ringkasan disertasi v ud februari
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
1/17
KARAKTER LAHAR GUNUNGAPI MERAPI
SEBAGAI RESPON PERBEDAAN JENIS ERUPSI
SEJAK HOLOSEN
THE CHARACTERISTICS OF MERAPI-VOLCANO- LAHARS
AS THE RESPONSE OF DIFFERENT TYPES
OF HOLOCENE ERUPTION
Oleh:
Eko Teguh Paripurno
NPM. L3L 03011
RINGKASAN DISERTASI
Program Pascasarjana
Universitas Padjadjaran
10 Februari 2008
1
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
2/17
hidup adalah perjuangan,
ibadah yang tak mengenal kalah dan menang
satyaku ku dharmakan, dharmaku ku baktikan
2
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
3/17
DALIL
1. Karakter endapan lahar merupakan respon jenis erupsi gunungapi.
Lebih dari 90% karakter komponen lahar dibentuk oleh hasil dari
perbedaan jenis erupsi, sedang 10% ditentukan oleh faktor prosesindogen dan eksogen lainnya.
2. Besar butir komponen raksasa (giant component) endapan lahar danendapan piroklastika sumbernya mempunyai kesamaan diatas 90%.
Besar komponen berukuran raksasa pada endapan piroklastika dan
lahar tidak dipengaruhi oleh jarak pengendapan; sedang besar
komponen berukuran kerikil bongkah berkurang sesuai jarak
pengendapan.
3. Pemahaman atas sejarah dan jenis erupsi gunungapi yang dilengkapidengan dasar pemahaman sedimentologi kuantitatif dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat ancaman lahar dalam ruang dan waktu
dengan lebih absah dan dipercaya guna melakukan pengurangan risiko
bencana.
4. Jenis erupsi, komposisi batuan, besar komponen, bentuk komponen
lahar dan piroklastika merupakan bagian dari karakteristik populasi
endapan lahar dan piroklastika yang mampu menjawab permasalahan
karakter ancaman lahar hubungannya dengan pengurangan risikobencana.
5. Pengklasifikasian stratigrafi gunungapi dapat dilakukan dengan
pendekatan respon lahar terhadap letusan dalam ruang dan waktu
tertentu.
6. Pembelajaran geologi bagi mahasiswa geologi akan menjadi lebih baikdan berdaya apabila ilmu geologi dipadukan dengan filsafat ilmu,
paradigmapost positivism, dan metodologi penelitian.
7. Hidup adalah perjuangan. Ibadah yang tidak mengenal kalah danmenang.
8. Satyaku ku darmakan. Darmaku ku baktikan
3
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
4/17
ABSTRAK
G. Merapi sebagai salah satu gunungapi tipe strato yang teraktif di
dunia, yang dalam sejarah erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi,
berupa erupsi letusan dan leleran. Erupsi leleran menghasilkan lidah lava,kubah lava dan aliran piroklastika; erupsi letusan menghasilkan jatuhan
piroklastika dan aliran piroklastika.
Lahar merupakan aliran lumpur yang mengandung material rombakan
dan bongkah-bongkah menyudut sebagian besar berasal dari gunung api. Di G.
Merapi, bahaya lahar berdampak luas bagi masyarakat. Kerugian yang
ditimbulkan bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi juga pada hilang dan
rusaknya harta benda sebagai aset penghidupan masyarakat.
Morfologi G. Merapi memiliki empat lereng yang masing-masing
dibatasi oleh tekuk-tekuk lereng. Setiap lereng dan tekuk lereng
mengekspresikan batuan penyusun dominan, fungsi morfologinya terhadap
endapan gunungapi, serta proses yang pernah terjadi.
Berdasarkan karakter hasil erupsi letusan dan leleran serta proses
pelaharan, G. Merapi terbentuk atas lima satuan lava, empat piroklastika dan
lima satuhan lahar. Stratigrafi G. Merapi dapat dikelompokkan menjadi 5
tahapan, yaitu: Merapi Baru, Merapi Muda, Merapi Dewasa, Merapi Tua, dan
Pra Merapi.
Mengikuti paradigma post positivism yang menghendaki verifikasidan/atau validasi dengan pendekatan probabilistik melalui uji-uji statistik
parametrik maupun non parametrik. Dibuktikan bahwa G. Merapi selama
Neogen telah mengalami perubahan jenis erupsi. Unsur kimia utama TiO2,
Fe2O3, MgO, CaO, dan K2O, serta struktur rims horblenda merupakan
pembeda jenis erupsi. Perubahan karakter piroklastika ditentukan oleh besar
dan bentuk komponen berukuran bongkah, kerakal dan kerikil; tidak oleh
komponen raksasa. Perubahan besar dan bentuk komponen piroklastika tidak
beraturan dan tidak berkorelasi dengan jarak pengendapan. Perubahan karakter
lahar ditentukan oleh besar dan bentuk komponen berukuran bongkah, kerakaldan kerikil; tidak oleh komponen raksasa. Perubahan besar komponen lahar
beraturan; berkorelasi (negatif) dari sedang sampai sangat kuat terhadap jarak
pengendapan. Korelasi semakin kuat pada pelaharan dalam datu daerah aliran
sungai; sementara itu bentuk komponen lahar tidak beraturan dan tidak
berkorelasi dengan jarak pengendapan.
Komponen raksasa menjadi bagian penting yang perlu dikelola untuk
adaptasi pengurangan risiko ancaman lahar. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian geologi gunungapi dengan mencermati komponen lahar secara lebih
4
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
5/17
rinci. Posisi lahar sebagai respon jenis erupsi menjadi bagian penting pada
pemetaan pembuatan peta geologi, peta kawasan rawan bencana maupun peta
risiko bencana letusan G. Merapi, dan selanjutnya menerapkan metoda ini
untuk pemetaan gunungapi-gunungapi lainnya.
ABSTRACT
Merapi volcano as one of most active strato-volcano tipes in the
world, at the historical of the eruption had some different types of eruptions, as
explosive and effusive eruption. Effusive type of eruption creates lava spills,
lava dome and pyroclastic avalanches while explosive eruption leads to
pyroclastic falls and pyroclastic flow
Lahar is a type of mudflow composed of debris and angular block
mostly from a volcano. In Mt. Merapi, lahars can affect the people widely,
causing not only loss of lives but also damage and loss of property and
livelihood assets.
The morphological features of Merapi Volcanoe consist of four slopes
that are bordered by slope breaks. Each slope and slope break are reflecting
their dominant rocks formation, their morphological functions to the volcanic
deposits, and past historical processes.
Based on its characteristics of explosive and efusive eruptions as wellas processes of lahar flows, Mt. Merapi is formed by five units of lava, four
pyroclastics and five units of lahars. The stratigraphy of Merapi Volcano can
be categorised into 5 stages: New Merapi, Young Merapi, Mature Merapi, Old
Merapi, and Pre Merapi
In adhernce to the post positivism paradigm that requires verification
and/or validation of the probabilisitc approaches through parametric as well
as non-parametric statistical tests, it proves that Mt. Merapi during the
Neogene period experienced evolution of types o eruption. The main chemical
compositions of TiO2, Fe2O3, MgO, CaO, and K2O as well as the rims ofhornblende stucture distinguish the types of eruptions during that period.
Changes of pyroclastic characters are determined by the bigness and forms of
components in the sizes of block, pebbles and gravels, not by giant component.
The changes in sizes and forms of pyroclastic components are not in order and
not in correlation with the distance of deposits. Lahar characters change in
oderly fashion, (negatively) in medium to very strong correlation with the
distance of deposits. The correlations gets stronger during the lahar flow in
the one watersheed; meanwhile, the forms of lahar components are not in
5
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
6/17
orderly fashion and not in correlation with the distance of sediment deposits.
Giant component is the main significant part to be managed in the
adaptation of lahar risk reduction. For that purpose, a research on the geology
of volcano with the further details analysis on lahar components is highly
necessary. The positions of lahar as the responses to types of eruptionsbecome a signifcant part in the efforts in developing a geological map,
disaster prone zone map as well as Merapi eruption disaster risk map. The
method can subsequently be applicable for mapping of other volcanoes.
Key words: Merapi, lahar, post-positivism
PENDAHULUAN
G. Merapi, tempat penelitian ini dilakukan, merupakan salah satu
gunungapi Tipe A yang paling aktif di dunia. Gunungapi ini terletak di Jawa
Tengah, pada 7o3230 lintang selatan dan 110o2630 bujur timur. Puncak
tertinggi terletak pada kubah lava tahun 1940 dengan ketinggian 2986 meter
dpl. G. Merapi ini merupakan bagian paling selatan dari kelurusan gunungapi
Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi yang berarah N165oE, yang berpotongan
dengan kelurusan gunungapi Lawu-Merapi-Sumbing-Sundoro-Slamet-Ciremai
berarah N105oEDi G. Merapi, bahaya lahar berdampak luas bagi masyarakat.
Kerugian bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi juga pada hilang dan rusaknya
harta benda sebagai aset penghidupan masyarakat. Lahar merupakan aliran
lumpur yang mengandung material rombakan dan bongkah-bongkah menyudut
sebagian besar berasal dari gunung api (van Bemelen, 1949). Lahar pertama
kali digunakan oleh Scrivener tahun 1929 untuk menyebutkan sungai hasil
letusan G. Kelud pada tahun 1919 (dalam Rodolfo dan Arguden, 1991).
Keterbatasan pemahaman atas proses dan sebaran pelaharan
menyebabkan pengurangan risiko bencana lahar belum dapat dilakukan secara
optimal dan bahkan memunculkan risiko baru. Hal ini antara lain disebabkan
oleh penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini cenderung bersifat
kualitatif dan berorientasi kepada kondisi saat ini. Hal ini berakibat kepada
munculnya kesulitan dalam memprediksi ancaman lahar pada masa yang akan
datang ketika terjadi perubahan aktivitas erupsi. Keterbatasan kajian ilmiah
secara kuantitatif tentang peranan jenis erupsi gunungapi dalam mengontrol
karakter lahar menjadi alasan ilmiah pemilihan topik penelitian.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakter lahar G. Merapi
6
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
7/17
sebagai respon akibat perbedaan jenis erupsi sejak Holosen. Penelitian
bertujuan untuk: (1) mengetahui perubahan jenis erupsi G. Merapi sejak
Holosen sampai Resen; (2) mengetahui karakter lava dan endapan piroklastika
G. Merapi sebagai respon perbedaan jenis erupsi; serta (3) mengetahui karakter
endapan lahar G. Merapi sebagai respon perbedaan karakter jenis erupsi. Dariaspek teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kegunungapian, khususnya lahar, dalam merubah
pendekatan kualitatif ke pendekatan verifikasi kuantitatif dalam penetapan
kesimpulan. Metode yang digunakan dan hasil yang dicapai diharapkan dapat
memberikan kejelasan hubungan antara hasil erupsi dan lahar, untuk
selanjutnya dapat digunakan di tempat lain. Dari aspek praktis hasil penelitian
untuk diterapkan dalam memprediksi pengurangan risiko bahaya lahar dengan
lebih tepat pada setiap perubahan jenis erupsi.
Gambar 1
Alur proses penelitian
Penelitian ini menggunakan pola pikir deducto - hipotetico - verifikatif. Pada
pola pikir ini digunakan pendekatan probabilistik, dengan objek penelitian
berupa populasi yang akan diuji dengan alat uji statistik. Pengujian dilakukan
terhadap variabel yang terkait dengan fenomena hubungan perubahan jenis
erupsi G. Merapi dan karakter endapan lahar yang terbentuk. Metode deduksi
menjadikan fenomena yang sudah umum dalam hal pengkajian fenomena
7
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
8/17
erupsi G. Merapi sebagai bahan dasar dalam menginterpretasikan hal yang
khusus. Bila diilustrasikan sebagai proses, maka pola pikir deduktif berjalan
menurut urutan: Teori Hipotesis Observasi Konfirmasi / Verifikasi
(Hirnawan, 2007)
Penelitian menguji fenomena lahar yang terbentuk di G. Merapisebagai respon atas perbedaan jenis erupsi yang terjadi, dan mempunyai
hubungan sebab akibat secara kualitatif dan kuantitatif. Pernyataan hipotesis
tersebut adalah: (1) G. Merapi sejak Holosen sampai Resen mengalami
perbedaan jenis erupsi; (2) Endapan piroklastika sejak Holosen sampai Resen
mengalami perubahan karakter akibat perubahan jenis erupsi; (3) Endapan
lahar sejak Holosen sampai Resen mengalami perubahan karakter akibat
perubahan jenis erupsi; (4) Besar dan bentuk rata-rata komponen endapan
piroklastika tidak mempunyai korelasi dengan jarak pengendapan; (5) Besar
dan bentuk rata-rata komponen endapan lahar mempunyai korelasi dengan
jarak pengendapan; dan (6) Komponen endapan lahar mempunyai kesamaan
karakter dengan komponen endapan piroklastika sumbernya.
HASIL PENELITIAN
Morfologi & Stratigrafi
Morfologi G. Merapi memiliki empat lereng yang masing-masingdibatasi oleh tekuk-tekuk lereng. Keempat lereng tersebut terdiri dari (1) zona
lereng kerucut puncak, (2) zona lereng tengah, (3) zona lereng kaki dan (4)
zona dataran kaki. Setiap lereng dan tekuk lereng mengekspresikan batuan
penyusun dominan, fungsi morfologinya terhadap endapan gunungapi, serta
proses yang pernah terjadi.
Pengorganisasian terhadap hasil erupsi lelehan menghasilkan satuan-
satuan lava, sedang erupsi letusan menghasilkan satuan-satuan endapan
piroklastika. Pengendapan ulang atas keduanya menghasilkan satuan-satuan
lahar. Hasil erupsi lelehan G. Merapi membentuk satuan-satuan lava yangterdiri dari Satuan Lava Merapi 1 (Mlv1) Watugaruda, Satuan Lava Merapi 2
(Mlv2) Alap-alap, Satuan Lava Merapi 3 (Mlv3) Watulawang, Satuan Lava
Merapi 4 (Mlv4) Plawangan, Satuan Lava Merapi 5 (Mlv5) Bibi.
Jatuhan piroklastika hasil erupsi letusan G. Merapi terdiri dari Satuan
Jatuhan Piroklastika Merapi 4 (Mjp4) Pasarbubar, Satuan Jatuhan Piroklastika
Merapi 3 (Mjp3) Sumber, Satuan Jatuhan Piroklastika Merapi 2 (Mjp2)
Kinahreja, Satuan Jatuhan Piroklastika Merapi 1 (Mjp1) Selo.
8
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
9/17
Gambar 2:
Morfologi gunungapi
Aliran piroklastika hasil erupsi letusan G. Merapi terdiri dari Satuan
Aliran Piroklastika Merapi 5 (Mjp5) Kaliadem, Satuan Aliran Piroklastika
Merapi 4 (Mjp4) Brubuhan, Satuan Aliran Piroklastika Merapi 3 (Mjp3)
Kaliurang, Satuan Aliran Piroklastika Merapi 2 (Mjp2) Deles, Satuan Aliran
Piroklastika Merapi 1 (Mjp1) Rogobelah.
Satuan lahar hasil pengendapan ulang hasil erupsi terdiri dari Satuan
Lahar Merapi 5 (Mlh5) Kalikrasak, Satuan Lahar Merapi 4 (Mlh4) Kaliworo,
Satuan Lahar Merapi 3 (Mlh3) Kalikuning, Satuan Lahar Merapi 2 (Mlh2)Kaligendol, dan Satuan Lahar Merapi 1 (Mlh1) Kaliluwuk.
Stratigrafi gunungapi G. Merapi berdasarkan respon lahar terhadap
perbedaan jenis erupsi, dapat dikelompokkan menjadi 5 tahapan, yaitu: Merapi
Baru, Merapi Muda, Merapi Dewasa, Merapi Tua, dan Pra Merapi.
Uji hipotesis
Mengikuti paradigma post positivism yang menghendaki verifikasi
9
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
10/17
dan/atau validasi dengan pendekatan probabilistik melalui uji-uji statistik
parametrik maupun non parametrik. G. Merapi sejak Holosen sampai Resen
mengalami perubahan jenis erupsi (Hipotesis 1). Uji beda terhadap hasil erupsi
letusan dan leleran menunjukkan bahwa keduanya berbeda nyata satu dengan
lainnya, dengan unsur kimia utama pembeda terdiri dari TiO2, Fe2O3, MgO,CaO, dan K2O. Uji beda terhadap luasan rims horblenda batuan hasil erupsi
letusan dan leleran menunjukkan keduanya berbeda nyata satu dengan lainnya.
Endapan piroklastika sejak Holosen sampai Resen mengalami
perubahan karakter akibat perubahan jenis erupsi (Hipotesis 2). Uji beda pada
besar komponen piroklastika membuktikan bahwa satuan batuan piroklastika
mempunyai perbedaan besar komponen bongkah, kerakal dan kerikil; serta
mempunyai kesamaan besar komponen raksasa. Uji beda pada bentuk
komponen piroklastika membuktikan bahwa satuan piroklastika mempunyai
perbedaan bentuk komponen bongkah, kerakal dan kerikil; serta mempunyai
kesamaan bentuk komponen raksasa. Uji beda pada besar komponen batuapung
membuktikan bahwa satuan piroklastika mempunyai perbedaan besar
komponen kerikil; serta mempunyai kesamaan besar komponen komponen
berukuran kerakal. Uji beda pada besar komponen batuapung membuktikan
bahwa satuan piroklastika mempunyai perbedaan bentuk komponen kerikil;
serta mempunyai kesamaan bentuk komponen berukuran kerakal.
Endapan lahar sejak Holosen sampai Resen mengalami perubahan
karakter akibat perubahan jenis erupsi (Hipotesis 3). Uji beda pada besarkomponen lahar membuktikan bahwa satuan lahar mempunyai perbedaan besar
komponen bongkah, kerakal dan kerikil; serta mempunyai kesamaan besar
komponen raksasa. Uji beda pada bentuk komponen lahar membuktikan
bahwa satuan lahar mempunyai perbedaan bentuk komponen bongkah, kerakal
dan kerikil; serta mempunyai kesamaan bentuk komponen raksasa
Besar dan bentuk rata-rata komponen pada satuan aliran piroklastika
tidak mempunyai korelasi dengan jarak pengendapan (Hipoteis 4). Analisis
regresi - korelasi menyimpulkan bahwa pada proses pengendapan aliran
piroklastika tidak terdapat korelasi antara besar komponen dengan jarakpengendapan. Analisis regresi - korelasi menyimpulkan bahwa pada pada
proses pengendapan aliran piroklastika tidak terdapat korelasi antara bentuk
komponen dengan jarak pengendapan.
Besar dan bentuk rata-rata komponen pada satuan lahar mempunyai
korelasi dengan jarak pengendapan (Hipotesis 5). Analisis regresi - korelasi
menyimpulkan bahwa pada pada proses pengendapan lahar terdapat korelasi
(negatif) antara besar komponen dengan jarak pengendapan. Pengendapan pada
satu DAS menujukkan korelasi lebih kuat dibanding pengendapan pada lintas
10
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
11/17
DAS. Analisis regresi - korelasi menyimpulkan bahwa pada pada proses
pengendapan lahar tidak terdapat korelasi antara besar komponen dengan jarak
pengendapan. Pengendapan pada satu DAS menujukkan korelasi lebih kuat
dibanding pengendapan pada lintas DAS.
Terdapat kesamaan antara komponen lahar dan piroklastika dalamsumbernya (Hipotesis 6). Uji beda terhadap besar komponen satuan lahar dan
piroklastika membuktikan bahwa besar komponen berukuran raksasa dan
kerikil pada seluruh satuan lahar tidak berbeda dengan satuan piroklastika
sumbernya. Di sisi lain terjadi perbedaan besar komponen pada bongkah dan
kerakal. Perbedaan yang terjadi pada komponen berukuran bongkah dan
kerakal berupa kecenderungan pengurangan ukuran. Uji beda terhadap bentuk
komponen satuan lahar dan piroklastika membuktikan bahwa bentuk
komponen berukuran raksasa pada seluruh satuan lahar tidak berbeda dengan
satuan piroklastika sumbernya. Di sisi lain pada bentuk komponen bongkah,
kerakal dan kerikil terjadi anekaragam kondisi dari berbeda dan tidak berbeda.
PEMBAHASAN
Pembuktian terhadap hipotesis-hipotesis tersebut menunjukkan bahwa
G. Merapi selama Holosen sampai Resen, atau selama 10.000 tahun terakhir
telah terjadi perbedaan jenis erupsi baik leleran maupun letusan. Secara fisikperbedaan tersebut dapat dikenali melalui keterdapatan dan sebaran masing-
masing jenis batuan hasil erupsi. Erupsi leleran telah menghadirkan aliran lava,
lidah lava maupun kubah lava. Kehadiran jatuhan piroklastika sebagai hasil
erupsi letusan, serta kehadiran aliran piroklastika sebagai hasil erupsi letusan
maupun guguran kubah lava merupakan fakta bahwa perbedaan jenis erupsi
telah terjadi.
Selain memberikan jejak fisik, proses erupsi letusan dan leleran telah
memberikan jejak kimia pada masing-masing batuan. Deskripsi petrologi
megaskopis dan mikroskopis telah dapat menunjukkan bahwa proses erupsi G.merapi telah menghasilkan beberapa jenis batuan penyusun tubuh gunungapi
yaitu andesit piroksen, andesit horblenda dan andesit basaltis dari seri toleit,
alkali dan alkali kapur.
Jejak fisik pada batuan dapat dilihat dari kehadiran tekstur khusus
pilotaksitik dan struktur skoria pada aliran lava. Hadirnya tekstur khusus
pilotaksitik maupun struktur kerak roti, mengindikasikan bahwa telah terjadi
erupsi dalam bentuk leleran lava, lidah lava maupun kubah lava. Di sisi lain,
hadirnya batu apung hasil erupsi letusan, terutama pada satuan jatuhan
11
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
12/17
piroklastika juga menunjukkan adanya perbedaan jenis erupsi tersebut.
Perbedaaan besar komponen penyusun endapan aliran piroklastika maupun
jatuhan piroklastika antara satu sektor dengan sektor lain pada G. Merapi juga
merupakan indikasi adanya perbedaaan jenis erupsi terebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa:
G. Merapi selama Neogen telah mengalami perubahan jenis erupsi.
Unsur kimia utama TiO2, Fe2O3, MgO, CaO, dan K2O, sertastruktur rims horblenda merupakan pembeda untuk masing-masing
hasil erupsi letusan maupun leleran.
Karakter piroklastika ditentukan oleh besar dan bentuk komponen
berukuran bongkah, kerakal dan kerikil; tidak ditentukan oleh
komponen berukuran raksasa. Perubahan besar dan bentuk komponen
piroklastika tidak beraturan; dan tidak berkorelasi dengan jarak
pengendapan.
Karakter lahar ditentukan oleh besar dan bentuk komponen berukuran
bongkah, kerakal dan kerikil; tidak oleh komponen berukuran raksasa.
Perubahan besar komponen lahar beraturan; berkorelasi sedang
sampai sangat kuat dengan jarak pengendapan. Terdapat pengurangan
besar komponen pada penambahan jarak pengendapan. Korelasi
semakin kuat pada pelaharan dalam satu daerah aliran sungai.
Perubahan bentuk komponen lahar tidak beraturan; tidak berkorelasi
dengan jarak pengendapan.
Karakter lahar selama Neogen berubah mengikuti perubahan karakter
piroklastika dan jenis yang terjadi. Kesamaan karakter lahar denganpiroklastika sumbernya ditujukkan oleh komponen berukuran raksasa
dan kerikil.
Kesamaan karakteristik lahar dan piroklastika pada komponen raksasa
menyebabkan perlunya adaptasi pengurangan risiko ancaman lahar
lebih ditekankan pada penanganan komponen raksasa.
Berdasarkan karakter hasil erupsi letusan dan leleran serta proses
pelaharan, G. Merapi terbentuk atas lima satuan lava, empat
piroklastika dan lima satuhan lahar.
12
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
13/17
Saran
Penelitian ini telah berusaha menjawab 6 (enam) hipotesis, 14 (empat
belas) sub-hipotesis, serta lebih dari 100 uji verifikasi, yang ingin digunakan
untuk memahami fenomena pelaharan G. Merapi, khususnya karakteristik laharsebagai respon perbedaaan jenis erupsi. Selanjutnya untuk lebih baiknya perlu
dilakukan:
Menerapkan metoda ini untuk pemetaan geologi gunungapi pada
gunungapi-gunungapi yang lain
Melakukan penelitian geologi gunungapi dengan melakukan
mencermati karakter lahar dengan lebih rinci.
Mempertimbangkan posisi lahar sebagai respon jenis erupsi pada
pemetaan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana G. Merapimaupun Peta Risiko Bencana Letusan G. Merapi
Mengevaluasi pengelolaan lahar dan aliran piroklastika dengan
melakukan pengelolaan komponen raksasa.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Tuhan yang Mahabaik, yang telah memberi
kesempatan pada penulis untuk menyusun disertasi ini. Disertasi ini niscayatidak akan pernah tersusun tanpa campur tangan Nya. Disertasi ini juga
mustahil selesai tanpa adanya pencerahan, dukungan, bantuan dan keterlibatan
banyak pihak. Oleh karena itu, atas tersusunnya disertasi ini penulis
mengucapkan terimakasih banyak.
Terimakasih banyak penulis sampaikan kepada para promotor yang
terhormat Bapak Prof. Dr. Ir. Adjat Sudradjat M.Sc yang membimbing dan
menyemangati dengan diskusi-diskusi hangat pembuka wawasan tentang
geologi dinamis, khususnya tektonik dan kegunungapian, Bapak Prof. Dr. Ir.
H.R. Febri Hirnawan yang telah membimbing dan menyemangati dengan
diskusi-diskusi hangat pembuka wawasan tentang filsafat ilmu dan geologi
kuantitatif, serta Bapak Dr. Ir. Ildrem Syafri DEA yang menyemangati dengan
diskusi-diskusi hangat tentang petrologi kegunungapian dan ajakan untuk
cermat dan back to basic ke geologi.
Terimakasih banyak penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
Padjadjaran dan Dekan MIPA Universitas Padjadjaran atas dukungan dan
beasiswa yang diberikan kepada penulis, serta Koordinator Bidang Ilmu MIPA
Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran Bapak Prof. Dr. Drs.
13
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
14/17
Supriyatna Apt. dan Prof. Dr. Ir. Erri Megantara, MSc, atas dorongan, sentilan
dan kenyamanan yang menyemangati dalam setiap pertemuan awal semester.
Terimakasih banyak penulis sampaikan kepada keluarga besar Jurusan
Geologi Universitas Padjadjaran yang memberikan iklim kondusif, ramah dan
humanis, khususnya Bapak Dr. Ir. Dicky Muslim M.Sc, dan Ibu Dr. Ir. MegaFatima M.Sc yang mendorong untuk dapat menulis dengan lebih baik.
Terimakasih pada Bapak Prof. Dr. H. S. Suparka, yang telah
memberikan pencerahan dan menuntun untuk menulis dengan hati dan sabar,
dalam diskusi-diskusi konsultasi; kepada Bapak Dr. Septiadi Padmanegara
yang telah memberikan pencerahan dan pemahaman pengetahuan statistika
kepada penulis, sehingga disertasi ini dapat berstatistik.
Terimakasih banyak penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta dan Dekan Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, yang
mengijinkan penulis melaksanakan tugas belajar dengan dukungan beasiswa
yang memadai. Terimakasih banyak kepada keluarga besar Jurusan Geologi
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta yang memberikan
iklim kondusif, khususnya kepada Bapak Dr. Ir. Sutanto DEA atas diskusi
informal hangat selama menjadi opponen, sehingga yang sulit jadi mudah;
kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti MSc dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang
Prathistho MSc, yang menyentil dengan sangat halus, mengingatkan penulis
kepada disertasi yang tidak kunjung selesai ini.Terimakasih kepada Bu Emi Sukiyah (dan keluarga), Pak Andi Agus
Noor, Pak Sapari, Pak Yulius Marzani, Bu Yati, Pak Budiadi, Pak Pratomo dan
Pak Hill Gendut sebagai kawan seperguruan yang selalu kompak, dan
bersahabat.
Terimakasih kepada kawan-kawan Petrasa Wacana dan Freddy
Chandra yang secara luar biasa membantu melaksanakan kegiatan lapangan
dan studio, serta kepada Evi Sulaevi yang dengan dahsyatnya membantu
menyelesaikan masalah-masalah statistika.
Terimakasih kepada kawan-kawan di Pusat Studi Manajemen BencanaUniversitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta: Arif Riyanto Budi
Nugraha, Sigit Ipung Purwanto, Sigit Gendon Widdiyanti, Ruth Uthe
Silaen, Indra Baskoro, Anik Cintya, dan Wana Kristanto, Widiyanto, Lukman
Hakim, dan Murdianto, yang langsung maupun tidak langsung menjadi
relawan selama penulis menyusun disertasi ini.
Terimakasih kepada kawan-kawan di Ashoka Bandung: Mbak Mira,
teh Rini, Dede, Oda, Erwin, dan Eka yang terganggu karena penulis telah
menjadikan Sekretarat Ashoka sebagai Rumah Singgah fellow.
14
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
15/17
Terakhir, terimakasih pada satu-satunya istri terkasih Ninuk Retno
Raras, dan Galih Prabaswara dan Gandar Mahojwala yang selalu memberi
warna keindahan, kesegaran, dan juga keributan, selama menyusun disertasi.
Semoga Tuhan yang Mahabaik membalas semua budi baik tersebut di
atas, dan semoga Tuhan selalu memberkati kita semua.
PUSTAKA TERPILIH
Anonimus, 1990, Gunung Merapi, Berita Vulkanologi, Direktorat Vulkanologi,
Bandung, 34 h.
Carver, R.E., 1971, Procedures in Sedimentary Petrology, Wiley-Inter science,
New York, 1971, 635 pp.
Cheneey, R.F., 1983, Statistical methods in geology, Allen & Unwin, London,
1983, 170 pp.
Del Marmol, M.A., 1989, The petrology and geochemistry of Merapi Volcano,
Central Java, Indonesia, PhD Thesis, John Hopkins University,
Baltimore, Mariland, (abstract) .
Fisher, R.V. & H.U. Schmincke, 1984, Pyroclastic Rocks, Springer Verlag,
Berlin, p. 298-309
Fisher, R.V., 1991, Sedimentation in Volcanic Setting, Society for Sedimentary
Geology, OklahomaFuruya, T., 1989, Geomorphology of Merapi Volcano, Volcanic Sabo Technical
Centre & Japan International Cooperation Agency, Yogyakarta, 24 pp.
Hirnawan, Febri, 2007, Riset, bergulirlah proses ilmiah, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Padjadjaran, Bandung
Jitousono, T., Shimokawa, E. Tsuchiya, S. Haryanto, H. Djamal, 1995, Debris
flow flowing the 1984 eruption with pyroclastic flow in Merapi
Volcano, Indonesia, Proceeding Workshop on Erosion Control
through Volcanic Hydrological Approach, Sabo technical Centre,
Yogyakarta, p. 131-149Johnson, R.A & G.K. Bhattacharyya, 1996, Statistics Principles & Methods,
John Wiley & Sons Inc. New York.
Lavigne F., J.C. Thouret, B. Voight, H. Suwa, & A. Sumaryono , 2000, Lahars
at Merapi Volcano, Central Java: an overview,Journal of Volcanology
& Geothermal Research, special issue Merapi Volcano, 100:1-4, p.
423-456.
Major, J.J., J.R.J. Janda, & A.S. Daag, 1993, Watershed Disturbance & Lahar
on the east side of Mount Pinatubo during mid-June 1991 eruptions
15
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
16/17
dalam Fire & Mud eruption & lahars of Mount Pinatubo Philippines,
p. 893-919
Marutani, T., M.A. Nurdin, A. Sakurai, H. Djamal, 1995, Long term effect of
pyroclastic flow deposit on the deformation of river bed Bebeng River
at Merapi Volcano, Indonesia, Proceeding Workshop on ErosionControl through Volcanic Hydrological Approach, Sabo Technical
Centre, Yogyakarta, p. 131-149
McDonald, G.A., Volcanoes, Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, 1972, p.
142-182
Newhall, C.G., S. Bronto, B. Alloway, N.G. Banks, I. Bahar, M.A. del Marmol,
R.D. Hadisantono, R.T. Holcomb, J. McGeehin, J.N. Miksic, M.
Rubin, S.D. Sayudi, R. Sukhyar, S. Andreastuti, R.I. Tilling, R. Torley,
D. Trimble, A.D. Wirakusumah, 2000, 10,000 Years of explosive
eruptions of Merapi Volcano, Central Java: archaeological & modern
implications,Journal of Volcanology & Geothermal Research, special
issue Merapi Volcano, 100: 1-4, p. 9-50.
Newhall, C.G. 2005, How Merapi Might Work, Proceeding of Volcano
International Gathering, UPN Veteran Yogyakarta
Paripurno, ET. Farid, L. Voight, B. 1996, Kajian Awan Panas Berdasarkan
Saksi Mata Kasus Erupsi Gunungapi Merapi 22 November 1994,
Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI XXV, Ikatan Ahli Geologi
IndonesiaParipurno, ET., 1998, Karakteristik Endapan Lahar Gunungapi Merapi : Kasus
Pelaharan di kali Boyong, 5 Desember 1996, Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan IAGI XXVII, Ikatan Ahli Geologi Indonesia
Paripurno, ET., S.B. Kusumayudha, & A. Subandriyo, 1998, Kajian Keruangan
Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi, Jurnal Ilmiah UPN
Veteran Yogyakarta.
Rodolfo, K.S., & T.A. Arguden, 1991, Rain lahars generation & sediment
delivery system at Mayon Volcano, dalam Fisher, R.V., Smith, G.A.,
Sedimentation in volcanic setting, Society for Sedimentary Geology,Special Publication No. 45, Tulsa, p. 58-70.
Smith, G.A. & D.R. Lowe, 1991, Lahar: Volcano-hydrologic events &
deposition in the debris flow - hyper concentrated flow continuum,
dalam Smith, G.A. & Lowe, D.R, (editor), Sedimentation in volcanic
setting, Society for Sedimentary Geology, Special Publication No. 45,
Tulsa, p, 59-70.
Takahama, H. J., M. Takahashi, K. Miyamoto, 2000, Hazard estimation of the
possible pyroclastic flow disasters using numerical simulation related
16
-
7/23/2019 Ringkasan Disertasi v UD Februari
17/17
to the 1994 activity at Merapi Volcano, Journal of Volcanology &
Geothermal Research, special issue Merapi Volcano, 100:1-4, p. 503-
516.
Thouret, J.C., F. Lavigne, K. Kelfoun, S. Bronto, 2000 Toward a revised hazard
assessment at Merapi Volcano, Central Java, Journal of Volcanology& Geothermal Research, special issue Merapi Volcano, 100:1-4, p.
479-502.
Van Bemmelen, R.W., 1949, Geology of Indonesia : the Hague, The
Netherlands, Government Printing Office, 732 p.
Voight, B., E.K. Constantine, S. Siswowidjoyo, R. Torley, 2000, Historical
eruptions of Merapi Volcano, Central Java, Indonesia, 1768-1998,
Journal of Volcanology & Geothermal Research, special issue Merapi
Volcano, 100:1-4, p. 69-138.
Voight, B., H. Glicken, & R.J. Janda, 1983, Catastrophic rockslide avalanche of
May 18 1980, D.R. Munllineaux, & D.R. Crandell (editor) The
eruptive history of Mount St. Helens, America Interior Dep. p.
347-378.
Wirakusumah, A.D., H. Juwarna, & H. Loebis, 1989, Peta Geologi G. Merapi,
Jawa Tengah, Direktorat Vulkanologi Departemen Pertambangan &
Energi.
17