skripsi rachmi

Upload: firaamirpatha

Post on 25-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    1/94

    48

    SKRIPSI

    PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

    PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

    TENTANG INISIASI MENYUSUI DINI

    (IMD) PADA BAYI DI WILAYAH

    KERJA PUSKESMAS

    WALENRANG

    OLEH :

    RACHMI AMIR PATHA

    NIM : 01.2011.102

    PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH

    TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

    KURNIA JAYA PERSADA

    PALOPO

    2015

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    2/94

    48

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

    dan hidayah-Nya yang melimpahkan dalam bentuk kesehatan dan kesempatan

    sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan ini dengan judul

    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil

    Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Walenrang.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

    mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi penyusunan

    maupun dari pandangan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengharap adanya

    saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari semua demi

    kesempurnaan penulis skripsi ini.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan

    ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua atas segala perhatian,

    pengorbanan, kasih sayang serta doa restunya yang luar biasa buat keberhasilan

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan (STIKES) Kurnia Jaya Persada Palopo.

    Demikian pula dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

    terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    3/94

    48

    1.

    Ibu Hj. Nurhaeni Azis, S.Kp.M.Kes. selaku Ketua STIKES Kurnia Jaya

    Persada Palopo.

    2. Ibu Grace Tedy Tulak, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku Ketua Program Studi S1

    Keperawatan

    3. Bapak A Zulkifli AS, S.Si.M.Kes. selaku Pembimbing I atas segala

    bimbingan, perhatian, dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini tepat waktu

    4.

    Ibu Sumiati, S.Kep.Ns. selaku Pembimbing II atas segala arahan,

    bimbingan, dan masukan yang di berikan kepada peenulis sehingga skripsi

    ini dapat terselesaikan.

    5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo yang

    telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan

    pendidikan.

    6. Terima kasih kepada orang tua dengan doa yang tak henti-hentinya

    membantu saya dalam penelitian ini, terimah kasih kepada haryono

    kekasihku yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, serta

    terima kasih kepada jumain dan steven yang membantu saya dalam

    menyelesaikan skripsi ini

    7. Rekan-rekan mahasiswa STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak

    langsung telah memberikan dukungan selama perkuliahan sampai

    menyelesaikan penelitian.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    4/94

    48

    8.

    Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebut namanya satu per

    satu, terima kasih atas bantuan kalian.

    Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

    bernilai bagi perkembangan ilmu keperawatan. Semoga Tuhan berkenan

    meridohi segala apa yang telah diupayakan hamba-Nya dan memberikan

    pahala yang tak terhingga.

    Palopo, Oktober 2015

    Penulis

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    5/94

    48

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL......................................................................................

    HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................

    HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................

    KATA PENGANTAR....................................................................................

    ABSTRAK................... ...................................................................................

    ABSTRACT....................................................................................................

    DAFTAR ISI..................................................................................................

    DAFTAR TABEL..........................................................................................

    DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .....................................................................................

    B. Rumusan Masalah ................................................................................

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................

    D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

    E. Keaslian Penelitian...............................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Inisiasi Menyusui Dini................................

    B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan.................................

    C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan................................................

    D. Tinjauan Umum Tentang Sikap............................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    vii

    vii

    1

    5

    6

    6

    8

    11

    26

    38

    42

    48

    49

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    6/94

    48

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    A.

    Kerangka Konsep.................................................................................

    B. Hipotesis...............................................................................................

    BAB IVMETODE PENELITIAN

    A. Desain penelitian....................................................................................

    B. Populasi, Sampel, dan Sampling............................................................

    C. Variabel Penelitian..................................................................................

    D.

    Defensisi Operasional.............................................................................

    E. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................

    F. Instrumen Penelitian...............................................................................

    G. Prosedur Pengumpulan Data...................................................................

    H. Analisa Data............................................................................................

    I. Etika Penelitian.......................................................................................

    BAB V HASIL DAN SIKAP

    A.

    Hasil........B. Pembahasan

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan.

    B. Saran...

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    7/94

    48

    DAFTAR TABEL

    Table 5.1 Distribusi responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, danpekerjaan orang tua tentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi

    diwilayah kerja Puskesmas

    Walenrang........................................

    Table 5.2 Distribusi frekuensi responden pre test pengetahuan ibu hamiltentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang.

    Table 5.3 Distribusi frekuensi responden post test pengetahuan orang tua

    tentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang.

    Table 5.4 Distribusi frekuensi responden pre test sikap ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas

    Walenrang.

    Table 5.5 Distribusi frekuensi responden post test sikap ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas

    Walenrang.

    Table 5.6 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil

    tentang inisiasi menyusui dini (IMD pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang

    Table 5.7 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas

    Walenrang.

    60

    62

    62

    63

    64

    65

    65

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    8/94

    48

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 48

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    9/94

    48

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : FormulirInformed Consent

    Lampiran 2 : Format Instrumen Penelitian

    Lampiran 3 : Format Izin Pengambilan Data Awal

    Lampiran 4 : Formulir izin penelitian

    Lampiran 5 : Surat Keterangan Selesai Meneliti

    Lampiran 6 : Master Tabel dan Hasil Pengolahan Data dengan Komputer

    Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    10/94

    48

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemajuan suatu bangsa dimulai dari sumber daya manusia yang

    berkualitas, untuk menciptakan harus dimulai sejak dini. Salah satu cara

    yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah pemberian ASI pada satu jam

    pertama kelahiran atau sering disebut dengan Inisiasi Menyusui Dini.

    (Roesli, 2008). Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah suatu proses

    membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri untuk menyusu segera dalam

    satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak antara kulit bayi

    dengan kulit ibu (Depkes RI, 2008). Kebijakan inisiasi menyusui dini telah

    disosialisasikan di Indonesia sejak Agustus 2007 (Roesli, 2008). World

    Health Organization(WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi

    untuk mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua

    untuk melawan berbagai infeksi dan mendapat ASI ekslusif selama 6

    bulan (Kemenkes, 2012).

    Inisiasi menyusui dini telah terbukti mampu menurunkan angka

    kematian neonatus. Penelitian yang dilakukan oleh Ghana terhadap 10.947

    bayi lahir menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu

    dalam waktu satu jam pertama dan membiarkan kontak kulit ke kulit

    antara bayi dengan ibu, maka dapat mengurangi 22% kematian bayi di 28

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    11/94

    48

    hari pertamanya. Penundaan dalam melakukan inisiasi menyusu dini akan

    meningkatkan resiko kematian pada masa neonatus yaitu bayi usia 0-18

    hari (Edmond et al, 2006).

    Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator yang

    digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI,

    2008). Angka kematian bayi di Indonesia mencapai 34 per 1000 kelahiran

    hidup (SDKI, 2007). AKB merupakan salah satu masalah yang menjadi

    perhatian dunia sebagaimana yang tercantum dalam tujuan Millenium

    Development Goals 2015 (MDGs 2015), yaitu mengurangi dua-pertiga

    tingkat kematian anak usia dibawah lima tahun dari kondisi tahun 1990.

    Target AKB yang harus dicapai Indonesia dalam MDGs 2015 adalah

    sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup (KH). Untuk mencapai target MDGs,

    pemerintah menetapkan target AKB dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional (RPJMN) 2010- 2014 sebesar 24 per 1000 kelahiran

    hidup (Bappenas, 2010).

    Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun

    2007 melaporkan bahwahanya 44% yang mendapat ASI dalam satu jam

    pertama setelah lahir hanya 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama

    setelah lahir (SDKI, 2007). Data UNICEF tahun 2003 menyebutkan

    bahwa angka cakupan praktik inisiasi menyusu dini di dunia sebesar 42%

    dalam kurun waktu 2005-2010. Perevalensi inisiasi menyusu dini di

    Indonesia sendiri masih lebih rendah yaitu 39%. Angka ini masih sangat

    rendah jika dibandingkan dengan Negara lain di sebagaian Negara Asia

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    12/94

    48

    Tenggara misalnya Myanmar (76%), Thailand (50%), dan Filipina (54%)

    (UNICEF, 2013). Hal ini menunjukan program inisiasi menyusu dini di

    Indonesia belum sepenuhnya terlaksana secara optimal.

