ternak kerbau

7
 Lokakarya Nasio nal Perbibitan K erbau 2012 89 PERKEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN TANA TORAJA (Buffalo Livestock Breeding Development in District of Tana Toraja) R ASALI HAKIM MATONDANG 1  dan R. LIMBONG 2  1  Pusat Penelit ian dan Pengembangan Peter nakan, Jl. Pajajar an Kav. E.59, Bo gor e-mail: rasalimtd@ya hoo.com 2  Dinas Peternak an dan Perika nan Kabupaten Tana Toraja, Jl. Ampera No. 2, Makale  ABSTRACT In Indonesia, buffalos can be found in a number of areas, however, Toraja buffalo have much larger  physica lly, muscular and fat buffalo compared with buffalo from other regions in Indonesia . In Toraja,  buffalo is the most special animals because of their function as dowry, legacy can inheritable, in the “death ceremony  and as a qurban animal in the tuka’ party” and solo'  party” . Toraja buffalos have different values per head that were assessed based on performance of individual bodies ranging from horns to toe. Especially for male buffalo. The assessment criteria can be applied as an assessment of the most expensive  buffalo beca use it has the highest sales price. Male buffaloes are chosen specif ically based on the patterns of colors, shapes and patterns of the horn and have the ability to fight. Efforts to maintain the sustainability and  purity native cattle need to be addressed in order to maintain genetic resource s native cattle that have high adaptability advantages. Efforts to be made in accordance with the development potential of the region, supported by improved technologies (seeds, management, feed). In order to conserve need a supporting and intervention of government in terms of regulations and policies, the application of appropriate technology, institutional strengthening and increasing the skills and knowledge of the farmer group. Establishment of Village Breeding Centre involving farmer groups is one way to increase the population or the formation of  buffalo br eeding ce nter mainly in the are of pro duction. Key Words: Breeding, Buffalo, Tana Toraja ABSTRAK Di Indonesia, kerbau dapat dijumpai di sejumlah daerah. Namun, fisik kerbau asal Toraja jauh lebih  besar, kekar dan gemuk dibandingkan dengan kerbau di daerah lain di Indonesia . Di Toraja, kerbau adalah hewan yang paling istimewa karena dapat menjadi alat transaksi dalam perkawinan, warisan, dan pesta kematian serta menjadi hewan korban pada pesta rambu tuka maupun rambu solo. Kerbau-kerbau Toraya mempunyai nilai ekonomi yang berbeda-beda dinilai berdasarkan performan tubuh individual mulai dari ujung tanduk sampai ujung kaki. Kerbau-kerbau yang bernilai jual tinggi adalah kerbau jantan. Kriteria  penilaian m asyarak at ini dapat dia plikasikan sebagai pe nilaian bibit ter nak jantan te rmahal k arena mem punyai harga jual tertinggi. Kerbau-kerbau jantan dipilih secara khusus berdasarkan pola warna, bentuk dan pola tanduk serta memiliki kemampuan bertarung. Upaya untuk mempertahankan kelestarian dan kemurnian temak asli perlu ditangani dalam rangka mempertahankan sumber daya genetik temak asli yang mempunyai keunggulan adaptasi yang tinggi. Program pengembangan dapat dilakukan sesuai dengan potensi daerah yang didukung dengan perbaikan teknologi (bibit, manajemen, pakan). Dalam upaya pelestarian perlu adanya dukungan dan campur tangan pemerintah dalam hal regulasi dan kebijakan, penerapan teknologi yang tepat,  penguata n kelemb agaan serta peningkata n keterampilan dan wawasa n para petemak . Pembentuk an Village  Breeding Centre yang melibatkan kelompok peternak merupakan salah satu cara untuk memperbanyak  populasi a tau pemb entukan p usat pembibitan kerb au terutama pada wilay ah produks i.  Kata Kunci: Pembibitan, Kerbau, Tana Toraja PENDAHULUAN Kabupaten Tana Toraja adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sejak tahun 1957. Walaupun demikian dengan adanya peraturan pemerintah tentang otonomi daerah dan peluang pemekaran bagi kabupaten-kabupaten baru maka pada tahun

Upload: carangki

Post on 17-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 1/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012

89

PERKEMBANGAN PEMBIBITAN TERNAK KERBAU DI

KABUPATEN TANA TORAJA

(Buffalo Livestock Breeding Development in District of Tana Toraja)

