tegak menanggung siksa biografi dakwah a
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
1/14
TEGAK MENANGGUNG SIKSA:
BIOGRAFI DAKWAH AHMAD BIN HANBAL (778855 M)
Oleh Rimbun Natamarga
Islam datang ke muka bumi dengan Nabi Muhammad sebagai rujukan utamanya. Ia
seorang penyampai berita-berita yang datang dari langit melalui perantaraan malaikat
Jibril. Melalui Nabi Muhammad semua masalah yang diadukan kepadanya dijawab
dan melaluinya pula segala kabar yang tidak sanggup dicari oleh manusia sekitarnya
disampaikan. Kedudukannya di tengah masyarakat Islam pada saat itu tidak ubah
seperti kedudukan seorang guru di tengah murid-muridnya. Mereka, murid-murid
yang dimaksud, dikenal sebagai sahabat-sahabat Nabi Muhammad dari kaum
Muhajirin dan Anshor serta sahabat-sahabat yang lainnya. Proses belajar mereka
berlangsung dengan teori dan praktek, baik di dalam ruangan tertentu seperti di dalam
masjid atau pun di luar ruangan seperti di tengah perjalanan dan di tanah lapang, baik
dalam yang sudah rutin atau pun dadakan. Dalam semua keadaan, transfer ajaran
Islam dapat berlangsung. Karena itu, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa
ajaran-ajaran Islam berkembang pada awalnya melalui tradisi hubungan guru-murid.
Keadaan seperti ini ternyata terus berlanjut sejak Nabi Muhammad wafat. Murid-
muridnya, baik sahabat-sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshor dan juga di
sahabat-sahabat lain luar mereka, inilah yang menjadi agen-agen penyebar ajaran
Islam. Mereka semua mewariskan Islam kepada murid-murid mereka untuk kemudian
disebarkan ke masyarakat secara luas melalui cara yang serupa. Biasanya, dalam
hubungan guru-murid yang lebih intens tercipta ikatan batin yang akrab, sehingga
adakalanya seorang murid tidak dikenal dan/atau disebut dengan istilah "murid",
tetapi dikenal dengan sebutan "sahabat" untuk menunjukkan jarak yang dekat antaraguru dan murid. Misalkan seorang guru yang bernama Abu Hanifah, maka murid-
muridnya dikenal dengan sebutan para sahabat Abu Hanifah atauashhab Abi Hanifah;
bagi sesama murid penyebutan yang kerap dipakai ketika membicarakan rekan seguru
adalah "ashabuna". Penamaan seperti yang terakhir ini lebih mengesankan pertemanan
yang akrab ketimbang hubungan yang bersifat akademis. Biasanya, sekumpulan murid
lebih memilih pendapat gurunya daripada pendapat orang lain dan hal ini dapat
diwajari. Bentuk hubungan guru-murid seperti ini dikenal dengan istilahtalaqqi.
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
2/14
Dari hubungan-hubungantalaqqiinilah orisinalitas pendapat sang guru dalam
pelbagai masalah diketahui banyak orang. Para murid adalah agen-agen orisinalitas
yang dimaksud. Khalayak luas mengenal ucapan-ucapan guru yang ada tersebut dari
para murid ini. Selain itu, dalam hubungan-hubungan yang seperti ini, transfer yangterjadi bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke murid, tetapi juga bentuk-
bentuk etika yang ada pada guru. Sering kali pula terjadi seorang murid tanpa sengaja
menyerap sifat-sifat pembawaan gurunya, seperti gaya bicara dan tertawa, gaya
berjalan, sikap-sikap pribadi ketika menghadapi masalah, bahkan terkadang juga
pilihan-pilihan kata ketika berbicara dan menulis sebuah makalah ilmiah. Adalah
sesuatu yang wajar bila yang terjadi kemudian kecenderungan-kecenderungan untuk
mengedepankan guru-guru yang memiliki etika yang baik selain pengetahuan yang
mumpuni dan adalah sesuatu hal yang wajar pula bila muncul kecenderungan-kecenderungan untuk merasa berat mendatangi guru yang tidak memiliki etika yang
baik meskipun memiliki kadar pengetahuan yang baik.
Khusus dalam bidang fiqih, sepanjang sejarah Islam, telah muncul banyak mazhab-
mazhab fiqih. Al-Laitsiyah, Al-Awza'iyah, Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, As-Sufyaniyah,
Adz-Dzohiriyah, Asy-Syafi'iyah, dan Al-Hanbaliyah adalah beberapa contoh mazhab
fiqih yang pernah muncul dalam sejarah. Akan tetapi, dari semua mazhab yang ada
ini, hanya empat mazhab yang dikenal luas sampai hari ini, bahkan pada umumnyamasyarakat cenderung untuk menafikkan mazhab-mazhab lain di luar keempat
mazhab tersebut. Keempat mazhab yang dimaksud adalah mazhab Al-Hanafiyah, Al-
Malikiyah, Asy-Syafi'iyah, dan Al-Hanbaliyah.
Keempat mazhab ini muncul sebagai hasil dari hubungan guru-murid yang ada.