    Riskesdas menunjukan bahwa Inisiasi Menyusui Dini kurang dari

    satu jam setelah lahir adalah 29,3% tertinggi di Nusa Tenggara Timur

    56,2% dan terendah di Maluku 13%. Provinsi Sulawesi Selatan

    menunjukkan Inisiasi menyusui Dini kurang dari satu jam adalah 30,1%

    dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9% (Riskesdas, 2010).

    Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam menekan angka

    kematian bayi (AKB), salah satunya dengan mencanagkan program

    Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Program Inisiasi Menyusui Dini dapat

    menyelamatkan sekurang kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang

    meninggal pada 1 jam kelahiran. Tindakan IMD juga akan membantu

    tercapainya tujuan MDGs nomor empat yaitu mengurangi angka kematian

    anak (Fithananti, 2012).

    Pendekatan IMD yang sekarang dianjurkan adalah dengan metode

    breast crawldi mana segera setelah bayi lahir lalu di letakkan di perut ibu

    dan dibiarkan merangkak mencari sendiri putting susu ibunya dan

    akhirnya menghisapnya tanpa bantuan. Karena proses ini menekankan

    kata menyusu bukan menyusui sebab bayilah yang menjadi pusat

    perhatian untuk aktif melakukannya sendiri (Arumawati, 2012).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    13/94

    48

    Studi kualitatif yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2010)

    menunjukan bahwa bayi yang diberi kesempatan IMD hasilnya 8 kali lebih

    berhasil dalam pemberian ASI ekslusif. Pada kenyataannya penyampaiaan

    informasi tentang inisiasi menyusui dini kepada masyarakat belum

    menyebar secara luas pada masa sekarang ini, oleh sebab itu informasi

    mengenai inisiasi menyusui dini perlu di tingkatkan lagi salah satunya

    dengan memberi pendidikan kesehatan.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Walenrang

    Kabupaten Luwu, jumlah kunjungan ibu hamil di posyandu pada wilayah

    kerja Puskesmas Walenrang Kab.Luwu bulan Januari sampai dengan Juni

    2015 yaitu 186ibu hamil, jadi rata-rata kunjungan sebanyak 31 orang per

    bulannya. (Data Puskesmas Walenrang, 2015)

    Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah termasuk

    melakukan upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada hakikatnya

    usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

    individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat

    memperoleh pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh

    terhadap perubahan perilaku. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI

    2005-2009 menggariskan bahwa tujuan promosi kesehatan adalah

    memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mau

    menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan

    yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan

    pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi,

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    14/94

    48

    informasi dan edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi

    kesehatan, dan melaksanakan dukungan administratif dan operasional

    pelaksanaan program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan

    dengan menggunakan media cetak, elektronik maupun media ruang.

    Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif

    terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Melalui

    media cetak telah dikembangkan berbagai leaflet, brosur, poster, kalender,

    dan lain-lain. Setiap tahun unit promosi kesehatan memproduksinya.

    Sehingga menurut peneliti perlu dirancang media yang sesuai

    dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat sehingga pesan

    dapat lebih efektif untuk merubah tingkat pengetahuan ibu tentang IMD.

    Media promosi kesehatan yang akan digunakan adalah leafletdengan

    pertimbangan merupakan media yang peruntukan untuk massa, biaya

    terjangkau, dapat menampung pesan dengan kemasan menarik.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan masalah

    penelitian yang di angkat yaitu Apakah ada Pengaruh PendidikanKesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi

    Menyusui Dini (IMD) pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang?

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    15/94

    48

    C. Tujuan Penelitian

    1.

    Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan

    kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi

    menyusui dini pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang.

    2. Tujuan Khusus

    a. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum

    dilakukan pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusui dini

    pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang.

    b.

    Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil setelah

    dilakukan pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusui dini

    pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang

    c.

    Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

    pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusui dini

    pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang.

    D. Manfaat Penelitian

    1.

    Bagi Institusi

    Hasil penelitian merupakan salah satu sumber informasi yang dapat

    dijadikan sebagai bahan bacaan bagi institusi perguruan tinggi

    khususnya di Sikes Kurnia Jaya Persada Palopo.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    16/94

    48

    2.

    Bagi Masyarakat

    Diharapakan dari hasil penelitian ini, dapat memberi gambaran

    terhadap masyarakat tentang manfaat dan pentingnya inisiasi menyusui

    dini pada bayi, sehingga dapat membantu pemerintah dalam upaya

    preventif untuk menurunkan AKB akibat penyakit-penyakit yang dapat

    dicegah dengan imunisasi, agar dapat mencapai derajat kesehatan

    masyarakat yang optimal.

    3.

    Instansi yang terkait

    Diharapkan dari hasil penelitian ini memberikan masukan bagi

    instansi yang terkait, guna lebih efektif dalam melihat kendala-kendala

    dalam masyarakat yang merupakan halangan dalam mencapai tujuan

    pemerintah menurunkan AKB yang dapat dicegah melalui peningkatan

    pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

    masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif. Dan

    rehabilitative sehingga dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat.

    4. Bagi Peneliti

    Merupakan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam

    mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh

    pendidikan di Stikes Kurnia Jaya Persada Palopo, melalui penelitian

    lapangan serta dapat membandingkan teori yang didapatkan di

    perkuliahan dengan kenyataan yang ada dilapangan.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    17/94

    48

    E. Keaslian Penelitian

    1.

    Penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari pada tahun 2010 yaitu

    Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Inisiasi

    Menyusui Dini oleh Bidan di Ruang Bersalin RSUP dr. Soeradji

    Tirtonegoro, Klaten. Penelitian menggunakan jenis penelitian

    kuantitatif non-eksperimental dan rancangan deskriptif dengan

    pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

    bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini

    sebagian besar dalam rentang baik. Sebagian besar bidan bersikap

    positif terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini di ruang bersalin

    RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Selain itu, tindakan yang

    dilakukan bidan sudah sesuai dengan ketentuan namun tingkat

    keberhasian inisiasi menyusu dini masih sangat rendah.Persamaan

    penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah variabel penelitian yaitu

    tingkat pengetahuan dan sikap. Perbedaannya dengan penelitian ini

    terletak pada metode penelitian dan populasi yang digunakan. Pada

    penelitian ini menggunakan metode quasi experimentalsedangkan

    populasinya ibu hamil.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Goma pada tahun 2012 yaitu

    PengaruhPemberian Pamflet Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu

    Hamil mengenaiInisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini menggunakan

    jenis penelitianeksperimental posttest only control group design

    dengan responden terdiridari 30 orang pada kelompok kontrol dan 30

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    18/94

    48

    orang padakelompok perlakuansehingga didapatkan jumlah total

    sampel 60 orang. Hasil dari penelitian inidapat ditarik kesimpulan

    bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yangbermakna pada ibu

    hamil yang diberi pengetahuan mengenai inisiasi menyusudini melalui

    pamphlet dengan yang tidak diberi pamphlet (p=0,023).Persamaan

    penelitian disini terletak pada variabel yang diteliti yaitupengetahuan

    dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini.

    Sedangkanperbedaan penelitian terletak pada metode, populasi, dan

    media yangdigunakan untuk pemberian pendidikan kesehatan dan

    dalam penelitian inimenggunakan media flip chart dan leaflet.

    3. Penelitian yang dilakukan oleh Carfoot, et.al. pada tahun 2005 di

    rumah sakit Warrington, Inggris Utara dengan judul A Randomised

    Controlled Trial in The North of England Examining The Effects of

    Skin-to-skin care on Breastfeeding. Penelitian ini menggunakan jenis

    penelitian eksperimental dengan diikuti oleh 204 ibu, yang terbagi

    menjadi dua kelompok secara acak yaitu kelompok intervensi yang

    diberikan perlakuan inisiasi menyusu dini atau early skin-to-skincare

    dan kelompok kontrol dengan perlakuan sesuai rutinitas di rumah

    sakit. Hasil penelitian didapatkan bahwa inisiasi ini memberikan angka

    yang signifikan pada kelompok intervensi yaitu lebih mensukseskan

    dalam hal melaksanakan ASI Eksklusif selama 4 bulan,

    mempertahankan temperature bayi, meningkatkan kenyamanan dan

    perasaan puas dalam menyusu dibandingkan dengan kelompok

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    19/94

    48

    kontrol. Penelitian Carfoot (2005) mendukung penelitian ini sebagai

    landasan pentingnya inisiasi menyusu dini. Perbedaan penelitian

    terletak pada variabel, metode, dan populasi.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    20/94

    48

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

    1. Pengertian

    Inisiasi menyusui dini (IMD) atau early inisiation breastfeeding

    adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu

    sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, 2010).

    Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini dinamakan The

    BreastCrawlatau merangkak mencari payudara. Meletakkan bayi baru

    lahir dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun

    belum dibersihkan, tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah

    persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dengan

    ibunya,menemukan puting susu dan mendapatkan kolostrum atau ASI

    yang pertama kali keluar. Setiap bayi memiliki kemampuan untuk

    menemukan payudara dan melakukan hisapan untuk pertama kali

    apabila bayi segera setelah lahir diletakkan pada perut ibu, kemampuan

    ini yang digunakan untuk melakukan inisiasi menyusui dini (Roesli,

    2010).Inisiasi Menyusui Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan

    program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan

    bukan menyusui merupakan gambaran bahwaIMD bukan program ibu

    menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    21/94

    48

    susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi

    yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap

    untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus

    dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan

    menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan,

    hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung

    skin to skin antara bayi dan ibu (Sitti, 2011).

    Waktu keberhasilan IMD adalah waktu yang dibutuhkan mulai dari

    meletakkan bayi yang baru lahir di dekat payudara ibunya, tanpa

    melalui proses mandi terlebih dahulu (hanya sedikit dilap dan dipotong

    tali pusatnya). Setelah lahir bayi belum menunjukan kesiapannya

    untuk menyusu. Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit

    setelah lahir, bayi menunjukan kesiapannya untuk menyusu 30-40

    menit setelah lahir (Roesli, 2010).

    Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas, inisiasi menyusui dini

    adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang

    sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-

    aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting ibu kemudian

    menyusu satu jam pertama kelahiran.

    2. Prinsip Insiasi Menyusui Dini (IMD)

    Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus dibersihkan

    dulu,bayi di letakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana

    telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis,sehingga terjadi kontak

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    22/94

    48

    kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu.

    Prinsip IMD adalah cukup mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir

    dengan kain atau handuk tanpa memandikan, tidak membungkus

    (bedong) kemudian meletakkanya ke dada ibu dalam keadaan

    tengkurap sehingga ada kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri

    kesempatan bayi untuk menyusu sendiri pada ibu satu jam pertama

    kelahiran.

    3.

    Alasan dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

    Inisiasi menyusui dini penting dilakukan karena berbagai

    penelitian mengemukakan alasan inisiasi menyusui dini (IMD) antara

    lain :

    a. Inisiasi menyusui dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian bayi

    diNegara berkembang pada usia dibawah 28 bulan, namun jika

    menyusu pertama saat bayi berusia diatas satu jam setelah lahir,

    maka dapat mencegah 16% kematian bayi dibawah 28 hari.

    b. Menunda inisiasi menyusui dini akan meningkatkan resiko

    kematian pada neonatal. Hal ini sesuai dengan Millenium

    Development Goals (MDGs) yang keempat yaitu mengurangi

    kematian neonatal. Hal ini juga didukung dengan rekomendasi

    WHO dan UNICEF yang menyatakan agar pada setiap bayi

    sebaiknya dilakukan IMD.

    c. Di Indonesia pemberian ASI secara dini dapat memperbesar

    kemungkinan 8 kali lipat dalam keberhasilan ASI ekslusif.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    23/94

    48

    d.

    Inisiasi menyusui dini akan meningkatkan keberhasilan pemberian

    ASI ekslusif 6 bulan karena kontak dini ibu dan bayi akan

    meningkatkan lama menyusui dua kali dibandingkan dengan

    kontak yang lambat

    e. Selain itu, IMD juga dapat membantu tercapainya MDGs yang lain

    yaitu mengurangi kemiskinan. Hal ini karena pelaksanaan IMD

    berarti akan mengurangi penggunaan susu formula. Pelaksanaan

    IMD juga tercantum dalam 10 Langkah Menuju Keberhasilan

    Menyusui (LMKM) dan Asuhan Persalinan Normal (APN).

    4.

    Manfaat inisiasi menyusui dini (IMD)

    a. Manfaat inisiasi menyusui dini bagi bayi :

    1) Mencegah hilangnya reflek menyusu

    2)

    Menstabilkan suhu tubuh, pernafasan dan tingkat gula darah

    bayi.

    3) Memberikan nutrisi lengkap

    4) Membantu reflek berfikir bayi

    5) Menunjang proses lancarnya ASI dikemudian hari

    6)

    Memperlancar pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan

    7) Stimulasi dini tumbuh kembang bayi

    8) Terhindar dari kesulitan dalam menyusui

    9) Sebagai laktasive (obat pencuci perut) yang efektif,

    membuangmekonium di usus dan memecahkan bilirubin

    10) Menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    24/94

    48

    11)

    Meningkatkan intelektual dan motorik. Saat merangkak

    mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya

    dan ia akan menjilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit

    ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk

    koloni di kulit dan usus bayi.

    12)Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih

    baik pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah

    itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

    13)

    Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang

    bukan berasal dari susu manusia,misalnya dari susu hewan.

    Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan

    mencetuskan alergi lebih awal.

    14)

    Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali

    keluar. Cairan emas ini juga dinamakan the gift of life. Bayi

    yang diberi kesempatan Inisiasi menyusui Dini lebih dulu

    mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak diberi

    kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya

    tahan tubuh, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan

    kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan

    yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang

    sekaligus mematangkan dinding usus ini.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    25/94

    48

    b.

    Manfaat inisiasi menyusui dini bagi ibu :

    1)

    Mengurangi perdarahan. Hentakkan kepala bayi ke dada ibu,

    sentuhan tangan bayi di puting susu dan

    sekitarnya,merangsang pengeluaran hormon oksitoksin yang

    berguna juga untuk kontraksi dan panutupan pembuluh darah

    sehingga pendarahan lebih cepat berhenti.

    2) Bonding (ikatan kasih sayang) menigkatkan ikatan khusus

    antara ibu dan bayi

    3)

    Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan

    melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi

    4) Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan

    bayinya utuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan

    ayah, mendapat kesempatan mengazankan bayinya di dada

    ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat

    indah (Utami R, 2008)

    5. Langkah-langkah Inisiasi Menyusui Dini

    Menurut Depaetemen Kesehatan RI (2008), terdapat tiga

    langkah IMD yaitu:

    a. Langkah I

    1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.

    2) Kemudian letakkan bayi di perut dibawah ibu

    3) Nilai bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak (2 detik)

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    26/94

    48

    4)

    Bila tidak perlu resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari

    muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan dengan harus

    tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu

    menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering selimuti bayi

    dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali

    pusat di klem.

    5) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amion pada

    tangan bayi juga membantunya mencari putting ibunya yang

    berbau sama.

    6)

    Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Pengisapan lendir di

    dalam mulut atau hidung bayi dapat merusak selaput lendir dan

    meningkatkan resiko infeksi pernafasan.

    7)

    Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

    dalam uterus (hamil tunggal). Kemudian suntikkan

    intramuskular 10 UI oksitoksin pada ibu. Jaga bayi tetap

    hangat.

    b. Langkah II

    1)

    Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap

    di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di

    dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu,

    tetapi lebih rendah dari puting.

    2) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan

    pasang topi di kepala bayi.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    27/94

    48

    3)

    Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

    paling sedikit satu jam. Mintalah ibu memeluk dan membelai

    bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk

    mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian

    besar bayi akan melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.

    4) Hindari menyeka atau membasuh payudara sebelum bayi

    menyusu.

    c.

    Langkah III

    1)

    Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai

    menyusui.

    2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi

    upaya bayi untuk menyusu misalnya, memindahkan bayi dari

    satu payudara ke payudara lainnya. Menyusui pertama bisanya

    berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

    payudara.

    3) Menunda semua asuhan BBL lahir normal lainnya sehingga

    bayi selesai menyusu. Tunda memandikan bayi 6-24 jam

    setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia.

    4) Usahkan tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin

    hingga bayi selesai menyusu.

    5) Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti

    menelan dan melepaskan puting. Bayi dan ibu akan merasa

    mengantuk, bayi kemudian di selimuti dengan kain bersih, lalu

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    28/94

    48

    lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, mengoleskan

    salep antibiotika pada mata bayi dan memberikan suntikan

    vitamin K. jika bayi belum melakukan IMD dalam waktu 1

    jam, pastikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan

    kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika

    bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,

    pindahkan ibu ke ruangan pemulihan dengan bayi tetap di dada

    ibu. Lanjutkan asuhan BBL dan kemudian kembalikan bayi

    kepada ibu untuk menyusu.

    6)

    Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga

    kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama

    beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin

    saat di sentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan

    kembali di dada ibu sampai bayi hangat kembali

    7) Satu jam kemudian berikan bayi suntikan Hepatitis B pertama

    8) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan

    kembali bayi dekat ibu sehingga di ruangan yang sama.

    Letakkan kembali bayi dekat ibu sehingga mudah terjangkau

    dan bayi bisa menyusu sesering keinginannya.

    6. Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusui dini yang kurang tepat

    yaitu:

    a. Begitu lahir bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain

    kering

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    29/94

    48

    b.

    Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan

    selimut

    c. Bayi diletakkan di dada ibu dalam keadaan dibedong tidak terjadi

    kontak dengan kulit ibu

    d. Bayi diangkat dan disusukan oleh ibu dengan cara memasukkan

    puting susu ibu ke mulut bayi

    7. Perilaku Bayi saat Inisiasi Menyusui Dini

    Menurut (Roesli, 2012) jika bayi baru lahir segera dikeringkan

    dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak

    dipisahkan dari ibunya setidaknya selama satu jam, semua bayi dengan

    sendirinya akan berhasil menemukan putting susu ibunya melalui lima

    tahap perilaku saat menyusui pertama kali.

    a.

    Tahap pertama dimulai dalam 30 menit awal. Pada 30 menit

    pertama, bayi berada pada stadium istirahat atau diam dan siaga.

    Bayi diam tidak bergerak, terkadang matanya terbuka lebar untuk

    melihat ibunya. Masa tenang ini merupakan proses penyesuaian

    peralihan keadaan bayi, dari keadaan dalam kandungan ke keadaan

    di luar kandungan. Menempelnya kulit dengan kulit antara ibu

    dengan bayi akan menimbulkan bonding (hubungan kasih sayang)

    yang merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam keadaan aman. Hal

    ini akan meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan

    menyusui dan mendidik bayinya (Roesli, 2012).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    30/94

    48

    b.

    Tahap kedua dimulai dalam 30-40 menit. Antara 30 sampai 40

    menit, bayi mulai mengeluarkan suara, menggerakkan mulut,

    mencium dan menjilat-jilat tanggannya. Bayi mulai mencium dan

    merasakan cairan ketuban yang menempel ditangannya, bau ini

    sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu dan cairan

    tersebut berguna membimbing bayi untuk menemukan puting susu

    ibunya (Roesli, 2012)

    c.

    Tahap ketiga bayi mulai mengeluarkan liur. Bayi mulai

    mengeluarkan liur saat menyadari bahwa ada makanan di

    sekitarnya. Kemudian bayi berusaha untuk mencapai areola

    (Roesli, 2012)

    d. Tahap ke empat yaitu bayi mulai bergerak ke arah payudara. Kaki

    bayi akan menekan perut ibu untuk mencapai areola. Bayi akan

    menjilat-jilat kulit ibu, menoleh ke kiri dan ke kanan,serta

    menyentuh dan meremas daerah putting susu dan sekitarnya

    (Roesli, 2013).

    e. Tahap ke lima bayi mulai menemukan putting susu ibu. Kemudian

    bayi akan menjilat dan mengulum putting susu ibu. Mulut bayi

    akan terbuka lebar untuk menghisap putting susu ibu. Kemudian

    bayi akan melekat di dada ibunya dengan baik (Roesli, 2012).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    31/94

    48

    8.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusui dini

    a.

    Faktor-faktor pendukung.

    Terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan,

    sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal

    sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan,

    keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor

    eksternal

    b.

    Faktor-faktor penghambat.

    Menurut Roesli (2012), terdapat beberapa pendapat yang

    tidak benar yang dianggap dapat menghambat terjadinya IMD

    yaitu :

    1) Bayi kedinginan

    Bayi akan berada pada suhu yang aman jika melakukan

    kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat

    0,5C dalam waktu 2 menit jika bayi di letakkan di dada ibu.

    Berdasarkan hasil Penelitian dr Niels Bergman (2005) dalam

    Roesli (2012) ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan

    menjadi 1C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak

    melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini

    kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1C. Jika bayi kedinginan

    suhu dada ibu akan meningkat 2C untuk menghangatkan bayi.

    Jadi dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi

    bayi baru lahir.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    32/94

    48

    2)

    Ibu terlalu lelah

    Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui

    bayinya. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk

    bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak

    kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu

    menenangkan ibu.

    3) Tenaga Kesehatan kurang tersedia

    Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat

    melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri

    payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarganya terdekat unuk

    menjaga bayi sambil memberikan dukungan pada Ibu.

    4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

    Tetap berikan kessempatan pada bayi untuk mencapai

    payudara dan menyusu dini saat dipindahkan ke runag pulih

    atau kamar perawatan.

    5) Ibu harus dijahit

    Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di daerah

    payudara. Sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah tubuh

    ibu. Sehingga tidak ada masalah bagi bayi untuk tetap

    melakukan IMD.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    33/94

    48

    6)

    Segera memberikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah

    penyakit gonorrhea

    Menurut American Collage of Obstetrics and Gynecology

    dan Academy Breastfeeding Medicine (2007) dalam Roesli

    (2012), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya

    selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpaa

    membahayakan bayi.

    7)

    Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan

    diukur

    Menundamemandikan bayi berarti menghindari

    menghilangkan panas pada badan bayi. Selain itu, kesempatan

    verniksmeresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih

    besar. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai

    menyusu awal selesai.

    8) Bayi kurang siaga

    Pada 1-2 jam kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu,

    bayi akan tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk

    akibat obat yang dikonsumsi ibu, justru kontak kulit akan lebih

    penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk

    ikatan kasih sayang (bonding).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    34/94

    48

    9)

    Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak mencukupi

    Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru

    lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula

    yang dapat dipakai pada saat itu.

    10)Kolostrum berbahaya bagi bayi

    Kolostrum sangat dibutuhkan untuk kembang bayi. Selain

    sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi

    baru lahir, kolostrum juga melindungi dan mematangkan

    dinding usus bayi.

    9.

    Jenis kelahiran yang bisa dan tidak melakukan IMD

    a. Kriteria bayi yang bisa dilakukan IMD yaitu :

    1) Kelahiran normal

    Inisiasi secara tepat memotifasi ibu dan bayi untuk

    pemberian asi selanjutnya.

    2) Kelahiran Vacum Ektraksi

    Walaupun tidak mengalami persalinan secara normal, ibu

    tetap dapat melakukan inisiasi menyusui dini.

    3)

    Kelahiran Operasi Caesar

    Persalinan secara Caesar bukan menjadi hambatan ibu

    untuk melakukan inisiasi menyusui dini. (Roesli, 2010).

    b. Kriteria bayi yang tidak bisa lakukan IMD yaitu:

    1) Bayi Prematur

    2) Bayi Berat Lahir Rendah ( 2000-2500 gram )

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    35/94

    48

    3)

    Bayi Asfiksia

    4)

    Bayi dengan cacat bawaan berat, misalnya :(hidrosefalus,

    meningokel, anensefali, atresiia ani, labio, omfalokel). Selain

    faktor-faktor penghambat di atas menurut Kristiyansari, (2009)

    ada beberapa mitos yang menjadi penghambat pelaksanaan

    IMD yaitu : Kolostrom tidak baik dan berbahaya bagi bayi,

    bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu, kolostrom dan

    ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum bayi, bayi akan

    kedinginan saat dilakukan IMD, setelah melahirkan ibu terlalu

    lelah untuk menyusu bayi.

