thoharoh nabi saw

41
THOHAROH SESUAI TUNTUNAN SUNNAH RASULULLAH SAW. Pengajian Ahad Pagi Ma’had Tahfizhul Qur’an Isy Karima Karangpandan Karanganyar

Upload: prima-maulana

Post on 19-Jul-2016

35 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

feas

TRANSCRIPT

Page 1: Thoharoh Nabi Saw

THOHAROHSESUAI TUNTUNAN SUNNAH

RASULULLAH SAW.

Pengajian Ahad PagiMa’had Tahfizhul Qur’an Isy Karima

Karangpandan Karanganyar

Page 2: Thoharoh Nabi Saw

Secara bahasa : membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud maupun kotoran yang tidak berwujud.

Secara istilah : menghilangkan hadats, najis, dan kotoran dengan air atau tanah yang bersih.

Jadi, thoharoh adalah menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat di badan yang membuat tidak sahnya sholat dan ibadah lainnya.

PENGERTIAN THOHAROH

Page 3: Thoharoh Nabi Saw

a. Thoharoh batin : thoharoh dari kesyirikan dan kemaksiatan, yaitu dengan cara menegakkan ketauhidan dan melakukan amal-amal sholeh.

b. Thoharoh lahir : thoharoh dari kotoran yang berupa hadats dan najis.

MACAM-MACAM THOHAROH

Page 4: Thoharoh Nabi Saw

a. Thoharoh dengan air.Air hujan, air dar mata air, air sumur, air sungai, air salju, air es yang meleleh dan air laut adalah suci. Kondisinya suci dan mensucikan serta bisa untuk membersihkan hadats maupun kotoran, meskipun telah berubah rasa, warna, atau baunya, asalkan zat yang mengubahnya suci pula. Rasulullah saw bersabda :

إن الماء ال ينجسه شيء“Sesungguhnya air adalah suci; tidak ternajiskan oleh apapun.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)

BENTUK THOHAROH

Page 5: Thoharoh Nabi Saw

Tentang kesucian air laut Rasulullah saw bersabda :

هو الطهور ماؤه الحل ميتته“Air laut adalah suci dan bangkainya pun halal.” (HR. Ashabus Sunan)

Akan tetapi, bila air tersebut berubah warna, rasa, atau baunya karena terkena najis, maka air tersebut menjadi air najis yang harus dijauhi berdasarkan ijma’ ulama. (Majmu’ al-Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : XXI/30)

Page 6: Thoharoh Nabi Saw

b. Thoharoh dengan debuDebu merupakan pengganti air bila seseorang terhalang menggunakan air karena sebagian anggota tubuhnya luka atau khawatir bila menggunakan air akan menimbulkan bahaya pada dirinya.

Page 7: Thoharoh Nabi Saw

Pengertian NajisNajis ialah kotoran yang wajib dijauhi oleh seorang muslim dan wajib dibersihkan bila mengenai badannya. Allah berfirman :

وثيابك فطهر“Dan pakaianmu itu bersihkanlah.” (QS. Al-Muddatstsir : 4)

MACAM-MACAM NAJIS

Page 8: Thoharoh Nabi Saw

“ Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah, ‘Haidh adalah kotoran.’ Oleh karena itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita yang sedang haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka sehingga mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadaku. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. A-Baqoroh : 222)

Page 9: Thoharoh Nabi Saw

1. Air kencing dan kotoran manusiaCara membersihkannya adalah dengan dibasuh atau dicuci.a. Cara membersihkan air kencing anak kecilLaki-laki : cukup dipercik dengan air hingga basah.Perempuan : dicuci hingga bersih.

BENDA-BENDA NAJIS

Page 10: Thoharoh Nabi Saw

Rasulullah saw bersabda : بول الغالم ينضح وبول الجارية يغسل

“Kencing anak kecil laki-laki dipercik, sedangkan kencing anak kecil perempuan dicuci.” (HR. Ahmad)

Ketentuan ini berlaku selama keduanya belum makan makanan selain air susu ibu (ASI). Ini berdasarkan hadits Nabi saw :

ما لم يطعما ، فإذا طعما غسال جميعا“Selama keduanya belum makan. Apabila keduanya sudah makan, cara membersihkannya dengan dicuci semuanya.” (HR. Abu Daud)

Page 11: Thoharoh Nabi Saw

Caranya : menyiramkan air pada tempat yang terkena najis atau kotoran dan membersihkannya. Rasulullah saw bersabda :

