of Ophtalmology Section 7.The Eye MD Association.

    Singapore. Hal.201-2134.

    Sudhakor P, Vu Qui, Kasoko-Lasaki O, Palmer M. 2009. Upper Eyelid

    Ptosis Revisited. American Journal of Clinical Medicine. Vol. 6(3):5-14

    5.

    Moss, Herbert L. 1982.Prosthesis for Blepharoptosis and Blepharospasm.

    Journal of The American Optometric Association. Vol.53(8):661-667

    6. Baiurejo AM, Oluwatosin OM. 2003. Blepharoptosis in Ibadan, Nigeria.

    West Africa Journal Medicine. Vol.22(3):208-210

    7. Newman, Steven A. 2001. The Patient with Eyelid of Facial

    Abnormalities; Dalam Basic and Clinical Science Course-Neuro

    Ophtalmology, Bagian 5.The Foundation of The American Academy of

    Ophtalmology. San Fransisco. Hal.253

    8. Soparkor CNS. Patrinely JR. 2011. Facial and Eyelid Twitch Disorders.

    Benign Essential Blepharospasm Research Foundation Newslatter.

    Vol.29(1): 4-5

    9. Bermant, Michael. Eyelid Ptosis (Drooping of Upper Eyelid). American

    Beard of Plastic Surgery. Diunduh:

    http:/www.plastic4u.com/procedure_folder/eyelid_recon_folder/eyelid_pt

    osis.html; tanggal 23 Desember 2013, pukul: 23.31 WIB

    10.Sparth, Goerge L. 1982.Plastic Surgery. Dalam Ophtalmic Surgery. W.B.

    Saunders Company. Philadelphia. Hal:582-589