    B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan Kesehatan

    1.

    Defenisi

    Istilah pendidikan kesehatan telah dirumuskan oleh para ahli

    pendidikan kesehatan dalam berbagai pengertian, tergantung pada

    sudut pandang masing-masing. Pendidikan kesehatan adalah suatu

    penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo,

    2010). Pendidikan kesehatan adalah perubahan pada diri manusia yang

    memiliki hubungan dengan tercapainya tujuan dari kesehatan

    masyarakat ataupun perorangan (Susilo, 2011). Pendidikan kesehatan

    merupakan salah satu upaya untuk mempengaruhi dan mengajak orang

    lain, kelompok, serta masyarakat supaya berperilaku hidup sehat

    (Adnani, 2011).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    36/94

    48

    Berdasarkan ketiga defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan

    bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya perubahan yang dilakukan

    di bidang kesehatan melalui suatu pendidikan dengan mempengaruhi

    lingkungannya terlebih dahulu agar perilaku dan kualitas kesehatan

    individu, kelompok, masyarakat dapat meningkat.

    Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

    direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok

    atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan

    oleh pelaku pendidik. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan

    yaitu :

    a. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok,

    masyarakat)

    b.

    Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

    lain)

    c. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)

    Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan

    dalam bidang kesehatan. Aplikasi atau penerapan pendidikan

    kesehatan yang dimaksud adalah suatu bentuk intervensi atau upaya

    yang ditijukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk

    kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan

    mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat

    mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan

    kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    37/94

    48

    Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu

    bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien

    baik individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat dalam

    mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang

    didalamnya perawat berperan sebagai pendidik (Suliha,dkk, 2008).

    2. Tujuan umum pendidikan kesehatan

    Bila dilihat dari pengertian diatas maka tujuan pendidikan atau

    penyuluhan yang pokok adalah : terjadinya perubahan dalam membina

    individu, keluarga, atau masyarakat dalam membina dan memelihara

    perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya

    mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Terbentunya perilaku

    sehat pada individu, kelompok, dan masyarakat yang sesuai dengan

    hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan

    angka kematian. Menurut WHO, tujuan penyuluhan kesehatan adalah

    untuk merubah perilaku seseorang dan atau masyarakat dalam bidang

    kesehatan (Notoatmodjo, 2010)

    Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah

    mengubah parilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan

    (WHO, 1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010). Tujuan ini

    diperinci lebih lanjut menjadi :

    a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat.

    b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

    mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    38/94

    48

    c.

    Mendorong pengembangan dan pegunaan secara tepat sarana

    pelayanan kesehatan yang ada.

    3. Hasil yang diharapkan

    Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan

    masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari

    individu, kelompok, keluarga khususnya dan masyarakat untuk dapat

    menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari

    untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

    4.

    Ruang lingkup pendidikan kesehatan

    Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari

    berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, tempat

    pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan

    kesehatan

    a. Sasaran pendidikan kesehatan

    Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan

    dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

    1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu

    2)

    Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

    3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

    b. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

    Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat

    berlangsung di berbagai tempat sehingga dengan sendirinya

    sasarannya juga berbeda.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    39/94

    48

    Misalnya

    1)

    Pendidikan kesehatan disekolah, dilakukan disekolah dengan

    sasaran murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam

    upaya kesehatan sekolah (UKS).

    2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di

    pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit

    umum maupun khusus dengan sasaran penderita dan keluarga

    penderita.

    3)

    Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran

    buruh atau karyawan.

    5. Metode pendidikan kesehatan

    Pada hakikatnya metode pendidikan kesehatan adalah suatu

    usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok,

    atau individu dengan harapan dapat memperoleh pengetahuan tentang

    kesehatan yang lebih baik untuk sasaran tersebut, maka metodenya

    berbeda (Notoatmodjo, 2010) yaitu :

    a. Metode pendidikan individual

    Metode ini bersifat individual digunakan untuk membina

    seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan

    perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individu ini

    karena setiap orang mempunyai masalah yang berbeda-beda

    sehubungan dengan peneriamaan atau perilaku baru. Bentuk

    pendekatan ini antara lain :

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    40/94

    48

    1)

    Bimbingan dan penyuluhan

    Dengan cara ini kontak antara keluarga dengan petugas

    lebih intensive. Setiap masalah dapat dikorek dan dibantu

    penyelesaiannya, akhirnya keluarga dengan sukarela

    berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima

    perlakuan.

    2) Interview(Wawancara)

    Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan,

    wawancara untuk menggali informasi mengapa ia tidak tahu

    atau belum menerima perubahan. Apabila belum atau kurang,

    maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

    b. Metode pendidikan kelompok

    1)

    Kelompok besar

    Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila

    peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik

    untuk kelompok besar adalah :

    a) Ceramah

    Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

    tinggi maupun rendah. Ceramah akan berhasil apabila

    penceramah itu sendiri menguasai materi yang akan

    diceramahkan. Kunci dari keberhasilan pelaksanaan

    ceramah adalah penceramah tersebut dapat menguasai

    sasaran ceramah.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    41/94

    48

    b)

    Seminar

    Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok

    besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah

    cara penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli

    tentang suatu topoc yang dianggap hangat masyarakat.

    2) Kelompok kecil

    Apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode

    yang cocok untuk kelompok ini adalah :

    a)

    Diskusi kelompok

    Dalam diskusi kelompok agar semua anggota

    kelompok dapat bebas berpartisipasi maka formasi duduk

    para peserta diatur sedemikian rupa. Sehingga mereka dapat

    berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain

    misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.

    b) Curah pendapat

    Metode ini merupakan modifikasi dari diskusi

    kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin

    kelompok memancing dengan satu maslalah kemudian

    setiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan.

    Tanggapan atau jawaban tersebut ditampung dan ditulis

    dalam flip chart atau papan tulis, sebelum semua peserta

    mencurahkan pendapatnya tidak boleh diberi komentar oleh

    siapapun.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    42/94

    48

    c)

    Bola salju

    Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan ( 1

    pasang 2 orang) kemudian dilontarkan satu pertanyaan atau

    masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasangan

    bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah

    tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2

    pasangan yang sudah beranggotakan 4 orang tadi

    bergabung lagi dengan pasangan lainnya demikian

    seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

    d)

    Kelompok kecil-kecil

    Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok

    kecil-kecil kemudian dilontarkan suatu permasalahan-

    permasalahan yang sama atau tidak dengan kelompok lain

    dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah

    tersebut.

    e) Memainkan peran

    Dalam metode ini beberapa anggota kelompok

    ditunjuk sebagai pemegang peran untuk memainkan

    peranan tertentu.

    f) Pemain simulasi

    Metode ini adalah merupakan gabungan antara

    bermain peran dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan

    kesehatan disajikan dalam bentuk permainan seperti

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    43/94

    48

    permainan monopoli, beberapa orang menjadi pemain dan

    sebagai lagi berperan sebagai nara sumber.

    c. Metode pendidikan massa

    Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan

    yang ditujukan untuk masyarakat yang sifatnya massa atau publik.

    Pada umumnya pendekatan ini tidak langsung, biasanya

    menggunakan atau melebihi media massa, beberapa contoh metode

    ini antara lain :

    1)

    Ceramah umum : biasanya pada acara tertentu misalnya hari

    Kesehatan Nasional, Mentri Kesehatan atau pejabat lain

    berpidato untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

    2) Pidato-pidato kesehatan melalui media elektronik baik TV

    maupun radio

    3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas

    kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah

    kesehatan melalui TV

    4) Sinetron tentang kesehatan

    5)

    Tulisan-tulisan dimajalah atau koran tentang kesehatan atau

    penyakit

    6) Bill bord yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster dan

    sebagainya.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    44/94

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    45/94

    48

    7)

    Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

    b.

    Media elektronik

    Media elektronik adalah suatu media gerak, dinamis, dapat

    dilihat, dan didengar.

    1) Televisi, penyampaian pesan atau informasi melalui media

    televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi

    atau tanta jawab, pidato dan sebagainya.

    2)

    Radio, penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui

    radio dalam bentuk antara lain adalah (Tanya jawab),

    sandiwara radio, ceramah dan sebagainya.

    3) Video, merupakan penyampaian informasi kesehatan yan

    dikemas dalam bentuk video atau slide ataupun film strip

    (Notoatmojo 2010).

    4) Slide.

    c. Media papan (Media Luar Ruangan)

    Papan yang dipasang ditempat umum dapat dipakai atau diisi

    dengan pesan pesan atau informasi kesehatan. Media papan ini

    juga mencakup pesan- pesan yang ditulis pada lembaran seng dan

    ditempel pada kendaraan umum.

    7. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

    a. Faktor penyuluh

    1) Kurang persiapan

    2) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    46/94

    48

    3)

    Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran

    karena terlalu banyak menggunakan istilah asing

    4) Suara terlalu kecil

    5) Penyampaian materi penyuluhan monoton sehingga

    membosankan

    b. Faktor Sasaran

    1) Tingkat pendidikan terlalu rendah

    2)

    Tingkat social ekonomi terlalu rendah

    3)

    Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga

    sulit untuk mengubah perilaku

    4) Kondisi tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi

    perubahan perilaku

    c.

    Faktor proses dalam penyuluhan

    1) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan

    sasaran

    2) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian

    sehingga mengganggu proses penyuluhan

    3)

    Jumlah sasaran yang terlalu banyak

    4) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang

    5) Metode yang dipergunakan kurang tepat

    6) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    47/94

    48

    C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

    terjadi melalui penginderaan manusia, yakni indra penglihatan,

    pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pegetahuan manusia

    diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan

    atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

    tindakan seseorang (evert behavior).

    1.

    Proses adopsi perilaku

    Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

    didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

    tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rongers (1974) yang

    dikutip oleh Notoatmodjo (2012) mengungkapkan bahwa sebelum

    orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang

    tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

    a. Awareness(kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek terlebih

    dahulu).

    b. Interess, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus

    c. Evaluation(menimbang nimbang). Hal ini berarti sikap

    responden sudah lebih baik lagi.

    d. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    48/94

    48

    e.

    Adoption, yakni objek telah berperilaku baru sesuai dengan

    pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

    2. Tingkat pengetahuan

    Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

    Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

    a. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

    bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

    sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

    Kata kerja utuk mengukur bahwa orang tau tentang apa yang

    dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan,

    mendefinisikan, dan sebagainya.

    b. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

    salah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

    terhadap objek yang dipelajari.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    49/94

    48

    c.

    Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

    (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

    penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

    sebagainya dalam konteks atau situsasi yang lain.

    d. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

    masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

    satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

    pengguanaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

    membedakan, memisahkan,mengelompokkan dan sebagainya.

    e. Sintesis (syntesis)

    Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

    formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dan dapat

    meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebgainya terhadap suatu

    teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

    f. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

    melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian terhadap suatu

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    50/94

    48

    materi atau objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan pada suatu

    kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

    yang telah ada.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

    menurut Wawan dan Dewi (2010) antara lain :

    a. Faktor internal

    1)

    Tingkat pendidikan

    Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang

    terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

    tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat untuk

    mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan

    untuk mendapatkan informasi yang akhirnya dapat

    mempengaruhi seseorang. Pada umumnya makin tinggi

    pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

    2)Pekerjaan

    Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

    untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga

    3)Umur

    Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan

    kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

    bekerja

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    51/94

    48

    4)

    Informasi

    Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

    banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

    b. Eksternal

    1)Lingkungan

    Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

    manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

    perkembangan dan perilaku orang atau kelompok

    2)

    Sosial budaya

    Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

    mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

    D.

    Tinjauan Umum Tentang Sikap

    Menurut Ngatimin (2000) sikap dapat diartikan sebagai suatu

    bentuk respon evaluatif, yaitu respon yang sudah dalam pertimbangan

    dengan individu yang bersangkutan. Sikap merupakan reaksi atau respon

    yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

    Sikap merupakan sesuatu yang tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya

    dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

    nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

    tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

    emosional terhadap stimulus sosial.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    52/94

    48

    Menurut Newcomb dalam Notoadmojo (2012), sikap itu

    merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan

    merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

    tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

    perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan

    reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

    di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

    Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

    Gambar 1. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

    1.

    Komponen pokok sikap

    Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoadmojo menjelaskan

    bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu ;

    a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

    b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

    c.

    Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

    Stimulus

    rangsangan

    Reaksi

    Tingkah laku

    (terbuka)

    Proses stimulus

    Sikap

    (tertutup)

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    53/94

    48

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap

    yang utuh (total attitude). Dalam penentuansikap yang utuh ini,

    pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan yang

    penting.

    2.

    Tingkatan sikap

    Ada beberapa tingkatan dari sikap yaitu :

    a.

    Menerima (receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

    b. Merespon (responding)

    Memeberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

    mnyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

    Sebab dengan seseorang mengerjakan suatu pekerjaan terlepas dari

    pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima

    ide tersebut.

    c. Menghargai (valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

    suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    d. Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

    dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    54/94

    48

    3.

    Praktik atau tindakan

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

    behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata yang

    diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

    antara lain adalah faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya dari

    suami,orang tua atau mertua dan lain-lain. Praktik ini mempunyai

    beberapa tingkatan yaitu :

    a.

    Persepsi (perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

    tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan

    pertama.

    b. Respon terpimpin (guided response)

    Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

    sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

    c. Mekanisme (mecanism)

    Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

    secara otomatis, atau suatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

    sudah mencapai praktik tingkat tiga.

    d. Adaptasi (adaption)

    Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

    berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

    dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    55/94

    48

    4.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

    Menurut Anwar (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

    sikap terhadap objek sikap antara lain :

    a. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

    pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena

    itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

    tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

    b.

    Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

    cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang

    dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

    keinginan untuk menghindari konflik dengan orang penting tersebut.

    c. Pengaruh kebudayaan, tanpa didasari kebudayaan telah menanamkan

    garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah.

    Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena

    kebudayaanlah yang member corak pengalaman individu atau

    masyarakat

    d. Media massa, dalam pemberian surat kabar maupun radio atau media

    komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan

    secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

    akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

    e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama, konsep moral dan ajaran

    dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    56/94

    48

    sistem kepercayaan, tidak mengherankan pada gilirannya konsep

    tersebut mempengaruhi sikap

    f. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk merupakan pernyataan

    yang disadari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran

    frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    57/94

    48

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    A. Kerangka Konsep

    Secara rinci variabel-variabel yang berhubungan dengan pengaruh

    pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini (IMD) adalah :

    IMD

    Ket :

    : Variabel Dependen

    : Variabel Independen

    : Sebelum diberikan pendidikan kesehatan

    : Sesudah diberikan pendidikan kesehatan

    Pendidikan Kesehatan

    Pengetahuan dan

    Sikap

    Pengetahuan dan

    Sikap

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    58/94

    48

    B. Hipotesis Penelitian

    1.

    Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil

    tentang inisiasi menyusui dini pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Walenrang.

    2. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

    Walenrang.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    59/94

    48

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah

    quasy aksperimen dengan rancangan one group pre test-post test, yaitu

    rancangan eksperimen dengan cara sampel diberikan kuesioner

    (pengukuran) sebelum dan setelah dilakukan treatment (perlakuan).

    Bentuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Pre test Perlakuan Post test

    T1 X T2

    Keterangan :

    T1 : Pre test adalah pengukuran pertama yang dilakukan pada ibu

    hamil sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

    X : Pemberian perlakuan berupa pendidikan kesehatan tentang

    inisiasi menyusui dini pada bayi.

    T2 : Post test adalah pengukuran kedua yang dilakukan pada ibu hamil

    setelah diberikan pendidikan kesehatan.

    Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan

    pada ibu hamil tentang pentingnya inisiasi menyusui dini pada bayi.

    Pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap dilakukan sebelum dan setelah

    diberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan kuesioner. Adapun

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    60/94

    48

    pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan

    kesehatan tentang inisiasi menyusui dini pada bayi.

    B. Populasi, Sampel dan Sampling

    1. Populasi

    Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen yang merupakan

    sumber informasi dalam suatu penelitian (Dharma, 2011). Yang

    dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah (ibu hamil) yang

    berkunjung di Posyandu pada Wilayah kerja Puskesmas Walenrang

    Kab. Luwu. Jumlah kunjungan ibu hamil dari bulan Januari sampai

    dengan Juni sebanyak 186 ibu hamil. Jadi jumlah kunjungan ibu hamil

    rata-rata 30 orang/bulan.

    2.

    Sampel

    Sampel adalah sebagian dari polulasi dimana peneliti langsung

    mengumpulkan data atau melakukan pengamatan pada unit ini. Jadi,

    sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian dari ibu hamil sebanyak 30

    responden.Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang dilakukan

    sesuai dengan keinginan peneliti yang sesuai dengan kriteria :

    a. Kriteria Inklusi :

    1) Semua (ibu hamil) yang berkunjung ke Posyandu wilayah kerja

    Puskesmas Walenrang dengan usia kehamilan > 28 minggu

    2) Ibu hamil yang pintar baca tulis

    3) Bersedia untuk menjadi responden

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    61/94

    48

    b.

    Kriteria Eksklusi :

    1)

    Manolak untuk dijadikan responden

    3. Sampling

    Teknik pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses seleksi

    sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada

    sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan polulasi yang ada

    (Hidayat, 2009). Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini

    menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang

    sesuai dengan keinginan peneliti (pengambilan sampel berdasarkan

    kriteria tertentu).

    C. Variabel Penelitian

    1.

    Identifikasi Variabel

    Variabel adalah karateristik subjek penelitian yang berubah dari

    suatu subjek ke subjek lainnya, sehingga variabel dapat pula disebut

    sebagai karateristik suatu benda atau subjek. Menurut fungsinya dalam

    konteks penelitian secara keseluruhan, khususnya dalam hubungan

    antar variabel terdapat beberapa jenis, yaitu :

    a. Variabel independen

    Yang menjadi variabel independen pada penelitian ini adalah

    pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusui dini pada bayi.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    62/94

    48

    b.

    Variabel dependen

    Yang menjadi veriabel dependen pada penelitian ini adalah

    pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusui dini

    c. Variabel moderat

    Yang menjadi veriabel moderat pada penelitian ini adalah

    pendidikan dan pekerjaan ibu hamil.

    D. Defenisi Operasional

    1.

    Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

    a.

    Pendidikan kesehatan

    Yang dimaksud dengan pendidikan kesehatan dalam penelitian

    ini adalah penyuluhan kesehatan pada ibu hamil tentang inisiasi

    menyusui dini pada bayi. Adapun caranya adalah dilakukan

    penyuluhan tentang pengertian inisiasi menyusui dini, prinsip

    inisiasi menyusui dini, manfaat inisiasi menyusui dini, langkah-

    langkah inisiasi menyusui dini, perilaku bayi saat inisiasi menyusui

    dini, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi

    menyusui dini pada bayi dengan alat leflet.

    b. Pengertahuan ibu hamil

    Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu hamil dalam penelitian

    ini adalah kemampuan ibu hamil untuk mengetahui tentang

    pengertian inisiasi menyusui dini, prinsip inisiasi menyusui dini,

    manfaat inisiasi menyusui dini, langkah-langkah inisiasi menyusui

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    63/94

    48

    dini, perilaku bayi saat inisiasi menyusui dini, dan faktor-faktor

    yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada bayi

    yang diukur dengan menggunakan kuesioner dengan tipe multiple

    choice yang terdiri atas 15 pertanyaan. Penilaian dilakukan dengan

    skala Guttmanyakni dengan skor 1 jika benar dan 0 jika salah.

    Kriteria Objektif

    Baik : Bila skor responden 7,5

    Kurang : Bila skor responden < 7,5

    c.

    Sikap ibu hamil

    Yang dimaksud dengan sikap ibu hamil dalam penelitian ini adalah

    kepercayaan ibu hamil sehingga dapat menerima, merespon,

    menghargai, bertanggung jawab dan komitmen untuk memberikan

    inisiasi menyusui dini pada bayinya. yang diukur dengan

    menggunakan kuesioner skala Likert yakni dengan nilai :

    4 = sangat setuju, 3 = setuju, 2= tidak setuju, 1= sangat tidak setuju

    Kriteria Objektif :

    Baik : Bila skor responden 25

    Kurang : Bila skor responden < 25

    E. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat penelitian

    Lokasi yang dipakai penulis untuk melakukan penelitian adalah di

    Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas Walenrang.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    64/94

    48

    2.

    Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015

    F. Instrumen Penelitian

    Alat dan instrument yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

    a. Leaflet mengenai IMD (terlampir)

    Leaflet mengenai IMD didefinisikan sebagai leaflet yang

    berisiinformasi mengenai Inisiasi Menyusu Dini bagi ibu hamil.

    Informasi yangtercantum dalam leaflet antara lain pengertian inisiasi

    menyusui dini, tujuan, manfaat, tatalaksana, dan faktor penghambat

    inisiasi menyusui dini.

    b. Surat permohonan menjadi responden (terlampir)

    c. Surat pernyataan bersedia menjadi responden (terlampir)

    d.

    Kuesioner pengukuran tingkat pengetahuan.

    Kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan dengan

    pilihan jawaban benar atau salah yang diukur dengan menggunakan

    kuesioner dengan tipe multiple choicedengan menyediakan alternatif

    jawaban a, b, dan c. Penilaian dilakukan dengan skala Guttman yakni

    dengan skor 1 jika benardan 0 (nol) jika salah,

    e. Kuesioner pengukuran sikap

    Menggunakan kuesioner skala Likert yakni dengan nilai :

    4 = sangat setuju (SS), 3 = setuju (S), 2= tidak setuju (TS), 1= sangat

    tidak setuju (STS).

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    65/94

    48

    f.

    Form catatan data diri responden (log book)

    Form catatan diri responden (log book) disusun agar memudahkan

    peneliti untuk mengetahui data responden,serta kuesioner yang telah

    diisi. Form ini berisi nama, alamat, nomor telepon/HP, danchecklist

    post test yang telah dilakukan.

    G. Prosedur Pengumpulan Data

    1.

    Pengumpulan data

    Pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dengan

    caramengambil data primer dan data sekunder.

    a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli

    (tidak melalui media perantara). Peneliti mengambil data perimer

    melalui metode survey dan observasi.

    b. Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara

    tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh

    pihak lain). Peneliti mengambil data sekunder dari berbagai referensi

    buku dan internet.

    Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu

    peneliti meminta izin kepada Kepala Puskesmas Walenrang untuk

    melakukan penelitian di Puskesmas yang dipimpin. Setelah

    mendapat izin, peneliti menyebarkan instrumen data kepada ibu

    hamil yang dijadikan sebagai responden. Dimana pada saat pengisian

    kuesioner, peneliti menjelaskan petunjuk pengisian data yang kurang

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    66/94

    48

    dimengerti. Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan

    dicek oleh peneliti untuk diolah dan dianalisis.

    2. Pengolahan data

    Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah

    dengan tujuan mengubah data menjadi informasi.

    a. Seleksi

    Seleksi yaitu upaya untuk memilih populasi yang akan dijadikan

    sampel dalam penelitian. Sampel diambil untuk mewakili populasi

    yang ada sehingga data dapat memberikan makna.

    b.

    Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

    yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

    pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

    c. Coding

    Coding merupakan kegiatan pembagian kode numerik (angka)

    terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

    sangat penting karena pengolahan dan analisa data dalam peneelitian

    ini menggunakan komputer.

    d. Data entry

    Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

    dikumpulkan ke dalam master tabel, kemudian peneliti membuat

    distribusi frekuensi sederhana.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    67/94

    48

    H. Analisa Data

    Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

    akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

    yang hendak dianalisis. Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul

    dianalisis dengan teknik analisis univariat dan bivariat.

    a. Analisa univariat

    Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil

    penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

    variabel yang diteliti.

    b.

