teori-teori pengembangan pengembangan penididik
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
1/12
TEORI-TEORI PENGEMBANGAN PENDIDIK
(Sebuah Tinjauan Ilmu Pendidikan Islam)
Suriadi*
ABSTRAK
Pendidik adalah satu di antara komponen penting dalam suatu sistem kependidikan,
karena pendidik merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaanpendidikan. Dalam konteks pendidikan secara umum, tugas seorang pendidik di titik
beratkan pada upaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik
potensi afektif, kognitif, maupun psiko-motorik. Jika merujuk pada narasi al-Qur'an,
akan didapatkan beberapa informasi yang berkenaan dengan pendidik dan bentukkepribadian yang harus di milikinya. Adapun gambaran profil pendidik yang disebut
dalam al-Qur'an, di antaranya ada empat, yaitu: 1) Allah; 2) para nabi dan rasul; 3)orang tua; dan 4) orang lain. Dalam al-Qur'an tentang konsep pendidik pada
dasarnya lebih menekankan kepada aspek peran dan fungsi yang harus dijalankanoleh setiap pihak yang berkedudukan sebagai pendidik. Pengembangan konsep
pendidik dan relevansinya dengan realitas kekinian terdiri atas; pendidik sebagai
pemelihara, pendidik-mendidik, pendidik sebagai penuntun, pendidik sebagaipelindung, pendidik sebagai pengajar, dan pendidik sebagai ahli ilmu.
KATA KUNCI: Teori Pengembangan Pendidik, Ilmu Pendidikan Islam
*Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin SambasHP.081352107548 E-mail: [email protected]
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
2/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 81 -
PENDAHULUAN
Pendidik adalah satu di antara kom-ponen penting dalam suatu sistem pen-
didikan, katena pendidik merupakan pi-hak yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan, terutama men-
yangkut bagaimana peserta didik diarah-kan sesuai dengan tujaun yang telah di-tetapkan. Dalam konteks pendidikan se-
cara umum, tugas seorang pendidik di-
titik beratkan pada upaya untuk meng-embangkan seluruh potensi peserta di-
dik, baik potensi afektif, kognitif, mau-pun aspek psikomotorik.
Rumusan ini, sejalan dengan arahanyang terdapat dalam konsep pendidikanIslam bahwa pendidik adalah pihak yangbertanggung jawab terhadap perkemba-
ngan jasmani dan rohani peserta didikuntuk mencapai tingkat kedewasaan,se-hingga memiliki bekal yang cukup dan
mampu dalam menjalankan tugas-tugas
kemanusiannya, baik itu sebagai hambamaupun khalifah Allah di muka bumi
berlandaskan nilai-nilai Islam. Jika me-rajuk pada narasi al-Quran, akan dida-
patkan beberapa informasi yang berke-
naan dengan pendidik dan bentuk kep-ribadian yang harus dimilikinya. Adapun
gambaran profil pendidik yang disel-butdalam al-Quran, setidaknya ada empat
komponen. Pendidik pertama, bagi se-
luruh umat manusia yakni Allah SWT.Sebagai pendidik, Allah menginkanumat manusia menjadi baik dan dapat
meraih kebahagian hidup, baik di duniamaupun di akhirat. Untuk itu, Allahmengutus para Nabi dan Rasul agar da-
pat mengajarkan kepada manusia me-
lalui petunjuk-petunjuk-Nya, sehinggamanusia memiliki etika dan bekal peng-
etahuan. Allah sebagai pendidikn, memi-liki sifat-sifat (peribadi) mulia, sebagai-
mana yang terangkum dalam Asma al-
Husna.Pendidik selanjutnya adalah para
Nabi dan Rasul, terutama Nabi Muham-mad Saw. Melalui bimbingan atau pendi-
dikan yang diberikan-Nya kepada paraNabi dan Rasul, selanjutnya mereka di-
perintahkan pula agar membina masya-rakat, guna menyampaikan petunjuk-
petunjuk yang ada didalam al-Qur'an de-ngan mensucikan (mendidik) dan meng-ajar manusia akan hal-hal apa saja yangdiperlukannya untuk menjalani kehi-
dupan. Nabi dan Rasul merupakanorang-orang terpilih dari kalangan ma-nusia, yang memiliki sifat-sifat kemu-
liaan sebagai seorang pendidik. Di antara
siffat-sifat mulia tersebut adalah siddiq(jujur), amanah (dipercaya), fathanah(cerdas), dan tablig (menyampaikan).
Profil pendidik berikutnya yang di-
sebut dalam al-Qur'an adalah orang tua.
Hal ini dapat dipahami melalui kisahLuqman, sebagai potret orang tua yangmendidik anaknya dengan ajaran ke-
imanan serta pokok-pokok ajaran Islam.
Ddengan pola pendidikan yang persuatif,Luqman dianggap sebagai profil pendidk
yang memiliki hikmah, sehingga Allahmengabdikannya dalam al-Qur'an de-
ngan tujuan pelajaran (ibrah) bagi umatmanusia yang membacanya (mempela-jarinya). Selain, orangtua pendidik yang
juga disebut dalam yakni orang lain.
Informasi ini di antaranya dapat dilihatmelalui kisah Nabi Musa yang diperintah
Allah untuk belajar kepada Khidir. Per-temuan yang sangat dinamis antara
Musa dan Khidir, telah menunjukkan
adanya proses interaksi pendidikan ataupembelajaran, khususnya dalam konteks
hubungan antara guru dan murid. Khidirselaku guru, telah menampilkan sikap
bijaksana dalam memberikan arahankepada Musa yang belajar kepadanya.
Dengan demikian, profil pendidikyang disebut dalam al-Qur'an, di antara-
nya ada empat, yakni: 1) Allah; 2) para
nabi dan rasul; 3) orang tua; dan 4) oranglain. Untuk pendidik yang keempat ini,biasanya disebut dengan istilah guru
atau sebutan lain yang semakna dengan-nya. Hal ini, dihubungkan dengan se-
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
3/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 82 -
makin berkembangnya berbagai bentukdan pola pendidikan, terutama yang ter-
kait dengan kelembagaan atau institusipendidikan, seperti sekolah, pesantren
dan yang lainnya. Profil pendidik se-bagaimana yang digariskan dalam al-Quran tersebut, tidak terlepas pula de-ngan beberapa sifat mulia yang terdapat
pada masing-masing kepribadiannya.Jamak, ketika kita dihadapkan pada per-soalan pendidikan akan melihat kepada
pendidik (baca guru), Pendidik dalam
realitas saat ini menunjukkan fakta bah-wa pihak-pihak yang seharusnya ber-
peran dalam pendidikan dan seharusnyaberfungsi sebagai pendidik, telah men-
yalahgunakan tugasnya dan mengabai-
kan tanggung jawabnya.Menurut Paolo Freire, inti program
pendidikan sebenarnya adalah penya-
daran anak didik kepada dirinya sen-
diri, terhadap orang lain, dan masya-rakat agar anak tumbuh menjadi lebih
baik. Namun hal itu tidak akan terwujudapabila pihak yang melakukan kegiatan
pendidikan (pendidik), justru meng-gunakan kekerasan dalam mendidik. De-nan kata lain bahwa, pentingnya mem-
bangun konsep pendidik, sehingga se-
gala bentuk praktek dehumanisasi da-lam dunai pendidikan dapat dihindari.
Anak didik yang berkualitas, sangatmungkin lahir dari pola pendidikan yang
berkualitas. Begitu pun sebaliknya, ke-
tika para pendidik tidak mampu men-jalankan fungsinya dengan benar atau
justru menjadi sumber permasalahan,maka kemungkinan besar akan berdam-
pak tidak baik pula kepada anak yang di-didiknya. Oleh karena itu, kedudukan
dan peran pendidik menjadi sangatpenting untuk diperhatikan, agar proses
pendidikan yang dijalankan dapat mem-
berikan manfaat besar yang bagi kehi-dupan masyarakat. Agar semua pihakyang memiliki peran sebagai pendidik
mampu menjalankan tugasnya denganbaik, maka diperlukan kerangka konsep
yang dapat mengarahkan dan mem-berikan penjelasan mengenai konsep
pendidik berikut pengembangannya.
Hakikat PendidikPendidik dalam Konsep
Menurut Kamus Umum BahasaIndonesia, pendidik artinya orang yang
mendidik, yang di dalam istilah Inggrislebih dikenal dengan sebutan teacher.Dalam bahasa Arab, penyebutan pen-
didik menggunakan beberapa istilah,
seperti: ustadz, muallim, murabb, mu-
darris, mursyid, dan muad-ddib. Semua
kata tersebut masing-masing memilikimakna yang menunjukan fungsi pendi-
dik dalam konteks pendidikan secara
umum. Kata ustadz biasa digunakan un-tuk memanggil seorang profesor. Kataini meng-andung makna bahwa seorang
pendidik dituntut untuk berkomitmen
dan profesional dalam mengemban tu-gasnya. Pertama, kata muallim berasal
dari kata dasar ilm, yang berarti me-nangkap hakekat sesuatu. Seorang pen-
didik (guru) dituntut untuk mampumenjelaskan hakikat ilmu pengetahuanyang diajarkannya. Kedua, kata mudarris
berasal dari akar kata darasa-yadrusu-
darsan, yang berarti terhapus, hilang be-kasnya, menghapus, menjadikan usang,
melatih, dan mempelajari. Dari penger-tian ini, dapat dipahami bahwa tugas
pendidik adalah berusaha mencerdas-
kan peserta didiknya. Ketiga, kata mur-syid bisa digunakan untuk seorang guru
dalam aktivitas tariqah (tasawuf). Katamurabbi berasal dari kata rabba-yaru-
bbu dengan wazan madda-yamuddu(faala-yafulu), yang berarti memper-
baiki, menguasai urusan, menuntun,menjaga, dan memelihara. Dengan de-
mikian, di antara tugas murabbi adalah
memelihara sesuatu (anak didik) sedikitdemi sedikit hingga menjadi sempurna.Untuk istilah muaddib, term ini berasal
dari kata adab, yang artinya moral, etika,dan adab atau kemajuan (kecerdasan,
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
4/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 83 -
kebudayaan) lahir dan batin, sehinggapendidik adalah orang yang beradab
sekaligus memiliki peran dan fungsiuntuk membangun peradaban.
Secara fungsional, istilah pendidikmenunjukkan kepada seseorang yangmelakukan kegiatan dalam memberikanpengetahuan, keterampilan, pendidikan,
pengalaman, dan sebagainya, tanpa di-batasi oleh sekat formal dan jabatan. Dirumah, pihak yang melakukan tugas
tersebut adalah orang tua (ayah-ibu). Di
lingkungan institusi pendidikan, sepertisekolah dan pesantren, tugas mendidik
dilakukan oleh guru atau kiyai. Adapundi lingkungan masyarakat, proses pen-
didik bisa dilakukan oleh unsur-unsur
terkait yang ada didalamnya, baik dalambentuk kelembagaan maupun perorang-an. Kedudukan orangtua sebagai sebagai
pendidik pada dasarnya merupakan se-
buah keharusan, baik dilihat dari sisinilai maupun sosial. Ahmad Tafsir, men-
yatakan bahwa tanggung jawab orangtua sebagai pendidik terhadap anak-
anaknya, di antaranya disebabkan olehdua hal, yakni: Pertama, karena kodrat,disebabkan orang tua memang ditak-
dirkan bertanggung jawab untuk men-
didik anaknya. Kedua, karena kepen-tingan kedua orangtua, yaitu berke-
pentingan terhadap kemajuan dan per-kembangan anak, karena kesuksesan
yang dicapai anaknya adalah merupakan
kesuksesan orang tua juga.Hal ini menunjukkan bahwa orang
tua sejatinya adalah pendidik yang per-tama dalam dimensi kemanusiaan, se-
telah seorang anak dilahirkan ke dunia.Adapun mengenai pendidik yang disebut
dengan istilah guru, Hadari Nawawimenyatakan bahwa guru adalah orang
yang bekerja sebagai pengajar atau se-
bagai pihak yang memberikan pelajarandi sekolah. Guru merupakan orang yangbekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, serta ikut bertanggung ja-
wab dalam membantu anak-anak men-capai tingkat kedewasaan.
Walaupun profesi guru dalam kon-teks ini terkesan berorientasi profit, ka-
rena telah menjadi sebuah profesi, akantetapi imbalan yang didapatkan belum-lah sebanding dengan pengorbanan yangdiberikan. Disisi lain, bagaimanapun pe-
ran sebagai guru pada saat ini telahmengalami perubahan paradigma se-iring dengan kemajuan zaman, namun
hal tersebut tidak seharusnya menyu-
rutkan semangat para guru untuk tetapmengutamakan pengabdian. Meskipun
tugas guru pada saat ini sudah beralihpada profesi pekerjaan dalam sebuah
institusi pendidikan, akan tetapi usaha-
usaha pendidikan harus tetap mampudijalankan dengan maksimal.
Berbicara tentang kualitas guru se-
bagai unsur pendidik, dalam literatur
kependidikan Islam, terdapat penjelasanbahwa guru adalah orang yang memiliki
beberapa karakteristik, di antaranyaadalah: 1) komitmen terhadap profe-
sionalitas, yakni yang melekat pada di-rinya sikap dedikatif, komitmen terha-dap kualitas proses dan hasil kerja, serta
memiliki sikap continuous improvement;
2) menguasai ilmu dan mampu mengem-bangkannya serta menjelaskan fungsi-
nya dalam khidupan, menjelaskan di-mensi teoretis dan praktisnya, atau se-
kaligus mampu melakukan transfer ke-
ilmuan serta Internalisasi nilai dan ala-miah; 3) mendidik dan menyiapkan pe-
serta didik agar mampu berkreasi sertamampu mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkandampak negatif, baik bagi dirinya, anak
didiknya, maupun masyarakat sertaalam sekitarnya; 4) mampu menjadi mo-
del atau sentral identifikasi diri, atau
menjadi pusat anutan, teladan dankonsultan bagi peserta didiknya; dan 5)mampu bertanggung jawab dalam mem-
bangun peradaban masa depan. Berda-sarkan beberapa karakteristik ini, di-
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
5/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 84 -
harapkan setiap guru benar-benar men-jadi pendidik yang dapat diandalkan ke-
beradaannya untuk melaksanakan pro-ses pendidikan. Dengan demikian, orang
tua dan guru pada dasarnya adalah pihakyang sama-sama berfungsi sebagai pen-didik. Namun, karena adanya perkem-bangan dalam pola kehidupan masya-
rakat manusia, maka peran guru lebihidentik dengan aktivitas pendidikan disebuah lembaga atau institusi pen-
didikan. Namun demikian, perlu adanya
sinergi peran di antara keduanya, agarpendidikan seorang anak tidak tersekat
oleh tempat-tempat tertentu. Hal iniperlu juga didukung oleh peran masya-
rakat sebagai bagian dari pemberi sti-
mulasi dan pembentuk lingkungan yangtidak kalah pentingnya bagi perkem-bangan setiap individu yang ada di
dalamnya. Dari itu, baik orang tua, guru
maupun masyarakat harus bersama-sama menyadari peran dan fungsinya
untuk mensukseskan pelaksanaan pen-didikan yang lebih terpadu.
Dari beberapa pengertian yang telahdisebutkan di atas, dapatlah disimpulkanbahwa pendidik adalah orang atau pihak
yang secara fungsional melakukann ke-
giatan pemberian pengetahuan, kete-rampilan, pendidikan, pengalaman, dan
sebagainya. Adapun yang termasuk da-lam kategori pendidik, di antaranya ada-
lah orangtua, guru, dan masyarakat.
Untuk pendidik yang disebut dengan gu-ru, umumnya selalu dikaitkan dengan
bidang tugas atau pekerjaan yang di-lakukan. Hal ini, menunjukan bahwa
pendidik daam guru ini merupakan se-buah profesi atau keahlian tertentu yang
melekat pada seseorang yang tugasnyaberkaitan dengan pendidikan.
Jika dilihat dari fungsinya, kompo-
nen pendidik merupakan satu di antaraunsur yang sangat penting dalam sistemkependidikan. Karena pendidik adalah
pihak yang ikut bertanggung jawabterhadap pelaksanaan pendidikan, khu-
susnya yang berhubungan dengan peng-arahan dan pembinaan peserta didik.
Setiap pihak yang berkedudukan sebagaipendidik, secara prinsip memiliki fungsi
untuk mengembangkan seluruh potensipeserta didik, baik potensi afektif, kog-nitif, maupun psikomotorik. Jadi, pen-didik memiliki tugas yang sangat penting
dalam proses pendidikan, yakni meng-upayakan seluruh potensi anak didik,baik potensi kognitif, afektif maupun
psikomotorik, agar dapat dikembangkan
secara seimbang sampai ke tingkat yangpaling optimal. Ketiga aspek ini adalah di
antara potensi besar yang dimilikiseorang anak (manusia), sehingga peran
pendidik menjadi sangat penting untuk
mengarahkannya menjadi optimal.
Kedudukan dan Tugas Pendidik
Komponen pendidik pada prin-
sipnya memiliki kedudukan yang sangatpenting bagi pengembangan segenap
potensi peserta didik. Ia menjadi orangyang paling menentukan dalam setiap
proses pendidikan. Jika di dalam ke-luarga, pendidik memiliki kedudukansebagai pelindung, pendamping, pendo-
rong, penasihat, dan pemberi contoh
bagi anak-anaknya agar dapat tumbuhdan berkembang menjadi manusia de-
wasa.Di sekolah, kedudukan pendidik
adalah sebagai sosok guru profesional
yang menjalankan tugasnya dengan baikdan penuh dedikasi sesuai jenjang
pendidikan yang dijalaninya, mulai daripra sekolah, tingkat dasar, menengah,
sampai pendidikan tinggi. Dalam kon-teks ini, guru selaku pendidik sangat me-
nentukan dalam pemberian materi pe-lajaran (transfer of knowledge), pena-
naman nilai-nilai moral, pengaturan ke-
las dan pengendalian peserta didik sertamenilai hasil pendidikan dan hasil be-lajar anak didiknya. Adapun kedudukan
pendidik yang ada di masyarakat, sepertitutor, instruktur, fasilitator, ataupun
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
6/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 85 -
yang lainnya, semuanya secara prinsipmerupakan pendidik yang berkduduk-
kan untuk membimbing setiap orangyang menjadi peserta didiknya.
Berkenaan dengan aspek tanggungjawab, pada prinsipnya pendidik memi-liki tugas untuk melakukan pendidikan(mendidik), yakni mengupayakan se-
luruh potensi anak didik, baik potensikognitif, afektif maupun psikomotorik,agar dapat dikembangkan secara se-
imbang sampai ke tingkat yang paling
optimal. Terkait dengan tugas pendidikdi era kontemporer saat ini, Sudarwan
Danim menyatakan, pendidik harusmampu memberikan bekal kepada anak
didik mengenai makna hakekat hidup
dan moralitas seperti apa yang diperlu-kan ank didik untukn hidup di masya-rakat. Tugas pendidik bukan hanya se-
kedar melakukan aktivitas pendewa-
saan, tetapi juga harus mampu mem-berikan bekal keteranpilan hidup yang
berorientasi pada fungsi-fungsi pro-duksi. Walaupun lingkup pendidikan ter-
sebut adalah komunitas yang kecil, se-perti keluarga, maka menjadi tugasorangtua untuk dapat memberikan bekal
hidup yang cukup bagi anak-anaknya.
Efektivitas keberhasilan pendidik(baca: guru) dalam menjalankan tugas
kependidikannya, dapat dilihat dari be-berapa hal penting. Medley mengemuka-
kan beberapa asumsi sebagai berikut: 1)
asumsi sukses guru tergantung padaaspek kepribadiannya; 2) asumsi sukses
guru tergantung pada penguasaan me-tode; 3) asumsi sukses guru tergantung
pada frekuensi dan intensitas aktivitasinteraktif guru dan anak didiknya; 4)
asumsi guru yang berhasil adalah ter-ltak pada aspek keilmuannya. Asumsi ini
menunjukan beberapa kompetensi yang
mesti dimiliki oleh para pendidik (teru-tama guru), agar mereka dapat menja-lankan tugas dan fungsinya secara baik.
Dengan demikian, semua pihak yangmemiliki tugas untuk melakukan pendi-
dikan, setidaknya harus memiliki be-berapa kompetensi dasar yang sesuai
dengan lingkungan di mana ia melaku-kan proses pendidikan.
Dari beberapa penjelasan mengenaikedudukan dan tugas pendidik ini, dapatdinyatakan secara singkat bahwa pen-didikan memiliki kdudukan yang sangat
penting dalam pelaksanaan pendidikan,karena pendidik adalah pihak yangbersentuhan langsung dengan unsur-
unsur yang ada dalam sebuah aktivitas
pendidikan, terutama anak didik. Se-bagai wujud dari kedudukannya yang
sangat penting tersebut, tugas pendidikadalah berupaya untuk mengembangkan
segenap potensi anak didiknya, agar
memiliki kesiapan menghadapi berbagaitantangan dalam kehidupannya.
Pengembangan Konsep Pendidik dan
Relevansinya dengan Realitas Kekinian.
Pembahasan al-Qur'an tentang kon-
sep pendidik pada dasarnya lelih me-nekankan pada aspek peran dan fungsi
yang harus dijalankan oleh setiap pihakyang berkedudukan sebagai pendidik.Dari konsep al-murabbi, pendidik adalah
pemelihara, pendidik, penuntun, penjaga
dan pelindung, sedangkan dari konsepal-muallim, pendidik merupakan peng-
ajar atau pihak yang berperan dalammentransformasi ilmu pengetahuan,
agar terinternalisasi dalam pemahaman
dan pengamalan dari pihak yang diberi-kan pelajaran. Adapun dari konsep ahl-
adz-dzikr, pendidik merupakan pihakyang memiliki kapasitas dan kompetensi
keilmuan yang baik, sehingga disebutsebagai ahli ilmu. Apabila dikaitkan de-
ngan realitas pendidik di era globalisasidan masyarakat informasi saat ini, maka
bentuk-bentuk relevansi yang dimaksud,
di antaranya:1. Pendidik sebagai pemelihara
Pendidik adalah pemelihara dan
penjaga bagi pihak yang dididiknya. Jikapendidik tersebut adalah orangtua, maka
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
7/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 86 -
ia harus berfungsi sebagai pemeliharabagi anak-anaknya. Apabila pendidik itu
adalah guru, maka mereka harus men-jadi pemelihara dan penjaga bagi murid-
muridnya. Apabila pendidik yang dimak-sud adalah ulama, maka mereka harusmampu memelihara umat yang dibim-bingnya melalui berbagai usaha yang
mampu dilakukan. Jika pendidik itu dariunsur-unsur lain yang berada di luarlingkungan keluarga atau sekolah, me-
reka pun harus menjadi pemelihara bagi
pihak-pihak yang dididiknya. Singkatnyafungsi pemeliharaan atau penjagaan ini,
menjadi syarat penting berlangsungnyaproses pendidikan.
Adapun yang dimaksud dengan pro-
ses pemelihara dalam konteks pendi-dikan adalah kemampuan menumbuh-kan aspek-aspek penting yang memang
harus dikembngkan dari pihak yang di-
didik, baik dari aspek potensi maupuntata nilai. Dalam tataran tata nilai, pen-
didik adalah pemelihara (konservator)sistem nilai yang merupakan sumber
norma kedewasaan. Fungsi pemeliharajuga merupakan usaha penjagaan, ter-utama terhadap aspek-aspek potensi
yang telah ditumbuhkembangkan agar
tetap bertahan atau bahkan mengalamipeningkatan. Menjaga keberlangsungan
proses pemeliharaan agar tetap berjalandengan baik merupakan tugas yang jauh
lebih berat dari sekedar menumbuhkan
atau meng-embangkan. Di lingkungankeluarga, tidak semua orang tua mampu
menjalankan tugasnya sebagai pendidikatau pemelihara bagi anak-anaknya. Hal
ini diperparah oleh adanya stigmabahwa tugas mendidik (memelihara)
merupakan tanggung jawab guru yangada di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Balitbang Diknas RI tentangperan orang tua dan masyarakat dalamproses pendidikan, me-nunjukan bahwa
tingkat partisipasi orang tua siswa dalammendukung penyelenggaraan pendi-
ddikan di sekolah adalah rendah, yaiturata-rata hanya 57,1%. Muncul pula
anggapan bahwa sekolah merupakantempat penitipan anak, karena orang tua
tidak memiliki waktu untuk menjaga danmendidik, atau bahkan tidak tahu caramendidik anak-anaknya. Di kalanganpendidik yang berprofesi sebagai guru,
tidak sedikit di antara mereka yang ke-liru menjalankan tuganya, karena hanyamelakukan fungsi pengajaran (transfer
ilmu), bukan pendidikan atau pemeli-
haraan.2. PendidikMendidik
Sesuai dengan kedudukan dan tang-gung jawab yang diembannya, tugas
utama para pendidik adalah mendidik.