دعوه وأهرقوا على بوله سجال من ماء أو ذنوبا من ماء ، فإنما بعثتم ميسرين ولم تبعثوا

معسرين“Biarkan dia. Siramkan saja pada bekas kencingnya itu seember air. Kalian diperintahkan untuk memberi kemudahan kepada manusia, bukan untuk menyulitkan mereka.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

b. Cara membersihkan tanah/lantai

Page 12: Thoharoh Nabi Saw

Cara membersihkan darah haid dengan cara dibasahi dengan air dan dicuci.Rasulullah saw bersabda :

تحته ثم تقرصه بالماء ثم تنضح ثم تصلي فيه

“Hendaklah dia mengosoknya, lalu mencucinya dengan air, kemudian memerciknya. Setelah itu, barulah dia boleh shalat dengan kain itu.” (HR. Al-Bukhori dan Muslim)

2. Darah Haidh

Page 13: Thoharoh Nabi Saw

3. Jilatan anjing dalam wadahBekas jilatan binatang ternak, binatang buas, dan binatang-binatang lainnya selain anjing ada pembicaraan tersendiri. Yang dimaksud bekas jilatan di sini adalah bekas minum atau bekas makan binatang.Binatang ada dua jenis : binatang yang najis dan binatang yang suci.Binatang yang najis juga ada dua macam : yang kenajisannya telah disepakati oleh para ulama dan yang kenajisannya masih diperselisihkan.Yang telah disepakati kenajisannya adalah babi dan anjing. Semua yang keluar dari keduanya adalah najis.

Page 14: Thoharoh Nabi Saw

Adapun yang masih diperselisihkan kenajisannya adalah keledai piaraan, burung yang berkuku tajam, dan hewan buas.Makhluk hidup yang suci baik tubuhnya maupun bekas jilatannya terbagi menjadi dua:1. Manusia. Manusia jelas suci termasuk bekas jilatannya. Begitu juga wanita yang sedang haidh.2. Binatang yang halal dagingnya. Semua binatang yang halal dagingnya, suci tubuhnya dan bekasi jilatannya tidak najis, kecuali JALLAALAH (binatang yang diberimakan kotoran). Ini masih diperselisihkan.

Page 15: Thoharoh Nabi Saw

3. Kucing. Bekas jilatan kucing suci hukumnya, karena termasuk binatang yang sering mengitari kita. (Lihat kitab Al-Mughni karya Ibnu Qudamah : 1/64-70)

Kemudian hewan dibagi lagi menjadi dua : yaitu hewan ang darahnya mengalir dan yang darahnya tidak mengalir ketika disembelih atau dilukai. 1. Hewan yang darahnya tidak mengalir, ada dua kemungkinan :

Page 16: Thoharoh Nabi Saw

Pertama : binatang yang makannya dari sesuatu yang suci. Hukumnya suci baik masih hidup maupun sudah mati. Seperti lalat, kecapung, laron, belalang, cacing dsb.Kedua : binatang yang makanannya dari sesuatu yang najis seperti kecoa. Maka binatang seperti itu termasuk najis baik ketika masih hidup maupun sudah mati.

2. Hewan yang darahnya mengalir ketika disembelih atau dilukai. Binatang seperti ini ada tiga jenis :

Page 17: Thoharoh Nabi Saw

1. Binatang yang bangkainya halal, seperti ikan, dan binatang laut yang memang hanya bisa hidup di laut. Binatang jenis ini suci, baik ketika hidup maupun sudah mati.

2. Binatang yang bangkainya haram. Seperti binatang darat yang dagingnya biasa dimakan dan hewan yang biasa hidup di darat maupun di air seperti buaya. Binatang jenis ini najis ketika sudah menjadi bangkai.

3. Manusia. Manusia suci baik ketika masih hidup maupun sudah mati.(Lihat kitab Al-Mughni : 1/59-63 dan Asy-Sarhul Mumti’ : 1/74,77, 393-397)

Page 18: Thoharoh Nabi Saw

Cara membersihkan bekas jilatannya adalah seperti yang disebutkan dalam hadits berikut

بالتراب أولهن مرات سبع يغسله أن الكلب فيه ولغ إذا أحدكم إناء طهور“Sucinya wadah kalian yang dijilat anjing adalah dengan

mencucinya tujuh kali dan pada pencucian pertama dengan tanah.” Dalam riwayat lain ada tambahan : فليرقه ... (lalu tumpahkanlah). (HR. Muslim)

4. Diantara benda najis juga adalah wadi.Wadi adalah air putih kental yang keluar dari kemaluan seseorang setelah kencing.