    Analisa bivariat

    Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas

    terhadap variabel independen dengan menggunakan uji Wilcoxon

    Signed Ranks Test dengan menggunakan computer program SPSS 20

    I. Etika penelitian

    Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting

    dalam penelitian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung dengan

    manusia, maka segi etika penelitian harus senantiasa diperhatikan

    (Hidayat, 2010), seperti :

    1. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

    Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.

    Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan

    dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    68/94

    48

    pengumpulan data. Jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka

    mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Bila calon

    responden menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap

    menghormati haknya.

    2. Tanpa nama (anonimity)

    Kerahasiaan responden harus selalu terjaga. Untuk menjaga

    kerahasiaan tersebut, peneliti tidak akan mencantumkan nama

    responden, pada lembar pengumpulan data dan pada lembar

    kuesioner, cukup diberikan kode tertentu sebagai identifikasi subjek.

    3.

    Kerahasiaan (confidentiality)

    Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

    jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

    masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

    kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

    dilaporkan pada hasil riset.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    69/94

    48

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Walenrang, dari tanggal

    25 agustus sampai 10 september 2015. Selanjutnya peneliti melakukan kerja sama

    dengan penanggung jawab Puskesmas Wara Utara dan meminta bantuan kepada

    petugas Puskesmas untuk menunjukan identitas responden yang ada pada wilayah

    kerjanya sesuai dengan kriteria responden yang telah ditetapkan, pengambilan data

    sekunder pada rekam medik dengan jumlah sasaran yaitu sebanyak 30 responden.

    Kemudian melakukan kunjungan rumah untuk pendekatan kepada calon responden

    dengan memberi penjelasan sesuai dengan etika penelitian dan mempersilahkan

    responden menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah mendapat

    persetujuan dari responden, peneliti mulai melakukan pre test dengan observasi

    yang disertai wawancara terpimpin dilakukan untuk mengetahui tingkat

    pengetahuan dan sikap orang tua. Setelahpre testdiberikan intervensi dalam bentuk

    pendidikan kesehatan. Setelah itu responden kembali di observasi dan wawancara,

    kemudian dibandingkan jawaban responden pre test dan post test . kemudian

    ditampilkan tingkat pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah pemberian

    pendidikan kesehatan. Hasil data yang diperoleh lalu disajikan dalam bentuk

    distribusi frekuensi meliputi karakteristik responden dan analisa adapun data yang

    diperoleh adalah sebagai berikut :

    1. Analisa Univariat

    Analisa Univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi

    frekuensi baik yang diteliti maupun tidak diteliti.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    70/94

    48

    a. Karakteristik data demografi responden

    Tabel 5.1

    Distribusi responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan

    pekerjaan ibu hamil tentang inisiasi menyusui dini (IMD)

    pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Walenrang

    No. Karakteristik Katagori Frekuensi (%)

    1 Umur 20-29 tahun 14 46,7

    30-39 tahun 11 36,7

    40-49 tahun 5 16,7

    2 Pendidikan Tidak Tamat SD 0 0,0

    SD 7 23,3

    SMP 5 16,7

    SMA 11 36,7

    PT 7 23,3

    3 Pekerjaan PNS 4 13,3

    Wiraswasta 5 16,7

    IRT 21 70,0

    Sumber : Data primer 2015

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    71/94

    48

    Berdasarkan Tabel 5.1 diatas menunjukan distribusi frekuensi

    responden berdasarkan krakteristik demografi. Berdasarkan distribusi

    frekuensi menurut kelompok umur, sebagian besar berumur 20-29 tahun yaitu

    14 (46,7%) responden, setelah itu kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 11

    (36,7%) responden, dan umur 40-49 tahun tahun sebanyak 5 (16,7%)

    responden.

    Distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikan, sebagian

    besar berpendidikan rendah/dasar yaitu tidak tamat SD sebanyak 0 (0,0%)

    responden, SD sebanyak 7 (23,3%) responden, SMP sebanyak 5 responden

    (16,7%) , SMA sebanyak 11 responden (36,7%), PT sebanyak 7 responden

    (23,3%).

    Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan responden yaitu

    responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 4 responden (13,3%),

    Wiraswasta sebanyak 5 responden (16,7%), dan IRT sebanyak 21 responden

    (70,0%).

    b. Karakteristik variabel yang diteliti.

    1). Pre Test Pengetahuan

    Tabel 5.2

    Distribusi frekuensi responden pre test pengetahuan ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    72/94

    48

    Pengetahuan Frekuensi (%)

    Baik 10 33,3

    Kurang 20 66,7

    Total 30 100

    Sumber : Data primer 2015

    Berdasarkan Tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa distribusi

    frekuensi responden Pre test pengetahuan tentang (IMD), dimana tingkat

    pengetahuan baik sebanyak 10 responden (33,3%) dan responden yang

    mempunyai tingkat pengetahuan kurang 20 (66,7%) responden.

    2). Post Test Pengetahuan.

    Tabel 5.3

    Distribusi frekuensi responden post test pengetahuan ibu hamil tentang

    inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang

    Pengetahuan Frekuensi (%)

    Baik 21 70,0

    Kurang 9 30,0

    Total 30 100

    Sumber : Data primer 2015

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    73/94

    48

    Berdasarkan Tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa distribusi

    frekuensi responden Post test pengetahuan tentang (IMD), yaitu

    responden dengan tingkat pengetahuan baik, yaitu 21 responden (70,0%)

    rata-rata responden mempunyai tingkat kemandirian baik, jika

    dibandingkan dengan tingkat kemandirian kurang sebanyak yaitu 9 (30,0

    %) responden.

    3). Pre Test Sikap

    Tabel 5.4

    Distribusi frekuensi responden pre test sikapibu hamil tentang inisiasi

    menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang

    Sikap Frekuensi (%)

    Positif 14 46,7

    Negatif 16 53,3

    Total 30 100

    Sumber : Data primer 2015

    Berdasarkan Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa distribusi

    frekuensi responden Pre test sikap tentang (IMD), dimana responden yang

    memiliki sikap positif sebanyak 14 responden (46,7%) dan responden yang

    memiliki sikap negatif sebanyak 16 (53,3%) responden.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    74/94

    48

    4). Post Test Sikap.

    Tabel 5.5

    Distribusi frekuensi responden post test sikap ibu hamil tentang inisiasi

    menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja

    Puskesmas Walenrang

    Sikap Frekuensi (%)

    Positif 26 86,7

    Negatif 4 13,3

    Total 30 100

    Sumber : Data primer 2015

    Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa distribusi

    frekuensi responden Post test sikap tentang (IMD), dimana responden

    yang memiliki sikap positif sebanyak 26 responden (86,7%) dan

    responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 4 (13,3%) responden.

    2. Analisa Bivariat

    Untuk melihat gambaran sebelum diberikan pendidikan kesehatan kepada

    ibu hamil tentang (IMD) (pre test) dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

    (post test) terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusui

    dini pada bayi. Penyebaran kuasioner diberikan kepada rersponden sebelum dan

    setelah diberikan pendidikan kesehatan. Penelitian memberikan pre test dan

    melakukan intervensi pada hari yang sama, kemudian tiga hari berikutnya

    dilakukan kembali post test.

  • 7/25/2019 SKRIPSI RACHMI

    75/94

    48

    Tabel 5.6

    Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil

    tentang inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi di wilayah

    Kerja Puskesmas Walenrang

    Pengetahuan

    Pre Test Post Test

    Sig.

    Mean

    Std.

    Deviasi

    Mean

    Std.

    Deviasi

    1,67 0,479 1,30 0,466 0,001

    Sumber : Data primer 2015

    Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa Pengetahuan ibu hamil

    sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pre test) rata-rata 1,67 dan setelah

    diberikan pendidikan kesehatan (post test) rata-rata 1,30. Dengan menggunakan

    uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai p=0,001 yang berarti ada

    pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi

    menyusui dini (IMD) pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Walenrang.

    Tabel 5.7

    Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap