tugas askep gagal hati kritis ii final

Upload: autoracing-evr

Post on 11-Feb-2018

552 views

Category:

Documents


55 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    1/37

    ASUHANKEPERAWATAN

    KEGAWAT

    DARURATAN

    PADA KLIEN

    GAGAL HATIDi Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu

    Mata Ajaran Keperawatan KRITIS II

    Dosen :Ibu Sarifatimah, S.Kp.,M.Kep Di

    Susun Oleh :

    Eldessa Vava Rilla

    220120110521

    201

    3

    PROGRAM PASCA SARJANA

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS PADJADJARAN

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    2/37

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ............................................................................................................................2

    KATA PENGANTAR..............................................................................................................3

    BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................7

    BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA KLIEN

    GAGAL HATI.........................................................................................................................

    BAB IV PENUTUP..............

    Kesimpulan ..............................................................................................................................

    Saran .........................................................................................................................................

    Daftar Pustaka.............................................................................................................. ...........

    2

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    3/37

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

    rahmat-Nya, kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Trancultural Nursing

    dengan judul Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Klien Dengan Gagal Hati

    tepat pada waktunya.

    Makalah ini dapat diselesaikan tentunya tidak terlepas dari dorongan dan bantuan

    dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Ibu Sarifatimah., S.Kp.,M. Kep, selaku pembimbing dan sekaligus pemberi materi

    dalam mata kuliah Keperawatan Kritis I.

    2. Semua anggota kelompok, terima kasih atas kekompakkan dan kerjasamanya

    3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa

    penulis sebutkan namanya satu-persatu.

    Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran

    yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Akhirnya, semoga

    makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Terima kasih.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    3

    Bandung, Maret 2013

    Kelompok

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    4/37

    1. Latar Belakang

    Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-

    penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan

    fungsi dari hati. Efek-efek jangka panjang tergantung dari kehadiran tipe penyakit

    hatinya. Contohnya, hepatitis kronis dapat menjurus ke: Gagal hati, Penyakit-penyakit

    pada bagian lain tubuh, seperti kerusakan ginjal atau jumlah darah yang rendah, Sirosis

    hati. Efek-efek jangka panjang lainnya dapat termasuk: Encephalopathy adalah

    memburuknya fungsi otak yang dapat berlanjut ke koma, Gastrointestinal bleeding

    (perdarahan gastrointestinal). Ini termasuk perdarahan esophageal varices, yang

    merupakan pembesaran vena yang abnormal di esophagus dan/atau didalam perut,

    Kanker hati, Peptic ulcers, yang mengikis lapisan perut/lambung.

    Gagal hati akut (ALF) adalah kondisi umum di mana kerusakan cepat fungsi hati

    pada koagulopati dan perubahan dalam status mental dari individu yang sebelumnya

    sehat. Gagal hati akut sering mempengaruhi orang-orang muda dan membawa kematian

    sangat tinggi.

    Kegagalan hati akut Istilah ini digunakan untuk menggambarkan perkembangan

    koagulopati, biasanya dengan rasio normalisasi internasional (INR) lebih besar dari 1,5,

    dan setiap tingkat perubahan mental (ensefalopati) pada pasien tanpa sirosis hati dan

    dengan penyakit kurang dari 26 minggu durasi.

    Gagal hati akut adalah istilah yang luas yang mencakup baik kegagalan hati

    fulminan (FHF) dan kegagalan hati subfulminant (atau akhir-onset kegagalan hati).

    Kegagalan hati fulminan umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan

    ensefalopati dalam waktu 8 minggu dari timbulnya gejala pada pasien dengan hati yang

    sebelumnya sehat. Kegagalan hati Subfulminant dicadangkan untuk pasien dengan

    penyakit hati sampai 26 minggu sebelum pengembangan ensefalopati hati.

    Ada perbedaan penting antara FHF pada anak-anak dan FHF pada orang dewasa.

    Misalnya, pada anak dengan FHF, ensefalopati mungkin terlambat, atau tidak dikenal..