Kembali kepada jilatan anjing

Page 19: Thoharoh Nabi Saw

Cara membersihkannya : mencuci kemaluannya kemudian berwudhu’. Apabila wadi mengenai badan, maka cara membersihkannya adalah dengan dicuci.

5. MadziMadzi adalah air putih lengket yang keluar dari kemaluan seseorang yang membayang-bayangkan jima’ atau ketika suami istri bercumbu rayu.Madzi termasuk najis yang sulit untuk kita hindari. Karena itu, kita mendapatkan kemudahan dalam membersihkannya.Cara membersihkannya : cukup dengan mencuci kemaluannya dan berwudhu’ bila hendak sholat.

Page 20: Thoharoh Nabi Saw

Rasulullah saw bersabda :

فليغسل ذكره وأنثييه وليتوضأ وضوءه للصالة

“Maka, cucilah kemaluannya dan berwudhu’lah sebagaimana wudhu’ ketika hendak shalat.”

Apabila badan kita terkena madzi, maka cucilah; dan apabila pakaian atau celana kita yang terkena, maka percikkanlah air pada bagian yang terkena madzi, seperti yang ditegaskan dalam hadits Sahl bin Hanif riwayat Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Page 21: Thoharoh Nabi Saw

Mani adalah cairan yang keluar memancar dari kemaluan yang biasanya dibareng rasa nikmat.Orang yang keluar mani wajib mandi junub. Air mani termasuk air yang suci menurut pendapat yang kuat.Akan tetapi disunnahkan mencucinya bila basah; dan mengeriknya bila kering. Berkaitan dengan hal ini ada tiga hadits hadits :

6. Mani

Page 22: Thoharoh Nabi Saw

1. Hadits Aisyah ra, bahwa dia pernah berkata kepada seorang laki-laki yang mencuci pakaiannya karena terkena mani : “Bila kalian terkena mani yang jelas-jelas terlihat, cucilah bagian yang terkena; tetapi bila kalian tidak melihatnya, percikkanlah air pada daerah yang diperkirakan terkena mani. Saya dulu mengerik pakaian Rasulullah saw yang terkena mani, lalu setelah bersih beliau shalat dengan pakaian tersebut.” (HR. Muslim)2. Dalam riwayat Aisyah lain disebutkkan : “Saya pernah mengerik mani yang menempel pada pakaian Rasulullah saw yang sudah kering dengan kuku saya.” (HR. Muslim)

Page 23: Thoharoh Nabi Saw

3. Dan juga Aisyah pernah berkata : “Rasulullah saw biasa mencuci mani (yang menempel di pakaian beliau), kemudian keluar untuk shalat, dan saya melihat bekas cucian mani tersebut pada pakaian beliau.” (HR. Muslim)

7. Binatang JallaalahBinatang jallalah adalah binatang yang suka memakan kotoran/tahi manusia. Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, ia pernah berkata :

نهى رسول الله صلى الله غليه وسلم عن لحوم الجاللة وألبانها

“Rasulullah saw telah melarang kita memakan daging dan susu binatang jallalah.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Page 24: Thoharoh Nabi Saw

Dijelaskan dalam satu riwayat Ibnu Abi Syabah, bila Ibnu Umar hendak memakan binatang jallalah, dia mengurung binatang tersebut selama tiga hari.

8. TikusBila tikus jatuh ke dalam makanan atau adonan dsb, maka buanglah tikus tersebut dan makanan/adonan yang ada di sekitar tempat jatuhnya.Rasulullah saw pernah ditanya tentang tikus yang jatuh ke dalam minyak samin. Beliau menjawab, ‘Buanglah tikus dan minyak samin yang ada di sekitar jatuhnya tikus, lalu makanlah minyak samin yang tersisa’. (HR. Al-Bukhari dari Maimunah ra.)

Page 25: Thoharoh Nabi Saw

Hal itu dilakukan, bila makanan yang tersisa tidak terkena pengaruh najis, baik rasa, warna, atau baunya. Akan tetapi bila ternyata ada pengaruh najis, maka buanglah makanan tersebut secara keseluruhan. Berarti keadaannya seperti air, bila tidak berubah, rasa, warna atau baunya, maka tetap suci.