R ASALI HAKIM MATONDANG1 dan R. LIMBONG2 

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Pajajaran Kav. E.59, Bogore-mail: [email protected]

2  Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tana Toraja, Jl. Ampera No. 2, Makale 

ABSTRACT

In Indonesia, buffalos can be found in a number of areas, however, Toraja buffalo have much larger physically, muscular and fat buffalo compared with buffalo from other regions in Indonesia. In Toraja, buffalo is the most special animals because of their function as dowry, legacy can inheritable, in the “death

ceremony ”  and as a qurban animal in the “tuka’ party”  and “solo'  party”. Toraja buffalos have differentvalues per head that were assessed based on performance of individual bodies ranging from horns to toe.Especially for male buffalo. The assessment criteria can be applied as an assessment of the most expensive

 buffalo because it has the highest sales price. Male buffaloes are chosen specifically based on the patterns ofcolors, shapes and patterns of the horn and have the ability to fight. Efforts to maintain the sustainability and

 purity native cattle need to be addressed in order to maintain genetic resources native cattle that have highadaptability advantages. Efforts to be made in accordance with the development potential of the region,supported by improved technologies (seeds, management, feed). In order to conserve need a supporting andintervention of government in terms of regulations and policies, the application of appropriate technology,

institutional strengthening and increasing the skills and knowledge of the farmer group. Establishment ofVillage Breeding Centre involving farmer groups is one way to increase the population or the formation of buffalo breeding center mainly inthe are of production.

Key Words: Breeding, Buffalo, Tana Toraja

ABSTRAK

Di Indonesia, kerbau dapat dijumpai di sejumlah daerah. Namun, fisik kerbau asal Toraja jauh lebih besar, kekar dan gemuk dibandingkan dengan kerbau di daerah lain di Indonesia. Di Toraja, kerbau adalahhewan yang paling istimewa karena dapat menjadi alat transaksi dalam perkawinan, warisan, dan pesta

kematian serta menjadi hewan korban pada pesta “rambu tuka” maupun “rambu solo”. Kerbau-kerbau Toraya

mempunyai nilai ekonomi yang berbeda-beda dinilai berdasarkan performan tubuh individual mulai dariujung tanduk sampai ujung kaki. Kerbau-kerbau yang bernilai jual tinggi adalah kerbau jantan. Kriteria penilaian masyarakat ini dapat diaplikasikan sebagai penilaian bibit ternak jantan termahal karena mempunyai

harga jual tertinggi. Kerbau-kerbau jantan dipilih secara khusus berdasarkan pola warna, bentuk dan polatanduk serta memiliki kemampuan bertarung. Upaya untuk mempertahankan kelestarian dan kemurniantemak asli perlu ditangani dalam rangka mempertahankan sumber daya genetik temak asli yang mempunyai

keunggulan adaptasi yang tinggi. Program pengembangan dapat dilakukan sesuai dengan potensi daerah yang

didukung dengan perbaikan teknologi (bibit, manajemen, pakan). Dalam upaya pelestarian perlu adanyadukungan dan campur tangan pemerintah dalam hal regulasi dan kebijakan, penerapan teknologi yang tepat, penguatan kelembagaan serta peningkatan keterampilan dan wawasan para petemak. Pembentukan Village Breeding Centre  yang melibatkan kelompok peternak merupakan salah satu cara untuk memperbanyak

 populasi atau pembentukan pusat pembibitan kerbau terutama pada wilayah produksi. 

Kata Kunci: Pembibitan, Kerbau, Tana Toraja

PENDAHULUAN

Kabupaten Tana Toraja adalah salah satukabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan

(Sulsel) sejak tahun 1957. Walaupun demikian

dengan adanya peraturan pemerintah tentangotonomi daerah dan peluang pemekaran bagi

kabupaten-kabupaten baru maka pada tahun

Page 2: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 2/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012 

90

2008 Kabupaten Tana Toraja mekar menjadi

dua kabupaten yaitu Kabupaten Tana Toraja

dengan Ibu Kota Makale dan Kabupaten TorajaUtara dengan Ibu Kota Rante Pao (PEMKAB,

2012). Tulisan ini hanya memfokuskan pada

Kabupaten Tana Toraja.