    Beberapa pasien dengan penyakit hati kronis yang sebelumnya tidak dikenaldekompensasi dan hadir dengan gagal hati, meskipun hal ini tidak secara teknis FHF,

    4

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    5/37

    diskriminasi seperti pada saat presentasi mungkin tidak dapat dilakukan. Pasien dengan

    penyakit Wilson, vertikal tertular hepatitis B, atau hepatitis autoimun dapat dimasukkan

    terlepas dari kemungkinan sirosis jika penyakit mereka telah terwujud selama kurang dari

    26 minggu.. Langkah yang paling penting dalam penilaian pasien dengan gagal hati akut

    adalah untuk mengidentifikasi penyebabnya, karena penyebab tertentu menuntut

    perawatan segera dan spesifik (lihat hasil pemeriksaan). Obat-hepatotoksisitas terkait,

    terutama dari asetaminofen, merupakan penyebab utama gagal hati akut di Amerika

    Serikat . Aspek yang paling penting dari pengobatan adalah untuk memberikan dukungan

    perawatan yang baik intensif. Perhatian harus dibayarkan kepada manajemen cairan dan

    hemodinamik. Pemantauan parameter metabolik, surveilans untuk infeksi, pemeliharaan

    gizi, dan pengakuan cepat perdarahan gastrointestinal sangat penting.

    Berbagai obat mungkin diperlukan karena berbagai komplikasi yang terjadi dari

    kegagalan hati fulminan. Dalam kasus-kasus tertentu, penangkal yang efektif mengikat

    atau menghilangkan racun sangat penting. Pengembangan sistem pendukung hati

    memberikan beberapa janji untuk pasien dengan FHF, meskipun masih bersifat sementara

    dan, sampai saat ini, tidak berdampak pada kelangsungan hidup. Lainnya modalitas terapi

    yang diteliti, termasuk hipotermia, telah diusulkan tetapi tetap belum terbukti.

    Hasil dari gagal hati akut berhubungan dengan etiologi, derajat ensefalopati, dan

    komplikasi yang terkait . Meskipun kematian dari FHF masih cukup tinggi, perawatan

    intensif baik dan penggunaan transplantasi hati orthotopic telah meningkatkan

    kelangsungan hidup dari kurang dari 20% menjadi sekitar 60%.

    2. Rumusan Masalah

    Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:

    a. Anatomi dan fisiologi hati

    b. Apakah yang dimaksud dengan gagal hati?

    c. Bagaimana insidensi gagal hati ?

    d. Apa saja etiologi dari gagal hati?

    e. Apa Manifestasi gagal hati?

    5

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    6/37

    f. Apa patofisiologi gagal hati?

    g. Apa pemeriksaan diagnostik gagal hati?

    h. Apa diagnostik gagal hati?

    i. Bagaimana prognosis gagal hati?

    j. Bagaimana terapi gagal hati?

    k. Apa saja komplikasi dari gagal hati ?

    l. Bagaimana cara melakukan rencana dan tindakan untuk mengatasi gangguan pada

    gagal hati?

    3. Metode Penulisan

    Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul

    ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA KLIEN GAGAL

    HATI ini adalah metode pustaka dan mengintisarikan buku-buku pustaka.

    4. Tujuan Penulisan

    a. Dapat melakukan pengkajian pada penderita gagal hati

    b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada penderita gagal hati

    c. Dapat membuat perencanaan pada penderita gagal hati

    d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada penderita gagal hati

    e. Dapat mengevaluasikan semua hasil tindakan pada penderita gagal hati

    6

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    7/37

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Anatomi dan Fisiologi Hati

    Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Hati adalah organ

    intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan orang

    dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang

    menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar

    dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX

    kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah

    transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Permukaan anterior yang

    cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu

    lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8

    segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai

    dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus

    7

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    8/37

    fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-

    kadang dijadikan batas reseksi.

    2. Pengertian

    Gagal hati akut terjadi ketika hati dengan cepat kehilangan kemampuan untuk

    berfungsi. Biasanya gagal hati berkembang secara perlahan-lahan selama bertahun-

    tahun. Tetapi pada kasus gagal hati akut, dapat berkembang dalam hitungan hari.

    Gagal hati akut dapat menyebabkan banyak komplikasi, termasuk perdarahan

    yang berlebihan dan peningkatan tekanan di otak. Istilah lain untuk gagal hati akut

    adalah fulminant hepatic failure.

    Gagal hati akut adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan rawat inap.

    Beberapa penyebab gagal hati akut dapat diatasi dengan pengobatan. Namun dalam

    situasi lain, transplantasi hati mungkin satu-satunya obat untuk gagal hati akut.

    Kegagalan hati adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan/kemunduran

    fungsi hati yang sangat berat.

    Gagal hati fulminan ditandai oleh ensefalopati hepatik yang terjadi dalam

    waktu beberapa minggu sesudah dimulainya paenyakit pada pasien yang tidak

    terbukti menunjukan riwayat disfungsi hati. Klasifikasi yang baru untuk gagal hati

    akut pernah diusulkan berdasarkan kecepatan timbulnya enselopati sehubungan

    dengan manifestasi ikterus yang perrama. Dalam istem klasifikasi ini terdapat 3

    kategori :

    a. Gagal hati hiper akut

    Lama gejala ikterus sebalum timbuknya enselopati adalah 0 hingga 7 hari

    b. Akut

    Lama gejalanya pada gagal hati akut adalah berdurasinberkisar dari 8 hingga 28

    hari

    c. Sub akut.

    Lama gejala pada gagal hati sub akut adalah berdurasi 28 hingga 72 hari.

    8

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    9/37

    Penyebaba (virus vs nonvirus) dan prognonis ketiga kategori gagal hati akut

    tampak bervariasi (Tibbs & Williams, 1995). Ketiga tipe gagal hati fulminana

    tersebut di tandai dengan kemunduran kondidi klinik yang cepat serta daramatis

    akibat cedera dan nekrosis hepatoseluler yang masif. Mortalitas pada keadan ini

    sangat tinggi (60% hingga 85%) meskipun telah dilakukan terapi yang intensif.

    3. Insidensi

    a. Kurang lebih 30 % terjadi pada anak umur kurang dari 15 tahun.

    b. Sering diasosiasikan dengan viral koinfeksi.

    c. Anak yang terpapar HBV (pada negara berkembang gagal hati fulminan lebih

    banyak disebabkan oleh karena infeksi HBV).

    d. Anak yang terinfeksi HCV.

    e. 5 30 % pada anak yang lahir dari ibu yang HCV dan HIV +.

    f. Pasien superinfeksi Hepatitis D pada Hepatitis B.

    g. Pasien superinfeksi Hepatitis A pada Hepatitis C.

    9

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    10/37

    h. Individu immunocompromised yang terpapar non hepatitis virus seperti herpes

    simplex virus, cytomegalo virus, adenovirus, Epstein Barr virus, dan varicella.

    4. Etiologi

    Sebab tersering adalah hepatitis virus baik A, B, maupun non-A dan non-B.

    Pada sekitar 50% pasien positif hepatitis B, perjalanan fulminan dicetuskan oleh

    faktor lain, biasanya akut atau superinfeksi dengan virus hepatitis D. Pada pasien

    positif hepatitis B yang menerima kemoterapi untuk keganasan bersamaan, hepatitis B

    bisa direaktivasi dan menjadi fulminan.

    Virus lain juga dapat menyebabkan nekrosis hati fatal pada individu

    immunocompromised; antara lain herpes simplex, cytomegalovirus, Ebstein-barrdan

    varicella.

    Yang sering juga adalah reaksi obat hepatotoksis, yang tersering meliputi

    obat anestesi, AINS, antidepresan dan isoniazidyang diberikan bersama rifampicin,

    juga overdosis acetaminofen dan karbon tetraklorida (CCl4).

    Pada wanita hamil cukup bulan bisa timbul nekrosis hati fulminan karena

    eklampsi atau perlemakan hati. Sebab vaskular mencakup episode curah jantung

    rendah pada pasien penyakit jantung, sindroma Budd-Chiari secara akut dan syok

    bedah. Infiltrasi masif hati dengan sel blast, seperti pada histiositosis maligna, dapat

    menyebabkan gagal hati fulminan.

    a. Gagal hati akut terjadi ketika sel-sel hati yang rusak secara signifikan dan tidak

    mampu lagi untuk berfungsi. Gagal hati akut dapat disebabkan oleh, antara lain:b. Overdosis acetaminophen

    Mengonsumsi terlalu banyak acetaminophen (Tylenol, dan lain-lain) adalah

    penyebab paling umum dari gagal hati akut di Amerika Serikat. Gagal hati akut

    dapat terjadi jika mengonsumsi acetaminophen dengan dosis yang sangat besar

    sekaligus.