Page 26: Thoharoh Nabi Saw

9. Kencing dan kotoran binatang yang dagingnya haram dimakan.Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ra, ia berkata :

نهى رس�ول الله ص�لى الله ع�ليه وسلم أن يتمس�ح بعظم أو ببعر“Rasulullah saw melarang kita (beristinja’) dengan tulang dan tahi hewan.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain beliau bersabda, “Ini adalah najis.” (HR. Al-Bukhari)

Page 27: Thoharoh Nabi Saw

Adapun kencing atau kotoran binatang yang dagingnya halal dimakan manusia adalah suci. Ini karena Nabi saw pernah menyuruh seorang sahabatnya untuk meminum kencing unta, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari. Juga riwayat yang menerangkan bahwa Nabi saw pernah shalat di kandang kambing sebelum ada masjid. (disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dg syarhnya Fathul Bari 1/341)

Page 28: Thoharoh Nabi Saw

10. Mengetahui dirinya terkena najis ketika shalat.Bila seseorang, pakaian atau badannya terkena najis, lalu baru teringat adanya najis itu ketika sudah mulai shalat atau sesudah selesai shalat, maka dalam hal ini ketentuannya sebagai berikut :a. Bila ingatnya ketika sedang shalat, maka hendaknya dia membuang najis tersebut dari badan atau pakaiannya, dan shalatnya tetap dilanjutkan (shalatnya tetap sah)

Page 29: Thoharoh Nabi Saw

b. Bila ingatnya ketika sedang shalat, sementara dia tidak bisa membuang najis yang ada pada diri atau pakaiannya dan juga tidak bisa membuang pakaiannya karena akan terbuka auratnya, maka dia harus membatalkan shalatnya, lalu membersihkan najis tadi, baru kemudian mengulang shalatnya dari awal.c. Bila setelah shalat baru teringat adanya najis pada diri atau pakaiannya, maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu diulang.

Page 30: Thoharoh Nabi Saw

Tiga keadaan di atas berdasarkan hadits Abu Sa’id Al-Khudriy ra, dia berkata, “Suaru hari kami shalat bersama Rasulullah saw. Ketika shalat telah dimulai, tiba-tiba beliau mencopot sandalnya, lalu meletakkannya di samping kirinya. Melihat Nabi saw mencopot sandalnya, orang-orang ikut mencopot sandal mereka. Setelah shalat selesai, beliau bertanya, “Mengapa kalian mencopot sandal kalian?” Mereka menjawab, “Karena kami meliahat engkau mencopot sandal.” Beliau menjawab, “Tadi Jibril as datang untuk mengabarkan bahwa pada sandal saya terdapat kotoran, maka saya pun mencopotnya. Apabila kalian datang ke masjid, hendaknya perhatikan sandal kalian barangkali ada kotoran menempel; bila ternyata ada kotoran menempel, bersihkan dulu, baru kalian shalat.” (HR. Ahmad)

Page 31: Thoharoh Nabi Saw

Hadits tadi berkaitan dengan orang yang memberihkan najis ketika hendak shalat. Adapun bagi yang shalat, lalu di tengah shalatnya atau setelah selesai shalat dia teringat dalam keadaan berhadats junub, maka shalatnya tidak sah. Dia harus mandi janabah dulu, baru kemudian mengulangi shalatnya. Ini berdasarkan hadits :

ال تقبل صالة بغير وضوء“Tidak dierima shalat (seseorang) yang tidak mempunyai wudhu.” (HR. Muslim)

Page 32: Thoharoh Nabi Saw

11. Khomr (minuman keras)Mayoritas ulama menetapkan bahwa dzat khomr termasuk najis. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “…dan minuman yang memabukkan semuanya termasuk najis. Karena Allah ta’ala menyebut khomr sebagai barang kotor dan najis yang harus dijauhi dan menyuruh kita untuk menjauhinya secara mutlak; meminumnya, menyentuhnya, atau tindakan lainnya. Allah menyuruh kita membuang khomr sejauh-jauhnya dan Rasulullah saw melaknatnya…” (syarh al-Umdah fil Fiqh hal. 109)

Page 33: Thoharoh Nabi Saw

Syaikh Asy-Syingqithi berkata, “Mayoritas ulama menetapkan bahwa dzat khomr termasuk najis karena adanya dalil-dalil sebagaimana yang kami sebutkan. Akan tetapi, Rabi’ah al-Laits, al-Muzani (ulama madzhab syafi’i), dan sebagian ulama masa kini dari Baghdad dan Qurawi menyelisihi pendapat tersebut. Ini disebutkan oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Mereka berhujjah bahwa dzat khomr tidak najis, seperti benda-benda lain seperti disebutkan dalam ayat (QS. Al-Maidah : 90), yaitu uang hasil berjudi, binatang yang dikorbankan untuk berhala, harta hasil undian; dzatnya sendiri tidak najis, meskipun barang-barang tersebut haram untuk digunakan.