Sektor utama yang paling diandalkan

kabupaten tersebut untuk pengembangan

daerah ke depan adalah pariwisata yang telah

terkenal sampai ke Manca Negara yang baik

secara langsung maupun tidak langsung ikut

menghela sektor pariwisata di Indonesia

umumnya dan Sulawesi Selatan khususnya.

Hal tersebut disebabkan karena untuk

mencapai Tana Toraja baik melalui udara,

darat dan laut harus melalui beberapa

kabupaten di Sulawesi Selatan. Pariwisata yang

 paling diandalkan adalah terkait dengan

kehidupan sosial-budaya masyarakat yaitu

 berbagai ritual kepercayaan Toraja terutama

 berhubungan dengan ritual kematian yangdikenal dengan sebutan  Rambu Solo. Upacara

tersebut dapat berlangsung berhari-hari dan

dirayakan secara bersama oleh keluarga terkait

dengan melibatkan seluruh masyarakat di desa

dimana tadinya jenazah berdiam sewaktu

hidup. Semua peserta yang hadir disediakan

makan dan minum selama upacara berlangsung

sehingga membutuhkan pasokan makananyang banyak, dimana sumber lauk paling

utama adalah berasal dari ternak kerbau dan

 babi yang disembelih selama upacara berlangsung. Oleh karena itu, pengembangan

ternak kerbau dan babi telah menjadi prioritas

komoditas utama di Tana Toraja (PEMKAB,

2012). Sayangnya kabupaten ini selalu

kekurangan pasokan ternak terutama kerbau

sehingga harus didatangkan dari kawasan laindi Indonesia yaitu dari kabupaten lain di Sulsel

seperti Maros, Jeneponto dan lainnya, serta

dari Provinsi NTB (Pulau Sumbawa) dan NTT

(Pulau Sumba).Berdasarkan hasil sensus ternak tahun2011 populasi kerbau di Indonesia sejak tahun

2003 sampai tahun 2011 jumlahnya relatif

konstan yaitu sebesar 1,3 juta ekor (TALIB dan 

 NAIM, 2013). Seementara itu, populasi ternak

 besar lainnya mengalami peningkatan,

terutama sapi mengalami peningkatan yang

signifikan menjadi 14,8 juta ekor pada tahun

2011. Di Kabupaten Tana Toraja populasi

ternak besar sapi, kerbau dan kuda masing-masing tercatat 5.935 ekor, 26.665 ekor dan

4.167 ekor pada tahun 2009. Selanjutnya,

untuk populasi ternak kecil khususnya babi dan

kambing masing-masing berjumlah 236.577ekor dan 6.701 ekor pada tahun 2009, dan

dikatakan mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya

(PEMKAB, 2012).

PERANAN KERBAU BAGI

MASYARAKAT TANA TORAJA

Kerbau lokal di Tana Toraja telah dikenal

sebagai kerbau Toraya, dimana nama ini telah

ditetapkan sebagai ternak plasma nutfah asli

Indonesia (DITJEN  PKH, 2011). Kerbau ini

termasuk dalam  Bubalus bubalis yang dikenal juga sebagai kerbau lumpur atau kerbau rawa( swamp buffalo) yang di Tana Toraja disebut

dengan tedong   yang artinya kerbau. Kerbau

adalah hewan yang mempunyai kedudukan

mulia dalam pandangan masyarakat dan

disebut sebagai Tedong Garonto Eanan

(Kerbau Pokok Harta Benda Masyarakat

Toraja) karena kemanfaatannya yang banyak

dalam kehidupan masyarakat mulai dari ritual

kematian, dapat digunakan sebagai harta

warisan sampai pada penentu derajat

kedudukan keluarga dalam masyarakat (NINO,

2012).Kerbau-kerbau Toraya mempunyai nilai

yang berbeda-beda per ekor yang dinilai

 berdasarkan performan tubuh individual mulai

dari ujung tanduk sampai ujung kaki yang

langsung dapat dihubungkan dengan harga jual

kerbau tersebut kalau akan dijual, atau harta

warisan jika diwariskan ataupun untuk

menentukan tingginya kedudukan keluarga

 pemilik. Kerbau-kerbau yang bernilai jual

tinggi adalah kerbau jantan. Kriteria penilaian

masyarakat ini merupakan traditional

knowledge  yang dapat diaplikasikan sebagai

 penilaian bibit ternak jantan termahal karenamempunyai harga jual tertinggi. Kerbau-

kerbau jantan yang dipilih secara khusus

 berdasarkan pola warna, bentuk dan polatanduk serta memiliki tipe  fighter yaitu

kemampuan bertarung.