    10

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    11/37

    c. Atau dapat terjadi jika mengonsumsi acetaminophen dengan dosis yang lebih

    tinggi dari yang direkomendasikan setiap hari selama beberapa hari berturut-turut,

    terutama pada orang dengan penyakit hati kronis.

    d. Resep obat

    Beberapa resep obat, termasuk antibiotik, obat anti-inflamasi, dan antikonvulsan

    dapat menyebabkan gagal hati akut.

    Antibiotik (ampisilin-klavulanat, siprofloksasin, doksisiklin, eritromisin,

    isoniazid, nitrofurantoin, tetracycline)

    Antidepresan (amitriptilin, nortriptyline)

    antiepileptics (fenitoin, valproate)

    anestesi agen (halothane)

    Lipid-obat penurun (atorvastatin, lovastatin, simvastatin)

    imunosupresif agen (cyclophosphamide, methotrexate)

    nonsteroid anti-inflamasi (NSAID)

    Salisilat (sebagai akibat dari sindrom Reye)

    Lain-lain (disulfiram, flutamide, emas, propylthiouracil)

    Obat terlarang yang telah dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas istimewa

    adalah sebagai berikut:

    Ecstasy (3,4-methylenedioxymethamphetamine [MDMA])

    Kokain (mungkin akibat dari iskemia hati)

    e. Suplemen herbal

    Obat dan suplemen herbal, termasuk kava, ephedra, skullcap, dan pennyroyal,

    telah dikaitkan dengan kejadian gagal hati akut.

    11

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    12/37

    Ginseng

    Pennyroyal minyak

    Teucrium polium

    Chaparral atau teh germander

    Kawakawa

    f. Hepatitis dan virus lainnya

    Hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis E dapat menyebabkan gagal hati akut. Virus

    lain yang dapat menyebabkan gagal hati akut termasuk virus Epstein-Barr,

    cytomegalovirus, dan virus herpes simpleks.

    g. Racun

    Racun yang dapat menyebabkan gagal hati akut termasuk jamur liar beracun

    Amanita phalloides, yang kadang-kadang keliru dengan spesies jamur yang dapat

    dimakan.

    Amanita phalloides jamur racun [13]

    Bacillus cereus toksin

    Cyanobacteria racun

    Organik pelarut (misalnya, karbon tetraklorida)

    Kuning fosfor

    h. Penyakit autoimun

    Gagal hati dapat disebabkan oleh hepatitis autoimun, yang merupakan sebuah

    penyakit di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel hati, menyebabkan

    peradangan dan cedera.

    12

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    13/37

    i. Penyakit pembuluh darah di hati

    Penyakit pembuluh darah, seperti sindrom Budd-Chiari, dapat menyebabkan

    penyumbatan yang terbentuk dalam pembuluh darah hati dan menyebabkan gagal

    hati akut.

    j. Penyakit metabolik

    Penyakit metabolik langka, seperti penyakit Wilson dan lemak hati akut oleh

    karena kehamilan, jarang menyebabkan gagal hati akut.

    k. Kanker

    Kanker yang dimulai di hati atau kanker yang menyebar ke hati dari organ lain di

    tubuh dapat menyebabkan gagal hati.

    l. Selain penyebab yang telah disebutkan diatas, banyak kasus gagal hati akut tidak

    memiliki penyebab yang jelas.

    13

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    14/37

    5. Manifestasi Klinik

    Gambaran neuropsikiatri adalah rangsangan sistem retikularis otak yang

    diikuti oleh depresi akhir fungsi batang otak. Pasien bisa memperlihatkan tingkah laku

    anti sosial atau gangguan karakter. Mimpi buruk, nyeri kepala, dan dizziness

    merupakan gejala tak spesifik lainnya. Delirium, mania, dan kejang menunjukkan

    rangsangan sistem retikularis. Perilaku tak kooperatif sering berlanjut, sementara

    kesadaran berkabut. Deliriumnya dari jenis mania, diawali gelisah, dan serangan

    spontan atau diinduksi rangsangan cahaya. Flapping tremor bisa sepintas dan

    terlewatkan. Biasanya adafoetor hepaticus.

    14

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    15/37

    Dalam stadium dini, ikterus menunjukkan hubungan kecil ke perubahan

    neuropsikiatri yang kemudian bisa berkembang sebelum ikterus. Kemudian ikterus

    hebat. Biasanya ukuran hati mengecil.

    Pada stadium lebih lanjut, gambarannya rigiditas desebrasi dengan spastisitas,

    ekstensi, dan hiperpronasi lengan, ekstensi tungkai dan respon fleksor plantaris.

