tegak menanggung siksa biografi dakwah a

Upload: mahyuni-ilyadi

Post on 20-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    1/14

    TEGAK MENANGGUNG SIKSA:

    BIOGRAFI DAKWAH AHMAD BIN HANBAL (778855 M)

    Oleh Rimbun Natamarga

    Islam datang ke muka bumi dengan Nabi Muhammad sebagai rujukan utamanya. Ia

    seorang penyampai berita-berita yang datang dari langit melalui perantaraan malaikat

    Jibril. Melalui Nabi Muhammad semua masalah yang diadukan kepadanya dijawab

    dan melaluinya pula segala kabar yang tidak sanggup dicari oleh manusia sekitarnya

    disampaikan. Kedudukannya di tengah masyarakat Islam pada saat itu tidak ubah

    seperti kedudukan seorang guru di tengah murid-muridnya. Mereka, murid-murid

    yang dimaksud, dikenal sebagai sahabat-sahabat Nabi Muhammad dari kaum

    Muhajirin dan Anshor serta sahabat-sahabat yang lainnya. Proses belajar mereka

    berlangsung dengan teori dan praktek, baik di dalam ruangan tertentu seperti di dalam

    masjid atau pun di luar ruangan seperti di tengah perjalanan dan di tanah lapang, baik

    dalam yang sudah rutin atau pun dadakan. Dalam semua keadaan, transfer ajaran

    Islam dapat berlangsung. Karena itu, adalah mungkin untuk mengatakan bahwa

    ajaran-ajaran Islam berkembang pada awalnya melalui tradisi hubungan guru-murid.

    Keadaan seperti ini ternyata terus berlanjut sejak Nabi Muhammad wafat. Murid-

    muridnya, baik sahabat-sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshor dan juga di

    sahabat-sahabat lain luar mereka, inilah yang menjadi agen-agen penyebar ajaran

    Islam. Mereka semua mewariskan Islam kepada murid-murid mereka untuk kemudian

    disebarkan ke masyarakat secara luas melalui cara yang serupa. Biasanya, dalam

    hubungan guru-murid yang lebih intens tercipta ikatan batin yang akrab, sehingga

    adakalanya seorang murid tidak dikenal dan/atau disebut dengan istilah "murid",

    tetapi dikenal dengan sebutan "sahabat" untuk menunjukkan jarak yang dekat antaraguru dan murid. Misalkan seorang guru yang bernama Abu Hanifah, maka murid-

    muridnya dikenal dengan sebutan para sahabat Abu Hanifah atauashhab Abi Hanifah;

    bagi sesama murid penyebutan yang kerap dipakai ketika membicarakan rekan seguru

    adalah "ashabuna". Penamaan seperti yang terakhir ini lebih mengesankan pertemanan

    yang akrab ketimbang hubungan yang bersifat akademis. Biasanya, sekumpulan murid

    lebih memilih pendapat gurunya daripada pendapat orang lain dan hal ini dapat

    diwajari. Bentuk hubungan guru-murid seperti ini dikenal dengan istilahtalaqqi.

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    2/14

    Dari hubungan-hubungantalaqqiinilah orisinalitas pendapat sang guru dalam

    pelbagai masalah diketahui banyak orang. Para murid adalah agen-agen orisinalitas

    yang dimaksud. Khalayak luas mengenal ucapan-ucapan guru yang ada tersebut dari

    para murid ini. Selain itu, dalam hubungan-hubungan yang seperti ini, transfer yangterjadi bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke murid, tetapi juga bentuk-

    bentuk etika yang ada pada guru. Sering kali pula terjadi seorang murid tanpa sengaja

    menyerap sifat-sifat pembawaan gurunya, seperti gaya bicara dan tertawa, gaya

    berjalan, sikap-sikap pribadi ketika menghadapi masalah, bahkan terkadang juga

    pilihan-pilihan kata ketika berbicara dan menulis sebuah makalah ilmiah. Adalah

    sesuatu yang wajar bila yang terjadi kemudian kecenderungan-kecenderungan untuk

    mengedepankan guru-guru yang memiliki etika yang baik selain pengetahuan yang

    mumpuni dan adalah sesuatu hal yang wajar pula bila muncul kecenderungan-kecenderungan untuk merasa berat mendatangi guru yang tidak memiliki etika yang

    baik meskipun memiliki kadar pengetahuan yang baik.

    Khusus dalam bidang fiqih, sepanjang sejarah Islam, telah muncul banyak mazhab-

    mazhab fiqih. Al-Laitsiyah, Al-Awza'iyah, Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah, As-Sufyaniyah,

    Adz-Dzohiriyah, Asy-Syafi'iyah, dan Al-Hanbaliyah adalah beberapa contoh mazhab

    fiqih yang pernah muncul dalam sejarah. Akan tetapi, dari semua mazhab yang ada

    ini, hanya empat mazhab yang dikenal luas sampai hari ini, bahkan pada umumnyamasyarakat cenderung untuk menafikkan mazhab-mazhab lain di luar keempat

    mazhab tersebut. Keempat mazhab yang dimaksud adalah mazhab Al-Hanafiyah, Al-

    Malikiyah, Asy-Syafi'iyah, dan Al-Hanbaliyah.

    Keempat mazhab ini muncul sebagai hasil dari hubungan guru-murid yang ada.