Kemudian kerbau terpilih dipelihara

dengan manajemen yang spesial dari mulai

 bangun tidur dimandikan, diberi pakan khusus

dengan menu telur dan susu sebagai tambahan

sejak pedet sampai dewasa, tidak dikawinkan,

Page 3: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 3/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012

91

sampai waktu tidur diasapin agar tidak digigit

nyamuk. Tentu saja dengan imbalan yang

signifikan yaitu harga jual yang mulai dariRp. 30 juta sampai Rp. 500 juta dengan bobot

hidup yang lebih besar dari 550 kg per ekor.

Perbedaan harga didasarkan pada perbedaan

warna bulu, umur, panjang dan bentuk tanduk,

 bentuk badan, letak pusar, panjang ekor dan

raut kaki serta nilai kerbau berdasarkan

kemampuan dalam aduan kerbau. Kerbau

Toraya mahal karena menurut kepercayaan

masyarakat Tana Toraja, kerbau “tedong”

dipercaya akan menjadi tunggangan/kendaraan

oleh arwah-arwah orang yang sudah meninggal

menuju ke Nirwana (surga).

Perlakuan istimewa pada kerbau di Tana

Toraja untuk mendapatkan harga tertinggi

tersebut mirip dengan perlakuan masyarakat

Jepang pada sapi Wagyu untuk mendapatkan

harga jual daging sapi dengan harga tertinggi.

Perlakuan terbaik yang juga dengan imbalanharga jual yang signifikan. Di Jepang, daging

Wagyu dengan bobot 100 gram berharga setara

Rp. 300 ribu. Jika seekor sapi Wagyu di Jepang

dapat menghasilkan daging super mahal

sebesar 125 kg per ekor maka harga per ekor

sapi tersebut seimbang dengan harga jual satu

ekor kerbau Toraya Kelas I.

PEMILIHAN BERDASARKAN POLA

WARNA (BONGA)

Kerbau Toraya ada yang berwarna hitam

seperti kerbau lumpur umumnya di Indonesia,

tapi ada juga dengan warna belang yang unik

sampai pada kerbau albino yang putih seluruh

warna tubuhnya. Dari diskusi dengan peternak

kerbau di kelompok peternak pembibit ternak

kerbau di Toraja Utara, dijelaskan bahwa perlu

hati-hati dalam mengawinkan antara duakerbau belang karena sering yang terlahir

adalah kerbau albino dengan cacat padamatanya yaitu terlahir dalam keadaan buta.

Jika mengalami kejadian seperti ini pedet

kerbau putih tersebut akan disembelih.Bonga memiliki beberapa variasi dari segi

kombinasi warna dan tanda-tandanya, yaitu:

a.  Tedong Bonga Saleko atau Bonga Doti

adalah jenis yang berwarna belang hitam

dan putih hampir seimbang dan menyebar

di seluruh tubuhnya, dan ditandai dengan

taburan bintik-bintik di sekujur tubuhnya.

Kerbau ini memiliki nilai tertinggi yaitu

termasuk Kelas I.

 b.  Tedong Pudu’, yaitu kerbau hitam pekatyang sering disebut Tedong Pasuruâluk.

Kerbau jenis ini termasuk kerbau kelas II

setelah Tedong Bonga Saleko. Kerbau ini

 paling banyak populasinya di Toraja.

Harganya bisa mencapai setengah harga

Bonga Saleko. Kerbau Pudu’, yang dikebiri

serta bertanduk panjang disebut kerbau

Belian, semakin panjang tanduknya

semakin tinggi harganya.

c.  Bonga Ulu  adalah jenis yang warna putih

hanya di kepalanya, sedang bagian leher

dan badan berwarna hitam. Kerbau seperti

ini termasuk jenis kerbau kelas III.

d. 

