skripsi bauran pemasaran.docx

Upload: nickolas-howell

Post on 14-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) MINUMAN TRADISIONAL SARABBA INSTAN (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa)

SUMARNI .B10592 970 08

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2012

PENERAPAN BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) MINUMAN TRADISIONAL SARABBA INSTAN (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa)

SUMARNI .B10592 970 08

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianStrata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2012

HALAMAN PENGESAHANJudul Skripsi : Penerapan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Minuman Tradisional Sarabba Instan (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Nama Mahasiswa : Sumarni. B

Nomor Induk Mahasiswa : 10592 970 08Konsentrasi: Sosial Ekonomi Pertanian

Telah Diperiksa dan DisetujuiDosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si Syamsia, S.P., M.Si

Mengetahui:

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Saleh Molla, M.M. Syamsia, S.P.,M.Si

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJIJudul Skripsi : Penerapan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Minuman Tradisional Sarabba Instan (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Nama Mahasiswa : Sumarni. B

Nomor Induk Mahasiswa : 10592 970 08Konsentrasi: Sosial Ekonomi PertanianFakultas: Pertanian

Tim Penguji:1. Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si (...........................................)Pembimbing I

2. Syamsia, S.P., M.Si (...........................................) Pembimbing II3. Dr. Ir. Ratnawati Tahir, M.Si (...........................................) Penguji I

4. Ir. Nailah, M.Si (...........................................) Penguji II

Tanggal Lulus : ............, Juni 2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASIDengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :PENERAPAN BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) MINUMAN TRADISIONAL SARABBA INSTAN (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa) adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skirpsi ini.

Makassar, Mei 2012

SUMARNI. B 10592 970 08

ABSTRAKSUMARNI .B .105297008. Penerapan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Minuman Tradisional Sarabba Instan (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Di bawah bimbingan SYAFIUDDIN dan SYAMSIA.Penelitian bertujuan mengetahui penerapan bauran pemasaran dan hambatan-hambatan dalam setiap penerapan bauran pemasaran.Pengambilan data dilakukan dengan metode pendekatan Rapid Rural Appraisal (RRA) dan FGD (Fokus Group Discussion) melalui cara observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan pihak perusahaan dan penyalur. Hasil penelitian menunjukkan a). Jumlah produksi sarabba instan 1000 botol/bulan dan produksi maksimal 1200 botol/bulan. Harga jual setiap ukuran berbeda-beda, ukuran 330 ml harga jualnya Rp. 22.500,-/botol, ukuran 500 ml Rp. 27.500,-/botol dan 630 ml harga sebesar Rp. 37.000,-botol. Promosi yang digunakan perusahaan terdiri dari personal selling dan public relation. Tempat pemasaran sarabba instan belum merata, khususnya di wilayah Makassar sendiri. b). Bahan baku sarabba instan terbatas, akibatnya jumlah produksi tidak stabil dan kegiatan produksi tidak kontinyu. Keterbatasan bahan baku menyebabkan harga jual mahal. Hasil produksi yang tidak stabil menjadi alasan pihak perusahaan belum bisa melakukan promosi secara besar-besaran dan harus membatasi penyaluran sarabba instan ke setiap pasar sasaran.

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga laporan hasil penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kegiatan yang dilaksanakan sejak awal bulan Mei 2012 sampai dengan akhir bulan Mei 2012 adalah Manajemen Pemasaran, dengan judul Penerapan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Minuman Tradisional Sarabba Instan (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si selaku dosen pembmbing I dan Syamsia, S.P.,M.Si, selaku pembimbing II. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu dan kakak atas segala doa dan kasih sayangnya.Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.Makassar, Mei 2012

Sumarni .B

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jeneponto tanggal 31 Desember 1990. Penulis merupakan anak terakhir (putri bungsu) dari tiga bersaudara.Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah masuk SDN 155 Tolo Timur pada tahun 1997 dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis lulus masuk seleksi di SMPN 1 Kelara dan selesai pada tahun 2005. Setelah selesai, penulis melanjutkan studinya di SMKN 2 Jeneponto dan selesai tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis juga lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar semester ganjil 2009/2010, Dasar-Dasar Agronomi semester ganjil 2010/2011 dan 2011/2012, Teknologi Budidaya Tanaman Pangan semester ganjil 2011/2012 dan Dasar-Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian semester genap2010/2011 dan 2011/2012. Selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis (Himagri) periode 2009/2010 sampai periode 2010/2011, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2010/2011 dan Pimpinan Komisariat (Pikom) IMM Fakultas Pertanian periode 2008/2009 sampai periode 2010/2011. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul Penerapan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Minuman Tradisional Sarabba Instan (Studi Kasus pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa).DAFTAR ISI HalamanDAFTAR TABELxiDAFTAR GAMBARxiiDAFTAR LAMPIRANxiii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 51.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 5II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 62.1.1. Product (Produk) 62.1.2. Price (Harga) 82.1.3. Promotion (Promosi) 102.1.4. Place (Tempat atau Saluran Distribusi) 12 2.2. Siklus Hidup Produk 14 2.2.1. Tahap Perkembangan 152.2.2. Tahap Perkenalan 152.2.3. Tahap Pertumbuhan 162.2.4. Tahap Pematangan 162.2.5. Tahap Penurunan 172.3. Kerangka Pemikiran 17

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 203.2. Pendekatan Penelitian 203.3. Jenis Data 203.4. Teknik Pengambilan Data 21 3.5. Analisis Data 21IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN4.1. Deskripsi Perusahaan UPPKS Balla Ratea 224.2. Visi dan Misi Terbentuknya UPPKS Balla Ratea 254.3. Sumber Daya Lahan dan Bangunan 314.4. Sumber Daya Manusia 324.5. Sumber Daya Peralatan 344.6. Sumber Daya Finansial 39V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Product (Produk) 425.2. Price (Harga) 515.3. Promotion (Promosi) 555.4. Place (Tempat atau Saluran Distribusi) 57VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1. Kesimpulan 616.2. Saran 62DAFTAR PUSTAKA 63LAMPIRAN 65

DAFTAR TABEL Halaman1. Rumah Tangga yang Bergabung dengan UPPKSBalla Ratea Berdasarkan Umur dan Tanggungan Keluarga 2012 24

2. Program Kerja UPPKS Balla Ratea di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 26

3. Sumber Daya Manusia pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 32

4. Jumlah dan Harga Peralatan Dapur pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 34

5. Jumlah dan Harga Peralatan Kantor pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 37

6. Jumlah Produksi Sarabba Instan UPPKS Balla Ratea di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012 43

7. Biaya Tetap dan Bahan Baku yang Digunakan dalam Kegiatan Produksi Sarabba Instan pada UPPKS Balla Ratea, 2012 46

8. Jumlah Penerimaan Penjualan Konsumen Perantaran dalam Setiap Ukuran Sarabba Instan (Untuk Harga Rp. 8.000,-/Gelas) 52

9. Jumlah Penerimaan Penjualan Konsumen Perantaran dalam Setiap Ukuran Sarabba Instan (Untuk Harga Rp. 10.000,-/Gelas) 53

10.

DAFTAR GAMBAR Halaman1. Kerangka Pikir Penetapan Bauran Pemasaran pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 19

2. Struktur Organisasi UPPKS Balla Ratea Desa TaengKecamatanPallangga Kabupaten Gowa 29

3. Lay Out Perusahaan UPPKS Balla di Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 31

4. Pola Jalur Distribusi Sarabba Instan yang Diproduksi oleh UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012 57

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Program Kerja UPPKS Balla Ratea Periode 2012 Kecamatan PallangggaKabupaten Gowa 66

2. Sumber Daya Peralatan pada UPPKS Balla Ratea di KecamatanPallanggga Kabupaten Gowa, 2012 67

3. Biaya Tetap dan Bahan Baku yang Digunakan dalam Kegiatan Produksi Sarabba Instan pada UPPKS Balla Ratea, 2012 68

4. Alur Produksi Sarabba Instan UPPKS Balla Ratea 69

5. Harga Sarabba Instan yang Sebenarnya dan Harga Setelah Ditambah dengan Keuntungan dan Resiko Kerugian Setiap Ukuran 70

6. Perbandingan Pendapatan Karyawan Sebelum dan Sesudah Bergabung di UPPKS Balla Ratea, 2012 71

7. Jumlah Produksi dan Penjualan Produk UPPKS Balla Ratea diKecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012 72