    Mereka, para guru yang dimaksud, menyampaikan pengetahuan-pengetahuan kepada

    murid-murid mereka masing-masing. Termasuk yang disampaikan di dalam majelis-

    majelis guru mereka adalah prinsip-prinsip pokok dalam mengambil suatu keputusan

    hukum dari permasalahan-permasalahan fiqih yang ada. Di kemudian hari, murid-

    murid yang ada menyebarluaskan bentuk-bentuk pengetahuan dari guru-guru mereka

    tersebut melalui majelis-majelistalaqqimereka, yang kemudian menarik banyak

    pengikut di pelbagai belahan negara-negara Islam. Prinsip-prinsip dalam mengambil

    keputusan hukum inilah kemudian dikenal dengan sebutan mazhab yang pada titik

    waktu tertentu, bahkan, suatu mazhab dapat menarik banyak pengikut yang kemudian

    mereka jadikan sebagai mazhab negara tempat mereka hidup.

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    3/14

    Mazhab Hanbali pun seperti itu. Mazhab fiqih ini banyak diperkenalkan sekaligus

    disebarluaskan oleh para pengikut imam mazhab ini, Ahmad bin Hanbal. Di antara

    mereka, yang melalui karyanya banyak kalangan mengenal Ahmad bin Hanbal beserta

    mazhab fiqihnya, adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad binQudamah Al-Maqdisi. Karya terkenalnya adalahAl-Mughni fi fiqhil Imam Ahmad bin

    Hanbal Asy-Syaibani(Pencukup dalam Fiqih Imam Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibani).

    Buku ini memuat banyak nukilan pendapat-pendapat Ahmad bin Hanbal dalam

    pelbagai masalah fiqih. Banyak pihak yang merujuk karya ini untuk melihat pendapat-

    pendapat Ahmad bin Hanbal. Dari karya inilah kemudian meluas pendapat-pendapat

    Ahmad bin Hanbal dalam masalah fiqih ke pelbagai tempat. Mereka yang kemudian

    bermazhab Hanbali dikenal dengan sebutan Al-Hanabilah, sedangkan salah satu

    negara yang bermazhab Hanbali sekarang ini adalah Kerajaan Arab Saudi.

    Ahmad bin Hanbal danAl-Mihnah

    Ahmad bin Hanbal lahir pada tahun 164 H atau 778 M. Ia memiliki nama lengkap Abu

    Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Adz-Dzuhli Asy-Syaibani Al-Marwazi

    Al-Baghdadi. Ujung nasabnya kembali kepada Adnan, salah seorang moyang bangsa

    Arab yang juga menurunkan orang-orang Quraisy. Meskipun dilahirkan di Baghdad,

    Irak, kedua orangtuanya berasal dari Marw, satu wilayah di Khurasan. Mereka

    kemudian pindah ke Baghdad. Kepindahan tersebut terjadi ketika ibunya sedangmengandung Ahmad bin Hanbal. Tiga tahun setelah kelahirannya, ayahnya,

    Muhammad bin Hanbal, wafat. Sejak saat itu, Ahmad bin Hanbal dibesarkan oleh

    ibunya.

    Baghdad pada saat itu adalah ibukota kekhalifahan Abbasiyah. Beberapa ahli sejarah

    dan bahasa berbeda pendapat tentang makna "Baghdad." Tentang orang yang pertama

    kali menamakan kota ini dengan Baghdad belum diketahui pasti. Akan tetapi, sesuatu

    yang diterima luas di kalangan ahli sejarah adalah nama lain Baghdad, Madinatus

    Salam (kota keselamatan). Khalifah Al-Mansur, pendiri kota Baghdad, menamakan

    kota ini dengan Madinatus Salam. Didirikan dengan biaya sekitar 4.883.000 dirham

    dengan mengerahkan ribuan pekerja, Baghdad dimaksudkan oleh Al-Mansur sebagai

    ibukota khilafah Abbasiyah yang baru. Kota Hasyimi sebagai ibukota pemerintahan

    Abbasiyah sebelum Al-Mansur dirasa kurang memadai secara politis dan militer.

    Selain itu, keadaan di tempat Baghdad dibangun lebih mendatangkan kenyamanan

    ketimbang kota Hasyimi. Setelah bertahun-tahun dikerjakan, pada tahun 146 H,

    pembangunan Baghdad rampung. Hasilnya adalah sebuah kota besar yang berbentuk

    bundar, dikelilingi parit, dan dengan pusat kota adalah istana khalifah. Sulit untuk

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    4/14

    menemukan kota yang dapat menandingi Baghdad pada saat itu. Kemegahan

    Konstatinopel, ibukota kekaisaran Bizantium (Romawi Timur), kalah dibandingkan

    Baghdad. Satu-satunya tempat yang dapat menandingi Baghdad adalah kota Kordova

    di Spanyol pada masa keamiran Bani Umayyah. Konon, keindahan dua kota Islam inipada saat itu hanya dapat ditandingi oleh ibukota kekaisaran Cina.

    Pada waktu Ahmad bin Hanbal lahir, khalifah Abbasiyah yang memerintah pada

    waktu itu adalah khalifah Harun Ar-Rosyid. Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far

    Harun bin Musa bin Abdullah. Julukannya adalah Ar-Rosyid. Kakeknya adalah Al-

    Mansur, pendiri kota Baghdad. Masa pemerintahan Ar-Rosyid adalah masa-masa

    keemasan khilafah Abbasiyah, yang terakui dalam sejarah Islam dan Barat sekaligus.

    Baghdad pada waktu itu menjadi saksi tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh

    Harun Ar-Rasyid. Di bidang agama, urusan sehari-hari dipegang langsung olehqodhi

    al-akbarAbu Yusuf, seorang murid Abu Hanifah yang terkenal. Di bidang politik dan

    militer, pemerintahan Ar-Rosyid dikenal sebagai pemerintahan yang kuat dan disegani

    oleh kerajaan-kerajaan besar di Eropa. Kisah-kisah seputar hubungan diplomatik

    antara kholifah Ar-Rosyid dengan Raja Charle Magne dan Ratu Irene merupakan bukti

    tentang itu. Pemerintahannya berlangsung stabil, sehingga pada masa ini pencapaian-

    pencapaian baru dalam pelbagai bidang muncul untuk kemudian diwariskan kepadakhalifah-khalifah penerusnya. Apabila khalifah Al-Mansur dikenal sebagai peletak dan

    pendiri pemerintahan Abbasiyah yang sebenarnya, maka khalifah Ar-Rosyid dikenal

    sebagai simbol kemajuan Abbasiyah yang terus diingat di dalam sejarah Islam dan

    Barat.

    Pada masa dan ruang seperti itulah, Ahmad bin Hanbal dibesarkan oleh ibunya. Meski

    demikian, ibunya tetap mendorongnya untuk mempelajari Islam pada tokoh-tokoh

    yang terkenal keilmuannya pada saat itu.

    Pertama kali ia mendengarkan uraian ilmu secaratalaqqipada majelis Abu Yusuf. Ia

    yang bernama Ya'qub bin Ibrohim adalah wakil khalifah Ar-Rosyid dalam urusan

    agama pada saat itu di kota Baghdad. Jabatannya sebagaiqodhi al-akbar, hakim agung,

    khilafah Abbasiyah. Akan tetapi, dalam sejarah Islam, ialah yang pertama kali dijuluki

    denganqodhil qudhot, penghulu para hakim. Majelis-majelisnya dikenal sebagai majelis

    ro'yu. Sebagaimana yang telah dikenal luas, Abu Hanifah sebagai guru Abu Yusuf

    dikenal sebagai imam dalam mazhabro'yu, mazhab yang lebih banyak

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    5/14

    mengedepankan logika dalam menafsirkan dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits. Semua itu

    kemudian diwariskan kepada murid-muridnya

    Di majelis Abu Yusuf, Ahmad bin Hanbal sempat mendengarkan uraian-uraianlogikanya. Akan tetapi itu, tidak berlangsung lama. Ia kemudian berpaling ke majelis-

    majelistahdits, majelis-majelistalaqqiyang di dalamnya disampaikan hadits-hadits nabi

    tanpa uraian logika untuk menafsirkannya. Pada masa itu, di wilayah kekuasaan

    khilafah Abbasiyah banyak terdapat majelis-majelistahdits, seperti di Kufah, Basroh,

    daerah Yaman, Mesir, daerah-daerah di Khurasan seperti di Marw, dan juga di

    Baghdad sendiri. Orang-orang yang mendalami hadits lewat majelis-majelis seperti ini

    dikenal dengan sebutanahlul haditsataumuhadditsun.

    Proses kepindahan Ahmad bin Hanbal dari majelisro'yuke majelistahditsterjadi

    ketika ia berumur 15 tahun. Majelistahditsyang pertama kali ia hadiri adalah majelis

    Husyaim bin Basyir Al-Washiti. Guru hadits pertamanya ini adalah seorangmuhaddits

    terkenal. Kepadanya, Malik bin Anasimam mazhab Maliki, sempat mencari hadits.

    Demikian pula dengan Asy-Syafi'iimam mazhab Syafi'isempat mencari dan

    mendengarkan darinya. Dalam beberapa karyanya, sepertiAl-'Ilal wa Ma'rifah ar-Rijal,

    Ahmad bin Hanbal beberapa kali mencantumkan hadits-hadits yang ia dapatkan dari

    Husyaim bin Basyir. Setelah gurunya wafat, Ahmad bin Hanbal pergi untuk memulairihlahnya ke kota Kufah.

    Untuk mendapatkan satu hadits, bukan perkara yang gampang pada masa Ahmad bin

    Hanbal hidupdan ini bukan rahasia umum di kalanganahlul hadits. Untuk

    mendapatkan hadits, seseorang harus bertalaqqikepadamuhadditsyang memiliki

    perbendaharaan hadits, baik dalam bentuk hafalan atau pun dalam bentuk tulisan.

    Prosestalaqqiyang seperti itu tidak mungkin dilakukan tanpa mendatanginya. Karena

    tingkat kebehargaan hadits di sisi umat Islam yang demikian tinggi, sering kali seorang

    muhadditsdidatangi oleh para pencari haditsseperti Ahmad bin Hanbaldan karena

    nilai hadits yang demikian tinggi itu pula sering kali seseorang harus menyampingkan

    segala ego dan perasaan gengsinya demi mendapatkan satu hadits pada seseorang

    yangmisalnyaberdiam di tempat terpencil dan juga berumur lebih muda darinya.

    Hal seperti ini termasuk yang pernah dicontohkan para sahabat Nabi Muhammad,

    ketika mereka berusaha mencari tahu keabsahan hadits-hadits Nabi yang mereka

    dapatkan. Agar tercapai semua itu, seseorang butuh untuk melakukanrihlah, sehingga

    adakalanya prestise seorangmuhadditsdinilai berdasarkan perbendaharaan hadits yang

    didapatkannya danmuhadditsyang didatanginya.