Tedong Bonga Sori, yaitu kerbau yang

hanya berwarna putih belang pada bagian

sekitar matanya saja dan termasuk kerbau

kelas IV.

e.  Tedong Todi’/Todik, yaitu kerbau yanghanya berbintik putih atau bintang pada

dahinya,dan kerbau ini termasuk kelas V.

f.  Tedong Sambao’,yaitu kerbau yang

 bulunya pada seluruh tubuhnya kemerah-

merahan, keputih-putihan, kehitam-

hitaman, atau keabu-abuan dan kerbau ini

termasuk kerbau kelas VI. Variasi dari

kerbau yang termasuk kelas IV sampaikelas VI adalah Bonga Sanga’daran adalah

 jenis yang di bagian mulutnya dinominasi

warna hitam; Bonga Randan Dali’ adalah jenis bonga yang alis matanya berwarna

hitam, Bonga Takinan Gayang, adalah jenis

yang di punggungnya ada warna hitam

menyerupai parang panjang dan Bonga

Lotong Boko’ adalah jenis Bonga yang

terdapat warna hitam di punggung.g.  Tedong Bonga Bulan, yaitu kerbau yang

 berbulu putih seluruh tubuhnya dan

termasuk kerbau kelas VII. Kerbau ini

diharamkan dikurbankan untuk upacaraapapun di Tana Toraja.

h.  Balian adalah kerbau hitam yang dikeluarkan 

 buah   pelernya  untuk membentuk   tanduk  

yang modelnya proporsional serta semakin

 panjang. Makin baik dan panjang

tanduknya semakin mahal. Balian yang

 bagus bisa dihargai 50 jutaan rupiah.i.  Todik adalah kerbau hitam dengan bintang

 putih di atas kepalanya.

Page 4: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 4/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012 

92

Penilaian berdasarkan bentuk dan ukuran

tanduk, yaitu:

a.  Tedong Sanglengo, yaitu kerbau yang panjang tanduknya sampai pergelangan

tangan dengan umur minimal satu tahun

sampai dua tahun, dan merupakan ukuran

kerbau yang paling rendah (kecil/ukuran

dasar).

 b.  Tedong Sangpala’, yaitu kerbau yang

 panjang tanduknya satu tapak tangan orang

dewasa di atas pergelangan tangan dengan

umur minimal dua tahun sampai tiga tahun.

c.  Tedong Alla’ tarin, yaitu kerbau yang

 panjang tanduknya satu atau dua jari di atas

Tedong Sangpala’  (pertengahan siku dan

 pergelanan tangan yang berumur minimal 3

sampai 4,5 tahun.

d.  Tedong Inanna, yaitu kerbau betina yang

sudah  beranak  dan menghasilkan keturunan.

e.  Tedong Penuka’, kerbau ini penilaiannya

tidak ditentukan nilainya karena adakalanya dua kerbau yang sama besarnya

serta panjang tanduk yang sama tetapi nilai

tukarnya berbeda-beda karena ditentukan

oleh persyaratan lainnya.

 Nilai Tedong Penuka’ dinilai dengan beberapa syarat sebagai berikut:

1.  Jenis warna bulu, sebagai penentu tingkatan

kerbau dan nilai kerbau.2.  Umur kerbau.

3.  Panjang tanduk dan bentuk tanduk.

4.  Bentuk badan.5.  Letak pusar seperti persyaratan kerbau pada

umumya.

6.  Panjang ekor dan raut kaki.

7.   Nilai kerbau berdasarkan status kerbau

dalam kerbau aduan.

PERKEMBANGAN PEMBIBITAN

KERBAU

Pada tahun 2006, kegiatan program aksi

 perbibitan dilaksanakan di Tana Toraja oleh

kelompok Penanian di Ratte Kecamatan

Masanda dan kelompok Siporanmu di BauKecamatan Bittuang sebanyak 43 ekor betina

dan 7 ekor jantan. Pada tahun 2007 di 10

kelompok sebanyak 100 ekor kerbau masing-

masing kelompok mendapat 10 ekor kerbau

terdiri dari 9 ekor betina dan 1 ekor jantan.

Dari 43 ekor betina bibit yang disebar padatahun 2006 telah lahir 25 ekor anak dan 50%

dalam keadaan bunting sehingga diharapkan

dalam tahun 2009 sudah melahirkan anak yang

kedua, 3 ekor diantaranya adalah kerbau belang yang mempunyai nilai sosial yang lebih

tinggi dan harga lebih mahal. Disamping itu,

untuk mendukung aksi perbibitan juga

dilakukan pembukaan areal tanaman pakan

ternak (TPT) seluas 45 ha dan konservasi lahan

5 ha di 19 desa (ALLOSOMBA, 2008).