8. Gambar-Gambar Penelusuran Pasar 73

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar BelakangSarabba merupakan salah satu jenis minuman khas Makassar Sulawesi Selatan, yang terbuat dari Jahe Zingiber officinale dengan campuran gula aren dan santan air kelapa. Minuman ini sangat digemari oleh masyarakat Makassar mulai dari anak-anak sampai pada orang tua, karena rasanya yang khas (manis dan agak pedas). Selain itu minuman ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Makassar khususnya di Desa-Desa yang masih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sejak dari zaman dahulu hingga sekarang, yaitu kegiatan maulid. Katanya maulid tidak sah kalau tidak ada sarabba.Campuran gula merah dan santan membuat sarabba menjadi lebih kental dan memberikan tampilan yang unik. Selain itu rasa hangat dan pedasnya, tidak hanya berasal dari jahe, tetapi juga dari merica yang menjadi bahan rahasianya. Minuman ini sangat laris terutama dimusim penghujan dan sangat pas menjadi teman hidangan gorengan seperti pisang goreng, singkong goreng, sukun goreng dan sebagainya. Jenis minuman ini sangat mudah ditemui di mana saja di pelosok kota Makassar, mulai dari warung kaki lima hingga restoran berkelas juga menyuguhkan minuman ini. Salah satu perusahaan yang mengembangkan minuman ini adalah UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) Balla Ratea. UPPKS Balla Ratea merupakan perusahaan mikro yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman tradisional. Perusahaan ini mulai didirikan oleh ibu Dra. Hajirah pada tahun 2007 dengan nama Mawar dan nomor surat izin tempat usaha yaitu No. 503/60/SITU/IIIA/2009, Sertifikat produksi pangan UPPKS dengan nomor P-UPPKS No. 213710602113, dan No. Sertifikat halal No. 06120003260210, dengan jumlah anggota 15 orang dengan menggunakan modal awal sebesar Rp. 150.000. Pada awal tahun 2008 UPPKS Mawar diganti dengan nama kelompok yang baru, yaitu UPPKS Balla Ratea. Sejak itu kelompok ini dikenal sebagai industri rumah tangga (IRT) yang tidak hanya memproduksi minuman tradisional saja, tetapi juga memproduksi makanan dtradisional (diversifikasi usaha). Makanan khas Makassar yang diproduksi oleh UPPKS Balla Ratea seperti baruasa, putu kacang, langkoseng kacang, selain itu pemerintah juga sudah mulai melirik usaha ini. Namun di antara semua produk yang diproduksinya, yang paling terkenal dan yang paling laku di pasaran adalah sarabba instan. Jumlah produk sarabba instan UPPKS Balla Ratea yang berhasil dijual pada bulan November 2009 sampai pada bulan Oktober 2010 adalah sebanyak 13.000 botol dengan harga Rp. 22.000,- per botol untuk ukuran 330 ml. Produk ini diproduksi setiap bulannya dengan jumlah 1000 1200 botol/bulan. Bila melihat situasi dan kondisi di pasaran sebenarnya UPPKS Balla Ratea bisa menjual produknya dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah produk yang berhasil dijualnya pada tahun tersebut, mengingat sarabba instan ini merupakan salah satu jenis minuman tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang tua.Ditambah lagi dengan jumlah permintaan dari caf, rumah makan, warkop serta pusat ole-ole yang semakin hari semakin meningkat. Awalnya jumlah permintaannya ada yang hanya 5 botol/bulan, 10 botol/bulan dan satu lusin (12 botol)/bulan, namun pada bulan Desember 2010 sudah ada yang meminta sampai 2 lusin (24 botol)/bulan. Akan tetapi penjualan produk sarabba instan sepertinya belum maksimal pada waktu itu. Melihat hal tersebut maka timbul pertanyaan, apakah mungkin hal ini disebabkan oleh manajemen pada UPPKS Balla Ratea belum terlalu bagus utamanya dalam hal penerapan bauran pemasarannya yang dikenal dengan empat (4 P), yaitu Product (Produk), Price (Harga), Promotion (Promosi), Place (Tempat)? Di mana bauran pemasaran (marketing mix) merupakan penghubung antara produsen dengan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Sofjan Ansauri (1987), bahwa bauran pemasaran merupakan variabel atau kombinasi kegiatan yang inti dari suatu sistem pemasaran dan kegiatan ini dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Dalam bauran pemasaran yang pertama dilakukan adalah menentukan produk seperti yang dilakukan oleh UPPKS Balla Ratea yaitu mereka memproduksi sarabba instan, kemudian menentukan ukuran dan harga setiap produknya. Setelah itu menentukan sasaran pasar dan melakukan kegiatan promosi serta pemasaran. Salah satu hal yang bisa mempengaruhi produk suatu perusahaan adalah kualitasnya serta cara penyajiannya, di mana masyarakat atau konsumen saat ini lebih suka mengkonsumsi makanan dan minuman yang berkualitas namun cepat saji dan untuk mendapatkan kualitas yang bagus, maka sudah pasti makanan dan minuman tersebut harus bersumber dari bahan baku yang berkualitas pula, seperti halnya sarabba instan yang terbuat dari bahan baku yang termasuk dalam komoditi biofarmaka yaitu jahe merah yang mempunyai manfaat sebagai obat pereda batuk (melegakan tenggorokan), menghangatkan tubuh serta dapat meningkatkan stamina. Untuk menentukan harga suatu produk, maka hal yang perlu diperhatikan adalah biaya variable, biaya tetap, keuntungan yang diharapkan, resiko kerugian serta sasaran pasar yang akan dituju, karena tingkat ekonomi masyarakat atau calon konsumen berbeda-beda.Dalam kegiatan promosi, yang perlu diperhatikan adalah sasaran pasar yang akan dituju, serta kemampuan produksi perusahaan, karena jangan sampai promosi yang dilakukan oleh pihak perusahaan sudah meluas dan permintaan semakin meningkat sementara produsen belum bisa memenuhi semua permintaan konsumennya.Selain itu, dalam pemasaran atau proses penyaluran produk kepada konsumen yang perlu diperhatikan adalah tempatnya, apakah tempat pemasarannya strategis atau tidak. Karena salah satu yang menjadi pertimbangan seorang konsumen selain kualitas, harga dan manfaat dari suatu produk adalah tempat pemasarannya. Walaupun harga jual produk yang dijual di pasar-pasar tradisional lebih murah dibandingkan harga jual yang ditawarkan di supermarket dan sebagainya, namun karena tempatnya yang lebih mudah didapat dan juga lebih bagus, sehingga banyak konsumen yang lebih senang berbelanja ke sana. 1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka masalah pokok yang menarik untuk diteliti adalah:a. Bagaimana penerapan bauran pemasaran pada UPPKS Balla Ratea?b. Apa ada hambatan dalam penerapan bauran pemasaran?

1.3. Tujuan dan Kegunaan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:a. Mengetahui penerapan bauran pemasaran pada UPPKS Balla Ratea.b. Mengetahui hambatan dalam penerapan bauran pemasaran.Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Bahan informasi mengenai bauran pemasaran dalam sebuah perusahaan, baik perusahaan besar maupun industri kecil.b. Masukan atau sumber informasi bagi pemerintah terhadap pengolahan hasil pertanian yang diproduksi menjadi minuman tradisional.c. Bahan informasi atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan bauran pemasaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)Menurut Kotler, (1997), bahwa marketing mix merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan seefektif mungkin, marketing mix harus selalu dapat bersifat dinamis, selalu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal maupun internal. Faktor eksternal yaitu faktor di luar jangkauan perusahaan antara lain terdiri dari pesaing, teknologi, peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan faktor internal adalah variabel-variabel yang terdapat dalam marketing mix, yakni : product (produk), price (harga), place (tempat atau distribusi), dan promotion (promosi).

2.1.1. Product (Produk) Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan, (Philip Kotler, 1993). Sedangkan menurut Ali Hasan (2008), bahwa produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan need (kebutuhan) atau want (keinginan) target pasar. Menurut Soekartawi (1989), bahwa konsep perencanaan penawaran produk ada lima, yaitu:1. Produk inti (core benefit), adalah manfaat yang sesungguhnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh konsumen dari setiap produk.2. Produk generik adalah produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar (rancangan produk minimal dapat berfungsi). 3. Produk harapan (expected product), adalah produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli.4. Produk pelengkap (augmented product), yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang. Menurut Almasdi Syahza (2003), berdasarkan sifatnya produk terbagi atas dua yaitu barang dan jasa, dimana barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan semacamnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya barang dibagi atas dua macam, yaitu barang yang tidak tahan lama, yaitu barang yang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian, dengan kata lain umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun, seperti minuman, makanan ringan, gula, garam dan sebagainya, dan barang tahan lama merupakan barang yang umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih, seperti TV, mobil, motor dan sebagainya.Sedangkan produk yang kedua yaitu jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual, seperti bengkel, salon kecantikan, lembaga pendidikan dan sebagainya, (Anonim, 2004a).Menurut Sudiyono Armand (2004), berdasarkan klasifikasinya, maka produk dibagi atas dua yaitu barang konsumsi dan barang industri. Di mana barang konsumsi adalah barang produk yang didasarkan pada kebiasaan dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga). Sedangkan barang industri adalah barang-barang yang dikonsumsi oleh industriawan (konsumen antara atau konsumen bisnis) untuk keperluan selain untuk digunakan secara langsung, juga untuk diubah (untuk diproduksi menjadi barang lain kemudian dijual kembali oleh produsen dan untuk dijual kembali oleh pedagang tanpa dilakukan transformasi fisik (proses produksi), seperti kapas, kayu, rotan dan hasil-hasil pertanian lainnya. Dilihat dari segi bentuk fisik produk agroindustri ada yang berbentuk padat dan adapula yang berbentuk cair. Kedua bentuk ini bila dikaitkan dengan tempat penyimpanan, maka ada produk yang dapat disimpan di mana saja dan ada pula produk yang cocoknya disimpan pada tempat tertentu, serta memiliki daya simpan yang berbeda-beda, begitupun juga dengan waktu beredarnya di pasar. Selain itu kemasannya juga bervariasi, ada yang dikemas seperti produk minuman yang berisi 350 ml; 600 ml; 1000 ml dan adapula produk yang dikemas dengan ukuran seperti pupuk, dengan ukuran 25 kg, 50 kg, industri makanan ada yang berukuran 10 gram; 20 gram; 50 gram dan sebagainya, (Soekartawi, 2005).

2.1.2. Price (Harga)Menurut Philip Kotler (1997), bahwa harga adalah sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti hak milik produk. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa.Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan dari penjualan, (Almasdi Syahza, 2003).Secara umum, penetapan harga bertujuan untuk mencari laba agar perusahaan dapat berjalan. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, tujuan mencari laba secara maksimal dalam praktiknya akan sulit dicapai. Oleh karena itu, manajemen dapat menetapkan tujuan lain, misalnya tujuan berorientasi pada volume (harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan) sebagai strategi mengalahkan atau mengatasi persaingan, tujuan stabilisasi harga didasarkan pada strategi menghadapi atau memenuhi tuntutan persaingan, demikian juga tujuan berorientasi pada citra melalui program diferensiasi produk. Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan, (Anonim, 2004a). Menurut Soekartawi (2005), penetapan harga produk per unit perlu disesuaikan dengan segmentasi pasar yang ada. Produk yang berharga mahal tentu bukan untuk konsumen yang berpendapatan rendah dan begitupula sebaliknya. Selain itu harga juga harus disesuaikan dengan ukuran kualitas, daya tahan, kemasan dan sebagainya.Selain itu, perusahaan juga dapat menetapkan suatu harga dengan melakukan pendekatan penetapan harga secara umum yang meliputi beberapa pertimbangan. Dimana pertimbangan-pertimbangan tersebut ada tiga perangkat, yaitu:1. Cost-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan biaya), Cost-Plus-Pricing (penetapan harga biaya plus). Metode ini merupakan metode penelitian harga yang paling sederhana, dimana metode ini menambah standar mark-up terhadap biaya produk, (Anonim, 2004b).2. Value-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan nilai). Metode ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga, (Ali Hasan, 2008).3. Competition-Based Pricing (penetapan harga berdasarkan persaingan) (a) Going-rate Pricing (penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku). Perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing dan kurang memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah dari pesaing utamanya. (b) Scaled-Bid Pricing (penetapan harga penawaran tertutup). Perusahaan menetapkan pesaing dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku atas biaya atau permintaan perusahaan, (Anonim. 2004b).2.1.3. Promotion (Promosi) Menurut Cravens (1991), bahwa promosi adalah fungsi pemasaran yang fokus untuk mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasif kepada target audience (pelanggan calon pelanggan) untuk mendorong terciptanyan transaksi pertukaran antara perusahaan dan audience. Inti dari kegiatan promosi adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.Kegiatan promosi perlu dilakukan secara intensif, karena persaingan yang begitu ketat. Menurut Soekartawi (2005), bahwa kegiatan promosi yang lebih efektif adalah melakukan komunikasi, baik dengan cara berkunjung ke rumah-rumah calon konsumen atau ke instansi, melalui media elektronik (iklan), melalui media massa (koran dan majalah) atau dengan cara lain. Menurut Sofjan Ansauri (1987), kegiatan promosi dapat dilakukan melalui 4 cara, yaitu: pertama, personal selling (penjualan personal), merupakan bentuk presentasi secara lisan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan. Kedua, sales promotion (promosi penjualan) merupakan kegiatan dan komunikasi yang dirancang untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa ke target sasaran (calon pelanggan). Sales promotion ini, sangat efektif dalam hal menciptakan tanggapan yang lebih kuat dan lebih cepat, mendramatisasi penawaran produk dan mendorong penjualan yang sedang lesu, akan tetapi pengaruhnya hanya akan bersifat jangka pendek dan tidak efektif dalam membangun preferensi merek jangka panjang, (Anonim, 2004b).Ketiga, public relation (hubungan masyarakat) merupakan usaha untuk menstimulasi permintaan sebuah produk atau jasa dengan cara menyampaikan berita yang signifikan dan bersifat komersial, merancang berbagai program untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau setiap produknya. Public relation, yang dimaksud untuk membangun dan mempertahankan citra perusahaan jangka panjang pada pelanggan, calon pelanggan, pemilik, karyawan, serikat pekerja, masyarakat, dan pemerintah, melalui proyek bantuan kemanusiaan, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, mensponsori tim olahraga, pembiayaan pada karya seni dan penyebaran informasi melalui kegiatan pameran, (Ali Hasan, 2008).Keempat, direct marketing merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan berbagai tanggapan dan transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi, seperti menggunakan e-mail marketing, internet marketing dan sebagainya. Menurut Ali Hasan (2008), bahwa kehadiran iklan sebagai alat pemasaran dapat memecahkan dua masalah pemasaran, yaitu informasi produk, di mana iklan dapat memberikan informasi tentang bauran pemasaran, produk, harga dan manfaat utama yang ditawarkan oleh produk, dan iklan juga sering dapat memecahkan masalah tentang persepsi kastemer yang keliru terhadap produk dan perusahaan yang memasarkannya. Iklan dapat digunakan untuk membantu mengubah atau meluruskan persepsi atau meningkatkan citra perusahaan.

2.1.4. Place (Tempat atau Distribusi)Tempat atau distribusi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran, (Anonim, 2009c).Menurut Muhammad Firdaus (2007), bahwa keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan di mana hal tersebut akan dilakukan. Ini harus dipertimbangkan karena dalam bidang jasa sering kali tidak dapat ditentukan tempat di mana akan diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas.Karena dalam segmentasi pasar, ada yang dikenal sebagai segmentasi berdasarkan lokasi. Salah satu contohnya adalah, sayur yang sama ada yang dijual di pasar dan adapula yang dijual di supermarket. Harga produk yang dijual di supermarket tiga kali lipat bila dibandingkan dengan harga pasar, namun konsumen tetap membeli di supermarket, karena lokasinya yang strategis (convenience to buy), (Soekartawi, 2005). Sebagai salah satu variabel marketing mix, place/distribusi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat, (Anonim, 2004a). Karena menurut Muhammad Firdaus (2007) saluran distribusi (cara untuk menyalurkan produk kita agar sampai ke konsumen) antara barang konsumsi dengan barang industri sedikit berbeda, hal ini disebabkan oleh jenis barangnya yang berbeda. Menurut Ali Hasan (2008), bahwa saluran distribusi barang konsumsi ada sembilan, yaitu: produsen - konsumen, produsen pesanan melalui pos konsumen, produsen toko sendiri konsumen, produsen pengecer dengan mobil konsumen, produsen pengecer konsumen, produsen pedagang besar pengecer konsumen, produsen agen pedagang besar- pengecer konsumen, produsen cabang pabrik pedagang besar pengecer konsumen, dan produsen cabang pabrik (dimiliki oleh pabrik langsung) pedagang besar pengecer konsumen. Sedangkan saluran distribusi barang industri menggunakan empat saluran untuk mencapai pemakai industri (konsumen), yaitu: produsen pemakai industri, pabrik agen pemakai industri, produsen distributor industri pemakai industri, produsen agen distributor industri pemakai industri, (Muhammad Firdaus 2007). 2.2. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle atau PLC)Hasil penjualan produk dan laba yang didapatkan oleh sebuah perusahaan dari pemasaran suatu produk berubah-ubah pada waktu yang berbeda-beda. Perkembangan hasil penjualan dan laba suatu produk yang dikaitkan dengan perkembangan waktu, dapat dianalisis dalam siklus usaha produk. Dengan mempelajari siklus hidup produk dapat diperkirakan permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran suatu produk, sehingga dapat dirumuskan rencana pemasaran produk tersebut secara lebih baik, (Almasdi Syahza, 2003).Siklus hidup produk terbagi atas lima tahap, yaitu tahap pengembangan, tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap pematangan dan tahap penurunan, (Anonim, 2004a).

2.2.1. Tahap PerkembanganTahap pengembangan adalah periode pelaksanaan analisis pasar. Pada fase ini strategi produk serta strategi pasar sama-sama dikembangkan. Tidak ada pendapatan yang dihasilkan, tetapi banyak pengeluaran untuk mengembangkan produk dan pasar. Misalnya dalam periode ini makanan ikan yang baru diteliti, diformulasi dan diuji sambil mengadakan perencanaan untuk memperkenalkannya di pasar, (Anonim, 2004b).

2.2.2. Tahap Perkenalan Menurut Philip Kotler (1993), bahwa tahap perkenalan adalah periode peluncuran pertama produk baru di pasar. Produk sama sekali belum dikenal pasar, sehingga diperlukan waktu untuk menyebarkan produk ke beberapa pasar dan mengisi saluran penjual. Hal yang perlu dilakukan produsen sehubungan dengan produk barunya adalah melakukan promosi dengan cara menginformasikan kepada pembeli potensial akan adanya produk baru dan belum dikenal, membujuk calon konsumen untuk mencoba produk tersebut dan mengamankan distribusi ke pedagang pengecer.

2.2.3. Tahap PertumbuhanTahap pertumbuhan adalah periode perkembangan/ekspansi secara cepat. Tahap ini ditandai dengan peningkatan yang cepat dalam penjualan. Pemakai awal menyukai produk tersebut dan konsumen mayoritas mulai membeli produk itu, sehingga penjualan dapat meningkat dengan cepat, (Muhammad Firdaus, 2007).Menurut Ali Hasan (2008), bahwa pada posisi ini harga dan laba cenderung bertahan atau naik sedikit, karena perusahaan masih berusaha memikat pelanggan. Setelah distribusi diperluas, pasar produk makin luas dan laba meningkat cepat karena biaya tetap per unit makin kecil. Kenaikan harga tersebut dapat mengundang pesaing baru. Ia tertarik untuk memasuki pasar, karena tertarik dengan kesempatan produksi dan laba yang diperoleh. Mereka juga ikut memperkenalkan produk baru dan memperluas toko distribusi. Oleh karena itu, keterbatasan pasar dan kehadiran produk baru akan memperlambat pertumbuhan dan memperkecil tingkat kenaikan laba.

2.2.4. Tahap PematanganTahap pematangan ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang lambat atau mungkin agak menurun karena pasar mulai jenuh. Kemunduran tingkat penjualan mengakibatkan kelebihan kapasitas dalam industri. Kelebihan industri ini mendorong semakin ketatnya persaingan. Mereka sering terlibat dalam penurunan harga dan penetapan harga di luar daftar. Pada akhirnya, industri terdiri atas pesaing yang kokoh dengan dorongan dasar untuk memperoleh keuntungan kompetitif, (Almasdi Syahza, 2003). Banyak kegiatan pemasaran dirancang untuk memperpanjang tahap pematangan dengan mempertahankan volume penjualan dan jumlah laba. Persaingan ketat karena para pesaing memperebutkan pangsa pasar (market share), biasanya dengan menggunakan harga sebagai senjata. Perusahaan berusaha meningkatkan mutu produk dengan mengubah rancangan, menambah unsur-unsurnya, iklan baru, mengembangkan reklame, dan insentif promosi. Tahap ini diakhiri dengan penurunan laba perusahaan yang cukup besar, (Anonim 2009c).

2.2.5. Tahap PenurunanMenurut Philip Kotler (1997), bahwa tahap ini ditandai dengan penurunan penjualan, baik secara lambat atau cepat atau bahkan penjualan nol. Penjualan menurun karena perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen, pengembangan produk pengganti baru, atau meningkatnya persaingan, sehingga memicu terjadinya perang harga.Penurunan penjualan yang terus menerus dapat mempercepat kematian produk yang bersangkutan. Beberapa perusahaan mungkin menarik diri dari pasar, sedangkan yang masih bertahan mengurangi biaya pemasaran sampai pada akhirnya produk mungkin akan hilang dari peredaran, (James dan Charles, 1986).

2.3. Kerangka PemikiranSetiap perusahan, baik itu perusahaan besar maupun perusahaan kecil pasti diharapkan agar tetap bertahan dan dapat memberikan profit yang banyak kepada pemiliknya. Oleh karena itu, dalam hal ini yang paling penting adalah perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan untuk mengikuti perkembangan dan menghadapi persaingan yang semakin ketat dimasa yang akan datang. Tanpa perencanaan, sebuah organisasi mungkin akan melakukan cara-cara yang ekstrem untuk menghindari kerugian atau mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perencanaan yang baik akan membimbing kegiatan dalam setiap tahapan yang seharusnya dilakukan oleh manajer atau produsen dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, hal ini sesuai dengan pendapat Ali Hasan (2008), bahwa dengan perencanaan pemasaran yang tepat, seorang manajer akan mampu memperpanjang nilai bagi seumur hidup pelanggan, agar mereka menjadi setia (loyal customer lifetime value).Seperti juga halnya pada perusahaan UPPKS Balla Ratea yang masih berskala industri mikro, supaya perusahaan ini dikenal oleh lapisan masyarakat atau konsumen serta dapat bertahan hidup, maka salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah penerapan bauran pemasaran. Di dalam bauran pemasaran, sebelum produk kita sampai ditangan konsumen, ada empat variable yang harus kita perhatikan, yaitu pertama, kita harus menentukan produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen; kedua, menetapkan harga produk; ketiga, melakukan kegiatan promosi; dan yang keempat, adalah kita harus mengetahui di mana, siapa dan kapan produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen. Dan untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 1.

UPPKS Balla Ratea

Sarabba Instan

Penerapan Bauran Pemasaran

Penetapan Produk

Menentukan TempatMetode PromosiPenetapan Harga

Konsumen/Pasar Sasaran

Gambar 1. Kerangka Pikir Penetapan Bauran Pemasaran pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

III. METODE PENELITIAN3.1. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada UPPKS Balla Ratea, yang bertempat di Jl. Pelita No.74 Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, yang dimulai pada bulan Mei sampai pada bulan Juni 2012.

3.2. Pendekatan PenelitianTeknik pengumpulan data dilakukan dengan metode Rapid Rural Appraisal (RRA), yaitu suatu pendekatan partisipatif untuk mendapatkan data/informasi dan penilaian (assesment) secara umum di lapangan dalam waktu yang relatif pendek. Pengumpulan informasi dan data dilakukan secara FGD (Fokus Group Discussion) yaitu memusatkan kepada diskusi atau wawancara mendalam dan wawancara biasa dengan kata lain tidak terikat secara kaku dengan kuisioner.3.3. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:a. Data primer, merupakan data yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, baik itu dengan manajernya maupun dengan karyawan-karyawannya. b. Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih disajikan oleh pihak perusahaan, yaitu sejarah berdirinya UPPKS Balla Ratea.

3.4. Teknik Pengambilan DataMetode pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu penggunaan data primer dengan cara observasi dan wawancara (kepada manajer perusahaan serta karyawan) dan melakukan penelusuran berbagai kepustakaan yang relevan dengan tujuan penelitian, serta penggunaan data sekunder, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, dalam bentuk tabel, diagram dan sebagainya.

3.5. Analisis DataData yang terkumpul akan ditabulasi dan selanjutnya dianalisis dengan analisis:a. Analisis deskriptif kualitatif Hasil dari analisis ini akan memberikan gambaran secara deskriptif tentang bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan tersebut, serta hambatan-hambatan yang ada pada setiap penetapan bauran pemasaran (Husein Umar, 1997). Namun khusus untuk kegiatan promosi, maka analisis yang digunakan adalah analisis AIDCA (Aware (sadar) Interest (tertarik) Desire (berhasrat) Conviction (sangat yakin) Action (aksi konsumen)), (Hadari dan Martini, 1991).

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN4.1. Deskripsi Perusahaan UPPKS Balla RateaUsaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) berdiri pada bulan Januari tahun 2007 dengan nama Mawar. UPPKS Mawar ini didirikan oleh Dra. Hajirah dengan jumlah anggota 18 orang, dengan dilandasi keinginan untuk berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Gowa khususnya bagi perempuan dalam rangka pengembangan Industri Rumah Tangga (IRT) yang pengelolaannya sangat sederhana. Dan untuk mendapatkan perhatian pemerintah yang mengharuskan usaha dalam bentuk kelompok. Pada produksi pertamanya, kelompok ini hanya memproduksi sebanyak 5 botol dengan ukuran 330 ml dan produknya dipasarkan di lingkungan sendiri dan masih dalam tahap perkenalan. Selain memproduksi sarabba kelompok UPPKS Balla Ratea juga memproduksi makanan khas Makassar lainnya, seperti baruasa, putu kacang dan langkoseng kacang.Pada awal tahun 2008 UPPKS Mawar diganti dengan nama kelompok yang baru, yaitu UPPKS Balla Ratea. Balla Ratea ini merupakan bahasa Makassar yang artinya Rumah Atas. Nama ini dipilih dengan alasan bahwa nama Mawar sudah banyak yang gunakan, sementara balla ratea sangat cocok untuk dijadikan nama penggantinya, karena sesuai dengan usaha yang dijalankan yaitu minuman tradisional yang diproduksi di sebuah rumah panggung (rumah atas) di Desa yang masih sangat kental adat dan rasa persaudaraannya, yaitu Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Dalam rangka pengembangan usaha, pemerintah memberikan bantuan melalui Dinas Koperasi, Pemberdayaan Perempuan dan BKKBN, berupa insentif untuk membeli botol dan label produk, sehingga Sarabba Instan dijual dengan menggunakan botol dan label, meskipun labelnya belum paten. Pertengahan tahun 2008 kemasan dan lebelnya sudah mulai diperbaiki.Tahun 2009 UPPKS Balla Ratea sudah mendapatkan izin produksi dengan nomor izin 503/60/SITU/IIIA/2009 dan sertifikat produksi pangan UPPKS dengan nomor P-UPPKS No. 213710602113, serta sertifikat halal dengan No. 06120003260210. Sejak itu, kemasannya sudah mulai dilengkapi dengan hiasan yang terbuat dari anyaman daun lontar.Pada tahun 2010 jumlah produksinya juga sama dengan tahun 2011 dan 2012, yaitu sebanyak 1.000 sampai 1.200 botol. Hasil produksinya tidak mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hambatan, salah satu di antarannya adalah bahan baku yang kurang. Produk sarabba instan dipasarkan di pusat ole-ole Makassar, warkop-warkop, caf, dan sebagainya. Selain itu juga di pasarkan ke luar Sulawesi Selatan, seperti Jawa, Bali, Ambon, Jakarta, Palu, Kendari, Surabaya dan sekitarnya. Modal yang digunakan Rp. 22.571.378,-/bulan dan penjualan mencapai Rp. 30.000.000/bulan. Dari hasil penjualan tersebut, sebagian besarnya perusahaan berikan sebagai kontribusi kepada ibu-ibu rumah tangga yang bergabung untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya. Di mana sesuai dengan visi berdirinya UPPKS Balla Ratea, yaitu meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat Gowa khususnya bagi kaum perempuan, maka setelah UPPKS Balla Ratea berproduksi, perusahaan ini memang betul-betul menyediakan lapangan kerja serta membantu karyawannya dalam hal meningkatkan kesejahteraannya. Di mana kontribusi yang diberikan UPPKS Balla Ratea kepada seluruh karyawannya dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Rumah Tangga yang Bergabung dengan UPPKS Balla Ratea Berdasarkan Umur dan Tanggungan Keluarga 2012

No.Nama

Umur (Tahun)Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)Kontribusi (%)

1.Dra. Hajirah3718,51

2.Kasturi3038,51

3.Widyawati, S.Pt3248,51

4.Hasniah3034,96

5.Yusmi Taha2944,96

6.Hatijah3744,96

7.Rahmatiah3034,96

8.Nuraeni2944,96

9.Hasnah3134,96

10.Halimah3234,96

11.Hamsinah3134,96

12.Radiah3434,96

13.Ratna Rahim3034,96

14.Pida3654,96

15.Dg. Tino3644,96

16.Dg. Rannu3334,96

17.Dg. Jintu3554,96

18.Supiana2954,96

Jumlah58163100,00

Sumber : Data Sekunder UPPKS Balla Ratea, 2012Tabel 1 menunjukkan jumlah keluarga yang bergabung pada UPPKS Balla Ratea. Di mana yang bergabung adalah sebanyak 18 keluarga dengan jumlah tanggungan keluarga secara keseluruhan adalah sebanyak 63 orang. Serta menunjukkan jumlah kontribusi yang diberikan kepada karyawan UPPKS Balla Ratea, dimana kontribusi tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan keluarga dari setiap karyawannya. Karena ada beberapa karyawannya yang sebelum bergabung hanya mendapatkan sebesar Rp. 250.000,- sampai Rp. 400.000,-/bulan, bahkan ada 2 orang karyawannya yang sebelum bergabung memang belum mempunyai pekerjaan sama sekali. Namun setelah mereka bergabung di UPPKS Balla Ratea, pendapatan mereka jadi lebih meningkat. Ketua kelompok atau manejer serta sekretaris dan bendahara masing-masing menerima kontribusi sebesar Rp. 900.000,-/bulan sedangkan karyawan lainnya menerima kontribusi masing-masing sebesar Rp. 525.000,-/bulan.Berdasarkan Tabel 1 juga dapat diketahui, bahwa jumlah pendapatan keluarga wanita yang paling tinggi dalam setiap bulannya adalah rata-rata mendapatkan 8,51%/bulan dan yang paling rendah adalah 4,96%/bulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.2. Visi dan Misi Terbentuknya UPPKS Balla RateaVisi merupakan sebuah pandangan ke depan yang hendak dicapai. Visi ini merupakan cara pandang jauh ke depan, ke mana pribadi harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Selain itu, visi juga dikatakan sebagai suatu gamabaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh suatu organisasi, (Anonim, 2010).Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan suatu organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Misi adalah suatu yang harus dilaksanakan oleh organisasi, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi dan mengetahui peran dan program-programnya, serta hasil yang akan diperoleh di masa mendatang, (Anonim, 2010). Adapun visi dari terbentuknya kelompok UPPKS Balla Ratea adalah: Meningkatkan kualitas/taraf hidup masyarakat Gowa khususnya perempuan dalam rangka pengembangan industri rumah tangga yang pengelolaannya sangat sederhana. Melihat semua makanan dan minuman khas Sulawesi khususnya sarabba menjadi makanan dan minuman sehari-hari (membudayakan makanan dan minuman khas Sulawesi).

Adapun misi dari perusahaan UPPKS Balla Ratea, adalah sebagai berikut: Menigkatkan kualitas dan kuantitas produk, sehingga konsumen tetap menyukai produk tersebut. Mengubah alat yang digunakan dalam pengolahannya dari manual menjadi modern supaya proses produksinya cepat. Menyiapkan kedai mobil yang dapat mengambil produk-produk yang tidak bisa dipasarkan oleh pengusahanya disetiap kantor-kantor khususnya di Makassar. Menambah jumlah tenaga kerja dan meningkatkan kerja profesional, supaya usaha tetap berjalan dengan lancar. Tabel 2. Program Kerja UPPKS Balla Ratea di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa Periode 2012.NoJenis KegiatanLokasiPenanggung JawabKeterangan

1Produksi SarabbaRumah Ketua & AnggotaKetua kelompok

2Penjualan ProduksiPesanan & JajananPengurus/Anggota

3Rapat PengurusRumah Ketua KelompokKetua kelompok

4Pembinaan KelompokRumah Anggota KelompokPembina Kelompok

5Pembenahan AdministrasiRumah Ketua KelompokPengurus

6Pembentukan ArisanBPMKetua kelompok

7Pengajian TriwulanBPMKetua kelompok

8Penyuluhan/PertemuanRumah Ketua KelompokInstansi Terkait

9Mengikuti PameranBPMKetua kelompokDisesuaikan

10Pengembangan ProduksiBPMKetua kelompokDisesuaikan

11Perayaan/Peringatan Hari RayaBPMKetua Kelompok & Anggota

Tujuan pada setiap bagian (bidang) dalam perusahaan perlu ditetapkan agar dapat dijadikan sebagai pedoman untuk beraktivitas demi mencapai tujuan perusahaan secara maksimal. Adapun misi dari setiap bidang perusahaan adalah sebagai berikut:Pimpinan perusahaan merupakan ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi teknologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu, sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki talenta yang tinggi. Misi dari pimpinan perusahaan di sini yaitu mengatur semua sumber daya perusahaan dalam mencapai keuntungan, sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.Pengadaan produksi ini sangat penting dalam perusahaan, karena dengan adanya bagian ini, maka semua bahan baku yang dibutuhkan dalam suatu perusahaan dapat diperoleh. Adapun misi dari bagian pengadaan bahan baku, yaitu mengatur pasokan bahan baku agar selalu lancar, demi kelancaran kegiatan produksi.Produksi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Apabila produksi dalam perusahaan ini terhenti, maka otomatis kegiatan dalam perusahaan tersebut akan terhenti pula. Misi dari bagian produksi ini, yaitu memproduksi Sarabba Instan dengan kualitas dan kuantitas yang baik agar dapat memenuhi keinginan konsumen.Hasil produksi Sarabba Instan selanjutnya dipasarakan. Kepuasan pelanggan dalam kegiatan pemasaran ini sangatlah diperhatikan dengan harapan bahwa konsumen akan tertarik untuk tetap membeli produk yang dihasilkan, sehingga perusahaan akan memperoleh laba. Adapun misi dari bagian pemasaran ini, yaitu meningkatkan volume penjualan dan memperluas wilayah pemasaran. Namun semua itu tidak akan terlaksana apabila tidak ditunjang dengan promosi, karena pada dasarnya kegiatan promosi adalah merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran, karena adanya kegiatan inilah sehingga konsumen jadi tahu bahwa ternyata sekarang sudah ada sarabba instan yang bukan hanya berbentuk bubuk saja, tetapi sudah ada yang berbentuk cair. Selain dari pada itu, hal yang sangat penting adalah struktur organisasi untuk menunjukkan kedudukan, tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda pada setiap tenaga kerja yang terlibat dalam perusahaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Struktur organisasi yang dikembangkan kiranya dapat membantu perusahaan mencapai tujuan tersebut. Adapun struktur organisasi pada UPPKS Balla Ratea dapat dilihat pada Gambar 2.

PENGEMASAN HASNAH HALIMAHPRODUKSI HATUA RAHMATIA NURAENI RADIAH RATNA RAHIM PIDA DG TINO DG RANNU DG JINTUPENGADAAN BAHAN BAKU HASNIAH YUSMI TAHA:

LABELING HAMSINAH SUPIANA

PROMOSI4 ORANG KARYAWAN LEPAS DAN HAJIRAH

PEMASARAN4 ORANG KARYAWAN LEPAS DAN HAJIRAH

Gambar 2. Struktur Organisasi UPPKS Balla Ratea Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012.

Gambar 2 dapat dilihat bahwa struktur organisasi di perusahaan UPPKS Balla Ratea, terdiri dari pimpinan perusahaan yang dipegang oleh Dra. Hajira. Selain sebagai pemimpin perusahaan, ibu Hajira juga ikut serta merangkap dalam semua bagian yaitu bagian pengadaan bahan baku, bagian produksi, promosi dan bagian pemasaran. Hal ini terjadi, karena kurangnya tenaga kerja yang ada dalam perusahaan tersebut, serta masih minimnya pengetahuan tenaga kerjanya tentang kriteria bahan baku yang dibutuhkan dalam usaha tersebut. 4.3. Sumber Daya Lahan dan BangunanMenurut Sitorus, (2001) dalam Wawan (2010), sumber daya lahan dan bangunan merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk daerah taransportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumber daya lahan (Land Resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, tanah, air serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Berikut dapat dilihat lay out dari UPPKS Balla Ratea

Ruang Pencucian (3 x 3 m)Toilet (2 x 3 m)Ruang Penyimpanan Ruang Pengemasan (3 x 3 m) (3 x 5 m)Ruang Produksi (4 x 5 m)

Ruang Pimpinan(3 x 3 m)

Kantor (5 x 6 m)

Gambar 3. Lay Out Perusahaan UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa 2012. Luas lahan yang dimiliki oleh UPPKS Balla Ratea adalah 98 m. Lahan tersebut terdiri atas beberapa bangunan. Bangunan tersebut berupa ruang produksi dengan luas 4 x 5 m. Tempat produksi dibuat sengaja lebih luas dibandingkan dengan ruangan lainnya, agar para karyawan lebih bebas untuk bergerak dan membuat produk. Selain ruang produksi, terdapat ruangan yang letaknya berdampingan dengan ruang produksi yaitu ruang pencucian dengan luas 3 x 3 m dan juga terdapat toilet yang memiliki luas 2 x 3 m, tempat pengemasan memiliki luas 3 x 5 m dan tempat penyimpanan letaknya berdampingan dengan ruang pengemasan memiliki luas 3 x 3 m, ruang pimpinan terletak di dalam kantor dengan luas 3 x 3 m dan kantor memiliki luas 5 x 6 m. Kantor sengaja dibuat lebih luas karena kantor juga digunakan untuk menemui pelanggan dan sebagai tempat bertransaksi.Harapan yang diinginkan ibu Hajira ke depannya adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya, menambah luas area produksinya serta memperluas jaringan kerjanya supaya pemasaran Sarabba Instan dapat mencapai taraf internasional.

4.4. Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia merupakan komponen penting dalam organisasi yang memegang peranan yang sangat besar sebagai salah satu sumber keunggulan kompetitif dan elemen kunci untuk meraih kesuksesan dalam bersaing dan mencapai tujuan organisasi, karena tanpa adanya sumber daya manusia, maka kegiatan tidak akan terlaksana.Tabel 3. Sumber Daya Manusia pada UPPKS Balla Ratea di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012

No.JabatanStatusPendidikanJumlah (Orang)

1.Pimpinan TetapS11

2.Sekretaris TetapSMA1

3.Bendahara TetapS11

4.Bagian Pengadaan Bahan BakuTetapSMA2

5.Bagian ProduksiTetapSMP9

6.Bagian PengemasanTetapSMA2

7.Labeling TetapSMA2

8.Bagian PromosiTetapS1

1

9.Bagian PemasaranTetapS1

1

Total 28

Sumber: Data Sekunder UPPKS Balla Ratea, 2012Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa dalam UPPKS Balla Ratea ini, memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari pimpinan 1 orang, bagian pengadaan bahan baku 2 orang, bagian produksi 9 orang, bagian pengemasan 2 orang, bagian labeling 2 orang dan bagian promosi 1 orang karyawan tetap, begitupun juga dengan yang berada di bagian pemasaran, 1 orang karyawan tetap. Selain karyawan tetap terdapat pula 4 orang karyawan atau tenaga kerja lepas yang bertugas untuk melakukan kegiatan promosi sekaligus memasarkan sarabba instan. Tenaga kerja lepas tersebut tidak digaji oleh perusahaan, tetapi mereka mendapatkan potongan dari hasil penjualannya sebesar 5 % sampai 10 % / botol. Jadi karyawan lepas memperoleh pendapatan dari diskon hasil penjualan, besarnya pendapatan yang diperoleh tergantung dari jumlah sarabba yang terjual. Dalam merekrut tenaga kerja, perusahaan ini tidak menggunakan tes secara formal, tetapi hanya melihat kemampuan atau keahlian dari pelamar, yaitu mampu bekerja dan terampil dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Karyawan yang bekerja pada UPPKS Balla Ratea terkadang bekerja 5-7 jam/hari. Karyawan mulai bekerja pada pukul 10.00 WITA dan biasanya selesai pada pukul 17.00 WITA. Lamanya waktu kerja juga tergantung dengan banyaknya pesanan. Semakin banyak pesanan, maka waktu kerja mereka semakin lama. Menurut karyawan di perusahaan tersebut, bahwa mereka mulai bekerja saat semua pekerjaan rumahnya selesai, utamanya dalam mengurus anak-anak mereka dan juga suami-suami mereka yang akan pergi mencari nafkah untuk keluarganya.Pada dasarnya gaji karyawan pada UPPKS Balla Ratea tidak menentu setiap bulannya. Karena sampai saat ini bahan bakunya belum bisa memenuhi kebutuhan produksi perusahaan, maka kegiatan produksi di perusahaan tersebut tidak kontinyu. Sehingga pihak perusahaan memberikan gaji kepada karyawannya sebesar Rp. 5000,-/jam/orang.

4.5. Sumber Daya Peralatan Sumber daya peralatan adalah alat dan mesin yang dimiliki oleh perusahaan untuk menjalankan kegiatan produksi-produksi maupun distribusi. Peralatan tersebut mencakup peralatan operasional maupun peralatan produksi. Di mana jenis, jumlah dab harga alat tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Jumlah dan Harga Peralatan Dapur pada UPPKS Balla Ratea di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012No.Nama AlatJumlah Alat (Buah/Unit)Harga Satuan (Rp)Nilai (Rp)

1Kompor Gas3240.000720.000

2Tabung Gas3250.000750.000

3Selang Gas 315.00045.000

4Regulator350.000150.000

5Baskom 730.000210.000

6Panci 470.000280.000

7Ember330.00090.000

8Pisau123.00036.000

9Sendok Kecil122.00024.000

10Sendok Pengaduk44.00016.000

11Saringan 37.00021.000

12Gelas Ukur638.000228.000

13Cerek325.00075.000

14Timbangan2120.000240.000

15Sikat Cuci53.00015.000

16Blender 3375.000112.5000

17Blender (Kap. 20 kg/Jam)18.000.0008.000.000

18Kompor Biogas119.500.00019.500.000

19Panci (Ukuran 20 L)12.000.0002.000.000

20Mesin Pemotong Bahan Baku112.500.00012.500.000

JUMLAH 8043.262.00046.025.000

Sumber : Data Sekunder UPPKS Balla Ratea, 2012Tabel 4 menggambarkan sarana dan prasarana yang ada pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Adapun penjelasan dari peralatan-peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut:Kompor gas merupakan alat yang digunakan untuk memasak dengan menggunakan tabung gas sebagai penghasil api. Kompor gas yang dimiliki perusahaan UPPKS Balla Ratea sebanyak 3 buah. Kompor gas ini digunakan untuk memasak semua bahan baku yang telah dicampur guna membuat Sarabba Instan.Baskom ini digunakan untuk mencuci bahan baku sebelum memasak bahan baku tersebut. Baskom yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS Balla Ratea sebanyak 7 buah.Panci adalah alat untuk memasak atau merebus. Panci tersebut terbuat dari besi aluminium maupun stain less. Panci yang digunakan oleh UPPKS Balla Ratea sebanyak 4 buah. Panci ini digunakan untuk merebus atau memasak semua bahan baku pembuatan Sarabba Instan.Pisau yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS Balla Ratea berjumlah 24 buah, pisau ini digunakan untuk memotong atau mengupas bahan baku, yaitu jahe.Tabung gas merupakan alat yang dipakai untuk menyimpan gas yang dibutuhkan dalam pemakaian kompor gas. Adapun jumlah tabung gas yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS Balla Ratea sebanyak 3 buah. Selang gas merupakan alat yang dipakai untuk menghubungkan antara kompor gas dengan tabung gas, sehingga gas yang berada dalam tabung gas dapat tersalur sampai ke kompor gas. Adapun jumlah selang yang dimiliki oleh UPPKS Balla Ratea adalah 3 buah.Regulator merupakan alat yang digunakan bersama dengan kompor gas, selang gas dan tabung gas. Alat ini berfungsi untuk menyambungkan antara gas dengan selang gas serta berfungsi untuk mengatur gas yang masuk ke kompor gas. Regulator yang dimiliki UPPKS Balla Ratea adalah sebanyak 3 buah.Ember merupakan alat yang digunakan untuk mencuci bahan baku dan digunakan bersama dengan baskom, dengan jumlah alat ini sebanyak 3 buah.Sikat cuci merupakan alat yang digunakan untuk menyikat jahe, supaya kotoran-kotoran yang menempel hilang. Sikat cuci ini berjumlah 5 buah.Sendok pengaduk yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS Balla Ratea sebanyak 4 buah. Sendok pengaduk ini terbuat dari batang kelapa dan diguakan untuk mengaduk bahan baku yang dimasak dalam pembuatan Sarabba Instan, agar campuran adonannya rata. Saringan yang dimiliki perusahaan Balla Ratea sebanyak 3 buah, saringan ini digunakan pada saat sarabba selesai dimasak untuk menyaring sisa-sisa ampas dari jahe, supaya sarabba bebas dari ampas.Timbangan digunakan untuk melakukan pengukuran massa dari bahan baku yang digunakan untuk membuat Sarabba Instan. Timbangan ini berjumlah 2 buah. Gelas ukur digunakan untuk mengukur santan yang akan dicampur dengan jahe dan gula merah. Selain itu, gelas ukur ini juga digunakan untuk mengukur berapa banyak sarabba yang akan dimasukkan ke dalam kemasan (botol plastik). Gelas pengukur ini berjumlah 6 buah.Sendok digunakan untuk mengukur sarabba, sendok ini berjumlah 12 buah atau 1 lusin. Cerek merupakan tempat air minum, cerek ini digunakan untuk memasukkan sarabba ke dalam kemasan botol plastik, supaya proses pengemasannya lebih mudah dilakukan. Cerek ini berjumlah 3 buah.Blender (mesin penggiling) digunakan untuk menggiling jahe yang telah dibersihkan. Penggilingan ini dilakukan supaya memudahkan dalam penyaringan, alat ini berjumlah 3 buah.Ada 4 buah alat baru yang belum pernah digunakan dan baru akan digunakan setelah pabriknya selesai, yaitu blender dengan kapasitas 20kg/jam, tabung biogas, panci ukuran 20 liter dan mesin pemotong bahan baku. Untuk mengetahui jumlah peralatan kantor yang ada pada UPPKS Balla Ratea, maka dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Harga Peralatan Kantor pada UPPKS Balla Ratea di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012.No.Nama AlatJumlah Alat (Buah/Unit)Harga Satuan (Rp)Nilai (Rp)

1Komputer14.500.0004.500.000

2Printer11.200.0001.200.000

3Meja Kantor1800.000800.000

4Kursi1200.000200.000

5Rak Buku (Lemari)1325.000325.000

6Telepon1500.000500.000

7Lemari Produk1450.000450.000

JUMLAH 77.975.0007.975.000

Sumber : Data Sekunder UPPKS Balla Ratea, 2012Tabel 5 menggambarkan sarana peralatan kantor yang ada pada UPPKS Balla Ratea Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Adapun penjelasan dari peralata-peralatan tersebut di atas adalah sebagai berikut:Komputer yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS Balla Ratea sebanyak 1 unit, komputer ini digunakan untuk mengolah dan menyimpan data-data pengeluaran dan pemasukan perusahaan. Printer yang ada diperusahaan UPPKS Balla Ratea berjumlah 1 unit, printer ini berfungsi untuk mencetak file atau data-data yang ada dalam komputer.Meja kantor yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS Balla Ratea sebanyak 1 unit, meja ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan komputer. Kursi kantor yang ada diperusahaan ini sebanyak 1 buah, kursi ini digunakan oleh karyawan yang ada di perusahaan tersebut.Perusahaan UPPKS Balla Ratea memiliki lemari atau rak buku sebanyak 1 buah, lemari ini digunakan untuk menyimpan semua buku dan arsip-arsip yang berhubungan dengan perusahaan. Dan lemari produk yang dimiliki oleh perusahaan sebanyak 1 buah, lemari ini berfungsi untuk menyimpan semua produk yang siap dipasarkan. Telepon yang dimiliki oleh perusahaan UPPKS berjumlah 1 unit, telepon ini berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi yang digunakan oleh karyawan dengan pelanggangnya atau rekan kerjanya. 4.6. Sumber Daya FinansialKeberadaan sumber daya finansial cukup berpengaruh terhadap kelancaran suatu usaha. Sumber daya inilah yang dapat menunjang ketersediaan berbagai sumber daya lain yang diperlukan dalam proses produksi dan kegiatan operasional lainnya. Sumber daya finansial merupakan segala sesuatu yang dimiliki perusahaan baik berupa uang tunai maupun harta benda lainnya yang sewaktu-waktu dapat diuangkan guna mendukung aktivitas perusahaan dalam pengembangan usaha yang dikelolah, (Syam dkk, 2006: dalam Reski Amelia dkk, 2010).Dari uraian di atas, kita dapat memperoleh gambaran mengenai pentingnya upaya untuk memanfaatkan sumber daya finansial seefisien mungkin dengan perencanaan dan pengelolaan yang tepat. Fungsi utama dari sumber daya finansial yaitu untuk mengadakan sumber daya lainnya yang diperlukan oleh perusahaan, agar kebijakan manajemen tidak salah arah, maka sumber daya finansial harus disusun berdasarkan perhitungan yang rill dapat berfungsi sebagai pedoman kerja yang memberikan arah dan target-target tertentu yang harus dilakukan oleh perusahaan.Aktiva adalah sarana atau sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan yang perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif. Aktiva lancar (current assets), yang terdiri dari: kas, piutang, persediaan. Aktiva tetap (fixed assets) yang terdiri dari: peralatan, gedung, tanah. Sedangkan passiva adalah pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan pada masa yang akan datang. Pengorbanan untuk masa yang akan datang ini terjadi akibat kegiatan usaha, kewajiban ini dibedakan menjadi utang lancar dan utang jangka panjang. Utang (liabilities) merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan yang dapat digolongkan: utang lancar (current liabilities) antara lain: utang dagang dan utang wesel dan utang jangka panjang (long term debt) antar lain utang bank, utang obligasi dan utang hipotek. Modal (capital) merupakan hak milik perusahaan atas total harta (aktiva) yang ada dalam perusahaan. Besarnya hak milik tersebut sama dengan aktiva bersih perusahaan, yaitu sisa aktiva setelah dikurangi total utang. Contohnya modal: modal sendiri, modal persekutuan, modal saham, (Tata, 2008; dalam Hartini dkk, 2010).Aktiva (harta tetap) yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp. 140.000.000,- yang terdiri dari lahan yang dimiliki oleh perusahaan seluas 16 m x 9 m = 144 m dengan harga 250.000/m, jadi harga lahannya adalah sebesar Rp 36.000.000,- dan bangunan yang dimilikinya adalah senilai Rp. 50.000.000,-, jadi total harga lahan dan bangunannya adalah Rp. 86.000.000,-. Serta akumulasi penyusutan peralatan produksi dan kantor sebesar Rp. 54.000.000,-/tahun. Dan Passiva (utang lancar) yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 22.571.378,-, yang terdiri dari biaya gaji karyawan sebesar Rp. 11.725.000,-/bulan, di mana gaji untuk pimpinan sebesar Rp. 1.000.000,-/bulan, untuk sekretaris dan bendahara sebesar Rp. 900.000,-/bulan dan untuk karyawan lainnya masing-masing sebesar Rp. 525.000,-/bulan, dan biaya bahan baku sebesar Rp. 9.190.378,-/bulan dan utang lancar, yaitu sebesar Rp. 1.656.000,-.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANBauran pemasaran (marketing mix) merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan seefektif mungkin yakni : product (produk), price (harga), place (tempat atau distribusi), dan promotion (promosi).

5.1. Product (Produk)Produk utama yang dimiliki oleh UPPKS Balla Ratea adalah Sarabba Instan. Sarabba instan merupakan minuman tradisional khas Makassar yang dikembangkan dengan tujuan agar minuman tradisional tersebut dapat dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, khususnya di Makassar dan juga masyarakat yang ada di luar Indonesia. Sarabba ini berbeda dengan sarabba-sarabba yang diproduksi oleh perusahaan lain yang berbentuk bubuk dan minuman dengan kemasan kotak. Dilihat dari segi bentuk fisiknya, maka sarabba instan yang diproduksi oleh UPPKS Balla Ratea tersebut merupakan produk yang berbentuk cair dan kental yang dikemas dengan menggunakan botol plastik dan dilengkapi dengan anyaman dari daun lontar atau dengan nama lain menggunakan keranjang khas buatan orang Makassar, sebagai ciri khas dari produk tersebut. Sarabba instan dapat bertahan sampai 6 bulan, namun produk yang diambil oleh konsumen perantara bisaanya maksimal hanya sampai 2 bulan produknya sudah habis terjual. Selain itu, produk ini cocok disimpan di tempat yang dingin seperti freezer. Dilihat dari segi ukuran, maka sarabba instan yang diproduksinya ada tiga jenis ukuran, yaitu ukuran yang pertama 330 ml (terkecil), ukuran yang kedua 500 ml (sedang) dan ukuran yang ketiga adalah 630 ml (besar). Di antara ketiga jenis ukuran produk tersebut, maka ukuran yang digunakan oleh perusahaan pada saat pertama kali melakukan produksi atau membuat sarabba instan adalah ukuran 330 ml. Pada tahun 2008 jumlah produksinya sudah mulai meningkat yaitu sampai maksimal 500 botol, sehingga ukurannya ditambah dua yaitu ukuran 500 ml dan 630 ml dengan pertimbangan bahwa ukuran produk yang hanya satu jenis akan sulit dipasarkan karena kebutuhan konsumen yang berbeda-beda serta permintaan sasaran pasar yang membutuhkan ukuran yang lebih besar lagi, seperti rumah makan, caf, warkop dan sebagainya. Walaupun ukuran produknya berbeda-beda, namun kemasannya tetap satu jenis, yaitu menggunakan botol aqua plastik. Dengan adanya kemasan botol plastik ini, maka sarabba instan, selain menjadi produk inti maka ia juga sudah mampu menjadi produk generik. Dan untuk menjadi produk harapan, maka perusahaan juga sudah mendapatkan surat izin dari pemerintah yang bersangkutan tentang izin mendirikan usaha industri tanaman pangan dan sertifikat yang menunjukkan bahwa produknya halal dikonsumsi.Untuk menjadi produk pelengkap, maka sejak tahun 2008/2009 perusahaan sudah menggunakan label dan juga hiasan kemasan produk yang terbuat dari anyaman daun lontar yang sekaligus menjadi ciri khas dari kemasan produk perusahaan tersebut. Pada awal tahun 2010 yaitu bulan Januari jumlah produksinya meningkat lagi yaitu sebanyak 1000 sampai 1200 botol/bulan. Dan masih berlangsung sampai tahun ini yaitu tahun 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.Tabel 6. Jumlah Produksi Sarabba Instan UPPKS Balla Ratea di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, 2012

Ukuran KemasanProduksi (Botol)

Januari FebruariMaretAprilMei

330 ml300300300300450

500 ml360360360360410

600 ml240240240240240

Total Produksi1.0001.0001.0001.0001.200

Sumber : Data Sekunder UPPKS Balla Ratea, 2012.

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah produksi sarabba pada bulan Januari sampai bulan April adalah masing-masing sebanyak 1.000 botol dan pada bulan Mei jumlah produksinya sebanyak 1.200 botol. Hal ini disebabkan karena bulan Mei ibu Jirah mengikuti pameran di Surabaya, sehingga UPPKS Balla Ratea mengusahakan jumlah produksinya lebih dari 1.000 botol dengan tetap menggunakan tiga jenis ukuran kemasan yang berbeda, yaitu 330 ml, 500 ml dan 630 ml.Tabel 6 juga menunjukkan, bahwa untuk sarabba yang berukuran 330 ml produksinya rata-rata 300 botol/bulan, kecuali pada bulan Mei, produksinya sampai 450 botol. Begitupun juga halnya dengan sarabba ukuran 500 ml, jumlah produksinya rata-rata 360 botol/bulan, kecuali pada bulan Mei, jumlah produksinya sampai 410 botol. Sedangkan sarabba yang berukuran 630 ml, jumlah produksinya mulai pada bulan Januari sampai bulan Mei tetap sama, yaitu 240 botol. Hal tersebut disebabkan oleh bahan baku yang terbatas serta alat-alat produksi yang masih manual, karena pabriknya belum selesai, sehingga alat-alat produksi yang baru belum bisa digunakan. Setiap kali produksi, sarabba instan tersebut langsung dipasarkan atau disalurkan kepada pedagang (konsumen antara). Dan produk-produk tersebut biasanya hanya sampai 2 minggu saja sudah habis terjual, namun apabila dalam waktu 2 bulan sarabbanya belum habis terjual, maka pihak perusahaan akan menarik kembali dan mengganti produknya dengan yang baru. Sarabba instan tersebut diproduksi dengan menggunakan beberapa jenis bahan baku. 5.1.1. Proses Pengadaan Bahan BakuAnalisis kinerja merupakan suatu analisis yang memperlihatkan kondisi dinamika dari agrosistem serta hasil yang diperoleh perusahaan tersebut. Analisis ini menunjukkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Analisis kinerja terbagi atas dua, yaitu kinerja proses dan kinerja hasil. Kinerja proses menunjukkan apa yang dilakukan sedangkan kinerja hasil menunjukkan apa yang telah dicapai atau dihasilkan perusahaan. Adapun kinerja dalam perusahaan ini dimulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, proses pemasaran serta pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan analisis kinerja hasil meliputi analisis biaya dan analisis pendapatan, (Hartini dkk, 2010).Bahan baku merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi dalam perusahaan, sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah dan waktunya.Bahan utama yang harus disediakan dalam perusahaan ini adalah komoditas hortikultura yaitu kelompok tanaman biofarmaka dengan jenis tanaman jahe. Selain itu bahan baku lainnya adalah Gula Jawa, Santan dan Merica. Jahe merah yang digunakan dalam perusahaan ini adalah jahe dari petani mitra UPPKS Balla Ratea di Kabupaten Gowa, yang membudidayakan khusus tanaman biofarmaka organik. Adapun bahan baku lainnya yang digunakan adalah gula jawa. Gula jawa ini diperoleh dari pedagang gula di pasar Sungguminasa, dan diantar langsung ke perusahaan UPPKS Balla Ratea begitupun juga dengan jahe. Jahe yang digunakan untuk pembuatan sarabba ini adalah jahe merah. Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamur, ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah. Dengan serat lebih besar dibanding jahe biasa. Jahe merah inilah yang digunakan untuk pembuatan sarabba. Sarabba merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat dimalam hari, utamanya di daerah pegunungan, (Anonim, 2010).Gula merah merupakan gula Jawa yang biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon Lontar, (Anonim, 2010).Santan merupakan cairan putih kental yang dihasilkan dari kelapa yang diparut kemudian diperas bersama air. Santan yang digunakan untuk pembuatan sarabba adalah santan kental dan santan cair, (Suryati, 1990; dalam Hartini dkk, 2010).Merica (lada) adalah rempah-rempah yang berwujud biji-bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia, (Suryati, 1990; dalam Hartini dkk, 2010). Adapun biaya tetap dan susunan bahan baku yang digunakan dalam produksi sarabba instan dapat dilihat pada Table 7. Tabel 7. Biaya Tetap dan Bahan Baku yang Digunakan dalam Kegiatan Produksi Sarabba Instan pada UPPKS Balla Ratea, 2012

NoBahan BakuVulumeSatuanHarga (Rp)Biaya (Rp)

1Jahe Merah19.4Kg17.000,-329.800

2Gula Jawa (Aren)129.33Kg10.000,-1.293.300

3Merica1.29Kg100.000,-129.000

4Santan Kara19.4Liter25.000,-485.000

5Botol300Buah1.200,-360.000

6Keranjang300Buah1.300,-390.000

7Label 300Lembar250,-75.000

8Segel300Buah28,00,-8.400

Total3.070.500

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2012Tabel 7 menunjukkan berapa besar rata-rata jumlah bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi, bila produksinya 1000 botol/bulan. Di mana jahe merah yang digunakan rata-rata 19,4 kg, gula merah rata-rata 129,33 kg, merica rata-rata 1,29 kg, santan kara rata-rata 19,4 liter, botol, keranjang, dan segel rata-rata 300 buah dan label rata-rata 300 lembar. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Jumlah produksi setiap bulannya tidak menentu, terkadang sampai 1200 botol dan terkadang pula hanya 1000 botol/bulan. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sarabba tersebut sampai saat ini belum dapat tersedia sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan, terutama jahe merah dan gula jawa (aren). Selain menyebabkan jumlah produksinya tidak menentu, hal ini pula yang menyebabkan sehingga produksi menjadi tidak kontinyu, karena bahan yang akan diproduksi tidak kurang.

5.1.1.2. Proses ProduksiProses produksi adalah segala kegiatan yang menciptakan atau menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa. Apabila terdapat kegiatan yang mengakibatkan adanya penambahan kegunaan atau faedah suatu barang dan jasa, maka kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai kegiatan produksi, jadi yang dimaksud dengan proses produksi adalah suatu cara, metode, atau teknik bagaimana menciptakan suatu faedah atau menambah faedah suatu barang dan jasa, dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang ada, (Ahyari, 1992; dalam Reski Amelia dkk, 2010). Proses produksi Sarabba Instan meliputi beberapa tahap, seperti berikut:Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan fisik dan pemisahan bahan baku. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara bahan baku yang berkualitas baik dan kurang baik. Hanya yang berkualitas baik yang digunakan untuk pembuatan sarabba instan ini. Penyortiran dilakukan dengan melihat kualitas dan kebersihan jahe dan gula merah. Kualitas jahe dilihat dari aroma dan keadaan jahe, jahe yang memiliki aroma tidak terlalu pekat, tandanya belum dapat digunakan. Kualitas gula merah dilihat dari rasa, apabila gula merah yang memiliki rasa yang dianggap kurang manis, maka gula ini tidak digunakan dalam pembuatannya. Karena gula merah yang kurang manis akan mempengaruhi rasa dari sarabba.Setelah disortir, maka dilakukan perendaman. Perendaman jahe dilakukan agar kotoran-kotoran yang kering mudah hilang, setelah itu dilakukan pencucian. Pembersihan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mencuci jahe. Pencucian jahe ini menggunakan air yang mengalir agar lebih bersih. Penyikatan jahe ini dilakukan bersamaan dengan pencucian, agar dapat dipastikan bahwa jahe yang dibersihkan tadi sudah benar-benar bersih. Pencucian ini kembali dilakukan agar kotoran-kotoran yang masih menempel saat penyikatan dapat hilang dari jahe tersebut, dengan menggunakan wadah ember atau baskom. Setelah bersih, ditiriskan agar memudahkan untuk melakukan penggilingan. Jahe digiling dengan menggunakan blender sebagai mesin penggiling. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penyaringan. Jahe yang sudah digiling disaring untuk mengambil sari dari jahe tersebut. Penyaringan dilakukan satu sampai dua kali agar ampasnya tidak masuk ke dalam sari. Setelah selesai melakukan penyaringan, maka semua bahan baku dicampur. Bahan baku yang digunakan yaitu jahe, gula merah (jawa), air, merica dan santan. Kegiatan produksi mulai dari penyortiran sampai pada kegiatan pencampuran bahan baku biasanya berlangsung selama 3 jam. Setelah semua bahan baku tercampur, maka dilakukan perebusan. Perebusan ini dilakukan dengan menggunakan panci yang berukuran besar. Perebusan ini dilakukan hingga semua campuran bahan baku mengental dan pada tahap inilah baru bisa dikatakan Sarabba. Perebusan ini biasanya berlangsung selama 1 jam.Pendinginan dilakukan, agar kemasan yang digunakan untuk membungkus minumannya tidak kempes atau rusak, karena kemasannya hanya terbuat dari plastik. Pendinginan ini dilakukan sekitar 2-3 jam. Setelah sarabba tersebut dingin, maka sarabba di masukkan ke dalam kemasan botol plastik. Pelabelan merupakan tahap akhir dari proses produksi sarabba. Setelah sarabba di masukkan ke botol plastik, maka botol tersebut diberi label. Pengemasan dan labeling biasanya berlangsung selama 1 jam. Dari hasil pembahasan di atas, terlihat bahwa kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan waktu yang cukup lama. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena alat-alat yang digunakan masih manual, dan kegiatan produksi ini bisa dilakukan dalam waktu yang lebih singkat apabila menggunakan alat-alat yang lebih bagus lagi seperti mesin, utamanya pada kegiatan mengupas dan memotong bahan baku (Jahe merah). Akan tetapi, berhubung karena tempat produksi yang digunakan selama tidak begitu luas sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan alat-alat mesin, seperti mesin pemotong bahan baku tersebut. Melihat kondisi tersebut, maka ibu Hajira selaku pemilik perusahaan, mulai membangun sebuah perusahaan yang terletak tidak jauh dari tempat produksi sebelumnya (yang digunakan saat ini). Seiring dengan pembangunan pabriknya yang baru, maka pihak perusahaan juga, menggunakan waktunya untuk mencari informasi serta petani-petani atau pedagang-pedagang yang berhubungan dengan hasil produksi pertanian khususnya jahe merah. Sarabba instan sebenarnya dapat bertahan selama kurang lebih 6 bulan, namun melihat persaingan yang begitu ketat sehingga pihak perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan prima kepada relasi serta konsumennya, sehingga produknya tidak dibiarkan tinggal terlalu lama baru diganti. Sarabba instan tersebut cocok dan akan lebih tahan bila disimpan di tempat yang dingin seperti pre zeer supaya kandungan air santan yang terdapat dalam sarabba bisa bertahan lebih lama.Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi UPPKS Balla Ratea belum maksimal, jumlah produksinya dalam setiap bulan hanya sampai 1000 botol dan paling maksimal 1200 botol/bulan, karena bahan baku yang digunakan sampai saat ini belum bisa tersedia sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu pabriknya belum selesai dibangun, sehingga alat-alat produksi yang baru (lebih bagus kapasitasnya) belum bisa digunakan.Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebaiknya UPPKS membina kelompok tani atau petani secara langsung dalam melakukan budidaya jahe merah, merica dan juga dalam pembuatan gula jawa.

5.2. Price (Harga)Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan oleh seorang konsumen untuk memperoleh sebuah produk dan dalam dunia usaha hendaknya harga dapat dijangkau oleh konsumen supaya produk kita dapat dipasarkan. Berdasarkan perhitungan biaya variabel dan juga biaya tetap, maka perusahaan UPPKS Balla Ratea menetapkan setiap jenis ukuran produkya dengan harga yang berbeda-beda. Di mana yang paling utama di sini adalah bahan bakunya. Karena bahan baku sarabba instan masih sulit untuk didapatkan, sehingga harganya jadi mahal, dan ini sangat berpengaruh terhadap harga jual setiap produk. Di mana untuk ukuran 330 ml seharga Rp. 22.500,-/ botol, ukuran 500 ml seharga Rp. 27.500,-/botol dan ukuran 630 ml seharga Rp. 37.000,-/botol, harga tersebut merupakan harga jual kepada konsumen akhir dan harga jual kepada konsumen perantara (relasinya) yang diantarkan langsung ke tempatnya masing-masing dipotong sebesar 10 %/botol. Sedangkan relasi kerjanya yang langsung mengambil produk di perusahaan UPPKS Balla Ratea harganya masing-masing dipotong sebesar 15 %/botol. Harga produk yang sebenarnya sebelum ditambah dengan harga mark up adalah ukuran 330 ml Rp. 17.000,-/botol, ukuran 500 ml adalah Rp. 20.000,-/botol dan ukuran 630 ml adalah Rp. 26.000,-/botol. Setiap jenis ukuran masing-masing ditambah dengan keuntungan yang sama untuk semua ukuran yaitu 20 %. Namun resiko kerugiannya berbeda-beda setiap ukuran. Ukuran 330 ml resiko kerugian sebesar 12% / botol sehingga harga jualnya ditetapkan sebesar Rp. 22.500,-, ukuran 500 ml ditambah resiko kerugian sebesar 17 % / botol sehingga harga jualnya ditetapkan sebesar Rp. 27.500,-, sedangkan ukuran 630 ml ditambah resiko kerugian sebesar 24 % / botol sehingga harga jualnya ditetapkan sebesar Rp. 37.000,-. Setelah melakukan penelusuran pasar sasaran, maka dapat diketahui bahwa harga jual produk tersebut setiap pasar berbeda-beda. Pada tempat penjualan Aneka Ole-Ole Khas Makassar yang terdapat di Jl. Andi Pettarani dan Pusat Ole-Ole Khas Makassar di Somba Opu harga jualnya adalah sama dengan harga jual yang digunakan oleh UPPKS Balla Ratea ketika produknya dijual langsung ke konsumen akhir, yaitu untuk ukuran 330 ml maka harganya adalah sebesar Rp. 22.500,-/botol, untuk ukuran 500 ml harganya adalah Rp. 27.500,-/botol dan untuk ukuran 630 ml harga jualnya adalah sebesar Rp. 37.000,-/botol. Harga jual tersebut digunakan dengan pertimbangan bahwa, sekarang semakin hari semakin banyak produk baru yang bermunculan, jadi supaya produk tersebut laku di pasaran, maka tidak perlu menjualnya dengan harga yang terlalu mahal. Dari harga jual tersebut konsumen antara sudah mendapatkan keuntungan sebesar 10% sampai 15%. Namun di tempat-tempat tersebut yang paling banyak dijual adalah ukuran 330 ml dan ukuran 500 ml, hal ini disebabkan karena ukuran tersebut lebih ekonomis dan lebih pas untuk dijadikan sebagai ole-ole.Hal ini berbeda dengan harga jual yang digunakan di pasar-pasar atau distribusi lain, seperti pada Warkop Pengayoman, Teras Caf Graha Pena Lantai 2 dan Rumah Makan Kaisar, yang menjual sarabba instannya sebesar Rp. 8.000,- sampai Rp. 10.000,-/ gelas. Di mana untuk ukuran 330 ml dapat dijual sampai 7 gelas, untuk ukuran 500 ml dapat dijual sampai 10 gelas dan untuk ukuran 630 ml bisa dijual sampai 20 gelas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penerimaan Penjualan Konsumen Perantara dalam Setiap Ukuran Sarabba Instan (untuk Harga Rp. 8.000/Gelas)

Ukuran (ml)Jumlah Penjualan (Gelas)Harga Jual/Gelas (Rp)Jumlah Penerimaan

33078.000,-56.000,-

500108.000,-80.000,-

630208.000,-160.000,-

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012 Tabel 8 menunjukkan bahwa apabila tempat-tempat tersebut menjual dengan harga Rp. 8.000, maka untuk ukuran 330 ml mereka menerima sebesar Rp. 56.000,-, untuk ukuran 500 ml mereka menerima sebesar Rp. 80.000,- dan untuk ukuran 630 ml mereka menerima sebesar Rp. 160.000,-. Belum lagi ketika mereka menjual dengan harga Rp. 10.000,-/gelas, jumlah penerimaannya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Penerimaan Penjualan Konsumen Perantara dalam Setiap Ukuran Sarabba Instan (untuk Harga Rp. 10.000/Gelas)

Ukuran (ml)Jumlah Penjualan (Gelas)Harga Jual/Gelas (Rp)Jumlah Penerimaan

330710.000,- 70.000,-

5001010.000,-100.000,-

6302010.000,-200.000,-

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012

Tabel 9 menunjukkan, bahwa ketika mereka menjualnya dengan harga Rp. 10.000,-/gelas, maka mereka bisa menerima sebesar Rp. 70.000,- untuk ukuran 330 ml, Rp. 100.000,- untuk ukuran 500 ml, dan Rp. 200.000,- untuk ukuran 630 ml. Melihat harga jual dari sarabba instan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa banyak masyarakat atau calon konsumen yang tidak bisa menjangkau harganya, khususnya bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Menurut ibu Hajirah selaku pemilik perusahaan, bahwa ia sengaja membuat produk dengan ukuran 330 ml, 500 ml dan 630 ml, dan sengaja memilih sasaran pasar yang tingkat ekonominya menengah ke atas karena ia berpikir bahwa produknya masih belum terlalu lama dan apabila produknya tidak laku di pasaran yang tingkat ekonominya menengah ke atas, maka dia tinggal menurunkan harga supaya masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah dapat membelinya. Tetapi apabila dari awal pihak perusahaan memilih konsumen yang tingkat ekonominya menengah ke bawah, maka apabila produknya tidak laku di pasaran, maka ia akan susah untuk menjualnya. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual dari sarabba instan belum bisa dijangkau oleh masyarakat atau konsumen yang tingkat ekonominya menengah ke bawah karena harganya yang mahal.Adapun solusi yang bisa diberikan oleh peneliti adalah sebaiknya perusahaan membuat produk yang ukurannya lebih kecil lagi (lebih ekonomis), supaya masyarakat yang tingkat ekonominya menengah ke bawah juga dapat menikmatinya.

5.3. Promotion (Promosi)Promosi adalah kegiatan memperkenalkan produk, baik produk berupa barang maupun berupa jasa yang bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat untuk membelinya. Tanpa adanya promosi, maka produk tersebut tidak akan dikenal oleh masyarakat atau calon konsumen. UPPKS Balla Ratea memperkenalkan produknya melalui dua cara yaitu dengan cara personal selling dan public relation.Personal selling (penjualan personal), dilakukan oleh pihak perusahaan dengan cara melakukan presentasi secara lisan kepada calon pembeli. Hal ini paling sering dilakukan kepada teman-teman pihak perusahaan, namun melihat kegiatan ini prosesnya lambat, maka kegiatan promosi tidak akan cukup bila hanya menggunakan metode tersebut. Metode promosi yang kedua adalah public relation (hubungan masyarakat), dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti kegiatan-kegiatan PKK dan juga rajin mengikuti kegiatan pameran-pameran.Pihak perusahaan belum melakukan kegiatan promosi dengan cara direct marketing (sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan seperti e-mail, internet dan sebagainya) karena sampai saat ini produksi belum berlangsung secara kontinyu. Hal ini disebabkan karena pasokan bahan baku yang masih kurang, sehingga kegiatan produksi sarabba jadi tidak kontinyu dan hasil produksinyapun tidak menentu. Hal inilah yang menyebabkan sehingga pihak perusahaan belum melakukan promosi secara besar-besaran, karena yang ditakutkan oleh pihak perusahaan adalah permintaan konsumen meningkat sementara jumlah produksinya tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Dan apabila hal tersebut terjadi, maka akan merusak citra perusahaan, sehingga image perusahaan tersebut akan menjadi jelek di mata masyarakat dan bisa berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan ke depannya. Karena sebenarnya promosi juga bisa terjadi melalui konsumen yang membeli produk tersebut. Ketika mereka membeli suatu produk, mereka biasanya menyampaikan informasi kepada teman-temannya tentang baik atau tidaknya kualitas produk yang ia beli. Promosi yang seperti inilah yang sering kita dapati di lingkungan sekitar kita. Bagi perusahaan yang pelayanan atau produknya bagus, maka akan berdampak bagus pula bagi perusahaan, tetapi apabila pelayanan dan produknya tidak bagus, maka akan berdampak buruk pula bagi perusahaan. Begitu pula halnya dengan image perusahaan UPPKS Balla Ratea, bila dari awal pelayanannya sudah tidak bagus, maka calon konsumen akan berpikir duakali untuk membeli produknya dan otomatis namanya juga akan menjadi jelek. Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa promosi yang dilakukan oleh pihak perusahaan belum meluas, karena produksi yang belum bisa dilakukan secara kontinyu. Dari permasalahan tersebut, peneliti menyarankan kepada pihak perusahaan bahwa apabila bahan baku sudah bisa memenuhi kebutuhan dalam kegiatan produksi, maka sebaiknya pihak perusahaan melakukan kegiatan promosi melalui media cetak, seperti koran, majalah, dan melalui televisi, radio serta internet (dunia maya) dan sebagainya.

5.4. Place (Tempat atau Distribusi)Tempat atau distribusi merupakan salah satu variabel yang sangat berpengaruh dalam kegiatan pemasaran, karena hal inilah yang menentukan kemana arah produk tersebut dipasarkan dan apakah tempat pemasan produknya mudah dijangkau oleh konsumen atau tidak. Oleh karena itu, sebaiknya dalam memilih tempat Adapun saluran distribusi produ