Page 34: Thoharoh Nabi Saw

“Menurut mayoritas ulama, kata rijsun (kotor) pada ayat di atas maksudnya najis pada dzat yang sifatnya umum. Karena tidak ada ijma’ atau nash lain yang memalingkan keumuman tersebut, maka berlakulah ketetapan najis yang sifatnya umum tersebut. Kalaupun ada ijma’ atau nash lain yang menunjukkan hukum khusus, kaidah Ushul mengatakan, “Kalaupun ada sebagian kekhususan-kekhususan dari hukum yang sifatnya umum, maka hukum umum tersebut tetap saja berlaku untuk bagian-bagian yang tidak terkhususkan.”

JAWABAN SYAIKH

Page 35: Thoharoh Nabi Saw

Karena itu, cairan yang memabukkan seperti alkohol dsb yang banyak digunakan untuk campuran minyak wangi adalah najis; tdak boleh dipakai dalam shalat.Ini juga dikuatkan oleh lanjutan ayat : “Maka jauhilah perkara-perkara itu” yang menunjukkan perintah menjauhi secara mutlak dari barang yang memabukkan dan perkara-perkara lain yang disebutkan dalam ayat tersebut.

CAIRAN YANG MEMABUKKAN

Page 36: Thoharoh Nabi Saw

Hukum asal suatu benda atau barang adalah bersih dan boleh dimanfaatkan. Apabila kita ragu-ragu terhadap najisnya air dalam sebuah wadah atau pakaian yang kita pakai, atau lainnya, maka yang kita pegangi adalah sucinya air atau pakaian tersebut. Begitu pula apabila kita awali yakin terhadap kesucian suatu benda, lalu kita ragu-ragu, maka yang kita pegang adalah sucinya benda tersebut. Sebaliknya, apabila kita yakin kenajisan suatu benda, lalu ragu-ragu, maka yang kita pegang adalah najisnya benda tersebut.

KESIMPULAN

Page 37: Thoharoh Nabi Saw

Contoh lainnya :Apabila kita awalnya yakin berhadats, lalu kita ragu-ragu apakah sudah bersuci atau belum, maka apa yang kita yakinilah yang kita pegang. Begitu pula, apabila kita ragu-ragu terhadap jumlah raka’at yang telah kita lakukan, atau jumlah putaran thawaf yang kita laksanakan, atau talaq keberapa ketika kita mentalaq istri, maka yang kita pegang adalah jumlah yang paling sedikit.

Page 38: Thoharoh Nabi Saw

Begitulah kaidah yang sangat agung dalam agama kita, yaitu berpegang dengan apa yang telah kita yakini dan membuang apa yang kita ragu-ragu.(Syarh Al-Umdah, Ibnu Taimiyah, hal. 83, dan Taudhihul Fiqh, Abdurrahman As-Sa’di hal 6)Karena itu Nabi saw pernah bersabda kepada seseorang yang merasakan sesuatu ketika shalat, “Janganlah kamu membatalkan shalat sebelum mendengar suara atau mencium baunya.” (HR. Al-Bukhari)

Page 39: Thoharoh Nabi Saw

Semua wadah atau bejana hukumnya suci, karena hukum asal suatu wadah atau bejana adalah suci, kecuali bila ada dalil yang secara khusus menunjukkan keharamannya. Wadah yang diharamkan secara khusus adalah bejana yang terbuat dari emas atau perak, atau bejana yang dilapisi emas. Akan tetapi bejana yang hanya mengandung tambalan perak sedikit tidak diharamkan.

Page 40: Thoharoh Nabi Saw

Rasulullah saw bersabda :

ال تشربوا في آنية الذهب والفضة وال تأكلوا في صحافهما فإنها لهم في

الدنيا ولكم في اآلخرة“Janganlah kalian minum dengan bejana yang terbuat dari emas atau perak; juga janganlah kalian makan dalam piring yang terbuat dari keduanya. Hal itu karena wadah yang terbuat dari emas atau perak adalah wadah yang diperuntukkan bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia dan diperuntukkan bagi kalian di akhirat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Page 41: Thoharoh Nabi Saw

Diriwayatkan dari Anas ra, bahwa Nabi saw pernah menambal gelas beliau yang pecah dengan untaian perak. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya.