tatacara pernikahan adat jawa
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
1/8
Tatacara Pernikahan Adat Jawa
Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon
pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang
yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orangyang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum
pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga
mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah
melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka
diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini
diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka
yang akan diperjodohkan telah mengirimkan
penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan
diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom
sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka
sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka
diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh
si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Namun di masa sekarang, kebanyakan calon
pengantin sudah saling mengenal pasangannya
sendiri tanpa dijodohkan oleh orang tua.
Lamaran
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datangmelamar pada hari yang telah ditetapkan. Mereka
membawa oleh-oleh yang telah diletakan dan dibawa
oleh dua orang pria. Makanan yang dibawa biasanya
terbuat dari beras ketan seperti jadah, wajik,
rengginang, pisang raja, gula, teh, lauk-pauk dan
masih banyak lagi. Makanan dari ketan mengandung
makna agar kelak kedua mempelai tetap rukun, kekal
dan pliket (lengket) satu sama lain, serta hubungan
kedua besan juga tetap akrab.
Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem
pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan
hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijabpernikahan.
Jika lamaran diterima, maka pihak orangtua calon
mempelai wanita mengirimkan utusan untuk
memberikan jawaban atas lamaran dari pihak calon
mempelai pria. Setelah ada kesepakatan waktu dari
kedua belah pihak, utusan tersebut datang dan
memberikan jawaban bahwa lamaran si pria diterima.
Utusan tersebut membawa oleh-oleh sebagai balasan
untuk mempererat persaudaraan. Setelah lamaran
diterima, kedua belah pihak sama-sama
merundingkan hari, tanggal dan waktu dilaksanakan
peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih
melestarikan sistem pemilihan hari pasaran
pancawara dalam menentukan hari baik untukupacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset
(Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti
pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara
penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua
pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin
putri. Menurut tradisi peningset (srah srah an) terdiri
dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan
emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan)
disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang
berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja
satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang
dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk
menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending
Nala Ganjur . Biasanya penentuan hari baik
pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak
setelah upacara peningsetan.
Upacara Tarub
Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daunkelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan
dipasang di sisi tratag serta ditempelkan pada pintu
gerbang tempat resepsi. Perlengkapan utama yang
dibutuhkan dalam tarub adalah tuwuhan (hiasan dari
dua pohon pisang yang sedang berbuah, kelapa
gading, untaian padi, tebu wulung, daun beringin, dan
daun dadap srep. Setelah selesai, dilanjutkan dengan
pemasangan bleketepe yang terbuat dari anyaman
daun kelapa untuk menutupi rumah yang ada
tutup keyongnya(rumah berbentuk limasan/runcing
dengan lubang berbentuk segitiga di bawahnya).
Penasangan bleketepe bertujuan untuk menolakbala. Tak lupa sajen tarub yang dimakan bersama
setelah pemasangan tarub, tuwuhan dan bleketepe
selesai. Menurut tradisi jawa, pemasangan tarub
beserta tuwuhan dan bleketepe dilaksanakan
berdasarkan perhitungan waktu, hari dan tanggal
yang cermat. Pelaksanaannya biasanya bersamaan
dengan berlangsungnya upacara siraman, hanya
waktunya saja yang berbeda. Misalnya, jika pasang
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
2/8
tarub dilakukan pukul 09.00, upacara siraman
dilakukan pukul 16.00.
Upacara Nyantri
Dahulu, diadakan pula upacara nyantri yangdilakukan 1-3 hari sebelum acara ijab. Calon
mempelai pria diserahkan kepada orangtua calon
mempelai wanita. Kemudian calon mempelai pria
dititipkandi rumah salah satusaudaraatau tetangga
keluarga calon mempelai wanita. Nyantri dilakukan
untuk menghindari terjadinya pindah wutah atau
calon mempelai pria tidak datang pada hari
pernikahan.
Upacara Siraman
Upacara siraman dilaksanakan satu hari sebelumupacara ijab. Kata siraman mengandung arti
memandikan calon pengantin yang disertai
denganniat membersihkan diriagar menjadi bersih
dan suci lahir dan batin. Jika dahulu upacara siraman
dilakukan pagi hari sekitar pukul 10.00, sekarang ini
upacara tersebut dilakukan sore sekitar pukul 16.00.
Tujuannya supaya bisa langsung dilanjutkan dengan
upacara midodareni.
ubo rampe
Kembang setaman secukupnya
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badanyang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada
sabutnya
Kendi atai klenting
Tikar ukuran meter persegi
Mori putih meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap
srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang
ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun
berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih
lorek hitam), 1 helai letrek ( kain kuning), 1 helai
jinggo (kain merah)
Sampo dari londo merang ( a ir dari merang yang
dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian
saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram
air, air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain
nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1
helai kain sidomukti atau kain sidoasih
Sabun dan handuk
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah
dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang disimbulkan dalam :
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7
macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi
bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep1 ekor ayam jantan
Upacara Ngerik
Upacara ngerik yaitu menghilangkan wulu kalong
(bulu-bulu halus) yang tumbuh di sekitar dahi agar
tampak bersih dan wajahnya bercahaya. Upacara ini
bertujuan agar calon pengantin sungguh-sungguh
bersih lahir dan batin, serta sebagai simbol
membuang sebel (sial).
Upacara Midodareni
Upacara midodareni dilaksanakan pada sore hari
menjelang akad sekitar pukul 18.00 sampai pukul
24.00 usai siraman dan ngerik. Calon pengantin putri
tidak diperkenankan tidur dan keluar dari kamar
pengantin. Calon pengantin mengadakan tirakatan,
didampingi orangtua dan para sesepuh. Tirakatan
bertujuan agar calon pengantin berlaku prihatin dan
berlatihmengendalikan diri, diiringi permohonan
kepada Tuhan agar melimpahkan anuerah-Nya,
sambil menunggu turunnya Sang Bidadari yang
cantik dan tinggal di kahyangan, tepat pukul 24.00.
Upacara Ijab
Keesokan harinya baru dilakukan upacara ijab atau
akad nikah. Dengan dilaksanakannya ijab, maka
kedua mempelai resmi menjadi suami istri.
Upacara Panggih
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
3/8
Upacara panggih merupakan puncak dari rangkaian
upacara adat perkawinan. Rangkaian acara yang ada
dalam upacara panggih meliputi penyerahan sanggan
yang lazim disebut tebusan, keluarnya mempelai
wanita dari kamar pengantin yang didahului
kembar mayang, lempar sirih atau balang-balangan suruh, wijikan dan memecah telur.
Kemudian kedua pengantin berjalan bergandengan
kelingking menuju pelaminan, Kacar-kucur
atautampa kaya, Dhahar klimah, penjemputan
orangtua mempelai pria atau besan, dan terakhir
dilakukan sungkeman.
1. Penyerahan Sanggan Tukar Kembang Mayang :
Sebelum Upacara Panggih, mempelai wanita sudah
duduk di pelaminan bersama kedua orang tuanya.
Kemudian mempelai pria menyerahkan Sanggan dan
Cikal kepada ibu dan ayah mempelai wanita, sertamenukar kembang mayang.
2. Urutan Iring-Iringan Rombongan Pengantin Pria :
Seorang ibu yang membawa sanggan yang berupa
pisang ayu dan sirih ayu sebagai simbol ungkapan
Sediyo Rahayu. Maksudnya, agar dalam berumah
tangga keduanya diberkati dengan kesejahteraan yang
lestari.
Pembawa dua batang cikal (pohon kelapa
muda yang baru tumbuh)
Pembawa Kembang Mayang.
Keluarga sekandung dan keluarga serta
kerabat dekat pengantin pria.
4. Bucalan Gantal
Ada empat buah gantal tersedia, masing-masing
pengantin mendapat dua gantal, yaitu Gantal
Gondang Asih dan Gantal Gondang Telur. Makna
yang terkandung didalamnya adalah bahwa dalam
kedua mempelai, lahir batin, telah menyatukan tekad
dan rasa yang utuh untuk menghadapi suka-duka
maupun getir-pahitnya kehidupan berumah tangga.
Pengantin wanita mengarahkan ke kaki pria sebagai
lambang tunduk kepada sang suami, sementarapengantin pria mengarahkan ke jantung pengantin
puteri sebagai lambang kasih sayang. Mereka
berusaha saling melempar terlebih dahulu,
maksudnya adalah bahwa diantara mereka saling
berlomba memberikan jiwa-raga.
Sesudah saling melempar gantal keduanya
memasukkan kepalanya ke pasangan kepala sapi atau
garu (alat pembajak sawah). Mepelai pria disebelah
kanan dan mempelai puteri disebelah kiri,
bermaksud kedua mempelai sudah siap mengarungi
bahtera kehidupan.
5. Ngidak Tigan
Ngidak Tigan, Wiji Dadi. Pengantin pria berdiridengan kaki diposisikan menginjak telor yang ditaruh
di atas baki (nampan), sementara pengantin wanita
jongkok di depannya. lambang kedua pengantin akan
memasuki kehidupan baru dan juga sebagai simbol
pemecahan selaput dara pengantin puteri oleh
pengantin pria. Karena saat menginjak telor itu
pengantin pria berucap Ambedaning korining
kasuwargan. (Surakarta) .
Kalau di Yogyakarta telor tidak ditaruh di bawah
kemudian diinjak, tapi ditempatkan disebuah
nampan. Juru rias mengusapkan telor ke dahi
pengantin pria maupun wanita, baru setelah itu
dipecahkan sebagai tanda bahwa pengantin priasudah terbuka nalarnya, dan simbol tersambungnya
kasih sayang. Bahkan sebagian masyarakat ada yang
melanjutkan dengan meminimumkan air kendi
sebagai lambang, bahwa setelah terbukanya nalar,
pengantin diharapkan mampu berfikir lebih hening
dan tenang dalam menghadapi masalah.
6. Wijik Sekar Setaman
Pasangan berdampingan, pengantin putri di sebelah
kiri dan pria sebelah kanan. Ibu pengantin putri
mengenakan dan memegangi sindur dari belakang,
sementara ayahnya berada di depan pengantin
berjalan di depan pengantin pelan-pelan. Dengan
mengalungkan kain sindur di pundak kedua
mempelai, adalah sebagai simbol menyatukan
keduanya menjadi satu. Kedua kelingking sepasang
mempelai itu saling bergandengan, sementara tangan
mereka yang lain memegang bahu ayah pengantin
puteri.
Secara bahasa jawa, sindur bisa berarti Isin
Mundur (malu untuk mundur). Maksudnya, walau
badai kehidupan yang harus mereka hadapi sangat
berat, kedua mempelai harus bersikap malu untuk
mundur kalau sangat berat. Selain itu, Kemul Sindur
memiliki makna yang cukup dalam, selain itu jugamempelai menyatu lahir batin dalam satu tujuan
hidup. Ibu yang berada dibelakang merestui pasangan
itu, Tut Wuri Handayani, sementara sang Ayah
berada di depan sebagai teladan Ing Ngarso Sun
Tulodo.
7. Pangkon Timbang
Acara Timbang Pangkon (Jogja) yaitu sebagai
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
4/8
lambang bahwa kedua orang tua puteri tidak
membeda-bedakan antara anak sendiri dan menantu,
dalam upacara ini pula diadakan Upacara Nimbang,
yaitu ayah pengantin puteri duduk di pelaminan
dengan posisi lutut tegak siku-siku, pengantin pria
kemudian duduk di paha kaki kanan ayah mertuanya,
sementara pengantin puteri duduk di paha kaki kiriayahnya. Ibu pengantin puteri berdiri di depannya,
lalu bertanya,
Pak, timbangane abot endi?
Podo abote, Bu kata sang suami.
8. Tanem Jero
Ayah pengantin puteri yang sudah berdiri di hadapan
kedua mempelai lalu didampingi oleh Trinya
mendudukan sepasang pengantin di pelaminan
(dengan gerakan menekan pundak sambil berucap :
Slamet yo podo singh rukun!
Upacara sejenak itu disebut tanem jero atau nandur
(menanam), ini sebagai simbol bahwa kedua orangtuacalon mempelai wanita telah mendudukkan mereka
di tempat yang selayaknya.
9. Kacar-Kucur
Upacara ini merupakan lambang bahwa suami yang
bertugas mencari nafkah untuk keluarganya,
menyerahkan hasil jerih payahnya pada istrinya.
Pengantin pria berdiri di depan pengantin puteri
dalam posisi agak menunduk lalu lalu mengucurkan
bungkusan Kacar-Kucur itu ke dalam bentangan sapu
tangan Tulak di atas pangkuan pengantin puteri.
Kemudian setelah itu dibungkus oleh sang istri dan
diserahkan kepada ibundanya ditemani oleh sang
suami. Bersamaan saat penyerahan itu, pihak MC
yang bertindak mewakili pengantin puteri
mengucapkan Bu..kami titipkan penghasilan kami
dari sang suami, kami mohon petunjuk bagaimana
langkah yang harus kami lakukan selanjutnya.
10. Dahar Klimah
Acara ini memiliki kandungan makna bahwa kedua
mempelai agar bias hidup rukun, saling mengisi, dan
tolong-menolong, dan dapat menyatukan keduanya
dalam suka maupun duka. Pengantin pria membuatkepalan dari nasi punar/banding lalu disuapkan
kepada istrinya, begitu juga sebaliknya istrinya
menyuapi suaminya, keduanya melakukannya
sebanyak tiga kali.
11. Ngunjuk Rujak Degan
Acara selanjutnya adalah ngunjuk rujak degan, yamg
mempunyai makna sikap puas Ayah maupun Ibu
pengantin puteri atas pesta perkawinan itu. Diawali
dengan oleh Ayah pengantin puteri. Ibu pengantin
puteri bertanya, Rasane kepiye, Pak? sang ayah
pun langsung menjawab, Wah seger sumyah, mugo-
mugo sumrambah menyang wong sak omah.
Setelah itu Ibu pengantin putripun ikut minum rujak
degan itu, disusul kemudian pengantin pria danputeri.
Dalam acara ini panitia harus memprsiapkan
12. Tilik Pitik
Saat itu kedua pengantin pria datang, tapi belum
masuk ruangan. Kedua orang tua pengantin puteri
turun dari pelaminan untuk menjemput kedua orang
tua pengantin pria memasuki rumah/tempat pesta
dengan posisi kedua ibu mempelai berada di depan,
sementara kedua ayah mereka dibelakangnya.
Maksud besan ini untuk tilik / menengok putranya
yang tengah menikah dan sekaligus untuk merestui
acara ini, selain itu juga bertujuan untuk mempereratpersaudaraan di antara kedua keluarga besar itu.
13. Sungkeman
Upacara ini dilakukan sebagai wujud bahwa kedua
mempelai akan patuh dan berbakti kepada kedua
orang tua mereka. Sebelum melakukan sungkem
pengntin pria melepas selopnya. Sungkeman dimulai
pengantin putri kepada Ayah Ibu Eyang (kalau masih
ada baik dari ayah maupun ibunya) Ayah mertua, dan
Ibu mertua, Eyang (pihak pengantin pria kalau masih
ada) disusul oleh pengantin pria.
Pada saat itu bisa dipersiapkan acara hiburan berupa
musik, tarian tradisional atau sajian lagu-lagu.
Dalam acara ini panitia harus mempersiapkan :
14. Kirab
Acara ini sekaligus menendai berakhirnya acara
panggih yang merupakan puncak acara perkawinan
Tradisional jawa. Diawali dengan kehadiran cucuk
lampah, senopati kembar, patah sakembaran, putri
domas, manggoluyodo yang berjalan berurutan
menuju ke pelaminan, dan kedua mempelai diikuti
oleh kedua pengantin putrid dan pria langsung
mengikuti rombongan ini menuju ruang ganti
pakaian.
MITONI
Tentang Mitoni
Sesuai dengan adat istiadat Jawa, untuk calon ibu yg
sedang mengandung anak pertama dan usia
kehamilan memasuki bulan ke 7, dilaksanakan
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
5/8
upacara nujuh bulanan (mitoni) sebagai upacara
syukuran agar janin yg sedang dikandung senantiasa
memperoleh keselamatan.
Adapun bagian dari upacara mitoni ini terdiri dari :
-Sungkeman
Yaitu calon ibu & ayah sungkem kepada ke 2 orang
tua, memohon doa restu kiranya kehamilan ini bisa
berjalan dengan lancar sampai dengan persalinan
nantinya.
-Siraman (mandi kembang dari 7 mata air yg berbeda
)
Mempunyai makna pernyataan tanda pembersihan
diri, baik fisik maupun jiwa calon ibu sehingga kelak
melahirkan anak tidak mempunyai beban moral
sehingga proses kelahirannya menjadi lancar. 7 orangwakil keluarga yg dituakan dipilih untuk melakukan
siraman. Bagi yg menyiram akan diberikan souvenir
cantik berisi 7 macam pernak-pernik yg dikemas
cantik. Isinya (biasanya) berupa: pensil, handuk, sisir,
benang, sermin, jarum, dan sabun.
-Memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain
Upacara memasukkan telor ayam kampung ke dalam
kain (sarung) si calon ibu oleh calon ayah dari atas
perut lalu telur dilepas, sebagai simbol harapan agar
bayi lahir dengan mudah tanpa aral melintang. Juga
mempunyai makna kalau telur pecah artinya bayinya
kelak perempuan, dan kalau telurnya tidak pecah
artinya kelak bayinya laki2.
-Upacara brojolan
Yaitu memasukkan sepasang cengkir (kelapa muda)
yang telah digambari Kamajaya dan Dewi Ratih
(Secara simbolis gambar Kamajaya dan Dewi Ratih,
tokoh ideal orang Jawa, melambangkan kalau si bayi
lahir akan elok rupawan dan memiliki sifat-sifat luhur
seperti tokoh yang digambarkan tersebut) ke dalam
sarung dari atas perut calon ibu ke bawah, yang
dilakukan oleh nenek calon bayi (ibunda calon ibu)dan diterima oleh Mama mertua. Makna simbolis dari
upacara ini adalah agar kelak bayi lahir dengan
mudah tanpa kesulitan. Kedua kelapa itu lalu
digendong ibunda calon ibu dengan kain layaknya
menggendong bayi.
Lalu calon ayah mengambil salah satu kelapa yg
digendong ibunda calon ibu tanpa boleh melihat, jika
yg diambil kelapa bergambar Dewi Ratih kelak
anaknya perempuan dan kalau yg diambil bergambar
Kamajaya kelak anaknya laki2. Lalu kelapa ini
dibelah oleh calon ayah, cara membelah nya juga
menunjukkan jenis kelamin calon bayi. Jika
membelahnya tidak tepat di tengah, makamenunjukkan berjenis kelamin perempuan.
-Upacara memutus lilitan janur/lawe yang
dilingkarkan di perut calon ibu.
Lilitan ini harus diputus oleh calon ayah dengan
maksud memutuskan segala bencana yang
menghadang kelahiran bayi sehingga kelahiran
berjalan dengan lancar.
-Upacara ganti busana dengan 7 buah motif kain
yang berbeda.
Dengan harapan agar kelak si bayi juga memiliki
kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang
kain2 tersebut. Tiap tamu akan ditanya oleh ibu
pemandu upacara apa calon ibu sudah cocok
memakai kain tersebut, dan serempak para tamu akan
menjawab Beluuuuuuumm..sampai dengan kain ke
7, baru Sudah panteeeeesss....... Nanti nya dengan
kain ke 7 yg sudah pantas itu, calon ibu didandani
oleh perias untuk mengenakan kebaya dan motif yg
terbaik lengkap dengan riasan yg cantik juga, untuk
selanjutnya akan berjualan rujak bersama suami.
Motif kain tersebut adalah:
- sidomukti (melambangkan kebahagiaan),
- sidoluhur (melambangkan kemuliaan),
- truntum (melambangkan agar nilai-nilai kebaikan
selalu dipegang teguh),
- parangkusuma (melambangkan perjuangan untuk
tetap hidup),
- semen rama (melambangkan agar cinta kedua
orangtua yang sebentar lagi menjadi bapak-ibu tetap
bertahan selma-lamanya/tidak terceraikan),
- udan riris (melambangkan harapan agar kehadiran
dalam masyarakat anak yang akan lahir selalu
menyenangkan),- cakar ayam (melambangkan agar anak yang akan
lahir kelak dapat mandiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya).
- Kain terakhir yang tercocok adalah kain dari bahan
lurik bermotif lasem dengan kemben motif dringin.
-Rujakan
Terakhir adalah rujakan, di mana rasa rujak yg dibuat
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
6/8
oleh calon ibu, juga menentukan jenis kelamin bayi
yg akan dilahirkan. Jika rujaknya pedas,
mengindikasikan si bayi berjenis kelamin perempuan.
Lalu para tamu diperkenankan membeli rujak dengan
uang kreweng dari tanah liat.
Sejarah Mitoni
Upacara Tingkeban adalah satu dari bermacam-
macam tradisi upacara masyarakat Jawa, khususnya
masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Upacara
yang diadakan untuk memperingati tujuh bulan usia
kandungan ini hanya - dilakukan bagi wanita yang
baru pertama kali mengalami kehamilan.
Dalam tradisi masyarakat Yogyakarta - baik dari
golongan rakyat biasa maupun golongan bangsawan
(priyayi) yang hidup di lingkungan kraton - upacara
ini merupakan upacara terpenting diantara upacara-
upacara tradisional yang lain. Jika upacara ini
diabaikan, masyarakat Jawa - khususnya masyarakatdi Yogyakarta - percaya bahwa hal tersebut akan
mengakibatkan gangguan terhadap keselamatan ibu
dan bayi yang dikandungnya. Disamping itu, banyak
orang beranggapan bahwa melahirkan anak tanpa
sebelumnya - mengadakan upacara Tingkeban ini
disebut ngebokake anak: menyamakan anak tersebut
dengan seekor kerbau. Hal ini telah banyak
dilukiskan oleh Clifford Geertz dalam bukunya yang
berjudul The Religion of Java (20, 45). Oleh karena
itu, masyarakat diharuskan mengadakan upacara
Tingkeban walaupun dengan acara sederhana.
Sejarah atau asal usul terjadinya upacara Tingkeban
di dalam masyarakat Jawa - khususnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta - akan diuraikan sebagai
berikut:
Pada jaman kerajaan Kediri diperintah oleh Raja
Jayabaya, ada seorang wanita yang bernama Niken
Satingkeb. Ia menikah dengan seorang punggawa
kerajaan yang bernama Sadiyo. Dari perkawinan ini,
lahirlah sembilan orang anak. Akan tetapi, nasib
malang menimpa mereka, karena dari kesembilan
anak tersebut tak ada seorangpun yang berumur
panjang.
Sadiyo dan Niken satingkeb tidak putus asa dalam
berusaha dan selalu berdoa agar mempunyai anak
lagi yang kelak tidak bernasib malang seperti anak-
anak mereka sebelumnya. Segala petuah dan
petunjuk dari siapa saja selalu mereka perhatikan,
tetapi tidak ada juga tanda-tanda bahwa istrinya
mengandung. Maka, pergilah suami istri tersebut
menghadap raja untuk mengadukan kepedihan
hatinya dan mohon petunjuk sarana apakah yang
harus mereka lakukan agar dianugerahi seorang anak
lagi yang tidak mengalami nasib seperti anak-
anaknya terdahulu.
Sang raja yang arif bijaksana itu terharu mendengarpengaduan Nyai Niken Satingkeb dan suaminya.
Maka, beliau memberikan petunjuk agar Nyai
satingkeb - pada setiap hari Tumbak (Rabu) dan
Budha (Sabtu) - harus mandi dengan air suci dengan
gayung berupa tempurung kepala yang disebut
bathok disertai dengan membaca doa seperti berikut:
Hong Hyang Hanging Amarta, Martini Sarwa
Huma, humaningsun ia wasesaningsun, ingsun pudyo
sampurno dadyo manungso.
