reinterpretasi makna riqab modern

Upload: muhammad-jays

Post on 10-Feb-2018

317 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    1/158

    i

    REINTERPRETASI MAKNARIQABSEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT

    PADA ZAMAN MODERN

    Tesis

    Diajukan Kepada Program Pascasarjana

    Institut Agama Islam Negeri Raden Intan lampung

    Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar MagisterDalam Ilmu Syariah

    OlehMuhammad Jayus

    NPM. 1123010014

    Pembimbing I : Dr. H. Achmad Asrori, MA.

    Pembimbing II : Dr. Alamsyah, M.Ag.

    Program Studi Ilmu Syariah

    Konsentrasi Hukum Keluarga Syariah

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

    LAMPUNG

    1434 H / 2013 M

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    2/158

    ii

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Muhammad Jayus

    NPM : 1123010014

    Jurusan : Ilmu SyariahProgram Studi : Hukum Keluarga Syariah

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul REINTERPRETASI

    MAKNA RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT DI ZAMAN MODERN adalahbenar-benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapatkesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

    Bandar Lampung, 07 Juli 2013

    Yang Menyatakan,

    Muhammad JayusNPM. 1123010014

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    3/158

    iii

    ABSTRAK

    Zakat terkait dengan ibadahmaliyyahyang merupakan perpanjangan tanganorang-orang kaya kepada fakir untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakankemaslahatan umum. Zakat juga termasuk hal yang menjadi sebab kepemilikan yangtermasuk dalam kategori penguasaan harta bebas. Zakat merupakan salah satukewajiban yang wajib ditunaikan bagi umat Islam. Selain guna membersihkan harta,zakat juga memiliki fungsi sosial, ini dapat dilihat dari penyaluran distribusi zakatyang mencakup delapanasnaf(as}na>f s\ama>niyah), yaitu: faki r, miskin, ami l, mual laf,riqa>b, g\o>rim, f i>sabi>lillahdan ibnu sabi>l.Riqa>bsebagai salah satu golongan penerimazakat, telah mengalami sejarah yang panjang, sebagai produk dari sistem sosial yanglazim diterapkan pada masa lalu, tanpa ada pertimbangan sisi kemanusiaan. Maka

    kemudian Islam datang dengan syariatnya yang mulia, memiliki misi untukmenghapus perbudakan yang pada masa itu telah berakar dalam masyarakat.Tentunya hal ini tidak serta merta dilakukan, akan tetapi berangsur-angsur (tadarruj)dalam menghapus perbudakan, sehingga sedikit demi sedikit sistem perbudakanlenyap dari muka bumi. Sistem perbudakan saat ini telah lenyap, konsep dankedudukan riqa>bsebagai mustahikzakat pun harus juga dikaji, mengingat zamandan waktu yang terus berubah menuntut para fuqoha> untuk dapat terus melakukanijtihad, supaya hukum Islam tetap dapat beradaptasi dalam setiap zaman dan waktu(s}oh}i>h}li kull i zama>n wa maka>n).

    Golongan budak ini mencakup budak mukattab dan budak biasa. Budak

    mukattab adalah budah yang telah dijanjikan oleh tuannya akan dimerdekakan bila

    telah melunasi harga dirinya yang telah ditetapkan. Dengan harta zakat, budakmukatab dibantu membebaskan diri dari belenggu perbudakan. Adapun budak biasa,dengan harta zakat dibebaskan dengan membeli budak itu dari tuannya.

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Jenis penelitian ini adalah

    penelitian kepustakaan (library research). Yaitu penelitian yang menggunakanbuku-buku sebagai sumber datanya. Penelitian ini menggunakan metode analisa

    kualitatif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    induktif, yaitu pengambilan pemahaman dan cara saling melengkapi antara prosesanalisa yang berangkat dari peristiwa khusus kemudian diambil kesimpulan secara

    umum. Sehingga diharapkan dapat memperjelas gambaran umum tentang riqab

    sebagai mustahikzakat di zaman modern.

    Pemaknaan terhadap riqab sebagai mustahik zakat di zaman kontemporeryaitu : segala bentuk perbudakan / pembelengguan terhadap kebebasan umatmanusia, seperti halnya terbebas dari belenggu tingkah laku, berekspresi, berfikirdan berkarya.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    4/158

    iv

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Judul Tesis : REINTERPRETASI MAKNA RIQAB SEBAGAI

    MUSTAHIK ZAKAT DI ZAMAN MODERN

    Nama Mahasiswa : Muhammad Jayus

    NPM : 1123010014

    Jurusan : Ilmu Syariah

    Program Studi : Hukum Keluarga Syariah

    Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian tertutup pada program pascasarjana

    Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.

    Bandar Lampung, April 2012

    KOMISI PEMBIMBING

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. H. Achmad Asrori, MA. Dr. Alamsyah, M.Ag.

    NIP. 195507101985031003 NIP. 197009011997031002

    Mengetahui,

    Ketua Prodi Hukum Keluarga Syariah

    Dr. Alamsyah, M.Ag.NIP. 197009011997031002

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    5/158

    v

    PERSETUJUAN

    Tesis yang berjudul : REINTERPRETASI MAKNA RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK

    ZAKAT DI ZAMAN MODERN, ditulis oleh : Muhammad Jayus, NPM.

    1123010014, telah diujikan dalam ujian tertutup dan disetujui untuk diajukan dalam

    ujian terbuka pada Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung.

    Tim Penguji

    Ketua : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag. ()

    Sekretaris : Dr. Alamsyah, M.Ag. ()

    Penguji I : Prof. Dr. H. Suharto, SH., MA. ()

    Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA. ()

    Tanggal Ujian tertutup pada : 08 Mei 2013

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    6/158

    vi

    PENGESAHAN

    Tesis yang berjudul : REINTERPRETASI MAKNA RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK

    ZAKAT DI ZAMAN MODERN, ditulis oleh : Muhammad Jayus, NPM.

    1123010014, telah diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana IAIN

    Raden Intan Lampung.

    Tim Penguji

    Ketua : Dr. Hasan Mukmin, M.Ag. ()

    Sekretaris : Dr. Alamsyah, M.Ag. ()

    Penguji I : Prof. Dr. H. Suharto, SH., MA. ()

    Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA. ()

    Direktur Program Pascasarjana

    IAIN Raden Intan Lampung

    Prof. Dr. H. M. Nasor, M.Si.

    NIP. 195707151987031003

    Tanggal Ujian Terbuka pada : 07 Juli 2013

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    7/158

    vii

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    A. Konsonan

    Arab Indonesia Arab Indonesia

    = a = th

    = b = zh

    = t =

    = ts = gh

    = j = f

    = = q

    = kh = k

    = d = l

    = dz = m

    = r = n

    = z = w

    = s = h= sy = '

    = sh = y

    = dh

    B. Konsonan Rangkap

    Konsonan rangkap (tasydd) ditulis rangkap. Contoh:

    = muqaddimah

    =Al-munawwarah

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    8/158

    viii

    C. Vokal

    1. Mdatau vokal panjang

    = a panjang = i panjang = u panjang

    2. Diftong atau vokal rangkap

    = aw

    =

    = ay

    = i

    D. Ta' Marbuthah( )

    Transiletrasi terhadap kata (al-kalimah) yang berakhiran ta' marbthah( )

    dilakukan dengan dua bentuk sesuai dengan fungsinya sebagai shifah (modifier) atau

    idhafah (genitive). Untuk kata yang berakhiran ta' marbthah ( ) yang berfungsi

    sebagai shifah (modifier) atau berfungsi sebagai mudhaf i laih, maka " "

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    9/158

    ix

    ditransliterasikan dengan " h ". Sementara yang berfungsi sebagai mudhaf, maka " "

    ditransliterasikan dengan " t ".

    E. Penulisan "Al-"

    Kata sandang( ) ditulis dengan tanda Al- jika berhadapan dengan huruf-

    huruf qamariyyah, sedangkan jika berhadapan dengan huruf-huruf syamsiyyah ditulis

    menyesuaikan dengan huruf syamsiyyah yang dihadapi.

    Contoh:

    = Al-Madnah

    = At-Tasbh bukan Al-Tasbh

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    10/158

    x

    SINGKATAN YANG DIGUNAKAN

    a.s. = 'Alayh al-salam

    H. = Hijriyah

    h. = Halaman

    HR. = Hadis Riwayat

    M. = Masehi

    r.a. = Radhiyallahu 'anhu / 'anha

    SAW. = Shallallahu 'alayh wa sallam

    SWT. = Subhnahu wa ta'l

    t.tp. = Tanpa tempat terbit

    t.p. = Tanpa penerbit

    t.th. = Tanpa tahun

    cet. = Cetakan

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    11/158

    xi

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan hidayah, taufk

    dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Shalawat dan

    salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang

    telah mewariskan dua sumber cahaya kebenaran dalam perjalanan manusia hingga

    akhir zaman yaitu Al-Quran dan Hadis.

    Penilisan tesis ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat

    ntuk memperoleh Gelar Magister dalam ilmu Syariah Program Pascasarjana IAIN

    Raden Intan Lampung.

    Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag, selaku Rektor IAIN Raden Intan

    Lampung beserta staf pimpinan dan karyawan yang telah berkenan

    memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis.

    2. Bapak Prof. Dr. H.M. Nasor, M.Si. selaku Direktur Program Pascasarjana

    IAIN Raden Intan Lampung beserta staf pimpinan dan karyawan yang telah

    berkenan memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis.

    3. Bapak Dr. Alamsyah, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga

    Syariah Program Pascasarjana IAIN Raden Intan Lampung yang telah

    berkenan memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    12/158

    xii

    4. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA., selaku pembimbing I dan Bapak Dr.

    Alamsyah, M.Ag., selaku pembimbing II yang yang dengan susuah payah

    telah memberikan bimbingan dan pengarahan secara ikhlas dalam

    penyelesaian tesis ini.

    5. Kepala staf Perpustakaan Program Pascasarjana, Perpustakaan Pusat IAIN

    Raden Intan Bandar Lampung beserta staf karyawan yang telah berkenan

    memberikan informasi mengenai buku-buku yang ada di Perpustakaan selama

    penulis mengadakan penelitian.

    6. Dosen-dosen yang tidak tersebutkan namanya, yang selalu setia untuk menjadi

    teman diskusi bagi mahasiswa.

    7. Teman-teman seperjuanganku terutama prodi Ilmu Syariah, Konsentrasi

    Hukum Keluarga Syariah angkatan 2011 (Adi Wijaya, Agus Hermanto,

    Agus Taufikur Rahman, Anjar Rohmi, Banun Amariyah, Hayatul Kirom,

    Hendriyadi, Miftahuddin, Mirza Alwanda, Muhtadi, Mukhlisin, Muslim,

    Nazarudin, Rahmawati, Rudi Santoso, Sobri, Soleh Baijuri, Sumarni, Toha

    Maarif dan Yubsir, yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam

    penulisan tesis ini.

    Semoga amal dan jasa, bantuan dan petunjuk serta dorongan yang telah

    diberikan dicatat oleh Allah SWT, sebagai amal shalih dan memperoleh ridha-Nya.

    Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan

    banyak kekurangan di sana sini karena keterbatasan referensi dan ilmu yang penulis

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    13/158

    xiii

    miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun

    dari pata pembaca untuk demi penyempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini

    dapat bermanfaat dan menjadi amal shalih. Amiin Ya Rabbal Alamin.

    Bandar Lampung, 07 Juli 2013

    Penyusun,

    Muhammad Jayus

    NPM.1123010014

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    14/158

    xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................ .................... i

    HALAMAN ORISINALITAS ..................................................................... ii

    ABSTRAK ................................................................ ..................................... iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iv

    PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................ v

    PENGESAHAN ................................................................ ............................. vi

    PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ .. vii

    KATA PENGANTAR ................................................................ ................... xi

    DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv

    BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

    B. Identifikasi dan Batasan Masalah . ............................................... 11

    C. Rumusan Masalah . ....................................................................... 12

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 12

    E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13

    F. Kerangkan Pikir ............................................................................ 13

    G. Metode Penelitian ......................................................................... 18

    H. Sistematika Pembahasan . ............................................................. 23

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    15/158

    xv

    BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG RIQAB ................................... 25

    A. Pengertian dan Sejarah Riqab................................................... 25

    1. Pengertian Riqab ....................................................................25

    2. Sejarah Riqab .......................................................................... 32

    B. Dinamika Hukum Islam ............................................................ 51

    C. Riqab dalam teks-teks hukum Islam ........................................ 65

    1. Al-Qur'an ................................................................................65

    2. Al-Hadits ................................................................................67

    3. Buku-buku / literature klasik .................................................. 68

    BAB III: RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT ................................ 71

    A. Pandangan Fuqaha Klasik ......................................................... 71

    1. Mazhab Hanafi ....................................................................... 72

    2. Mazhab Syafii ....................................................................... 76

    3. Mazhab Maliki ....................................................................... 80

    4. Mazhab Hanbali ..................................................................... 81

    B. Pandangan Fuqaha Kontemporer ............................................. 83

    1. Rasyid Ridha .......................................................................... 83

    2. Sayyid Quthb .......................................................................... 87

    3. Yusuf al Qaradhawi ................................................................ 94

    4. Wahbah Zuhaily ..................................................................... 105

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    16/158

    xvi

    BAB IV: PEMAKNAAN ULANG RIQAB SEBAGAI MUSTAHIK ZAKAT

    PADA ZAMAN MODERN ........................................................... 110

    BAB V : PENUTUP ...................................................................................... 133

    A. Kesimpulan ................................................................................... 133

    B. Rekomendasi ............................................................................... 133

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 135

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    17/158

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Al-Quran merupakan mujizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu

    diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan oleh Allah swt. kepada

    Rasulullah Muhammad saw. untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang

    gelap menuju yang terang serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.

    Rasulullah saw. menyampaikan Quran itu kepada para sahabatnya (orang-orang

    Arab asli) sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka.

    Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka

    menanyakannya kepada Rasulullah saw.1

    Al-Quran membimbing manusia kepada kebahagiaan. Ia mengajarkan

    kepercayaan yang sejati, akhlaq yang mulia dan perbuatan-perbuatan yang benar

    yang menjadi dasar kebahagiaan individu dan kelompok umat manusia.2

    Al-

    Qur'an berisi norma-norma yang menyangkut keseluruhan aspek kehidupan

    manusia. Manusia, baik secara individual maupun kolektif mernpunyai

    tanggungjawab khusus untuk tunduk kepada aturan-aturan normatif al-Qur'an

    dalam keseluruhan aspek kehidupannya, sehingga diharapkan tidak ada perbedaan

    1Manna al Qathan, Studi I lmu-Ilmu Qur an, Alih bahasa Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka LiteraAntarNusa, 2007), h.1

    2Muhammad Chirzin, A l Qur an dan U lum al-Qur an(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,1998), h.4

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    18/158

    2

    patokan norma yang sifatnya kontradiktif antara satu segi kehidupan dengan segi

    kehidupan lainnya.

    Salah satu norma hukum yang disebutkan al-Qur'an secara eksplisit

    adalah hukum kewajiban membayar zakat. Kewajiban adanya zakat berkaitan

    dengan kekhalifahan, kepemilikan, dan penggunaan harta dalam Islam. Ketiga

    hal tersebut saling berkaitan dan memiliki implikasi fungsional bagi manusia. Di

    samping berfungsi untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, juga untuk

    meningkatkan pengabdian kepada Allah swt. melalui sarana beramal, baik yang

    mahdhah maupun ghair mahdhah.

    Tugas kekhalifahan manusia, secara umum, adalah mewujudkan kemakmuran

    dan kesejahteraan dalam kehidupan serta pengabdian atau ibadah dalam arti luas.

    Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah swt. memberikan manusia anugerah

    sistem kehidupan dan sarana kehidupan.3

    Harta sebagai sebuah sarana bagi manusia, dalam pandangan Islam,

    merupakan hak mutlak milik Allah swt. Kepemilikan manusia bersifat relatif,

    hanya sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai

    3QS. Luqman (31) : 20

    Artinya : Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk

    (kepenti ngan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni kmat -

    Nya lahir dan bat in. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) All ah tanpa i lmu

    pengetahuan atau petunjuk dan tanpa K itab yang memberi penerangan. L ihat : Departemen AgamaR.I, A l-Qur'an dan Terjemahannya, (Toha Putra, Semarang, 1989), h.655

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    19/158

    3

    dengan ketentuannya.4

    Harta yang dianggap sebagai perhiasan hidup yang

    memungkinkan manusia bisa menikmatinya dan sebagai bekal ibadah dapat pula

    sebagai ujian keimanan. Adanya ujian merupakan satu bentuk penilaian

    terhadap kesadaran kepatuhan dan pengakuan bahwa, apa yang dimilikinya benar-

    benar merupakan karunia dan kepercayaan dari Allah swt. bagi yang

    menerimanya. Untuk itu, kewajiban zakat merupakan suatu yang alamiah bagi

    kehidupan manusia. Sebab, zakat yang diberikan atau dikeluarkan oleh seseorang

    dari harta yang diperolehnya, pada hakikatnya, dikembalikan kepada pemilik

    utamanya, yaitu Allah swt.

    Pada dasarnya, Allah swt. sendiri memberi kebebasan kepada manusia untuk

    menggunakan apa yang diperoleh dari karunia-Nya. Namun ditegaskan bahwa,

    karena dia bukanlah satu-satunya khalifah dan karenanya terdapat jutaan manusia

    lain yang berkedudukan sama sebagai khalifah, mereka juga mempunyai hak yang

    sama. Untuk itu, dalam proses pendayagunaan karunia Tuhan perlu dilakukan

    dengan cara yang efisien dan adil, agar manusia yang lainnya mendapatkan

    kemakmuran sebagaimana yang diperolehnya. Pada dataran ini, solidaritas sosial

    merupakan bagian lain dari dasar adanya kewajiban zakat. Zakat adalah ibadah

    yang mengandung dua dimensi, yaitu dimensi hablumminallah atau dimensi

    4QS. Al Hadiid (57) : 7

    Artinya : Berimanlah kamu kepada Al lah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari

    hartamu yang A ll ah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di

    antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. AlHadiid : 7) Lihat, Ibid, h. 901

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    20/158

    4

    vertikal dan dimensi hablumminannas, atau dimensi horizontal.5 Islam

    menempatkan harta sebagai amanat (titipan) Allah swt. kepada manusia untuk

    dinikmati dan dimanfaatkan dalam kehidupan yang bersifat sementara di dunia

    ini. Sebagai amanat dari Allah swt., harta benda itu harus dipergunakan sesuai

    dengan ketentuan-ketentuan pemberi amanat, sebab pada akhirnya penggunaan

    amanat itu akan dimintai pertanggung jawabannya.6

    Hal ini dikenal sebagai

    norma istikhlafdalam Islam.7

    Zakat terkait dengan ibadah maliyyah yang merupakan perpanjangan tangan

    orang-orang kaya kepada fakir untuk memenuhi kebutuhan dan menciptakan

    kemaslahatan umum.8 Zakat juga termasuk hal yang menjadi sebab kepemilikan

    yang termasuk dalam kategori penguasaan harta bebas.9

    5

    Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005),cet. ke-2, h. v.

    6Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi I slam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI press) cet ke-2,h. 31

    7Norma istikhlaf menyatakan bahwa apa yang dimiliki manusia hanyalah titipan Allah.Adanya norma istikhlaf ini makin mengukuhkan norma ketuhanan dalam ekonomi Islam. Untukselengkapnya lihat Buku Yusuf al-Qaradhawi, Norma dan Et ika Ekonomi Islam, (J akarta: GemaInsani Press, 1997), cet. ke-1, h. 40-47.

    8Mahmud Syaltut, Islam : Aqidah wa Syari ah, (t.t.p : Dar al Qalam, 1988), h. 98

    9

    Sebab-sebab kepemilikan ada empat macam: ihraz al mubahat(penguasaan harta bebas),at-Tawallud(berkembang biak), al-Khalafiah(penggantian), sedangkan al-Khalafiahterdiri daridua macam, pertama: penggantian milik seseorang oleh orang lain, misalnya waris. Kedua:penggantian benda atas benda yang lainnya, misalnya tadhmin(pertanggungan) dan tawidh(pengganti kerugian) dan yang terakhir adalah al-Aqd(pertalian antara ijabdan qabul). Untuk lebihlengkapnya baca: Ghufron A Masadi, Fiqh M uamalah Kontekstual, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2002), hlm. 56-63. Sebagian ulama berpendapat bahwa zakat termasuk kepemilikan yangsifatnya harus dan sebagian lagi berpendapat bahwa zakat merupakan kepemilikan yang sifatnyapilihan seperti, penguasaan atas barang yang mubah, transaksi- transaksi dengan berbagai bentuk

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    21/158

    5

    Dalam semangat dan etos kerja yang diajarkan oleh agama Islam bahwa setiap

    muslim hendaknya menyadari dan berkeyakinan, bahwa harta yang dicarinya,

    tidak hanya untuk kepentingan pribadi semata, tetapi untuk kepentingan yang

    lebih luas lagi, seperti untuk kepentingan fakir miskin, pembangunan masjid,

    sekolah, rumah sakit, dan kepentingan sosial lainnya.10

    Seperti dijelaskan dalam Al-Quran:

    Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

    orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk

    hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan

    Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan

    yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana11

    .12

    (Qs. At taubah (9) : 60)

    dan macamnya. Dapat dilihat dalam Abdul Hamid al Mahmud al- Bali, Ekonomi Zakat; SebuahKajian Moneter Dan Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 47-66

    10M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2006) h.11.

