ta dwi karyadi p

Upload: yosua-edwar

Post on 23-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    1/69

    LAPORAN KERJA

    PENENTUAN POLA MEKANISME SUMBERGEMPABUMI BERDASARKAN POLARISASI

    PERTAMA GELOMBANG P(Studi Kasus Gempabumi Bengkulu 12 September 2007)

    OLEH

    DWI KARYADI PRIYANTO

    13.05.1435

    PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

    JURUSAN GEOFISIKA

    AKADEMI METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

    AGUSTUS, 2008

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    2/69

    LAPORAN KERJA

    PENENTUAN POLA MEKANISME SUMBERGEMPABUMI BERDASARKAN POLARISASI

    PERTAMA GELOMBANG P(Studi Kasus Gempabumi Bengkulu 12 September 2007)

    OLEH

    DWI KARYADI PRIYANTO

    13.05.1435

    LAPORAN KERJA INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN

    PERSYARATAN MENJADI AHLI MADYA GEOFISIKA

    PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III

    JURUSAN GEOFISIKA

    AKADEMI METEOROLOGI DAN GEOFISIKA

    AGUSTUS, 2008

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    3/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    4/69

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

    sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Kerja yang

    dirumuskan dalam judul: PENENTUAN POLA MEKANISME SUMBER

    GEMPABUMI BERDASARKAN POLARISASI PERTAMA GELOMBANG P

    (Studi kasus gempabumi Bengkulu tanggal 12 September 2007).

    Laporan kerja ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    menyelesaikan studi pada Program Diploma 3 (tiga) Jurusan Geofisika, Akademi

    Meteorologi dan Geofisika,

    Penulis menyadari bahwa laporan kerja ini dapat terselesaikan dengan

    bantuan dan kemudahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

    yang baik ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa

    terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulus-tulusnya

    kepada :

    Orang tua tercinta ayahanda C. Priyanto Hadi dan ibunda Lina Hadi besertasaudara-saudara penulis yang telah memberikan semangat, dukungan lahir batin

    dan doa restunya.

    Bpk. Drs. Mulyono R. Prabowo, M.Sc selaku Direktur Akademi

    Meteorologi dan Geofisika, yang telah memberikan dukungan secara langsung

    dan tidak langsung selama penulis menuntut ilmu di AMG Jakarta.

    Bpk. Drs. Soenarjo, M.Sc selaku Pembimbing, yang telah banyak

    meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan petunjuk untuk memberikan bimbingan,

    serta bantuan dalam penulisan laporan kerja ini.

    Bpk. Agus Marsono, M.Si atas bantuannya selama saya menyusun laporan

    kerja ini.

    Ibu. Nurella selaku Bintal jurusan Geofisika yang memberikan bantuannya

    dalam penulisan laporan kerja ini.

    Pusat Gempa Nasional (PGN) dan Balai Besar wilayah II Jakarta, yang telah

    memberikan data dan bantuannya untuk menyusun laporan kerja ini.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    5/69

    Rekan-rekan taruna/i geofisika angkatan 41 Akademi Meteorologi dan

    Geofisika yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa laporan kerja ini masih banyak kekurangan dan

    jauh dari sempurna. Maka, dengan hati yang ikhlas penulis mengharapkan kritik

    dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan laporan kerja ini

    agar lebih baik.

    Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan kerja ini bermanfaat bagi

    semua pihak dan khususnya bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan di

    bidang Geofisika.

    Jakarta, Agustus 2008

    Penulis,

    DWI KARYADI PRIYANTO

    13.05.1435

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    6/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    7/69

    Dwi Karyadi Priyanto

    NPT: 13.05.1435

    AMG, Jurusan Geofisika

    Dosen Pembimbing

    Drs. Soenarjo M.Sc

    NIP:120 085 512

    PENENTUAN POLA MEKANISME SUMBER

    GEMPABUMI BERDASARKAN POLARISASI

    PERTAMA GELOMBANG P(Studi Kasus Gempabumi Bengkulu 12 September 2007)

    ABSTRAK

    Metode mekanisme fokal yaitu suatu metode dalam geologi struktur yangmenerangkan sistem stress atau gaya tektonik yang bekerja pada suatu

    bidang sesar. Ada beberapa cara untuk menentukan atau untuk

    mengidentifikasi mekanisme sumber gempa bumi, di antaranya dengan

    menggunakan data awal arah gelombang P. Dari seismogram dapat di

    ketahui gerakan awal dari gelombang P. Untuk gerakan ke atas

    dinotasikan dengan C (kompresi), sedangkan gerakan ke bawah

    dinotasikan D (dilatasi). Dengan data awal dari gelombang P disekitar

    pusat gempa bumi, maka jenis sesar yang terjadi dapat diidentifikasi.

    Metode ini diterapkan untuk mencari orientasi bidang sesar gempa bumi

    Bengkulu yang terjadi pada tanggal 12 September 2007 dengan epicenter

    4.67 LS 101.13BT atau 195 km barat daya Bengkulu, dengan magnitude7.9 SR dan kedalaman 10 km. Hasil analisis yang diperoleh dari

    pengolahan menggunakan software dari International of Seismology and

    Earthquake Engineering (IISE) Jepang, adalah:

    Nodal Plane 1: Strike 334 Dip 10 Rake 122 Nodal Plane 2: Strike 121 Dip 82 Rake 85

    Dari hasil analisis diperoleh bahwa, orientasi bidang sesar gempa utama

    Bengkulu tanggal 12 September 2007 merupakan sesar naik /

    Thrust Fault. Dari hasil analisis pengeplotan bola fokus di dareah

    kejadian gempa dan sesuai dengan peta hasil distribusi gempa didapatkan

    bahwa gempa bumi Bengkulu terletak pada daerah Subduksi di sebelah

    barat daya Bengkulu dan patahannya bergerak ke arah barat lautBengkulu. Nodal plane yang dipilih adalah nodal plane 1 dengan alasan,

    penyesuaian terhadap kondisi geologi dan tektonik serta dipilih Nodal

    plane yang memiliki dip terkecil

    Kata kunci: sesar, orientasi bidang sesar, solusi mekanisme focal.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    8/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    9/69

    DAFTAR ISI

    Halaman

    SAMPUL DALAMLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

    UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................... iii

    ABSTRAK.................................................................................................. v

    DAFTAR ISI............................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL...................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

    1.2 Maksud dan Tujuan........................................................... 3

    1.3 Batasan Masalah ............................................................... 3

    1.4 Metode Penelitian ............................................................. 4

    1.5 Sistematika Penulisan ....................................................... 4

    BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 5

    2.1 Teori Tektonik Lempeng .................................................. 5

    2.2 Teori Elastic Rebound....................................................... 6

    2.3 Jenis-Jenis Gempabumi..................................................... 6

    2.4 Teori Dasar Mekanisme Fokal .......................................... 8

    2.4.1Teori Kopel Ganda .................................................. 8

    2.4.2Teori Mekanisme Pusat Gempa............................... 9

    2.5 Teori Mekanisme dengan Metode Impuls Pertama

    Gelombang P..................................................................... 15

    2.5.1Bola Fokus............................................................... 17

    2.6 Sesar ( Fault) ..................................................................... 18

    2.6.1Parameter Bidang Sesar........................................... 18

    2.6.2Jenis-Jenis Sesar ...................................................... 19

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    10/69

    BAB III DATA DAN METODE PENGOLAHAN ................................. 21

    3.1 Data ................................................................................... 21

    3.2 Metode Pengolahan........................................................... 22

    3.2.1Pengolahan dengan Program FOCAL ..................... 22

    BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................ 24

    4.1 Analisa Bola Fokus ........................................................... 24

    4.2 Pembahasan....................................................................... 25

    4.3 Hasil Pengeplotan Gempabumi Susulan ........................... 27

    4.4 Perbandingan Antara Hasil Analisa Dengan

    Hasil dari USGS dan Harvard........................................... 30

    BAB V PENUTUP

    5 Kesimpulan ....................................................................... 32

    DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 33

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 34

    LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................... 35

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    11/69

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 1. Pergerakan lempeng tektonik di Indonesia ....................................... 1

    Gambar 2. Pergerakan lempeng tektonik ............................................................ 5

    Gambar 3. Mekanisme gempabumi yang menjadi sumber gempa tektonik ....... 6

    Gambar 4. Polarisasi gerakan pertama gelombang P dan S................................ 8

    Gambar 5. Bola pusat gempa yang menggambarkan hypocenter ....................... 10

    Gambar 6. gambaran 3 D radiasi gelombang gempa model kopel ganda......... 10

    Gambar 7. Proyeksi bola pusat gempa ke bidang equatorial .............................. 11

    Gambar 8. Orthogonalitas dua bidang nodal....................................................... 12

    Gambar 9. Bidang proyeksi luasan sama (bidang stereografis) .......................... 12

    Gambar 10. Pengukuran sudut strike dan dip pada diagram ............................. 13

    Gambar 11. Penentuan sumbu P dan T 450dari dua kutub garis nodal............. 14

    Gambar 12. Penentuan sudut rake pada reverse fault (kiri)

    dan normal fault (kanan)................................................................ 15

    Gambar 13. Pola radiasi system kopel tunggal.................................................. 16

    Gambar 14. Pola radiasi system kopel ganda .................................................... 16

    Gambar 15. Gerakan awal gelombang P pada stasiun pencatat gempa yang

    dipengaruhi oleh gaya compressi dan dilatasi ............................... 18

    Gambar 16. Jenis-jenis sesar.............................................................................. 19

    Gambar 17. Orientasi bidang patahan ............................................................... 20

    Gambar 18. Diagram Flow Chart Pengolahan Data .......................................... 23

    Gambar 19. Diagram proyeksi stereographic menentukan mekanisme gempa .. 25

    Gambar 20. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa utama Bengkulu ....... 26

    Gambar 21. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu..... 27

    Gambar 22. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu..... 28

    Gambar 23. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu..... 28

    Gambar 24. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu..... 29

    Gambar 25. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu..... 29

    Gambar 26. Peta distribusi pergerakan gempa .................................................. 30

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    12/69

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1. Stasiun pencatat gempa utama Bengkulu Tanggal 12-09-2007......... 35

    Tabel 2. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu Tanggal 12-09-2007 ...... 36

    Tabel 3. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu Tanggal 13-09-2007 ...... 37

    Tabel 4. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu Tanggal 14-09-2007 ...... 38

    Tabel 5. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu Tanggal 15-09-2007 ...... 39

    Tabel 6. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu Tanggal 19-09-2007 ...... 40

    Table 7. Stasiun pencatat gempa di Indonesia tahun 2007 .............................. 41

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    13/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    14/69

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Indonesia mempunyai tatanan geologi yang cukup rumit, hal ini disebabkan

    Indonesia terletak pada jalur pertemuan tiga lempeng besar dunia

    (Triple Junction Convergen) yaitu Lempeng Eurasia yang bergerak relatif ke arah

    selatan, lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak ke arah utara, serta

    Lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke arah barat daya, serta salingbertumbukan, satu sama lain (gambar 1). Lempeng Indo-Australia bertumbukan

    dengan Lempeng Eurasia, dimana Lempeng Indo-Australia menyusup masuk ke

    bawah Lempeng Eurasia dengan kedalaman 300 km tepat di bawah Pulau

    Sumatera dengan Dip 60-80 (Tajan, 1997), serta dengan kecepatan rata-rata

    5,5 - 7,0 cm/tahun (Hamilton, 1979), dan dengan kedalaman 650 km di

    bawah Pulau Jawa. Sedangkan Lempeng Pasifik bertumbukan dengan Lempeng

    Indo-Australia dan Lempeng Philipina dengan kecepatan 11 cm/tahun

    (ERI-JAPAN). Pada daerah pertemuan tersebut menyebabkan sering terjadinya

    gempabumi karena aktifitas pergerakan lempeng-lempeng tersebut. Oleh karena

    itu Indonesia merupakan kawasan pinggiran benua yang paling aktif di dunia.

    Gambar 1. Pergerakan lempeng tektonik di Indonesia

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    15/69

    Stress yang terjadi dalam batuan kerak bumi dapat mengakibatkan batuan

    tersebut patah. Patahan tersebut mengakibatkan pelepasan energi stress yang telah

    terakumulasi berupa gelombang elastis. Apabila energi tersebut cukup besar maka

    getaran-getaran akibat penjalaran gelombang gempa dapat dirasakan sampai di

    permukaan bumi. Gelombang gempa yang biasa disebut dengan gelombang

    seismik menjalar dari sumber gempa ke berbagai arah dan akan tercatat oleh

    seismograph sebagai seismogram. Bentuk gelombang seismik pada seismogram di

    setiap stasiun pencatat gempa tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh adanya respon

    alat yang berbeda dan medium perantaranya.

    Disamping faktor-faktor tersebut, gelombang seismik tergantung dari

    sumber gempa yang berupa sesar atau patahan. Oleh karena itu dengan informasi

    gelombang seismik yang tercatat di dalam seismogram dapat ditentukan

    karakteristik sesar atau patahannya. Untuk mengetahui karakteristik tersebut

    diperlukan analisa tentang mekanisme fokal gempabumi yaitu penentuan

    parameter bidang sesar atau patahan yang antara lain meliputi penentuan harga

    strike, dip dan rake.

    Penentuan mekanisme fokal dapat dilakukan dengan beberapa cara

    diantaranya dengan menggunakan kombinasi gelombang P dan S, dan arah

    gerakan pertama gelombang P, serta dengan menggunakan bentuk gelombang.

    Dalam Tugas Akhir ini dibahas penentuan mekanisme fokal dengan menggunakan

    data awalan arah gerakan pertama gelombang P. Sebagai studi kasus penulis

    membahas penentuan mekanisme fokal pada gempabumi Bengkulu. Gempabumi

    Bengkulu yang dibahas pada tulisan ini terjadi pada tanggal 12 September 2007,

    dengan koordinat epicenter 4.67LS 101.13BT dan magnitude 7.9 SR serta

    kedalaman 10 km. Sumber gempa berada di Samudera Hindia 195 km BaratDaya Bengkulu. Gempa ini menimbulkan kerusakan yang hebat pada infrastruktur

    dan prasarana lain di propinsi Bengkulu.

    Secara goegrafis propinsi bengkulu terletak pada 3- 4LS dan 102- 103BT

    Secara geologis propinsi Bengkulu terletak pada daerah seismik aktif, yaitu

    dengan adanya sesar Semangko yang memanjang dari Aceh sampai teluk

    Semangka di Lampung, adanya zone subduksi disebelah barat Bengkulu dimana

    lempeng Indo-Australia menyusup ke dalam lempeng Eurasia, kemudian terdapat

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    16/69

    sesar Mentawai yang berada di lautan di antara daerah subduksi dan Pulau

    Sumatera yang memanjang sejajar dengan sesar Semangko melalui Kep.

    Mentawai. Fakta ini menyebabkan Bengkulu memiliki kerawanan terhadap

    gempabumi yang cukup tinggi.

    1.2

    MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

    Menentukan parameter orientasi bidang sesar yang diakibatkan oleh

    gempabumi Bengkulu pada tanggal 12 September 2007 dengan menggunakan

    analisa mekanisme sumber gempa, mengetahui jenis sesar yang terjadi dan

    mengidentifikasi posisi sumber gempa.

    1.3 BATASAN MASALAH

    Adapun daerah penelitian yang dipilih adalah daerah di sebelah barat daya

    Bengkulu dengan koordinat antara 0 5 LS - 90 105 BT. Data yang

    dikumpulkan meliputi data gempa utama dengan koordinat epicenter

    4.67 LS 101.13 BT, magnitude 7.9 SR, kedalaman 10 km dan data gempa

    susulan dengan magnitude 5.5 SR dikumpulkan sebanyak 5 gempa (PGN, 2007)

    untuk dibuat solusi mekanisme fokalnya, serta data gempa susulan dengan

    magnitude kecil ( 5.5 SR) periode 1 bulan untuk menunjukkan adanya

    keterkaitan antara gempa utama dengan gempa susulan.

    Penentuan parameter bidang sesar dan penentuan jenis sesar yang terjadi

    dengan data yang digunakan adalah data awal arah gelombang primer (P) dari

    sinyal gelombang (wave form) yang tercatat di Pusat Gempa Nasional, Jakarta

    dan data gempa dari beberapa stasiun luar negeri yang bersumber dariInternasional Seismological Center (ISC), United State Geological Service

    (USGS) dan Harvard. Adapun metoda yang digunakan dalam analisa ini penulis

    menggunakan metode fokal mechanism dengan data awal arah gelombang P.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    17/69

    1.4 METODE PENELITIAN

    Pada penulisan ini, penulis menggunakan metode pembacaan impuls

    gelombang P yang diolah secara otomatis dengan menggunakan Program FOCAL

    yang didapat dari International of Seismology and Earthquake Engineering (IISE)

    Jepang. Hasil dari pengolahan ini yaitu parameter bidang sesar yang berupa strike,

    dip, dan rake.

    1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

    Untuk memudahkan penulis dalam membahas tugas akhir ini, penulis

    membuat sistematika penulisan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUANMembahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan, batasan

    masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Membahas tentang teori tektonik lempeng, teori elastic rebound, jenis-jenis

    gempabumi, teori dasar mekanisme fokal yang terdiri dari teori kopel ganda dan

    teori mekanisme pusat gempa, teori mekanisme dengan metode impuls pertama

    gelombang primer (P), dan penentuan tipe sesar (fault).

    BAB III DATA DAN METODE PENGOLAHAN

    Membahas tentang data dan metode yang digunakan dalam pengolahan data

    serta pengolahan dengan program FOCAL

    BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

    Analisa bola fokus, pembahasan hasil analisa, hasil pengeplotan data

    gempabumi susulan, Perbandingan antara hasil analisa dengan hasil dari USGS

    dan Harvad.

    BAB V PENUTUP

    Berisi kesimpulan terhadap hasil pembahasan

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    18/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    19/69

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 TEORI TEKTONIK LEMPENG

    Teori ini menerangkan pergerakan kulit bumi yang bergerak secara dinamis,

    yang disebabkan oleh stress yang bekerja terus menerus dan melewati batas

    kekuatan batuan. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut menurut teori tektonik

    lempeng disebabkan oleh arus konveksi yang terdapat di dalam bumi, dimana

    gerakannya bisa divergen,yaitu pergerakan dua buah lempeng tektonik atau lebihyang bergerak saling menjauh satu sama lainnya yang mengakibatkan material

    mantel naik keatas atau terjadi pergerakan mantel (mantel convection) membentuk

    lantai samudera (sea floor spreading). Pergerakan mantel ini terjadi karena adanya

    pendinginan dari atas dan pemanasan dari bawah sehingga mantel akan bergerak

    ke atas. Pergerakan lempeng yang kedua yaitu konvergen, pergerakan lempeng

    tektonik yang bergerak saling mendekat (bertemu). Pergerakan ini dapat

    menyebabkan salah satu lempeng menyusup di bawah lempeng yang lainnya,

    membentuk zona subduksi atau menyebabkan lempeng-lempeng saling

    bertumbukan ke atas, membentuk zona tumbukan. Pada zona subduksi, di

    kedalaman sekitar 150 200 km, karena gesekan dan tekanan yang tinggi, akan

    terjadi diferensiasi magma yang dapat naik ke permukaan bumi menjadi gunung

    api. Pergerakan yang terakhir yaitu transform atau konservatif yaitu pergerakan

    lempeng yang bergerak lateral satu sama lainnya atau bergerak saling bergesekan

    tanpa membentuk atau merusak lithosfer.

    Gambar 2. Pergerakan lempeng tektonik

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    20/69

    2.2 TEORI ELASTIC REBOUND

    Seorang seismolog Amerika, Reid (Bullen, 1965 ; Bolt 1988)

    mengemukakan suatu teori yang menjelaskan mengenai bagaimana umumnya

    gempabumi terjadi. Teori ini dikenal dengan nama Elastic Rebound theory.

    Mekanisme sumber gempabumi dapat dijelaskan sebagai berikut, jika

    terdapat 2 buah gaya yang bekerja dengan arah berlawanan pada batuan kulit

    bumi, batuan tersebut akan terdeformasi, karena batuan mempunyai sifat elastis.

    Bila gaya yang bekerja pada batuan dalam waktu yang lama dan terus-menerus,

    maka lama-kelamaan daya dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum

    dan akan mulai terjadi pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami patahan

    secara tiba-tiba sepanjang bidang sesar (fault) setelah itu batuan akan kembali

    stabil, namun sudah mengalami perubahan bentuk atau posisi. Pada saat batuan

    mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat pergeseran batuan, energi stress yang

    tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran yang kita kenal sebagai

    gempabumi.

    Gambar 3. Mekanisme gempabumi yang menjadi sumber gempa tektonik

    2.3 JENIS-JENIS GEMPABUMI

    Gempabumi adalalah suatu gerakan tiba-tiba atau suatu rentetan gerakan

    tiba-tiba dari tanah yang bersifat transient (sambung menyambung) yang berasal

    dari suatu daerah terbatas dan menyebar dari titik tersebut ke segala arah

    (M.T. Zein 1983).

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    21/69

    Jenis gempabumi berdasarkan penyebab terjadinya dikenal ada empat

    macam yaitu :

    1)Gempabumi Tektonik, yaitu gempabumi yang terjadi karena adanya gejala

    tektonik alam, seperti adanya pergeseran lempeng benua.

    2)Gempabumi Vulkanik, yaitu gempabumi yang terjadi karena adanya

    aktivitas vulkanik (gunung api).

    3)Gempabumi Terban/runtuhan, yaitu gempabumi yang terjadi karena adanya

    runtuhan pada dinding-dinding goa.

    4)Gempabumi Buatan, yaitu gempabumi yang terjadi karena adanya ledakan

    dinamit atau nuklir.

    Menurut Mogi (1967) pola umum gempabumi berdasarkan aktivitasnya

    dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :

    a)Tipe I : yaitu gempabumi utama (main shock), yang tanpa didahului

    gempa pendahuluan (foreshock), tetapi diikuti oleh banyak gempa susulan

    (after shock). Gempabumi tipe ini biasanya terjadi di daerah yang

    mempunyai medium homogen dengan stress yang bekerja hampir merata.

    Sebagian besar gempabumi tektonik yang terjadi di bumi tergolong jenis

    ini.

    b)Tipe II : yaitu sebelum gempabumi utama (main shock) terjadi, didahului

    oleh gempa-gempa pendahuluan (fore shock) dan kemudian diikuti oleh

    gempa susulan yang cukup banyak. Gempabumi tipe ini terjadi pada

    daerah dengan struktur batuan/medium yang tidak seragam dengan

    distribusi stress yang bekerja juga tidak seragam.

    c)Tipe III : yaitu gempa yang tidak mempunyai gempa utama (main shock).Gempabumi tipe ini disebut gempabumi swam dan gempabumi ini

    biasanya terjadi dalam daerah yang terbatas. Pada umumnya gempabumi

    ini terjadi di daerah gunung api dan pada daerah yang struktur mediumnya

    tidak seragam dengan stress yang bekerja terkonsentrasi pada area yang

    terbatas.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    22/69

    2.4 TEORI DASAR MEKANISME FOKAL

    2.4.1 Teori Kopel Ganda

    Honda (1957) mengatakan ada 2 (dua) tipe gaya yang mungkin untuk

    sumber gempa (diasumsikan sumber gempa berupa titik) sistem gaya tipe I Single

    Couple ( Kopel Tunggal) dan sistem gaya tipe II Double Couple (kopel Ganda),

    namun pada dasarnya gempa bumi yang terjadi disebabkan oleh sistem gaya

    tipe II.

    Kopel tunggal menyatakan pada sumber gempa bekerja sepasang gaya

    dengan arah berlawanan tetapi sejajar dan bergerak sepanjang sumbu Y.

    Pergerakan ini ditransmisikan ke permukaan sebagai gelombang P, menjadi

    gerakan kompresi dan dilatasi.

    Kopel ganda menyatakan pada sumber gempa bekerja empat gaya sama

    besar dan berlawanan arah yang berlaku sebagai sepasang momen gaya yang

    saling tegak lurus. Sistem ini dapat menerangkan posisi gaya yang bekerja pada

    akhir proses patahnya atau bergesernya suatu lapisan sesuai teori pegas elastis

    (Elastic Rebound Theory). Teori ini dapat juga menerangkan polaritas gelombang

    P dari tempat gempabumi alami.

    Gambar 4. Polarisasi gerakan pertama gelombang P dan S untuk sumber :

    a) Kopel Tunggal dan b) Kopel Ganda

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    23/69

    Karakteristik model kopel ganda:

    a)Asumsi sumber titik:Dengan asumsi bahwa sumber gempa adalah sebuah

    titik. Hal ini cocok apabila jarak hipocenter dan stasiun lebih besar dari

    ukuran sesar.

    b)Konfigurasi sistem gaya kopel ganda: Model ini mempunyai dua pasang

    gaya yang masing-masing mempunyai magnitude yang sama dan

    berlawanan arah.

    c)Ekuivalen sistem gaya kopel ganda dengan dislokasi geser (gerak sesar).

    Sistem gaya kopel ganda menghasilkan medan perpindahan yang sama

    terhadap sumber gempa seperti yang sama berkenaan dengan dislokasi

    geser (shear dislocation) di sepanjang sesar.

    Salah satu dari dua orientasi kopel ganda merupakan orientasi dari sesar, sehingga

    kopel ganda menghasilkan dua orientasi bidang sesar yang mungkin terjadi.

    2.4.2 Teori Mekanisme Pusat Gempa

    Studi mekanisme pusat gempa bertujuan untuk menentukan model sesar

    gempa berdasarkan bidang nodal dari hasil pengamatan polaritas gelombang P

    yang dipancarkan oleh Hipocenter. Jika stasiun seismograf yang melingkupi pusat

    gempa cukup banyak maka dengan mudah dapat dipisahkan antara kelompok

    stasiun yang merekam kompresi dan kelompok stasiun yang merekam dilatasi.

    Kadang-kadang jumlah stasiun tidak cukup sehingga tidak semua gempa dapat

    ditentukan solusi mekanisme pergerakan pusat gempanya.

    Untuk menggambarkan distribusi polaritas gerakan awal gelombang P

    secara global dapat digunakan prosedur grafik untuk menentukan dua bidang

    nodal. Hipocenter diasumsikan sebagai bola dengan radius sangat kecil yang

    disebut bola pusat gempa (gambar 5). Gelombang gempa mencapai stasiun

    seismograf S meninggalkan bola pusat gempa dengan sudut elevasi i dan azimuth

    . Ditentukan S pada bola pusat gempa dengan polaritas gelombang P kompresi

    atau dilatasi yang diamati di stasiun seismograf S. Prosedur ini dilakukan untuk

    semua stasiun yang merekam getaran gempa sehingga diperoleh polaritas

    gelombang P secara global yang yang dipancarkan dari Hipocenter. Metode ini

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    24/69

    didasarkan pada kenyataan bahwa polaritas gerakan awal gelombang langsung P

    tidak berubah selama penjalarannya sehingga polaritas pada bola pusat gempa

    masih sama dengan polaritas pada Hipocenter.

    Untuk kasus gelombang seismik refleksi seperti gelombang P, polaritas

    gerakan awal akan berubah sebaliknya setelah meninggalkan bidang refleksi.

    Karena bola pusat gempa merupakan bentuk dimensi ruang maka polaritas

    gerakan awal gelombang P akan terdistribusi dalam tiga dimensi. Hal ini sangat

    sulit untuk diinterpretasikan secara visual (gambar 6). Untuk mengatasi masalah

    tersebut perlu dibuat proyeksi dari bentuk tiga dimensi ke bentuk dua dimensi

    yang disebut sebagai diagram mekanisme pusat gempa yang lebih mudah dibuat

    interpretasinya secara visual (gambar 7).

    Gambar 5. Bola pusat gempa yang menggambarkan Hipocenter

    Gambar 6. gambaran tiga dimensi radiasi gelombang gempa model kopel ganda.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    25/69

    Gambar 7. Proyeksi bola pusat gempa ke bidang equatorial.

    Sebelum membuat diagram mekanisme pusat gempa perlu ditentukan lebih

    dahulu bagaimana cara menginterpretasikannya. Gambar 7 menunjukkan cara

    memproyeksikan dari bola pusat gempa ke diagram pusat gempa. Pada model

    kopel ganda pola radiasi gelombang seismik simetri dengan Hipocenter sehingga

    yang dapat diproyeksikan hanya setengah bola pusat gempa. Bola pusat gempa

    dibelah menjadi dua (bagian atas dan bawah) oleh bidang horizontal yang melalui

    Hipocenter. Polaritas data S (kompresi atau dilatasi) pada belahan bola bagian

    bawah diproyeksikan ke titik pada diagram. Polaritas data pada belahan bola bagia

    atas simetri dengan data yang ada di belahan bola bagian bawah.

    Dua bidang nodal dinyatakan pada diagram sebagai dua garis (gambar 8)

    Karena dua bidang tersebut tegak lurus satu sama lain maka masing-masing

    bidang saling berpotongan melalui pusatnya. Pusat ini merupakan vektor yang

    tegak lurus bidang. Arah vektor yang menjauhi Hipocenter ditandai dengan titik

    potong antara vektor dan bola pusat gempa yang dinyatakan titik pada diagram.

    Gambar 8 menunjukkan titik potong tersebut sebagai titik A dan B pada garis

    nodal b dan a.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    26/69

    Gambar 8. Orthogonalitas dua bidang nodal.

    Dua garis nodal membagi diagram ke dalam empat kuadran kompresi dan

    dilatasi gelombang seismik. Kuadran kompresi biasanya dinyatakan dengan

    gambar arsiran. Pada diagram dapat dibaca parameter bidang nodal yang terdiri

    dari sudut strike, dip, dan rake (slip). Penting untuk diketahui bahwa salah satu

    dari bidang nodal merupakan sesar/patahan gempa.

    Gambar 9. Bidang proyeksi luasan sama (bidang stereografis).

    Gambar 9 digunakan untuk menentukan parameter bidang sesar/patahan dari

    diagram mekanisme pusat gempa. Bagian kanan gambar tersebut digunakan untuk

    menggambar garis nodal. Sedangkan bagian kiri digunakan untuk menentukan

    azimuth dan sudut busur pada garis nodal. Garis horizontal digunakan untuk

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    27/69

    menentukan sudut atau bidang nodal yang diukur dari garis vertikal. Gambar 10,

    11 dan 12 menunjukkan cara bagaimana menentukan strike, dip, rake, lokasi

    (plunge dan azimuth) sumbu P dan T pada diagram yang merupakan parameter

    bidang sesar.

    Prosedur untuk menentukan parameter bidang sesar dapat dijelaskan sebagai

    berikut :

    1)Untuk menentukan strike, posisi hanging wall di sebelah kanan arah strike

    dan diukur searah jarum jam dari arah utara (gambar 10).

    2)Dip diukur dengan menggunakan setengah lingkaran bagian kanan

    (gambar 10).

    Gambar 10. Pengukuran sudut strike dan dip pada diagram.

    3)Sumbu tekanan P dan sumbu tarikan T terletak pada titik 450dari dua titik

    A dan B (gambar 2.11). Sumbu P di kuadran dilatasi dan sumbu T di

    kuadran kompresi dengan gambar arsiran. Perpotongan antara dua garis

    nodal disebut sumbu N (null) yang merupakan arah stress nol. Sumbu P, T,

    dan N ditentukan oleh azimuth (diukur searah jarum jam dari arah utara)

    dan plunge (diukur ke arah bawah dari horizontal). Kedua sudut tersebut

    diukur dengan menggunakan kertas stereografis. Tekanan dan tarikan

    menunjukkan arah gaya yang bekerja pada Hipocenter, sedangkan

    kompresi dan dilatasi merupakan arah gerakan awal gelombang P

    seismogram.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    28/69

    Gambar 11. Penentuan sumbu P dan T 450dari dua kutub pada garis nodal.

    Jika pusat diagram (Hipocenter) berada di kuadran kompresi (arsiran)

    maka sesar gempa disebut reverse fault dan jika berada di kuadran dilatasi

    maka disebut normal fault. Dengan kata lain bila sumbu T berada pada

    satu kuadran dengan pusat diagram akan diperoleh reverse fault.

    Sebaliknya bila sumbu P berada dalam kuadran yang sama dengan

    Hipocenter maka akan dihasilkan normal fault. Jika pusat diagram berada

    pada atau dekat dua garis nodal maka akan dihasilkan strike slip fault.

    4)Vektor slip untuk satu bidang nodal tegak lurus pada bidang nodal lainnya

    sehingga vektor slip untuk bidang nodal berhubungan dengan kutub vektor

    bidang nodal lainnya. Rake dari vektor slip didefinisikan dengan sudut

    antara arah strike dan vektor slip (kutub vektor) (gambar 12). Atau dengan

    kata lain :

    a)Untuk normal fault, rake dari bidang nodal ditandai dengan [sudut

    antara strike bidang dan kutub bidang yang lain].

    b)Untuk reverse fault rake bidang nodal diperoleh dengan 1800 [sudut

    antara strike bidang dan kutub bidang yang lain].

    Sudut rake diukur menggunakan setengah lingkaran bagian gambar

    stereografis.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    29/69

    Sudut rake negatif untuk normal fault karena sudut rake negatif

    menunjukkan bahwa hangingwall block bergerak turun secara relatif terhadap

    footwall block. Untuk reverse fault bila vektor slip menunjuk ke arah atas dan

    diukur sudut antara arah strike dan kutub pada setengah lingkaran bagian atas.

    Untuk membuat diagram mekanisme pusat gempa digunakan setengah bola

    bagian bawah kemudian mengkonversi sudut yang telah diukur pada setengah

    bola bagian bawah ke sudut rake dengan mengurangkan sudut tersebut dari 1800.

    Gambar 12. Penentuan sudut rake pada reverse fault (kiri) dan normal fault (kanan).

    2.5 TEORI MEKANISME DENGAN METODE IMPULS PERTAMA

    GELOMBANG P

    Ketika gempabumi terjadi maka gelombang gempabumi akan terpancarkan

    ke segala arah berbentuk phase gelombang. Phase awal yang tercatat lebih dahulu

    ialah gelombang P, karena memiliki kecepatan terbesar dari pada gelombang yang

    lainnya.

    Arah gerakan pertama impuls dari gelombang P inilah yang kemudian

    diamati untuk mempelajari fokal mekanisme. Hal ini dapat disebabkan karena

    gelombang P yang paling jelas pembacaannya. Dan alat yang digunakan pada

    umumnya adalah seismograf tipe vertikal sehingga pembacaan gelombang S

    menjadi sulit. Selain untuk menentukan gerakan awal gempa dan studi solusi

    bidang sesar, metode ini penting untuk menentukan gerakan dari plate tektonik

    dan penting untuk menentukan gerakan relative dari Lithosfer.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    30/69

    Solusi untuk menentukan arah dan orientasi menyebabkan terjadinya

    bidang sesar yang disebut sebagai Fault Plane Solution. Ada beberapa

    ketentuan dalam mempelajari solusi bidang sesar ini :

    a)Arah gerak awal gelombang P harus dianggap sama atau sesuai dengan

    arah gaya kopel yang bekerja di sumber gempa.