Mereka, para guru yang dimaksud, menyampaikan pengetahuan-pengetahuan kepada
murid-murid mereka masing-masing. Termasuk yang disampaikan di dalam majelis-
majelis guru mereka adalah prinsip-prinsip pokok dalam mengambil suatu keputusan
hukum dari permasalahan-permasalahan fiqih yang ada. Di kemudian hari, murid-
murid yang ada menyebarluaskan bentuk-bentuk pengetahuan dari guru-guru mereka
tersebut melalui majelis-majelistalaqqimereka, yang kemudian menarik banyak
pengikut di pelbagai belahan negara-negara Islam. Prinsip-prinsip dalam mengambil
keputusan hukum inilah kemudian dikenal dengan sebutan mazhab yang pada titik
waktu tertentu, bahkan, suatu mazhab dapat menarik banyak pengikut yang kemudian
mereka jadikan sebagai mazhab negara tempat mereka hidup.
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
3/14
Mazhab Hanbali pun seperti itu. Mazhab fiqih ini banyak diperkenalkan sekaligus
disebarluaskan oleh para pengikut imam mazhab ini, Ahmad bin Hanbal. Di antara
mereka, yang melalui karyanya banyak kalangan mengenal Ahmad bin Hanbal beserta
mazhab fiqihnya, adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad binQudamah Al-Maqdisi. Karya terkenalnya adalahAl-Mughni fi fiqhil Imam Ahmad bin
Hanbal Asy-Syaibani(Pencukup dalam Fiqih Imam Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibani).
Buku ini memuat banyak nukilan pendapat-pendapat Ahmad bin Hanbal dalam
pelbagai masalah fiqih. Banyak pihak yang merujuk karya ini untuk melihat pendapat-
pendapat Ahmad bin Hanbal. Dari karya inilah kemudian meluas pendapat-pendapat
Ahmad bin Hanbal dalam masalah fiqih ke pelbagai tempat. Mereka yang kemudian
bermazhab Hanbali dikenal dengan sebutan Al-Hanabilah, sedangkan salah satu
negara yang bermazhab Hanbali sekarang ini adalah Kerajaan Arab Saudi.
Ahmad bin Hanbal danAl-Mihnah
Ahmad bin Hanbal lahir pada tahun 164 H atau 778 M. Ia memiliki nama lengkap Abu
Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Adz-Dzuhli Asy-Syaibani Al-Marwazi
Al-Baghdadi. Ujung nasabnya kembali kepada Adnan, salah seorang moyang bangsa
Arab yang juga menurunkan orang-orang Quraisy. Meskipun dilahirkan di Baghdad,
Irak, kedua orangtuanya berasal dari Marw, satu wilayah di Khurasan. Mereka
kemudian pindah ke Baghdad. Kepindahan tersebut terjadi ketika ibunya sedangmengandung Ahmad bin Hanbal. Tiga tahun setelah kelahirannya, ayahnya,
Muhammad bin Hanbal, wafat. Sejak saat itu, Ahmad bin Hanbal dibesarkan oleh
ibunya.
Baghdad pada saat itu adalah ibukota kekhalifahan Abbasiyah. Beberapa ahli sejarah
dan bahasa berbeda pendapat tentang makna "Baghdad." Tentang orang yang pertama
kali menamakan kota ini dengan Baghdad belum diketahui pasti. Akan tetapi, sesuatu
yang diterima luas di kalangan ahli sejarah adalah nama lain Baghdad, Madinatus
Salam (kota keselamatan). Khalifah Al-Mansur, pendiri kota Baghdad, menamakan
kota ini dengan Madinatus Salam. Didirikan dengan biaya sekitar 4.883.000 dirham
dengan mengerahkan ribuan pekerja, Baghdad dimaksudkan oleh Al-Mansur sebagai
ibukota khilafah Abbasiyah yang baru. Kota Hasyimi sebagai ibukota pemerintahan
Abbasiyah sebelum Al-Mansur dirasa kurang memadai secara politis dan militer.
Selain itu, keadaan di tempat Baghdad dibangun lebih mendatangkan kenyamanan
ketimbang kota Hasyimi. Setelah bertahun-tahun dikerjakan, pada tahun 146 H,
pembangunan Baghdad rampung. Hasilnya adalah sebuah kota besar yang berbentuk
bundar, dikelilingi parit, dan dengan pusat kota adalah istana khalifah. Sulit untuk
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
4/14
menemukan kota yang dapat menandingi Baghdad pada saat itu. Kemegahan
Konstatinopel, ibukota kekaisaran Bizantium (Romawi Timur), kalah dibandingkan
Baghdad. Satu-satunya tempat yang dapat menandingi Baghdad adalah kota Kordova
di Spanyol pada masa keamiran Bani Umayyah. Konon, keindahan dua kota Islam inipada saat itu hanya dapat ditandingi oleh ibukota kekaisaran Cina.
Pada waktu Ahmad bin Hanbal lahir, khalifah Abbasiyah yang memerintah pada
waktu itu adalah khalifah Harun Ar-Rosyid. Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far
Harun bin Musa bin Abdullah. Julukannya adalah Ar-Rosyid. Kakeknya adalah Al-
Mansur, pendiri kota Baghdad. Masa pemerintahan Ar-Rosyid adalah masa-masa
keemasan khilafah Abbasiyah, yang terakui dalam sejarah Islam dan Barat sekaligus.