    11Yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidakmempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidakcukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugasuntuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islamdan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup

    juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yangberhutang Karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapunorang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat,walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahananIslam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup

    juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orangyang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

    12Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit ., h. 288

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    22/158

    6

    Allah swt. telah menetapkan dalam al-Qur'an bahwa yang berhak menerima

    zakat itu ada delapan kelompok atau yang lebih dikenal dengan sebutan ashnaf as

    samaniyyah. Yaitu adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fii

    sabilillah dan ibnu sabil. Jika delapan kelompok yang tersebut dalam surat at-

    Taubah ayat 60 itu dapat dikelompokkan lagi akan terdapat tiga hak dalam zakat,

    yaitu pertama hak Allah SWT., kedua hak fakir miskin dan ketiga hak

    masyarakat.13 Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar, dari delapan golongan tersebut

    terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu:

    a. Golongan yang mengambil hak zakat untuk menutupi kebutuhan mereka,

    seperti fakir, miskin, hamba sahaya, ibnu sabil,b. Golongan yang mengambil hak zakat untuk memanfaatkan harta tersebut,

    seperti pegawai zakat, muallaf, orang yang mempunyai banyak utang,

    perang di jalan Allah swt.14

    Dalam perkembangannya, konsep mustahik serta aplikasinya pada saat ini

    perlu dicermati karena kondisi yang berkembang terkait dengan perubahan

    zaman, sehingga perlu adanya upaya penggalian hukum untuk menyikapi

    perkembangan zaman agar hukum Islam tetap dapat beradaptasi dengan waktu

    dan tempat (shahih li kulli zaman wa makan). Hal ini menyebabkan

    kelangsungan ashnaf dalam dataran aplikatif seringkali tidak menentu. Apalagi

    13Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, h.48.

    14Dikutip oleh Abdul Hamid Mahmud Al Bali, Ekonomi Zakat; Sebuah Kajian MoneterDan Keuangan Syari ah, h.68-69.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    23/158

    7

    konteks zakat sendiri selama ini tidak lebih diproyeksikan sebagai lembaga

    karitas, yakni sebuah hubungan belas kasihan antara si kaya dengan si miskin.

    15

    Zakat dapat merubah status hamba sahaya menjadi merdeka dengan upaya

    meningkatkan produktifitas terhadap unsur-unsur baru yang sulit untuk

    diberdayakan.16

    Riqab merupakan salah satu mustahik zakat yang dimaknai secara khusus

    yaitu memerdekakan budak, budak di sini diartikan sebagai mereka yang menjadi

    tawanan akibat perang yang dibenarkan secara syariat atau mereka yang

    merupakan keturunan budak pula. Sebagian besar ulama mazhab sepakat yang

    dimaksud dengan riqab adalah budak mukatab.17 Golongan Syafiiyyah

    mengartikan riqab juga dengan budak mukatab akan tetapi dengan penyertaan

    syarat-syarat tertentu, hanya golongan Malikiy saja yang berpendapat bahwa arti

    riqab dalam konteks mustahik zakat disini adalah budak secara umum, tidak

    terkait apakah ia mukatab atau tidak. Sebagaimana firman Allah:

    15

    Muslim Abdurrahman, Islam T ransformati f, cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1995), h.19

    16Ilyas Supena & Darmuin,Manajemen Zakat, (semarang : Walisongo Press, 2009), h.74

    17Budak mukatabyaitu budak yang mengadakan perjanjian, yang mengharuskan dia untukmembayar sejumlah harta atau semacamnya kepada tuannya agar bisa dibebaskan. Baca: al-Ha>fiz}Syiha>b ad-Di>n Ahmad ibn Ali>ibn Hajar al-Asqalani, Iba>nat al-A hka>m; Syarh Bulugh al M aram,Beirut: Dar al-Fikr, 2004), IV: 314.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    24/158

    8

    Artinya : Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga

    kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya.

    dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah

    kamu buat perjanjian dengan mereka18, jika kamu mengetahui ada kebaikan

    pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang

    dikaruniakan-Nya kepadamu19

    . dan janganlah kamu paksa budak-budak

    wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini

    kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa

    yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun

    lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu20.21 (QS. An

    Nuur (24) : 33)

    Penafsiran konvensional terhadap ar-Riqab (memerdekakan budak) sebagai

    kalangan yang berhak menerima zakat, yakni tuan si budak yang akan menjual

    budak tersebut kepada orang yang akan membelinya untuk dimerdekakan atau

    18salah satu cara dalam agama Islam untuk menghilangkan perbudakan, yaitu seorang hamba

    boleh meminta pada tuannya untuk dimerdekakan, dengan perjanjian bahwa budak itu akan membayar

    jumlah uang yang ditentukan. Pemilik budak itu hendaklah menerima perjanjian itu kalau budak itu

    menurut penglihatannya sanggup melunasi perjanjian itu dengan harta yang halal.

    19untuk mempercepat lunasnya perjanjian itu hendaklah budak- budak itu ditolong dengan harta

    yang diambilkan dari zakat atau harta lainnya.

    20Maksudnya: Tuhan akan mengampuni budak-budak wanita yang dipaksa melakukan

    pelacuran oleh tuannya itu, selama mereka tidak mengulangi perbuatannya itu lagi.

    21Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 549

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    25/158

    9

    orang yang akan menerima ganti kemerdekaan budak itu . Untu itulah para pihak

    yang berbuat demikian itu yang berhak mendapatkan bagian zakat.

    22

    Sedangkan menurut Rasyid Ridha konsep riqab masa sekarang ini tidak hanya

    diartikan sebagai budak saja akan tetapi luas, boleh dipergunakan untuk

    membantu suatu bangsa yang ingin melepaskan dirinya dari penjajahan, apabila

    tidak ada sasaran membebaskan perseorangan.23

    Pendapat itu diperkuat oleh Mahmud Syaltut yang menyatakan bahwa apabila

    perbudakan secara perorangan telah habis, ada jenis perbudakan lain yang lebih

    berbahaya bagi kemanusiaan, yaitu perbudakan bangsa, baik dalam cara berpikir,

    ekonomi, kekuasaan maupun kedaulatannya. Perbudakan perseorangan bisa

    lenyap disebabkan matinya orang tersebut, sedangkan negaranya tetap merdeka,

    dapat diurus oleh orang-orang pintar yang bebas merdeka. Akan tetapi

    perbudakan terhadap suatu bangsa, akan melahirkan generasi yang keadaannya

    seperti nenek moyangnya, yaitu tetap berada dalam perbudakan yang umum dan

    kekal, merusak umat dengan kekuatan yang penuh kezaliman. Dengan demikian

    betapa pentingnya melakukan usaha dan kegiatan untuk menghilangkan

    22M. Jawad Maghniyyah, Tafsir al-Kasysyaf, Jilid IV, (Darul I lmi Lil Alamin, tt), hal. 60.Ibnu Katsir, Tafsir Ibn Katsir, Jilid II (Darul Fikr, 1980), hal. 366. Ahmad Mustofa al-Maraghi, Tafsiral-Maraghi,J ilid IV (Darul Fikr, tt), h. 144 .

    23Muhammad Rasyi>d Rida, Tafsir al-Qur an al-H akim Syahir bi Tafsir al-M anar(Beirut: Da>ral-Marifah, t.t.), X: 515

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    26/158

    10

    perbudakan dan penghinaan bangsa, bukan hanya sekedar dengan harta saja,

    akan tetapi dengan seluruh harta dan raga.

    24

    Berdasarkan hal di atas maka pada dasarnya pemaknaan riqab terbagi menjadi

    dua, pertama golongan yang memaknai riqab sebagai budak secara umum atau

    khusus budakmukatab yang hal ini diwakili oleh ulama-ulama mazhab dan yang

    kedua adalah golongan yang memaknai riqab tidak hanya sebagai budak akan

    tetapi memperluasnya mencakup hal-hal seperti pembebasan tawanan perang,

    pembebasan suatu bangsa dari penjajahan, baik penjajahan secara fisik maupun

    secara psikis seperti pikiran dan mental yang diwakili oleh Muhammad Rasyid

    Ridha dan Mahmud Syaltut.

    Ulama tafsir dalam menjelaskan ayat yang berkaitan dengan riqab tentu tidak

    jauh dari metodologi yang jelas, seperti halnya yang dilakukan oleh ulama tafsir

    era klasik, Imam Ath Thabari. Dalam penjelasan mengenai ayat yang berkaitan

    dengan hukum pembagian zakat, Imam ath-Thabari ketika meneliti setiap tema

    perbahasannya yang bertumpu kepada pendapat-pendapat (atau metode tafsiran)

    yang dikuatkan dengan sanad-sanad dari ayat, hadis dan atsar-atsar para salaf

    pada setiap ayat al-Quran, sehingga mencakupi seluruh pendapat yang ada dari

    kalangan salaf. Sekaligus menjadi penjelas bahwa Tafsir beliau adalah Tafsir bil

    matsur yang mengemukakan metode tafsiran ayat berdasarkan hadis-hadis dan

    kefahaman para salaf dari kalangan sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in.

    24Mahmud Syaltut, Islam; Aqidah wa Syari ah, hlm. 111

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    27/158

    11

    Sedangkan pada era modern, seperti penafsiran yang dilakukan oleh Rasyid

    Ridha dalam tafsirnya al Manar terhadap ayat yang berkaitan dengan riqab lebih

    mengarah kepada kontekstualnya, karena era sekarang sudah tidak ada lagi

    perbudakan.

    Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam

    mengenai makna riqab sebagai mustahik zakat pada zaman modern.

    B. Identifikasi dan Batasan Masalah

    1. Identifikasi Masalah

    a. Riqab secara klasik dimaknai sebagai pembebasan budak belian.

    b. Pada masa saat ini (modern) perbudakan sudah tidak ada lagi.

    c. Pemaknaan ulang terhadap makna riqab zakat pada masa kini sangat

    diperlukan.

    2. Batasan Masalah

    Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan agar

    pembahasan yang ada tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok

    permasalahan, disamping itu juga untuk mempermudah melaksanakan

    penelitian. Oleh sebab itu maka penulis membatasi penelitian dengan hanya

    membahas permasalahan tentang reinterpretasi riqab sebagai mustahik zakat

    di zaman modern.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    28/158

    12

    C. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang penelitian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah

    sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah konsep riqab sebagai mustahik zakat secara umum?

