tathwirul afkar edisi juni 2014

40
1

Upload: nu-sudan

Post on 22-Jun-2015

179 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Idealisme adalah sebuah keharusan dalam menjalani kehidupan di dunia. Tetapi terkadang orang tidak mau menerima bahkan tidak kenal dengan apa idealisme itu. Lalu bagaimana jika hal tersebut ada dalam diri para pemimpin kita ?

TRANSCRIPT

Page 1: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

1

Page 2: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

2

Tathwirul Afkar Edisi Juni 2014

Ideal adalah segala sesuatu yang

sesuai dengan apa yang telah

dicita-citakan atau dikehendaki.

Laporan Utama 4

Opini 7 Artikel 9

Catatan Kaki 11

Essay 11

Catatan Pimred 18

Review 20

Referensi 23

TOKOH 24

Galeri 35

Investigasi 36

Susunan Redaksi 39

Oase 27

Cerpen

• Benih Kerinduan 27

• Memo Hikmah 31

Puisi 33

Humor 34

Page 3: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

3

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta

alam. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepangkuan

Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan sahabatnya hingga hari akhir.

Salam hangat kami sampaikan kepada semua sobat TAF. Pada kesempatan

kali ini kami sedikit menyinggung tentang geliat pemilu yang sedang

berlangsung di Negara kita tercinta. Tapi ini bukan membahas tentang

pemilu, politik, koalisasi, atau apalah istilah-istilah mereka. Kami hanya

ingin tahu sedikit lebih dalam tentang essensial seorang pemimpin. Yang

kata Cak Nun bahwa pemimpin -yang dalam redaksinya memakai istilah

raja atau ratu- secara formal itu tidak ada. Tapi kalau secara substansial

atau essensial maka semua orang adalah pemimpin.

Oleh karena itu dalam opini edisi kali ini disinggung bagaimana sikap kita

sebagai manusia. Apakah siap memimpin, walau untuk diri sendiri ?,

ataukah tidak siap dipimpin dengan alasan kurang berkualitasnya sang

pemimpin ?.

Apakah memang sekarang sudah waktunya para pemuda untuk unjuk gigi

sebagai pemimpin bangsa ?, sebagaimana essay yang ada di edisi ini ?.

Karna memang mereka mempunyai rekam jejak para pemimpin yang

mungkin bisa dibilang kurang memuaskan konsumen ?. Sehingga ingatan

itu mencengkeram jiwa untuk maju dengan kesadaran. Dan hal ini telah

terbukti dengan gaya tulisan cerita yang tertuang di artikel.

Tidak hanya keseriusan yang tertulis di edisi Juni ini. Tapi dalam kolom

oase terdapat cerpen-cerpen yang akan menghibur sobat semua. Dan juga

puisi yang indah.

Dan perlu sobat semua tahu bahwa saat ini hampir sebagian besar redak-

tur majalah TAF periode ini diisi oleh wajah-wajah baru, dan sebagian

lainya masih tetap mengoptimalkan kinerja para redaktur lama yang

sedikit lebih mempunyai pengalaman. Yang tentunya masih banyak

kekurangan disana sini. oleh karena itu dengan lapang dada kami tunggu

saran dan kritik anda semua dalam kolom surat pembaca, demi perbaikan

majalah ini kedepan.//Red

Edisi Juni 2014

Page 4: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

4

I deal adalah segala

sesuatu yang sesuai

dengan apa yang telah dicita-citakan

atau dikehendaki. Adapun pemimpin

ideal adalah seorang pemimpin yang

dapat membawa suatu komunitas

masyarakat yang dia pimpin menuju

kepada kesejahteraan dan kerukunan

hidup antar sesama manusia , se-

hingga kinerja kepemimpinannya

sesuai dengan dambaan dan cita-cita

orang-orang yang berada di bawah

kepemimpinannya.

Sosok Pemimpin yang ideal

sangat erat kaitannya dengan figur

Rasulullah SAW. Beliau merupakan

pemimpin agama dan juga pemimpin

negara. Rasulullah SAW merupakan

suri tauladan bagi semua orang, tidak

hanya umat Islam saja tetapi juga

seluruh manusia di bumi ini karena

dalam diri beliau tersimpan suri tau-

ladan yang baik. Rasulullah SAW se-

bagai pemimpin umat telah memberi-

kan contoh keteladanan dalam mem-

bimbing umat ke jalan yang mense-

jahterakan umat secara lahir dan

bathin. Beliau tidak hanya memimpin

agama saja, tetapi beliau adalah sosok

yang patut diteladani dalam memim-

pin sebuah negara.

Sebagai pemimpin yang

ideal dan penuh dengan keteladanan,

Rasulullah telah dikaruniai 4 (empat)

sifat utama yaitu : Shiddiq, Tabligh,

Amanah, dan Fathonah. Keempat sifat

tersebut tentu menjadi dasar atau

kriteria seorang pemimpin yang ideal

sesuai dengan sifat Rasulullah SAW.

Pertama, Shiddiq artinya

jujur. Kejujuran adalah syarat mutlak

untuk menjadi seorang pemimpin.

Pemimpin yang jujur maka akan jauh

dari sifat dusta dalam kepemimpi-

nannya. Masyarakat akan selalu mem-

percayai setiap apa yang menjadi ke-

bijakan untuk mensejahterakan

rakyatnya. Pemimpin yang memiliki

sifat jujur juga akan lebih dicintai oleh

rakyatnya karena janji-janji yang diu-

capkannya pada saat kampaye tidak

sekedar “silat lidah” semata. Sebali-

knya seorang pemimpin yang dusta

dan hanya mengumbar janji demi

kekuasaan pasti akan dibenci oleh

rakyatnya. Kejujuran seorang pemim-

pin dapat dinilai dari perkataan dan

sikapnya.karena perkataan seorang

pemimpin merupakan cerminan dari

hatinya.

Kedua, Tabligh artinya men-

yampaikan atau komunikatif. Seorang

pemimpin harus mempunyai sifat

terbuka kepada seluruh masyarakat-

nya. Apa yang telah menjadi kebija-

kannya harus disampaikan kepada

rakyatnya. Selain itu, seorang pemim-

pin juga mempunyai kewajiban untuk

menyampaikan yang benar dan yang

salah agar masyarakatnya tidak terje-

rumus kedalam jurang kenistaan.

Sosok pemimpin yang mempunyai

sifat tabligh adalah mereka berani

menyatakan kebenaran meskipun

mempunyai resiko atau konsekuensi

yang berat. Seorang pemimpin juga

harus selalu menjalin komunikasi

yang harmonis dengan rakyatnya agar

Kriteria Pemimpin yang IdealKriteria Pemimpin yang IdealKriteria Pemimpin yang IdealKriteria Pemimpin yang Ideal

Page 5: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

5

tidak terjadi kesalahfahaman terha-

dap apa yang telah menjadi kebijakan

seorang pemimpin.

Ketiga, Amanah artinya

terpercaya. Amanah juga merupakan

sifat wajib yang harus dimiliki oleh

seorang pemimpin. Dengan memiliki

sifat amanah, maka pemimpin akan

senantiasa menjaga kepercayaan

masyarakat yang telah diserahkan

diatas pundaknya. Bangsa yang krisis

amanah dari seorang pemimpin akan

merasakan dampak korupsi yang

merajalela. Jabatan yang disan-

dangnya telah disalahgunakan, yaitu

dengan memanfaatkan jabatan terse-

but sebagai alat untuk menumpuk

kekayaan. Mereka tidak lain adalah

seorang perampok yang berdasi den-

gan cara menghianati kepercayaan

rakyatnya. Oleh karena itu pemimpin

yang amanah adalah pemimpin yang

bertanggung jawab, yaitu melaksana-

kan tugas dengan lebih berorientasi

kepada ketuntasan dan kesempur-

naan.

Keempat, Fathonah artinya

cerdas. Seorang pemimpin seyogy-

anya harus memiliki kecerdasaran di

atas rata-rata masyarakatnya. Hal ini

dimaksudkan agar pemimpin terse-

but memiliki rasa percaya diri untuk

memimpin rakyatnya. Kecerdasan

merupakan modal utama untuk men-

jadi seorang pemimpin. Karena hal

itu akan membantunya dalam meme-

cahkan persoalan yang dihadapi oleh

masyarakatnya. Kecerdasan atau

ilmu yang dimiliki oleh seorang

pemimpin itu ibarat bahan bakar

yang digunakan untuk menjalankan

roda kepemimpinannya.

Disamping memiliki keem-

pat sifat diatas, pemimpin juga harus

dapat menciptakan kerukunan dan

tengggang rasa antar masyarakat

apabila diantara mereka terjadi per-

bedaan agama sesuai dengan keyaki-

nan masing masing. Rasulullah telah

mencotohkan hal itu dengan suatu

konsep yang dinamakan masyarakat

madani, yaitu ketika beliau melaku-

kan perjanjian Madinah beserta umat

Islam dengan penduduk Madinah

yang beragama Yahudi dan beragama

Watsani dari kaum Aus dan Khazraj.

Perjanjian Madinah berisi kesepaka-

tan ketiga unsur masyarakat untuk

saling menolong, menciptakan ke-

damaian dalam kehidupan sosial,

menjadikan Al-Qur’an sebagai konsti-

tusi, menjadikan Rasullullah SAW

sebagai pemimpin dengan ketaatan

penuh terhadap keputusan-

keputusannya, dan memberikan kebe-

basan bagi penduduknya untuk me-

meluk agama serta beribadah sesuai

dengan ajaran agama yang dianutnya.

Latar Belakang Seorang Pemimpin

Saat ini hampir seluruh Ne-

gara di dunia menjalankan system

demokrasi dalam penataan pemerin-

tahnya yang menyebabkan lahirnya

beberapa partai politik. Setiap partai

berlomba lomba untuk mengajukan

calon pemimpin dengan segudang

visa dan misi, akan tetapi latar be-

lakang seorang calon pemimpin itu

lebih penting dari pada melihat dari

partai mana dia maju sebagai kandi-

dat pemimpin. Pak Habibie pernah

mengemukakakan pendapatnya ten-

tang pemilihan presiden di Indonesia

bahwa dia sangat setuju adanya presi-

den independen, yaitu presiden yang

tak diusung partai politik. Siapapun

yang memenuhi syarat yang layak

untuk menjadi presiden, maka ia bo-

leh mencalonkan diri. Namun syarat

itu penting dan harus ada, DPR dan

DPD harus duduk bersama, menetap-

kan dan merumuskan syarat calon

Presiden RI.

Pemerintah dalam suatu

Negara perlu memaparkan dengan

gamblang tentang riwayat hidupnya

pemimpin yang secara keseluruhan

akan ‘membeberkan’ latar belakang

hidupnya. Pemimpin dengan latar

belakang hidup yang baik akan ber-

Page 6: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

6

dampak positif bagi kinerja ke-

pemimpinannya begitu pula sebali-

knya. Pengetahuan teantang Riwayat

hidup dan track record seorang

pemimpin sangat penting untuk men-

getahui tolak tolak ukur kepribad-

iannya dan bagaimana cara dia

memimpin Negara.

Akan tetapi sangat disayan-

gakan apabila para pemimpin yang

diangkat dari kalangan elit dan me-

nengah keatas dan banyak media

masa yang terlalu memblow up ke-

hidupan mewahnya akan tetapi

mengesampingkan perjalanan hidup-

nya di masa lampau. Dengan bermo-

dalkan kekayaan tinggi mereka

mampu membayar media massa den-

gan harga yang jauh di

atas rata rata untuk

pencitraan namanya

dan menghilangkan

track record yang bu-

ruk . Akibatnya

masyarakat banyak

yang tertipu dengan

pencitraan pemimpin

mereka dari berita

berita yang ditulis

dalam surat kabar atau

ditayangkan dalam

televisi.

Oleh karena itu

kiranya perlu pembela-

jaran terhadap masyarakat

tentang pentingnya mengetahui ciri

ciri dan kepribadian seorang pemim-

pin yang ideal, sehingga pada waktu

pemilihan mereka tidak hanya asal

milih karena kurang tahu bagaimana

sosok calon-calon pemimpin atau

terpengaruh oleh janji-janji calon

pemimpin melalui kampanye yang dia

lakukan. Banyak masyarakat di pede-

saan yang masih belum mengetahui

profil para calon pemimpin dalam

pemilihan karena minimnya infor-

masi seluk beluk mereka yang diter-

ima oleh masyarakat desa. Hal ini juga

berakibat merebaknya money politik

yang menitik beratkan obyeknya pada

masyarakat awam.

Dampak Pemimpin yang Ideal

Ada beberapa contoh dam-

pak positif bagi kesejahteraan Negara

yang dipimpin oleh pemimpin ideal,

Diantaranya adalah penumpasan bu-

daya korupsi yang telah merajalela.

China dibawah Zhu Rongji (1997-

2002) mulai aktif dalam pemberanta-

san korupsi. Ketika dilantik menjadi

perdana menteri, dia lantang menga-

takan "berikan kepada saya seratus

peti mati, Sembilan puluh Sembilan

untuk koruptor, satu untuk saya jika

saya melakukan hal yang sama". Aki-

bat reformasi yang dijalankannya,

banyak investasi yang masuk ke China

dan melesatnya pereko-

nomian China hingga

sekarang.

Selain penum-

pasan korupsi, pemipin

yang bijaksana juga

memahami bagaimana

kondisi masyarakat

dan apa yang menjadi

kebutuhannya, baik

kaum elit maupun

kaum menengah ke-

bawah. Sehingga dapat

tercipta keharmonisan

hidup diantara mereka.

Salah satu contoh

adalah kisah Gubernur

Amru bin Ash yang memerintahkan

untuk membongkar gubuk kecil milik

kakek yahudi tua karena tanahnya

akan dijadikan sebagai masjid. Lalu

kakek itu mengadu kepada Umar bin

Khatab, kemudian diberikan

kepadanya sebuah tulang busuk yang

digores dengan pedangnya untuk

diserahkan kepada Amru bin Ash.

Setelah menerima tulang itu beliau

kaget dan gemetar, lalu memerin-

tahkan untuk membongkar bangunan

masjid. Kakek pun bertanya apa

Berlanjut ke halaman 08.

"berikan kepada

saya seratus peti

mati, Sembilan

puluh Sembilan

untuk koruptor,

satu untuk saya

jika saya mela-

kukan hal yang

sama".

Page 7: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

7

Dalam kehidupan, keadaan

bisa berbolak-balik. Adakalanya di

atas sebagai pemimpin dan di bawah

sebagai yang dipimpin. Dari roda

perputaran tersebut ada sesuatu

yang sedikit menarik untuk kita te-

laah. Dimana ketika yang terbiasa di

atas, apakah mampu untuk tunduk di

bawah ?. Sebaliknya apakah kita yang

terbiasa di bawah, mampu untuk

unjuk gigi di atas ?.

Manusia yang dalam al

Quran dikatakan sebagai kholifah,

berdiri di atas semua makhluk yang

ada. Hingga malaikat pun DISURUH

untuk sujud (penghormatan), kepada

Nabi Adam AS. Tetapi satu makhluk

yang sudah nyaman di atas sangat

tidak berkenan meletakkan kepala

sebagai simbol kebesarannya, di

bawah -sebagai penghormatan- mak-

hluk yang baru saja diciptakan.

“Aku terbuat dari api se-

dang dia terbuat dari tanah. Bagai-

mana bisa aku engkau suruh sujud

(penghormatan) kepadanya wahai

Tuhan ?”. Sebuah keangkuhan yang

digambarkan oleh sikap iblis, yang

mungkin sekarang sudah banyak

ditiru oleh manusia. Tidak hanya

sebatas sikap angkuh, tetapi segala

cara untuk menggulingkan mereka

yang di atasnya juga telah digambar-

kan oleh Iblis dengan merayu Nabi

Adam untuk memakan buah yang

jelas dilarang oleh Tuhan untuk

mendekati pohonnya. Hingga

akhirnya dia diturunkan ke bumi.

James Yee, seorang perwira

yang lahir dari keturunan China,

tetapi berkebangsaan asli Amerika.

Menjadi seorang ulama kemiliteran di

Angkatan Darat Amerika Serikat.

Dibesarkan oleh keluarga yang hanya

mempunyai usaha laundry. Tetapi

tidak mengurangi sedikitpun niat

dalam menempuh segala sesuatu

yang telah menjadi mimpinya.

Lahir dan dibesarkan di

keluarga Kristen Protestan, yang ke-

mudian menjadi muslim pada tanggal

9 April 1991. Dari lembaran baru

inilah dia bertekad untuk bisa men-

jadi pemimpin ulama di kemiliteran

Amerika. Sampai pada umurnya yang

ke-26, dia berangkat ke Damaskus

Suriah, untuk mengambil kuliah

agama di Universitas Abu Noor, men-

gikuti pendidikan yang khusus untuk

menjadikan seorang pemimpin

agama.

Yang pada akhirnya dia

mendapatkan tugas menjadi ulama

militer di batalion Fort Lewis, Wash-

ington. Proses yang dia lakukan tidak

mudah. Setelah mendapat transkip

nilai dari Universitas Abu Noor, dia

harus kembali masuk dan mengikuti

pendidikan dasar keagamaan yang

mayoritas diikuti oleh mereka yang

memeluk agama Kristen. Hal tersebut

dikarenakan Departemen Pertahanan

Page 8: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

8

tidak menerima transkip nilai mili-

knya.

Sekarang yang sangat ban-

yak dibicarakan adalah mereka yang

memimpin. Apakah pemimpin itu ?,

bagaimana mencari pemimpin yang

ideal ?, siapa dan di mana ?. Tetapi

yang jarang sekali dipertanyakan atau

mungkin hampir kita lupakan adalah

kriteria menjadi seseorang yang

dipimpin. Apakah tugas yang

dipimpin itu hanya mengkritik

pemimpin yang ada ?, kemudian men-

cari penggantinya yang nanti juga

akan mendapat cercaan lagi ?. Atau

lebih parah lagi dengan selalu men-

cari kesalahan pemimpin ?.

Sangat sedikit kesadaran

yang kita miliki untuk menjadi bawa-

han yang bisa membantu atasan

dalam mewujudkan keidealisannya.

Kalau kita tidak bisa menerima ketika

menjadi seseorang yang harus

dipimpin sedang yang memimpin

adalah beda kwalitas dari beberapa

aspek saja dengan kita. Maka apa

bedanya kita dengan iblis yang

merasa lebih kuat karna dia dicipta-

kan dari api, hingga dia sangat ang-

kuh untuk menjadi seorang baha-

wan ?.

Dan sifat yang tidak kalah

pentingnya bagi kita yang dipimpin

adalah berbaik sangka dengan

mereka yang memimpin. Sehingga

nantinya, sosok seperti James Yee

yang sudah mendekati sempurna

tidak dipenjara hanya karna kecuri-

gaan. Sosok yang menapaki setiap

dekade kehidupannya dengan sung-

guh-sungguh. Tidak memandang ras,

suku, dan kepercayaan ketika menjadi

pemuka agama di kehidupan militer.

Akhirnya dalam beberapa dekade

akhir kehidupannya dia merasakan

pahitnya penjara Guantanamo

(penjara khusus teroris), hanya karna

kecurigaan yang dipimpin.

Dan yang terakhir adalah

bisa menghargai apa yang telah diper-

buat oleh mereka yang mengatur kita.

Terkadang kita juga hanya meman-

dang sebelah mata, dimana ketika

membutuhkan sesuatu untuk me-

menuhi kebutuhan, dan hal itu ada

hubungannya dengan pimpinan. Maka

mau tidak mau semua kebutuhan itu

harus ada di depan mata kita. Padahal

jumlah yang dipimpin dan yang

memimpin, lebih banyak mereka yang

dipimpin. Tinggal kita benar-benar

mau bekerja sama dengan pemimpin

atau cuma bisa menjadi benalu dan

selamanya menebar penyakit ?.//azim

makna tulang yang digores dengan

pedang itu, lalu Amru bin Ash berkata

bahwa tulang nan busuk itu adalah

peringatan bahwa berapa pun ting-

ginya kekuasaan seseorang, ia akan

menjadi tulang yang busuk. Sedang-

kah huruf alif yang digores, itu artinya

kita harus adil baik ke atas maupun ke

bawah. Lurus seperti huruf alif.

Masih banyak contoh-contoh

dari dampak kepemimpinan yang

ideal, dan yang paling penting adalah

terciptanya keharmonisan antara

pemimpin dan rakyat sehingga dapat

bermuamalah dengan baik. Pemimpin

dapat mengetahui apa yang menjadi

keluh kesah rakyat, begitu pula rakyat

tiding sungakan untuk menegur

pemimpin apabila dia berbuat salah.

Hal ini dapat mengurangi tindak

kriminalitas dan kejahatan dari ber-

bagai macam oknum, sebab salah satu

penyebab timbulnya kriminalitas

adalah beberapa kebutuhan rakyat

yang kurang terpenuhi, terutama ke-

butuhan pokok. Oleh karena itu selain

memimpin rakyat, seorang pemimpin

selayaknya melakukan regenerasi

terhadapa para pemuda untuk men-

jadikan pengganti dia ketika sudah

turun dari jabatannya.//afrizal el

adzimi

Sambungan halaman 06.

Page 9: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

9

Di sini, bangunan di depan

sebuah ruang yang tiap bulannya

rajin membayar bulanan sekolah,

saya menghadapi dua bentang

kenyataan. Di satu sisi saya

menyaksikan film yang

menanyangkan gaya merokok

beberapa orang religi dengan kasta

menengah ke atas. Dan di sisi lain

saya melihat gaya itu juga di film

yang diperankan orang religi dengan

kasta atas. Seketika itu saya juga

menyaksikan diri saya, menyaksikan

bagaimana adegan dua tersebut

lanjut hingga masa sekarang. Tragis!

Realita itu menyeret saya

pada lapis-lapis kenyataan yang lain.

Setelah beberapa tahun tidur dan

ditimang dalam kedamaian yang tak

terhingga. Tetapi timangan itu

membuat sadar akan mana yang

benar dan salah di masa mendatang.

Hingga jangan salahkan kalau anak

polos itu berteriak ketika dewasa.

Sayang, yang dulunya menimang,

sekarang di masa besar telah menjadi

menimbang dan memutuskan

(pemimpin). Tanpa melihat diri

untuk sekedar merapikan baju

supaya necis ketika mau menimbang

dan memutuskan.

Beberapa hari saya

berusaha tak mengingat drama

kolosial itu. Namun, semakin saya

berusaha melupakannya, semakin

kuat pula ingatan itu mencengkeram

kesadaran. Kesadaran bahwa drama

itu realita yang ada dan sebuah tabu

ketika saya bercerita tentangnya. Tapi

semakin saya tak ingin bercerita,

semakin kuat pula hati ini

memberontak kepada otak untuk

berfikir. Akhirnya otak tak kuat

terhadap gemboran itu, hingga

keluarlah asumsi positif. Sayangnya,

drama diputar kembali dan berkali-

kali hingga diri ini jatuh dan jatuh ke

dalam kesadaran yang mendalam

akan sebuah kata “yang salah” dan

“yang benar”.

Hari selanjutnya saya ingat

akan diri ini pada masa lampau.

Ketika menjadi aktor dalam salah satu

drama kehidupan. Tapi kali ini bukan

gaya merokok atau bangunan di

depan ruangan. Yang saya hadapi

adalah aktor ternama dalam dunia

“ini”. Sudah bertahun-tahun dan

tentunya sangat mahir dalam

melakoni aktingnya. Sebut saja si A,

dia duduk di belakang meja dengan

papan nama yang sangat mengerikan

bagi rakyat. Saya menjadi salah satu

rakyat yang sekarang butuh dengan

orang di belakang meja itu.

Mula-mula saya memandang

dalam angan dan berfikir “bisakah

aku melalui adegan ini ? atau malah

nanti ditendang oleh sutradara ?.

pasrah sajalah”. ACTION..!!!.

Oleh: Muhammad Ridlo

Page 10: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

10

Saya berjalan lunglai dengan

membawa kitab suci dunia “ini”,

berpikir semoga cepat selesai dan

mendapat upah. Tak sadar saya sudah

di depan bangunan setengah megah

bergerbang. Skenario mengharuskan

saya masuk dan tawajjuh dengan

orang yang di belakang meja tadi.

Perbincangan terjadi kurang lebih

lima menit. Dan hasilnya kurang

memuaskan.

Memang dari awal saya

tidak dikasih gambaran cerita dengan

jelas. Hanya dialog yang harus dibikin

sendiri supaya dapat upah. Taukah

kalian apa upah itu ?. KEBEBASAN.

Hasil itu membuat saya kembali ke

tempat semula. Dalam perjalanan

kembali, ternyata ada artis dadakan

yang menggantikan peran saya dan

dia bisa langsung dapat upah tanpa

ba.. bi.. bu.. Orang di belakang mejalah

yang bisa membuat hasil atau tidak.

Mau nyambung dengan akting kita

atau sok tidak tahu dan tidak peduli

hingga membuat hasil nihil untuk

saya. Dasar kolosial.

Semakin saya menoleh ke

gedung itu, semakin mencengkeram

kesadaran tentang seorang pemimpin

diberbagai bidangnya. Kalau bisa

rumit kenapa harus tidak submit

(berpenghasilan). Dan apakah dengan

semua yang saya saksikan dan

lakukan di film tersebut, membuat

saya akan mengikuti jejak mereka

sebagai pemimpin yang mereka

sering bilang “tuto wuriku, tak

kandani!” (ikutlah bersamaku, saya

kasih tahu!).