Paket penyebaran kerbau tahun 2007 akhir

 belum ada kelahiran akan tetapi 70% sudah

dalam keadaan bunting dan pada tahun 2008

direncanakan penyebaran kerbau sebanyak 119

ekor. Sementara itu, penyebaran kerbau tahun

2002 dan 2003 sebanyak 70 ekor telah beranak

102 ekor diantanya terdapat kerbau belang

(ALLOSOMBA, 2008). Pada tahun 2010 kerbau

disebarkan di Kabupaten Tana Toraja,

kemudian tahun 2012 disebarkan di Kabupaten

Tana Toraja Utara dan di Kabupaten Jene

Ponto. Kerbau termasuk hewan yang lambatdalam mencapai dewasa kelamin (SUBIYANTO,

2010). Pada umumnya kerbau mencapai

 pubertas pada usia yang lebih tua, sehingga

kerbau mencapai dewasa kelamin pada usia

minimal 3 tahun (LENDHANIE, 2005).

MURTI  (2006) menyatakan bahwa

reproduksi yang jelek dari kerbau rawa dan

sungai adalah faktor utama yang membatasikinerja kerbau dan pencapaian perbaikan.

Kerbau (rawa dan sungai) mempunyai umur

 beranak pertamakali sangat tinggi dan intervalkelahiran yang panjang akibat perkawinan

yang tergantung pada musim. Kadangkala

siklus estrus yang tidak tampak juga

menyulitkan dokter hewan dan ahli ternak di

 pedesaan dalam upaya pengaturan

reproduksinya. Kerbau jantan akan mengalamidewasa kelamin pada umur 2 tahun, sedangkan

kerbau dara mulai mengalami estrus pada umur

2 –  2,5 tahun.

Hasil survei di Indonesia menunjukkan bahwa di Propinsi NAD, Propinsi Jawa Barat,

Propinsi Jawa Tengah, Propinsi Jawa Timur,

Propinsi NTB dan Propinsi Sulawesi Selatan,

umur pertama kali beranak masing-masing

45,0 bulan; 49,6 bulan; 47,7 bulan; 49,1 bulan;

45,6 bulan dan 49,2 bulan dengan rata-rata

47,7 bulan, sementara itu di Brebes, Pemalang,Semarang dan Pati rata-rata umur pertama kali

 beranak, berturut-turut adalah 44 bulan, 40

 bulan, 44 bulan, dan 42 bulan (K EMAN, 2006).

Pada kerbau kerja jarak beranak bervariasi dari

Page 5: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 5/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012

93

Tabel 1. Perkembangan jumlah kerbau bibit pada kelompok peternak tahun 2010 –  2012 di Sulawesi Selatan

Jumlah awal

(Dewasa)

Lahir Mati Jumlah akhir

Tindaklanjut

Jt Bt Tot Jt Bt TotDewasa Pedet Dewasa Pedet

Jt Bt Jt Bt Jt Bt Jt Bt Tot

3 23 26 1 2 3 0 4 0 1 3 19 1 1 24 TT

2 26 28 1 0 0 0 0 1 0 2 26 0 0 28 TU

2 24 26 3 0 3 0 0 0 0 2 24 3 0 29 JP

Keterangan: TT = Tana Toraja, TU = Toraja Utara, JP = Jene Ponto

350  –   800 hari dengan rata-rata 553 hari

(K EMAN, 2006). Menurut LADHANIE  (2005)

 jarak beranak pada kerbau rawa antara 18  –  24

 bulan.Pada Tabel 1 terlihat bahwa populasi

kerbau dari 26 ekor pada tahun 2010 menjadi

24 ekor pada tahun 2012, penurunan populasi

tersebut disebabkan adanya kematian 4 ekor

kerbau betina dewasa dan satu ekor pedet

 betina dari kelahiran anak sebanyak 3 ekor

terdiri dari 1 ekor jantan dan 2 ekor betina.

Menurut ALLOSOMBA  (2008) bahwa belum

ditemukannya cara yang efektif dalam

 penanganan penyakit kerbau, yang berasal dari

 Nusa Tenggara. Beberapa ekor kerbau dari

 Nusa Tenggara memiliki gejala yang diawalidemam tinggi, nafsu makan menurun, kadang

disertai keluarnya penis dan akhirnya mati.