Baghdad pada waktu itu menjadi saksi tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh
Harun Ar-Rasyid. Di bidang agama, urusan sehari-hari dipegang langsung olehqodhi
al-akbarAbu Yusuf, seorang murid Abu Hanifah yang terkenal. Di bidang politik dan
militer, pemerintahan Ar-Rosyid dikenal sebagai pemerintahan yang kuat dan disegani
oleh kerajaan-kerajaan besar di Eropa. Kisah-kisah seputar hubungan diplomatik
antara kholifah Ar-Rosyid dengan Raja Charle Magne dan Ratu Irene merupakan bukti
tentang itu. Pemerintahannya berlangsung stabil, sehingga pada masa ini pencapaian-
pencapaian baru dalam pelbagai bidang muncul untuk kemudian diwariskan kepadakhalifah-khalifah penerusnya. Apabila khalifah Al-Mansur dikenal sebagai peletak dan
pendiri pemerintahan Abbasiyah yang sebenarnya, maka khalifah Ar-Rosyid dikenal
sebagai simbol kemajuan Abbasiyah yang terus diingat di dalam sejarah Islam dan
Barat.
Pada masa dan ruang seperti itulah, Ahmad bin Hanbal dibesarkan oleh ibunya. Meski
demikian, ibunya tetap mendorongnya untuk mempelajari Islam pada tokoh-tokoh
yang terkenal keilmuannya pada saat itu.
Pertama kali ia mendengarkan uraian ilmu secaratalaqqipada majelis Abu Yusuf. Ia
yang bernama Ya'qub bin Ibrohim adalah wakil khalifah Ar-Rosyid dalam urusan
agama pada saat itu di kota Baghdad. Jabatannya sebagaiqodhi al-akbar, hakim agung,
khilafah Abbasiyah. Akan tetapi, dalam sejarah Islam, ialah yang pertama kali dijuluki
denganqodhil qudhot, penghulu para hakim. Majelis-majelisnya dikenal sebagai majelis
ro'yu. Sebagaimana yang telah dikenal luas, Abu Hanifah sebagai guru Abu Yusuf
dikenal sebagai imam dalam mazhabro'yu, mazhab yang lebih banyak
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
5/14
mengedepankan logika dalam menafsirkan dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits. Semua itu
kemudian diwariskan kepada murid-muridnya
Di majelis Abu Yusuf, Ahmad bin Hanbal sempat mendengarkan uraian-uraianlogikanya. Akan tetapi itu, tidak berlangsung lama. Ia kemudian berpaling ke majelis-
majelistahdits, majelis-majelistalaqqiyang di dalamnya disampaikan hadits-hadits nabi
tanpa uraian logika untuk menafsirkannya. Pada masa itu, di wilayah kekuasaan
khilafah Abbasiyah banyak terdapat majelis-majelistahdits, seperti di Kufah, Basroh,
daerah Yaman, Mesir, daerah-daerah di Khurasan seperti di Marw, dan juga di
Baghdad sendiri. Orang-orang yang mendalami hadits lewat majelis-majelis seperti ini
dikenal dengan sebutanahlul haditsataumuhadditsun.
Proses kepindahan Ahmad bin Hanbal dari majelisro'yuke majelistahditsterjadi
ketika ia berumur 15 tahun. Majelistahditsyang pertama kali ia hadiri adalah majelis
Husyaim bin Basyir Al-Washiti. Guru hadits pertamanya ini adalah seorangmuhaddits
terkenal. Kepadanya, Malik bin Anasimam mazhab Maliki, sempat mencari hadits.
Demikian pula dengan Asy-Syafi'iimam mazhab Syafi'isempat mencari dan
mendengarkan darinya. Dalam beberapa karyanya, sepertiAl-'Ilal wa Ma'rifah ar-Rijal,
Ahmad bin Hanbal beberapa kali mencantumkan hadits-hadits yang ia dapatkan dari
Husyaim bin Basyir. Setelah gurunya wafat, Ahmad bin Hanbal pergi untuk memulairihlahnya ke kota Kufah.
Untuk mendapatkan satu hadits, bukan perkara yang gampang pada masa Ahmad bin
Hanbal hidupdan ini bukan rahasia umum di kalanganahlul hadits. Untuk
mendapatkan hadits, seseorang harus bertalaqqikepadamuhadditsyang memiliki
perbendaharaan hadits, baik dalam bentuk hafalan atau pun dalam bentuk tulisan.
Prosestalaqqiyang seperti itu tidak mungkin dilakukan tanpa mendatanginya. Karena
tingkat kebehargaan hadits di sisi umat Islam yang demikian tinggi, sering kali seorang
muhadditsdidatangi oleh para pencari haditsseperti Ahmad bin Hanbaldan karena
nilai hadits yang demikian tinggi itu pula sering kali seseorang harus menyampingkan
segala ego dan perasaan gengsinya demi mendapatkan satu hadits pada seseorang
yangmisalnyaberdiam di tempat terpencil dan juga berumur lebih muda darinya.
Hal seperti ini termasuk yang pernah dicontohkan para sahabat Nabi Muhammad,
ketika mereka berusaha mencari tahu keabsahan hadits-hadits Nabi yang mereka
dapatkan. Agar tercapai semua itu, seseorang butuh untuk melakukanrihlah, sehingga
adakalanya prestise seorangmuhadditsdinilai berdasarkan perbendaharaan hadits yang
didapatkannya danmuhadditsyang didatanginya.
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
6/14
Rihlahdiartikan sebagai perjalanan.Rihlahapabila dikaitkan dengan upaya mencari
hadits, maka dapat berarti suatu perjalanan untuk mendapatkan, dan terkadang juga
mengumpulkan, hadits darimuhadditsdi tempat lain.Ar-rihlah fi tholabil ilmiadalahungkapan umum yang semakna untuk upaya mencari ilmu agama. Karena kedudukan
ilmu agama yang sangat penting,rihlahdipandang sebagai suatu bentuk ibadah
tersendiri yang tidak kalah penting dari ibadah-ibadah yang lain. Seseorang yang telah
menghabiskan waktunya untukrihlahbiasanya akan dimuliakan oleh masyarakat
tempat ia berdiam. Mereka dihomati, bahkan disegani oleh banyak pihak, termasuk
oleh para penguasa negeri-negeri Islam. Hasil daririhlahinilah kemudian yang
disampaikan dalam majelis-majelistalaqqi.
Dari Kufah, ia kemudian melanjutkanrihlahnya ke pelbagai negeri Islam saat itu. Di
negeri-negeri tersebut, ia pernah mengunjungi dan mendengarkan hadits dari
Abdullah bin Mubarok, Abu Mu'awiyah Muhammad bin Khozim, Sufyan bin Sa'id
Ats-Tsauri, Sufyan bin 'Uyainah, Mu'tamir bin Sulaiman, Abu Bakar bin 'Iyasy, 'Abidah
bin Humaid Al-Hadzdza', Muhammad bin Ja'far Ghundar, Ismail bin 'Ulayyah, Hafsh
bin Ghiyats, Waki' bin Jarroh, Abdurrohman bin Mahdi, Muhammad bin Basysyar
Bundar, Abdurrozzaq, dan Muhammad bin Idris Asy-Syafi'iimam mazhab Syafi'i.
Mereka semua adalah sekedar contohmuhadditsunterkenal yang pernah dikunjungioleh Ahmad bin Hanbal dalamrihlah-rihlahnya. Ada banyakmuhadditsdalam daftar
muhadditsyang pernah dikunjunginya. Dari masing-masingmuhaddits, ia bisa
mendapatkan beberapa hadits. Paling sedikit hadits yang didapatkannya, yakni satu
hadits, adalah dari Yahya bin Sulaim. Meski demikian, di kalangan paramuhadditsun,
semuamuhadditsyang pernah dikunjungi Ahmad bin Hanbal tersebut tetap dianggap
dan disebut sebagai gurunyawalaupun hanya dapat memberikan satu hadits atau
dalam waktu yang begitu singkat.
Talaqqi, muhaddits,rihlahsemua ini adalah poros kehidupan Ahmad bin Hanbal.
Sebagian besar umurnya, bahkan lebih, dihabiskannya dalam poros-poros tersebut.
Bukti itu semua adalah fakta bahwa ia baru melangsungkan pernikahannya pada
waktu berumur 40 tahun dengan seorang wanita Arab, sedangkan hal seperti ini bukan
suatu hal yang lazim di kalangan masyarakat pada waktu itu. Dari pernikahan ini, ia
mendapatkan anak laki-laki yang dinamai dengan Sholih. Setelah kematian istrinya ini,
ia kembali melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita yang kemudian
melahirkan anak laki-laki yang dinamai dengan Abdullah. Meski demikian, selama
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
7/14
rihlahnya tersebut, Ahmad bin Hanbal sempat pula menunaikan haji sebanyak lima
kali: tiga kali dengan berjalan kaki, dua kali dengan menaiki kendaraan.
Hasil dari semua usahanya ini dapat disaksikan dari kedudukannya di kalanganahlulhadits. Banyak orang yang datang menemuinya hanya untuk menghadiri majelis-
majelistahditsnya. Sebagian dari mereka terdiri dari orang-orang yang ingin
mendapatkan hadits, sebagian lain adalah orang-orang yang ingin mempelajari etika
seorang pencari hadits. Orang-orang yang mengunjunginya juga datang untuk
menanyakan pelbagai persoalan dalam Islam, seperti masalah aqidah, fiqih, hadits, dan
juga etika seorang muslim, sehingga kedudukannya pada waktu itu dipandang bukan
lagi semata seorang pencari hadits, tetapi sebagai salah satu rujukan penting di
Baghdad yang patut untuk dikunjungi; ia telah dianggap sebagai seorangmuhadditsyang memiliki perbendaharaan hadits. Di antara sekian banyak orang yang menghadiri
majelis-majelistahditsnyaitu adalah Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, pemilikShohih
Al-Bukhorisalah satu antologi hadits-hadits Nabi Muhammad yang paling otoritatif
di kalangan umat Islam.
Selain itu, hasilrihlahAhmad bin Hanbaltersebut dapat dilihat dari karyanya yang
lebih dikenal dengan namaAl-Musnad. Karya ini adalah sebuah antologi hadits-hadits
Nabi Muhammad yang disusun berdasarkan urutan nama para sahabat yangmeriwayatkan hadits-hadits tersebut. Di dalam karya ini, terdapat sekitar 30.000 hadits
yang disusun berdasarkan klasifikasi sahabat-sahabat nabi. Klasifikasi tersebut dimulai
dari hadits-hadits sepuluh sahabat yang telah direkomendasi oleh Nabi Muhammad
untuk masuk surga, sahabat-sahabat senior di luar sepuluh sahabat tersebut, sahabat-
sahabat yang tergolongahlu baitnabi, sisa sahabat-sahabat senior, juga sahabat-sahabat
yang berdiam di Makkah-Madinah-Syam-Kufah, sisa sahabat-sahabat Anshor, sampai
kemudian ditutup dengan hadits-hadits dari para sahabat nabi yang berasal dari
kabilah-kabilah di luar Makkah dan Madinah.
Karyanya ini tergolong karya besar. Dari ketiga anaknya, Hanbal, Sholih, dan
Abdullah, karya ini disampaikan ke paramuhadditsyang ada pada saat itu. Setelah
masa mereka, ternyata banyakmuhadditsyang memberikan perhatian yang lebih
kepada karya ini. Di antara mereka ada yang sengaja khusus mencari hadits-hadits
palsu saja, sebagai bentuk pemisahan antara hadits-hadits yang dapat diterima dan
yang tidak dapat diterima, seperti yang dilakukan oleh Ibnul Jauzi dalamAl-
Maudhu'at.Ada yang melengkapi hadits-hadits di dalamnya, seperti yang dilakukan
oleh anaknya, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalamZawaid Musnad Ahmad bin
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
8/14
Hanbal. Tercatat juga yang khusus menulis satu makalah ilmiah sebagai pembelaan
terhadapAl-Musnadini, seperti Ibnu Hajar Al-Asqolani dalamAl-Qoulul Musaddad fi
Adz-Dzabbi 'an Al-Musnad. Bahkan ada yang meneliti derajat masing-masing hadits di
dalamnya (derajatshohih, dhoif, maudhu') seperti yang dilakukan oleh Ahmad Syakirdalam sembilan jilid besar.
Salah satu yang tidak patut untuk dilupakan ketika membicarakan kehidupan Ahmad
bin Hanbal adalah peristiwaal-mihnah, sebab peristiwa ini merupakan satu tonggak
penting dalam kehidupannya yang membuat namanya terukir dalam sejarah. Dalam
beberapa tulisan sejarah, peristiwa ini lebih dikenal sebagaiayyamul mihnahyang bila
diartikan kata per kata adalah hari-hari ujian. Dikatakan ujian, karena pada hari-hari
itu setiap orang diuji sikap keberagamaannya dengan pertanyaan "Al-Qur'an makhluk(ciptaan Allah) atau bukan?" yang diajukan oleh kholifah Abbasiyah dan orang-orang
khusus yang ditunjuknya. Seseorang dikatakan memiliki Islam yang baik bila
menjawab bahwa Al-Qur'an itu ciptaan Allah dan dianggap tidak benar Islamnya bila
mengatakan bahwa Al-Qur'an itu bukan ciptaan Allah. Keyakinan bahwa Al-Qur'an itu
ciptaan Allah dijadikan sebagai ideologi pemerintahan, sehingga siapa pun yang
berseberangan dengan ideologi tersebut berhak untuk dihukum oleh pemerintah.
Karena bentuk ujian seperti ini tidak jauh berbeda dengan proses inkuisisi yang
diadakan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella di Spanyol pada abad ke-15 M kepadarakyat mereka pada waktu itu, maka tidak juga disalahkan bilaal-mihnahdiartikan
juga sebagai inkuisisi.
Kholifah Abbasiyah yang pertama kali mengadakan bentuk inkuisisi seperti ini adalah
kholifah Al-Makmun. Ia adalah Abu Ja'far Abdullah bin Harun Ar-Rosyid. Oleh
ayahnya, Harun Ar-Rosyid, ia diberi julukan Al-Makmun. Mulai memegang jabatan
kholifah Abbasiyah pada tahun 198 H. Jabatan ini dipegangnya selama dua puluh
tahun lima bulan. Ia sudah menghadiri majelis-majelistahditssejak usia belia. Ia
pernah mendengar hadits dari Husyaim bin Basyir, Abu Mu'awiyah Adh-Dhorir,
Ismail bin 'Ulayyah, dan beberapamuhadditsyang lainnya. Ia pun menyampaikan
hadits-hadits kepada orang-orang di sekelilingnya dan juga rakyatnya ketika
menyampaikan orasi penting. Tercatat beberapa tokoh penting yang sempat
mendapatkan hadits darinya, seperti Qodhi Abu Yusuf, Yahya bin Aktsam seorang
qodhi di wilayah Washiti, Al-Fadhl bin Al-Makmunanaknya, dan beberapa tokoh
lainnya.
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
9/14
Selain hadits, sejak belianya, ia juga mempelajari beberapa cabang ilmu agama, seperti
ilmu bahasa, ilmu waris, dan ilmu fiqih. Di luar ilmu-ilmu agama, ia ikut mempelajari
syair-syair Arab, ilmu filsafat, ilmu perbintangan, dan matematika. Akan tetapi, dari
semua ilmu tersebut, ia banyak terpengaruh dengan ilmu filsafat yang membuatnyadekat dengan orang-orang yang memiliki aqidah mu'tazilah, seperti Bisyr bin Ghiyats
Al-Marisi, seorang tokoh Mu'tazilah terkenal saat itu. Di luar aqidah mu'tazilah, ia juga
memiliki kecenderungan terhadap aqidah Syi'ah, sehingga corak pemerintahan pada
masanya banyak diwarnai oleh pengaruh-pengaruh dari kedua aqidah itu. Termasuk
juga kebijakan tentang inkuisisi tersebut.
Inkuisisi yang dimaksud bermula pada tahun 218 H. lewat selembar surat edaran
kepada wakilnya di Baghdad, Ishaq bin Ibrohim. Isi surat tersebut adalah perintahuntuk mengumpulkan sejumlah qodhi,muhaddits, dan imam masjid-masjid di
Baghdad agar kemudian menguji mereka tentang kemakhlukan (keterciptaan) Al-
Qur'an. Apakah Al-Qur'an ini ciptaan Allah atau bukan? Pada prakteknya, surat
tersebut dibacakan ke hadapan publik di Baghdad. Setelah itu, barulah Ishaq bin
Ibrohim mengumpulkan tokoh-tokoh tertentu yang ditunjuk oleh Al-Makmun. Mereka
yang dimaksud adalah Muhammad bin Sa'adsekretaris Al-Waqidi, ahli sejarah Islam
terkenal, Abu Muslim Al-Mustamli, Yazid bin Harun, Yahya bin Ma'in, Zuhair bin
Harb, Ismail bin Mas'ud, dan Ahmad bin Ad-Dauroqi. Ke hadapan mereka semua,oleh Ishaq bin Ibrohim, diajukan pertanyaan dari Al-Makmun tentang keterciptaan Al-
Qur'an. Dengan segala keterpaksaan mereka semua menjawab bahwa Al-Qur'an itu
ciptaan Allah. Atas perintah Al-Makmun juga, jawaban mereka itu diumumkan ke
khalayak luas.
Tercatat lebih dari empat kali Ishaq bin Ibrohim memanggil para qodhi,muhaddits, dan
imam masjid untuk menguji mereka pada waktu itu. Kebanyakan mereka menjawab
bahwa Al-Qur'an adalah ciptaan Allah dengan terpaksa seperti tokoh-tokoh yang
dipanggil pertama kali. Motif keterpaksaan mereka beragam. Ada di antara mereka
yang terpaksa menjawab seperti itu agar jabatannya di pemerintahan tetap bertahan.
Ada pula atas dasar imbalan dari pemerintah atau atas dasar ancaman sanksi fisik
yang bakal ditimpakan kepada mereka. Akan tetapi, di antara mereka terdapat
beberapa tokoh yang menjawab bahwa Al-Qur'an bukan ciptaan Allah. Mereka adalah
Al-Hasan bin Hammad Sajadah, Ubaidullah bin Umar Al-Qowariri, Ahmad bin
Hanbal, dan Muhammad bin Nuh Al-Jundaisapuri. Mereka semua dipanggil bersama
tokoh-tokoh yang lain, seperti Qutaibah bin Said, Abu Hayyan Az-Ziyadi, Ali bin Abi
Muqotil, Sa'dawaih Al-Washiti, Ali bin Al-Ja'ad, Ishaq bin Abi Isroil, Abu Nasr At-
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
10/14
Tammar, Abu Syuja', dan beberapa tokoh yang lain. Dari sejumlah itu, hanya empat
orang yang bertahan dengan jawaban bahwa Al-Qur'an bukan ciptaan Allah,
sebagaimana yang telah disebutkan. Dalam keadaan terantai kaki-kaki mereka dan
diawasi penuh, hanya tersisa dua orang yang tetap bertahan dengan jawaban masing-masing. Mereka adalah Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Nuh. Mereka berdua
bertahan dengan keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah, salah satu sifat dari
sifat-sifat Allah, dan bukan ciptaan Allah.
Mereka berdua belum mendapat sanksi nyata dari Al-Makmun secara langsung.
Sampai kemudian terdengar kabar tentang kematian Al-Makmun ketika berada di
Torsus, suatu tempat di wilayah Romawi, pada tahun itu juga. Urusan ini kemudian
dilanjutkan pada pemerintahan dua kholifah setelah itu, Al-Mu'tashim dan Al-Watsiq.Pada masa-masa mereka berdualah, hukuman fisik bagi yang menolak keyakinan
bahwa Al-Qur'an itu ciptaan Allah dikenakan secara luas, mulai dari hukuman
penjara, cambuk, sampai dengan hukuman mati. Semua itu dimulai dengan
menyebarkan surat-surat edaran agar semua rakyat mengakui keyakinan tersebut
sekaligus memerintahkan para guru dan pengajar agar mengajari murid-murid mereka
seperti itu.
Ahmad bin Hanbal termasuk yang dihukum penjara dan dicambuk. Biasanya, iadipanggil menghadap kholifah dalam keadaan terbelenggu. Setelah diuji untuk
kesekian kali, dan masih juga dalam jawaban yang sama seperti pertama kali, ia dihina
dan dicambuk di hadapan kholifah dan para mentrinya. Setelah itu, ia dipulangkan ke
penjaranya. Hukuman tersebut dilaksanakan berkali-kali, selama pemerintahan
kholifah Al-Mu'tashim dan Al-Watsiq. Bukti hukuman tersebut dapat dilihat dari
bekas-bekas cambukan yang ada pada punggungnya, sebagaimana yang diceritakan
oleh salah seorang anaknya di kemudian hari. Keadaan baru berubah pada masa
pemerintahan kholifah Al-Mutawakkil. Pergantian kholifah dari Al-Watsiq kepada Al-
Mutawakkil sekaligus menandai berakhirnya masa inkuisisi, setelah menelan korban
yang demikian banyak.
"Sungguh," puji Ali bin Al-Madini, "Allah telah memuliakan Islam ini lewat Abu Bakar
padaayyamur riddahdan lewat Ahmad bin Hanbal padaayyamul mihnah." Pujian ini
datang dari seorangmuhaddits,rekan Ahmad bin Hanbal, sebagai tanda bahwa sikap
bertahan Ahmad bin Hanbal dengan keyakinan Al-Qur'an adalah kalam Allah, sifat
Allah, dan bukan makhluk, adalah penting pada waktu itu. Hal ini pun diakui sendiri
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
11/14
oleh sejarawan Barat yang menulis tentang masalahAl-Mihnahini. Seperti Phillip K.
Hitti, dalamHistory of the Arabs, menulis bahwa
"Konservatisme Ibn Hanbal merupakan benteng ortodoksi di Baghdad terhadapberbagai bentuk inovasi kalangan Mu'tazilah. Meskipun telah menjadi korban inkuisisi
(mihnah), dan pernah diikat dengan rantai pada masa Al-Ma'mun, serta dihina, dan
dipenjara oleh Al-Mu'tashim, Ibn Hanbal tetap teguh pada pendiriannya, dan tidak
mengakui berbagai bentuk modifikasi terhadap keyakinan tradisional."
Lebih jauh lagi, dalam nada pujian, ia menganggap bahwa Ahmad bin Hanbal adalah
sosok yang paling penting "yang keberanian dan kegigihannya memperjuangkan
pemikiran ortodoks-konservatif menghiasi lembar-lembar sejarah dengan indah."
Sikap bertahan yang diperlihatkan oleh Ahmad bin Hanbal juga menjadi benteng
pertahanan terakhir di mata paramuhadditssaat itu. "Banyak orang," kata Yahya bin
Ma'in setelah masa inkuisisi berlalu, "menginginkan agar kami bersikap seperti Ahmad
bin Hanbal. Demi Allah, tidak akan sanggup kami sepertinya dan tidak akan sanggup
kami menanggung seperti apa yang ditanggungnya." Yahya bin Ma'in, sebagaimana
yang telah lewat, termasuk salah seorang tokohmuhadditsyang ikut diuji pada hari-
hari inkuisisi itu dan ia tidak bisa bertahan seperti Ahmad bin Hanbal. Karena itulah,ia melanjutkan, "Saya menjadikan Ahmad (bin Hanbal) sebagai dalih antara saya dan
Allah. Dan siapa pula yang sanggup menanggung beban seperti Ahmad bin Hanbal?!".
Ishaq bin Rohawaih juga berkata serupa, "Ahmad adalahhujjahantara Allah dan
hamba-hambaNya di bumi ini." Bahkan, "Kedudukan Ahmad bin Hanbal di tengah
umat (Islam) seperti kedudukan nabi", puji Qutaibah bin Said yang turut merasakan
inkuisisi pada waktu itu.
Pada tahun 241 H. Ahmad bin Hanbal wafat. Ia wafat setelah ditimpa sakit berhari-
hari. Ribuan manusia memadati proses pemakaman Ahmad bin Hanbal.
Pokok-Pokok Mazhab Hanbali
Sebagaimana yang telah lalu, Ahmad bin Hanbal adalah seorangmuhadditsyang telah
melakukanrihlahke pelbagai tempat untuk mendapatkan hadits-hadits. Semua
muhadditsyang pernah didatanginyayang ia mendapatkan hadits-hadits dari mereka
setidaknya dapat dikatakan guru baginya, termasuk Asy-Syafi'i dan Sufyan Ats-
Tsauri. Akan tetapi, kedua orang ini, tidak menjadikan Ahmad bin Hanbal sebagai
seorangSyafi'iyyah(pengikut mazhab Asy-Syafi'i), bukan pulaAts-Tsauriyyah(pengikut
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
12/14
mazhab Sufyan Ats-Tsauri). Ia, dengan kapasitas ilmu yang dimilikinya, memiliki cara
tersendiri dalam mengambil keputusan-keputusan hukum dalam permasalahan fiqih.
Dalam memutuskan hukum suatu masalah, Ahmad bin Hanbal membangunkeputusan-keputusannya di atas lima pokok utama. Dari kelima pokok inilah, murid-
murid dan para pengikut mereka terbedakan dari pengikut-pengikut mazhab-mazhab
fiqih yang lain.
Kelima pokok yang dimaksud adalah (1) Al-Qur'an danhadits-haditsshohihNabi
Muhammad; (2) segala sesuatu yang diputuskan (difatwakan) sahabat Nabi
Muhammad; (3) pendapat sahabat Nabi Muhammad yang paling dekat dengan Al-
Qur'an danhadits-haditsshohihketika terjadi perbedaan pendapat di kalangan parasahabat tersebut; (4)hadits-haditsyang berderajatdhoifdanmursal(selama berderajat
tidak tertolak dan mungkar) ketika tidak ada dalil-dalil Al-Qur'an danhaditsserta
pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi Muhammad yang dapat dipakai untuk
memutuskan tentang suatu masalah; dan terpaksa dengan (5) kias (qiyas) ketika tidak
ditemukan satu pun ayat Al-Qur'an,haditsshohih, perkataan para sahabat atau
pendapat dari mereka dan riwayat-riwayat yang berderajatdhoifdanmursal.
Sebagai ilustrasi, apabila muncul suatu persoalan lalu ditemukan ayat atauhaditsyangmenjelaskan masalah yang dimaksud, maka masalah itu diputuskan sesuai ayat atau
haditstersebut dan tidak berpindah kepada segala sesuatu yang menyelisihi ayat atau
haditstersebut.
Demikian pula, apabila ditemukan satu keputusan dari seorang sahabat atau lebih
dalam suatu masalah yang tidak ada satu pun sahabat-sahabat lain yang
menyelisihinya, maka masalah tersebut diputuskan seperti itu pula. Dalam hal ini,
biasanya Ahmad bin Hanbal tidak mengatakan bahwa ini adalah hasilijma', tetapi
dengan ungkapan "Tidak kuketahui sesuatu yang lain semisal ini."
Sebaliknya, apabila terdapat perbedaan pendapat di antara sahabat Nabi Muhammad
dalam suatu masalah, maka Ahmad bin Hanbal memilih pendapat yang paling dekat
dengan Al-Qur'an danhadits-haditsNabi Muhammad. Ia tidak keluar dari penafsiran
(pemahaman) para sahabat.
Apabila ternyata tidak ada satu pun pendapat mereka yang sesuai atau mendekati Al-
Qur'an danhadits-hadits, maka Ahmad bin Hanbal menyampaikan pendapat-pendapat
tersebut tanpa menetapkan yang benar di antara semua itu.
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
13/14
Apabila muncul suatu persoalan dan ternyata tidak ditemukan satu pun dari dalil-dalil
Al-Qur'an danhaditsserta pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi Muhammad
yang dapat dipakai untuk memutuskan tentang suatu masalah, maka akan diambilhadits-hadits yang berderajatdhoifdanmursaluntuk memutuskannya selamahadits-
haditstersebut bukanhadits-haditsyang tertolak atau mungkar. Akan tetapi, pemakaian
hadits-haditsdhoifdanmursalini banyak dibicarakan oleh para ulamahadits. Ada yang
membolehkan, selama dipakai untuk berdalil dalam masalahtarhib(motivasi jiwa),
targhib(intimidasi jiwa) dan bukan masalah hukum. Ada pula yang melarang tanpa
terkecuali. Dari dua pendapat tersebut yang lebih kuat dan diterima banyak ulama
haditsadalah pendapat kedua, sehingga pokok keempat mazhab Hanbali ini dikritik
oleh banyak ulama.
Terakhir, apabila untuk suatu persoalan tidak ditemukan satu pun ayat Al-Qur'an,
haditsshohih, perkataan para sahabat atau satu pun pendapat dari mereka, riwayat-
riwayathaditsyangdhoifdanmursal, maka terpaksa akan digunakan kias untuk
memutuskan persoalan tersebut.
Kelima pokok inilah yang menjadi dasar bagi Ahmad bin Hanbal dalam memutuskan
suatu masalah. Pokok-pokok tersebut adalah urutan-urutan dalam mengambilkesimpulan. Kelimanya digunakan secara urut dalam memutuskan perlbagai masalah
fiqih dan inilah yang diajarkannya kepada murid-murid yang datang dan menghadiri
selalu majelis-majelistalaqqinya. Para muridnya ini menyebarkan ajarannya melalui
majelis-majelistalaqqiyang mereka buka di pelbagai tempat. Dari majelis-majelis
tersebut, muncul banyak pengikut yang mempraktekkan prinsip-prinsip dalam
mengambil keputusan yang diajarkan Ahmad bin Hanbal. Sebagian di antara mereka
ada yang menulis risalah-risalah fiqih dan di dalamnya diaplikasikan prinsip-prinsip
tersebut. Sebagian yang lain bahkan menukil juga keputusan-keputusan hukum fiqih
dari Ahmad bin Hanbal langsung.
Akan tetapi, yang menjadi catatan penting adalah kepengikutan murid-murid Ahmad
bin Hanbal. Dalam usahanya menyebarkan ilmu yang ada padanya, ia sangat
menekankan pentingnya dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi Muhammad
yangshohih. Semua dalil yang ada tersebut dipahaminya berdasarkan pemahaman para
sahabat Nabi Muhammad yang tersampaikan melalui riwayat-riwayat yang ada. Bukti
dari ini semua adalah karyanya yang berjudulUshulus Sunnah.
-
7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A
14/14
(Bagi yang ingin mendalami lebih lanjut tentang tema artikel ini dapat merujuk ke
Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi,Siyar A'lam An-Nubala': Juz XIII,
Muassasah Ar-Risalah, Beirut, 1993; Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan,Min
A'lamil Mujaddidin:Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Ahmad bin Taimiyah, Al-ImamMuhammad bin Abdil Wahhab, Dar Alam Al-Kutub, Riyadh, 2002/1423; Ismail bin Katsir
Ad-Dimasyqi.Al-Bidayah wa An-Nihayah: Juz 10. Al-Manshurah: Aktabah Al-Iman. Tth;
Jalaluddin As-Suyuthi.Tarikh Khulafa': Sejarah Para Penguasa Islam. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar. 2001)