Setelah mandi, ia memakai pakaian yang serba
bersih. Kemudian dijatuhkan dua butir kelapa gadingmelalui jarak antara perut dan pakaian. Kelapa
gading tersebut digambari Sang Hyang Wisnu dan
Dewi Sri atau Arjuna dan Sumbadara. Maksudnya
adalah agar jika kelak anaknya lahir, ia mempunyai
paras elok atau cantik seperti yang dimaksud dalam
gambar itu. Selanjutnya, wanita yang hamil itu harus
melilitkan daun tebu wulung pada perutnya yang
kemudian dipotong dengan keris.
Segala petuah dan anjuran sang raja itu dijalankannya
dengan cermat, dan ternyata segala yang mereka
minta dikabulkan. Semenjak itu, upacara ini
diwariskan turun-temurun dan menjadi tradisi wajib
bagi masyarakat Jawa.
tata Cara Mitoni
Mitoni atau selamatan tujuh bulanan, dilakukan
setelah kehamilan seorang ibu genap usia 7 bulan
atau lebih. Dilaksanakan tidak boleh kurang dari 7
bulan, sekalipun kurang sehari. Belum ada neptu atau
weton (hari masehi + hari Jawa) yang dijadikan
patokan pelaksnaan, yang penting ambil hari selasa
atau sabtu. Tujuan mitoni atau tingkeban agar supaya
ibu dan janin selalu dijaga dalam kesejahteraan dan
keselamatan (wilujeng, santosa, jatmika, rahayu).
PERSYARATAN :
1. Bubur 7 macam :
Kombinasi 7 macam; (1) bubur merah (2) bubur
putih (3) merah ditumpangi putih, (4) putih
ditumpangi merah, (5) putih disilang merah, (6)
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
7/8
merah disilang putih, (7) baro-baro (bubur putih
diatasnya dikasih parutan kelapa dan sisiran gula
jawa).
Bubur putih dimakan oleh sang Ayah. Bubur merah
dimakan sang Ibu. Bubur yang lain dimakan
sekeluarga.
bubur7rupa
Bahan;
Bubur putih gurih (dimasak pake santen) dan bubur
merah (dimasak pake gula jawa);
Bubur ditaruh di piring kecil-kecil;
2. Gudangan Mateng (sayurnya direbus) :
Bahan ; Sayur 7 macam; harus ada kangkung dan
kacang. Kangkung dan kacang panjang jangan
dipotong-potong, dibiarkan panjang saja. Semua
sayuran direbus.
Bumbu gudangannya pedas.
3. Nasi Megono ; Nasi dicampur bumbu gudangan
pedes lalu dikukus.
4. Jajan Pasar ; biasanya berisi 7 macam makanan
jajanan pasar tradisional.
5. Rujak ; bumbunya pedas dengan 7 macam buah-
buahan.
6. Ampyang ; ampyang kacang, ampyang wijen dll (7
macam ampyang). Apabila kesulitan mendapatkan 7
macam ampyang, boleh sedapatnya saja.
7. Aneka Ragam Kolo ;
Kolo kependem (kacang tanah, singkong, talas), kolo
gumantung (pepaya), kolo merambat (ubi/ketela
rambat); kacang tanah, singkong, talas, ketela,pepaya. direbus kecuali pepaya. Pepaya yang sudah
masak. Masing-masing jenis kolo tidak harus semua,
tetapi bisa dipilih salah satu saja. Misalnya kolo
kependhem; ambil saja salah satu misalnya kacang
tanah. Jika kesulitn mencari kolo yang lain; yang
penting ada dua macam kolo ; yakni cangelo; kacang
tanah + ketela (ubi jalar).
8. Ketan ; dikukus lalu dibikin bulatan sebesar bola
bekel (diameter 3-4 cm); warna putih, merah, hijau,
coklat, kuning.
9. Tumpeng nasi putih; kira-kira cukup untuk makan
7 atau 11, atau 17 orang.
10. Telur ; telur ayam 7 butir.
11. Pisang ; pisang raja dan pisang raja pulut masing-
masing satu lirang/sisir.
12. Tumpeng tujuh macam warna; tumpeng dibuat
kecil-kecil dengan warna yang berbeda-beda. Bahan
nasi biasa yang diwarnai.
TATA CARA
Tumpeng ditaruh di atas kalo (saringan santan yang
baru). Bawahnya tumpeng dialasi daun pisang. Dibawah kalo dialasi cobek agar kalo tidak ngglimpang.
Sisa potongan daun pisang diletakkan di antara cobek
dan pantat kalo.
Sayur 7 macam direbus diletakkan mengelilingi
tumpeng, letakkan bumbu gudangannya melingkari
tumpeng juga. Telur ayam (boleh ayam kampung
atau ayam petelur) jumlahnya 7 butir, direbus lalu
dikupas, diletakkan mengelilingi tumpeng. Masing-
masing telur boleh di belah jadi dua. Pucuk tumpeng
dikasih sate yang berisi ; cabe merah, bawang merah,
telur utuh dikupas kulitnya, cabe merah besar,
tancapkan vertikal. (urutan ini dari bawah ke atas;
lihat gambar).
Tusuk satenya dari bambu, posisi berdiri di atas
pucuk tumpeng; urutan dari bawah; cabe merah besar
posisi horisontal, bawang merah dikupas, telur kupas
utuh, bawang merah lagi, paling atas cabe merah
besar posisi vertikal.
Pisang, jajan pasar, 7 macam kolo, dan 7 macam
ampyang ditata dalam satu wadah tersendiri,
namanya tambir atau tampah tanpa bingkai yg lebar.
Tambirnya juga yg baru, jangan bekas. Tampah
pantatnya rata datar, sedangkan tambir pantatnya
sedikit agak cembung.
Tumpeng tujuh macam warna ukuran mini, ditaruh
mengelilingi tumpeng besar. Boleh diletakkan di atas
sayuran yang mengelilingi tumpeng besar.
-
7/24/2019 Tatacara Pernikahan Adat Jawa
8/8
Setelah ubo rampe semua selesai disiapkan, maka
dimulailah berdoa. Doa boleh dengan tata cara atau
agama masing-masing. Inilah fleksibilitas dan
toleransi dalam ajaran Jawa.
Berikut ini contoh doa menurut tradisi Jawa;
Diucapkan oleh orang tua jabang bayi (ayah dan ibu);
Niat ingsun nylameti jabang bayi, supaya kalis ing
rubeda, nir ing sambikala, saka kersaning Gusti
Allah. Dadiyo bocah kang bisa mikul dhuwur
mendhem jero wong tuwa, migunani marang sesama,
ambeg utama, yen lanang kadya Raden Komajaya,
yen wadon kadya Dewi Komaratih..kabeh saka
kersaning Gusti Allah.
Apabila orang tua beragama Islam, setelah doa secara
tradisi, lalu bacakan surat Maryam atau surat Yusuf.
Pilih di antara keduanya sesuai keinginan hati nurani.Jika feeling anda ingin membaca surat Maryam,
biasanya jabang bayi lahir perempuan. Bila yang
dibaca surat Yusuf, biasanya jabang bayi lahir laki-
laki.
Dalam tradisi Jawa, yang membuat bumbu rujak
dilakukan oleh ibu jabang bayi. Jika bumbunya
rasanya asin, biasanya jabang bayi lahir perempuan.
Bila tidak kasinen (kebanyakan garam), biasanya
lahir laki-laki.
Akan tetapi karna teknologi medis sudah sedemikian
canggih, sampai ditemukan USG empat dimensi,jenis kelamin bayi sudah dapat diketahui lebih dini.
Acara mitoni atau tingkeban yang kami paparkan di
atas adalah tatacara sederhana. Akan tetapi bukan
berarti tidak absah, hanya tidak lengkap saja.
Sedangkan tatacara yang lengkap yang biasanya
masih dilakukan di kraton-kraton dan masyarakat
Jawa yang masih kuat memegang tradisi. Rangkaian
acara untuk upacara mitoni secara lengkap urut-
urutannya yaitu;
Siraman, memasukkan telor ayam kampung di dalam
kain calon ibu dilakukan oleh calon bapak, ganti bajutujuh kali, brojolan (memasukkan kelapa gading
muda), memutus benang lawe atau lilitan benang
(atau janur), memecah wajan dan gayung, mencuri
telor dan terakhir kendhuri.