Penyebutan istilah mendidik, walau se-iring diidentikkan dengan kegiatanpengajaran (mengajar), namun makna
mendidik pada dasarnya memiliki mu-
atan yang lebih luas. Pendidikan (men-didik) dapat berarti memelihara dan
memberi latihan, di mana dalam peme-liharaan dan pemberian latihan tersebut
diperlukan adanya ajaran, tuntunan danpimpinan mengenai akhlak serta kecer-dasan pikiran. Usaha mendidik atau pen-
didikan, setidaknya memiliki tiga proses
yang saling terkait dan saling mempeng-aruhi antara satu dengan lainnya, yakni:
pertama, pendidikan sebagai proses alihinformasi. Kedua, pendidikan sebagai
pengajaran dan proses belajar (teaching
and learning process). Ketiga, pendidikansebagai role model.
3. Pendidik sebagai penuntun (pemberipetunjuk)
Pendidik sebagai penuntun dapatberarti bahwa setiap pihak yang ber-
kedudukan atau berfungsi sebagai pen-didik harus mampu menjadi penuntun,
pemberi arah, atau pemberi petunjuk
bagi semua peserta didiknya. Pendidiksebagai penuntun juga berarti pendidikmerupakan pembimbing utama bagi
anak didiknya. Adapun yang dimaksuddengan pembimbing dalam konteks ini
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
8/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 87 -
adalah sebagai pihak yang melakukanproses pemberian bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahamandan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri se-cara maksimal terhadap diri dan ling-kunganya. Jika konsep pendidik sebagaipenuntun atau pembimbing ini diaktu-
alisasikan dalm kehidupan saat ini, ma-ka peran pendidik sebagai penuntunsangatlah diperlukan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, di antaranya adalah:
Pertama, Peradaban globalisasi dan ke-majuan teknologi informasi yang diha-
sillkan dari proyek modernisasi, dalamperkembangannya memberikan peng-
aruh yang sangat besari bagi kehidupan
manusia. Pengaruh tersebut ada yangbermanfaat (positif) dan ada pula yangburuk (negatif). Unsur lingkupannya
yang menjadi salah satu faktor dominan
dalam pemberian stimulus bagi perkem-bangan peribadi manusia, sesungguhnya
sampai saat ini tidak banyak yang dapatmemberikan tuntunan dan panutan.
Justru yang lebih banyak adalah upayapengikisan nilai-nilai moral dalam kehi-dupan masyarakat, baik yang ddilakukan
secara langsung ataupun tidak. Kedua,
Perkembangan kejiwaan setiap orangyang berbeda-beda dan dengan berbagai
kebutuhan yang berbeda, sangat me-mungkinkan untuk dapat dipengaruhi
oleh dimensi peradaban globalisasi yang
bermuatan negatif, terutama kalanganremaja. Ketiga, Pendidik merupakan
komponen yang memiliki posisi strategisuntuk melakukan pemberian bimbingan
atau petunjuk, terutama kepada anakdidiknya, karena selain orang tua, pen-
didik dalam arti guru pada dasarnya me-miliki intensitas yang lebih dekat dengan
anak didiknya.
4. Pendidik sebagai Pelindung
Pendidik sebagai pelindung (con-
forter) dalam prakteknya lebih banyak
berperan dalam melakukan pola asuhyang positif, sehingga dapat mempeng-
aruhi dengan baik perkembanan anakdidiknya. Mengutip tulisan seorang kon-
sultan keluarga, Elizabeth Crary, dalambukunya Dealing with Dissapointment,
bahwa peran orangtua yang notebene-nya adalah pendidik, maka dalam im-plementasinya terdapat empat fungsiyang mesti dijalankannya, yaitu 1)
sebagai comforter atau pelindung ketikaanak-anaknya di bawah 4 tahun; 2) se-bagai teacher (pendidik/guru) ketika
anak-anaknya berusia 5-9 tahun; 3)
sebagai coach (pelatih) ketika anak-anaknya berusia 9-12 tahun; dan 4) se-
bagai supporter (pendukung) ketikaanak-anaknya berusia 13-15 tahun.