    Kejang bisa timbul. Respon plantaris tetap fleksor sampai sangat lanjut. Gerakan mata

    diskonjugat dan posisi mata melenceng bisa terlihat. Biasanya reflek pupil menetap

    sampai sangat lanjut. Gagal pernapasan dan sirkulasi dengan hipotensi, aritmia

    jantung dan henti pernapasan merupakan indikasi lain depresi fungsi batang otak.

    Muntah lazim terjadi, tetapi nyeri abdomen jarang. Takhikardi, hipertensi,

    hiperventilasi dan demam merupakan gambaran lanjut. Klinikus harus menyadari

    penundaan pengenalan kerusakan hati setelah kelebihan dosis acetaminofen yang bisa

    terjadi setelah masa dua sampai tiga hari atau pemulihan klinik yang jelas.

    Tanda neurologi fokal, demam tinggi atau respon lambat terhadap terapi

    konvensional seharusnya mendorong pencarian sebab pengganti ensefalopati.

    Gejala-gejala sebagian tergantung dari tipe dan jangkaun penyakit hatinya.

    Pada banyak kasus, mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejala

    yang umum pada sejumlah tipe-tipe berbeda dari penyakit hati termasuk:

    Jaundice atau kekuningan kulit

    Urin yang coklat seperti teh

    Mual

    Hilang selera makan

    Kehilangan atau kenaikan berat tubuh yang abnormal

    Muntah

    Diare

    Warna tinja (feces)yang pucat

    Nyeri abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut

    15

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    16/37

    Tidak enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur

    Gatal-gatal

    Varises (pembesaran pembuluh vena)

    Kelelahan

    Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

    Demam ringan

    Sakit otot-otot

    Libido berkurang (gairah sex berkurang)

    Depresi

    Gejala

    Gejala yang nampak dari penderita gagal hati bisa berupa sakit kuning, mudah

    mengalami pendarahan, asistes, gangguan fungsi otak, keadaan kesehatan yang

    menurun drastis, penurunan air seni dan panas badan yang merupakan indikasi

    masuknya virus dalam tubuh

    16

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    17/37

    17

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    18/37

    6. Patofisiologi

    Patogenesis gagal hati fulminan dimulai dengan terpaparnya individu yang

    rentan pada agen yang dapat menimbulkan kerusakan hati berat, meskipun etiologi

    yang sebenarnya sulit untuk diidentifikasi (pada sebagian besar kasus).

    Virus dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit baik langsung (melalui

    efek sitotoksik) atau sebagai hasil dari respon imun yang berlebihan. Interaksi antara

    agen dan hostmenentukan insidensi gagal hati fulminan.

    Mekanisme patofisiologi yang berlanjut ke arah ensefalopati pada anak-anak

    dengan gagal hati fulminan masih belum diketahui sepenuhnya. Meski demikian,

    peningkatan tekanan intraserebral akibat edema serebral serta hipoglikemi merupakan

    salah satu penyebab timbulnya defisit neurologis.

    Salah satu teori menekankan efek dari akumulasi substansi neurotoksik atau

    neuroaktif yang timbul akibat kegagalan hati. Substansi ini meliputi neurotransmitter,

    amonia, peningkatan aktivitas reseptor GABA, dan peningkatan kadar substansi

    endogen yang menyerupai benzodiazepine pada sirkulasi.

    Metabolit hepatotoksik, yang terakumulasi akibat gangguan metabolisme ataumengkonsumsi obat-obat hepatotoksik, dapat menimbulkan kerusakan pada hepatosit.

    Kadar amonia dalam serum dapat normal atau sedikit meningkat, bahkan pada pasien

    koma.

    18

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    19/37

    7. Pemeriksaan Diagnostik

    19

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    20/37

    a. Serologi virus

    b. Skrining toksikologi (kadar asetaminofen tiap 1-2 jam hingga puncaknya di

    tentukan)

    c. Pemeriksaan pencitraan(usg pada abdomen kuadran kanan atas atau CT abdomen,

    pemeriksaan Doppler terhadap vena porta dan hepatica)

    d. Uji lainnya: serologi autoimun,seruloplasmain dan tembaga dalam urin)

    e. Biopsi hati (kecuali ada koagulopati)

    f. Perhitungan darah lengkap, yang melihat pada tipe dan jumlah dari sel-sel darah