Penurunan populasi juga diduga berkaitan

dengan sistem pengusahaannya yang masih

secara tradisional. Penyebab lainnya adalah

tingginya jumlah pemotongan, terbatasnya pakan dan padang penggembalaan alami akibat

alih fungsi/konversi ke penggunaan lain

(seperti perumahan dan industri). Selain itu,

 peran kerbau pada sistem usaha tani belum

 berorientasi agribisnis serta ketersediaan bibitunggul yang masih sangat terbatas.

Permasalahan lain yang umum dihadapi di

 beberapa daerah adalah kelangkaan kerbau

 jantan sebagai pemacek, sehingga diperkirakan

terjadi inbreeding   yang tinggi, tingginya

inbreeding dapat menurunkan mutu bibit.DIWYANTO  dan HANDIWIRAWAN  (2006)

menyampaikan alternatif program pemuliaan

yang dapat diterapkan di kawasan sumber bibit

adalah program pemuliaan inti terbuka (Open

 Nucleus Breeding System). Dalam program ini,

instansi pemerintah (UPT/UPT Daerah Dinas

Peternakan) atau pihak swasta dapat bertindak

sebagai inti yang memelihara ternak bibit

dasar. Bibit dasar diperoleh dengan

 penjaringan ternak yang mempunyai kualitasterbaik dalam hal daya reproduksi,

 pertumbuhan, tidak mempunyai cacat fisik atau

turunan, dan bebas dari segala penyakit

 berbahaya. Sementara itu, UPT Daerah atau

swasta lainnya dapat bertindak sebagai

 pemelihara ternak bibit induk dan selanjutnya

 peternak memelihara.

Menurut ARJUNA  (2006) ada beberapa

faktor yang harus dilakukan dalam rangka

meningkatkan populasi dan kualitas kerbau,

yaitu:

a. 

Komitmen yang berkelanjutan. Penurunan populasi kerbau di daerah-daerah tertentu

sudah lama terjadi, namun sampai sejauh

ini dorongan pemerintah, terutama

 pemerintah daerah belum nyata mendorong

 perkembangan populasi di daerahnya

masing-masing. Tidak sedikit peternakkerbau berlokasi jauh dari pusat

 pemerintahan sehingga banyak yang tidak

tersentuh oleh laju pembangunan. Fasilitas

untuk peningkatan populasi baik  software 

maupun hardware belum sampai ke tangan peternak kerbau. Peternak kerbau seolah

 berjalan sendiri tanpa tahu kemana

tujuannya.

 b.  Pembentukan kelompok ternak. Dalam

kelompok para peternak bisa merencanakan

usaha yang akan dilakukan sehubungandengan peningkatan populasi, termasuk

terbentuknya kandang kelompok. Kandang

kelompok bila dikelola dengan baik dengan

kesadaran yang tinggi dapat memecahkan

masalah ketiadaan jantan dan

keterlambatan perkawinan;

Page 6: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 6/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012 

94

c.  Melakukan seleksi, baik pada kerbau betina

maupun pada kerbau jantan, terutama pada

kerbau jantan. Mengingat satu ekor jantandalam 1 tahun mampu mengawini 50 ekor

 betina dan bila semua berhasil bunting

maka akan lahir anak kerbau yang kualitas

genetiknya baik. Pada saat ini justru kerbau

 betina atau jantan yang tampilannya lebih

 besar adalah yang paling cepat masuk

rumah potong. Peran pemerintah disini

melakukan penjaringan agar fenomena

yang sudah lama terjadi ini bisa dihentikan

minimal dikurangi.

KESIMPULAN

Pembibitan kerbau di Tana Torajadilakukan dalam skala usaha yang relatif kecil,

menyebar, serta dilakukan di kawasan yang

 baru tidak tersedia pakan, atau pakan (rumput)

harus dibeli dengan harga mahal. Masalah

dalam pengembangan kerbau disebabkan

karena tingkat reproduksi kerbau yang rendah,

masa kebuntingan kerbau yang relatif lebih

lama, angka kelahiran kerbau rendah, dewasa

kelamin dan selang beranak relatif panjang dankerbau memiliki persentase karkas lebih

rendah 3  –  5% dari karkas sapi karena ukuran

kaki dan kepala yang lebih besar serta kulit

yang lebih tebal. Selain itu kerbau dikenal

sebagai ternak  silent heat   yaitu sulit untuk

mendeteksi ternak betina yang estrus karena

tidak menunjukkan tanda-tanda birahi.