Untuk menjadi pendidik yang bijaksana,
maka setiap pendidik sebaiknya harusbisa berperan menjadi kesemuanya,terutama mampu menjadi pelindung
(comforter) yang aman bagi anak-anak-
nya pada setiap waktu dan kesempatan.Dalam kaitannya dengan perkem-
bangan dunia saat ini, pada satu sisidunia pendidikan telah memiliki banyak
alternatif konsep pendidikan modernyang dapat dijadikan sebagai landasanfilosofis untuk mengembangkan proses
pendidikan pendidikan agar menjadi
lebih baik dan semakin berkualitas.Namun di sisi lain, teori-teori pendidikan
modern tersebut walaupun cukup ber-hasil memberikan perubahan yang ber-
arti dalam mengembangkan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan zaman,tapi kurang berhasil menggarap wilayah
moral dan tata nilai dalam dunia pen-didikan. Di lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat, masih banyak di-jumpai tindakan-tindakan desdruktif
yang justru mendistorsi nilai-nilai ke-manusian, seperti aksi kekerasan yang
dilakukan terhadap anak didik, atau tin-
dakan dehumanisasi lainnya yang di-lakukan atas nama pendidikan. Tindakkekerasan tersebut ironisnya tidak
sedikit yang melibatkan pihak pendidiksebagai pelaku utama. Pendidik yang
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
9/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 88 -
seha-rusnya menjadi pelindung bagianak didiknya, justru menjadi sumber
kekerasan atau persoalan tersebut.Munculnya tindak kekerasan dalam
dunia pendidikan pada dasarnya dise-babkan oleh banyak faktor. Jika dilihatdari aspek pendidiknya, faktor-faktortersebut di antaranya adalah: (1) pen-
didik yang bersangkutan kurang mema-hami fungsinya, atau hanya mengetahuibahwa tugas mereka adalah mengajar;
(2) pendidik tersebut kurang mampu
menerapkan metode yang tepat dalamproses pendidikan; (3) mereka meng-
etahui fungsinya lemah dalam tahap im-plementasinya; (4) pendidik yang demi-
kian tidak merasa bahwa tugas yang
dilakukannya adalah sesuatu yang mulia,sehingga pendidikan dilaksanakan bu-kan dengan semangat keikhlasan, me-
lainkan dengan keterpaksaan; (5) tidak
memahami fase perkembangan pesertadidik dengan segala dinamikanya; (6)
pendidik tersebut memiliki persoalandalam aspek kepribadiannya.
5. Pendidik sebagai PengajarTelah menjadi keharusan bahwa
pendidik mesti menjadi pengajar yang
baik bagi peserta didiknya. Konsep pen-
didik sebagai pengajar berarti pendidikadalah pihak yang seharusnya mampu
melakukan transformasi keilmuan ke-pada setiap pihak yang dididiknya. Da-
lam aktivitas pengajaran, baik di ling-
kungan keluarga, masyarakat, apalagi disekolah, seorang pendidik mesti mem-
berikan pengajaran keilmuan dengansungguh-sungguh. Pengajar yang baik
adalah pengajar yang tidak hanya dapatmemberikan uraian materi secara jelas,
namun bagaimana materi atau ilmu yangdiajarkan dapat diserap oleh peserta di-
diknya dengan benar. Untuk itu, diper-
lukan upaya internalisasi atau pena-naman nilai terhadap ilmu yang diajar-kan oleh pendidik, sehingga peserta
didik tidak hanya sekedar memahamimateri, namun juga mampu mengap-
kasikan apa yang telah dipelajarinyadalam praktek kehidupan.
Dalam konteks ini penulis meman-dang penting agar pendidik terutama
dalam konteks guru untuk memahamibahwa proses transfer pengetahuan,tidaklah semisal memindahkan sebuahbenda dari satu tempat ke wadah yang
lain, ini sejalan dengan yang digagasGiambattista Vico dengan filsafat belajarkonstuktivismenya dengan sebuah ung-
kapannya yang populer bahwa orang
hanya dapat benar-benar memahamiapa yang dikonstruksnya sendiri.
6. Pendidik sebagai ahli ilmuPendidik sebagai ahli ilmu yang
dimaksud dalam konteks pembahasan
ini adalah orang yang memiliki kapasitaskeilmuan yang baik dan memilikikesadaran untuk memberikan ilmunya
kepada orang lain. Spesialisasi ilmu yang
dimilikinya, paling tidak sesuai denganbidang tugas yang dijalaninya. Di dalam
al-Quran dijelaskan tentang perintahAllah kepada manusia untuk bertanya
mengenai apa saja yang tidak diketahuiatau diragukan kebenarannya, kepadasiapa pun yang tahu dan tidak diragukan
objektivitasnya. Hal ini sesungguhnya
memberikan isyarat bahwa manusiasangat dianjurkan bertanya dengan tu-
juan agar segala sesuatu yang ditanya-kan menjadi jelas adanya. Adapun salah
satu pihak yang dapat dijadikan tempat
untuk bertanya adalah orang-orang yangmemiliki pengetahuan tentangnya. Jadi
sudah selayaknyalah guru untuk selalumengasah kemampuannya yang tertu-
ang dalam kualifikasi dan kompetensiguru yang mewajibkan guru memiliki:
kualifikasi akademik, kompetensi, serti-fikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk meng-
wujudkan tujuan pendidikan nasi-onal.Melalui penjelasan tentang konsep
pendidik ini, dapat dipahami bahwa
komponen pendidik memiliki tugas dantanggung jawab yang sangat besar dalam
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
10/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 89 -
proses pendidikan. Apalagi jika dikait-kan dengan realitas dan kebutuhan pen-
didikan saat ini, ditengah-tengah ge-lombang kemajuan dan dinamika peru-
bahan zaman, maka fungsi sebagai pe-melihara, pendidik (mendidik), penun-tun, pelindung, pengajar dan ahli ilmu,menjadi sangat diperlukan. Dengan de-
mikian, konsep pendidik yang berangkatdari prinsip-prinsip al-Qur'an tersebut,memiliki nilai yang sangat signifikan dan
relevan untuk diterapkan dalam praktek
pendidikan pada saat sekarang.