    2. Bagaimanakah makna riqab sebagai mustahik zakat di zaman modern?

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Berdasarkan dari rumusan masalah yang ada maka pada pembahasan

    selanjutnya perlu diketahui tentang tujuan dan kegunaan penelitian.

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui bagaimana konsep riqab sebagai mustahikzakat secara

    umum

    b. Untuk mengenalisa bagaimana pemaknaan terhadap riqab sebagai

    mustahikzakat di zaman modern.

    c. Untuk memberikan penjelasan mengenai makna riqab sebagai mustahik

    zakat di zaman modern.

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Sebagai sarana untuk mempelajari interpretasi atau pemaknaan tentang

    riqab yang telah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu,

    b. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada prodi ilmu

    syariah

    c. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap kajian riqab di zaman modern.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    29/158

    13

    E. Tinjauan Pustaka

    Permasalahan mustahik zakat sudah banyak yang membahas dalam kitab-

    kitab fiqih, baik klasik maupun modern, namun belum banyak yang secara

    spesifik membahas mengenai permasalahan riqab sebagai mustahik. Maka dari

    itu, penulis mencoba untuk membahas permasalahan tersebut.

    Penulis menemukan beberapa penelitian yang pernah ditulis terkait dengan

    pembahasan yang sedang diteliti, penulis menjumpai hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Muhammad Arif dengan judul Konsep Riqab dan

    kontekstualisasinya sebagai mustahik zakat (studi pemikiran yusuf al

    Qaradhawi)25 pada tahun 2008. Buku Manajemen Zakat yang ditulis oleh Dr.

    Ilyas Supena, M.Ag., dan Drs. Darmuin, M.Ag. (2009).26

    Buku Zakat dalam

    Perekonomian Modern yang ditulis oleh Didin Hafidhuddin. juga dibahas

    mengenai riqab.27 Dalam penelitian tersebut, belum secara spesifik dijelaskan

    bagaimana pemaparan yang dilakukan ahli tafsir mengenai ayat hukum yang

    berkaitan dengan pembagian mustahik zakat, terkhusus mengenai riqab sebagai

    mustahikzakat di zaman modern.

    F. Kerangka Pikir

    Hukum Islam mempunyai sifat sempurna karena hukum Islam ditentukan

    25Muhamad Arif, Konsep Riqab dan kontekstualisasinya sebagai mustahik zakat (studipemikiran yusuf al Qaradhawi), (Yogyakarta : Fakulta Syariah, 2008), tidak diterbitkan.

    26Ilyas Supena & Darmuin, Manajemen Zakat, Loc. Cit .

    27Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002),

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    30/158

    14

    dalam bentuk yang umum dan garis besar permasalahan, seperti prinsip tentang

    meniadakan kepicikan, tidak memberatkan, memperhatikan kemaslahatan

    manusia, keadilan dan lain sebagainya. Prinsip ini bersifat tetap, tidak berubah

    karena berubahnya waktu dan perbedaan tempat. Hukum Islam bersifat elastis

    karena meliputi segala bidang dan lapangan kehidupan manusia, permasalahan

    kemanusiaan, kehidupan jasmani dan rohani, hubungan sesama makhluk dan

    khalik serta tuntunan hidup di dunia dan akhirat terkandung di dalam ajarannya.

    Hukum Islam bersifat universal dan dinamis, karena hukum Islam meliputi

    seluruh alam tanpa tapal batas. Tidak dibatasi pada daerah tertentu seperti ruang

    lingkup ajaran Nabi-nabi sebelumnya. Ia berlaku bagi orang arab dan Ajam

    (non Arab), kulit putih maupun kulit hitam. Universalitas hukum Islam ini sesuai

    dengan pemilik hukum itu sendiri yang kekuasaannya tidak terbatas. Di samping

    itu hukum Islam mempunyai sifat dinamis yaitu sesuai dan cocok untuk semua

    zaman dan keadaan.

    Dalam kajian hukum Islam, ada beberapa istilah yang dipakai untuk merujuk

    pemaknaan hukum yaitu istilah syarih dan fiqih. Hukum Islam yang berdimensi

    syarih bersifat konstan, telah sempurna tetap berlaku universal sepanjang

    zaman, tidak mengenal perubahan dan tidak disesuaikan dengan situasi dan

    kondisi.28 Adapun hukum Islam yang berdimensi fiqih bersifat akurat fleksibel-

    28Bustanul Arifin. : Pemiki ran dan Perannya dalam Pengembangan Hukum Islam dalamSistem Hukum Nasional di Indonesia. Dalam Amrallah Ahmad. Prospek Hukum Islam dan kerangkaHukum Nasional di Indonesia.Jakarta: PP IKAHA. 1994. h 37

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    31/158

    15

    elastis tidak berlaku universal, mengenal perubahan serta dapat disesuaikan

    dengan situsi dan kondisi. Oleh karena itu fiqih dapat berbeda dari masa ke

    masa.29

    Perubahan dalam hukum Islam bukan berarti dengan pembatalan dalam

    konsepsi hukum Islam, walaupun pembatalan terjadi dalam syariat (Hukum

    Islam) yang juga dikaitkan dengan kemaslahatan, namun nasakh (pembatalan)

    tidak berlaku lagi setelah diturunkannya al-Quran sebagai wahyu yang terakhir.

    Karena pembatalan menyangkut eksistensi eks ayat (nash), di mana nash yang

    datang belakangan membatalkan nash yang terdahulu. Sementara nash perubahan

    hukum Islam adalah pengamalan dan penerapan nash yang sudah ada, dengan

    mempertimbangkan situasi nash tersebut dan dikaitkan dengan kepentingan dan

    kemaslahatan yang sifatnya situasional dengan tanpa mengubah nash itu

    sendiri.

    30

    Secara faktual, perbudakan eksis jauh sebelum ia mencapai skala besar

    melintasi Atlantik lima abad lalu. Bangsa Mesir, Babilonia, Yunani, Persia dan

    Romawi semuanya melakukan praktik perbudakan. Pada Abad Pertengahan,

    seluruh jaringan Arab yang tumbuh di Sahara dan seputar sungai Nil, mengambil

    para budak dari jantung Afrika.

    Maka ketika Islam datang, salah satu misinya adalah bertujuan untuk

    29Ibid, h. 38

    30Amir Nuruddin, Ij ti had Umar i bn al-K hatt ab Studi tentang Perubahan Hukum Dalam I slam,cet. ke-1 (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 175

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    32/158

    16

    menghapus perbudakan yang saat itu telah menjadi simbol kekayaan pribadi,

    Namun Islam tidak secara drastis mengubah kondisi perbudakan yang sudah

    mapan di zaman jahiliyah tersebut. Al-Quran berupaya secara bertahap dan

    sistematis menghapus sistem perbudakan melalui berbagai syariatnya. Misalnya,

    bagi orang yang menzhihar istrinya, hukuman yang pertama adalah

    memerdekakan budak,31

    kemudian apabila seseorang melanggar sumpahnya

    sendiri, hukuman yang pertama diberikan adalah memerdekakan budak.32 Bagi

    orang yang melakukan hubungan suami istri di siang hari pada Bulan Ramadhan,

    hukuman pertamanya adalah memerdekakan budak.

    Tujuan syariat dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk

    31QS. An Nisa (4) : 92

    Artinya : Dan t idak l ayak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),kecuali Karena tersalah (T idak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah

    (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang

    diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh it u), kecuali ji ka mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.

    ji ka ia (si terbunuh) dari kaum (kafi r) yang ada perjanji an (damai) antara mereka dengan kamu, Maka

    (hendakl ah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) sert a

    memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang t idak memperolehnya, Maka

    hendakl ah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan bert urut -turut untuk penerimaan Taubat dari padaA ll ah. dan adalah A ll ah Maha mengetahui lagi M aha Bij aksana.

    32QS. Al Maidah (5) : 98

    Artinya : Ketahuil ah, bahwa Sesungguhnya A llah amat berat siksa-Nya dan bahwa

    Sesungguhnya A ll ah Maha Pengampun lagi MahaPenyayang.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    33/158

    17

    kemaslahatan manusia secara keseluruhan, baik dunia maupun akhirat.

    Kemaslahatan tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu dharuriyat, hajiyyatdan

    tahsiniyat. Sedangkan dharuriyat tersebut terkenal dengan al Maqashid al-

    Khamsah (lima tujuan dasar syariat Islam), lima tujuan tersebut diarahkan untuk:

    1. Memelihara kemaslahatan agama,

    2. Memelihara jiwa,

    3. Memelihara akal,4. Memelihara keturunan dan

    5. Memelihara harta benda.33

    Terkait dengan masalah zakat terutama mengenai riqab sebagai mustahik

    zakat, perkembangan zaman dan perubahan situasi serta kondisi berpengaruh

    dalam zakat baik objek maupun subjek zakat itu sendiri. Terutama riqab yang

    berhubungan dengan sejarah maka posisi riqab dalam dataran aplikatif harus

    dipertegas, konsep maupun kedudukannya sebagai mustahik zakat di masa

    sekarang, karena saat ini perbudakan telah dihapuskan sehingga perlu dikaji

    konsep riqab di masa sekarang serta kedudukannya selaku objek penyaluran

    zakat. Sejarah mencatat bahwa Umar bin Khattab pernah tidak memberikan

    bagian muallafdikarenakan alasan politis.34

    Sebab turunnya suatu ayat atau peristiwa dikarenakan adanya suatu kejadian

    33Asy-Syatibi, al-Muwafaqat, (Beirut : Dar al Fikr al Arabi, t.t). I I., h.10

    34Umar berpendapat bahwa bagian muallaf diberikan saat orang-orang Islam sedang dalamkeadaan lemah. Zakat itu diberikan kepada mereka dari kejelekan dan yang membahayakan imannya,serta untuk melemah lembukan hati mereka. Jika Islam sudah berjaya dan jumlah orang Islam sudahbanyak dan mereka menjadi kuat dan dahsyat, maka mereka tidak boleh diberi bagian zakat, baikorang itu yang harus mendapat perlindungan atau orang yang hatinya harus dilemahlembutkan.Untuk selengkapnya lihat: Muhammad Rawwas Qalaji, Ensik lopedi Fiqih Umar bin K hatt ab ra, alihbahasa M. Abdul Mujieb (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1999) hal.678

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    34/158

    18

    atau adanya sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat tersebut atau hadist

    (asbab al wuruddan asbab an nuzul). Akan tetapi untuk memahami nash-nash

    syara'secara tepat, perlu mengetahui pula tujuan syari'at(maqashid al-syariah)

    disamping peristiwa-peristiwa tertentu yang merupakan asbab an nuzul dan

    asbab al wurud hadis-hadis Nabi SAW tersebut, maka seyogyanya dengan

    mengambil dari segi umumnya lafadz akan memperoleh arti yang lebih luas dan

    lebih jelas tentang keuniversalan al-Qur'an, sehingga bisa diterapkan di segala

    zaman, situasi, dan kondisi.

    G. Metode Penelitian

    Metode suatu penelitian akan sangat bergantung pada pokok permasalahan

    dan sifat penelitian tersebut. Sedangkan untuk mendapatkan data yang obyektif

    bagi suatu penelitian, Maka setiap penelitian ilmiah harus menggunakan suatu

    metode penelitian tertentu.

    1. Jenis Dan Sifat Penelitian

    a. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).

    Yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber

    datanya.35 Pendapat lain menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan

    penelitian kepustakaan menurut Hermawan Warsito ialah: suatu kegiatan

    yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur

    35Sutrisno Hadi,Metodologi Research(Yogyakarta: Andi Offset, 1990),h.9

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    35/158

    19

    dari perpustakaan.36

    Jadi, dalam penelitian ini akan mengumpulkan data

    dari berbagai jenis literatur, baik itu buku, serta karya-karya lain yang

    berhubungan dengan pokok pembahasan, yaitu yang berkenaan dengan

    riqab.

    Penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber ilmiah lainnya yang

    relevan dengan pembahasan.

    b. Sifat penelitian

    Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu diawali dengan

    mendeskripsikan pemikiran para ulama fiqh tentang konsep riqab

    kemudian penyusun berusaha menganalisa pemikiran fuqaha

    kontemporer mengenai konsep riqab.

    c. Tehnik Pengumpulan Data

    Bahan untuk penelitian dari sumber tertulis yang ada kaitannya dengan

    masalah ini, terbagi menjadi dua kategori yaitu :

    1) Data primer, yang dimaksud dengan data primer adalah suatu data

    yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya37, bisa diperoleh

    dari wawancara dengan narasumber maupun perkataan langsung

    yang dinyatakan oleh sumber tersebut. Dalam penelitian ini yang

    digunakan adalah bersumber dari kitab-kitab dan literatur-literatur

    36Hermawan Warsito, Pengantar Metodelogi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Utama, 1992).

    h.10

    37Chalid narbuko,Abu Dawud,Metodelogi Peneli ti an, (Jakata :Bumi Aksara, 1991), h.43

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    36/158

    20

    yang membahas berkaitan dengan permasalahan yang sedang

    dibahas yaitu mustahik zakat, khususnya riqab, di antaraya adalah

    kitab-kitabfuqoha klasik.

    2) Data sekunder,

    Data sekunder adalah data yang tidak berkaitan secara langsung

    dengan sumber aslinya.38

    yaitu kitab-kitab atau buku-buku serta

    karya ilmiah lain yang membahas tentang zakat juga konsep riqab

    sebagai mustahik zakat di era modern juga berbagai rujukan.

    d. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    normatif, yaitu pendekatan terhadap suatu masalah dengan berdasarkan

    kepada pemahaman dan penafsiran terhadap sumber ajaran Islam (al-

    Quran dan al-Hadist) serta kaidah-kaidah yang dirumuskan kepada

    ulama kemudian dirumuskan kembali dari pendapat-pendapat dan

    pemahaman dari permasalahan yang telah dibahas, sehingga menjadi

    konklusi atau kesimpulan yang dihasilkan.

    2. Cara Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara

    membaca, mencatat serta menyusun data-data yang diperoleh itu menurut

    38Ibid,

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    37/158

    21

    pokok bahasan masing-masing. Adapun tehnik dari pengumpulan data-data

    tersebut penulis menggunakan antara lain:

    a. Kartu IhtisarPencatatan hanya garis besar dari pokok karangan, sumber data atau

    pendapat seorang tokoh. Dengan demikian pencacatan ini harus dilakukan

    akurat karena untuk menghindari kekaburan dari sumber aslinya.b. Kartu Kutipan

    Yaitu pencatatan sesuai dengan aslinya dan tidak mengurangi dan

    menambah atau merubah walaupun satu kata, huruf maupun tanda baca.

    Adapun mempertinggi penelitian kutipan diadakan pengecekan ulangketika selesai mengutip, lalu disertai dengan halaman sumber yang

    terdapat diakhir kutipan.c. Kartu komentar / UlasanKartu ini memuat catatan khusus yang datang dari peneliti sebagai

    refleksi terhadap suatu sumber data yang dibaca. Komentar atau ulasan

    tersebut dapat berupa krirtik, saran, kesimpulan, atau berupa penjelasankembali terhadap sumber data yang bersifat pribadi.39

    3. Metode Analisa Data

    Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya

    dilakukan tahapan analisis terhadap data-data tersebut.

    Penelitian ini menggunakan metode analisa kualitatif. Metode analisis

    kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

    kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati.40 Setelah data diperoleh lalu dikumpulkan dan diolah, kemudian

    dianalisis secara kualitatif, sehingga memudahkan interpretasi data. Hasil

    39Anton Baker Dan Zubair Ahmad Charis, Metodelogi Peneli ti an Filsafat, KanisiusYogyakarta, 1990. h.63

    40Lexy.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rusda Karya,

    2001), cet ke 14, h.8

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    38/158

    22

    analisis dan pembahasan tersebut kemudian ditulis dalam bentuk laporan

    penelitian yang dideskripsikan secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis.

    Metode penelitian kualitatif dalam pembahasan ini adalah dengan

    mengemukakan analisis dalam bentuk uraian kata-kata tertulis dan tidak

    berbentuk angka-angka.

    Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    induktif, yaitu pengambilan pemahaman dan cara saling melengkapi antara

    proses analisa yang berangkat dari peristiwa khusus kemudian diambil

    kesimpulan secara umum.41

    Metode ini digunakan dalam rangka memperoleh

    gambaran utuh tentang pemikiran fuqaha tentang riqab sebagai mustahik

    zakat di zaman modern.

    Setelah melalui tahap-tahap identifikasi sumber data, identifikasi

    bahan hukum yang diperlukan, dan inventarisasi bahan hukum (data) yang

    diperlukan. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah melalui tahap-tahap

    sebagai berikut :

    a. Pemeriksaan Data (editing)

    Pemeriksaan data adalah pembenaran apakah data yang terkumpulmelalui studi pustaka, dokumen, serta wawancara sudah dianggap

    lengkap, relevan dengan masalah, jelas, tidak berlebihan, dan tanpa

    kesalahan.b. Penandaan Data (coding)

    Penandaan data adalah pemberian tanda pada data yang diperoleh,

    baik merupakan penomoran ataupun penggunaan tanda atau simbol ataukata tertentu yang menunjukkan golongan atau kelompok atau klasifikasi

    41Sukandarrunidi, Metodologi Peneli t ian: Petunjuk Prakt is untuk Peneli t i Pemula, cet. ke-2(Yogyakarta: Gajah Mada University Press), h.38

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    39/158

    23

    data menurut jenis sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data

    secara sempurna, memudahkan rekonstruksi serta analisis data.

    Data sekunder berupa literatur biasanya diberi tanda sumber data(penulis), tahun (penerbitan), dan halaman (tempat data ditemukan) data

    sekunder yang berupa perundang-undangan diberi tanda nomor undang-undang, tahun penerbitan, judul undang-undang, pasal undang-undang,

    nomor lembaran negara dan tahun penerbitan lembaran negara.

    c. Penyusunan atau Sistematisasi (constructing/systematizing )Penyusunan atau sistematisasi data adalah mengelompokkan secara

    sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut klasifikasi data

    dan urutan masalah, kemudian disusun ulang secara teratur, berurutan dan

    logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.42

    Metode yang penulis gunakan menggunakan teknik deduktif, yaitu

    pengolahan data dari yang bersifat umum terhadap hal-hal yang bersifat

    khusus.

    H. Sistematika Pembahasan

    Pembahasan yang akan dilakukan penulis dalam penulisan hasil penelitian ini

    adalah : Bab 1 Pendahuluan, meliputi; Latar Belakang Masalah, Fokus Maslaah,

    Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, Metode

    penelitian, Sistematika Pembahasan, Bab 2 membahas mengenai tinjauan umum

    tentang riqab. Bab 3 membahas mengenai riqab sebagai mustahik zakat. Bab 4

    analisa terhadap pemaknaan riqab sebagai mustahikzakat di zaman modern. Bab

    5 Penutup berisi kesimpulan dan rekomendasi.

    42Abdulkadir Muhammad, Op.cit.,h.91

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    40/158

    25

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG RIQAB

    A. Pengertian dan SejarahRiqab

    1. Pengertian Riqab

    Riqab adalah bentuk jamak dari raqabah1. Istilah ini dalam al-Qur'an

    artinya budak belian laki-laki (abid) dan bukan belian perempuan (amah).

    Istilah ini diterangkan dalam kaitannya dengan pembebasan atau pelepasan,

    seolah-olah Quran memberikan isyarah dengan kata kiasan ini maksudnya,

    bahwa perbudakan bagi manusia tidak ada bedanya seperti belenggu yang

    mengikatnya. Membebaskan budak belian artinya sama dengan

    menghilangkan atau melepaskan belenggu yang mengikatnya.

    Dalam fiqh, terdapat perkembangan dalam beberapa tahap, dimulai

    dari masa kenabian hingga zaman sekarang. Periode perkembangan fikih

    terjadi beberapa tahap, sejak masa nabi Muhammad sampai pada masa

    kejayaannya kemudian sempat terjadi masa taklid, dan baru-baru ini terjadi

    perubahan besar dalam pemikiran fikih yang menunjukkan adanya

    kebangkitan pemikiran fikih.2

    Hal ini akan berimplikasi pada peradaban

    1Dalam kamus al munawwir diartikan sebagai ).( artinya leher, ataujuga

    artinya : budak, hamba sahaya. lihat : Ahmad Warson al Munawwir, Kamus al Munawwir Arab

    Indonesia, (Surabaya, PT. Pustaka Progressif, 1997), h. 520

    2Muhammad Khudari Bek membagi periode Tarikh Tasyri al-Islami menjadi enam periode

    yaitu: (1) Periode awal, sejak Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi rasul; (2) Periode para

    sahabat besar; (3) Periode sahabat kecil dan tabi'in; (4) Periode awal abad ke-2 H sampai pertengahan

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    41/158

    26

    Islam itu sendiri mengalami kebangkitan dan kemajuan seperti masa abad 15

    lalu Akan tetapi hal yang paling menonjol dari perkembangan fikih adalah

    pembaharuan pemikiran fikih saat ini yang membedakannya dengan produk

    pemikiran masa lalu,3

    sehingga penulis membagi produk pemikiran fikih

    dalam dua masa yaitu klasik dan kontemporer.

    Golongan budak ini mencakup budak mukattab dan budak biasa.

    Budak mukattab adalah budah yang telah dijanjikan oleh tuannya akan

    dimerdekakan bila telah melunasi harga dirinya yang telah ditetapkan.

    Dengan harta zakat, budak mukatab dibantu membebaskan diri dari belenggu

    perbudakan. Adapun budak biasa, dengan harta zakat dibebaskan dengan

    membeli budak itu dari tuannya.4

    abad ke-4 H; (5) Periode berkembangnya mazhab dan munculnya taklid mazhab; dan (6) Periode

    jatuhnya Baghdad (pertengahan abad ke-7 H oleh Hulagu Khan (1217-1265) sampai sekarang. Masa

    memiliki ciri antara lain: munculnya Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah sebagaihukum perdata umum

    yang diambilkan dari fiqh Mazhab Hanafi; berkembangnya upaya kodifikasi hukum Islam; dan

    munculnya pemikiran untuk memanfaatkan berbagai pendapat yang ada di seluruh mazhab sesuai

    dengan kebutuhan zaman. Lihat selengkapnya : http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/fiqih/ilmu-

    fiqih/115/tarikh-at-tasyri.html, diakses 24-01-2013

    3Menurut Karen Armstrong, masa-masa ini merupakan sebuah periode kejayaan Islam. Tiga

    imperium Islam penting didirikan pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16 : Imperium Safawiyyah

    di Iran, Imperium Moghul di India dan Imperium Usmani di Anatolia, Syria, Aftika Utara, dan

    Arabia. Muncul pula beberapa pemerintahan lain yang mengesankan. Sebuah negara Muslim yangbesar didirikan di Uzbekistan di Lembah Syr-Oxus; negara lain yang berkecenderungan Syiah

    didirikan di Maroko, dan walaupun pada masa ini kaum Muslim bersaing dengan para pedagang

    Cina, Jepang, Hindu, dan Buddha untuk mengendalikan Kepulauan Malaysia, kaum Muslim

    mencapai puncak pada abad ke-16. Selengkapnya; Karen Armstrong,Islam; Sejarah Singkat, cet. ke-5,

    (Yogyakarta: Jendela, 2005), h. 134

    4Ensiklopedi Islam, jilid 5, (Jakarta : PT. Ichtisar Baru Van Hoeve, 1997), h. 229

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    42/158

    27

    Kata fi ar-riqab dalam al-Quran disebutkan 3 kali,5

    sedangkan

    padanan katanya disebutkan sebanyak 21 kali.Lafadh fi ar-riqab dalam al-

    Quran menurut al-Ragib al-Asfahani memiliki makna budak mukatab yang

    dibebaskan melalui harta zakat.6

    Ulama Hanafiah dan Hanabilah mengartikan

    riqab sebagai budak mukatab, sedangkan ulama Syafiiyyah mengartikan

    riqab juga sebagai budakmukatab dengan syarat sebagai berikut:

    a. Ada janji untuk dibebaskan,

    b. Muslim,

    c. Tidak mempunyai sesuatu hal yang membebaskannya dari budak,

    d. Tidak memiliki perjanjian (kitabah) dengan muzakki.

    Sedangkan golongan Malikiyah saja yang berpendapat bahwa arti riqab

    dalam konteks mustahik zakat di sini adalah budak secara umum, tidak

    terkait apakah ia mukatab atau tidak.7

    Berbicara masalah konsep tentunya tidak lepas dari kajian ilmu tafsir.

    pada masa hidup Rasulullah saw., keperluan tentang tafsir al-Quran

    belumlah begitu dirasakan, sebab apabila para sahabat tidak atau kurang

    memahami sesuatu ayat al-Quran, mereka dapat terus menanyakannya

    5Yaitu pada QS. Al-Baqarah (2) : 177, QS. At Taubah (9) : 60, QS Muhammad (47) : 4, lihat,

    Muhammad Fuad Abdu al-Baqi, Al-Mujam al-Mufahros li Alfaz al-Quran al-Karim, cet. ke-1,(Kairo: Dar al-Hadis, 1996), h. 397.

    6Al-Rogib al-Ashfahani,Mufrodat al-Alfaz al-Quran, Tahqiq Shofwan Adnan Dawud, cet. ke-

    2, (Damaskus: Dar al-Qalam, 1997), h. 362

    7Abdu ar-Rahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh ala Mazahib al-Arbaah, (Mesir: Maktabah al-

    Tijariyyah al-Kubro, t.t), h. 621-625

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    43/158

    28

    kepada Rasulullah saw. Dalam hal ini Rasulullah saw. selalu

    memberikan jawaban yang memuaskan. Setelah Rasulullah saw. meninggal,

    apalagi setelah agama Islam meluaskan sayapnya ke luar jazirah Arab,

    dan memasuki daerah-daerah yang berkebudayaan lama, terjadilah pertemuan

    antara agama Islam yang masih dalam bentuk kesederhanaannya di satu

    pihak, dengan kebudayaan lama yang telah mempunyai pengalaman,

    perkembangan serta kekuatan daya juang di pihak yang lain.

    Di samping itu kaum Muslimin sendiri menghadapi persoalan baru,

    terutama yang berhubungan dengan pemerintahan dan pemulihan kekuasaan

    berhubung dengan meluasnya daerah Islam itu. Pergeseran, perkembangan

    dan keperluan ini menimbulkan persoalan baru. Persoalan baru itu akan

    dapat dipecahkan apabila ayat al-Quran ditafsirkan dan diberi komentar

    untuk menjawab persoalan-persoalan yang baru timbul itu. Maka tampillah

    ke muka beberapa orang sahabat dan tabiin memberanikan diri mentafsirkan

    ayat al-Qur'an yang masih bersifat umum dan global itu, sesuai dengan

    batas-batas lapangan berijtihad bagi kaum Muslimin.

    Demikianlah, tiap-tiap generasi yang mewarisi kebudayaan dari

    generasi sebelumnya; keperluan suatu generasi berlainan dan hampir tidak

    sama dengan keperluan generasi yang lain. Begitu pula perbedaan tempat dan

    keadaan, tidak dapat dikatakan sama keperluan dan keperluannya, sehingga

    timbullah penyelidikan dan pengolahan dari apa yang telah didapat dan

    dilakukan oleh generasi-generasi yang dahulu, serta saling tukar menukar

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    44/158

    29

    pengalaman yang dialami oleh manusia pada suatu daerah dengan daerah

    lain; mana yang masih sesuai dipakai, mana yang kurang sesuai dilengkapi

    dan mana yang tidak sesuai lagi diketepikan, sampai nanti keadaan dan masa

    diperlukan pula.

    Begitu pula halnya tafsir al-Quran; ia berkembang mengikuti irama

    perkembangan masa dan memenuhi keperluan manusia dalam suatu generasi,

    Tiap-tiap masa dan generasi menghasilkan tafsir-tafsir al-Quran yang sesuai

    dengan keperluan dan keperluan generasi itu dengan tidak menyimpang dari

    ketentuan-ketentuan agama Islam sendiri.

    Pada mulanya usaha penafsiran ayat-ayat al-Quran berdasarkan ijtihad

    masih sangat terbatas dan terikat dengan kaidah-kaidah bahasa serta arti-arti

    yang dikandung oleh satu kosa kata. Namun sejalan dengan lajunya

    perkembangan masyarakat, berkembang dan bertambah besar pula porsi

    peranan akal atau ijtihad dalam penafsiran ayat-ayat al-Quran, sehingga

    bermunculanlah berbagai kitab atau penafsiran yang beraneka ragam

    coraknya.8

    Dalam peta ilmu-ilmu keislaman, ilmu tafsir termasuk ilmu yang belum

    matang, sehingga selalu terbuka untuk dikembangkan. Sejarah

    perkembangan tafsir al-Qur'an secara garis besar dapat dibedakan menjadi

    tafsir pra-modern dan tafsir modern. Dilihat dari perspektif sejarah

    8Quraish Shihab, Membumikan al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

    Masyarakat, cet. ke-13, (Bandung: Mizan, 1996), h. 135

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    45/158

    30

    perkembangan ilmu pengetahuan yang menurut Thomas Kuhn berlangsung

    secara dialektik dan revolusioner, tafsir dalam dua periode itu dikembangkan

    dengan menggunakan paradigma. Paradigma adalah pandangan fundamental

    tentang pokok persoalan dari obyek yang dikaji. Dalam studi tafsir, obyek itu

    adalah al-Qur'an. Jadi paradigma tafsir itu adalah pandangan mendasar

    mengenai al-Qur'an yang ditafsirkan, berkenaan dengan apa yang seharusnya

    dikaji dari kitab itu, Sampai zaman pra-modern ada tiga teori tafsir yang

    pernah dominan, masing-masing dengan paradigmanya sendiri, dan

    menghasilkan tafsir normal science yang melimpah dan berpengaruh.

    Pertama, teori teknis. Teori ini dirumuskan dalam definisi yang menyatakan

    bahwa "tafsir itu adalah kajian mengenai cara melafalkan kata-kata al-Qur'an,

    pengertiannya, ketentuan-ketentuan yang berlaku padanya ketika berdiri

    sendiri dan ketika berada dalam susunan, arti yang dimaksudkannya dalam

    susunan kalimat al-Qur'an, dan lain-lain yang melengkapi kajian mengenai

    hal-hal itu". Kedua, teori akomodasi. Teori ini dirumuskan dalam definisi

    yang menyatakan bahwa tafsir itu adalah kajian untuk menjelaskan maksud

    al-Qur'an sesuai dengan kemampuan manusia. Ketiga, teori takwil. Tidak ada

    yang merumuskan teori ini secara definitif.9

    Dalam sebagian besar dalam literatur klasik kita temukan bahwa

    makna riqab sebagai salah satu mustahik zakat diartikan sebagai

    9Hamim Ilyas, dalam Muhammad Yusuf dkk, Studi Kitab Tafsir; Menyuarakan Teks yang Bisu,

    (Yogyakarta: Teras, 2004), h. ix-xi.

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    46/158

    31

    memerdekakan budak saja atau mempergunakan sebagian harta zakat untuk

    memerdekakan budakmukatab.

    Dalam Maani al-Quran, riqab diartikan sebagai budak mukatab10

    ,

    demikian pula dalam al-Wasit fi Tafsir al-Quran al-Majid11

    . Dalam Tafsir

    ibn Katsir, makna riqab berarti budakmukatab menurut Ibnu Abbas dan Al-

    Hasan, memerdekakan seorang hamba sahaya atau budak belian dapat

    diperhitungkan sebagai bagian dari zakat yang harus dikeluarkan. Demikian

    pula menurut mazhab Imam Ahmad.12

    Tafsir at-Thobari dinyatakan bahwa riqab menurut Ibnu Abbas adalah

    budak mukatab dan beliau merupakan penganut mazhab Syafii, beliau

    berpendapat bila hal itu tidak memungkinkan untuk membayarkan angsuran

    karena disebabkan ketiadaan apapun pada diri budak atau tidak ditemukan

    sesuatu untuk mengangsurnya maka hal itu diserahkan kepada tuannya

    dengan izinnya untuk membantu memerdekakan. Imam Malik, Ahmad dan

    Ishaq berpendapat bahwa pengertian riqab disini adalah membeli budak

    kemudian dimerdekakan, sedangkan menurut Abu Hanifah dan golongannya

    yaitu Said bin Jabir dan Nakhai sesungguhnya budak itu tidak

    dimerdekakan melalui harta zakat sepenuhnya akan tetapi diberikan kepada

    10Abi Zakariyya ibn Ziyad Al-Farra,Maani al-Quran, (Beirut: Dar al-Fikr, 1955), h. 443

    11Abi Ahmad Ali Ibn Hasan al-Wahidi an-Naisaburi, al-Wasit fi Tafsir al-Quran al- Majid,

    (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), II: 506

    12Ibn Katsir, Terjemah Singkat Tafsir Ibn Kasir, alih bahasa: Salim Bahreisy, (Surabaya: PT

    Bina Ilmu, 1988), II: 76

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    47/158

    32

    budak dan menolong budak mukatab karena lafaz fi-ar-riqab menghendaki

    campur tangan dan hal itu tidak ditemukan secara sepenuhnya, az-Zuhri

    berkata bagian riqab separuh untuk budak mukatab muslim dan separuhnya

    untuk membeli budak yang sholat, puasa dan yang pertama masuk Islam

    kemudian dimerdekakan.13

    2. Sejarah Riqab

    Sejarah perkembangan kebudayaan manusia mengenal istilah riqab.

    Istilah riqab menunjuk pada seseorang yang menjadi abdi, hamba, jongos

    atau orang yang dibeli untuk dijadikan budak.14

    Sedangkan perbudakan

    mengacu pada sistem sosial di suatu masa di mana segolongan manusia

    merampas kepentingan golongan manusia lain. Di masa penjajahan kolonial

    dikenal istilah kuli, sebagai sebutan untuk buruh kasar yang tidak terdidik

    yang diperlakukan juga dengan semena-mena sebagaimana budak.

    Perbudakan dan pelayan diketahui sudah ada sejak zaman Mesir kuno

    dan Timur Tengah, juga China dan India. Budak secara umum berasal dari

    dari bangsa asing akan tetapi di banyak negara berasal dari bangsa asli yang

    diperbudak karena sebab hutang maupun hukuman. Dalam undang-undang

    Hammurabi di Babylonia (sekitar 2.000 SM) diketahui bahwa budak

    13Abu Jafar Muhammad ibn Jarir at-Thobari, Tafsir At-Thobari, (Beirut:Dar al-Fikr, 1978), VI:

    111

    14Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi 1, (Jakarta:

    Modern English Press, 1991), h.227

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    48/158

    33

    merupakan salah satu kelas populasi masyarakat yang menjalani aturan

    tertentu, tidak jarang seperti di Mesir mereka bangkit dan menempati posisi

    penting dalam negara dan pengadilan.15

    Hal ini tampak nyata ketika sebuah rezim ekonomi berkuasa pada

    masa lalu selalu ada sistem perbudakan terkait dengan industri. Pada masa

    berburu, kelompok yang menang perang tidak hanya menaklukkan musuhnya

    akan tetapi juga membunuhnya, menawan wanita-wanitanya dan

    menjadikannya sebagai pelayan, kemudian budak tersebut dapat

    diperjualbelikan. Hal ini merupakan bagian kemenangan yang terus menerus

    dan eksploitasi agrikultur yang diterapkan secara skala besar sebagai

    eksistensi pasca perang, bahwa budak pekerja dapat menambah persediaan

    makanan terhadap tuannya dan di saat yang sama dapat meringankannya

    dalam bekerja. Dalam tingkatan ini, pergerakan sosial perbudakan sangat

    terlihat, dapat kita katakan bahwa budak merupakan sebuah sistem yang

    mutlak dan universal.16 Di daerah Yunani, Roma, Eropa, Rusia dan Timur

    Tengah, sistem perbudakan telah menjadi hal yang lazim saat itu.17

    15Chambers Encyclopedia, (London: George Newnes Limited, 1950), XII: 597

    16Britannica Encyclopedia, (Chicago: William Benton Publisher, 1065), XX: 773

    17Di Yunani, perbudakan terjadi dikarenakan perang, penculikan, penjualan anak-anak,

    pembayaran bagi orang yang tak bisa membayar hutang atau akan tetapi secara umum perbudakan

    terjadi karena faktor hukuman. Laki-laki bekerja di persawahan sedangkan wanita bekerja di rumah,

    dalam sejarah perbudakan diketahui pertama kali terjadi di daerah Iona, sekitar 450 SM di pusat-pusat

    industri seperti Athena dan Corint, sedangkan pasar budak banyak terdapat di daerah sekitar

    Aegean. Di Roma perbudakan terjadi di awal 367 SM, pada tahun 168 SM setelah Roma mengalahkan

    Macedonia, 150.000 orang yang tertangkap dijadikan budak untuk dijual. Budak selain bekerja sebagai

    pegawai rendahan juga diperlakukan kejam dan tidak manusiawi. Untuk selengkapnya lihat Chambers

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    49/158

    34

    Perbudakan berkembang, seiring dengan perkembangan perdagangan

    dan industri. Meningkatnya perdagangan dan industri meningkatkan

    permintaan akan tenaga kerja untuk menghasilkan barang-barang keperluan

    ekspor. Budak yang melakukan sebagian besar pekerjaan. Kebanyakan orang

    kuno berpendapat bahwa perbudakan merupakan keadaan alam yang wajar,

    yang dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Tidak banyak yang

    memandang perbudakan sebagai praktek jahat atau tidak adil. Di kebanyakan

    negara, budak dapat dibebaskan oleh pemiliknya untuk menjadi warga-negara

    biasa.

    Islam datang di saat budak dan sistem perbudakan telah merajalela.

    Penyebab perbudakan pun beraneka ragam, sesuai dengan tabiat dan sistem

    sosial kemasyarakatan pada masa itu. Di antara penyebab perbudakan pada

    masa lalu ialah:

    a. Nafsu memperbudak (insting manusia) ketika kelompok atau

    golongannya menang perang terhadap bangsa lain.b. Karena kemiskinan atau tidak adanya kesetiaan terhadap agama

    c. Hukum bagi tindakan kriminal pada masa itu, seperti pencurian dan

    pembunuhan

    d. Karena mencari pekerjaan dan tempat tinggal

    Encyclopedia, (London: George Newnes Limited, 1950), XII: 597-601. Di daerah Timur Tengah

    sendiri, sebagian besar pembantu khalifah dan keluarganya adalah budak yang direkrut secara paksa

    dari kalangan non muslim, baik yang ditawan pada masa perang atau dibeli pada masa damai.

    Beberapa diantaranya adalah orang negro dan ada juga orang kulit putih dan Turki, budak yangberkulit putih kebanyakan berkebangsaan Yunani, Slavia, Armenia, dan Barbar. Gagasan tentang

    maraknya praktik perbudakan bisa dilihat dari tingginya jumlah budak yang dimiliki keluarga kerajaan.

    Diriwayatkan bahwa istana al- Muqtadir (908-932 H) memiliki 11.000 laki-laki Yunani dan Sudan

    yang dikebiri. Al-Mutawakkil diriwayatkan memiliki 4.000 orang selir yang semuanya diajak tidur

    menemaninya. Pada satu kesempatan al-Mutawakkil menerima hadiah sebanyak 100 budak dari salah

    satu jenderalnya. Untuk selengkapnya baca: Philip K Hitti, History of The Arabs, cet ke-2, alih bahasa

    R. Cecep Lukman Yasin, dan Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2006), hlm. 426-428

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    50/158

    35

    e. Karena penyanderaan dan penculikan

    f. Karena tradisi para Raja, orang-orang ningrat para kaisar dan

    sejenisnyag. Karena ideology

    h. Dan sumber-sumber lainnya yang bisa menjadi "alasan" untukmemperbudak.18

    Manusia sebagai makhluk Allah, secara kodrati dianugerahi hak

    dasar yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.

    Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi,

    peranan dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Hak

    Asasi Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang melekat pada diri tiap

    manusia.

    Ada perbedaan prinsip antara hak-hak asasi manusia dilihat dari

    sudut pandangan Barat dan Islam. Hak asasi manusia menurut pemikiran

    Barat semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat

    pada manusia. Dengan demikian, manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya,

    hak- hak asasi manusia ditilik dari sudut pandangan Islam bersifat

    teoantroposentris, artinya segala sesuatu berpusat pada Tuhan, atau

    menempatkan Allah melalui ketentuan syari'atnya sebagai tolak ukur tentang

    baik buruk tatanan kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai

    warga masyarakat atau warga bangsa. Dengan demikian ajaran Islam tentang

    HAM berpijak pada tauhid. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan

    18http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html. akses 24 Januari 2013

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    51/158

    36

    persaudaraan manusia.19

    Dalam memandang masalah budak dan perbudakan, maka Islam

    melihat ada dua permasalahan penting yang harus dipecahkan. Yang

    pertama adalah menyangkut budak itu sendiri, sebagai mahluk yang menjadi

    barang perniagaan, selalu direndahkan harkat dan martabatnya, tidak

    merdeka dan diperjualbelikan. Sedangkan permasalahan kedua menyangkut

    sistem perbudakan, yaitu menyangkut penyebab timbulnya perbudakan dan

    bagaimana Islam berupaya menghapuskan dan mengaturnya.20

    Adanya syariatnya yang mulia, Islam hadir untuk melepaskan budak

    dan sistem perbudakan. Syariat Islam datang dengan misi membebaskan

    para budak dan memperlakukannya secara terhormat dan manusiawi.

    Perlakuan Islam terhadap budak ini secara garis besar dapat disimpulkan

    dalam tiga rumusan yaitu:

    a. Islam memandang para budak dari sisi bahwa mereka itu adalah

    manusia juga yang sama dengan manusia merdeka lainnya. Terutama

    pada fitrah insaniyahnya. Islam datang mengembalikan hakekat

    manusia, tanpa membedakan warna kulit, jenis dan tingkatannya, bahwa

    tidak ada kelebihan bagi seorang tuan atas seorang budak, tidak ada

    kelebihan bagi orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, tidak ada

    19Muslim Abdurrahman, Islam Transformatif, cet. ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h.

    74

    20http://www.angelfire.com/id/dialogis/budak.html. akses 24 Januari 2013

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    52/158

    37

    kelebihan seorang Arab atas seorang 'Ajam (bukan Arab) kecuali

    dengan taqwanya.

    Firman Allah swt. dalam surat al Hujuraat (49) : 13

    Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

    seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

    berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

    Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya

    Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.21

    (QS. Al Hujuraat (49)

    : 13)

    Nabi juga menjelaskan bahwa setiap setiap orang memikul tanggung

    jawab yang sama tidak ada perbedaan antara manusia hal ini dinyatakan

    seperti dalam sabdanya :

    21Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. cit., h. 847

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    53/158

    38

    )(Artinya : Abu al yaman menceritakan kepadaku, Syuaibmenceritakankepadaku dari Az Zuhri berkata : Menceritakan kepadaku

    Salim bin Abdullah bin Abdulah bin Umar ra., bahwasanya beliau

    mendengar rasululah bersabda : setiap kalian adalah pemimpin dan

    dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, imam adalah

    pemimpin dan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang

    dimpimpinya, dan laki-laki di keluarganya adalah pemimpin dan dia

    dimintai pertanggung jawaban atas yang dimpimpinnya, dan

    perempuan di rumah suaminya adalah pemimpin dan dimintai

    pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya, dan pembantu

    terhadap harta majikanya merupakan pemimpin, dan akan dimintai

    pertanggung jawaban atas apayang dipimpinnya. Maka aku mendengar

    itu semua dari Rasulullah saw. Dan aku mengira Nabi saw bersabda :

    dan seorang laki-laki terhadap harta ayahnya merupakan pemimpin

    dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya,

    dan setiap kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai

    pertanggung jawaban atas yang kalian pimpin (HR. Bukhari)

    b. Islam memperlakukan budak dengan perlakuan manusiawi dan mulia.

    Islam menyatakan bahwa seorang budak adalah seorang mahluk

    hidup yang memiliki kehormatan dan kehidupan sebagaimana mahluk

    lain. Sehingga kita harus memperlakukannya dengan baik sama dengan

    memperlakukan orang tua, sanak saudara, dan lainnya. Dalam hal ini

    Allah berfirman dalam surah an Nisa (4) : 36

    22Maktabah syamilah, Shahih Bukhari, juz 8, h. 253

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    54/158

    39

    Artinya : dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-

    kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan

    tetangga yang jauh

    23

    , dan teman sejawat, ibnu sabil

    24

    dan hambasahayamu. 25

    (QS. An Nisa (4) : 36)

    Rasulullah saw. juga menganjurkan bahwa kita harus memuliakan

    budak dengan tidak memakinya, memberi pakaian dan makanan yang

    sama dengan tuannya bahkan tidak diperbolehkan memberikan

    pekerjaan yang ia sendiri tidak mampu melakukannya.

    Rasulullah bersabda:,

    :,,,

    ,

    ,Dalam sabdanya yang lain,

    :

    ,,.

    23Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan

    ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim

    24

    Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal.termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya

    25Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 123

    26Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail Ibn Ibrahim ibn al-Mughiroti al-Bukhari al-

    Jafari, Shahih al-Bukhari, III: 123.

    27Ibid, h. 124

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    55/158

    40

    c. Islam mengangkat derajat budak menjadi manusia merdeka

    Tidak ada perbedaan antara manusia merdeka dengan budak, oleh

    karena itu banyak anjuran untuk memerdekakan budak menjadi orang

    yang merdeka supaya memiliki kesamaan derajat dengan orang merdeka

    secara umum. Dalam sejarah, kita temukan bahwa Nabi saw.

    mempersaudarakan budak dengan orang merdeka dengan harapan dapat

    mengikat erat hubungan selain itu pula dapat mengangkat harkat dan

    martabat budak tersebut di lingkungan social kemasyarakatan.

    Berikut ini beberapa contoh perlakuan mengangkat harkat dan

    martabat para budak:

    1) Rasulullah saw. mempersaudarakan beberapa mantan budak

    belian dengan beberapa pemuka Quraisy2) Bilal bin Rabbah dipersaudarakan dengan Khalid bin Ruwainah

    al-Khatsma'i

    3) Zaid bin Haritsah dipersaudarakan dengan paman Nabi SAW,Hamzah bin Abdul Mutallib

    4) Zaid dipersaudarakan dengan Abu Bakar as-Shiddiq.28

    Islam secara awal telah membebaskan budak melalui dalam diri

    dan nurani si budak sendiri agar ia merasakan persamaan hak dan

    kewajibannya dengan orang merdeka. Selanjutnya secara serius dan

    sungguh-sungguh si budak bisa menempuh jalan-jalan secara hukum /

    28Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad saw. beserta pengikutnya hijrah ke Yastrib

    (sekarang Madinah), di tahun pertama di Yastrib, untuk mempererat persaudaraan antara kaum

    muhajirin (kaum yang hijrah) dan kaum anshar (kaum penolong), maka Nabi SAW mempersaudarakan

    dua persaudaraan Untuk lebih lengkapnya baca, Husain Haekal, Sejarah Muhammad, (Jakarta: Litera

    Antar Nusa, 1996), h. 254

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    56/158

    41

    syariat Islam untuk kebebasannya. Inilah proses pembebasan yang

    sebenarnya.

    Islam juga mengupayakan pembebasan yang sebenarnya bagi

    para budak, dari dalam dandari luar. Dari dalam dengan jalan

    menyadarkan para budak, dari kedalaman sanubarinya, melalui

    keyakinannya bahwa ni'mat kebebasan itu sangatlah tinggi dan

    menggalakkan mereka agar mendapatkan kemerdekaan, sekalipun

    dengan pengorbanan yang berat dan mahal.

    Syariat Islam juga mengupayakan berbagai jalan untuk

    membebaskan budak, seperti yang tercermin dalam beberapa sarana

    berikut:

    1) Memerdekakan budak karena mengharap Ridho Allah swt.

    Cara ini adalah pembebasan budak dari pihak tuannya atau

    pemilik budak yang mengharapkan pahala dan ganjaran di sisi

    Allah swt. dan terbebas dari api neraka.

    Dalam hal ini Islam sangat menggalakkan dan mendorong

    (targhib) para tuan agar memerdekakan budaknya. Sebagaimana

    firman-Nya dalam surah al Balad (90) : 11-13

    Artinya : 11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki

    lagi sukar. 12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    57/158

    42

    sukar itu? 13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,29

    (QS. Al Balad (90) : 11-13)

    Di dalam nash-nash hadist Nabawi banyak kita dapati hadist

    yang menjelaskan keutamaan memerdekakan budak dan

    menggalakkan pembebasannya, diantaranya:

    Bahkan Nabi sangat menganjurkan untuk

    membebaskannya dan mengawininya dengan harapan dapat

    mengangkat derajat budak tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan

    dalam hadist nabi:

    :

    :,,

    ,

    2) Memerdekakan budak dengan kafarat

    Kafarat merupakan sarana yang paling penting dalam

    memerdekakan budak. Al-Qur'an di dalam berbagai kesempatan

    29Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Op.Cit, h. 1061

    30Abu>al-Husain Muslim ibn al-Hujja>j al-Naisa>bu>ri>, S}oh}i>h}Muslim, (Beirut: Da>r Al-Fikr,1972), X: 151.

    31Al-Ima>m Abi Abdillah Muhammad ibn Isma>il Ibn Ibra>hi>m ibn al-Mughi>roti al-Bukha>ri al-Jafari>, S{ah}i>h}al-Bukha>ri , II I: 123

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    58/158

    43

    menetapkan bahwa "memerdekakan budak" sebagai kafarat

    (penghapus) bagi beberapa pelangggaran syari'at dan dosa-dosa

    eksidental yang dilakukan oleh seorang muslim. Padahal

    pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh kaum muslimin dalam

    realitas kehidupannya sehari-hari sudah barang tentu tidak sedikit.

    Ini berarti Islam bersungguh-sungguh dalam memerdekakan budak

    sebanyak mungkin di dalam masyarakat Islam. Diantara sarana

    pembebasan dengan kafarat sebagaimana disebutkan Al-Qur'an:

    a) Orang yang membunuh karena keliru (tidak sengaja) maka

    kafaratnya adalah memerdekakan seorang budak dan

    membayar diyat kepada keluarganya.32

    32An-Nisa>(4) : 92

    Artinya : Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),

    kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja)[ seperti: menembak burung terkena seorang mukmin], dan

    barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang

    hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[Diat ialah pembayaran sejumlah harta Karena

    sesuatu tindak pidana terhadap sesuatu jiwa atau anggota badan] yang diserahkan kepada

    keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[Bersedekah di siniMaksudnya: membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat]. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir)

    yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar

    diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang

    beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya[Maksudnya: tidak mempunyai hamba; tidak

    memperoleh hamba sahaya yang beriman atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan.

    menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari

    pembayaran diat dan memerdekakan hamba sahaya], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua

    bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    59/158

    44

    b) Orang yang membunuh seorang dari kaum kafir yang sedang

    dalam perjanjian damai antara mereka dan kaum muslimin.

    Kafaratnya adalah memerdekakan budak.33

    c) Orang yang melanggar sumpah, maka kafaratnya adalah

    diantaranya memerdekakan budak.34

    d) Orang yang menz}ihar istrinya kemudian bertaubat maka

    kafaratnya adalah memerdekakan budak.35

    e) Orang yang membatalkan puasa di bulan Ramadhan dengan

    lagi Maha Bijaksana (QS. An Nisa (4) : 92). Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya,

    Op. Cit., h. 135

    33QS. An Nisa (4) : 92Ibid.

    34Al-Ma>idah (5): 89.

    Artinya : Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak

    dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu

    sengaja, Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari

    makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi Pakaian kepada mereka atau

    memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka

    kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu

    bersumpah (dan kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu

    hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. Al Maidah (5) : 89),Ibid, h. 176

    35Al-Muja>dilah (58):3

    Artinya : Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik

    kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum

    kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadilah (58) : 3). Ibid, h. 909

  • 7/22/2019 Reinterpretasi Makna Riqab Modern

    60/158

    45

    sengaja (tanpa uz\ur syar'i) maka kafaratnya memerdekakan

    seorang budak; sebagaimana diseb