Produktifitas kerbau dalam beberapa hal lebih

rendah dibandingkan dengan sapi terkait

dengan sifat-sifat biologis yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA

ARJUNA, D. 2006. Manajemen pembibitan ternak :

Problematika perkembangan ternak kerbau diIndonesia. http://warna-warnipeternakan.

 blogspot.com/2012/06/problematika- perkembangan-ternak-kerbau.html.  Diunduh

tanggal 6 Pebruari 2013.

ALLOSOMBA, I.M. 2008. Perkembangan ProgramAksi Perbibitan Kerbau di Kabupaten Tana

Toraja. Seminar dan Lokakarya NasionalUsaha Ternak Kerbau. Tana Toraja, 24  –   26

Oktober 2008. Dinas Peternakan PropinsiSulawesi Selatan, Dinas Pertanian dan Pangan

Kabupaten Tana Toraja, Direktorat PerbibitanDirektorat Jenderal Peternakan dan PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan.Bogor. hlm. 155 –  158.

DIWYANTO, K. dan E. HANDIWIRAWAN. 2006.Strategi pengembangan ternak kerbau: Aspek penjaringan dan distribusi. Pros. Lokakarya

 Nasional Usaha Ternak Kerbau MendukungProgram Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa,4 −  5 Agustus 2006. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan bekerja sama

dengan Direktorat Perbibitan DirektoratJenderal Peternakan, Dinas PeternakanProvinsi Nusa Tenggara Barat, dan PemerintahKabupaten Sumbawa. Bogor. hlm. 3 − 12.

DITJEN  PKH. 2011. Penetapan rumpun/galur ternakIndonesia Tahun 2010  –   2011. Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.Jakarta.

GUBERNUR SULSEL. 2012. Penguatan Kelembagaan

Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten TanaToraja http://www.tanatorajakab.go.id/en/content/gubernur-sulawesi-selatan-penguatan-

kelembagaan-masyarakat-dan-pemerintah-kabupaten-tana.  Diunduh tanggal 6 Febuari2013.

K EMAN. S. 2006. Reproduksi ternak kerbau.

Menyongsong rencana kecukupan dagingtahun 2010. Pros. Orasi dan SeminarPelepasan Dosen Purna Tugas 2006. FakultasPeternakan UGM. Yogyakarta.

LENDHANIE, U.U. 2005. Karakteristik reproduksikerbau rawa dalam kondisi lingkungan

 peternakan rakyat.  J. Bioscientiae  2(1): 43  –  48. http://bioscientiae.tripod.com.

MURTI, T.W. 2006. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius.Yogyakarta.

 NOORASTUTI, P.T. dan L.D.P. ASTUTI. 2010. Wagyu,daging sapi cantik dengan harga supermahal.http://life.viva.co.id/news/read/146027-

wagyu__daging_sapi__cantik_.   Diunduh

tanggal 6 Feb 2013.

 NINO, N.R. 2012. Tedong Garonto’ Eanan (Kerbau pokok harta benda masyarakat Toraja).

http://nino-ninerante.blogspot.com/2012/02/

tedong-garonto-eanan-kerbau-pokok-harta.

html. Diunduh tanggal 6 Februari 2013.

PEMKAB TANA TORAJA. 2012. Sejarah singkat

Kabupaten Tana Toraja. Pemerintah

Kabupaten Tana Torajahttp://www.tanatorajakab.go.id/en/content/sejarah-singkat. Diunduh tanggal 6 Februari 2013.

SUBIYANTO. 1010. Populasi kerbau semakinmenurun.http:/www.dijennak.go.id/bulletin.artikel3.pdf.

Page 7: ternak kerbau

7/23/2019 ternak kerbau

http://slidepdf.com/reader/full/ternak-kerbau 7/7

 Lokakarya Nasional Perbibitan Kerbau 2012

95

TALIB,  C.  dan  M.   NAIM. 2013. Grand design  pembibitan kerbau nasional. Makalahdisampaikan pada Seminar dan Lokakarya

Usahaternak Kerbau pada tanggal 13  –   15September 2012 di Bukit Tinggi, SumateraBarat.