SIMPULAN
Persoalan dunia pendidikan yang
menyangkut komponen pendidik ber-
dasarkan fakta yang adda belum menun-jukan yang menggembirakan. Pendidikyang memiliki peras strategis untuk
membangun dunia pendidikan terutama
yang berkaitan dengan anak didik, justrutermasuk pihak yang menjadi sumber
persoalan. Munculnya tindak kekerasanterhadap anak didik, adanya perilaku
menyimpang yang dapat menurunkankredibilitas kepribadian para pendidik,dan sebagainya, merupakan di antara
persoalan yang harus segera dibenahi. Di
saat tuntutan dan tantangan peradabanmodern memberikan pengaruh yang
sangat besar bagi kehidupan manusia,dunia pendidikan justru mengalami
penurunan dalam aspek penyiapan
sumber daya manusia. Banyaknya per-masalahan bangsa ang dihadapi saat ini,
sedikit banyak disebabkan ketidak-mampuan dunia pendidikan untuk mem-
berikan perubahan terhadap sumberdaya manusia yang ada di dalamnya.
Memperjelas konsep pendidik da-lam tataran fungsi dan peran yang mesti
dijalankan, merupakan suatu hal yangsangat diperlukan untuk menjawab
kebutuhan pendidikan saat ini. Begitupun penjelasan tentang sifat-sifat utamayang harus terinternalisasi dalam aspekkepribadian para pendidik adalah me-
rupakan arahan-arahan yang mampumemberikan perubahan dalam rangkameningkatkan kualitas proses pendi-
dikan. Dengan adanya konsep yang
tersistematis, apalagi konsep tersebutberangkat dari al-Quran yang menjadi
sumber nilai dan telah diakui kualitasserta kedudukannya, maka hal tersebut
tentu sangat membantu para pendidik
atau dunia pendidikan untuk melakukanpembenahan, sehingga kajian yang men-yangkut konsep pendidik dan kepriba-
diannya, serta bentuk relevansinya ter-
hadap pendidikan saat ini merupakanikhtiar ilmiah yang kiranya memiliki
banyak nilai manfaat.
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
11/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 90 -
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Abd Rahman. 2004. Pendidikan Tanpa Kekerasan (Tipologi Kondisi,
Kasus dan Konsep) Yogyakarta: Tiara Wacana.
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kencana.
Abdul Munir Mulkhan. 2002. Nalar Spiritual Pendidikan (Solusi Problem
Filosofis Pendidikan), Yogyakarta: Tiara Wacana.
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan
Islam di dalam Keluarga, di sekolah dan di Masyarakat, Bandung:Diponegoro.
Nata, Abuddin 1997. Filsafat Pendidikan Isl am,1 Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam , Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan , Yogyakarta:
LaksBang ediatama.
Hadari Nawawi. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta:
Haji Masagung.
Http// www.kompas.com, Segera Hentikan Kekerasan pada Anak, akses
tanggal 1 Maret 2012.
Http//www.magnum.com, Guru Hajar Murid, akses tanggal 1 Maret 2012.
Http//www.okezonelifestyle.com, Jadilah Pelindung yang Baik, aksestanggal 15 Januari 2012.
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Quran), Volume 11, Jakarta: Lentera Hati.
Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam , Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
-
7/23/2019 Teori-Teori Pengembangan Pengembangan Penididik
12/12
IAIS Sambas Vol I No. 1 Januari Juni 2015
Jurnal Alwatzikhoebillah (Kajian Islam, Pendidikan, Ekonomi, dan Humaniora) - 91 -
Mujib & Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.
Nurkolis 2003. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model, dan Aplikasi),
Jakarta: Grasindo.
Ahmad Nurwadjah, 2007. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Hati yang Selamat
Hingga Kisah Luqman), Bandung: Marja.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis, Teoritis,
dan Praktis), Jakarta: Ciputat Press.
La Ode, Sismono. 2006. dkk, Biografi Pemikiran dan Kepemimpinan Prof.
Suyanto, Ph.D (Di Belantara Pendidikan Bermoral) , Yogyakarta: UNY
Press.
Danim, Sudarwan. 2006. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
B. Suryosubrata. 1983. Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta: Bina
Aksara.
al-Attas, Syed Naquib. 1992. Konsepsi Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka
Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Mizan: Bandung.
dan La Sulo, Umar Tirtarahardja 1994. Pengantar Pendidikan , Jakarta:
Ditjend Pendi-dikan Tinggi Depdikbud.
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.