referat ispa

Upload: adji-shinta-surya-kencana

Post on 10-Feb-2018

286 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    1/41

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit paru merupakan penyakit pernapasan yang bisa menganggu

    setiap orang. Tidak terkecuali anak-anak juga bisa terserang penyakit paru. Ada

    banyak jenis penyakit paru yang bisa menyerang anak-anak, diantaranya yaitu

    infeksi saluran pernapasan akut, bronkitis akut, asma, pneumonia, atelektasis,

    emfisema, pneumotoraks, emfiema torasis, dan lain-lain. penyakit paru pada anak

    merupakan salah satu penyakit yang cukup meresahkan orang tua. Terkadang

    kesibukan orang tua menyebabkan keterlambatan penanganan kesehatan anak

    sehingga banyak penderita penyakit paru berusia anak-anak berjatuhan bahkan

    meninggal dunia.

    Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan

    angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

    pertahun pada golongan usia balita, ISPA juga merupakan salah satu penyebab

    utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Sebanyak 40%-60% kunjungan

    berobat di Puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan

    rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA paling berat

    disebabkan infeksi Streptococus pneumonia atau Haemophillus influenzae.

    Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian

    besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan

    1

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    2/41

    2

    salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun

    (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).

    Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati

    urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu

    ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei

    mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan

    ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan

    persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).

    Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun

    2002, Prevalensi keluhan ISPA balita di Indonesia sebesar 18,7%, di perkotaan

    (21,6%) lebih tinggi dibanding di pedesaan (16,6%). Faktor risiko keluhan ISPA

    adalah sebagai berikut : gangguan asap dari pabrik sebesar 1.55 kali, lokasi rumah

    di daerah rawan banjir sebesar 1.16 kali, dan status ekonomi miskin sebesar 0,89

    kali.

    Berdasarkan uraian di atas, penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit

    dengan angka kesakitan dan angka kematian yang cukup tinggi, sehingga dalam

    penanganannya diperlukan kesadaran yang tinggi baik dari masyarakat maupun

    petugas, terutama tentang beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan.

    Mengingat bahwa ISPA merupakan salah satu penyakit yang dapat

    menyebabkan kematian dan kesakitan yang tinggi, sehingga perlu diketahui oleh

    mahasiswa kedokteran, maka kami akan melakukan Tugas Pengenalan Profesi

    untuk mengeksplorasi populasi dengan resiko gangguan paru, khususnya ISPA

    pada anak di lingkungan sekitar

    2

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    3/41

    3

    1.2 Tujuan Tugas Pengenalan Profesi

    1. Untuk mengetahui faktor resiko ISPA pada anak.

    2. Untuk mengetahui gejala awal yang terlihat pada anak.

    3. Untuk mengetahui penanganan dan pengobatan yang dilakukan

    oleh orangtua si anak penderita.

    1.3 Manfaat Tugas Pengenalan Profesi

    1. Menambah ilmu tentang jenis-jenis penyakit paru pada anak,

    khususnya ISPA

    2. Menambah pengalaman dalam Eksplorasi atau Observasi Populasi

    Dengan Resiko Gangguan Paru (terutama pada anak), khususnya

    ISPA

    3

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    4/41

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Sistem Pernafasan

    2.1.1. Anatomi Paru

    Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.

    pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal dari foregut.

    Selanjutnya pada groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu

    jaringan yang disebut primary lung bud. Bagian proksimal foregut membagi diri

    menjadi dua, yaitu esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea

    akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal

    bakal bronki dan cabang-cabangnya. Bronchial tree terbentuk setelah embrio

    berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan

    jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran alveoli

    bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan

    dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai

    pertumbuhan somatic berhenti.

    2.1.2. Pengertian Pernafasan

    Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang

    mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang

    banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari

    tubuh. Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-

    paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam

    4

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    5/41

    5

    pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan

    melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut. Penghisapan ini

    disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

    2.1.3. Saluran Pernafasan

    Secara fungsional (faal) saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    1. Zona Konduksi

    Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara

    pernapasan, serta membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu

    udara pernapasan dengan suhu tubuh. Disamping itu zona konduksi juga

    berperan pada proses pembentukan suara. Zona konduksi terdiri dari

    hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli terminalis.

    a. Hidung

    Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak kearah faring berperan

    sebagai system pembersih pada hidung. Fungsi pembersih udara ini

    juga ditunjang oleh konka nasalis yang menimbulkan turbulensi aliran

    udara sehingga dapat mengendapkan partikel-partikel dari udara yang

    seterusnya akan diikat oleh zat mucus. System turbulensi udara ini

    dapat mengendapkan partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari

    4 mikron.

    5

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    6/41

    6

    b. Faring

    Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan

    bagian atas. Faring terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring,

    serta laringofaring.

    c. Trakea

    Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator-

    muko-siliaris karena silia pada trakea dapat mendorong benda asing

    yang terikat zat mucus kearah faring yang kemudian dapat ditelan atau

    dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang

    terkandung dalam asap rokok.

    d. Bronki atau bronkioli

    Struktur bronki primer masih serupa dengan struktur trakea. Akan

    tetapi mulai bronki sekunder, perubahan struktur mulai terjadi. Pada

    bagian akhir dari bronki, cincin tulang rawan yang utuh berubah

    menjadi lempengan-lempengan. Pada bronkioli terminalis struktur

    tulang rawan menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya

    dilingkari oleh otot polos. Struktur semacam ini menyebabkan

    bronkioli lebih rentan terhadap penyimpatan yang dapat disebabkan

    oleh beberapa faktor. Bronkioli mempunyai silia dan zat mucus

    sehingga berfungsi sebagai pembersih udara. Bahan-bahan debris di

    alveoli ditangkap oleh sel makrofag yang terdapat pada alveoli,

    kemudian dibawa oleh lapisan mukosa dan selanjutnya dibuang.

    6

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    7/41

    7

    2. Zona Respiratorik

    Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang

    berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli.

    Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu

    pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang

    masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam

    melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak.

    Sistem Saluran Pernapasan

    7

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    8/41

    8

    2.1.4. Fungsi Pernafasan

    Adapun fungsi pernafasan yaitu :

    1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh

    tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran

    2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari

    pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang

    (karena tidak berguna lagi oleh tubuh)

    3. Melembabkan udara.

    Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara

    berlangsung di alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan

    dan di dalamnya aliran udara timbal balik (pernapasan), dan tergantung pada

    difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang

    sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur

    masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja.

    Proses dari sistem pernapasan atau sistem respirasi berlangsung

    beberapa tahap, yaitu :

    1. Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan keluar paru

    2. Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah. Proses ini disebut pernapasan

    luar

    3. Transportasi gas melalui darah

    4. Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut

    pernapasan dalam

    8

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    9/41

    9

    5. Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang

    disebut juga pernapasan seluler.

    2.1.5. Mekanika Pernafasan

    Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 bagian, yaitu:

    1. Menarik napas (inspirasi)

    2. Menghembus napas (ekspirasi)

    Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekskresi secara

    bergantian, teratur, berirama dan terus menerus. Bernapas merupakan

    gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflek bernapas ini

    diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung

    (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan,

    memperlambat atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa reflex napas

    juga di bawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka

    terhadap kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah dan kekurangan

    oksigen dalam darah.

    Inspirasi merupakan proses aktif, disini kontraksi otot-otot inspirasi

    akan meningkatkan tekanan di dalam ruang antara paru-paru dan dinding

    dada (tekanan intraktorakal). Inspirasi terjadi bila mulkulus diafragma

    telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar.

    Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat dapat

    rangsangan kemudian mengkerut datar. Dengan demikian jarak antara

    stenum (tulang dada) dan vertebrata semakin luas dan lebar. Rongga dada

    9

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    10/41

    10

    membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru

    maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.

    Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan konstraksi otot

    untuk menurunkan intratorakal. Ekspirasi terjadi apabila pada suatu saat

    otot-otot akan kendur lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus

    interkoatalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil

    kembali, maka udara didorong keluar. Terjadilah proses respirasi.

    2.2 Penyakit Paru Pada Anak (ISPA)

    2.2.1. Definisi

    Menurut Depkes (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

    merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory

    Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran

    pernafasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah

    masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang

    biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ

    mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,

    rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung

    sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun

    untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat

    berlangsung lebih dari 14 hari.

    10

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    11/41

    11

    Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran

    pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah

    organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti

    sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).

    Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu

    infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing

    unsur adalah sebagai berikut:

    1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

    manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

    2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli

    beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

    pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran

    pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk

    jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan

    ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernafasan

    (respiratory tract).

    3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini.

    Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

    beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat

    berlangsung lebih dari 14 hari (Suhandayani, 2007).

    11

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    12/41

    12

    2.2.2. Epidemiologi

    Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam kasus di antara 1000 bayi

    dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak lima dari

    1000 balita (Oktaviani, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6

    episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA

    mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk meningkatkan upaya perbaikan

    kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI menetapkan 10 program

    prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai tujuan

    Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah Program Pencegahan

    Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Depkes

    RI, 2002).

    Kota medan merupakan kota terbesar ketiga yang saat ini berkembang

    menjadi kota Metropolitan, data profil kesehatan kota Medan berdasarkan

    kunjungan di Puskesmas tahun 2003 sebesar 765.763 orang, sedangkan sampai

    Juni 2004 sebesar 473.539 orang, dimana penyakit ISPA masih berada pada

    urutan pertama yaitu sebanyak 225.494 pasien (47,62%). Angka tertinggi terdapat

    di Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebanyak 1.293 kasus (3,3%). Di

    Kabupaten Deli Serdang pada 2004, diketahui angka morbiditas kasus ISPA

    sebanyak 12.871 kasus (31,7%) dengan rincian 6.638 terjadi pada kelompok umur

    bayi (51,5%) dan 6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama, 2005).

    12

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    13/41

    13

    2.2.3. Etiologi

    Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

    Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,

    Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya

    antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,

    Micoplasma, Herpesvirus.

    Sumber : http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htm.

    Penyebab lainnya, yaitu :

    a. Agent

    Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa

    secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks,

    faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal

    sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus

    13

    http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htmhttp://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htmhttp://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htm
  • 7/22/2019 Referat Ispa

    14/41

    14

    yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus

    Myxovirus, Coxsackie, dan Echo. Berdasarkan hasil penelitian Isbagio

    (2003), mendapatkan bahwa bakteri Streptococcus pneumonie adalah

    bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian 4 juta balita setiap

    tahun di negara berkembang. Isbagio ini mengutip penelitian WHO dan

    UNICEF tahun 1996, di Pakistan didapatkan bahwa 95% S.pneumococcus

    kehilangan sensitivitas paling sedikit pada satu antibiotika, hampir 50%

    dari bakteri yang diperiksa resisten terhadap kotrimoksasol yang

    merupakan pilihan untuk mengobati infeksi pernafasan akut. Demikian

    pula di Arab Saudi dan Spanyol 60% S. pneumonie ditemukan resisten

    terhadap antibiotika.

    Berdasarkan hasil penelitian Parhusip (2004), yang meneliti

    spektrum dari 101 penderita infeksi saluran pernafasan bagian bawah di

    BP4 Medan didapatkan bahwa semua penderita terlihat hasil biakan

    positif, pada dua penderita dijumpai tumbuh dua galur bakteri sedangkan

    yang lainnya hanya tumbuh satu galur. Bakteri gram positif dijumpai

    sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram negatif 49 galur (47,6%).

    Dari hasil biakan terlihat bahwa yang terbanyak adalah bakteri

    Streptococcus viridans 38 galur sebesar 36,89%, diikuti olehEnterobacter

    aerogens 19 galur sebesar 18,45%, Pseudomonas aureginosa 16 galur

    sebesar 15,53%, Klebsiella sp 14 galur sebesar 13,59%, Stapilococcus

    aureus 13 galur sebesar 12,62%, Pneumococcus 2 galur sebesar 1,94%,

    dan Sreptococcus pneumonie 1 galur sebesar 0,97%.

    14

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    15/41

    15

    b. Manusia

    1. Umur

    Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia

    dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar

    dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak

    di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran

    nafasnya masih sempit. Berdasarkan hasil penelitian Maya di RS Haji

    Medan (2004), didapatkan bahwa proporsi balita penderita pneumonia

    yang rawat inap dari tahun 1998 sampai tahun 2002 terbesar pada

    kelompok umur 2 bulan -

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    16/41

    16

    ISPA yang lebih berat, dibandingkan dengan anak perempuan.

    Berdasarkan hasil penelitian Dewi, dkk di Kabupaten Klaten (1996),

    didapatkan bahwa sebagian besar kasus terjadi pada anak laki-laki sebesar

    58,97%, sementara untuk anak perempuan sebesar 41,03%.

    3. Status Gizi

    Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan

    penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan

    tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya

    didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya

    tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat

    berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. Hasil penelitian Dewi, dkk

    (1996) di Kabupaten Klaten, dengan desain crosssectional didapatkan

    bahwa anak yang berstatus gizi kurang/buruk mempunyai risiko

    pneumonia 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang berstatus

    gizi baik/normal.

    Hasil penelitian Mustafa di Kota Banda Aceh (2006), dengan desai

    crosssectional, berdasarkan hasil analisis bivariat antara penyakit ISPA

    dengan status gizi anak balita menunjukkan bahwa anak balita yang

    menderita penyakit ISPA didapatkan 2,19 kali mempunyai status gizi tidak

    baik dibandingkan dengan anak balita yang tidak menderita penyakit ISPA

    (p = 0.038). Salah satu penentuan status gizi adalah klasifikasi menurut

    Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002 untuk

    16

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    17/41

    17

    keperluan Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita dengan mengukur

    berat badan terhadap umur. Status gizi diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

    1) Gizi lebih : bila Z_Skor terletak > +2 SD

    2) Gizi Baik : bila Z_Skor terletak diantara -2 SD s/d +2 SD

    3) Gizi kurang : bila Z_Skor terletak pada < -2 SD s/d - 3 SD

    4) Gizi Buruk : bila Z_Skor terletak < -3 SD.26

    4. Berat Badan Lahir

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat

    lahir

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    18/41

    18

    5. Status ASI Eksklusif

    Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang

    bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan

    virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan

    menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan

    (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)

    yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

    Bayi (0-12 bulan) memerlukan jenis makanan ASI, susu formula,

    dan makanan padat. Pada enam bulan pertama, bayi lebih baik hanya

    mendapatkan ASI saja (ASI Eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia

    lebih dari enam bulan baru diberikan makanan pendamping ASI atau susu

    formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa

    mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikas postnatal.

    Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh (2006),

    didapatkan bahwa proporsi balita yang tidak mendapat ASI eksklusif

    menderita pneumonia sebesar 56,2%, sedang yang tidak menderita

    pneumonia 38,8%. Hasil uji statistic diperoleh bahwa anak balita yang

    menderita pneumonia risikonya 2 kali lebih besar pada anak balita yang

    tidak mendapat ASI eksklusif.

    6. Status Imunisasi

    18

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    19/41

    19

    Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap

    penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi

    tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa

    pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan

    kesehatan anak.

    Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit

    seperti, POLIO (lumpuh layu), TBC (batuk berdarah), difteri, liver (hati),

    tetanus, pertusis.

    Bahkan imunisasi juga dapat mencegah kematian dari akibat

    penyakit-penyakit tersebut. Jadwal pemberian imunisasi sesuai dengan

    yang ada dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu BCG : 0-11 bulan, DPT

    3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatitis

    B 3x : 0-11 bulan. Selang waktu pemberian imunisasi yang lebih dari 1x

    adalah 4 minggu.30

    Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh (2006),

    didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian

    pneumonia pada balita dengan status imunisasi. Hasil uji statistik

    diperoleh nilai OR = 2,5 (CI 95%; 2.929 4.413), artinya anak balita yang

    menderita pneumonia risikonya 2,5 kali lebih besar pada anak yang status

    imunisasinya tidak lengkap.28 Berbeda dengan hasil penelitian Afrida di

    Medan (2007), hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada

    hubungan yang bermakna antara status imunisasi bayi dengan kejadian

    penyakit ISPA (p>0,05).

    19

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    20/41

    20

    c. Lingkungan

    1. Kelembaban Ruangan

    Berdasarkan KepMenKes RI No. 829 tahun 1999 tentang

    kesehatan perumahan menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk

    rumah sehat adalah 40- 70%, optimum 60%.

    Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan

    (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban

    ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan

    hasil uji regresi, diperoleh bahwa factor kelembaban ruangan mempunyai

    exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi

    syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar

    28 kali.

    2. Suhu Ruangan

    Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu

    optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah

    180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat.

    Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko

    terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

    3. Ventilasi

    Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah

    menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini

    20

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    21/41

    21

    berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut

    tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di

    dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi

    penghuninya menjadi meningkat.30 Sirkulasi udara dalam rumah akan

    baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi

    minimal 10% dari luas lantai.

    Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan bahwa

    prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur yang

    tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 69,9%, sedangkan untuk yang

    memenuhi syarat kesehatan sebesar 30,1%. Hasil uji statistik diperoleh

    bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi ventilasi dengan

    kejadian penyakit ISPA (p

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    22/41

    22

    Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat

    menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74%

    wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun

    2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan

    penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.

    Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), prevalens rate ISPA

    pada bayi yang dirumahnya menggunakan bahan bakar untuk memasak

    adalah minyak tanah sebesar 76,6%, sedangkan gas elpiji sebesar 33,3%.

    Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

    antara penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian penyakit ISPA

    (p < 0,05).

    6. Keberadaan Perokok

    Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok

    pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya

    merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic

    Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.

    Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara

    keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia

    adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk. Prevalensi perokok pasif

    pada laki-laki 32,67% atau 31.879.188 penduduk dan pada perempuan

    67,33% atau 65.680.814 penduduk. Sedangkan prevalensi perokok aktif

    pada laki-laki umur 10 tahun ke atas adalah sebesar 54,5%, pada

    perempuan 1,2%.

    22

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    23/41

    23

    Prevalensi perokok pasif pada balita sebesar 69,5%, pada

    kelompok umur 5-9 tahun sebesar 70,6% dan kelompok umur muda 10-14

    tahun sebesar 70,5%.

    Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita dan umur muda

    disebabkan karena mereka masih tinggal serumah dengan orang tua

    ataupun saudaranya yang merokok dalam rumah.

    Berdasarkan hasil penelitian Syahril (2006), dari hasil uji statistik

    diperoleh nilai OR = 2,7 (CI 95%; 1.481 4.751) artinya anak balita yang

    menderita pneumonia risikonya 2,7 kali lebih besar pada anak balita yang

    terpapar asap rokok dibandingkan dengan yang tidak terpapar.

    7. Status Ekonomi dan Pendidikan

    Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda

    dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit,

    persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam

    menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu

    sangat menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya.

    Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa

    bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan

    bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke

    dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan

    bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi

    berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status

    ekonominya rendah.

    23

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    24/41

    24

    Ibu dengan pendidikan lebih tinggi, akan lebih banyak membawa

    anak berobat ke fasilitas kesehatan, sedangkan ibu dengan pendidikan

    rendah lebih banyak mengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat

    ke dukun. Ibu yang berpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih

    banyak membawa anaknya ke pelayanan kesehatan ketika sakit

    dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal ini disebabkan karena

    ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakit yang diderita

    oleh balitanya.

    2.2.4. Patogenesis

    Menurut Baum (1980), saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar

    dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu sistem

    pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap

    infeksi mauapun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga

    unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat, yaitu:

    1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.

    2. Makrofag alveoli.

    3. Antibodi.

    Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi

    pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu.

    Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu keutuhan lapisan mukosa dan gerak sila

    adalah:

    24

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    25/41

    25

    1) Asap rokok dan gas SO yang merupakan polutan utama dalam

    pencemaran udara.

    2) Sindrom immotil.

    3) Pengobatan dengan O konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

    Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat

    lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag

    membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini

    (Baum,1980).

    Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah imunoglobulin

    A (IgA). Antibodi ini banyak terdapat di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan

    memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi

    pada anak. Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa

    dengan penderita yang mengalami imunodefisiensi lain, seperti penderita yang

    mendapat terapi sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas

    dan lain-lain (immunocompromised host) (Baum,1980).Menurut Baum (1980)

    gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung pada:

    1) Karakteristik inokulum meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat

    virulensi jasad renik yang masuk.

    2) Daya tahan tubuh seseorang tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa,

    gerak mukosilia, makrofag alveoli dan IgA.

    3) Umur mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi

    akan memberikan gambaran klinis yang lebih buruk bila dibandingkan

    dengan orang dewasa. Gambaran klinis yang buruk dan tampak lebih berat

    25

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    26/41

    26

    tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang

    belum memperoleh kekebalan alamiah.

    2.2.5. Klasifikasi

    a. Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :

    1) Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti

    menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk

    yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi,

    demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C),

    pernafasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada

    berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan

    abdomen tegang.

    2) Bukan pneumonia: jika anak bernafas dengan frekuensi kurang dari 60 kali

    per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti diatas.

    b. Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, diklasifikasikan atas :

    1) Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai

    dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding

    dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

    2) Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding

    dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

    3) Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat tanpa

    penarikan dinding dada.

    26

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    27/41

    27

    4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas)

    tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

    5) Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit

    walaupun telah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang

    adekuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding

    dada, frekuensi pernafasan yang tinggi, dan demam ringan.

    c. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi

    1) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

    Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,

    otitismedia, faringitis.

    2) Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)

    Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai

    dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti

    epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.

    a. Pneumonia

    Definisi : Penyakit peradangan parenkim paru yang meliputi

    alveolus dan jaringan interstitial.

    Patofisiologi : Pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi

    mikroorganisme melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi benda asing,

    transplasental atau selama persalinan pada neonatus.

    Etiologi :

    Anak usia

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    28/41

    28

    Anak usia 3bln-5th : S. Pneumonia, H. Influenzae

    Anak usia > 5th : M. Pneumonia, C. Pneumonia, S.pneumonia,

    H.influenzae.

    Gejala : Batuk, sesak nafas yang timbul mendadak, demam, nyeri dada

    (pleuritik), espektorasi purulen.

    Pemeriksaan fisik : demam (>39c), dispneu, takipneu, nafas cuping

    hidung, sianosis.

    Pemeriksaan paru : retraksi dinding dada, perkusi sonor sampai redup.

    Pemeriksaan penunjang :

    Darah tepi : lekositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.

    Analisa gas darah : hipoksemia, Asidosis respiratorik.

    Foto thorax : infiltrat alveolar, konsolidasi (pneumonia lobaris),

    penebalan pleura (pleuritis)

    Penatalaksanaan :

    Kriteria MRS :

    a. Ada kesukaran nafas

    b. Sianosis

    c. Usia

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    29/41

    29

    Oksigenasi

    Pemberian cairan dan kalori yang cukup sesuai berat badan,

    peningkatan suhu dan status dehidrasi.

    Sesak tidak terlalu hebat, diet enteral bertahap melalui selang

    nasogastrik

    Sekresi lendir berlebihan inhalasi dengan salin normal

    Asidosis, koreksi Na-bicarbonat 1 meg/kgBB atau berdasarkan

    hasil AGD dengan rumus BB (kg) x 0,3 x base excess

    Medikamentosa :

    Berdasarkan kelompok usia :

    < 3 bln : penisilin + Aminoglikosid

    > 3 bln : Ampisilin + kloramfenikol

    Dosis :

    Ampisilin 100mg/kgBB/hari

    Kloramfenikol : 100mg/kgBB/hari

    Gentamisin 5mg/kgBB/hari

    Sefalosporin ( Empiema) IV 48-72 jam setelah panas turun lalu

    dilanjutkan per oral 7-10hari

    Berdasarkan kuman penyebab :

    Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral

    Haemophylus influenzae/Streptococcus pneumonia : 10-14 hari

    Diagnosis banding :

    Bronkiolitis

    29

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    30/41

    30

    Payah jantung

    Aspirasi benda asing

    Abses paru

    Diagnosis banding pada bayi :

    Meningitis

    Ileus

    b. Bronkiolitis

    Definisi : infeksi akut pada bronkiolus ditandai dengan obstruksi

    inflamasi pada saluran nafas. Sering pada anak < 2 th.

    Etiologi : Respiratory syncytial virus, virus parainfluenzae, adenovirus,

    mikoplasma, virus influenzae.

    Patogenesis : invasi virus pada bronkiolus edema, akumulasi mukus

    & debris seluler obstruksi saluran nafas kecil.

    Anamnesis : pada anak usia < 2 th dengan sesak nafas, mengi ygang

    timbul mengikuti ISPA

    Pemeriksaan fisik : demam ringan, takipneu, sianosis, nafas cuping

    hidung.

    Pemeriksaan paru : suara vesikuler menurun, ekspirium di perpanjang,

    wheezing.

    Pemeriksaan penunjang

    Analisa gas darah : pCO2 tinggi

    30

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    31/41

    31

    Foto thorax AP-lateral : normal atau emfisematosa (hiperinflasi

    paru), Atelektasis sekunder (obstruksi/inflamasi)

    Diagnosis banding : Asma bronkiale, Aspirasi benda asing,

    bronkopneumonia, Gagal jantung, Miokarditis.

    Penatalaksanaan :

    Oksigenasi dengan konsentrasi 35-40%

    Posisi nyaman : supine dengan kepala tegak

    Cairan yang cukup

    Kortikosteroid : Dexamethsone 0,5 mg/kgBB dilanjutkan 0,5

    mg/kgBB/hari di bagi 3-4 dosis.

    Antibiotik diberikan jika curiga infeksi sekunder (Pneumonia).

    Mukosilier klirens -agonis (salbutamol 0,1 mg/kgBB/dosis,

    sehari 4-6x diencerkan dengan saline normal) atau teofilin

    inhalasi/per oral.

    c. Bronkitis

    Definisi : Proses keradangan pada bronkus

    Etiologi :

    Infeksi : virus (Parainfluenza), bakteri (streptococcus), dan

    fungi (monilia)

    Alergi : Asma

    31

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    32/41

    32

    Kimiawi : Aspirasi susu, aspirasi isi lambung, Asap rokok,

    uap/gas yang merangsang.

    Gejala klinis :

    Didahului ISPaA (virus)

    Batuk pilek 3-4 hari

    Sifat batuk : kering yang disertai nyeri/panas subternal, riak

    jernih purulen setelah 10 hari menjadi encer lalu hilang, dapat

    disertai muntah-muntah.

    Pemeriksaan fisik :

    Keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit.

    Panas sub febris

    Sesak tidak ada, rhonki basah kasar / rhonki kering ada.

    Dapat di temukan nasofaringitis dan conjungtivitis

    Pemeriksaan penunjang :

    Foto thorax : peningkatan corak bronkovaskuler / bisa juga

    normal.

    Laboratorium : Leukosit meningkat / normal

    Penatalaksanaan :

    kontrol batuk agar sekret encer dengan perbanyak minum,

    pemberian uap/mukolitik bila perlu diikuiti dengan fisioterafi

    dada.

    32

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    33/41

    33

    Antibiotik diberikan jika ada kecurigaan infeksi sekunder

    (Ampicilline, Cloxacilline, Chloramphenichole, Erythomycine)

    Pemberian antitusif dan antihistamin harus diawasi, karena

    dapat mengakibatkan sekret menjadi kental sehingga dapat

    menimbulkan atelektasis/pneumonia.

    2.2.6. Gejala klinis

    Penyakit saluran pernapasan atas dapat memberikan gejala klinik yang

    beragam, antara lain:

    1) Gejala koriza (coryzal syndrome), yaitu pengeluaran cairan (discharge)

    nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis

    ringan. Sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior

    palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu serta rasa

    kedinginan (chilliness), demam jarang terjadi.

    2) Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat.

    Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang

    dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala

    koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit di

    seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan parau (hoarseness).

    3) Gejala faringokonjungtival yang merupakan varian dari gejala faringeal.

    Gejala faringeal sering disusul oleh konjungtivitis yang disertai fotofobia

    dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang

    33

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    34/41

    34

    konjungtivitis timbul terlebih dahulu dan hilang setelah seminggu sampai

    dua minggu, dan setelah gejala lain hilang, sering terjadi epidemi.

    4) Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam,

    menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia

    yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri retrosternal.

    Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi pandemi yang hebat dan

    ditumpangi oleh infeksi bakterial.

    5) Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak, yaitu sakit

    beberapa hari yang disebabkan oleh virus Coxsackie A. Sering

    menimbulkan vesikel faringeal, oral dan gingival yang berubah menjadi

    ulkus.

    6) Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (cruop), yaitu suatu

    kondisi serius yang mengenai anak-anak ditandai dengan batuk, dispnea,

    dan stridor inspirasi yang disertai sianosis (Djojodibroto, 2009).

    2.2.7. Faktor resiko

    Berdasarkan hasil penelitian, ISPA yang terjadi pada ibu dan anak

    berhubungan dengan penggunaan bahan bakar untuk memasak dan kepadatan

    penghuni rumah, demikian pula terdapat pengaruh pencemaran di dalam rumah

    terhadap ISPA pada anak dan orang dewasa. Pembakaran pada kegiatan rumah

    tangga dapat menghasilkan bahan pencemar antara lain asap, debu, grid (pasir

    halus) dan gas (CO dan NO). Demikian pula pembakaran obat nyamuk,

    membakar kayu di dapur mempunyai efek terhadap kesehatan manusia terutama

    34

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    35/41

    35

    Balita baik yang bersifat akut maupun kronis. Gangguan akut misalnya iritasi

    saluran pernafasan dan iritasimata.

    Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan

    ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi atmosphere yang

    menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu studi melaporkan bahwa

    upaya penurunan angka kesakitan ISPA berat dan sedang dapat dilakukan di

    antaranya dengan membuat ventilasi yang cukup untuk mengurangi polusi asap

    dapur dan mengurangi polusi udara lainnya termasuk asap rokok. Anak yang

    tinggal di rumah yang padat (

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    36/41

    36

    1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

    oksigen dan sebagainya.

    2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol per oral. Bila penderita

    tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

    kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

    pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

    3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan

    di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat

    batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

    kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

    penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

    pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

    disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

    radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik

    (penisilin) selama 10 hari.

    8.1. Perawatan dirumah

    Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya

    yang menderita ISPA:

    1. Mengatasi panas (demam)

    Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

    memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

    dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap

    36

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    37/41

    37

    6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai

    dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

    kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

    perlu air es).

    2. Mengatasi batuk

    Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional

    yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu

    sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

    3. Pemberian makanan

    Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-

    ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.

    Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

    4. Pemberian minuman

    Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

    banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

    kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

    5. Lain-lain

    Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal

    dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan

    37

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    38/41

    38

    hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

    menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan

    tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak

    berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk

    maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.

    Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas

    usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar

    selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan

    antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

    kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

    8.2 Pencegahan dan Pemberantasan

    Pencegahan dapat dilakukan dengan :

    1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

    2. Immunisasi.

    3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

    4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

    38

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    39/41

    39

    BAB III

    KESIMPULAN

    ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala

    batuk,pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung

    sampaidengan 14 hari. Menurut derajat keparahannya ISPA dapat di bagi menjadi

    3golongan yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan ISPA berat. Faktor resiko yang

    mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA secara umum ada 3 faktor

    yaitukeadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak, keadaan

    gizi dancara pemberian makan, kebiasaan merokok dan pencemaran udara. Selain

    ketiga faktor tersebut sanitasi rumah juga sangat mempengaruhi dalam kejadian

    ISPA pada balita. Sanitasi rumah meliputi ventilasi, penerangan, kepadatan

    hunian dan suhuruangan.

    Karena ISPA merupakan penyebab utama kematian pada balita, maka

    diharapkan

    penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu pemberian

    39

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    40/41

    40

    penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan

    dilaksanakan secaraberkesinambungan.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Acute upper respiratory tract infections (URTIs). Dalam: Chapman S,

    Stephen G, Stradling J, West S. Oxford Handbook of Respiratory

    Medicine 1st Edition. Oxford: Oxford University Press.: 2005.hlm:448-51

    2. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan

    Penyakit InfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.2003

    3. Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Universitas

    sumatera Utara. Available from :

    http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review.[Accessed

    22 April 2010]

    4. Kumar, V., et al., 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In: Hartanto, H., ed.

    Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC

    5. Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan

    Kesehatan Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-

    UNAIR Santosa, G.

    40

  • 7/22/2019 Referat Ispa

    41/41

    41

    6. Depkes RI. 2005.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran

    Pernapasan Depkes RI. Jakarta.

    7. Rasmaliah. 2005.Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan

    Penanggulangannya. www.fkusu.org/fkm infeksi saluran nafas. Diakses

    tanggal 23 november 2008