revisi skripsi full nining k8411052

Upload: dhea-aulia

Post on 23-Feb-2018

310 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    1/191

    KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU MEMBOLOS

    DI KALANGAN PESERTA DIDIK

    SMA NEGERI 6 SURAKARTA

    SKRIPSI

    Oleh :

    NINING LISNAWATI

    K8411052

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    JUNI 2015

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    2/191

    ii

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    3/191

    iii

    KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU MEMBOLOS

    DI KALANGAN PESERTA DIDIK

    SMA NEGERI 6 SURAKARTA

    Oleh:

    NINING LISNAWATI

    K8411052

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

    Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi

    Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    JUNI 2015

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    4/191

    iv

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    5/191

    v

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    6/191

    vi

    ABSTRAK

    Nining Lisnawati. NIM K8411052. KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU

    MEMBOLOS DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6SURAKARTA. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Sebelas Maret Surakarta, Juni 2015.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi, bentuk-bentuk dan

    faktor yang menyebabkan perilaku membolos di kalangan peserta didik.

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Surakarta dengan subyek penelitian

    peserta didik yang berperilaku membolos.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi

    fenomenologi. Sumber data berasal dari wawancara mendalam, observasi dan

    dokumen. Wawancara dilakukan terhadap 9 informan kunci yaitu peserta didik

    yang pernah atau masih berperilaku membolos dan informan pendukung adalahpetugas Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan Kesiswaan (STP2K), Guru Bimbingan

    Konseling (BK), ibu Kantin dan teman informan kunci. Observasi dilakukan di

    kantin, warung mbak Yanti dan Strong Family dengan dokumen berupa tata tertib

    peserta didik, rekapitulasi kehadiran dan status Blackberry Messanger (BBM)

    peserta didik. Teknik pengambilan informan menggunakan purposive dan

    validitas data diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik

    analisis data menggunakan model analisis interaktif yang terdiri dari

    pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi peserta didik

    mengenai perilaku membolos yaitu sebagai hal yang biasa, wajar dan

    menyenangkan apabila dilakukan bersama teman. Bentuk-bentuk perilakumembolos antara lain: membolos seharian penuh (mbolos) dan membolos parsial

    (colut). Faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik berperilaku membolos dari

    perspektif pelakunya antara lain: (1) Malas, (2) Fanatisme terhadap sepak bola, (3)

    Permasalahan dengan keluarga atau teman, (4) Menghindari tugas, (5)

    Menghindari atau bosan dengan pelajaran, (6) terlambat datang ke sekolah, (7)

    Bullying, dan (8) Ajakan teman.

    Simpulan dari penelitian ini adalah konstruksi sosial perilaku membolos di

    kalangan peserta didik adalah sebagai hal yang biasa dan wajar. Perilaku

    membolos dianggap biasa dan wajar karena telah mengalami pembiasaan

    (habitualisasi) dan tipifikasi sehingga memperoleh sifat obyektif, yang selanjutnya

    akan di internalisasi ke dalam diri individu sebagai realitas subyektif. Konstruksitersebut dipengaruhi oleh lingkungan teman, sekolah dan keluarga.

    Kata kunci : Konstruksi, sosial, perilaku, membolos, sekolah

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    7/191

    vii

    ABSTRACT

    Nining Lisnawati. NIM K8411052. SOCIAL CONSTRUCTION ON THETRUANT BEHAVIOR OF THE STUDENTS OF SMA NEGERI 6SURAKARTA. Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret

    University Surakarta, June 2015.

    The objective of this research is to find the perception, the types, and the

    factors causing truant behavior of students. This research was carried out in SMA

    Negeri 6 Surakarta with the students with truant behavior as the subject.

    This research applied qualitative approach with phenomenology strategy.The data was obtained through deep interview, observation, and document. The

    interview was conducted to 9 main informants,consisting of the students with

    truant behavior, whether in the past or in the present present and to several

    supporting informants as follows: the staff ofSatuan Tugas Pelaksana KegiatanKesiswaan (STP2K), the guidance and counseling teacher, the canteen keeper, and

    the main informants friends. The observation was conductedat the canteen,

    warung mbak Yantiand Strong Family with the document consisting the students

    discipline book, the recapitulation of the presence list, and the students

    Blackberry Messenger (BBM) statuses. This research applied purposive technique

    in collecting the informants and the validity of the data was obtained from the

    source triangulation and the method triangulation. The technique of analyzing the

    data used was interactive analysis which consisted of the data collection, data

    reduction, data display, and conclusion drawing.

    The result of the research shows that the perception of the students about

    truant behavior is a usual, common, and fun thing if it is done with friends. Thetypes of truant are school skipping (mbolos) and partial skipping (colut). Factors

    causing the truant behaviors of the students viewed from the subjects perspective

    are as follows: (1) laziness, (2) soccer fanaticism, (3) problems with family or

    friends, (4) avoiding task, (5) avoiding lesson or boredom on certain lesson, (6)

    coming late to the school, (7) bullying, and (8) friends invitation.

    Based from the result of the research, it can be concluded that the social

    construction on the truant behavior of the students is a usual and common thing.

    Truant behavior is categorized as a usual and common thing because it has been

    habituated and typified so that the objectivity is obtained, which is then being

    internalized into the individual as the subjective reality. This construction is

    affected by the environment including friends, school and family.

    Key words : Social, construction, behavior, truant, school

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    8/191

    viii

    MOTTO

    Niscaya Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan

    orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

    (Q.S. Mujadalah: 11)

    Bila kamu tak tahan pahitnya belajar, maka kamu akan menanggung pahitnya

    kebodohan

    (Imam Syafii)

    Waktu adalah hadiah terindah yang diberikan Tuhan, maka pergunakanlah dengan

    bijak

    (peneliti)

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    9/191

    ix

    PERSEMBAHAN

    Teriring syukurku pada-Mu

    Ku persembahkan karya ini untuk :

    1. Orang tua saya, Bapak Sutoyo dan Ibu

    Watiningsih yang telah mencintai dengan

    setulus hati, mendukung dan mendoakan di

    setiap langkah saya.

    2. Nenek saya tercinta, Alm Ibu Samirah yang

    telah merawat dan mengajarkan arti

    kehidupan. Terima kasih telah menjadi nenek

    terbaik dalam hidup saya.

    3.

    Orang Tua kedua saya, Bapak Martono dan

    Ibu Juminem yang telah merawat semenjak

    kecil. Terima kasih untuk kasih sayang,

    semangat, dan doa yang tiada henti.

    4. Kedua adik saya, Afifah Sintawati dan Agil

    Tamam Saputra yang selalu menjadi

    penyemangat di setiap langkah saya.

    5. Almamater

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    10/191

    x

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

    memberi ilmu, inspirasi, dan kemulian. Atas kehendak-Nya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi dengan judul KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU

    MEMBOLOS DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6

    SURAKARTA.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

    mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

    Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

    bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

    menyampaikan terima kasih kepada:

    1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    3. Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu

    Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Sebelas Maret Surakarta.

    4.

    Dr.rer.nat. Nurhadi, S.Ant., M.Hum., selaku Pembimbing I dan Atik Catur

    Budiati, S. Sos, M. A., selaku pembimbing II yang selalu memberikan

    motivasi, bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

    5.

    Drs. Haryono M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa Program Pendidikan

    Sosiologi Antropologi.

    6. Kepala SMA Negeri 6 Surakarta yang telah memberikan izin untuk

    melaksanakan penelitian.

    7. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 6 Surakarta yang telah membantu dalam

    penyusunan skripsi ini.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    11/191

    xi

    8.

    Peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta, khusunya para Informan yang telah

    bersedia meluangkan waktu demi membantu melancarkan pengerjaan skripsi

    ini.

    9.

    Rindang Lesdian Safitri yang selalu memberikan semangat dan motivasi

    kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

    10. Teman-temanku tersayang di U.S.A (United Sari Asih), Nia, Kiki, Ipul dan

    Intan. Terimakasih untuk kebersamaan, keceriaan, kekonyolan dan dukungan

    kalian selama ini.

    11.Sahabat-sahabatku Uluners (Erwina, Dian, Desra, Reni, Anita, Dyah, Ratih,

    Bachtiar dan Najib), terima kasih untuk dukungan, canda tawa dan pelajaran

    hidup yang telah kalian beri selama ini.

    12.Terima Kasih kepada Imung, Esti, Pong Vera, Anton dan Ganda yang telah

    memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk Sahabatku Nurul F

    dan Gebang, terimakasih atas semangat dan motivasi yang telah diberikan.

    13.Teman-teman seperjuanganku, Pendidikan Sosiologi Antropologi 2011 yang

    telah memberikan warna dan kecerian selama ini.

    14.

    Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu, terima kasih.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu tegur sapa yang konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan

    untuk perbaikan karya tulis berikutnya.

    Surakarta, 17 Juni 2015

    Peneliti

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    12/191

    xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

    HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... ii

    HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI ....................................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v

    HALAMAN ABSTRAK ............................................................................................ vi

    HALAMAN ABSTRACT ......................................................................................... vii

    HALAMAN MOTTO ................................................................................................ viii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ ix

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... x

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiiv

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

    B.

    Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

    D.

    Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 6

    A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian yang Relevan ........................................ 6

    1.

    Perilaku Membolos ............................................................................... 6

    a. Tinjauan tentang Perilaku Membolos ............................................ 6

    b. Tinjauan Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Membolos ................. 8

    1) Faktor Internal ........................................................................ 8

    2) Faktor Eksternal ...................................................................... 10

    2. Konstruksi Sosial Perilaku Membolos .................................................. 14

    B.

    Penelitian yang Relevan ............................................................................... 20

    C.

    Kerangka Berfikir ........................................................................................ 21

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    13/191

    xiii

    Halaman

    BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 23

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 23

    B.

    Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................. 24

    C. Data dan Sumber Data ................................................................................. 25

    D. Teknik Sampling (Cuplikan)........................................................................ 27

    E.

    Pengumpulan Data ....................................................................................... 28

    F. Uji Validasi Data.......................................................................................... 30

    G. Analisis Data ................................................................................................ 32

    H.

    Prosedur Penelitian ...................................................................................... 34

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 36

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 36

    B.

    Deskripsi Temuan Penelitian ....................................................................... 41

    1. Persepsi Membolos di Kalangan Peserta Didik .................................... 43

    2. Bentuk-Bentuk Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik .......... 49

    a. Mbolos ........................................................................................... 49

    b.

    Colut .............................................................................................. 56

    3. Faktor-Faktor Penyebab Peserta Didik Berperilaku Membolos ........... 63

    a.

    Malas .............................................................................................. 63

    b. Fanatisme terhadap Sepak Bola ..................................................... 66

    c.

    Permasalahan dengan Keluarga atau Teman ................................. 68

    d. Menghindari Tugas ........................................................................ 71

    e. Menghindari atau Bosan dengan Pelajaran .................................... 72

    f.

    Terlambat datang ke Sekolah ......................................................... 74

    g. Bullying ......................................................................................... 75

    h. Ajakan Teman ................................................................................ 77

    C. Temuan Hasil Penelitian dihubungkan dengan Kajian Teori ...................... 79

    1. Konstruksi Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik ................. 79

    2. Pengaruh Lingkungan Sosial (Teman, Sekolah, Keluarga) terhadap

    Konstruksi Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik ................. 81

    3.

    Mbolos dan Colut sebagai Hal yang Biasa ........................................... 87

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    14/191

    xiv

    Halaman

    4. Internalisasi Perilaku Membolos di Kalangan Peserta Didik ............... 91

    BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................................... 94

    A.

    Simpulan ...................................................................................................... 94

    B. Implikasi ...................................................................................................... 94

    C. Saran ............................................................................................................ 96

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 98

    LAMPIRAN

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    15/191

    xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Data kasus membolos sekolah peserta didik SMA N 6 Surakarta ....................... 3

    3.1 Jadwal kegiatan penelitian ................................................................................... 23

    4.1 Jumlah Peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta.................................................... 38

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    16/191

    xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................................ 22

    3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ........................................ 33

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    17/191

    xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1.

    Data Ketidakhadiran Peserta Didik .................................................................. 101

    2. Pedoman Wawancara........................................................................................ 102

    3. Field note .......................................................................................................... 106

    4.

    Hasil Observasi ................................................................................................. 162

    5. Foto ................................................................................................................... 167

    6. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ..................................................... 169

    7.

    Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian .................................................. 173

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    18/191

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Membolos merupakan fenomena yang kerapkali ditemui dalam dunia

    pendidikan di Indonesia. Membolos sekolah seakan menjadi suatu hysteria massal

    yang selalu muncul dan belum terselesaikan. Hal ini terlihat dari temuan Satuan

    Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di berbagai daerah yang seringkali merazia

    peserta didik yang membolos sekolah. Tim gabungan yang terdiri dari Satpol PP,

    Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi (Dishubinfokom), Dinas

    Pendidikan (Disdik), Polres dan Kodim 1726 Sukoharjo pada tanggal 12 Mei

    2014 menangkap 8 peserta didik yang membolos sekolah. Peserta didik tersebut

    terdiri dari 5 peserta didik SMA dan 3 SMP yang ditangkap ketika sedang

    bermain internet di Warnet daerah Kartasura dan Baki. Mereka dilepaskan setelah

    mendapat pembinaan dari petugas agar tidak mengulangi perbuatan membolos

    (Solopos.com, edisi 13 Mei 2014).

    Sebulan setelah itu, yakni pada tanggal 17 Juni 2014 Satuan Polisi Pamong

    Praja (Satpol PP) Sukoharjo menangkap 35 peserta didik dari jenjang SMP, SMA

    dan SMK yang membolos. Peserta didik yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan

    13 orang perempuan ini terjaring razia ketika sedang bermain di warung internet

    dan tempat wisata Waduk Mulur. Mereka diperbolehkan pulang setelah mendapat

    peringatan keras dan membuat surat pernyataan. Menurut Sutarmo, kepala Satpol

    PP Sukoharjo razia dilakukan karena masyarakat merasa resah dengan aktivitas

    peserta didik yang membolos bahkan melakukan tindakan-tindakan mesum di

    warnet-warnet wilayah kecamatan Sukoharjo dan Bendosari (Solopos.com, edisi

    17 Juni 2014).

    Kasus serupa terjadi pula di kota Solo, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

    PP) kota Solo menangkap 16 peserta didik yang membolos. Peserta didik tersebut

    tertangkap ketika sedang bermain game online di warung internet dan rumah

    makan di daerah Jagalan. Mereka yang terjaring razia adalah peserta didik SMK

    dan SMP di kota Solo (Solopos.com, edisi 4 September 2014).

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    19/191

    2

    Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wenny Graciani (2011),

    perilaku membolos disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor

    eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri sendiri, diantaranya:

    malas mengikuti pelajaran dikelas, tidak suka pada mata pelajaran dan guru

    pelajaran tertentu, belum mengerjakan tugas atau PR, tidak memiliki alat

    transpotasi ke sekolah, masalah keluarga dan terlambat masuk sekolah.

    Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri sendiri, seperti

    pola asuh orang tua, teman sebaya dan sekolah. Berdasarkan penelitian tersebut

    ditemukan jika perilaku membolos berdampak terhadap diri sendiri. Perilaku

    membolos sekolah secara tidak langsung memberikan dampak terhadap prestasi

    belajar, yaitu nilai ulangan yang buruk maupun ancaman tidak naik kelas. Peserta

    didik yang membolos akan mendapatkan cap sebagai anak nakal dari guru dan

    teman-temannya sebagai bentuk sanksi moral yang harus diterima.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wenny Graciani (2011) tentang

    perilaku membolos didukung oleh data bahwa peserta didik yang membolos

    memiliki alasan dan latarbelakang yang berbeda-beda. Satuan Polisi Pamong

    Praja (Satpol PP) Kendal merazia 20 pelajar yang sedang berada di warnet dan

    bermain playstation pada saat jam sekolah. Mereka membolos dikarenakan malas

    belajar, ingin bersantai, dan menghindari razia rambut yang diadakan oleh pihak

    sekolah (Kompas.com, edisi 22 September 2014). Kejadian serupa terjadi pula di

    Semarang, Polsek Semarang menangkap 8 peserta didik yang bermain di kawasan

    Pleret, Banjir Kanal Barat pada waktu jam sekolah. Peserta didik yang tertangkap

    terdiri dari 2 pelajar SMP dan 6 pelajar SMK ini memilih membolos untuk

    menghindari hukuman pihak sekolah. Menurut salah seorang peserta didik, ia

    membolos karena malas dihukum lari-lari jika terlambat datang ke sekolah

    (Detik.com, edisi 8 September 2014).

    Perilaku membolos dikalangan peserta didik dijumpai pula di SMA Negeri

    6 Surakarta. Berdasarkan hasil studi dokumentasi menunjukkan bahwa, dalam

    kurun waktu 3 bulan telah terjadi 360 kasus membolos sekolah dikalangan

    peserta didik, seperti yang terlihat dalam tabel 1.1. Namun tidak semua peserta

    didik SMA Negeri 6 Sukararta berperilaku membolos sekolah. Perilaku membolos

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    20/191

    3

    sekolah terkadang dilakukan peserta didik yang sama secara berulang kali. Selama

    3 bulan terdapat 269 peserta didik yang pernah membolos sekolah. Peserta didik

    yang membolos sekolah tersebut terdiri dari 108 peserta didik kelas X, 71 kelas

    XI dan 90 kelas XII. Dalam hal ini jika diprosentasekan, berarti 32,33% dari 832

    peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta pernah membolos sekolah.

    Tabel 1.1 Data kasus membolos sekolah peserta didik SMA N 6 Surakarta

    No Bulan Jumlah

    Agustus September Oktober

    1 X 33 kasus 78 kasus 24 kasus 135 kasus

    2 XI 38 kasus 39 kasus 14 kasus 91 kasus

    3 XII 34 kasus 46 kasus 54 kasus 134 kasus

    105 kasus 163 kasus 92 kasus 360 kasus

    Sumber : olah data dari rekapitulasi kehadiran peserta didik, 2014

    Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa angka membolos sekolah di

    SMA Negeri 6 Surakarta cenderung fluktuatif, dalam artian mengalami kenaikan

    maupun penurunan. Pada bulan Agustus terdapat 105 kasus membolos sekolah

    dikalangan peserta didik. Pada bulan berikutnya terjadi peningkatan 58 kasus

    membolos sekolah, yang semula 105 kasus meningkat menjadi 163 kasus.

    Perilaku membolos sekolah mengalami penurunan di bulan Oktober, dari 163

    kasus turun menjadi 92 kasus. Ketidakstabilan tersebut mengindikasikan jika

    persoalan membolos sekolah dikalangan peserta didik belum dapat terselesaikan

    secara maksimal.

    Berbeda dengan data diatas, hasil pra observasi yang dilakukan peneliti

    menunjukkan bahwa tidak semua perilaku membolos yang dilakukan peserta

    didik berupa ketidakhadiran di sekolah seharian penuh. Perilaku membolostersebut beragam, seperti meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas dan

    meninggalkan kelas pada jam-jam pelajaran tertentu. Keberagaman tersebut

    karena adanya latar belakang dan pandangan yang berbeda-beda mengenai

    perilaku membolos. Pada umunya peserta didik yang berperilaku membolos

    cenderung termotivasi untuk mengulangi perilaku membolosnya. Peraturan dan

    sanksi yang diberlakukan belum sepenuhnya mampu membuat peserta didik jera,

    kalaupun mereka jera hanya bersifat sementara. Untuk itu perlu dilakukan

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    21/191

    4

    penelitian guna mengetahui bagaimana konstruksi sosial perilaku membolos

    dikalangan peserta didik.

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian dengan judul KONSTRUKSI SOSIAL PERILAKU

    MEMBOLOS DI KALANGAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6

    SURAKARTA

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan

    masalah dalam penelitian ini antara lain:

    1. Bagaimana persepsi perilaku membolos di kalangan peserta didik SMA

    Negeri 6 Surakarta?

    2. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku membolos di kalangan peserta didik

    SMA Negeri 6 Surakarta?

    3. Apa saja faktor yang menyebabkan perilaku membolos di kalangan peserta

    didik SMA Negeri 6 Surakarta dari perspektif pelakunya?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui persepsi membolos di kalangan peserta didik SMA

    Negeri 6 Surakarta.

    2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku membolos di kalangan peserta

    didik SMA Negeri 6 Surakarta.

    3.

    Untuk mengetahui faktor penyebab perilaku membolos di kalangan peserta

    didik SMA Negeri 6 Surakarta dari perspektif pelakunya.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    22/191

    5

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat teoritis

    a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan

    yang mendalam tentang penerapan teori konstruksi sosial dalam

    mengkaji perilaku membolos di kalangan peserta didik.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi

    penelitian selanjutnya.

    2. Manfaat praktis

    a. Bagi sekolah

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

    sekolah untuk menerapkan peraturan dan pemberlakuan sanksi

    yang tepat bagi peserta didik yang membolos.

    b.

    Bagi Guru

    Penelitian ini diharapkan mampu menggugah semangat guru untuk

    mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan

    sehingga peserta didik merasa nyaman dan tidak membolos.

    c.

    Bagi Peserta Didik

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi kepada

    peserta didik untuk menghindari perilaku membolos sekolah dan

    mengembangkan perilaku disiplin.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    23/191

    6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Perilaku Membolos

    a. Tinjauan tentang Perilaku Membolos

    Perilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai suatu hal yang di

    inginkan, dengan kata lain perilaku merupakan suatu tindakan yang dimotivasi

    untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku adalah hasil dari segala macam

    pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam

    bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku merupakan

    reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam

    dirinya. Reaksi tersebut dapat bersifat pasif (berfikir, berpendapat, bersikap)

    maupun aktif, seperti melakukan tindakan (Sarwono, 2004: 1).

    Pareto dalam Veeger (1990: 71) menyatakan bahwa kehidupan

    bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan anggota-anggota individual di

    dalamnya. Ia melanjutkan bahwa anggota-anggota individual tersebut merupakan

    the material points or moleculesdari sistem yang disebut masyarakat. Masyarakat

    terdiri dari perilaku manusia dan sebagaian besar dari perilaku tersebut selalu

    bergerak secara otomatis.

    Pareto membagi perilaku manusia menjadi yang logis dan non logis.

    Perilaku logis berkesesuaian dengan rasionalitas, dalam artian perilaku yang

    secara logis dilakukan berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Langkah-

    langkah yang diambil dalam perilaku logis ini secara obyektif sesuai dengantuntutan-tuntutan rasional demi tercapainnya tujuan. Perilaku non logis

    merupakan perilaku yang tidak berkesuaian dengan penalaran logis (irasional),

    dalam artian tidak berpedoman secara rasional terhadap tujuan yang hendak

    dicapai. Langkah-langkah yang diambil dalam perilaku non logis tidak sesuai

    dengan tuntutan rasional demi tercapainnya tujuan (Richard, 1990: 37-38).

    Berbeda halnya dengan Pareto, Skiner dalam Walgito (2003) membedakan

    perilaku menjadi perilaku alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    24/191

    7

    behavior). Perilaku alami (innate behavior) merupakan perilaku yang dibawa

    sejak organisme dilahirkan, seperti insting dan refleks. Perilaku operan (operant

    behavior) adalah perilaku yang dibentuk, dipelajari dan dapat dikendalikan,

    karena itu dapat berubah melalui proses belajar.

    Kata perilaku hanya digunakan untuk perbuatan manusia yang mempunyai

    arti bagi pelakunya. Kesadaran dari arti apa yang dibuat merupakan ciri hakiki

    manusia. Tanpa kesadaran suatu perbuatan tidak dapat disebut sebagai perilaku

    manusia. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat Max Weber yang menyatakan

    bahwa :

    Realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subyektif,

    karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Perilaku akan menjadi

    sosial kalau yang dimaksud subjektif dari perilaku itu membuat individu

    mengarahkan dan memperhitungkan kelakuan orang lain dan

    mengarahkan kepada subjektif itu. Perilaku itu menunjukkan kepastian

    kalau menunjukkan keseragaman dengan perilaku pada umumnya dalam

    masyarakat (Bungin, 2011: 192).

    Pelaku individual cenderung mengarahkan perilakunya kepada penetapan-

    penetapan atau harapan-harapan tertentu yang merupakan kebiasaan umum di

    dalam masyarakat. Bagi Weber kehidupan bersama dipandang sebagai strategi

    yang disusun oleh individu-individu yang bertindak secara sadar dan rasional.

    Individu selalu mencari cara untuk menyesuaikan diri guna menghindari

    konsekuensi-konsekuensi negatif atau merencanakan tindakannya agar

    konsekuensi negatif tidak timbul apabila ia tidak sepaham / setuju dengan nilai-

    nilai yang melatarbelakangi suatu penetapan umum (Veeger, 1990: 172).

    Membolos menurut Robins and Ratcliff adalah ketidakhadiran di sekolah

    tanpa alasan yang dapat diterima, dimana belum tentu orang tua mengetahui dan

    menyetujuinya. Hal tersebut terlihat dari pendapatnya sebagai berikut : truancy

    asabsence from school without an acceptable reason, whether or not the parents

    know and approve (Coventry, Cornish, Cooke & Vinall, 1984: 2).Sedangkan

    Scroll (1990) menyatakan bahwa: truancy as absence from school for no

    legitimate reason (Malcolm, Wilson, Davidson & Kirk, 2003: 4). Berdasarkan

    pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa membolos adalah absen dari sekolah

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    25/191

    8

    tanpa alasan yang sah. Dalam artian peserta didik tidak hadir di sekolah dengan

    alasan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

    Perilaku membolos bukan hanya ketidakhadiran di sekolah secara penuh,

    melainkan dapat pula ketidakhadiran pada mata pelajaran tertentu, seperti yang

    disampaikan oleh Kinder, Wakefield and Wilkin (1996) sebagai berikut:note that

    post-registration truants were not necessarily absent from school, but sometimes

    remained lurking within sound of the school bell so they could attend those

    lessons which interested them and avoid others(Malcolm, et al., 2003: 4).

    Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa membolos tidak selalu

    absen dari sekolah, tetapi terkadang tinggal bersembunyi didalam sekolah

    sehingga mereka dapat menghadiri pelajaran yang disukainya dan menghindari

    yang lainnya. Dalam hal ini berarti membolos bukan hanya tidak masuk sekolah,

    melainkan terkadang masih berada di sekolah untuk mengikuti pelajaran yang

    disukainya dan bersembunyi guna menghindari pelajaran yang tidak disukai.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan jika perilaku membolos

    adalah tindakan dalam bentuk ketidakhadiran peserta didik di sekolah dengan

    alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan maupun ketidakhadiran peserta

    didik pada mata pelajaran tertentu di dalam kelas. Perilaku membolos tergolong

    dalam perilaku operan (operan behaviour), dimana perilaku tersebut bukanlah

    berdasarkan insting namun dipelajari melalui proses belajar (pembiasaan).

    b. Tinjauan faktor-faktor penyebab perilaku membolos

    Perilaku membolos di kalangan peserta didik disebabkan oleh 2 hal yaitu

    faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

    diri sendiri sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan

    peserta didik. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut :

    1) Faktor internal

    Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik

    itu sendiri. Peserta didik SMA dengan rata-rata usia 16-18 tahun merupakan

    individu yang berada pada masa remaja. Menurut Zulkifli (1993: 63), masa

    remaja merupakan masa yang sangat menentukan karena pada masa ini individu

    mengalami banyak perubahan fisik dan psikis. Terjadinya perubahan psikis

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    26/191

    9

    (kejiwaan) menimbulkan kebingungan dikalangan remaja. Hal tersebut

    dikarenakan mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga

    mudah menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku di kalangan

    masyarakat.

    Remaja ditandai dengan perkembangan mental yang belum stabil. Pada

    Umumnya remaja cenderung melakukan perbuatan untuk mencari identitas diri

    serta ingin menunjukkan kemampuannya kepada orang lain. Pengertian identitas

    sosial menurut James Marcia & Waterman dalam Yusuf (2006: 201) adalah

    sebagai berikut:

    Identitas diri merupakan pengorganisasian atau pengaturan dorongan-

    dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam

    citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan

    mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan

    filsafat hidup. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan

    pilihan atau merasa tidak mampu memilih, maka ia akan mengalami

    kebingungan.

    Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, remaja

    akan kehilangan arah. Dampaknya, remaja akan mengembangkan perilaku yang

    menyimpang (deliquent) seperti membolos, melakukan kriminalitas atau menutup

    diri (mengisolasi diri) dari masyarakat.

    Masa remaja merupakan masa yang sulit, karena statusnya yang kabur

    bagi dirinya sendiri maupun lingkungan. Menurut Conny Semiawan dalam Ali

    dan Asrori (2004: 67) mengatakan bahwa : remaja ibaratnya terlalu besar untuk

    serbet dan terlalu kecil untuk taplak meja, artinya remaja sudah bukan anak-anak

    lagi tetapi juga belum dewasa. Pada masa ini biasanya ditandai dengan energi

    yang besar, emosi yang berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum

    sempurna. Hal demikian menyebabkan remaja mengalami perasaan tidak aman,

    tidak tenang dan khawatir kesepian.

    Remaja dikatakan sebagai individu yang tengah berkembang ke arah

    kematangan dan kemandirian. Syamsu Yusuf (2004: 209) mengatakan bahwa

    proses perkembangan individu tidakselalu mulus atau steril dari masalah.

    Dengan kata lain prosesperkembangan tidak selalu lurus atau searah dengan

    potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat. Salah satu

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    27/191

    10

    permasalahan yang dialami dalam perkembangan remaja adalah perilaku

    membolos yang merupakan salah satu dampak dari gagalnya pengembangan

    identitas diri pada remaja. Remaja yang berperilaku membolos pada umumnya

    kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan tingkah laku sendiri dan

    meremehkan keberadaan orang lain, termasuk peraturan yang ada.

    Dorothy Keither (dalam Kartini Kartono, 1991: 80-82) mengatakan bahwa

    sebab membolos yang berasal dari dalam diri sendiri adalah takut akan kegagalan

    dan perasaan ditolak. Takut akan kegagalan yang dimaksud adalah keyakinan

    anak mengenai ketidakberhasilan dirinya di sekolah yang disebabkan karena

    berbagai hal seperti kesulitan dalam belajar maupun ketidakmampuan beradaptasi

    dengan lingkungan. Sehingga mereka merasa gagal, malu, merasa tidak berharga

    serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut. Sedangkan perasaan

    ditolak yang dimaksudkan adalah anak-anak merasa ditolak, tidak diperhatikan

    atau diacuhkan, tidak pernah diajak bermain, maupun tidak pernah dipilih dalam

    kelompok oleh teman-teman sekelasnya. Anak-anak yang merasa tidak di

    inginkan atau tidak diterima dikelasnya baik oleh guru maupun teman cenderung

    mencari-cari alasan untuk menghindari sekolah.

    Perilaku membolos di kalangan peserta didik memiliki keterkaitan dengan

    proses perkembangan remaja dalam upaya pencapaian kematangan dan

    kemandirian identitasnya. Hal tersebut dikarenakan dalam proses perkembangan

    pencapaian kematangan dan kemandirian identitas tidaklah selalu berjalan dengan

    mulus tanpa ada hambatan / masalah, dimana salah satu dari masalah tersebut

    adalah perilaku membolos. Selain itu berkaitan pula dengan perasaan takut akan

    kegagalan dan di tolak yang berasal dari dalam diri peserta didik tersebut.

    2) Faktor eksternal

    Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari lingkungan peserta

    didik, antara lain: keluarga, sekolah dan teman sebaya. Ketiga lingkungan tersebut

    merupakan agen sosialisasi pada individu, baik sosialisasi primer maupun

    sekunder. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut:

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    28/191

    11

    a)

    Keluarga

    Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil yang memiliki peranan

    penting dan menjadi dasar hubungan psikososial anak dalam konteks sosial yang

    lebih luas. Di dalam keluarga ini individu mengalami sosialisasi primer, yaitu

    sosialisasi yang pertama yang dialami individu dalam masa kanak-kanak yang

    dengan itu ia menjadi anggota masyarakat (Peter L Berger, 2013: 178). Melalui

    proses sosialisasi tersebut individu belajar untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

    Ia mengalami proses dan mempelajari bagaimana melaksanakan kewajiban dan

    menuntut hak dari suatu peran serta sikap, perasaan dan harapan yang sesuai

    dengan peran tersebut.

    Remaja merupakan individu yang telah memperoleh sosialiasi primer serta

    mengalami perkembangan, baik secara fisik, kognitif, emosi maupun sosial.

    Relasi remaja dengan orang memiliki pengaruh terhadap perkembangan remaja.

    Hal tersebut dikarenakan relasi dengan orang tua pada masa remaja memiliki

    fungsi adaptif yang menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat

    menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru serta suatu dunia sosial

    dengan sehat. Remaja yang memiliki hubungan nyaman dan harmonis dengan

    orang tuanya cenderung memiliki harga diri dan kesejahteraan emosional yang

    lebih baik. Sebaliknya, relasi yang tidak nyaman dan harmonis cenderung

    menimbulkan perasaan penolakan, rendahnya daya tarik sosial, kecemasan

    maupun depresi pada remaja sebagai akibat masa transisi dari kanak-kanan ke

    masa dewasa (Desmita, 2011: 223).

    Akibat yang ditimbulkan dari relasi yang tidak nyaman dan harmonis

    menyebabkan remaja mengalami masalah dalam perkembangannya. Salah satu

    masalah dari perkembangan remaja tersebut adalah membolos. Keadaan emosi

    yang belum stabil serta ketidaknyamanan remaja berada dirumah membuatnya

    cenderung berperilaku sesuai dengan suasana hati tanpa berpikir panjang. Ia

    melampiaskan perasaan yang dialaminya dengan membolos untuk memperoleh

    kepuasan dan perhatian dari orang lain.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    29/191

    12

    b)

    Sekolah

    Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi yang penting dalam

    kehidupan manusia. Sekolah menjadi agen pengganti terhadap apa yang dilakukan

    keluarga seiring dengan intensifnya anak memasuki ruang sosial dari ruang

    sekolah (Damsar, 2012: 72). Hal tersebut dikarenakan anak cenderung lebih

    banyak menghabiskan sebagain besar waktunya di sekolah untuk menimba ilmu.

    Di sekolah seorang anak belajar kemandirian lebih intensif dari pada di keluarga.

    Sekolah memiliki peranan yang penting dalam pengembangan kepribadian

    anak. Menurut Hurlock, peranan sekolah merupakan faktor penentu bagi

    perkembangan kepribadian siswa, baik cara berfikir, bersikap maupun

    berperilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan guru berperan

    sebagai subtitusi orang tua (Yusuf, 2006: 54). Dengan demikian terlihat jelas

    peran sentral sekolah sekaligus guru dalam perkembangan peserta didik sebagai

    manusia remaja guna mencapai kematangan dan kemandirian identitasnya.

    Peserta didik SMA menghabiskan hampir sepertiga waktunya untuk berada

    di sekolah. Berbagai peristiwa yang dialaminya disekolah mempengaruhi

    perkembangannya, seperti perkembangan identitas, kompetensi diri, hubungan

    sosial serta norma-norma yang harus dipatuhi. Dengan demikian sekolah

    memainkan peranan yang penting dalam perkembangan peserta didik, seperti

    yang dijelaskan oleh Desmita (2011) sebagai berikut :

    sebagai anggota suatu komunitas kecil (a mini society) yang disebut

    sekolah, anak dihadapkan pada sejumlah tugas dan keharusan untuk

    mengikuti sejumlah aturan yang membatasi perilaku, perasaan dan sikap

    mereka. Melalui interkasinya di sekolah anak dapat mengembangkan

    kemampuan kognitif, keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentangdunia dan mengembangkan identitas dirinya.

    Berkaitan dengan hal tersebut sekolah dituntut menciptakan iklim yang

    dapat memfasilitasi siswa mencapai tugas perkembangannya. Upaya sekolah

    dalam memfasilitasi tugas-tugas perkembangan siswa akan berjalan dengan baik

    apabila di sekolah tersebut telah tercipta iklim atau atmosfir yang sehat dan

    efektif. Suasana sekolah yang sehat dan efektif membuat peserta didik merasa

    nyaman dan termotivasi untuk belajar maupun menaati tata tertib yang ada.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    30/191

    13

    Sebaliknya, suasana sekolah yang tidak sehat membuat peserta didik menjadi

    tidak nyaman, mudah melanggar aturan, gugup dan segan untuk belajar.

    Guru yang merupakan subtitusi dari orang tua memiliki peranan sentral

    dalam kehidupan remaja. Guru memiliki keterkaitan dengan keberhasilan maupun

    kegagalan peserta didik dalam proses perkembangannya. Keberhasilan atau

    kegagalan remaja di sekolah ditentukan oleh interaksi mereka dengan guru.

    Selama remaja mendapat penguatan yang positif dari guru, maka mereka akan

    merasa berhasil dan senang berada di sekolah (Desmita, 2011: 234). Suasana

    sekolah yang kurang kondusif dan efektif serta tidak adanya dukungan dari guru

    menjadikan peserta didik malas untuk belajar dan berada disekolah, sehingga hal

    tersebut menyebabkan peserta didik membolos.

    c) Teman Sebaya

    Dalam perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai pula dengan

    meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Kelompok teman

    sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang penting

    dalam perkembangan kepribadiannya. Setelah keluarga dan sekolah, kelompok

    teman sebaya menjadi rujukan (reference group) dalam mengembangkan sikap

    dan perilaku bagi remaja. Heslin dalam Damsar (2012: 75) mengemukakan

    bahwa:

    kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk

    di dalamnya. Hampir tidak mungkin orang melawan kelompok teman

    sebaya yang peraturan utamanya adalah konformitas atau penolakan.

    Seseorang yang tidak melakukan apa yang dilakukan orang lain disebut

    orang luar / bukan anggota. Sebagai akibatnya standart kelompok teman

    sebaya cenderung mendominasi kehidupan remaja.

    Apabila kelompok teman sebaya yang dimiliki remaja cenderung

    berperilaku positif, maka anggotanya akan berperilaku postif pula. Sebaliknya,

    apabila kelompok sebaya berperilaku negatif, maka anggotanya cenderung

    berperilaku negatif pula.

    Bagi remaja kelompok teman sebaya merupakan gambaran dirinya, dimana

    mereka cenderung memilih teman yang memiliki kemiripan nilai dengan dirinya.

    Peserta didik yang bergaul dengan kelompok sebaya yang cenderung melanggar

    norma seperti membolos maka kemungkinan besar ia pun akan berperilaku

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    31/191

    14

    demikian. Remaja dengan solidaritas yang kuat cenderung akan menerima dari

    pada menolak ajakan temannya, termasuk ajakan untuk membolos. Hal tersebut

    didukung oleh penelitian Wilson dan Braithwaite (1977) mengenai membolos

    sekolah di Australia. Hasil penelitian tersebut mengidentifikasikan bahwa

    membolos sekitar tiga kali lebih mungkin dilakukan bersama dengan teman

    daripada sendirian. Sedangkan Carrol dan Mitchel mengemukan bahwa:

    Peer group pressures have been found to operate both within the same

    school and across schools. Friends from the same community who attend

    different schools may truant at the same time, indicating that peer group

    attachments for some youth are not restricted to those observed in a

    particular school or year level (Coventry, et al., 1984: 35).

    Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa tekanan kelompok sebaya telah

    ditemukan baik dalam satu sekolah yang sama maupun sekolah yang berbeda.

    Teman sebaya yang berasal dari satu komunitas walaupun berbeda sekolah

    dimungkinkan dapat membolos di waktu yang bersamaan, hal ini menunjukkan

    bahwa pengamatan tidak terbatas pada sekolah dan level umur tertentu. Dalam

    artian peserta didik yang membolos bukan hanya dari sekolah yang sama,

    melainkan dimungkinkan pula peserta didik yang berasal dari sekolah yang

    berbeda membolos bersama.

    2. Konstruksi Sosial Perilaku Membolos

    Konstruksi kenyataan sosial (social reality construction) merupakan istilah

    yang digunakan Berger & Luckman untuk menggambarkan proses dimana

    melalui interaksinya individu menciptakan secara terus-menerus suatu kenyataan

    yang dimiliki bersama, yang dialami secara faktual obyektif dan penuh arti secarasubyektif. Semua pengetahuan mengenai fakta obyektif dalam dunia kenyataan

    diwarnai oleh lingkungan sosial dimana pengetahuan itu diperoleh, ditransmisikan

    atau dipelajari (Johnson, 1994: 68). Pada akhirnya proses-proses sosial tersebut

    sangat mempengaruhi pikiran dan struktur kesadaran subjektif individu. Dengan

    demikian akan dapat diperoleh gambaran mengenai kenyataan dengan

    menghubungkan antara pengetahuan individu dengan pola-pola interaksi dimana

    mereka terlibat.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    32/191

    15

    Manusia adalah aktor yang kreatif dalam dunia sosialnya. Dalam artian

    tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan dan

    nilai-nilai dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup dalam fakta sosial yaitu

    tindakan yang menggambarkan struktur dan pranata sosial. Dalam hal ini individu

    menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi sesuai kehendaknya. Ia

    bukanlah manusia korban fakta sosial, namun mesin produksi sekaligus

    reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi realitas sosial (Bungin, 2011: 191).

    Berger dalam Poloma (2013: 299) menyatakan bahwa realitas sosial eksis dengan

    sendirinya, dimana dunia sosial tergantung pada manusia dan subyeknya. Perilaku

    membolos merupakan realitas dalam kehidupan sehari-hari yang keberadaanya

    tergantung kepada para pelakunya sebagai pencipta realitas tersebut.

    Perilaku membolos merupakan bagian dari realitas sosial dalam kehidupan

    sehari-hari yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Hidayat (1999: 39) dalam

    Burhan Bungin (2001: 3) menjelaskan bahwa realitas merupakan konstruksi

    sosial yang diciptakan oleh individu. Hal ini berarti kebenaran suatu realitas

    bersifat nisbi, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku

    sosial, yang dalam hal ini adalah konstruksi perilaku membolos di kalangan

    peserta didik.

    Dalam teori konstruksi sosial, realitas atau kenyataan dibangun secara

    sosial melalui pengetahuan dan pengalaman individu. Hal ini berarti kenyataan

    atau realitas dan pengetahuan adalah istilah kunci dalam teori konstruksi sosial.

    Peter L Berger & Thomas Luckman (2013: 1) menjelaskan bahwa,

    Realitas atau kenyataan merupakan suatu kualitas yang terdapat dalam

    fenomena, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantungkepada kehendak manusia. Sedangkan pengetahuan diartikan sebagai

    kepastian bahwa berbagai fenomena tersebut nyata dan memiliki

    karakteristik yang spesifik

    Realitas atau kenyataan sosial tersirat dalam pergaulan sosial, yang

    diungkapkan secara sosial lewat berbagai tindakan sosial seperti berkomunikasi

    lewat bahasa, bekerja sama lewat bentuk-bentuk organisasi sosial. Kanyataan

    sosial yang demikian ditemukan dalam pengalaman intersubyektif (Berger &

    Luckman, 2013: xv). Dalam hal ini pengalaman intersubyektif merupakan

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    33/191

    16

    pengalaman bersama yang diperoleh dari lingkungan fisik, lingkungan sosial dan

    interaksi antar individu. Dengan kata lain intersubyektivitas menunjukkan struktur

    kesadaran umum ke kesadaran individual dalam suatu kelompok yang sedang

    saling berintegrasi dan berinteraksi. Melalui intersubyektifitas tersebut dapat

    dijelaskan bagaimana kehidupan masyarakat dibentuk secara terus-menerus.

    Kehidupan sehari-hari merupakan kenyataan yang ditafsirkan oleh

    masyarakat serta memiliki makna subyektif bagi mereka sebagai satu dunia yang

    saling berhubungan. Ia merupakan satu dunia yang berasal dari pikiran dan

    tindakan-tindakan manusia, yang dipelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan

    tindakan. Dunia tersebut tidak hanya nyata melainkan juga bermakna, dimana

    kebermaknaanya adalah subyektif. Dalam artian, dianggap benar atau salah

    tergantung sebagaimana yang dipersepsi individu. Dasar pengetahuan dalam

    kehidupan sehari-hari merupakan pengobjektifan dari proses-proses (dan makna-

    makna subjektif) dengan mana dunia intersubjektif dibentuk (Berger &

    Luckmann, 2013: 28-29).

    Pengetahuan membimbing perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

    Menurut Berger & Luckman (2013: 33), pengetahuan adalah hal yang dipunyai

    bersama-sama dengan orang lain dalam kegiatan rutin dan normal dan sudah jelas

    dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Pengetahuan

    merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer

    kepada individu lain yang pasif. Hal demikian menyebabkan konstruksi harus

    dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan lingkungan adalah

    sarana terjadinya konstruksi sosial tersebut (Bungin, 2011: 194).

    Dalam hal ini berarti individu-individu sendiri yang membangun

    konstruksi dalam masyarakat, sehingga pengetahuan dan pengalaman individu

    tidak terlepas dari konstruksi masyarakatnya yang dipengaruhi pula oleh

    lingkungan sebagai sarana sosialisasinya. Jadi, konstruksi sosial merupakan

    pandangan yang dibentuk oleh individu yang kemudian diadopsi oleh individu

    lain sebagai realitas kebudayaan.

    Dalam kehidupan sehari-hari realitas bukan hanya tunggal, namun bersifat

    ganda. Menurut Berger, realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi obyektif

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    34/191

    17

    dan subyektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial

    yang objektif melalui eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui

    proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subyektif) (Poloma, 2013: 302).

    Realitas sosial yang obyektif dapat dilihat dalam hubungannya dengan lembaga-

    lembaga sosial, dimana harus dilihat sehubungan dengan eksternalisasi.

    Eksternalisasi-obyektivikasi-internalisasi merupakan 3 moment yang tidak dapat

    dipisahkan satu sama lain dalam melihat konstruksi sosial atas realitas. Hal ini

    dikarenakan proses-proses tersebut saling berkaitan satu-sama lain.

    Perilaku membolos merupakan realitas sosial yang dikonstruksi melalui

    proses dialektika yang simultan dalam 3 moment, antara lain: (1) eksternalisasi

    (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, (2)

    Objektifikasi yang merupakan interaksi dalam dunia intersubyektif, dan (3)

    internalisasi yang merupakan proses yang mana individu mengidentifikasi dirinya

    dengan lembaga / organisasi sosial dimana ia menjadi anggotanya (Berger, 2013:

    xx; Bungin, 2011: 83).

    Eksternalisasi yang merupakan penyesuaian diri dengan dunia

    sosiokultural, pada hakikatnya adalah pencurahan atau ekspresi diri manusia

    kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ekternalisasi

    merupakan bagian penting dalam kehidupan individu, seperti yang dijelaskan

    Berger (2013: 71) berikut ini:

    ..........eksternalisasi itu sendiri merupakan suatu keharusan antropologis

    yang berakar dari perlengkapan biologis manusia. Keberadaan manusia

    tidak mungkin berlangsung dalam suatu lingkungan interioritas yang

    tertutup dan tanpa gerak. Keberadaan manusia harus terus-menerus

    mengeksternalisasi diri dalam aktivitas.Hal ini dapat diartikan bahwa kedirian manusia harus terus mencurahkan

    keberadaannya melalui aktivitas. Dengan demikian ekternalisasi merujuk pada

    kegiatan kreatif manusia dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. Dunia manusia

    memang merupakan dunia yang dibentuk oleh aktivitas manusia sendiri, ia harus

    membentuk dunianya sendiri dalam hubungannya dengan dunia. Karena

    merupakan konstruksi manusia, maka sifatnya tidak stabil dan memiliki

    kemungkinan untuk berubah.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    35/191

    18

    Objektifikasi yang merupakan interaksi dalam dunia intersubyektif, pada

    dasarnya adalah hasil yang telah dicapai baik mental maupun fisik dari kegiatan

    eksternalisasi manusia (Ngangi, 2011: 2). Objektifikasi masyarakat meliputi

    beberapa unsur, seperti institusi, peranan dan identitas. Institusi / kelembagaan

    berasal dari pembiasaan (habitualisasi) atas aktivitas manusia. Setiap tindakan

    yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi pola. Pembiasaan yang

    dipahami sebagai pola dapat dilakukan kembali dimasa yang akan datang dengan

    cara yang sama maupun dengan inovasi. Proses-proses pembiasaan selalu

    mendahului pelembagaan, dimana individu cenderung berperilaku sesuai dengan

    pengalamannya. Pelembagaan terjadi apabila ada tipifikasi yang timbal balik dari

    tindakan-tindakan yang terbiasakan berbagai tipe pelaku. Lembaga-lembaga sosial

    mengendalikan perilaku manusia dengan jalan membuat pola-pola yang telah

    didefinisikan terlebih dahulu. Pola-pola tersebut yang kemudian mengontrol dan

    melekat pada kelembagaan (Berger & Luckman, 2013: 75-79).

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, objektifikasi berasal

    dari pembiasaan dan tipifikasi aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan bersama,

    yang pada akhirnya akan mengalami penyempurnaan dan memperoleh sifat

    objektif. Dengan kata lain ia mempunyai kenyataan sendiri yang dihadapi oleh

    individu sebagai satu fakta eksternal dan memaksa. Menurut Manuaba (2010)

    proses pengobjektifan menekankan adanya kesadaran, dimana kesadaran selalu

    intensional karena ia selalu terarah pada objek. Hal ini berarti manusia memiliki

    kesadaran tentang dunia kehidupan sehari-hari sebagaimana persepsinya.

    Internalisasi merupakan pemahaman atau penafsiran yang langsung dari

    suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya sebagai

    manifestasi dari proses-proses subjektif orang lain yang dengan demikian menjadi

    bermakna secara subjektif bagi individu tersebut (Berger, 2013: 177). Melalui

    internalisasi ini individu dapat dipahami sebagai kenyataan subyektif. Internalisasi

    dapat dipahami sebagai dasar pemahaman terhadap sesama dan pemahaman

    mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Individu

    menjadi anggota masyarakat setelah mencapai taraf internalisasi tersebut. Proses

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    36/191

    19

    internalisasi dilakukan melalui sosialisasi, baik sosialisasi primer maupun

    sosialisasi sekunder.

    Berger dan Luckman menguraikan bahwa, sosialisasi primer sebagai

    sosialisasi awal yang dialami individu pada masa kecil, di saat mana dia

    diperkenalkan dengan dunia objektif (Poloma, 2013: 304). Hal ini berarti

    sosialisasi primer merupakan sosialisasi pertama yang dialami individu pada masa

    kanak-kanak, yang dengan itu ia menjadi anggota masyarakat. Dalam sosialisasi

    primer ini dunia pertama anak terbentuk. Sosialisasi primer ini diperoleh di dalam

    keluarga melalui orang lain yang cukup berpengaruh, seperti orang tua atau

    pengganti orang tua. Pada proses sosialisasi primer ini individu menginternalisasi

    dunia orang-orang yang berpengaruh tersebut sebagai dunia satu-satunya yang ada

    dan bisa dipahami. Menurut Berger (2013: 188), sosialisasi primer berakhir

    apabila konsep tentang orang lain pada umumnya (dan segala sesuatu yang

    menyertainya) telah terbentuk dan tertanam pada individu. Hal ini berarti

    individu secara subyektif telah memiliki suatu diri dan sebuah dunia. Dengan kata

    lain telah terbentuk konsep identitas diri pada individu.

    Sosialisasi sekunder adalah menurut Berger (2013: 178) adalah setiap

    proses berikutnya yang mengimbas individu yang telah disosialisasikan itu ke

    dalam sektor-sektor baru dunia masyarakatnya. Hal ini berarti sosialisasi

    sekunder merupakan lanjutan dari sosialisasi primer, dimana individu

    menginternalisasi pengetahuan-pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya.

    Sosialisasi sekunder tersebut diperoleh di luar lingkungan keluarga. Sosialisasi

    baik primer maupun sekunder berlangsung tidak sempurna, karena kenyataan

    sosial yang kompleks itu tidak dapat diserap dengan sempurna oleh setiap

    individu. Setiap individu memiliki versi realitas yang dianggapnya sebagai cermin

    dari dunia obyektif. Sosialisasi yang tidak sempurna tersebut berakibat

    terbentuknya konstruksi sosial baru yang terwujud dalam eksternalisasi. (Berger,

    2013: xxii).

    Berdasarkan konsep tersebut, peneliti kemudian menggunakan teori

    konstruksi sosial guna menjelaskan bagaimana peserta didik mengkonstruksi

    secara sosial perilaku membolosnya. Konstruksi perilaku membolos dapat dilihat

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    37/191

    20

    dari dialektika 3 moment yang simultan seperti yang telah diuraikan sebelumya,

    yaitu: eksternalisasi, objektifikasi dan internalisasi.

    B. Penelitian yang Relevan

    Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Wenny Graciani mahasiswa

    Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada

    tahun 2011. Penelitian ini berjudul Perilaku Membolos Siswa (Studi Deskriptif

    Kualitatif tentang Perilaku Membolos Siswa di SMP Negeri 2 Delanggu,

    Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten). Penelitian tersebut berusaha untuk

    menjelasakan perilaku membolos yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri

    Delanggu. Hasil dari penelitian menunjukkan jika terdapat 2 faktor yang

    menyebabkan timbulnya perilaku membolos, yaitu sebab yang berasal dari dalam

    diri (internal) dan sebab yang berasal dari luar diri (eksternal). Faktor internal

    yang berpengaruh antara lain: malas mengikuti pelajaran dikelas, tidak suka pada

    pelajaran dan guru mata pelajaran tertentu, belum mengerjakan PR yang diberikan

    oleh guru, masalah keluarga dan terlambat masuk sekolah. Sedangkan faktor

    eksternal yang berpengaruh adalah pola asuh orang tua, lingkungan sekolah yang

    kurang kondusif, dan teman sebaya. Berdasarkan penelitian menunjukkan pula

    jika peserta didik tidak jera untuk berhenti membolos meskipun telah diberikan

    sanksi. Selanjutnya perilaku membolos secara tidak langsung berdampak pada

    prestasi belajar, yaitu nilai ulangan yang buruk dan terancam tidak naik

    kelas.Dampak lainnya adalah mendapat cap anak nakal dari guru dan teman-

    temannya.

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wachida Ichsani mahasiswa

    Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan pada tahun 2007. Penelitian ini berjudul Studi tentang Faktor

    Penyebab dan Alternatif Penyelesaian Masalah Perilaku Membolos pada Siswa

    SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun ajaran 2006/2007. Penelitian tersebut

    difokuskan pada tiga pelaku bolos sekolah. Hasil dari penelitian adalah rata-rata

    penyebab perilaku membolos dikarenakan ajakan teman sebaya, kurangnya

    perhatian keluarga dan tidak adanya teguran dari masyarakat. Selanjutnya akibat

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    38/191

    21

    dari perilaku membolos yang diterima oleh pelaku antara lain prestasinya jelek,

    pendiam, merasa ketakutan jika dipanggil Guru, sering bermain kartu atau

    playstation, sering keluar malam, dan tidak menghormati orang lain. Sedangkan

    alternatif penyelesaian masalah perilaku membolos dilakukan dengan

    menggunakan terapi yang berbeda-beda. Subjek 1diberi perlakuan dengan

    menggunakan eksistensi humanistik, subjek 2 dengan analisis pengubah tingkah

    laku dan subjek 3 dengan terapi realis.

    Penelitian yang akan dilakukan peneliti juga berkisar pada perilaku

    membolos sekolah. Meskipun demikian terdapat perbedaan dengan 2 penelitian

    yang telah dilakukan sebelumnya. Kedua penelitian tersebut berusaha untuk

    menjelaskan mengenai perilaku membolos, faktor penyebab perilaku membolos

    dan alternatif penyelesaian perilaku membolos. Sedangkan penelitian yang akan

    dilakukan peneliti lebih memfokuskan pada konstruksi sosial perilaku membolos.

    Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan persepsi, bentuk-bentuk dan faktor

    penyebab perilaku membolos di kalangan peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta.

    berdasarkan persepsi, bentuk-bentuk dan faktor penyebab perilaku membolos

    selanjutnya akan digambarkan mengenai konstruksi perilaku membolos tersebut.

    C. Kerangka Berpikir

    Perilaku membolos adalah realitas sosial dalam kehidupan sehari-hari yang

    seingkali dijumpai dalam dunia pendidikan. Perilaku membolos sebagai realitas

    sosial tersebut merupakan hasil konstruksi sosial yang dipengaruhi oleh proses

    dialektika ekternalisasi, internalisasi, dan objektifikasi. Lingkungan, baik formal

    maupun informal berpengaruh penting terhadap konstruksi sosial perilaku

    membolos. Hal demikian karena di lingkungan tersebut peserta didik malakukan

    sosialisasi guna pembentukan identitas dirinya.

    Pembentukan perilaku dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam

    maupun luar individu. Begitu pula perilaku membolos, dimana terdapat beragam

    alasan yang melatarbelakangi peserta didik berperilaku membolos, baik sebab

    internal maupun eksternal. Perilaku membolos memiliki makna subyektif bagi

    pelakunya, dalam artian berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya, yang

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    39/191

    22

    kesemuanya bergantung bagaimana individu mempersepsinya. Persepsi individu

    dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, dimana persepsi

    tersebut memiliki keterkaitan dengan perilaku individu. Dengan demikian,

    persepsi peserta didik mengenai membolos memiliki keterkaitan pula dengan

    bentuk-bentuk perilaku membolos di kalangan peserta didik.

    Melihat bagaimana peserta didik mempersepsi dan kemudian

    mengkonstruksi secara sosial perilaku membolos menjadi kajian yang menarik

    untuk diteliti. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran konstruksi sosial

    membolos serta bentuk-bentuk tindakan membolos sekolah dikalangan peserta

    didik. Untuk memperjelas keterangan diatas, berikut skema berpikir yang akan

    mempermudah untuk memahaminya:

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

    Persepsi perilaku

    membolos

    Bentuk-bentuk

    perilaku

    membolos

    Konstruksi perilaku membolos

    di kalangan peserta didik

    Faktor penyebab

    perilaku

    membolos

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    40/191

    23

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Lokasi penelitian yang diambil adalah SMA Negeri 6 Surakarta, yang

    beralamatkan di Jalan Mr Sartono nomor 30, Kecamatan Banjarsari, Kota

    Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Pertimbangan yang mendasari peneliti untuk

    memilih SMA Negeri 6 Surakarta sebagai tempat penelitian adalah :a. Terdapat permasalahan membolos di SMA Negeri 6 Surakarta yang

    merupakan bentuk pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.

    b. SMA Negeri 6 Surakarta merupakan sekolah tempat peneliti melakukan PPL

    sehingga proses pengumpulan data dan perijinan cendrung lebih mudah.

    c. Lokasi SMA Negeri 6 Surakarta yang cukup mudah dijangkau sehingga akan

    memudahkan dalam mendapatkan berbagai akses kebutuhan yang diperlukan

    dalam penelitian.

    2. Waktu Penelitian

    Adapun waktu penelitian yang digunakan, yaitu 6 bulan mulai dari bulan

    Januari 2015 sampai pada Juni 2015 dapat dilihat pada tabel 3.1

    Tabel 3.1

    Jadwal Kegiatan Penelitian

    No Kegiatan

    Bulan

    Jan

    15

    Feb

    15

    Mar

    15

    Apr

    15

    Mei

    15

    Juni

    151 Pengajuan judul

    2 Penyusunan proposal

    dan seminar proposal

    3 Perijinan

    4 Pengumpulan data

    5 Analisis data

    6 Penyusunan laporan

    7 Pelaksanaan ujian

    skripsi

    8 Revisi

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    41/191

    24

    Peneliti mengawali dengan pengajuan judul, penyusunan proposal dan

    seminar proposal, perijinan, pengumpulan data dan analisis data, penyusunan

    laporan, pelaksanaan ujian skripsi dan revisi.

    B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian

    kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

    tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi,

    motivasi, tindakan dan lain sebagainya (Moleong, 2010: 6). Penelitian kualitatif

    lebih menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan

    analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian kualitatif adalah penelitian

    yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun

    tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia (Afrizal, 2014: 13).

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif

    merupakan penelitian yang menggambarkan, menganalisis dan mendeskripsikan

    suatu peristiwa atau fenomena yang sedang diteliti. Dalam hal ini pendekatan

    kualitatif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan mengenai

    persepsi, bentuk-bentuk serta faktor yang menyebabkan peserta didik berperilaku

    membolos. Dengan demikian peneliti dapat menggambarkan konstruksi sosial

    perilaku membolos di kalangan peserta didik. Peneliti tertarik untuk

    menggambarkan maupun mendeskripsikan mengenai konstruksi sosial perilaku

    membolos dikarenakan selama ini penelitian mengenai membolos lebih banyak

    difokuskan kepada faktor yang menyebabkan perilaku membolos serta alternatif

    penyelesaiannya. Dengan mengetahui konstruksi sosial perilaku membolos di

    kalangan peserta didik diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

    perilaku membolos yang seakan menjadi budaya dalam pendidikan.

    2. Jenis Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang diajukan, penelitian ini

    menggunakan jenis penelitian fenomenologi. Menurut Bogdan dan Biklen (1982)

    yang dikutip Asmadi Asla dalam Iskandar (2013: 206), penelitian dengan

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    42/191

    25

    pendekatan fenomenologi berusaha memahami makna dari suatu peristiwa atau

    fenomena yang saling berpengaruh dengan manusia dalam situasi tertentu.

    Penelitian fenomenologi berorientasi untuk memahami, menggali dan

    menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa, fenomena-fenomena dan hubungan

    orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu. Fenomenologi memandang

    perilaku manusia, apa yang mereka katakan, apa yang mereka lakukan adalah

    sebagai suatu produk dari bagaimana orang menafsir terhadap dunia mereka

    (Sutopo, 2002: 25).

    Fenomenologi merupakan sebuah pendekatan fisiologis untuk menyelidiki

    pengalaman manusia. Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti

    dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam

    fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari

    pengalaman kesadaran manusia.Dari definisi diatas, maka fenomenologi

    merupakan jenis penelitian yang berusaha mencari makna dari suatu peristiwa dan

    gambaran yang muncul dari wawancara informan yang sedang diteliti.Peneliti

    ingin mengetahui persepsi, bentuk-bentuk dan faktor yang menyebabkan perilaku

    membolos. Dengan demikian akan diperoleh gambaran mengenai konstruksi

    sosial perilaku membolos di kalangan peserta didik.

    C. Data dan Sumber Data

    Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan

    selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya (Moleong,

    2010: 157). Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan oleh peneliti

    adalah sebagai berikut :

    1. Sumber Data Primer

    Data primer merupakan data yang digali atau didapat secara langsung

    dengan para informan yang menjadi respon dalam penelitian serta sasaran lokasi

    penelitian. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

    data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013: 308). Dalam hal ini data primer

    diperoleh melalui observasi dan wawancara yang berkaitan dengan permasalahan

    yang diteliti.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    43/191

    26

    Informasi yang dimaksudkan tentu saja berhubungan dengan persepsi,

    bentuk-bentuk dan faktor yang menyebabkan perilaku membolos di kalangan

    peserta didik. Selanjutnya melalui informasi tersebut akan digunakan untuk

    menggambarkan konstruksi sosial perilaku membolos di kalangan peserta didik.

    Adapun informan yang dijadikan sumber data primer dalam penelitian ini adalah :

    a. Informan kunci (key informan) yaitu peserta didik SMA Negeri 6

    Surakarta yang memiliki pengalaman berperilaku membolos, baik secara

    parsial maupun penuh. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang

    yang dianggap memenuhi kriteria penelitian.

    b.

    Informan pendukung yaitu petugas Satuan Tugas Pelaksana Kegiatan

    Kesiswaan (STP2K), Guru Bimbingan Konseling (BK), ibu Kantin dan

    teman informan kunci yang dapat membantu memberikan tambahan

    informasi.

    Informan kunci (key informan) dalam penelitian ini adalah pelaku sosial

    atau orang yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan pengalaman mengenai

    perilaku membolos, sehingga mereka mampu memberikan gambaran dan

    informasi terkait dengan fokus penelitian kepada peneliti. Informan kunci dalam

    penelitian ini adalah 9 peserta didik SMA Negeri 6 Surakarta yang pernah

    maupun masih berperilaku membolos, baik secara parsial maupun penuh.

    Informan kunci dalam hal ini berperan untuk memberikan informasi mengenai

    berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku membolos seperti : persepsi, bentuk-

    bentuk dan faktor yang menyebabkan perilaku membolos. Informasi tersebut akan

    digunakan untuk menggambarkan konstruksi sosial perilaku membolos di

    kalangan peserta didik. Sedangkan Informan pendukung adalah orang yang dapat

    membantu memberikan informasi untuk memperkuat data yang diperoleh peneliti.

    Informan pendukung dalam penelitian ini adalah 2 petugas STP2K, 1 guru BK, 1

    orang ibu kantin dan teman informan kunci. Melalui informan pendukung tersebut

    diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, sekaligus menguji kebenaran

    informasi yang disampaikan oleh informan kunci.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    44/191

    27

    2. Sumber Data Sekunder

    Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

    memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2013: 309). Data sekunder

    merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data yang

    bersifat studi dokumentasi berupa penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi,

    kelembagaan, referensi-referensi atau peraturan (literatur laporan), tulisan dan

    lain-lain yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian

    (Iskandar: 2013, 78). Sumber data sekunder dapat dimanfaatkan untuk menguji,

    menafsirkan maupun meramalkan tentang masalah penelitian.

    Dari definisi diatas, maka sumber data sekunder merupakan sumber data

    tidak langsung atau data pendukung yang diperoleh melalui penelaahan studi

    dokumentasi. Studi dokumentasi yang dimaksudkan diperoleh melalui literatur-

    literatur yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diangkat berupa bahan

    bacaan, arsip, dokumen, laporan penelitian dan catatan yang berhubungan dengan

    kajian penelitian yaitu konstruksi sosial perilaku membolos dikalangan peserta

    didik. Data tersebut berupa dokumen-dokumen seperti media online (koran

    online), jurnal, laporan penelitian lain yang membahas masalah membolos,

    dokumen rekapitulasi peserta didik yang datang terlambat atau tidak masuk

    sekolah, dokumen tata tertib siswa dan dokumen-dokumen lainnya yang

    berhubungan dengan perilaku membolos sekolah.

    D. Teknik Sampling (Cuplikan)

    Teknik sampling atau pengambilan sampling atau pengambilan cuplikan

    dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Bungin,

    purposive samplingadalah satu strategi menentukan informan yang paling umum

    didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi

    informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian

    (2011: 107).Dengan teknikpurposive samplingdiharapkan informan memberikan

    data sesuai dengan masalah penelitian yang dilakukan sehingga dapat

    memberikan pemahaman yang mendalam terhadap masalah yang diteliti.

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    45/191

    28

    Kelompok peserta yang dimaksud adalah informan yang berasal dari SMA

    Negeri 6 Surakarta, yaitu : 1) Peserta didik pelaku membolos. Pelaku membolos

    yang dimaksudkan disini adalah peserta didik yang memiliki pengalaman

    berperilaku membolos, dalam artian peserta didik yang pernah / masih berperilaku

    membolos baik secara parsial maupun penuh. 2) Petugas STP2K, guru BK, Ibu

    kantin dan teman-teman pelaku membolos. Mereka dipilih sebagai informan

    dengan alasan memiliki keterkaitan dengan peserta didik pelaku membolos,

    sehingga dapat memberikan tambahan informasi terkait masalah penelitian.

    Kelompok informan tersebut tentunya dipilih berdasarkan kemampuan informan

    dalam mengetahui dan menguasai pokok permasalahan yang diteliti.

    E. Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

    penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam

    penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara

    mendalam, observasi dan dokumentasi.

    1.

    Wawancara mendalam (indepth in terview)

    Dalam penelitian ini diperlukan wawancara mendalam terhadap informan

    untuk mengambil data terkait dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam

    adalah wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk

    mendalami informasi dari seorang informan (Afrizal, 2014: 136). Menurut

    Burhan Bungin wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan

    untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

    pewawancara dan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

    wawancara (Bungin, 2011: 111).

    Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu membuat pedoman

    wawancara (interview guide) yang berisi garis besar pertanyaan yang akan

    diberikan kepada informan. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara

    mendalam lebih terarah dan fokus terhadap masalah penelitian. Hal tersebut

    dilakukan karena peneliti menggunakan wawancara terbuka, dimana informan

    memiliki kebebasan dalam memberikan jawaban tanpa dibatasi. Wawancara

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    46/191

    29

    mendalam dilakukan didalam maupun diluar lingkungan sekolah sesuai

    kesepakatan antara informan dengan peneliti. Selama proses penelitian

    berlangsung peneliti berusaha membangun suasana penelitian yang santai namun

    tetap fokus pada persoalan yang tengah diteliti.

    Proses wawancara mendalam kepada informan dilakukan melalui tatap

    muka (face to face). Selain itu dilakukan pula dengan mengirim SMS (short

    message system) maupun BBM (blackberry messager) kepada informan. Hal

    tersebut dilakukan untuk melengkapi bagian-bagian yang kurang setelah

    wawancara melalui tatap muka (face to face).

    2. Observasi

    Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan

    pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti

    telinga, penciuman, mulut, dan kulit(Bungin, 2011:118). Sedangkan menurut

    Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:203) mengemukakan bahwa observasi

    merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

    pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan

    apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

    alam dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.

    Dari definisi diatas tersebut, observasi merupakan proses kegiatan yang

    dilakukan peneliti untuk mengetahui keseharian dan kebiasaan manusia dengan

    cara mengamati dan mendengarkan sehingga memperoleh data yang sistematis

    terkait dengan masalah penelitian.

    Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi non-

    partisipan. Dimana observasi ini merupakan teknik observasi dimana peneliti

    tidak terlibat di dalam kegiatan yang sedang diamatinya, peneliti hanya sebagai

    pengamat yang independen (Sugiyono, 2013:203). Dalam penelitian ini, peneliti

    melakukan kegiatan observasi didalam maupun diluar lingkungan sekolah untuk

    mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan permasalahan

    penelitian. Peneliti mengamati kegiatan peserta didik di dalam lingkungan sekolah

    untuk mendapatkan tambahan data dan informasi khususnya yang berkaitan

    dengan bentuk-bentuk perilaku membolos. Sedangkan observasi diluar

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    47/191

    30

    lingkungan sekolah dilakukan ditempat-tempat yang menurut informan menjadi

    lokasi membolos peserta didik baik secara parsial maupun penuh, seperti : toko

    STRONG Family dan Warung Mbak Yanti. Selain itu dilakukan pula pengamatan

    terhadap media sosial peserta didik, seperti Blackberry Messanger (BBM).

    Pengamatan terhadap BBM dilakukan dikarenakan peserta didik yang memiliki

    akun BBM biasanya mengungkapkan perasaanya dalam bentuk status BBM,

    termasuk ketika mereka membolos.

    3. Dokumentasi

    Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa

    dokumentasi. Dokumentasi merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi

    yang berhubungan dengan fokus masalah penelitian. Dokumen digunakan dalam

    penelitian untuk mempermudah dan memperjelas hasil wawancara dan observasi

    yang telah dilakukan. Dalam menganalisis dokumen peneliti sebaiknya tidak

    hanya mencatat apa saja yang tertulis, tetapi juga berusaha menggali dan

    mengungkap makna yang tersirat dalam dokumen tersebut (Sutopo, 2002: 70).

    Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan berita dari media

    online (koran online), jurnal, laporan penelitian yang membahas masalah

    membolos, gambar foto dari dokumentasi, dokumen tata tertib siswa, dokumen

    rekapitulasi peserta didik yang datang terlambat dan tidak masuk sekolah serta

    dokumentasi terhadap statusBlackberry Messanger(BBM) peserta didik.

    F. Uji Validitas Data

    Uji validitas data digunakan berkaitan data dan informasi yang

    dikumpulkan dalam penelitian. Menurut Alias Baba dalam Iskandar (2013)

    validitas adalah sejauh mana instrumen penelitian mengukur dengan tepat

    konstruk variabel penelitian. Sedangkan menurut Afrizal validitas data yang

    terkumpul dalam penelitian dapat mengambarkan realitas yang diharapkan oleh

    peneliti (2014: 167). Dalam penelitian kualitatif bukan jumlah informan yang

    menentukan validitas data yang terkumpul melainkan ketepatan dan kesesuaian

    sumber data dengan data yang diperlukan. Salah satu teknik untuk memperoleh

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052

    48/191

    31

    data yang valid dalam penelitian kualitatif adalah penggunaan teknik trianggulasi.

    Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasai metode.

    1. Trianggulasi Sumber

    Dalam menggunakan trianggulasi sumber, peneliti menggunakan beragam

    sumber data yang tersedia. Data yang sama dan sejenis akan lebih baik bila digali

    dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari

    sumber satu, bisa teruji kebenarannya apabila dibandingkan dengan data sejenis

    yang diperoleh dari sumber yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun

    sumber yang berbeda jenisnya (Sutopo, 2002: 79). Jadi, trianggulasi sumber ini

    dilakukan dengan cara membandingkan informasi dari informanyang satu dengan

    informan yang lainnya, membandingkan data yang diperoleh dari dokumen dan

    arsip dengan hasil wawancara informan, dan membandingkan data hasil observasi

    dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara dari informan.

    Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan informasi yang diperoleh

    dari informan kunci maupun pendukung. Selanjutnya membandingkan data yang

    diperoleh dari hasil dokumentasi (rekapitulasi kehadiran, tata tertib siswa maupun

    status BBM peserta didik) dengan hasil wawancara informan kunci maupun

    pendukung. Selain itu peneliti membandingkan pula data yang diperoleh dari hasil

    observasi di dalam maupun diluar lingkungan sekolah dan BBM peserta didik

    dengan hasil wawancara dari informan kunci maupun informan pendukung.

    2. Trianggulasi Metode

    Trianggulasi metode digunakan untuk memperoleh data yang sama dan

    sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda pula.

    Peneliti mengumpulkan data yang sama atau sejenis dengan menggunakan metode

    observasi, wawancara mendalam, dan metode studi dokumentasi. Ketiga metode

    tersebut digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi, bentuk-bentuk

    dan faktor penyebab perilaku membolos di kalangan peserta didik SMA Negeri 6

    Surakarta.

    Trianggulasi metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap

    penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dari

    interview sama dengan informasi yang diperoleh dari observasi maupun

  • 7/24/2019 Revisi Skripsi Full Nining k8411052