    didalam tubuh

    g. Scan hati dengan radiotagged substances untuk menunjukan perubahan-

    perubahan struktur hati

    8. Diagnosis

    Untuk mendiagnosis gagal hati fulminan, seorang dokter perlu mempelajari

    riwayat medik dari pasien dan dilakukan pemeriksaan fisik. Anamnesis

    dilakukan dengan seksama, akan ditemukan keluhan perut membesar: asites, ada

    demam, sakit perut, kulit gatal-gatal, mual-mual, badan terasa lemas, dan pasien

    mungkin mengeluhkan air kencingnya berwarna gelap. Pada bayi, orang tua akan

    mengeluhkan bayi tersebut menjadi rewel, sulit makan, dan adanya gangguan

    dari siklus tidur dari bayi. Bila gagal hati fulminan semakin lanjut, akan ditemukan

    gangguan kesadaran kurang lebih 2 minggu setelah terjadinya kuning . Pada

    pemeriksaan fisik akan ditemukan kulit kuning, asites, bisa terdapat hepatomegali

    atau justru hati menjadi kecil, mungkin juga ditemukan perdarahan gastrointestinal.Perhatikan juga gejala-gejala adanya oedem serebral yaitu adanya peningkatan dari

    tonus otot, hipertensi, kejang, dan agitasi.

    Untuk lebih yakin akan adanya gagal hati fulminan dilakukan pemeriksaan

    laboratorium. Pemeriksaan enzim hati tidak dapat memberi gambaran khas untuk

    gagal hati fulminan. Pada pemeriksaan biokimia akan didapatkan bilirubin darah baik

    yang indirek maupun yang direk meningkat. Hiperbilirubinemia conjugata/ direk

    biasanya lebih sering terjadi. Pada bayi akan diperoleh kadar gula yang menurun.

    20

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    21/37

    Juga akan terjadi hiponatremi, hiperkalemi, alkalosis respiratori, atau asidosis

    metabolik. Pada pemeriksaan darah akan didapatkan pemanjangan dari protombin

    time yang tidak memberi respon pada pemberian vitamin K, selain pemeriksaan

    tersebut dapat juga diperiksa antigen/ antibodi dari virus hepatitis A, B, C, EBV,

    CMV, HSV, dan lain-lain. Pemeriksaan lain dapat dilakukan pemeriksaan urin, USG,

    CT scan, dan biopsi hati. Biopsi hati tidak dapat dilakukan bila terdapat koagulopati.

    9. Prognosis

    Prognosis jauh lebih buruk daripada gagal hati kronika , tetapi lesi hati

    mungkin reversibel dan biasanya yang bertahan hidup lesi sembuh sempurna. Hal ini

    membuat perawatan intensif dan sokongan hati sementara amat penting.

    Gagal hati fulminan sering pula dikaitkan dengan angka kematian yang

    tinggi, dimana lebih dari setengah jumlah pasien yang menderita gagal hati fulminan

    meninggal apabila tidak segera dilakukan transplantasi hati.

    Usia lebih dari 30 tahun dan adanya penyakit lain bersamaan

    memperburukprognosis. Hasilnya terbaik dalam anak-anak. Jika pencetus apapun

    dapat dikenali, maka prognosisnya lebih baik.

    Prognosis tergantung atas sebab gagal hati fulminan. Jika pasien tingkat 3

    dan yang lebih buruk dipertimbangkan, maka yang 40% yang dengan virus A, 15%

    dengan virus B, 10% dengan non-A, non-B, serta 5% dengan penyakit yang

    berhubungan dengan obat akan bertahan hidup. Prognosis terbaik untuk kelompok

    kelebihan dosis asetaminofen.

    Prognosis dapat dihubungkan ke waktu antara mulainya penyakit dan koma.

    Hasilnya buruk jika ini kurang dari tiga minggu. Dengan peningkatan lama koma,

    maka kesempatan pemulihan menjadi kurang. Jika pemulihan mengikuti perjalanan

    kurang dari empat minggu, maka normalitas klinik akhirnya dapat diharapkan.

    Prognosis tergantung atas kapasitas hati untuk beregenerasi. Yang bertahan hidup

    tidak menderita sirosis.

    21

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    22/37

    Rigiditas deserebrasi, dengan kehilangan reflek okulo-vestibularis dan gagal

    pernafasan merupakan gambaran yang didapatkan jika mereka bertahan hidup dengan

    sisa lesi cortex cerebri dan batang otak.