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    6/14

    Rihlahdiartikan sebagai perjalanan.Rihlahapabila dikaitkan dengan upaya mencari

    hadits, maka dapat berarti suatu perjalanan untuk mendapatkan, dan terkadang juga

    mengumpulkan, hadits darimuhadditsdi tempat lain.Ar-rihlah fi tholabil ilmiadalahungkapan umum yang semakna untuk upaya mencari ilmu agama. Karena kedudukan

    ilmu agama yang sangat penting,rihlahdipandang sebagai suatu bentuk ibadah

    tersendiri yang tidak kalah penting dari ibadah-ibadah yang lain. Seseorang yang telah

    menghabiskan waktunya untukrihlahbiasanya akan dimuliakan oleh masyarakat

    tempat ia berdiam. Mereka dihomati, bahkan disegani oleh banyak pihak, termasuk

    oleh para penguasa negeri-negeri Islam. Hasil daririhlahinilah kemudian yang

    disampaikan dalam majelis-majelistalaqqi.

    Dari Kufah, ia kemudian melanjutkanrihlahnya ke pelbagai negeri Islam saat itu. Di

    negeri-negeri tersebut, ia pernah mengunjungi dan mendengarkan hadits dari

    Abdullah bin Mubarok, Abu Mu'awiyah Muhammad bin Khozim, Sufyan bin Sa'id

    Ats-Tsauri, Sufyan bin 'Uyainah, Mu'tamir bin Sulaiman, Abu Bakar bin 'Iyasy, 'Abidah

    bin Humaid Al-Hadzdza', Muhammad bin Ja'far Ghundar, Ismail bin 'Ulayyah, Hafsh

    bin Ghiyats, Waki' bin Jarroh, Abdurrohman bin Mahdi, Muhammad bin Basysyar

    Bundar, Abdurrozzaq, dan Muhammad bin Idris Asy-Syafi'iimam mazhab Syafi'i.

    Mereka semua adalah sekedar contohmuhadditsunterkenal yang pernah dikunjungioleh Ahmad bin Hanbal dalamrihlah-rihlahnya. Ada banyakmuhadditsdalam daftar

    muhadditsyang pernah dikunjunginya. Dari masing-masingmuhaddits, ia bisa

    mendapatkan beberapa hadits. Paling sedikit hadits yang didapatkannya, yakni satu

    hadits, adalah dari Yahya bin Sulaim. Meski demikian, di kalangan paramuhadditsun,

    semuamuhadditsyang pernah dikunjungi Ahmad bin Hanbal tersebut tetap dianggap

    dan disebut sebagai gurunyawalaupun hanya dapat memberikan satu hadits atau

    dalam waktu yang begitu singkat.

    Talaqqi, muhaddits,rihlahsemua ini adalah poros kehidupan Ahmad bin Hanbal.

    Sebagian besar umurnya, bahkan lebih, dihabiskannya dalam poros-poros tersebut.

    Bukti itu semua adalah fakta bahwa ia baru melangsungkan pernikahannya pada

    waktu berumur 40 tahun dengan seorang wanita Arab, sedangkan hal seperti ini bukan

    suatu hal yang lazim di kalangan masyarakat pada waktu itu. Dari pernikahan ini, ia

    mendapatkan anak laki-laki yang dinamai dengan Sholih. Setelah kematian istrinya ini,

    ia kembali melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita yang kemudian

    melahirkan anak laki-laki yang dinamai dengan Abdullah. Meski demikian, selama

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    7/14

    rihlahnya tersebut, Ahmad bin Hanbal sempat pula menunaikan haji sebanyak lima

    kali: tiga kali dengan berjalan kaki, dua kali dengan menaiki kendaraan.

    Hasil dari semua usahanya ini dapat disaksikan dari kedudukannya di kalanganahlulhadits. Banyak orang yang datang menemuinya hanya untuk menghadiri majelis-

    majelistahditsnya. Sebagian dari mereka terdiri dari orang-orang yang ingin

    mendapatkan hadits, sebagian lain adalah orang-orang yang ingin mempelajari etika

    seorang pencari hadits. Orang-orang yang mengunjunginya juga datang untuk

    menanyakan pelbagai persoalan dalam Islam, seperti masalah aqidah, fiqih, hadits, dan

    juga etika seorang muslim, sehingga kedudukannya pada waktu itu dipandang bukan

    lagi semata seorang pencari hadits, tetapi sebagai salah satu rujukan penting di

    Baghdad yang patut untuk dikunjungi; ia telah dianggap sebagai seorangmuhadditsyang memiliki perbendaharaan hadits. Di antara sekian banyak orang yang menghadiri

    majelis-majelistahditsnyaitu adalah Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, pemilikShohih

    Al-Bukhorisalah satu antologi hadits-hadits Nabi Muhammad yang paling otoritatif

    di kalangan umat Islam.

    Selain itu, hasilrihlahAhmad bin Hanbaltersebut dapat dilihat dari karyanya yang

    lebih dikenal dengan namaAl-Musnad. Karya ini adalah sebuah antologi hadits-hadits

    Nabi Muhammad yang disusun berdasarkan urutan nama para sahabat yangmeriwayatkan hadits-hadits tersebut. Di dalam karya ini, terdapat sekitar 30.000 hadits

    yang disusun berdasarkan klasifikasi sahabat-sahabat nabi. Klasifikasi tersebut dimulai

    dari hadits-hadits sepuluh sahabat yang telah direkomendasi oleh Nabi Muhammad

    untuk masuk surga, sahabat-sahabat senior di luar sepuluh sahabat tersebut, sahabat-

    sahabat yang tergolongahlu baitnabi, sisa sahabat-sahabat senior, juga sahabat-sahabat

    yang berdiam di Makkah-Madinah-Syam-Kufah, sisa sahabat-sahabat Anshor, sampai

    kemudian ditutup dengan hadits-hadits dari para sahabat nabi yang berasal dari

    kabilah-kabilah di luar Makkah dan Madinah.

    Karyanya ini tergolong karya besar. Dari ketiga anaknya, Hanbal, Sholih, dan

    Abdullah, karya ini disampaikan ke paramuhadditsyang ada pada saat itu. Setelah

    masa mereka, ternyata banyakmuhadditsyang memberikan perhatian yang lebih

    kepada karya ini. Di antara mereka ada yang sengaja khusus mencari hadits-hadits

    palsu saja, sebagai bentuk pemisahan antara hadits-hadits yang dapat diterima dan

    yang tidak dapat diterima, seperti yang dilakukan oleh Ibnul Jauzi dalamAl-

    Maudhu'at.Ada yang melengkapi hadits-hadits di dalamnya, seperti yang dilakukan

    oleh anaknya, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalamZawaid Musnad Ahmad bin

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    8/14

    Hanbal. Tercatat juga yang khusus menulis satu makalah ilmiah sebagai pembelaan

    terhadapAl-Musnadini, seperti Ibnu Hajar Al-Asqolani dalamAl-Qoulul Musaddad fi

    Adz-Dzabbi 'an Al-Musnad. Bahkan ada yang meneliti derajat masing-masing hadits di

    dalamnya (derajatshohih, dhoif, maudhu') seperti yang dilakukan oleh Ahmad Syakirdalam sembilan jilid besar.

    Salah satu yang tidak patut untuk dilupakan ketika membicarakan kehidupan Ahmad

    bin Hanbal adalah peristiwaal-mihnah, sebab peristiwa ini merupakan satu tonggak

    penting dalam kehidupannya yang membuat namanya terukir dalam sejarah. Dalam

    beberapa tulisan sejarah, peristiwa ini lebih dikenal sebagaiayyamul mihnahyang bila

    diartikan kata per kata adalah hari-hari ujian. Dikatakan ujian, karena pada hari-hari

    itu setiap orang diuji sikap keberagamaannya dengan pertanyaan "Al-Qur'an makhluk(ciptaan Allah) atau bukan?" yang diajukan oleh kholifah Abbasiyah dan orang-orang

    khusus yang ditunjuknya. Seseorang dikatakan memiliki Islam yang baik bila

    menjawab bahwa Al-Qur'an itu ciptaan Allah dan dianggap tidak benar Islamnya bila

    mengatakan bahwa Al-Qur'an itu bukan ciptaan Allah. Keyakinan bahwa Al-Qur'an itu

    ciptaan Allah dijadikan sebagai ideologi pemerintahan, sehingga siapa pun yang

    berseberangan dengan ideologi tersebut berhak untuk dihukum oleh pemerintah.

    Karena bentuk ujian seperti ini tidak jauh berbeda dengan proses inkuisisi yang

    diadakan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella di Spanyol pada abad ke-15 M kepadarakyat mereka pada waktu itu, maka tidak juga disalahkan bilaal-mihnahdiartikan

    juga sebagai inkuisisi.

    Kholifah Abbasiyah yang pertama kali mengadakan bentuk inkuisisi seperti ini adalah

    kholifah Al-Makmun. Ia adalah Abu Ja'far Abdullah bin Harun Ar-Rosyid. Oleh

    ayahnya, Harun Ar-Rosyid, ia diberi julukan Al-Makmun. Mulai memegang jabatan

    kholifah Abbasiyah pada tahun 198 H. Jabatan ini dipegangnya selama dua puluh

    tahun lima bulan. Ia sudah menghadiri majelis-majelistahditssejak usia belia. Ia

    pernah mendengar hadits dari Husyaim bin Basyir, Abu Mu'awiyah Adh-Dhorir,

    Ismail bin 'Ulayyah, dan beberapamuhadditsyang lainnya. Ia pun menyampaikan

    hadits-hadits kepada orang-orang di sekelilingnya dan juga rakyatnya ketika

    menyampaikan orasi penting. Tercatat beberapa tokoh penting yang sempat

    mendapatkan hadits darinya, seperti Qodhi Abu Yusuf, Yahya bin Aktsam seorang

    qodhi di wilayah Washiti, Al-Fadhl bin Al-Makmunanaknya, dan beberapa tokoh

    lainnya.

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    9/14

    Selain hadits, sejak belianya, ia juga mempelajari beberapa cabang ilmu agama, seperti

    ilmu bahasa, ilmu waris, dan ilmu fiqih. Di luar ilmu-ilmu agama, ia ikut mempelajari

    syair-syair Arab, ilmu filsafat, ilmu perbintangan, dan matematika. Akan tetapi, dari

    semua ilmu tersebut, ia banyak terpengaruh dengan ilmu filsafat yang membuatnyadekat dengan orang-orang yang memiliki aqidah mu'tazilah, seperti Bisyr bin Ghiyats

    Al-Marisi, seorang tokoh Mu'tazilah terkenal saat itu. Di luar aqidah mu'tazilah, ia juga

    memiliki kecenderungan terhadap aqidah Syi'ah, sehingga corak pemerintahan pada

    masanya banyak diwarnai oleh pengaruh-pengaruh dari kedua aqidah itu. Termasuk

    juga kebijakan tentang inkuisisi tersebut.

    Inkuisisi yang dimaksud bermula pada tahun 218 H. lewat selembar surat edaran

    kepada wakilnya di Baghdad, Ishaq bin Ibrohim. Isi surat tersebut adalah perintahuntuk mengumpulkan sejumlah qodhi,muhaddits, dan imam masjid-masjid di

    Baghdad agar kemudian menguji mereka tentang kemakhlukan (keterciptaan) Al-

    Qur'an. Apakah Al-Qur'an ini ciptaan Allah atau bukan? Pada prakteknya, surat

    tersebut dibacakan ke hadapan publik di Baghdad. Setelah itu, barulah Ishaq bin

    Ibrohim mengumpulkan tokoh-tokoh tertentu yang ditunjuk oleh Al-Makmun. Mereka

    yang dimaksud adalah Muhammad bin Sa'adsekretaris Al-Waqidi, ahli sejarah Islam

    terkenal, Abu Muslim Al-Mustamli, Yazid bin Harun, Yahya bin Ma'in, Zuhair bin

    Harb, Ismail bin Mas'ud, dan Ahmad bin Ad-Dauroqi. Ke hadapan mereka semua,oleh Ishaq bin Ibrohim, diajukan pertanyaan dari Al-Makmun tentang keterciptaan Al-

    Qur'an. Dengan segala keterpaksaan mereka semua menjawab bahwa Al-Qur'an itu

    ciptaan Allah. Atas perintah Al-Makmun juga, jawaban mereka itu diumumkan ke

    khalayak luas.

    Tercatat lebih dari empat kali Ishaq bin Ibrohim memanggil para qodhi,muhaddits, dan

    imam masjid untuk menguji mereka pada waktu itu. Kebanyakan mereka menjawab

    bahwa Al-Qur'an adalah ciptaan Allah dengan terpaksa seperti tokoh-tokoh yang

    dipanggil pertama kali. Motif keterpaksaan mereka beragam. Ada di antara mereka

    yang terpaksa menjawab seperti itu agar jabatannya di pemerintahan tetap bertahan.

    Ada pula atas dasar imbalan dari pemerintah atau atas dasar ancaman sanksi fisik

    yang bakal ditimpakan kepada mereka. Akan tetapi, di antara mereka terdapat

    beberapa tokoh yang menjawab bahwa Al-Qur'an bukan ciptaan Allah. Mereka adalah

    Al-Hasan bin Hammad Sajadah, Ubaidullah bin Umar Al-Qowariri, Ahmad bin

    Hanbal, dan Muhammad bin Nuh Al-Jundaisapuri. Mereka semua dipanggil bersama

    tokoh-tokoh yang lain, seperti Qutaibah bin Said, Abu Hayyan Az-Ziyadi, Ali bin Abi

    Muqotil, Sa'dawaih Al-Washiti, Ali bin Al-Ja'ad, Ishaq bin Abi Isroil, Abu Nasr At-

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    10/14

    Tammar, Abu Syuja', dan beberapa tokoh yang lain. Dari sejumlah itu, hanya empat

    orang yang bertahan dengan jawaban bahwa Al-Qur'an bukan ciptaan Allah,

    sebagaimana yang telah disebutkan. Dalam keadaan terantai kaki-kaki mereka dan

    diawasi penuh, hanya tersisa dua orang yang tetap bertahan dengan jawaban masing-masing. Mereka adalah Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Nuh. Mereka berdua

    bertahan dengan keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah, salah satu sifat dari

    sifat-sifat Allah, dan bukan ciptaan Allah.

    Mereka berdua belum mendapat sanksi nyata dari Al-Makmun secara langsung.

    Sampai kemudian terdengar kabar tentang kematian Al-Makmun ketika berada di

    Torsus, suatu tempat di wilayah Romawi, pada tahun itu juga. Urusan ini kemudian

    dilanjutkan pada pemerintahan dua kholifah setelah itu, Al-Mu'tashim dan Al-Watsiq.Pada masa-masa mereka berdualah, hukuman fisik bagi yang menolak keyakinan

    bahwa Al-Qur'an itu ciptaan Allah dikenakan secara luas, mulai dari hukuman

    penjara, cambuk, sampai dengan hukuman mati. Semua itu dimulai dengan

    menyebarkan surat-surat edaran agar semua rakyat mengakui keyakinan tersebut

    sekaligus memerintahkan para guru dan pengajar agar mengajari murid-murid mereka

    seperti itu.

    Ahmad bin Hanbal termasuk yang dihukum penjara dan dicambuk. Biasanya, iadipanggil menghadap kholifah dalam keadaan terbelenggu. Setelah diuji untuk

    kesekian kali, dan masih juga dalam jawaban yang sama seperti pertama kali, ia dihina

    dan dicambuk di hadapan kholifah dan para mentrinya. Setelah itu, ia dipulangkan ke

    penjaranya. Hukuman tersebut dilaksanakan berkali-kali, selama pemerintahan

    kholifah Al-Mu'tashim dan Al-Watsiq. Bukti hukuman tersebut dapat dilihat dari

    bekas-bekas cambukan yang ada pada punggungnya, sebagaimana yang diceritakan

    oleh salah seorang anaknya di kemudian hari. Keadaan baru berubah pada masa

    pemerintahan kholifah Al-Mutawakkil. Pergantian kholifah dari Al-Watsiq kepada Al-

    Mutawakkil sekaligus menandai berakhirnya masa inkuisisi, setelah menelan korban

    yang demikian banyak.

    "Sungguh," puji Ali bin Al-Madini, "Allah telah memuliakan Islam ini lewat Abu Bakar

    padaayyamur riddahdan lewat Ahmad bin Hanbal padaayyamul mihnah." Pujian ini

    datang dari seorangmuhaddits,rekan Ahmad bin Hanbal, sebagai tanda bahwa sikap

    bertahan Ahmad bin Hanbal dengan keyakinan Al-Qur'an adalah kalam Allah, sifat

    Allah, dan bukan makhluk, adalah penting pada waktu itu. Hal ini pun diakui sendiri

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    11/14

    oleh sejarawan Barat yang menulis tentang masalahAl-Mihnahini. Seperti Phillip K.

    Hitti, dalamHistory of the Arabs, menulis bahwa

    "Konservatisme Ibn Hanbal merupakan benteng ortodoksi di Baghdad terhadapberbagai bentuk inovasi kalangan Mu'tazilah. Meskipun telah menjadi korban inkuisisi

    (mihnah), dan pernah diikat dengan rantai pada masa Al-Ma'mun, serta dihina, dan

    dipenjara oleh Al-Mu'tashim, Ibn Hanbal tetap teguh pada pendiriannya, dan tidak

    mengakui berbagai bentuk modifikasi terhadap keyakinan tradisional."

    Lebih jauh lagi, dalam nada pujian, ia menganggap bahwa Ahmad bin Hanbal adalah

    sosok yang paling penting "yang keberanian dan kegigihannya memperjuangkan

    pemikiran ortodoks-konservatif menghiasi lembar-lembar sejarah dengan indah."

    Sikap bertahan yang diperlihatkan oleh Ahmad bin Hanbal juga menjadi benteng

    pertahanan terakhir di mata paramuhadditssaat itu. "Banyak orang," kata Yahya bin

    Ma'in setelah masa inkuisisi berlalu, "menginginkan agar kami bersikap seperti Ahmad

    bin Hanbal. Demi Allah, tidak akan sanggup kami sepertinya dan tidak akan sanggup

    kami menanggung seperti apa yang ditanggungnya." Yahya bin Ma'in, sebagaimana

    yang telah lewat, termasuk salah seorang tokohmuhadditsyang ikut diuji pada hari-

    hari inkuisisi itu dan ia tidak bisa bertahan seperti Ahmad bin Hanbal. Karena itulah,ia melanjutkan, "Saya menjadikan Ahmad (bin Hanbal) sebagai dalih antara saya dan

    Allah. Dan siapa pula yang sanggup menanggung beban seperti Ahmad bin Hanbal?!".

    Ishaq bin Rohawaih juga berkata serupa, "Ahmad adalahhujjahantara Allah dan

    hamba-hambaNya di bumi ini." Bahkan, "Kedudukan Ahmad bin Hanbal di tengah

    umat (Islam) seperti kedudukan nabi", puji Qutaibah bin Said yang turut merasakan

    inkuisisi pada waktu itu.

    Pada tahun 241 H. Ahmad bin Hanbal wafat. Ia wafat setelah ditimpa sakit berhari-

    hari. Ribuan manusia memadati proses pemakaman Ahmad bin Hanbal.

    Pokok-Pokok Mazhab Hanbali

    Sebagaimana yang telah lalu, Ahmad bin Hanbal adalah seorangmuhadditsyang telah

    melakukanrihlahke pelbagai tempat untuk mendapatkan hadits-hadits. Semua

    muhadditsyang pernah didatanginyayang ia mendapatkan hadits-hadits dari mereka

    setidaknya dapat dikatakan guru baginya, termasuk Asy-Syafi'i dan Sufyan Ats-

    Tsauri. Akan tetapi, kedua orang ini, tidak menjadikan Ahmad bin Hanbal sebagai

    seorangSyafi'iyyah(pengikut mazhab Asy-Syafi'i), bukan pulaAts-Tsauriyyah(pengikut

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    12/14

    mazhab Sufyan Ats-Tsauri). Ia, dengan kapasitas ilmu yang dimilikinya, memiliki cara

    tersendiri dalam mengambil keputusan-keputusan hukum dalam permasalahan fiqih.

    Dalam memutuskan hukum suatu masalah, Ahmad bin Hanbal membangunkeputusan-keputusannya di atas lima pokok utama. Dari kelima pokok inilah, murid-

    murid dan para pengikut mereka terbedakan dari pengikut-pengikut mazhab-mazhab

    fiqih yang lain.

    Kelima pokok yang dimaksud adalah (1) Al-Qur'an danhadits-haditsshohihNabi

    Muhammad; (2) segala sesuatu yang diputuskan (difatwakan) sahabat Nabi

    Muhammad; (3) pendapat sahabat Nabi Muhammad yang paling dekat dengan Al-

    Qur'an danhadits-haditsshohihketika terjadi perbedaan pendapat di kalangan parasahabat tersebut; (4)hadits-haditsyang berderajatdhoifdanmursal(selama berderajat

    tidak tertolak dan mungkar) ketika tidak ada dalil-dalil Al-Qur'an danhaditsserta

    pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi Muhammad yang dapat dipakai untuk

    memutuskan tentang suatu masalah; dan terpaksa dengan (5) kias (qiyas) ketika tidak

    ditemukan satu pun ayat Al-Qur'an,haditsshohih, perkataan para sahabat atau

    pendapat dari mereka dan riwayat-riwayat yang berderajatdhoifdanmursal.

    Sebagai ilustrasi, apabila muncul suatu persoalan lalu ditemukan ayat atauhaditsyangmenjelaskan masalah yang dimaksud, maka masalah itu diputuskan sesuai ayat atau

    haditstersebut dan tidak berpindah kepada segala sesuatu yang menyelisihi ayat atau

    haditstersebut.

    Demikian pula, apabila ditemukan satu keputusan dari seorang sahabat atau lebih

    dalam suatu masalah yang tidak ada satu pun sahabat-sahabat lain yang

    menyelisihinya, maka masalah tersebut diputuskan seperti itu pula. Dalam hal ini,

    biasanya Ahmad bin Hanbal tidak mengatakan bahwa ini adalah hasilijma', tetapi

    dengan ungkapan "Tidak kuketahui sesuatu yang lain semisal ini."

    Sebaliknya, apabila terdapat perbedaan pendapat di antara sahabat Nabi Muhammad

    dalam suatu masalah, maka Ahmad bin Hanbal memilih pendapat yang paling dekat

    dengan Al-Qur'an danhadits-haditsNabi Muhammad. Ia tidak keluar dari penafsiran

    (pemahaman) para sahabat.

    Apabila ternyata tidak ada satu pun pendapat mereka yang sesuai atau mendekati Al-

    Qur'an danhadits-hadits, maka Ahmad bin Hanbal menyampaikan pendapat-pendapat

    tersebut tanpa menetapkan yang benar di antara semua itu.

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    13/14

    Apabila muncul suatu persoalan dan ternyata tidak ditemukan satu pun dari dalil-dalil

    Al-Qur'an danhaditsserta pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi Muhammad

    yang dapat dipakai untuk memutuskan tentang suatu masalah, maka akan diambilhadits-hadits yang berderajatdhoifdanmursaluntuk memutuskannya selamahadits-

    haditstersebut bukanhadits-haditsyang tertolak atau mungkar. Akan tetapi, pemakaian

    hadits-haditsdhoifdanmursalini banyak dibicarakan oleh para ulamahadits. Ada yang

    membolehkan, selama dipakai untuk berdalil dalam masalahtarhib(motivasi jiwa),

    targhib(intimidasi jiwa) dan bukan masalah hukum. Ada pula yang melarang tanpa

    terkecuali. Dari dua pendapat tersebut yang lebih kuat dan diterima banyak ulama

    haditsadalah pendapat kedua, sehingga pokok keempat mazhab Hanbali ini dikritik

    oleh banyak ulama.

    Terakhir, apabila untuk suatu persoalan tidak ditemukan satu pun ayat Al-Qur'an,

    haditsshohih, perkataan para sahabat atau satu pun pendapat dari mereka, riwayat-

    riwayathaditsyangdhoifdanmursal, maka terpaksa akan digunakan kias untuk

    memutuskan persoalan tersebut.

    Kelima pokok inilah yang menjadi dasar bagi Ahmad bin Hanbal dalam memutuskan

    suatu masalah. Pokok-pokok tersebut adalah urutan-urutan dalam mengambilkesimpulan. Kelimanya digunakan secara urut dalam memutuskan perlbagai masalah

    fiqih dan inilah yang diajarkannya kepada murid-murid yang datang dan menghadiri

    selalu majelis-majelistalaqqinya. Para muridnya ini menyebarkan ajarannya melalui

    majelis-majelistalaqqiyang mereka buka di pelbagai tempat. Dari majelis-majelis

    tersebut, muncul banyak pengikut yang mempraktekkan prinsip-prinsip dalam

    mengambil keputusan yang diajarkan Ahmad bin Hanbal. Sebagian di antara mereka

    ada yang menulis risalah-risalah fiqih dan di dalamnya diaplikasikan prinsip-prinsip

    tersebut. Sebagian yang lain bahkan menukil juga keputusan-keputusan hukum fiqih

    dari Ahmad bin Hanbal langsung.

    Akan tetapi, yang menjadi catatan penting adalah kepengikutan murid-murid Ahmad

    bin Hanbal. Dalam usahanya menyebarkan ilmu yang ada padanya, ia sangat

    menekankan pentingnya dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi Muhammad

    yangshohih. Semua dalil yang ada tersebut dipahaminya berdasarkan pemahaman para

    sahabat Nabi Muhammad yang tersampaikan melalui riwayat-riwayat yang ada. Bukti

    dari ini semua adalah karyanya yang berjudulUshulus Sunnah.

  • 7/24/2019 Tegak Menanggung Siksa Biografi Dakwah A

    14/14

    (Bagi yang ingin mendalami lebih lanjut tentang tema artikel ini dapat merujuk ke

    Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi,Siyar A'lam An-Nubala': Juz XIII,

    Muassasah Ar-Risalah, Beirut, 1993; Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan,Min

    A'lamil Mujaddidin:Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Ahmad bin Taimiyah, Al-ImamMuhammad bin Abdil Wahhab, Dar Alam Al-Kutub, Riyadh, 2002/1423; Ismail bin Katsir

    Ad-Dimasyqi.Al-Bidayah wa An-Nihayah: Juz 10. Al-Manshurah: Aktabah Al-Iman. Tth;

    Jalaluddin As-Suyuthi.Tarikh Khulafa': Sejarah Para Penguasa Islam. Jakarta: Pustaka Al-

    Kautsar. 2001)