Tapi lagi-lagi kesadaran

yang membuat niat kuat untuk ikut

mereka sirna begitu saja. Entah karna

kesadaranku yang kuat atau penga-

ruh mereka yang kurang. Akhirnya

dengan lantang saya serukan SALAM

KESADARAN ! untukku dan mereka

Yth. Redaksi majalah TAF

(Tathwirul Afkar)

Majalah TAF (Tathwirul Afkar) sudah

bagus dan inovatif tetapi masih ada ke-

kurangan yang kami temukan dalam

bentuk majalah yang kurang menarik,

cetakan majalah yang hanya mengguna-

kan kertas dan plastik cover, tidak

adanya percetakan pribadi majalah TAF

(Tathwirul Afkar).

Dan alangkah lebih menarik,

majalah TAF (Tathwirul Afkar) dibuat

dengan tema semenarik mungkin yang

sedang booming dan sesuai dengan

keadaan di sini, lebih dihidupkan dengan

warna dan tetap istiqomah dalam pener-

bitan majalah sesuai deadline yang sudah

di tentukan dan lebih pentingnya lagi isi

majalah berbobot dan layoutnya bagus.

Sebelumnya beberapa teman telah men-

yampaikan beberapa kritikan ini kepada

redaksi majalah tetapi masih belum ada

tanggapan dan perubahan dari majalah

TAF(Tathwirul Afkar). Trims

Terima kasih kepada teman

yang sudah mengirim surat kepada

kami. Sebelumnya memang untuk ma-

salah cetakan TAF dibuat sesederhana

mungkin, karna selain jumlah cetak yang

relatif sedikit, juga pendanaan yang

sampai saat ini kami berusaha untuk

bisa mandiri.

Masalah isi dan tema yang

kami berikan mungkin selama ini me-

mang kurang menarik menurut sobat.

Dan tentunya kami akan berusaha se-

maksimal mungkin untuk bisa menjadi-

kan TAF yang lebih menarik dan berke-

san untuk semua. Oleh karna itu kami

meminta bantuan kepada semua sobat

TAF untuk bisa ikut nimbrung meramai-

kannya.

Kemudian masalah kritik yang

masuk kepada kami, bukan belum ada

tanggapan tetapi kami selalu membuat

perbaikan dari kritik yang ada. Dan

dengan adanya rubrik baru ini kami

sangat menghargai suara sobat-sobat

sekalian untuk kami. Karna kami ada

bukan untuk dilihat dan dikritik tetapi

dibaca, ditelaah, dikritik dan dibantu.

Terima kasih (Red)

Page 11: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

11

C atatan kaki adalah

essay, yang

prosaik.

Pada tahun – tahun itu

[selepas masa jatuhnya intervensi

dogma gereja terhadap ilmu pengeta-

huan], perkembangan invensi teori

ilmiah adalah suguhan hangat yang

diperbincangkan di hampir sudut

kota – kota eropa. Selalu ada topik

yang diperbincangkan – ketika ilmu-

wan Persia dijerat elusifistik untuk

mengekalkan keyakinan terhadap

teori metafisiknya. Bahkan tidak

jarang, berujung pada perdebatan

antar sekawanan penyemir sepatu di

pinggir jalanan dekat pastoran – pas-

toran tua.

Juga disini, Cambridge, di

abad akhir 19, koran – korannya rutin

menjejal pembacanya dengan artikel

– artikel serius berpasal apapun ten-

tang ilmu eksakta. Di trotoar di dekat

alun – alun kota, para lelaki dewasa

dan remaja mengantri untuk membeli

koran, sambil jadi pendengar debat

antar dua orang tentang Ehlers. Topic

Jurnal, poster yang bertebar memberi

kesan dalam bagi wanita – wanita

Quakers untuk sampai membahasnya

secara serius sambil memetik daun

teh. Pada tahun itu, ilmu fisik

“bangkit” dari mati suri melalui energi

artikel - artikel yang ditulis oleh para

patriaki, saintis, atau sekedar teorikus

seperti Arthur.

Sir Arthur Eddington, seorang

astronom dan guru besar muda di

Cambridge University (1913). Ia

seorang beragama yang taat. Salah satu

kutipan terkenalnya adalah, “Sir Isaac

Newton menerangkan segalanya ten-

tang gravitasi, dengan ruang yang seje-

las – jelasnya. Tetapi dia menyisakan

satu ruang, untuk tuhan, untuk kehen-

dak-NYA”. Seperti yang dikutip oleh

Ben Clausen dalam Men of Science and

of Faith in God, Sir Arthur Stanley Ed-

dington

Arthur astrofisikawan yang

teliti dan rapi dalam meletakan sebuah

teori, ia selalu menselaraskan rumus –

rumus fisikanya, dengan kebutuhan

sederhana bagi para mahasiswanya

untuk mampu memahaminya dengan

mudah.

Berbeda dengan Albert Ein-

stein, nama seorang revolusioner peng-

ganti teori gravitasi Newton yang dari

tadi memang penulis persiapkan untuk

disandingkan dengan Eddington. Ein-

stein adalah Vrejman. Sosok yang

dikekalkan sejarah ini, adalah seorang

yahudi yang tak kunjung menemukan

rumus keber-tuhan-annya. Ia seorang

Oleh: M. Tajul Mafachir

Page 12: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

12

Patriak Jerman yang sederhana. Na-

mun cukup megah kecintaannya ter-

hadap ilmu pengetahuan.

Sore itu, para patriak dan

saintis Cambridge mengadakan majlis

rutinan di pusat study dan observato-

rium. Dalam sela kesempatan, Arthur

mengutarakan ketertarikannya terha-

dap salah satu ilmuan Jerman: Ein-

stein. Mengenai makalahnya yang

berjudul, On the Electrodynamics of

Moving Bodies, tentang relativitas

Khusus. Padahal, di luar gedung itu,

jauh, ratusan tentara Britania Raya

dan ribuan pribumi Ypres mati sebab

gas beracun yang disebar oleh militer

Jerman.

Arthur tidak mendapat restu

para senior, juga ketertarikannya

terhadap ralativitas Einstein. Hubun-

gan antar kedua Negara: Jerman dan

Britania (Inggris) kritis, setelah di-

tabuhnya gendering perang dunia II.

Sore itu, setiba di rumah, Eddington

menyadari satu hal: ilmu pengeta-

huan adalah mutlak nisbi. Kecuali

dimutlakkan oleh kepentingan dan

“Idealisme” yang selalu menyandra

akal sehat aktivisnya. Persis, seperti

yang diamini oleh Mikhail Bakunin

(red, Bakunin), salah seorang tokoh

politik, dan pemikir anarkis terbaik

rusia dalam kutipannya yang terke-

nal: Idealism is the despot of thought,

just as politics is the despot of will.

Selamanya, ilmu pengeta-

huan –dari teori dan penerapannya,

memiliki keberpihakan dan

orientasi akal manusia terhadap

penyibakan misteri di balik materi

(A) berporos pada ihwal pertanyaan

yang didasari “iman”, faith question.

Dipahami dari universalitas ilmu se-

bagai bagian dari sunnatullah, god

will, ilmu tidak dapat disalahkan

karena kesalahpaham-an manusia

sebagai subjek lain.

Dalam satu riwayat, Einstein

pernah berkata: “Jika dikemudian

hari aku terbukti salah dalam menaf-

sir ulang teori Newton. Dan tuhan

berkata kepadaku: Berhentilah Ein-

stein, karena Newton lah yang benar !

maka aku cukup bilang pada tuhan,

dan memberi titik terang, bahwa kami

sepakat untuk berbeda.”

Pada titik ini, kita digiring

lari memahami sebuah pendekatan

dan konklusi bisa disepakati ramping,

atau ideal secara konvensional. Me-

lalui relativisme umum Einsten, en-

ergy sebenarnya bisa ditemukan den-

gan perkalian kecepatan (kg) dan

kecepatan cahaya (mc kuadrat). Titik

idealnya adalah, jika ada dua penga-

mat pada kerangka acuan lembam dan

pengamat lain bergerak dalam kece-

patan yang relative sama, maka kedua

pengamat tersebut batal untuk mela-

kukan percobaan bahwa keduanya

bergerak atau diam.

Eddington yang mencintai

ilmu sepenuh hati. Eddington yang

hari itu dibayangi oleh tuduhan men-

ghianati Negara, dengan melindungi

dan memperjuangkan pemikiran Ein-

stein. Di tengah kecamuk perang di

Ypres serta rumor bersatunya saintis

dan militer Jerman dalam satu gelang-

gang pencetus perangan dunia II dan

serangan gas beracun. Telah banyak

mempersempit peluang bagi Edding-

ton, untuk melakukan pembuktian

terhadap relativitas khusus Einstein

yang sejak awal ia duga akan meng-

gantikan teori gravitasi Newton.

Begitu juga dengan Einstein

di Jerman, yang menentang penyeran-

gan militer di Ypres. Membuat ia

dimuntahkan dari akses rutinitasnya

sebagai guru kehormatan di Berlin.

Sejenak Einstein pun dituduh anti-

Jerman oleh militant Negara. Einstein

yang malang. Ia teorikus yang berang,

mendapati bahwa instansi tempat ia

bekerja, memberi andil besar terha-

dap perkembangan senjata pemusnah

masal.

Di Cambridge, Eddington

bangkit, ia mencoba membangun cara

Page 13: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

13

diplomatik untuk mengikis phobia

terhadap saintis Jerman yang dikait-

kan dengan kepentingan militernya.

Ia bersungguh – sungguh menunju-

kan pada dunia, bahwa Ilmu pengeta-

huan sebagaimanapun disalahguna-

kan dan berdampak negative, adalah

tetap utuh sebagai sebuah usaha yang

layak mendapat representasi dari

apresiasi terhadap ke-beradab-an

ummat manusia.

Pun bagi Einstein, di Berlin.

Ketika Perang berkecamuk. Bagi seo-

rang Einsten yang memiliki komit-

men kuat terhadap keilmuan. Ia den-

gan gaya nyentiknya, ringan berkata:

di saat paceklik, dan pelik seperti

sekarang ini. Saya lebih mencintai

ilmu dua kali dibanding menghirau-

kan kebingungan, kebodohan, keta-

kutan, konsekwensi dan emosional

yang hanya saya butuhkan sekali.

Eddington dan Einstein,

adalah pelaku teori relativitas per-

tama, dalam kacamata subjek orang

ketiga. Eddington dan Einstein seba-

gai pengamat, keduanya dalam ker-

angka acuan lembam, terikat kece-

patan dan cahaya yang saling

mendekat, dari dua kutub markas

peradaban keilmuan yang berbeda:

Astronom – Fisikawan. Menemukan

sinergitas, dari keberhasilan dan ha-

sil negative dari kesamaan teori New-

ton sebelumnya tentang gravitasi.

Adalah “idealism” dari hasil cipta dua

pengamat yang saling mendekat,

pada satu ruang yang memiliki

“bentuk”, saling mendekat, dalam

satu perjalanan relativisme: tunas

dari perubahan ilmu pengetahuan

dunia –yang darinya astronomi tera-

pan, kosmologi, kosmogoni,

mekanika kuantum, mekanika sta-

tistika, maupun teori Hibble (1926).

Namun diantara keduanya, tidak

diperkanankan melakukan perco-

baan untuk menentukan apakah

keduanya bergerak atau diam –

apatis. Bagaimana dengan anda?

Khartoum, 22 May 2014

“pemimpin itu

seperti avatar

yang bisa

menguasai semua

elemen”

-Ishom Syahin-

“pemimpin itu

yang bisa jadi

teladan”

-Bodin Zainud-

din-

“pemimpin itu

harus siap

dipimpin

sebelum

memimpin”

-Fajar Agustan-

Page 14: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

14

KAMI TIM REDAKSI TAF

MENGUCAPKAN

SELAMAT DAN SUKSES

KEPADA KH. ZAINUL ALIM

(RAIS SYURIAH)

&

UST. MIFTAHUL MUNIF (KETUA TANFIDZIAH)

BESERTA JAJARAN PENGURUS

NAHDLATUl ULAMA

CABANG ISTIMEWA SUDAN

PERIODE 2014-2015

SEMOGA BISA MENGEMBAN

AMANAH DENGAN SEBAIK-BAIKNYA

Page 15: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

15

“S eribu orang tua hanya

dapat bermimpi, satu

orang pemuda dapat

merubah dunia.” Begi-

tulah kutipan Soekarno sebagai seo-

rang penyambung lidah masyarakat

Indonesia. Sejalan dengan pern-

yataan tersebut, tampaknya kita pun

percaya jika nasib bangsa ini yang

akan datang berada di pundak gen-

erasi muda. Mengapa demikian?

Karena tidak dipungkiri lagi jika ke-

kuatan suatu bangsa terletak pada

kegigihan para pemudanya dan ke-

hormatan bangsa di setiap masa ber-

gantung pada kapabilitas seorang

pemimpinnya.

Pemuda sebagai the next

pemimpin masa depan, mau tidak

mau harus memikirkan dirinya,

bahwa nanti dia akan menjadi sosok

pemimpin masa depan, menjadi seo-

rang pemuka di masa yang akan

datang ,masa penuh dengan tantan-

gan yang tidaklah mudah melaluinya.

Perlu diketahui bahwa ke-

pemimpinan itu bukan bawaan dari

lahir, maupun sesuatu yang datang

dengan sendirinya, tetapi diperlukan

persiapan yang amat sangat matang

dari dalam diri pribadi, karena hal

tersebut merupakan kemampuan

dari seseorang untuk mendorong,

menuntun, dan membimbing. Mung-

kin pernah suatu ketika kita duduk di

bangku SD mendengar istilah:

· Ing ngarsa sung tuladha, yang arti-

nya dari depan memberikan contoh

(teladan yang baik).

· Ing madya mangun karsa, artinya

dari tengah membangkitkan seman-

gat dan dukungan.

· Tut wuri handayani, artinya dari

belakang memberikan motivasi atau

dorongan.

Seorang pemimpin memang

hendaknya mereka yang memiliki

karakter yang kuat di lingkungannya.

Seseorang yang memiliki keunggulan

dibandingkan dengan yang lain. Dan

mampu memberikan persuasi dan

motivasi kepada banyak orang. Itulah

bagian dari karakteristik seorang

pemimpin. Dan yang paling penting

harus mampu membawa anggotanya

bersama-sama berusaha mencapai

tujuan yang telah ditentukan, menye-

lesaikan berbagai masalah, bersikap

tenang dan tidak gegabah dalam ber-

tindak, bijak dalam berpikir, adil

dalam berbuat dan berbagi, mengede-

pankan kepentingan bersama bukan

kepentingan dirinya sendiri.

Perlu ditekankan lagi bahwa

pemimpin ialah seseorang yang mem-

berikan teladan yang baik bagi

masyarakat dan lingkungan, hal inilah

yang seharusnya tertanam pada diri

Harapan Kaum Muda

Page 16: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

16

kaum muda.

Menjadi seorang pemimpin

akan dituntut pertanggungjawa-

bannya, tidak hanya secara horizontal

tapi juga vertical. Yaitu pertanggung-

jawaban kepada lingkungan yang

memberikan amanah dan keper-

cayaan kepada sang pemimpin, juga

pertanggungjawaban kepada Allah

Subhanahu wata’ala sebagai Dzat

yang menciptakan dan memberikan

kesempatan itu kepadanya.

Inilah beberapa harapan

yang pernah saya dengar dulu ten-

tang seorang pemimpin dimasa yang

akan datang, karena melihat kiprah

para pemimpin saat ini adalah orang-

orang yang pandai menjilat, karena

semakin pandai ia menjilat, akan se-

makin mendapat kedudukan. Orang

yang kurang pandai menjilat akan

sulit mendapat kedudukan. Itulah

yang banyak saya temui di waktu

lampau, dan semoga pemimpin di

masa yang akan datang adalah orang-

orang yang memiliki integritas tinggi,

dan berkualitas.//Nur Hasan

“Pemimpin

itu

tergabung

oleh tiga

selogan: ing

ngarso sing

tulodo, ing

madyo

mangun

karso, tut

wuri handayani”

-Shohibatun Ni’mah-

“Pemimpin

itu pokoknya

seperti

Kanjeng

Nabi”

-Siti Aisya-

“pemimpin

itu satu.

BIJAKSANA”

-Ikromah

Fathiyah-

“Pemimpin itu

seseorang

yang bijak,

jujur dan adil

seperti Aba-

hku”

-Choironi

Fauziyah-

“Kalau kita berpikir

formal, tak ada raja,

apalagi ratu. Tapi

kalau berpikir

substansial atau

essensial: kita-kita ini

adalah raja, adalah

ratu, juga adalah

buto.”

Cak Nun

Page 17: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

17

KAMI TIM REDAKSI TAF

MENGUCAPKAN

SELAMAT DAN SUKSES

KEPADA JUMAIDI NAGGA

&

BUDI SUTARDI

ATAS TERPILIHNYA MENJADI

KETUA DAN WAKIL

PPI SUDAN

PERIODE

2014-2015

SEMOGA BISA MENJADIKAN

PPI SUDAN LEBIH MAJU DAN

BERKUALITAS

Page 18: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

18

M e m b i c a r a k a n

sosok pemimpin

yang ideal untuk

masa depan. Perlu

kita ketahui bahwa sosok pemimpin itu,

harus bisa dijadikan contoh atau pato-

kan bagi yang dipimpinnya. Oleh

karenanya sosok pemimpin harus mem-

punyai tangung jawab dan jiwa sosial

yang peka terhadap semua permasala-

han.

Pentingnya sosok pemimpi-

nan untuk sebuah kelompok, adalah

suatu kebutuhan yang tidak bisa di-

pungkiri. Maka dari itu kita membu-

tuhkan pemimpin yang ideal, arif, dan

bijaksana. seperti sosok pemimpin umat

Islam yang terakhir yaitu baginda Nabi

Muhammad SAW. Yang mana sosok

beliau menjadi figur bagi umat islam

khususnya. Dan, beliau bukan hanya

menjadi sosok figur atau tokoh pemim-

pin umat islam akan tetapi beliau juga

seorang figur kepemimpinan dalam

bernegara.

Seperti pemaparan yang ada

didepan. Atau yang biasa kita kaetahui.

Sosok Nabi Muhammad SAW mempun-

yai sifat Siddiq, Amanah, Tabligh dan

Fatonah. Nah dari situ kita bisa men-

gambil pelajaran bagi kita, untuk men-

cari atau pandai dalam memilih seorang

pemimpin yang ideal bagi sebuah

kelompok tertentu. Demi kemajuan

suatu kelompok tersebut.

Seperti kisah Nabi Musa AS

dan Nabi Harun. Ketika Nabi Musa AS

meninggalkan umatnya dan tongkat

kepemimpinan diserahkan sementara

kepada Nabi Harun. Akan tetapi pada

kenyataanya Nabi Harun tidak bisa

memimpin umat Nabi Musa AS. Dan

pada akhirnya mereka kaum Nabi Musa

AS berpindah menyembah Pedet (Anak

Sapi).

Dari situ kita bisa mengambil

ibroh. Bahwa pemimpin itu sangat

penting sekali bagi setiap-setiap kelom-

pok. Pemimpin bukan hanya memimpin.

akan tetapi harus bisa mengatur kelom-

pok tersebut. Dan tidak mengatur saja,

bahkan harus bias menjadi suri tauladan

bagi yang dipimpin.

Terdapat juga TOKOH DUNIA

yang paling inspiratif. diantaranya yaitu

JOHN F KENNEDY adalah seorang tokoh

yang sangat populer di era Perang

Dunia. John juga menjadi panutan bagi

para pemimpin-pemimpin Amerika

Serikat waktu itu. John juga dikenal

sosok yang tegas, bijaksana dan pandai

mengunakan otaknya. NAPOLEON

BONAPARTE dikenal sebagai sosok pe-

nuh dengan keadilan, hanya bermodal-

kan semangat dan kepercayaan. Hinga

kini Napolean masih sangat dikenal

sebagai penahluk Perancis dan panutan

para pemimpin militer hingga kini.

Nah itu tadi adalah sebagian

contoh pemimpin dunia yang sangat

terkenal hingga kini. Namun masih ada

pemimpin satu lagi. Sosok pemimpin

yang hampir mirip mengikuti prilaku

Nabi Muhammad SAW. Yaitu MUHAM-

MAD AHMADINEJAD sosok presiden iran

yang ke 6 yang dikenal dengan keseder-

hanaanya. Pemimpin yang berkorban

hanya untuk rakyatnya tanpa

memikirkan kemewahan. Satu-satunya

presiden yang sangat merakyat di era

modern ini.

Dari semua penjelasan diatas

tadi, kita bias mengambil sebuah pela-

jaran. Bagaimana pentingnya seorang

pemimpin bagi setiap kelompok. Bukan

hanya pintar. Pintar saja belum cukup

menjadi patokan untuk memimpin se-

buah kelompok. Akan tetapi sosok

pemimpin juga butuh ketegasan,

merakyat, dan terlebih lagi jujur dapat

dipercaya. //M.Khoironi.H

Pentingnya seorang

pemimpin dalam sebuah

kelompok

Page 19: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

19

SEGENAP JAJARAN PENGURUS

NAHDLATUL ULAMA CABANG ISTIMEWA

SUDAN PERIODE 2014-2015

MENGUCAPKAN

SELAMAT DAN SUKSES

KEPADA

WARGA NAHDLIYIN

YANG TELAH DAN AKAN MELAKSANAKAN

UJIAN

DI UNIVERSITAS MASING-MASING

SEMOGA MENDAPAT HASIL YANG MEMUASKAN

Page 20: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

20

Oleh : Althof Madani Judul : Kidung Cinta dan Kearifan Penulis : K.H. Husein Muhammad Penerbit : Zawiya Tahun : 2014 Tebal : XXX + 240 h

M anusia dari sejak

terciptanya ia,

t e t a p l a h

manusia, tak

pernah berubah jadi malaikat atau

menjelma setan jahanam, tak ada

baginya kesempurnaan, sekali-kali

mengalir cela dan lupa. Sebutir

kesalahan atau kekeliruan dapat

dimafhumi keberadaannya atau tidak-

sebab ketidak sengajaan atau

ketidaktahuan seseorang atas sesuatu,

namun bagaimana jika suatu kesalahan

(bahkan kejahatan) lahir sebab

kesengajaan? Untuk mengetahuinya

kita sebagai manusia diberikan jalan

untuk mengatur dan menentukan hal-

hal semacam itu dengan cara

bersepakat tentang berbagai masalah

melalui: undang-undang, dalam

k o n t e k s k e n e g a r a a n d a n

kewarganegaraan misalnya, peraturan-

peraturan dalam komunitas atau

lembaga, tata tertib di sekolah atau

ruang-ruang publik, norma-norma

dalam kebudayaan suatu masyarakat,

dll.

Sebagai manusia yang berakal

budi, unsur-unsur problema apapun

sebenarnya bisa kita lihat dari kacamata

alamiah kita sebagai manusia, cara

melihat diferensiasi tatanan positif dan

negatif diantaranya adalah; kekeliruan

tindak tanduk atau kejelekan, dipan-

dang dari terminologi, punya banyak

turunan, bisa buruk, tercela, tidak

benar, dll. Namun keutuhan pandangan

kita belum selesai dibangun sebelum

melihat apa sudut terbalik dari ke-

jelekan, sebutlah kebaikan, karena tak

ada baik jika tak ada jelek. Kebaikan-

kebaikan itu pada dasarnya adalah yang

bukan penggelisah hati, proses akhirnya

akan sampai pada yang namanya ke-

damaian, kebahagiaan. Tapi apabila

suatu kedamaian dan kebahagiaan tiba-

tiba menghilang, apa yang terjadi? Geli-

sah, gundah gulana, galau, resah. Apa

sebabnya?

Pada hari-hari ini manusia

yang diciptakan dengan niscaya untuk

selalu berbeda, sering menggelisahkan

hati. Manusia kadang bersikap tak baik,

acuh tak acuh dengan kebaikan, tak

perlu contoh untuk ini!, kita lihat saja

akibatnya, kerugian dan kekacauan

situasi terkatung-katung dimana-mana,

akibatnya cita-cita dan harapan mema-

jukan peradaban tersendat-sendat.

Ada jarak diantara satu kebai-

kan dan satu keburukan, diantaranya

adalah pemikiran atau lebih tepatnya

pola/cara berpikir, cara memandang

terhadap sesuatu, boleh jadi akan ber-

pengaruh terhadap perilakunya, dan

apa yang dilakukan manusia tidak bisa

tidak, akan bergesekan dengan manusia

lain, untuk sekedar menyebut status

manusia sebagai makhluk sosial.

Cara berpikir seseorang ter-

bentuk oleh suatu tatanan dimana ia

hidup dan berkembang di dalamnya,

dimana lingkungan yang banyak terda-

pat kekerasan, juga akan menciptakan

cara berpikir yang setidaknya tidak gam-

pang mengalah. Disamping betul seperti

itu, fakta demikian tak mengecualikan

Keindahan Cinta

Page 21: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

21

pembentukan pola pikir melalui doktri-

nasi, bacaan-bacaan, juga alam. Na-

mun lingkungan hidup mengambil

porsi lebih besar dalam menciptakan

pola pikir.

Manusia punya aspek-aspek

kualitatif, seperti emosional, spiritual,

intelektual, mental, dan sebagainya.

Sebagian orang menamainya kecer-

dasan, ada yang menyebutnya keba-

hagiaan. Semuanya berjalan interaktif

berdampingan, bahu membahu men-

ciptakan kepribadian. Bila salah

satunya lemah, tidak seimbang, akan

terjadi kepribadian yang goyah, mu-

dah oleng, mobat-mabit tak tentu

arah. Bila semuanya sama-sama terisi

akan mudah menguasai diri.

Namun di dunia ini, tidak

ada yang bisa ditebak, semuanya ba-

gaikan teka-teki, manusia pernah,

sedang, akan, atau terus-terusan di-

bawa ke alam abstrak, tak jelas, ter-

bawa dalam kebingungan, yaitu pada

saat ia berada di situasi ’bawah’,

ketika itu isi dunia menyuntikkan per-

tanyaan-pertanyaan kedalam otaknya

dengan dosis yang tinggi, lewat itu, ia

mencari inti kehidupan. Sesudah itu,

nasib dan arah hidupnya ditalikan ke

spektrum kecerdasan (spiritual,

emosional, intelektual..) yang dimiliki

setiap individu. Tak sedikit yang

menuju ke ‘jurang’, diantara sebabnya

adalah kecerdasan spiritual yang tak

sekira apa. Oleh sebab itu jiwanya

kering, bagai tak pernah mengalir air

di ladangnya, sakit.

Dalam satu kasus kita lihat

(penulis akan bawa ke soal agama):

Memaksa orang lain meyakini keyaki-

nan yang tak sepertinya, jika tak mau,

dikafir-kafirkan, setelah dinyatakan

kafir, diburu untuk dibunuh atau diam-

bil hak-hak hidupnya. Progres ke-

hidupan beragama yang ada pada hari-

hari ini tak lebih deras dari itu, pemak-

saan kehendak. Mereka adalah orang-

orang yang terselamatkan spiritualnya,

namun sepi intelektualitasnya.

Kiai Husein Muhammad

dalam bukunya Mengaji Pluralisme

kepada Mahaguru Pencerahan mema-

parkan pandangan ulama tentang

adanya ketidaksinambungan antara

esensi keagamaan dan interpretasinya

sebagai bagian dari situasi realisasi ber-

agama yang tidak tepat, bahwa Ibn al-

Qayyim al-Jauziyah (w. 1292 H) dengan

tegas menyatakan bahwa adalah

mustahil (tidak masuk akal) jika agama,

apapun namanya, diturunkan Tuhan

untuk mendatangkan ketidakadilan,

ketidakrahmatan dan keselamatan

manusia. Jika hal ini terjadi maka

pastilah interpretasi, regulasi atau

a t u r a n - a t u r a n p o s i t i f y a n g

memberlakukannya yang tidak tepat.

Memaksa-maksa suatu kehendak kita

kepada orang lain adalah suatu keke-

liruan cara berkomunikasi sosial, tidak

ada siapapun yang suka dipaksa-paksa.

Juga keyakinan kita terhadap agama.

Abu Ishaq al-Syatibi berkesim-

pulan bahwa: seluruh umat beragama

meyakini bahwa aturan-aturan tuhan

diturunkan untuk melindungi hak-hak

dasar manusia: keyakinan (‘aqd), hidup

(nafs), akal (‘aql), keturunan (nasl),

martabat (‘irdh) dan hak milik (maal).

“Manusia yang baik adalah manusia

yang tidak membahayakan orang lain”

kata Fathullah Gulen.

Tak ada pihak manapun yang

menilai hal-hal semacam diatas sebagai

cara hidup yang terpuji.

Kebahagiaan yang hilang juga

adalah saat manusia tak rundung di-

landa kesederhanaan, langka intro-

speksi diri, menyalah-nyalahkan orang

Page 22: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

22

lain, ingin menguasai, pamer, serakah

dan lain-lain.

Ini adalah penyakit-penyakit hati, yang

tumbuh ketika kita tak berdiri diposisi

semestinya, penyakit-penyakit ini dapat

menghancurkan seseorang dengan

semena-mena. Manakala tak diobati,

tak ada harapan cahaya dapat masuk

lagi.

Kegelisahan Kiai Husein

terhadap kenyataan-kenyataan hidup

manusia era ini dalam kasus dan

konteks acak, dilihat sebagai

keprihatinan bagi umat manusia,

digambarkan olehnya bahwa “manusia

hari ini sedang sakit” dan menandai

bahwa zaman ini adalah “zaman yang

sedang gelisah”. Beliau ingin

menjadikan kekalahan-kekalahan

manusia ini seperti biji yang tak

tumbuh, beliau ingin mengajak manusia

kembali mengenali diri, menetesi kalbu

yang kering gersang, nurani yang langka

cahaya, dengan cinta.

"Cinta merupakan persoalan

yang tak dapat dilepaskan dari

kehidupan umat manusia..", kutipan

dalam pengantar buku Kidung Cinta dan

Kearifan yang ditulis KH Said Aqil Siradj

itu menegaskan bahwa manusia adalah

makhluk yang mencinta, cinta adalah

kealamian manusia, kemurnian yang

dipunyai jiwa, sedang sangat banyak

bahasa dan persona yang berjasa untuk

sekedar menguak misteri cinta.

Cinta dapat mengubah manis-

pahit hidup manusia, dari yang nestapa

menjadi gembira, atau sebaliknya.

Dalam buku Kidung Cinta dan Kearifan,

Kiai Husein mempersembahkan alunan

kidung-kidung cinta yang merdu,

merayu-rayu jiwa takluk dipangku,

mengganti ruang yang tak ada cahaya

dengan penglihatan yang bebas mena-

tap kejujuran, mengisi relung-kosong,

mengobati jiwa. Bagai sufi yang sedang

bernyanyi berdamai dengan pemilik

seisi langit dan bumi.

Tinta-tinta pertama dalam

buku ini termuati pesan-pesan, kutipan-

kutipan tentang ketuhanan. Berikutnya

disusul serangkaian bab yang berisi

kutipan-kutipan bijaksana dari bijak-

bestari -para penerima cahaya-Nya-,

tentang humanisme, toleransi dan ke-

hidupan. Sederet puisi-puisi cantik yang

berbaris manis mengawali kumpulan

munajat/doa yang ditempatkan men-

gakhiri buku ini.

Kata-kata manis nan indah

dalam buku ini –yang merupakan

penampungan status-status Kiai Husein

di Facebook- penuh dengan hikmah

untuk direnungkan, petuah kemanu-

siaan, untuk menanamkan cinta yang

lebih dalam, menuainya kepada Tuhan

dan yang diciptakan.//

Judul : Kidung Cinta dan Kearifan Penulis : K.H. Husein Muhammad Penerbit : Zawiya Tahun : 2014 Tebal : XXX + 240 h

Page 23: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

23

At tarku adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah,

sahabat maupun tabiin/salafus-sholih tanpa adanya larangan untuk mengerja-

kanya yang menunjukkan keharamnya atau kemakruhanya.

Ada bebrapa kemungkinan/ihtimal jika Rosulullah meninggalkan se-

suatu, yaitu:

1. Kemungkinan yang ditinggalkan oleh Rasul itu berkaitan dengan adat,

seperti saat dihidangkan daging sejenis biawak kepada beliau dan beliau tidak

mau memakanya, kemudian para sahabat bertanya apakah itu haram ya Rosul?

Beliau menjawab: Tidak, tetapi daging itu tidak dijumpai pada kaumku maka aku

merasa jijik.

2. Kemungkinan Rasul lupa. sebagaimana ketika beliau sholat dan lupa

meninggalkan bagian dari sholat itu, ketika beliau ditanya apakah terjadi sesuatu

ya Rasul? beliau menjawab: Aku hanyalah manusia yang bisa lupa sebagaimana

engkau sekalian bisa lupa, maka apabila aku lupa maka ingatkanlah aku.

3. Kemungkinan Rasul meninggalkan sesuatu karena hawatir akan difard-

lukan kepada ummatnya sesuatu itu seperti ketika beliau meninggalkan sholat

tarawih setelah beberapa hari melakukanya

4. Kemungkinan karena sesuatu itu tidak terlintas dibenak beliau seperti

kisah usulan sahabat untuk membuat mimbar untuk khutbah Jum’ah beliau.

5. Kemungkinan yang ditinggalkan beliau itu sudah masuk dalam keumu-

man ayat atau hadith seperti ketika beliau meninggalkan sholat dluha dan kesuna-

han yang lainya karena hal seperti itu sudah masuk kedalam ayat( وافعلـــــوا الخـــــير لعّلكـــــم

.perbuatlah kebaikan agar kalian menjadi orang-orang yang beruntung تفلحون

Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain, dan sesuatu

yang sifatnya kemungkinan mkan tidak bisa menjadi landasan hukum.

Jadi attarku jika berdiri sendiri tanpa disertai dalil pelarangan terhadap

sesuatu maka hal itu tidak bisa menjadi hujjah sebagai mana yang telah saya

singgung bahwasanya sumber hukum itu adalah al Qur’an, al Hadith, Ijma’, Qiyas

dan lain-lain yang diperselisihkan para ulama’ ushul Oiqh, dan tidak ada dalam

literature ushul Oiqh bahwasanya attarku itu menjadi sumber hukum islam.. wal-

lahu a’lam.//

At Tarku Oleh: Miftahul Anwar

Page 24: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

24

G enderang pemilu

telah mulai berku-

mandang, perang

politik sudah dimu-

lai. Semua partai sibuk dengan ideal-

isme dan kepercayan diri yang penuh

dengan konsep dipaparkan melalui

permainan kata yang cukup membuat

terkesima ketika mendengarnya. Kese-

jahteraan, kemakmuran, kamapanan,

keadilan, pemerataan, vigur pemimpin

diusung sebagai janji politik.

Namun , keluar dari dunia

politik seorang pemimpin bukanlah

hanya dikatakan sebagai presiden,

ketua DPR atau lain sebagainya. Me-

lainkan dilihat dari berbagai aspeknya.

Misalnya pemimpin dalam rumah

tangga di sebut ayah atau suami. Secara

umumnya manusia akan menjadi seo-

rang pemimpin minimalnya untuk diri

sendiri. Dengan itu kami Redaktur ingin

membahas apa, siapa dan bagaimana

pemimpin yang ideal untuk masa de-

pan.

Dan pada tanggal 22 mei

2014, Bpak Burhanuddin meluangkan

waktunya untuk memberikan pencera-

han dan saran akan tema besar majalah

kami. Agar lebih detailnya mari kita

simak wawancara singkat redaksi Tath-

wirul Afkar bersama beliau.

Apa arti pemimpin menurut bapak,

beserta esensinya?

Pemimpin dari segi istilah memiliki

makna yang berbeda juga memiliki

kesamaan sebagaimana ditinjau dari

beberapa sudut pandang. Sudut pan-

dang islam, sudut pandang kebangsaan

dan lain sebagainya. Namun secara

umum kita mengikuti definisi pemimpin

yaitu seseorang yang berada di depan

atau seseorang yang mampu mempen-

garuhi orang lain untuk mencapai tu-

juan yang dikehendaki.

Akan tetapi sebagaimana

yang Allah SWT firmankan dan

diperkuat oleh sabda Nabi Muhammad

SAW bahwasannya setiap pribadi

adalah pemimpin. Maka sebenarnya

potensi pemimpin itu tidak dimiliki

hanya satu dua orang saja. Yakni po-

tensi pemimpin itu bisa dimiliki oleh

siapapun. Dengan demikian ada yang

mengatakan bahwa potensi pemimpin

itu dapat diasah dan dikembangkan

dengan pelatihan atau lain sebagainya

dan melalui proses tentunya. Namun

ada yang mengatakan pula, pemimpin

itu sebuah amanah dan tentunya tidak

sembarang orang bisa menjadi pemim-

pin karena itu ada kaitannya dengan

kepercayaan dan kepercayaan itu tidak

muncul dengan sendirinya. Karena ini

merupakan sudut pandang, kebena-

rannya pun dinilai subyektif.

Bagaimana kriteria seorang pemimpin

menurut bapak?

PEMIMPIN YANG IDEAL UNTUK MASA DEPAN

Wawancara eksklusif bersama Bapak Burhanuddin Badruzzaman

Page 25: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

25

Bagi saya yang seorang muslim,

prinsip-prinsip kepemimpinan itu men-

gunakan patokan atau kriteria islam

yang dicontohkan oleh Nabi Muham-

mad SAW. Maka itu dapat menjadi

tolak ukur bagaimana mencari pemim-

pin yang baik dan ideal. Sebagaimana

yang kita ketahui dari sifat Rasulullah

SAW yaitu ada empat: Sidiq, Amanah,

Fathanah Dan Tabligh. Dengan

demikian jika kita mengikuti empat

kriteria tersebut tentu tidak diragukan

lagi ( ummat) yang dipimpinnya akan

sukses mencapai tujuannya. Dan be-

gitu pula dengan prinsip ketaqwaan

dalam proses mencapai tujuan itu,

insyaAllah akan mendapat ridho Allah

SWT.

Namun kriteria pemimpin secara

umum, itu seperti apa yang saya kata-

kana di awal. Bahwasannya memiliki

beberapa unsur, yaitu :seseorang

( subyek ), mampu mempengaruhi

orang lain, memiliki kapasitas untuk

menggerakkan orang lain dalam men-

capai tujuan, dan ada tujuan. Karena

itu banyak yang berasumsi sebelum

pemimpin itu dikatakan pemimpin

yang baik maka dinilai terlebih dahulu,

apakah dia mampu mempengaruhi

orang lain atau tidak. Pun kebanyakan

asumsi orang-orang bahwasannya

pemimpin itu harus baik. Namun se-

benarnya kalau demikian harus dikata-

kan pemimpin yang baik karena posisi

pimpinan ada posisi pimpinan pem-

berontak, pimpinan para perampok

dan lain sebagainya. Demikian pemim-

pin adalah orang yang berdiri di depan

dan memiliki unsur-unsur seperti kete-

ladanan, kepeloporan, keberanian,

kesabaran, mampu menahan diri,

kecakapan atau kecerdasan dalam

bidang akademis ataupun organisasi

dll. Semakin banyak dia memiliki unsur

-unsur yang komprehensif semakin

bagus.

Lantas, apakah sifat ideal bagi pemim-

pin itu diperlukan?

Penggunaan kata ideal sendiri,

sebenarnya itu memiliki makna sesuatu

yang sulit dicapai. Tapi idealis itu harus

ada untuk memberikan dorongan atau

motivasi. Bagaimana pemimpin yang

ideal itu?. Maka menurut kriteria islam,

itu tidak dengan sendirinya dapat diter-

ima. sebagaimana yang telah saya sam-

paikan kriteria pemimpin itu dapat kita

contoh dari sifat-sifat Rasulullah SAW.

Demikian pemimpin yang ideal itu

bisa dilihat dari kaca mata islam. Tanpa

idealisme juga kita dalam melangkah

tidak ada tujuan yang jelas apalagi

dalam sebuah organisasi dan mencan-

tumkan idealisme pada seseorang itu

diwajibkan. Katakan saja, untuk mem-

bangun sebuah Negara meskipun itu

membutuhkan waktu cukup lama tapi

harus memiliki idealisme. Contoh de-

mokrasi untuk mencapai Negara yang

benar-benar demokrasi dengan nilai-

nilai yang diidealkan itu terkadang

mencapai sedikitnya saja sulit karena

menggunakan kata ideal. Dan menurut

saya ideal itu sesuatu yang sangat tidak

mungkin dicapai tapi sangat perlu dit-

erapkan. Dan ideal itu, seperti yang

saya katakan bisa dilihat dari kacamata

islam. Seperti takwa, namun kata takwa

ini setelah diadopsi menjadi sesuatu

yang tidak sakral lagi. Karena jika

takwa diimplementasikan dengan benar

tidak ada lagi pemimpin yang korupsi,

tidak ada lagi kekerasan, penindasan

dan seterusnya.

Untuk masalah latar belakang seorang

pemimpin, apakah itu berpengaruh

terhadap idealisme pemimpin itu

sendiri?

Menurut saya, pemimpin itu akan

Page 26: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

26

sendirinya mengikuti sesuai levelnya

atau tingkatannya dan juga sesuai ke-

mampuannya ( kapasitasnya). Atau

sebaliknya kapasitas akan menentukan

pemimpin itu. Dalam artian, setiap

masing-masing pribadi itu adalah

pemimpin. Jika dia hanya memiliki ke-

mampuan memengaruhi diri sendiri,

demikian itu minimalnya dia mampu

memimpin dirinya sendiri. Karena dia

tidak memiliki kemampuan untuk me-

mengaruhi orang lain. Maka kemam-

puan yang dituntut hanya sebatas itu

saja. Namun sebaliknya jika dia

memiliki kemampuan memengaruhi

orang lain, maka itu dia memiliki ka-

pasitas yang lebih untuk memimpin.

Kesimpulannya, kapasitas itu akan me-

nentukan seorang pemimpin. Dan

tingkatan kapasitas seseorang itu ber-

beda, contoh kapasitas pemimpin

rumah tangga dengan pemimpin Ne-

gara.

Dengan demikian untuk mencapai

level atau tingkatan yang tertinggi, itu

sesuai dari latar belakangnya.

Kemudian, bagaimana sikap seorang

pemimpin ketika menerima kritikan

dari yang dipimpin?

Pemimpin yang baik atau yang

ideal, antara lain dia mampu menerima

kritikan atau aspirasi dari yang

dipimpinnya. Dan menerima atau

mendengarkan itu bukan hanya

pemikiran saja melainkan keadaan

sesuatu yang tidak diungkapkan. Seba-

gai contoh khalifah Ummar bin Khattab

atau Umar bin Abdul Aziz, yang terjun

langsung melihat keadaan rakyatnya

atau seperti bahasa sekarang

(blusukan). Itu merupakan suatu yang

harus diteladani oleh pemimpin

sekarang. Karena dengan demikian

pemimpin itu dapat mendengar dan

melihat secara langsung keadaan dan

aspirasi rakyat yang tidak pernah

terungkap. Karena terkadang jika pen-

yampaian itu lewat orang lain, justru

yang kurang ditambahkan, yang baik

menjadi buruk ataupun sebaliknya dan

tidak murni lagi.

Dan menurut saya, sebuah kritik itu

sah dalam kepemimpinan. Namun yang

dipimpin pula harus mengetahui bagai-

mana etika menyampaikan kritik

kepada seseorang yang memimpinnya.

Namun sebagai pemimpin, seharusnya

bagaimanapun cara penyampaian kritik

itu harus diterima karena untuk dijadi-

kan bahan evaluasi. Pun bagi seseorang

yang tidak kuat menahan kritikan, se-

baiknya jangan menjadi pemimpin.

Karena sebuah kritikanlah yang bi-

asanya dapat membangun cepat suatu

kepemimpinan.

Yang terpenting, antara pemimpin

dan yang dipimpin harus saling

menghargai dan menghormati. Agar

menciptakan sebuah keharmonisan.

Dan yang terakhir, sekiranya bapak

memberikan pesan untuk generasi

muda sebagai calon pemimpin di masa

depan

Pesan saya, sebagaimana pesan

Rasulullah SAW yaitu: mengatisipasi

lima perkara sebelum lima perkara,

gunakan waktu sebaik-baiknya seperti

dalam pribahasa Al waqtu kasshoif,

belajar yang sungguh-sungguh, dan

yang sangat penting untuk menjadi

pemimpin yang baik dan ideal dari sejak

dini harus berlatih untuk mempengaruhi

orang lain dan juga harus meningkat-

kan kwalitas supaya menjadi pemimpin

yang dipilih bukan memilih dengan

ego. // fauziah

Page 27: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

27

He ning terasa

di malam

ini, begitu

sepi sunyi.

Jendela-jendela terbuka lebar. Bau

udara begitu pengap tak sedap.

Kamar terlihat sempit menghimpit.

Baju berserakan di atas lantai. Tempat

tidur tak beratur semakin

memperkeruh keadaan. Aku hanya

bisa termenung sembari menengok

kearah jendela. Hanya terlihat satu

dua bintang tampak di langit kelam.

Hanya bisa terpengangah

melihat tugas-tugas yang ada. Sambil

ditemani secangkir energen yang

hangat, terdengar syair-syair telah

mengeluarkan alunan suara. Malam

kian suram tak menentu. Aku pun

hanya pasrah melihat kenyataan yang

seperti ini.

Di tengah –tengah

kesunyian, terlihat layar laptop kian

terang bersinar seakan

menghidupkan malam yang mulai

kelam. “Iseng-iseng buka facebook ah

biar tak jenuh” Batinku dalam hati.

Setelah login membaca status teman,

membuka pemberitahuan, dan pesan.

Tapi kosong tak ada apa-apa.

Aku pun melanjutkan

belajar, terlelap dalam tugas-tugas

yang ada. Tak terasa sudah 1 jam

lamanya konsen sama materi-materi

yang diberikan dosen. teg teg... aku

tersentak kaget mendengar bunyi

pesan masuk dari facebookku. Setelah

mengecek. “Fina ??? Oh tuhan..”

Batinku.

“Om, Fina balik dulu ya...”

Selorohnya tiba-tiba

Sebuah pesan yang

membuatku terkaget untuk

kedua kalinya.

“Loh mau balik kemana, Fin?

Ke pondok ?” Tanyaku

“ Ya iya lah, Om… Kemana lagi

kalo nggak kepondok....”

“Om, semangat ya..”

Imbuhnya

“ Iya Dek Fina insyaAllah. Fina

juga ya, baik-baik di pondok,

jangan nakal...”

“ Ye… Om mah selalu anggap

Fina begitu mulu. Fina

sekarang kan udah gede om...”

“Hehe iya iya Fina… Om mah

cuma canda...”

Seketika, aku teringat waktu pertama

kali bertemu dan berkenalan

dengannya.

***

Pare, 3 Agustus 2012. Kala itu

aku sedang menungu Naila di cafe

black coffe,

hembusan angin kota kediri semakin

nampak membekukkan jiwa.

dingin sepi sunyi menjadi satu.

seakan akan malam ini memperlihatkan

keindahanya.

Oleh: Khoironi Hidayat

Page 28: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

28

sorotan sinar rembulan cincin pun

tampak cantik dari kejahuan.

Seolah-olah rembulan itu berkata,

lihatlah aku! lihatlah aku!

Aku terduduk sendiri,

ditemani gitar yang tergeletak begitu

saja. Para pelayan dan pembeli

berlalulalang mondar-mandir kesana

kemari. Lampu terlihat redup terang.

Café sangat ramai oleh pengunjung.

Terlihat di tengah-tengah banyak

sekali orang bermain pocker, tak laki

maupun perempuan. Di pojokan

sebelah kiri sana juga terlihat sedang

asyik berdiskusi, dengan mahirnya

mereka berdiskusi memakai Bhs.

Inggris. Yah Namanya juga kampung

Inggris.

Baru ku sadari sudah 30

menit aku berada di sini, ditemani

secangkir cofe nescafe dan gitar yang

selalu menemani kesendirianku.

Terkejut, terdengar suara riang

menyapa dari belakang.

“Assalamualaikum… Ron...”

Aku pun tersentak dengan

kedatangannya.

“Eh Iya, ehem Nenek,, bikin kaget saja

kamu !!!” Jawabku, begitulah aku

selama ini memanggil Naila dengan

sebutan Nenek.

“Hehe… sory-sory. Eh, ini kenalin

temen-temenku, Arfa, Indah, dan satu

lagi Fina”.Ujar Naila seraya

memperkenalkan teman-temannya.

“Oww hei.... Silahkan duduk, senang

bisa bertemu dan berkenalan dengan

kalian” Sambutku.

Setelah sekian lama aku dan

mereka berbincang-bincang, main

gitar bersama mereka. Akhirnya,

malam kini sudah tak dapat lagi

diajak bekerjasama. Malam pun mulai

memadamkan keindahannya. Mereka

pamit untuk kembali ke asrama, “Oh,

mungkin kalau tidak ada jam malam

bisa sampai subuh kali ya” Batinku.

Kini hanya tinggal aku

sendiri, di teras café. Sembari me-

mandangi sepeda-sepeda terpakir di

depan sana. Dengan pelan, ku lan-

tunkan gitar sambil membayang-

kannya.

Fina!!!

Tak lama kemudian terdengar hp

berdering. “Om, met bobok ya…”Satu

pesan dari Fina. Begitulah sapanya

padaku. Entah kenapa dia panggil

diriku dengan sebutan, Om.

***

Pagi ini terlihat cerah dengan embun

yang masih tebal....

Buku masih berserakan di seberang

pojok kamar....

Hebusn anginpun masih begitu dingin...

Tak ada seorang pun yang sanggup

bangun dipagi ini....

Papan tulis masih penuh dengan

coretan-coretan kemaren....

Masih seperti biasanya. Tak

ada yang berubah. Tak ada yang beda.

Yah memang begini adanya.Suatu

ketika kita jalan bersama ditemani

dengan sepeda yang selalu stand by

untuk menemani hari-hariku

bersamanya. Memang sulit untuk

mengutarakan apa yang sedang

kurasa saat itu. Yah mungkin itulah

sebuah kemistri yang ada.

Canda tawanya tak pernah

lepas dari raut wajahnya yang ayu.

Angun memang. Kacamatanya tempak

menghiasinya. Rona mata begitu

tajam berkaca-kaca. Senyum manis

mengurai seluruh keindahannya.

Tiada hari yang ku jalani tanpanya.

Hampir setiap saat ku habiskan waktu

luangku bersamanya. Tak hanya pagi

dan sore saja. Malam juga selalu

bersamanya.

Teringat pada suatu malam.

Dia pernah bercerita tentang seseo-

rang yang suka sama dia. Rasa hati ini

seperti di iris-iris, seluruh jiwa terasa

bergetar. meletup-letup bak seakan

mau meledak. tapi apalah daya. Aku

hanya bisa diam membisu tanpa

Page 29: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

29

sepatah kata, hanya bisa mendengar

apa yang dia katakana. Oh tuhan…

Hanya itu saja yang ada dalam

benakku.

***

Entah perasaan apa yang

ada dalam hatiku ini. Semua serba

membingungkan. Ingin rasanya

memilikinya. Tapi apa daya ?

Memang ku akui semenjak bertemu

sudah sedikit ada rasa, tapi ku abai-

kan begitu saja. Akan tetapi dengan

seiring waktu yang berjalan. Rasa ini

mulai tumbuh begitu saja. Rasa bin-

gung, gelisah, cemburu, kian selalu

menghantui. “Kenapa aku tidak men-

gatakan saja ?” Gumamku dalam hati.

Oh ya, ingat niat awal, Ron! Ingat !!!

Kata hatiku. Kamu disini untuk belajar

bukan untuk bersenang-senang. Dan

ingat juga seseorang yang ada disana,

dia juga menunggumu. Ah, entah lah

entah. Serasa dilanda badai besar

menerpa.

waktu kian cepat berlalu….

derunya air semakin deras mengalir…

seperti hari-hariku yang tak

menentu…

kini tinggal menghitung hari

untuk menjalani sisa waktu yang ada.

Apa yang kurasa saat ini. Setelah satu

bulan lamanya kumengenalnya.

Sebelum akhirnya kami pulang

bersama dari kampung bahasa.

Kampung yang menyimpan seribu

rasa sejuta kenangan diantara kita,

Pare.

Tak ada sedikitpun ku

mengedipkan mata ini, untuk

menikmati setiap asa yang ada. Ku

teringat ketika ia terlelap di atas

pundak ini waktu perjalanan pulang

bersama. Rona mata sayu kian

memejamkan mata, aku hanya bisa

memandanginya. Meski udara panas,

bus terasa pengap, penumpang

membludak, bak seperti kandang

ayam. Tapi tak membuatku jenuh.

Justru rasa bahagia selalu menemani

perjalananku.

“Om,, Fina sekarang di Jepara. Be-

soknya ke Pati.” Begitulah singkat

pesan SMS darinya.

Senang atau bingung seakan

mengiang-ngiang di kepala ini. Senang

memang andai dia di sini. Pasti bisa

bertemu. Tapi bagaimana caranya aku

izin sama Bunda, sedangkan diriku

disuruh mempersiapkan keperluan

untuk kuliah ke luar negri. Sedangkan

minggu depan harus ke Jakarta.

Emm iya Dek… besok mau jalan?

Balasku.

Iya lah om… Fina kan udah kangen…

Hehe… Iya. Om juga. Sekalian ada se-

suatu yang ingin Om sampaikan sama

Fina.

Apa itu Om?

Udah besok aja Om kasih tau. I.Allah

besok Om jemput kalo jadi. Tapi Om

ngga bisa janji

Iya Fina juga Om… semoga aja Fina

dikasih izin keluar.

Rasa bingung bimbang kian

bertambah. Terbayang andaikan be-

sok bertemu. Apa yang harus aku

sampaikan kepadanya? Apakah aku

harus bicara terus terang untuk

melanjutkan study ke luar negri, ?

sedangkan rasa ini sudah mulai tum-

buh diantara kita. Apakah aku harus

bilang, kalau di antara kita jangan

pernah ada rasa cinta. Bukankah itu

akan menyakiti hatinya ? mejadi han-

taman untuknya dan tentu diriku

sendiri ??? rancau gelisah seakan

kepala mau pecah. Kau gimana sih

Ron! kau itu gimna!! Gumamku.

Diriku seakan terhimpit oleh kamar

yang terasa semakin sempit men-

ghimpit. Entah lah.

Matahari tampak bersinar cerah.

Embun pagi kini tampak begitu tebal.

Rasa dingin begitu terasa sampai tu-

lang dalam.

Burung berkicau-kicau seakan men-

yempurnakan pagi ini yang begitu

cerah bersahaja.

Page 30: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

30

Tampak didapur Bunda

sedang menyiapkan makanan untuk

siap di hidangkan.

“Nak… mau kemana kamu? tumben

sudah bangun jam segini. Udah rapi

juga. Biasanya jam 10 baru bangun ?”

Sergah Bundaku tiba-tiba.

“Iya Bun, mas mau jalan sebentar ada

urusan” Jawabku sambil ketawa kecil.

“Kamu tu lee lee…. Ada urusan apa

mau keluyuran? Sudah kamu siapkan

keperluan kamu?”

Lagi, “Kamu tu leee mbok yao jangan

keluyuran terus. Disiapkan keper-

luanmu itu untuk kuliah di luar negri.

Dan kepindahanmu dari Jakarta”

Cerocos Bundaku.

“Iya Bunda”

Hanya itu yang bisa ku

jawab sambil ku cium pipinya, tak

lupa juga bersalaman.

Tatkala di jalan, ku sempatkan diriku

untuk mengirim pesan pada Fina.

“Dek, Om udah jalan. Adek siap-siap

yah…”

“Iya Om, Om tunggu di masjid ya, jan-

gan sampe ketahuan Ayah, entar bisa

berabe Om” Balasnya.

Rasa bahagia kini seakan

menutupi kagelisahanku, yah mung-

kin untuk ini aku harus mengata-

kanya. Berkata yang sebaiknya ku

katakana, tapi apa yang bisa ku kata-

kan. Hati ini serasa tak tega untuk

berucap sesuatu kepadanya, sedih

rasanya andaikan aku mesti men-

yakitinya, tapi bukan maksudku

seperti itu.

Om sebenarnya sayang sama

dirimu, Dek. Tapi apa boleh buat. En-

tah kapan lagi aku bisa bertemu den-

ganmu. Om tak mau menggantung-

kanmu. Om tak bisa memberi harapan

lebih kepadamu.Jujur Dek,asal kamu

tau! Om sakit rasanya setelah berkata

seperti ini kepadamu! Dan sebaiknya

kamu baik-baik disini masih banyak

sekali yang suka sama kamu Dek, dan

yang pasti lebih dari Om tentunya.

Entah lah entah! Kenapa

kamu tega dengan orang yang kau

cintai, Ron? Kenapa ? Kamu nggak

kasihan sama fini? nggak kasihan?

Kamu tega meninggalkannya? Apa

kamu nggak pernah berfikir andaikan

terjadi sesuatu kepadanya? Apa yang

akan kau perbuat ron! Apa ?? kamu

tau ? fina sanggat-sangat mencin-

taimu! Kamu sudah meluki hatinya

ron! Kamu sudah menyakitinya!! Per-

ang batinku.

Rasa gelisah bingung se-

makin menjadi-jadi, tak tahu apa yang

musti ku perbuat. Tak ada satupun

kata yang terucap ketika pulang.

Hanya lamunan dan rasa kesedihan

yang ada. Rasa penyesalan juga men-

giang di kepala ini.

Tak terasa seakan seperti

mimpi sudah waktunya untukku men-

inggalkan negri ini. yang menyimpan

berjuta kenangan bersama keluarga

sahabat dan seseorang yang pernah

ada di hati ini.

Send massage, to fina;

Dek..Maaf Om kalo selama ini banyak

salah, sudah melukai hatimu. Bukan

maksud Om seperti itu. Sekali lagi Om

minta maaf telah meyakitimu selalu

membuatmu menangis, tapi entah lah.

Suatu saat nanti andai Tuhan masih

memberiku umur panjang insya Allah

akan aku sempatkan untuk berjumpa

denganmu, Dek. Sekali lagi maafin Om,

maaf kalo nggak pernah ngasih tahu

sebelumnya, kalo Om mau hijrah,

menimba ilmu dinegri dua nile. Pesan

Om, Fina baik-baik disina ya.. belajar

yang rajin, jaga diri, jangan nakal!

Yang terpenting, bahagiakan orang

tuamu. Itu aja secuil pesan untukmu

dek,.//

Page 31: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

31

‘’Busuk – busuk ,busuk

bangkai tikus Yang mati karena di

hakimi rakyat adakah akhirat

menerima dirinya adakah disana yang

masih bisa bercanda dengan rakus

“(Negeriku, Iwan fals ) “Keangkuhanmu sama

buruknya dengan para koruptor Yang

rakus! Sampai kau tak menoleh ilmu-

ilmu kosong mu Berpendidikan tapi

tak punya hati.”

Sudah sebulan ini, aku

merasa terjembab dan terbentur

kerikil –kerikil jalan. Kini, senja yang

menawan berkelabu, bunga yang

mekar melayu pun berulat, sajak –

sajak indah berubah menjadi ironi,

dan tawa bahagia menjadi hambar.

Memo – memo kasar dengan

pengirim rahasia, membuatku

menjadi begitu kerdil dan bodoh juga

terpuruk. Setiap katanya seperti

lesatan anak panah yang menembus

ulu hatiku….sakit, pedih !. Dan

memikirkan motif penerornya, aku

menjadi pasien INSOMNIA

belakangan ini.

Entah aku begitu jatuh

dengan kata-kata si peneror itu.

Mungkin karna aku terbiasa

disanjung dan terlena namun

sekarang aku terasa ditampar hebat

oleh caciannya. Aduhai jiwa….. Aku

lelah untuk mencerna setiap katanya

dan aku tak mampu lagi bercermin

mengintip noda-noda yang melekat

dalam diri. ALLAH, APA SALAH KU??

SEBEKU ITUKAH AKU ??, sehingga

sipeneror itu menyamakanku dengan

tikus-tikus negara yang begitu rakus

memakan hak-hak rakyat dan duduk

bahagia di kursi jabatannya. Isshh jijik

sekali !!, mual sekali memikirkannya.

Aduhai…ingin sekali rasanya aku

berlari menjemput badai dan

menghilang sejenak. Tak ada yang

memberiku solusi ampuh, semuanya

justru menasihatiku. Seperti halnya

nasihat bundaku yang tak pernah

berubah.

“ sabar dan shalat , itu akan menjadi

penolongmu ”.

Aaahh, aku tahu itu. Namun kali itu

bunda mengelak.

“ kamu tahu tapi tak pernah tahu

maknanya !”

Oh bunda, Benarkah ??,

seangkuh itukah aku ?, sebodoh

i t u k a h a k u ? .

Gusti ,mungkinkah…..mungkinkah

jubah keangkuhan telah kucuri dari-

Oleh: Fauziyah Rizq

Page 32: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

32

MU ?, kupakai angkuh membalut

jiwaku sampai hatiku membusuk

digrogoti penyakit kronis ini. Bahkan

terkadang aku menjauh dan lupa

untuk memuji-MU. Dan ilmuku justru

memerosokkan hatiku menjauh dari-

MU sehingga aku terlena dan

terbodohi oleh nafsuku. Kini, dua

puluh sembilan kertas memo telah

menempel rapi di cermin hiasku yang

selalu membuatku merasa sempurna

dan tamak selama ini. Beku,

sepertinya keangkuhan ini sudah

membeku lama dihatiku. Ooohh

hati… dan satu kertas memo lagi

masih terpegang erat ditanganku,

berulang-ulang ku membacanya.

Amboi….air mataku tak terbendung

lagi dipelupuk mataku tapi sudah

mengalir membanjiri rona pipiku.

Deras, sederas aliran sungai di

gunung cermai. Kembang kempis

kurasa, bukan, bukan karena pujian

namun karena kata-kata ketus si

peneror itu.

“Aduhai mbak yang pintar

tak berakal, yang kaya tak berhati.

Kemana sajakah kau ? ciutkah? Kata

emak dan bapakku itu ada obatnya :

BERISTIGHFAR KEPADA ALLAH “

Segala rasa berbaur dalam benakku,

setan-setan dalam diriku seolah

m e m a k i k u , m e n e r t a w a i k u ,

mendendangkan kemenangannya.

Menyebalkan! setan biadab !!

Benarkah kiranya? Aku yang bergelar

doctor sebegitu bodohnyakah?

Sehingga ada peneror aneh seperti

itu? Jiwaku….aku memang terlalu

angkuh untuk tidak bermohon

ampun kepada-NYA ! Inikah

rahasianya, banyak orang-orang

berpendidikan tapi tersesat jauh dari

-NYA.

D i a y a n g

berintelektual ,namun mendemokan

liberalisme, pluralisme, skularisme.

Dia yang katanya ahli ilmu agama

justru banyak mengkafirkan sesama

muslim. Dia yang berpangkat, tapi

membuat skenario jahil di atas

kekuasaannya. Dan dia seperti aku ?

tak peduli dengan lingkugan sekitar.

Kupikir semua bahagia dan

beruntung sepertiku. Aaaah…… Aku

yang bergelar Doctor sebegitu

bodohnyakah?. Sehingga ada peneror

aneh seperti itu?

Jiwaku….aku memang

terlalu angkuh untuk tidak bermohon

ampun kepada-NYA !. Inikah rahasia-

Nya , banya k ora ng-orang

berpendidikan tapi tersesat jauh dari-

NYA. Dia yang berintelektual, namun

m e n d e m o k a n l i b e r a l i s m e ,

pluralisme ,sekularisme. Dia yang

katanya ahli ilmu agama justru

banyak mengkafirkan sesama muslim.

Dia yang berpangkat, tapi membuat

scenario jahil di atas kekuasaannya.

Dan dia seperti aku ? tak peduli

dengan lingkugan sekitar. Ku fikir

semua bahagia dan beruntung

sepertiku. Aaaah, naïf sekali diriku!.

ILAHI… Mungkinkah ini hikmah dari

langit ? melalui peneror rahasia itu.

Adakalanya ENGKAU mengizinkan

RABBY…Aku ingin bertemu

dengannya ! bukan, bukan untuk

menghakiminya atau balik

mencercanya. Tapi aku ingin

berterimakasih atas nasihat-nasihat

pentingnya yang telah mengubahku

serta menyadarkanku dari buaian

dunia… Tapi……dimana dia ??siapa ??.

“Kak, besok jadi ke gramedia

aku ingin memburu buku-buku baru “

Aku hanya tersenyum

melihatnya, memperhatikannya

seraya menutup laptopku.

Dia telah remaja, 13 tahun

umurnya. Lebih manis, tambah kritis,

cerdas dan tidak berubah password

ucapannya “ kata emak bapakku……”

Page 33: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

33

Dalam abjad yang sama tetap hilang pun melebur dalam bumi berspesies yang

hampir hilang menyisikan sisa-sisa harapan , mencoba menyembul dari bilik-bilik

rapuh mengusir virus di tempurung otak kosong biar hilang tak menjamur..

abjadnya lagi dan lagi menari dan hilang kembali tetap sama dalam ejaan

H-I-L-A-N-G menjauh , ke planet lain dengan keangkuhan .

ahh... tetap saja hilang ruh pun mengajak untuk pergi jauh menari dengan kata

hilang itu yang sangat men-jununkan jiwa.

Di retina mata tetap ada ejaan hilang bebas saling tertawa dengan waktu pun

suara-suara asing sama menggemakan kata hilang setengah akal menjerit , dan

jeritannya menyuarakan kata hilang jua

ruh semakin memaksa untuk pergi katanya " ada tempat tanpa ada kata hilang"

komponen jiwa tertarik untuk mengikuti ahh...masih takut dengan ejaan itu

katanya tempat itu bernama "syurga" sepertinya itu hanya hinaan menjijikkan

buat jiwa senista ini haruskah sejauh itu raga ini menghilang...??

aduhai siapkah menghilang dan menjauh duhai jiwa? melebur dengan tanah,

berselimut kain putih terikat... aduhai...hilang dunia aku akan menghilang.....

h-i-l-a-n-g...menjauhlah sampai kau diundang untuk menjemput....

Iqbal namanya,si peneror rahasia itu. Atas inayah-NYA aku menemukannya. Kini dia

dan kedua orang tuanya tinggal bersama keluarga besar ku bukan lagi di jalanan

tempatnya mengais sesuap nasi sewaktu dulu. Kataya, dia kenal aku dari seorang

temannya sesama pengamen dulu yang sempat kumaki saat ngamen di tengah

kemacetan jalan. Sangat lelucon!! Hanya dengan peristiwa kecil menurutku, tapi ada

hikmahnya.

Aaahh…….mengenang 3 tahun silam membuatku geli dan terharu. Aku tak

mengiyakan kalamnya, namun aku segera memeluknya erat layaknya adik kandung ku.

Dan aku berdesis pelan, “ Terimakasih, semoga tidak ada lagi anak- anak yang senasib

seperti hidupmu dulu. Dan jika masih ada, kita terror para tikus negara itu !”Aku

tertawa dan dia pun tertawa menikmati anugrah rahmat dan hidayah dari-NYA….

Kuletakkan tangan di kepalanya seraya mencium keningnya kembali " Terima kasih

dek…"//

Cerpen ‘31

HILANG

Page 34: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

34

hukuman Presiden RI

(Maaf ini hanya guyonan tanpa ber-

maksud apa-apa) Di akhi-

rat"seorang"malaikat sedang mang-

hakimi keempat presiden Indonesia.

Malaikat:"hai Soekarno karena

jasamu kamu masuk surga,tapi kamu

tidak boleh beristri selamanya".

Soekarno:"baik malaikat,saya terima

titahnya".

Malaikat:"hai Soeharto karena keja-

hatanmu kamu masuk neraka, tapi

nggak boleh kudeta sama malaikat

neraka lainnya".

Soeharto:"baik malaikat".

Malaikat:"hai Habibie karena kepin-

taranmu,kamu masuk surga tapi

nggak boleh bikin CN-235 nanti jatuh

bikin rusak surga".

Habibie:"mau bikin kapal PAL boleh

nggak?".

Malaikat:"auk elap".

Malaikat:"Gus Dur karena kamu

membabat habis korupsi di Indone-

sia,kamu nggak masuk neraka".

Gus Dur:"Jadi masuk surga donk!".

Malaikat:"nggak juga!".

Gus Dus:"jadi?".

Malaikat:"Kamu ditugaskan Tuhan

untuk mengurus korupsi para malai-

kat.

Surat Patah Hati Penjual Rujak

Wajahmu memang MANGGIS, wa-

takmu juga MELONkolis, tapi hatiku

NANAS karena cemburu hingga SIR-

SAK nafasku, hatiku ANGGUR lebur.

Ini memang sebuah DELIMA dalam

hidupku, memang SALAKku, jarang

APEL malam minggu.

Ya Tuhan, mohon BELIMBINGANmu,

kalau memang per-PISANG-an ini baik

untukku, SEMANGKA dia bisa bahagia

dengan yang lain

TTD: SAWOnara.

Surat tersebut dapat balasan dari

pacarnya yang ternyata seorang tu-

kang sayur.

Membalas KENTANG suratmu itu,

BROKOLI sudah kubilang, jangan

setiap aku datang rambutmu selalu

KUCAI, JAGUNGmu gak pernah dicu-

kur.

Disuruh datang malam minggu, eh

nongolnya LABU.

Di tambah lagi kondisi keuanganmu

makin hari makin PARE, kalau mau

menelpon saja mesti ke WORTEL

dulu...CABE deh!!! -_-

Page 35: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

35

Seminar regional

bersama Syaikh

Raid al Hulaihil

(Lebanon) di

PCINU Sudan

Malam

Deklamasi

Puisi oleh para

pujangga di

KBRI

Khartoum

LESBUMI NU SUDAN

Grand Opening

program kerja

periode 2014-

2015 yang

dihadiri

Hadrotus

Syaikh Umar

at Tijani.

LAKPESDAM NU SUDAN

Pendataan serta

penerjemahan

ijasah calon

kader baru

PCINU Sudan

LK NU SUDAN

Page 36: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

36

P engurus Cabang

Istimewa Nahdlatul

Ulama Sudan men-

girimkan empat

delegasinya ke Turki pada 15 Mei

2014 kemarin. Keempat delegasi itu

terdiri dari H. Zainul Alim, MA (Rais

Syuriah PCINU Sudan), H. LianFuad,

BS (Wakil Rais Syuriah PCINU

Sudan), H. Muh. Radhi Al Mardhi, MA

(Wakil Ketua Tanfidziah PCINU

Sudan) dan Muh. Luqman Hambali

(Wakil Sekretaris

PCINU Sudan).

Pengiriman

ini untuk memenuhi

undangan Pengurus

Cabang Istimewa

Nahdlatul Ulama

(PCIU) Turki dalam

penghelatan konfer-

ensi internasional

bertajuk “Reiventing

Islamic Traditon in

Indonesia and Turki:

Historical Root, Pre-

sens Status, and Fu-

ture Projections”.

Konferensi

ini pun dihadiri pula

oleh beberapa PCI

Dunia seperti, PCINU

Syiria, PCINU

Maroko, PCINU Paris

dan PCINU Arab

Saudi.Kegiatan yang berlangsung di

Atakent Kultur Merkezi, Istanbul

pada Ahad, 18 Mei 2014 ini meru-

pakan konferensi internasional per-

tama PCINU Turki.

Dalam Konferensi Internal

ini berhasil menghasilkan beberapa

keputusan, salah satunya adalah ter-

bentuknya Komite Istanbul dimana

Rais Syuriah PCINU Sudan, H Zainul

Alim, MA sebagai ketua koordinator

PCINU Afrika dan Timur Tengah.

Pada hari kedua dilaksana-

kan Seminar Internasional. Hadir

sebagai pembicara dalam konferensi

ini Prof. DR. Martin Van Bruinessen

( Islamic Studies,

Etrect Univercity), DR

Syafiq Hasyim ( Is-

lamic Studies, Freie-

Universitied Berlin ),

serta Prof DR. Sait

Ozerfarle ( Ottoman

Intelektual History,

Yildiz Technical Uni-

versity).

Membuka

acara konferensi ini

GISBI ( Gita Seni dan

Budaya Indonesia)

menampilkan tari

saman . Pada sesi

pertama Duta Besar

RI untuk Turki, Na-

hari Agustini mema-

parkan kerjasama

Indonesia dan

Turki.“Kerjasama

Indonesia danTurki

sudah dimulai sejak abad 16, keti-

kaTurki mengirimkan bantuan perang

untuk Aceh” kata Nahari Agustini.

Setelah itu Duta Besar RI

Delegasi PCINU Sudan dengan

Rais Syuriah PCINU Syiria

Page 37: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

37

untuk Al Jazair, Ahmad NIam Salim

dan Ahmad Sairozi ( IntelektualMuda

NU) memaparkan pandangan mereka

mengenai demokrasi dan islam. Ke-

mudian sesi yang dimoderatori oleh

Zacky Choirul Uma mini dilanjutkan

dengan sesi Tanya jawab yang men-

dapat tanggapan cukup antusias dari

ratusan peserta konferensi.

Dalam seminar interna-

sional ini ditampilkan pula video

Nahdlatul Ulama untuk memperke-

nalkan Nahdlatul Ulama kemasyara-

kat Turki.

Sesi kedua konferensi

serasa lebih hidup. Syafiq Hasyim,

doctor yang juga sebagai Rois Syuriah

PCINU Jerman ini memaparkan pan-

dangannya tentang demokrasi di

Indonesia. Dimulai dengan situasi

terakhir Indonesia setelah jatuhnya

Soeharto, modern islam, dan kebe-

basan pers.

Kemudian Sait Ozefarlin

lebih memaparkan tentang sejarah

Turki Ousmani. Terakhir, Martin Van

Bruinessen Peneliti Islam di Indone-

sia dan peneliti di berbagai Negara ini

membandingkan Islam di Indonesia

dan Turki. Sesi ke dua ini dimodera-

tori oleh DR AlteyAtli.

Hari ketiga seluruh delegasi

PCINU dunia diajak oleh panitia un-

tuk menikmati keindahan kota Istan-

bul denganmengunjungitempat-

tempatbersejaran di Istanbul. Be-

berapa tempat yang dikunjungi

adalah Hagia Shofia, Blou Mouse,

Makam Abu Ayub Al Anshori, dan

beberapa masjid bersejarah di Istan-

bul.//Hambali

Penyerahan cinderamata oleh PCINU

Sudan (wakil Syuriah) kepada PCINU Turki

(katib Syuriah)

Sambutan oleh Rais Syuriah PCINU Sudan

(KH. Zainul Alim, MA)

Penyerahan cinderamata untuk Bapak

Duta Besar Al Jazair

Dari kiri: Bang Rodli (wakil Tanfidz),

Hambali (Sekretaris II), Kang Alim (Rais

Syuriah), Cak Yan (Wakil Syuriah)

Page 38: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

38

Wawancara

eksklusif

bersama Dubes

untuk TAF

edisi perdana

LTN NU SUDAN

PHBI

Isra’ Mi’raj

bersama

Jama’ah

pengajian

Al Hijrah

LD NU SUDAN

Dari kiri: Zainul Alim (Rais Syuriah), Burhanuddin

Badruzzaman (Duta Besar RI di Sudan), Tholhah Ubaidi

(Home Staff KBRI Sudan)

عليكم بفرقة أھل السنة والجماعة الناجية

Page 39: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

39

PELINDUNG

Rais Syuriah PCINU Sudan

Ketua Tanfidz PCINU Sudan

PENANGGUNG JAWAB

LTN NU Sudan

PIMPINAN REDAKSI

SEKRETARIS BENDAHARA

DEWAN REDAKSI REPORTER

EDITOR

DESIGN & LAYOUT

ADVERTISING

Page 40: Tathwirul Afkar edisi Juni 2014

40