    Dalam mekanisme gempabumi terdapat dua hipotesa yang berlaku. Pertama

    adalah teori kopel tunggal yang menyatakan bahwa di dalam sumber gempa

    bekerja dua gaya yang sama besar dan berlawanan arahnya dan berlaku sebagai

    momen.

    Gambar 13. Pola radiasi system kopel tunggal

    Sedangkan teori kopel ganda menyatakan bahwa pada sumber bekerja empat gaya

    yang sama besar dan berlaku sebagai pasangan momen gaya yang saling tegak

    lurus.

    Gambar 14. Pola radiasi system kopel ganda

    b)Focus harus dianggap berbentuk bola di dalam bumi di mana bumi

    dianggap homogen.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    31/69

    Pada dasarnya solusi bidang sesar adalah mencari dua bidang nodal

    orthogonal (orthogonal nodal plane) yang memisahkan gerakan pertama

    gelombang dalam kuadran kompresi dan dilatasi pada bola fokusnya.

    2.5.1 Bola Fokus

    Bola fokus merupakan ilustrasi penjalaran gelombang yang berpusat pada

    hipocenter pusat gempa. Bola fokus digunakan untuk menggambarkan radiasi

    gelombang seismik dari sebuah sumber gempa. Penyelesaian bola fokus diperoleh

    dari distribusi gerakan kompresi dan dilatasi di permukaan bumi yang

    diproyeksikan melalui lintasan yang sama dengan penjalaran gelombangnya ke

    permukaan bola fokus. Bola fokus adalah bola satuan (jari-jari 1 satuan) yang

    fiktif (dimisalkan) berpusat pada fokus gempa (sumber dianggap titik). Bola fokus

    mengandaikan medium penjalaran gelombang adalah homogen (gelombang

    menjalar lurus didalamnya), hal ini dilakukan karena polaritas gerakan pertama

    gelombang P adalah tetap disepanjang penjalarannya. Mekanisme pusat gempa

    merupakan metode peninjauan parameter bidang sesar. Konsep dasar penentuan

    mekanisme pusat gempa berkembang dari konsep kopel ganda. Parameter bidang

    sesar meliputi stike, dip dan slip dari bidang sesar.

    Penentuan parameter bidang sesar dapat dilakukan dengan berbagai cara,

    antara lain dengan menggunakan polarisasi gerakan awal gelombang P. Pola

    polarisasi gelombang P yang berupa kompresi (tekanan) dan dilatasi (tarikan)

    mengakibatkan ruang disekitar episenter gempa (hipocenter), yang dimisalkan

    suatu bola, dapat dibagi menjadi empat kuadran yang dipisahkan oleh dua buah

    bidang nodal yang membentuk suatu mekanisme gempa.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    32/69

    Gambar 15. Gerakan awal gelombang P pada stasiun pencatat gempa yang dipengaruhi oleh gayacompresi dan dilatasi.

    2.6 SESAR ( FAULT)

    Sesar adalah suatu rekahan pada batuan dan bagian-bagian yang dipisahkan

    oleh rekahan tersebut bergerak satu sama lain. Sesar dapat mempunyai ukuran

    hingga ratusan kilometer. Mekanisme gempabumi umumnya diakibatkan oleh

    deformasi batuan akibat adanya aktivitas dari sesar.

    2.6.1 Parameter Bidang Sesar

    Orientasi bidang sesar ditentukan oleh parameter bidang sesar yang terdiri

    atas:

    a)strike (), adalah sudut yang dibentuk oleh jurus sesar dengan arah utara.

    Strike diukur dari arah utara ke timur / searah jarum jam hingga jurus

    patahan (0360).

    b)dip (), adalah sudut yang dibentuk oleh bidang sesar dengan bidang

    horizontal, dan diukur pada bidang vertikal yang arahnya tegak lurus jurus

    patahan (090).

    c)Rake atau Slip (), adalah sudut pergerakan hanging-wall terhadap strike (-

    180180), Rake berharga positif untuk sesar naik dan negatif untuk

    sesar turun.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    33/69

    Gambar 16. Orientasi bidang patahan

    2.6.2 Jenis-jenis sesar

    Berdasarkan gaya penyebabnya, sesar dapat dibagi menjadi:

    1)Sesar Mendatar (Stike slip fault), yaitu sesar dengan blok bergerak relatif

    mendatar / horizontal satu sama lainnya. Tipe ini dibagi menjadi dua,

    yaitu:

    a)Sesar mendatar menganan (right lateral-strike slip fault), arah gerakan

    sesar mendatar searah jarum jam.

    b)Sesar mendatar mengiri (left lateral-strike slip fault), arah gerakan sesar

    mendatar berlawanan arah jarum jam.

    2)Sesar tidak mendatar, yaitu sesar dengan blok bergerak relatif vertikal atau

    miring. Tipe ini dibagi menjadi dua, yaitu:

    a)Sesar Naik(Trust fault atauReverse fault), yaitu sesar dengan pergerakan

    hanging wallbergerak relatif naik terhadapfootwall.

    b)Sesar Turun(Normal fault), yaitu sesar dengan pergerakan hanging wall

    bergerak relatif turun terhadapfootwall.

    c)Sesar Miring (Obliqeu Fault), yaitu sesar dengan pergerakan blok

    vertikal yang diiringi dengan gerakan horizontal.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    34/69

    Gambar 17. Jenis-jenis sesar

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    35/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    36/69

    BAB III

    DATA DAN METODE PENGOLAHAN

    3.1 DATA

    Dalam pengolahan ini penulis menggunakan data gempa utama Bengkulu

    tanggal 12 September 2007 serta data gempa susulan sebanyak 5 data dengan

    klasifikasi batasan antara 05LS - 90105BT, magnitude 5.5 SR,

    (PGN, 2007). Parameter gempa-gempa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

    No TanggalOrigin Time

    (GMT)Epicenter Depth Magnitude

    1 12/09/2007 11:10:23 4.67 LS - 101.13 BT 10 7.9

    2 12/09/2007 23:49:04 2.88 LS - 100.43 BT 24 7.7

    3 13/09/2007 16:08:53 4.49 LS - 101.01 BT 10 5.7

    4 14/09/2007 6:01:31 4.26 LS - 100.88 BT 10 6.9

    5 15/09/2007 14:45:29 2.91 LS - 100.82 BT 10 5.9

    6 19/09/2007 07:27:53 2.70 LS - 100.82 BT 26 6.4

    Data yang diperlukan dalam pengolahan ini yaitu data arah gerakan awal

    dari gelombang P untuk komponen Z (komponen vertikal) yang tercatat pada

    setiap stasiun gempabumi.

    Data yang akurat adalah data yang berasal dari stasiun yang berkualitas serta

    posisi stasiun harus melingkari sumber gempa tersebut, sehingga akan

    memberikan gambaran yang mendekati keadaan sebenarnya yang terjadi di

    sumber gempa.

    Penentuan jenis dan arah bidang sesar dengan hanya berdasarkan

    mekanisme fokal belum cukup. Perlu adanya penyesuaian dengan data geologi,

    dan kondisi tektonik setempat, sehingga akan diperoleh jenis dan arah bidang

    nodal yang sesuai dengan garis-garis struktur sebenarnya di daerah kegempaan

    tersebut.

    Data yang dipakai dalam penulisan ini bersumber dari 4 sumber data yaitu

    meliputi Pusat Gempa Nasional (PGN), Internasional Seismology Center (ISC),

    United State Geological Service (USGS) dan Harvard.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    37/69

    3.2 METODE PENGOLAHAN

    Metoda pengolahan berdasarkan impuls pertama gelombang primer (P) yang

    berupa pembacaan jejak pertama gelombang primer yaitu kompresi/naik (C) atau

    dilatasi/turun (D) dari setiap stasiun pencatat gempa.

    Dalam mengeplot titik kompresi maupun dilatasi pada bola fokus

    membutuhkan input data yang berupa azimuth stasiun dari sumber gempa dan

    sudut keberangkatan sinar / ih (take off angle).

    Azimuth diukur searah jarum jam dengan arah utara sebagai 0. Sedangkan

    sudut keberangkatan sinar diukur dari arah vertikal sampai arah sinar. Apabila

    pengolahan dilakukan dengan Program FOCAL, harga azimuth stasiun dan sudut

    keberangkatan sinar dari masing-masing stasiun dapat diketahui dengan

    mejalankan Perintah (Command) AZMTAK. Nilai dari sudut ih dihasilkan dari

    Perintah RITSEMA. Hasil dari RITSEMA adalah berupa grafik sudut ihterhadap

    jarak stasiun dari sumber gempa.

    3.2.1 Pengolahan dengan Program FOCAL

    Input data yang dibutuhkan dalam Program FOCAL yaitu koordinat pusat

    gempa (lintang dan bujur), kedalaman sumber gempa, dan jumlah data yang

    dipakai atau jumlah stasiun yang mencatat gelombang gempa. Pada program ini,

    pengeplotan koordinat stasiun dilakukan dari hasil perhitungan azimuth dan take

    off angle yang telah didapat dari perintah program AZMTAK.

    Berikut ini adalah langkah-langkah pengoperasian Program FOCAL :

    1)Ambil data polaritas gelombang P pada setiap event gempa yang terekam

    dari GFZ. Buka notepad untuk membuat file data. Ketik lintang, bujur,

    kedalaman, dan jumlah stasiun.2)Kemudian ketik kode stasiun dan polaritas polaritas gelombang P yang

    tercatat pada event gempa yang dimaksud. Ketik 1 untuk pola gelombang

    kompresi (naik) dan -1 untuk pola gelombang dilatasi (turun). Simpan

    nama file (Nama File.Dat).

    3)Buka program AZMTAK.exe untuk menentukan azimuth dan take off

    angle dari masing-masing stasiun.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    38/69

    Masukkan nama input data, nama stasiun, nama file output

    (Nama File.Out). Hasil dari program ini dijadikan sebagai input untuk

    program PINV maupun PMAN.

    4)Buka program PINV.exe, untuk untuk penentuan bidang nodal secara

    otomatis. Masukkan nama file output yang sesuai dengan file ouput

    program AZMTAK.

    5)Untuk penentuan bidang nodal secara manual, buka program PMAN.exe

    atau klik pada bagian dalam dari diagram bola fokus hasil dari program

    PINV. Penentuan bidang nodal yang baik dapat dilihat dari data yang tidak

    konsisten (inconsistent data) yang mendekati nol.

    Untuk mempermudah dalam pengolahan data, dapat dilihat pada diagram

    flow chart berikut ini.

    Gambar 18. Diagram Flow Chart Pengolahan Data

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    39/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    40/69

    BAB IV

    ANALISA DAN PEMBAHASAN

    4.1 ANALISA BOLA FOKUS

    Setelah dilakukan pengolahan dengan menggunakan program fokal, akan

    didapatkan hasil berupa bola fokus. Dalam menginterpretasikan bola fokus perlu

    diingat bahwa sumbu pressure (P) dan tension (T) menyatakan arah dari gaya

    yang bekerja di hipocenter, sementara gelombang P compresi dan dilatasi

    merupakan arah dan gerakan menuju stasiun. Sumbu P diletakkan pada suatukuadran dilatasi (daerah yang tidak diarsir/putih) dan sumbu T pada suatu kuadran

    kompresi (daerah yang diarsir).

    Cara untuk menganalisa suatu gempabumi berpola sesar normal, sesar naik

    atau strike slip adalah :

    1)Jika pusat diagram (hipocenter) berada di dalam kuadran kompresi

    (daerah yang diarsir), atau sumbu T terletak satu kuadran dengan fokus,

    maka diinterpretasikan sebagai gempabumi berpola,

    sesar naik (thrust fault).

    2)Jika pusat diagram (hipocenter) berada di dalam kuadran dilatasi

    (daerah yang tidak diarsir/putih), atau sumbu P terletak satu kuadran

    dengan fokus, maka diinterpretasikan sebagai gempabumi berpola,

    sesar turun (normal fault).

    3)Jika pusat diagram (hipocenter) berada atau dekat dua garis nodal, maka

    disebut mekanisme strike slip.

    Dalam pengukuran sudut rake/slip () bernilai negatif (-) untuk sesar

    turun/normal yang menandakan bahwa blok hanging wall bergerak ke bawah

    terhadap footwall.

    Sudut rake/slip () bernilai positif (+) untuk sesar naik/thrustmenandakan

    bahwa blok hanging wall bergerak ke atas terhadap footwall.

    Sedangkan harga sudut rake yang mendekati atau sama dengan 0atau 180

    menandakan bahwa gempabumi tersebut berpolastrike slip .

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    41/69

    Gambar 19. Diagram proyeksi stereographic menentukan mekanisme gempa

    4.2 PEMBAHASAN

    Gempabumi utama yang terjadi di Bengkulu tanggal 12 September 2007jam 18:10:23 WIB, dengan magnitude 7.9 SR. Epicenter berada pada 4.67 LS

    101.13BT atau 195 km barat daya Bengkulu, pada kedalaman 10 km. Stasiun

    pencatat gempabumi yang mencatat peristiwa tersebut sebanyak 28 buah yang

    terdiri dari 13 stasiun nasional dan 15 stasiun Internasional (lampiran 1). Arah

    gerakan pertama gelombang P, azimuth, dan take off angle tiap-tiap stasiun

    pencatat seperti pada (lampiran 1). Berdasarkan mekanisme fokal diperoleh dua

    bidang nodal plane (gambar 19) yang masing-masing nodal plane memiliki

    parameter bidang sesar berupa strike, dip dan slip. Untuk bidang nodal yang

    pertama arah strike 334, dip 10 dan slip 122 artinya jika berdasarkan

    parameter-parameter bidang sesar tersebut, maka bidang sesar yang terjadi adalah

    sesar naik (thrust fault) dengan arah gerakan ke arah barat laut. Sedangkan untuk

    bidang nodal yang kedua mempunyai arah strike 121, dip 82 dan slip 85.

    Berdasarkan parameternya, maka bidang sesar yang terjadi adalah sesar naik

    (thrust fault).

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    42/69

    Gambar 20. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa utama Bengkulu

    tanggal 12-09-2007, Origin time11:10:23 GMT dan Magnitude 7.9 SR

    Jika diamati dari peta distribusi pergerakan gempa, gempabumi Bengkulu,

    peristiwanya terjadi di lautan yaitu di sekitar zone subduksi di sebelah barat pulau

    Sumatera. Zona subduksi ini terjadi akibat dari pertemuan Lempeng Indo-

    Australia yang bergerak relative ke arah utara dan bertumbukan dengan Lempeng

    Eurasia, sehingga menyebabkan patahan-patahan disekitarnya memiliki

    kecenderungan bergerak ke arah barat daya. Kemudian berdasarkan hasil

    penelitian diketahui juga bahwa patahan gempabumi Bengkulu tersebut

    menimbulkan tsunami yang kecil karena patahannya landai (memiliki dip yang

    kecil) dengan kedalaman lautnya sangatlah dangkal yaitu kurang dari 1500m, hal

    ini dibuktikan dengan adanya barisan kepulauan di utara sumber gempa

    Kepulauan Mentawai dan Pulau Enggano di selatan (Irwan Meilano, 2007). Jadi,

    berdasarkan kondisi geologis dan fakta-fakta di lapangan tersebut nodal plane

    yang dipilih adalah nodal plane dengan dip yang terkecil yaitu dengan arah strike

    334, dip 10 dan slip 122 dengan jenis sesarnya naik (thrust fault) dan bergerak

    ke arah barat laut.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    43/69

    4.3 HASIL PENGEPLOTAN GEMPABUMI SUSULAN

    Gempa susulan (after shock) yang terjadi sebanyak 4650 dalam kurun waktu

    1 bulan, 5 diantaranya dirasakan dengan skala III IV MMI, dengan magnitude

    masing-masing 7.7 SR, 5.7 SR, 6.9 SR, 5.9 SR dan 6.4 SR. Seperti pada gambar

    terlihat bahwa hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan mempunyai

    parameter bidang sesar yang hampir sama dengan gempa utama, dengan arah

    strike antara 318-328, dip antara 10-16 dan slip antara 105-123 dengan jenis

    sesar naik (thrust fault). Hasil pengeplotan gempa susulan sebagai berikut:

    Gambar 21. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu

    tanggal 12-09-2007, Origin time23:49:04 GMT dan Magnitude 7.7 SR

    Stasiun yang mencatat gempa tersebut sebanyak 19 stasiun yang terdiri dari

    10 stasiun nasional dan 9 stasiun Internasional (lampiran 1). Arah awal gerakan

    pertama gelombang P, azimuth, dan take off angle tiap-tiap stasiun pencatat

    seperti pada (lampiran 1). Berdasarkan analisa mekanisme fokal, nodal plane yang

    dipilih adalah nodal plane 1 dengan strike 326, dip 12 dan rake 108.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    44/69

    Gambar 22. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu

    tanggal 13-09-2007, Origin time16:08:53 GMT dan Magnitude 5.7 SR

    Stasiun yang mencatat gempa tersebut sebanyak 17 stasiun yang terdiri dari

    8 stasiun nasional dan 19 stasiun Internasional (lampiran 1). Berdasarkan analisa

    mekanisme fokal, nodal plane yang dipilih adalah nodal plane 1 dengan strike

    334, dip 16 dan rake 117.

    Gambar 23. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu

    tanggal 14-09-2007, Origin time06:01:31 GMT dan Magnitude 6.9 SR

    Stasiun yang mencatat gempa tersebut sebanyak 25 stasiun yang terdiri dari

    17 stasiun nasional dan 8 stasiun Internasional (lampiran 1). Berdasarkan analisa

    mekanisme fokal, nodal plane yang dipilih adalah nodal plane 1 dengan strike

    318, dip 10 dan rake 113.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    45/69

    Gambar 24. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu

    tanggal 15-09-2007, Origin time14:45:29 GMT dan Magnitude 5.9 SR

    Stasiun yang mencatat gempa tersebut sebanyak 15 stasiun yang terdiri dari

    7 stasiun nasional dan 8 stasiun Internasional (lampiran 1). Berdasarkan analisa

    mekanisme fokal, nodal plane yang dipilih adalah nodal plane 1 dengan strike

    321, dip 15 dan rake 105.

    Gambar 25. Hasil solusi fokal mekanisme untuk gempa susulan Bengkulu

    tanggal 19-09-2007, Origin time07:27:53 GMT dan Magnitude 6.4 SR

    Stasiun yang mencatat gempa tersebut sebanyak 16 stasiun yang terdiri dari

    5 stasiun nasional dan 11 stasiun Internasional (lampiran 1). Berdasarkan analisa

    mekanisme fokal, nodal plane yang dipilih adalah nodal plane 1 dengan strike

    338, dip 16 dan rake 123.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    46/69

    Gambar 26. Peta distribusi pergerakan gempa

    4.4 PERBANDINGAN ANTARA HASIL ANALISA DENGAN HASIL

    DARI USGS DAN HARVARD

    Jika hasil pengolahan dibandingkan dengan hasil dari USGS dan Harvard,

    ternyata dari keenam data yang diolah memiliki hasil yang hampir sama untuk

    nilai strike, dip dan rake. Kecuali untuk data tanggal 15/9/2007 dimana USGS

    tidak mengeluarkan data hasil mekanisme fokalnya, tetapi untuk data dari Harvard

    tetap memiliki hasil yang hampir sama dengan analisa penulis. Hasil

    perbandingan parameter yang didapat adalah nilai strike antara 305-308, dipantara 5-30 dan rake/slip antara 90-123. Untuk lebih jelas perbandingannya

    dapat dilihat pada table berikut ini.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    47/69

    1)Gempabumi utama tanggal 12/9/2007 dengan origin time11:10:23 GMT

    Strike Dip Rake Strike Dip Rake

    Analisa 334 10 122 121 82 85

    USGS 327 12 114 123 79 85Harvard

    NP 1

    327 12 114

    NP 2

    123 79 85

    2)Gempabumi susulan tanggal 12/9/2007 dengan origin time 23:49:04 GMT

    Strike Dip Rake Strike Dip Rake

    Analisa 326 12 108 127 78 86

    USGS 315 15 90 135 75 90

    Harvard

    NP 1

    319 19 105

    NP 2

    123 71 85

    3)Gempabumi susulan tanggal 13/9/2007 dengan origin time 16:08:53 GMT

    Strike Dip Rake Strike Dip Rake

    Analisa 334 16 117 127 76 83

    USGS 305 25 90 125 65 90

    Harvard

    NP 1

    323 27 108

    NP 2

    123 64 81

    4)Gempabumi susulan tanggal 14/9/2007 dengan origin time 06:01:31 GMT

    Strike Dip Rake Strike Dip Rake

    Analisa 318 10 113 115 80 86USGS 305 5 90 125 85 90

    Harvard

    NP 1

    327 19 114

    NP 2

    122 73 82

    5)Gempabumi susulan tanggal 15/9/2007 dengan origin time 14:45:29 GMT

    Strike Dip Rake Strike Dip Rake

    Analisa 321 15 105 126 76 86

    USGS - - - - - -

    Harvard

    NP 1

    316 30 99

    NP 2

    125 60 85

    6)Gempabumi susulan tanggal 19/9/2007 dengan origin time 07:27:53 GMT

    Strike Dip Rake Strike Dip Rake

    Analisa 338 16 123 125 77 81

    USGS 352 29 129 129 68 71

    Harvard

    NP 1

    327 26 107

    NP 2

    128 65 82

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    48/69

    BAB V

    PENUTUP

    5 KESIMPULAN

    Dari hasil analisa solusi mekanisme pusat gempabumi di dapat kesimpulan

    sebagai berikut:

    Penentuan mekanisme pusat gempabumi Bengkulu tanggal 12 September

    2007 jenis sesar atau patahannya adalah Thrust Fault.

    Parameter bidang sesar yang ditimbulkan oleh sumber gempa utamaBengkulu pada tanggal 12 September 2007:

    Nodal Plane 1: Strike 334 Dip 10 Rake 122

    Nodal Plane 2: Strike 121 Dip 82 Rake 85

    Nodal plane yang dipilih adalah nodal plane 1 karena memiliki posisi

    nodal plane yang sesuai dengan tipe pergerakan lempeng di daerah

    setempat dan dipilih dip yang kecil.

    Sesuai dengan hasil pengeplotan data gempa utama dan susulan di dapat

    bahwa, gempabumi Bengkulu terletak pada daerah subduksi di sebelah

    barat daya Bengkulu dan patahannya bergerak ke barat laut sesuai dengan

    pergerakan lempeng Indo-Australia. Dengan jenis patahan gempabumi

    susulan yang sama dengan gempa utama yaitu thrust fault.

    Berdasarkan hasil perbandingan parameter bidang sesar antara analisa

    penulis dengan hasil dari Harvard dan USGS, didapatkan hasil parameter

    yang saling mendekati dengan nilai strike antara 305-308, dip antara

    5-30 dan rake/slip antara 90-123.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    49/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    50/69

    DAFTAR ACUAN

    [1] Bullen, K. E. (1965) and B. Bolt (1988).An Introduction to the Theory of

    Seismology, Fourth Edition, Cambridge University Press, Cambridge,

    New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney

    [2] Honda. (1957). The Mechanism of The Earthquakes, Sci. Report, Tohoku

    Earthquake mechanism and seismic waves, Geophysical Institude, Faculty

    of Science, Tokyo University

    [3] Karyadi,Arief.(2002).Penentuan Pola Sesar Gempabumi Bengkulu 4

    Juni 2000. Tugas akhir,DIII,Akademi Meteorologi dan Geofisika.

    Jakarta

    [4] Meilano, Irwan. (2007), Kenapa Gempa 7.9 SR Tidak Memunculkan

    Tsunami Dahsyat?. Universitas Nagoya. Jepang

    [5] Pusat Gempa Nasional. (2007),Buletin Meteorologi dan Geofisika,

    September 2007. BMG. Jakarta

    [6] Rasmid. (2006), Identifikasi Mekanisme Sumber Gempabumi di

    Selatan Pulau Jawa. Skripsi,S1,Universitas indonesia. Jakarta

    [7] Suetsugu, Daisuke. (1998).Source Mechanism Practice, EarthquakeInformation Division, IISE. Jepang

    [8] Wessel Paul., And Smith., Walter.,H.,F.(2004),The Generic Mapping

    Tools GMT version 4.2 Technical Reference and CookBook.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    51/69

    DAFTAR PUSTAKA

    Ibrahim, Gunawan, Dan Subardjo, Pengetahuan Seismologi,Badan Meteorologi

    Dan Geofisika.

    Lay, Thorne and Wallace, Terry C, 1995, Modern Global Seismology, London:

    Academic Press United.

    Santoso, Djoko, 2002, Pengantar Teknik Geofisika, Bandung: ITB.

    S. Stein and M. Wysession,1999 An Introduction to Seismology, Earthquakes,

    and Earth Structure, America:American geophisical union

    Suhardjono, Dan Pribadi,Sugeng, 2006, Karya tulis, Pemanfaatan Informasi

    Gempabumi Dalam Kaitan Dengan Penanggulangan Bencana, Studi

    kasus gempa Yogyakarta 27 mei 2006.

    Sulaiman, Ismail, 1989, Pendahuluan Seismologi I, Jakarta: Badan Diklat

    Meteorologi dan Geofisika.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    52/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    53/69

    Lampiran 1

    Table 1. Stasiun pencatat gempa utama Bengkulu.

    Tanggal 12-09-2007, Origin time 11:10:23 GMT dan Magnitudo 7.9 SR

    Stasiun Arah Awal Glb. P Take off Angle Azimuth

    PPI 1.00 65.72 347.06

    SMKI 1.00 52.85 74.81

    SWJI 1.00 59.70 105.82

    KLI 1.00 66.42 89.53

    SBJI 1.00 65.54 104.58

    PPBI 1.00 65.10 60.19

    TNG 1.00 65.18 103.87

    SKJI 1.00 65.03 112.47

    DBJI 1.00 65.00 107.44

    LEM 1.00 64.07 107.51

    JCJI 1.00 63.55 105.29

    CLJI 1.00 62.46 110.70

    BSI 1.00 58.26 329.32

    KMMI 1.00 57.56 100.31

    BBKI 1.00 56.57 84.43

    KMBO -1.00 23.99 271.11

    MALT 1.00 21.50 312.64LBTB -1.00 20.75 245.55

    SUR -1.00 19.64 238.13

    WRAB 1.00 32.01 117.87

    CTAO 1.00 29.51 113.17

    GUMO 1.00 29.34 66.38

    LSZ -1.00 21.44 255.60

    MBWA 1.00 18.57 291.96

    NWAO -1.00 33.32 154.00

    TATO 1.00 31.97 32.42ULN 1.00 27.53 4.77

    KSM 1.00 59.45 54.75

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    54/69

    Table 2. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu.

    Tanggal 12-09-2007, Origin time 23:49:04 GMT dan Magnitudo 7.7 SR

    Stasiun Arah Awal Glb. P Take off Angle Azimuth

    TNG 1.00 74.43 119.59

    SKJI 1.00 73.75 125.25

    DBJI 1.00 73.89 121.69

    LEM 1.00 72.36 120.26

    JCJI 1.00 71.55 117.76

    KSM 1.00 68.79 68.87

    PBKI 1.00 67.81 91.27

    SWJI 1.00 65.96 114.63BBKI 1.00 62.66 94.09

    SMKI 1.00 58.60 83.45

    MBWA 1.00 21.04 291.79

    TATO 1.00 35.70 35.91

    WRAB 1.00 34.80 119.95

    CTAO 1.00 31.92 114.79

    MALT 1.00 24.38 312.41

    KMBO -1.00 26.80 270.01

    NWAO -1.00 35.70 153.96

    LSZ -1.00 23.69 254.84

    SUR -1.00 21.43 237.72

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    55/69

    Table 3. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu.

    Tanggal 13-09-2007, Origin time 16:08:53 GMT dan Magnitudo 5.7 SR

    Stasiun Arah Awal Glb. P Take off Angle Azimuth

    PPI 1.00 81.82 343.55

    TNG 1.00 77.03 116.86

    JCJI 1.00 74.01 115.27

    KSM 1.00 69.79 61.59

    PBKI 1.00 69.58 86.10

    SWJI 1.00 68.24 112.54

    BBKI 1.00 64.62 90.38

    SMKI 1.00 60.12 79.66MBWA 1.00 20.52 291.80

    TATO 1.00 35.66 33.69

    WRAB 1.00 35.13 119.52

    CTAO 1.00 32.35 114.36

    MALT 1.00 23.91 312.33

    KMBO -1.00 26.41 270.43

    NWAO -1.00 36.24 154.80

    LSZ -1.00 23.46 255.17

    SUR -1.00 21.26 237.91

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    56/69

    Table 4. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu.

    Tanggal 14-09-2007, Origin time 06:01:31 GMT dan Magnitudo 6.9 SR

    Stasiun Arah Awal Glb. P Take off Angle Azimuth

    KSI 1.00 78.61 54.33

    PPI 1.00 72.78 350.10

    KLI 1.00 73.31 92.80

    PMBI 1.00 73.01 64.30

    RGRI 1.00 72.58 15.62

    SBJI 1.00 71.86 106.06

    PPBI 1.00 71.37 63.48TNG 1.00 71.25 105.25

    SKJI 1.00 71.01 113.33

    DBJI 1.00 70.98 108.58

    LEM 1.00 69.82 108.50

    JCJI 1.00 68.94 106.29

    KSM 1.00 64.03 56.48

    PBKI 1.00 64.44 79.75

    SWJI 1.00 64.05 106.49

    BBKI 1.00 60.33 85.41

    SMKI 1.00 56.07 75.75

    MBWA 1.00 19.54 291.97

    TATO 1.00 33.66 32.93

    WRAB 1.00 33.60 117.97

    CTAO 1.00 30.95 113.27

    MALT 1.00 22.65 312.67

    KMBO -1.00 25.28 271.04

    NWAO -1.00 34.95 153.77

    LSZ -1.00 22.55 255.54

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    57/69

    Table 5. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu.

    Tanggal 15-09-2007, Origin time 14:45:29 GMT dan Magnitudo 5.9 SR

    Stasiun Arah Awal Glb. P Take off Angle Azimuth

    PPI 1.00 72.13 346.85

    KLI 1.00 69.81 114.65

    SBJI 1.00 68.21 120.56

    JCJI 1.00 65.55 116.81

    KSM 1.00 62.81 64.08

    PBKI 1.00 62.43 88.16

    BBKI 1.00 58.46 91.88

    MBWA 1.00 19.36 291.78

    TATO 1.00 33.29 34.33

    WRAB 1.00 32.68 119.79

    CTAO 1.00 30.11 114.58

    MALT 1.00 22.53 312.32

    KMBO -1.00 24.81 270.27

    NWAO -1.00 33.61 154.68

    LSZ -1.00 22.02 255.06

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    58/69

    Table 6. Stasiun pencatat gempa susulan Bengkulu.Tanggal 19-09-2007, Origin time 07:27:53 GMT dan Magnitudo 6.4 SR

    Stasiun Arah Awal Glb. P Take off Angle Azimuth

    BSI 1.00 65.71 326.88

    KMMI 1.00 60.91 107.45

    PPI 1.00 76.60 350.42

    SBJI 1.00 71.35 120.19

    BBKI 1.00 60.38 92.10

    SUR -1.00 20.51 237.83

    CTAO 1.00 30.87 114.57

    GUMO 1.00 31.05 68.23

    MBWA 1.00 19.92 291.79

    NWAO -1.00 34.49 154.49

    TATO 1.00 34.19 34.61

    ULN 1.00 29.68 5.39

    KSM 1.00 65.25 64.81

    WRAB 1.00 33.54 119.75

    KMBO -1.00 25.52 270.25

    MALT 1.00 23.16 312.35

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    59/69

    Table 7. Stasiun pencatat gempa di Indonesia tahun 2007

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    60/69

    Lampiran 2

    SOP FOCAL MECHANISM

    1. Ambil Data Polaritas gelombang P pada setiap event gempa yang terekam

    dari GFZ.

    Buka notepad untuk membuat file data. Kemudian ketik:

    Latitude Longitude Depth Jumlah Stasiun (cukup nilainya saja). Misal;

    -6.68 105.12 48.0 21

    Tuliskan Nama Stasiun dan polaritas gelombang P yang tercatat pada

    event gempa yang dimaksud; Polaritas gelombang P dapat berbentuk

    kompresi (1) / Dilatasi (-1)

    Save Nama File.Dat (Contoh : Ciamis.Dat)

    2. Buka Program AZMTAK.exe

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    61/69

    Masukkan Nama Input File.Dat (Contoh : Ciamis.Dat)

    Masukkan Nama Stasiun (Contoh : Jogja.Sta)

    Ketik Nama file Output; File.Out (Contoh : Ciamis.Out)

    ENTER

    3. Buka Program PINV.exe

    Masukkan Nama file output yang diinginkan; File .Out (Contoh :

    Ciamis.Out)

    ENTER

    Keluaran dari program PINV.EXE akan menghasilkan bidang bola yang

    terdapat kumpulan polaritas awal gelombang P. Selanjutnya kita tentukan

    2 (dua) buah bidang nodal yang memisahkan antara bidang kompresi

    dengan bidang dilatasi. Penentuan bidang nodal yang tepat dapat

    ditentukan dengan melihat nilai data inkonsisten (inconsistency data) yang

    mendekati 0 (nol).

    HASIL OTOMATIS FOCAL MECHANISM

    Menyimpan dalam format pdf (membuat focal mechanism secara manual)

    4. Buka Program PMAN.exe

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    62/69

    Tentukan bidang nodal pada bola fokus yang terbentuk secara manual

    dengan cara memisahkan polaritas awal gelompang P

    EXIT

    5. Buka Command Prompt

    Masuk Ke Directori C

    Ketik CD Focal

    Ketik Set Gdev = Ps

    Ketik Pman

    Masukkan Input Polarity Data File Name (Contoh : Ciamis.Out)

    Kemudian Buat Focalnya

    Exit

    6. BUKA G.PS

    Kemudian Close

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    63/69

    7. Buka G.PDF

    Secara Otomatis Hasil focal mechanism akan keluar DI G.PDF

    KEMUDIAN RENAME DENGAN NAMA FILENYA

    8. Langkah terakhir, lakukan analisis jenis sesar pada event gempa tersebut.

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    64/69

    Lampiran 3

    Seismogram untuk gempa utama Bengkulu 120907, magnitude 7.9 SR

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    65/69

    Seismogram untuk gempa susulan Bengkulu 130907, magnitude 5.7 SR

    Seismogram untuk gempa susulan Bengkulu 140907, magnitude 6.9 SR

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    66/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    67/69

    Seismogram untuk gempa susulan Bengkulu 150907, magnitude 5.9 SR

    Seismogram untuk gempa susulan Bengkulu 190907, magnitude 6.4 SR

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    68/69

  • 7/24/2019 TA Dwi Karyadi P

    69/69

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama Lengkap : Dwi Karyadi Priyanto

    Tempat/Tanggal Lahir : Ambon, 01 Desember 1986

    Alamat : Jl. Raya Tuban Komplek Meteo Timur No 7

    Tuban Badung Bali 80361

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. SD Negeri No 6 Tuban, Bali, dari tahun 1993 1999;

    2. SLTP Negeri 1 Kuta, Bali, dari tahun 1999 2002;

    3 SMU N i 4 D B li d i h 2002 2005