sharing jurnal ppt

Upload: ocsitaocsitul

Post on 13-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sharing Jurnal Imun

TRANSCRIPT

  • Sharing Jurnal Perbandingan hasil pemeriksaan Antinuclear Antibodies dengan menggunakan metode Imonofluoresens dan metode ELISA pada penderita tersangka Systemic Lupus Erythematosus di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung.

  • IDENTIFIKASI MASALAH

    Jurnal ini membahas tentang perbandingan hasil pemeriksaan Antinuclear Antibodies dengan menggunakan metode Imonofluoresens dan metode ELISA pada penderita tersangka Systemic Lupus Erythematosus di Rumah Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung.

  • Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimmune multi systemic akibat kerusakan jaringan. SLE khas ditandai oleh kerusakan pembuluh darah yang terjadi secara beulang-ulang diseluruh tubuh, yang terjadi karena penumpukan kompleks immune dan antibody terutama di vaskuler.pemeriksaan ANA sangat penting untuk diagnose dan penatalaksanaan penyakit autoimmune, serta pemeriksaan laboratorium ANA sangat spesifik untuk mendeteksi SLE .

  • Pemeriksaan ANA dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Imonofluoresens (FANA) dan metode ELISA (ANA-ELISA).

  • Metode Inderct fluoresens antibody (IFA) telah digunakan secara luas untuk mendeteksi ANA dalam serum penderita penyakit kerusakan jaringan ikat yang dikenal sebagai fluoresens antinuclearantibodi (FANA) test. Pemeriksaan FANA dapat membuktikan bahwa SLE adalah penyakit autoimmune.

  • Pemeriksaan ANA dengan Enzyme linked immunosorbent assay ( ELISA) yaitu ANA-ELISA di gunakan untuk mendeteksi antibody secara tidak langsungmenggunakan label enzyme dan zat kromogen sebagai indicator reaksi. Prinsip pemeriksaan ANA-ELISA adalah sandwich ELISA.

  • didalam jurnal ini akan dibahas mengenai perbandingan validitas pemeriksaan ANA metode Imonofluoresens (FANA) dan metode ELISA (ANA-ELISA) dengan tujuan memvalidasi pemeriksaan ANA metode FANA dan ELISA dengan menghitung sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP), dan nilai prediksi negative (NPN) serta coefficient of aggrement pada diagnosis penderita penyakit systemic lupus erythematosus.didalam jurnal juga dibahas tentang keunggulan dan kekurangan dari metode pemeriksaan ANA sebagai best practice dari perbandingan metode pemeriksaan ANA sehingga akan didapatkan outcome yang diharapkan.

  • ANALISIS HASIL PENELITIAN

    Jenis penelitian menggunakan penelitian uji diagnostic dengan rancangan cross sectional study. Cross sectional merupakan studi yang memperoleh prevalens dari suatu penyakit dalam populasi. Cross sectional mencari hubungan atara variable bebas yaitu factor resiko yang dalam penelitian ini adalah criteria inklusi pemilhan sample dengan variable tergantung (efek)dengan melakukan pengukuran sesaat.

  • Subyek penelitian yang digunakan dalam jurnal penelitian tersebut yaitu dengan mengumpulkan secara sampling from consecutive admission dari bulan Oktober 2002 s.d Maret 2003 hingga jumlah sample terpenuhi. Subyek yang dipilih merupakan penderita yang berobat ke Poli Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam (IPD) Wanita RS Hasan Sadikin Bandung (RSHS) dan oleh dokter didiagnosis menderita SLE. Subyek yang dipilih juga harus memiliki criteria inklusi tertentu maka dari itu memerlukan waktu sekitar 5 bulan untuk menentukan subyek yang sesuai

  • Prosedur bahan pemeriksaan ANA. Semua bahan pemeriksaan yaitu :5 mL darah diambil melalui pembuluh venaDiamkan selama 30 menit hingga membentuk bekuanLalu darah disentrifusgasi dengan kecepatan 500 RPM selama 15 menit.Setiap BP serum yang terbentuk dibagi-bagi kedalam 3 buah Eppendorf tube, 1 tabung untuk pemeriksaan FANA sedangkan 2 tabung lainnya disimpan pada suhu -200C hingga jumlah yang telah ditentukan.Setelah jumlah sampel terpenuhi, setiap BP serum diambil 1 tabung dicairkan di suhu ruangan, untuk kemudian diperiksa dengan metode ANA-ELISA dan anti-dsDNA secara automasi menggunakan alat fotometer. Penelitian anti-dsDNA akan diperiksa dengan metode ELISA untuk membantu menegakkan diagnosispenyakit SLE.

  • Berdasarkan jurnal penelitian tersebut didapatkan hasil penelitian yaitu terdapat 60 orang yang menjadi subyek penelitian yang memenuhi criteria inklusi dan didiagnosis sebagai penderita penyakit SLE. Dari subyek penelitian 40 orang positif menderita penyakit SLE dan 20 orang bukan penderita SLE. Keduapuluh orang tersebut didiagnosis menderita arthritis rheumatoid (RA) ada 7 orang, arthritis saja 5 orang, dan drug lupus erimatosus (DLE) ada 2 orang, sisanya tidak diketahui.

  • Karakteristik Penederita Penyakit SLE Berdasarkan Rerata Usia, Rentang Usia, Simpang Baku, dan Median Usia

    Subyek PenelitianRentang Usia (tahun)Rerata Usia (tahun)Simpang Baku(tahun)Median(tahun)Penderita SLE17 - 4429,507,2628

  • Faktor-faktor akan berperan penting dalam penentuan perbandingan hasil pemeriksaan ANA dengan metode FANA dan ELISA. Faktor-faktor tersebut antara lain :Kemurnian antigen yang digunakanKemurnian antigen yang digunakan mungkin tidak sama atau sensitivitas pemeriksaan terlalu tinggi sehingga mengakibatkan intensitas penyerapan zat imunofluoresens menginggkat hingga dapat menimbulkan hasil positif palsu.Perbedaan metode pemeriksaanKita tahu bahwa metode yang kita gunakan berbeda. Pemeriksaan ANA dengan metode FANA membutuhkan tenaga dan keahlian yang cukup dalam melakukan pemeriksaan. Hal tersebut memiliki kecenderungan resiko human error yang tinggi. Sedangkan pemeriksaan ANA dengan ELISA tidak terlalu membutuhkan tenaga dan keahlian khusus karena metode ini dilakukan dengan menggunakan alat yang secara otomatis akan melakukan pemeriksaan.Keahlian dan Ketrampilan pemeriksametode FANA membutuhkan tenaga dan keahlian khusus agar pemeriksaan yang dilakukan mendapat outcome yang valid. Sedangkan metode ELISA tidak terlalu membutuhkan tenaga dan keahlian khusus dalam melakukan pemeriksaan karena semuanya telah dialakukan dengan alat yang secara otomatis akan bekerja dengan sendirirnya.Stabilitas reagenStabilitas reagen akan mempengaruhi hasil pemeriksaan dikarena apabila reagen yang diuji tidak memiliki stabilitas akan menghasilkan hasil positif palsu dan tidak dapat dipercaya hasil pemeriksaannya.

  • Didalam jurnal juga disebutkan bahwa wanita usia produktif didapatkan kadar estrogen relative lebih tinggi dibandingka dengan wanita usia remaja atau menopause. Selain itu, wanita usia produktif relative lebih banyak menggunakan sediaan estrogen sebagai alat kontrasepsi. Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa estrogen yang diproduksi oleh wanita merupakan suatu imunomodulator/ imunostimulator terhadap fungsi imun humoral. Estrogen juga memiliki efek dapat meningkatkan progresivitas penyakit autoimun.

  • Perbandingan Hasil Pemeriksaan ANA metode FANA dengan ELISA

    Pemerik-saanSeropo-sitifSensi-tivitasSpesifi-sitasNPPNPNFANA91,67 %97,500 %20,000 %70,910 %80,000 %0,215467ANA-ELISA81,67 %95,000 %45,000 %77,551 %81,818 %0,449409

  • MASUKAN TERHADAP JURNAL

    KELEBIHAN1.Metode Penelitian dalam jurnal menggunakan penelitian uji diagnostic rancangan cross sectional study.Cross sectional digunakan untuk mengukur sampel yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Setelah diukur dengan uji diagnostic rancangan cross sectional selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow untuk menentukan persentase yang ditentukan berdasarkan tingkat kepercayaan 95% dan presisi 10% dengan taksiran presentase ANA positif 83%. Titik tolak dari metode ini adalah criteria inklusi pemilihan sampel. Cross sectional hanya digunakan untuk satu kali pengukuran saja.

  • 2. IntervensiTindakan yang dilakukan untuk membandingkan pemeriksaan ANA dengan metode FANA dan ANA-ELISA sudah memenuhi syarat.Dalam artian peneliti mampu membandingkan hasil pemeriksaan ANA dengan metode FANA dan ELISA untuk pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit SLE. Hal ini dapat dijadikan sebagai sarana tambahan untuk Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk menggunakan metode pemeriksaan tersebut dalam penegakkan diagnosis penyakit SLE.

    3. Partisipan Diambil partisipan yang menderita penyakit Systemic Lupus Erythematosus sehingga dapat diketahui tingkat sensitifitas dalam mendeteksi penderita penyakit SLE.

  • KEKURANGAN1. MetodeKelemahan cross sectional : hanya bisa mengukur prevalens tetapi tidak bisa insidensi, tidak dapat digunakan untuk menentukan presentase berdasarkan kepercayaan dan presisi dari pemeriksaan ANA.2. IntervensiPerbandingan hasil pemeriksaan ANA dengan metode FANA dan ELISA belum sepenuhnya dapat membedakan secara signifikan kedua metode tersebut. Terbukti bahwa hasil pemeriksaan ANA dengan metode FANA dan ELISA menunjukkan nilai yang rata-rata sama sehingga sulit dibedakan mana yang lebih unggul dan yang lebih spesifik dalam penegakkan diagnose penyakit SLE.

    3. PartisipanHanya bisa dilakukan kepada pasien yang memenuhi criteria inklusi saja yang dipilih untuk dijadikan sampling penelitian. Pada pasien yang tidak memenuhi criteria inklusi maka tidak dipilih untuk dijadikan sampling penelitia.

  • APLIKASI HASIL PENELITIAN

    pemeriksaan ANA dengan menggunakan metode ELISA dapat digunakan di Indonesia khusunya sebagai pemeriksaan alternative dan penunjang untuk mendiagnosa penyakit SLE. Karena kurang membutuhkan tenaga terampil dan ketelitian pemeriksa, sebab semua prosedur secara otomatis dikerjakan oleh alat.

    ********************