    Perdarahan menghalangi biopsi hati. Tetapi jika penting, ia bisa dilakukan

    dengan jalur transjugularis. Histologi menunjukkan bahwa luas nekrosis sel hati dan

    nekrosis konfluens interlobularis kritis dalam menentukan hasilnya. Tidak ada

    gambaran histologi tunggal yang memungkinkan ramalan tertentu.

    Sebab kematian adalah perdarahan, gagal pernapasan dan sirkulasi, edema

    cerebrum, gagal ginjal, infeksi, hipoglikemia, dan pankreatitis.

    10. Terapi

    Perhatian utama, meliputi:

    o Intensive care unit (ICU) danpediatric hepatology settingdengan fasilitas

    untuk transplantasi hati tersedia untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.

    o Mempertahankan urine output, dan koreksi hypoglycemia dan gangguan

    elektrolit.

    o Kebutuhan administrasi calcium, phosphorous, magnesium, factor

    concentrate, danplatelets secara I.V.

    o Infus glukosa 10-20%.

    o Menghindarifluid overload(restrict hydration mencapai 2 mL/kg/h).

    Monitoring hemodinamikcentral pressures dianjurkan untuk mengatasi

    volume depletion dan volume overload.

    o Parenteral vitamin K danplasmapheresis untuk koreksi coagulopathy dan

    mencegah terjadi sequelae. Walau bagaimanapun, kecuali bila terdapat

    acute hemorrhage atau prosedur invasif, transfusi dengan fresh frozen

    plasma (FFP) tidak dilarang. Transfusi ini dapat menormalisasikan

    PT(Prothrombine Time).

    22

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    23/37

    o Platelet transfusionbila terdapat indikasi gagal hati fulminan dengan

    coagulopathy dan thrombocytopenia.Platelet transfusion dibutuhkan untuk

    mempertahankan jumlah platelet lebih dari 50,000.

    o Parenteral H2-receptor blockersecara profilaksis untuk mencegah

    perdarahan saluran cerna.

    o Menghindari nephrotoxic agents, benzodiazepines, dan medikasi sedatif.

    Penanganan langsung terhadap penyebab spesifik gagal hati fulminan ketika

    etiologi teridentifikasi. Perawatan simptomatik dan life support.Penggunaan

    antibiotik yang tepat untuk penanganan infeksi berat, septikemia, peritonitis, dan

    pneumonia.

    o Fokus penanganan dalam perbaikan ginjal akibat hepatorenal syndrome

    (HRS) atau acute renal tubular necrosis.

    o Perhatikan penanganaanan terhadap cerebral edema.Proper positioningdan

    menghindari manipulasi yang dapat menyebabkan TTIK, dapat mencegah

    cerebral edema. Monitoring TTIK berkesinambungan pada penyakit serius

    adalah penting, terutama pada grade 3 or 4 dari hepatic encephalopathy.Mannitol digunakan pada pasien dengan TTIK lebih dari 30 mm Hg dan

    pada pasien dengan progressive edema.

    o Stopprotein intake sampai 0.5 g/kg/d atau kurang.

    o Lactulose enemas untukevacuate the bowel.

    o Oral neomycin untuk menurunkan enteric bacteria menghasilkan ammonia.

    o Monitoring glukosa darah teratur untuk kemungkinan komplikasi

    hypoglycemia, dan administrasi glukosa I.V.

    Perawatan khusus

    o Hepatitis dirawat dengan acyclovir untukherpesvirus hepatitis dan

    prednisone serta azathioprine untukautoimmune hepatitis.

    23

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    24/37

    o Overdosis acetaminophen dirawat dengan hepatotoxic drugs (ie,N-

    acetylcysteine).

    o Galactosemia dan fructosemia dirawat dengan dietary elimination.

    Surgical Care: Orthotopic liver transplantation merupakan cara yang efektif

    untuk perawatan FHF.

    Pertimbangan transplantasi segera ketika international normalized ratio

    (INR) mencapai 4, terutama pada anaka kecil.

    Pendekatan terbaru dengan liver-assist devices, seperti matrices of cultured

    hepatocytes, untuk pasien FHF sampai hepatic regeneration terjadi atauterdapat donir transplantasi hati.

    Pada keadaan gawat, segment liver transplantatau living related donor

    transplantdilaksanakan untuk menghindari anak dengan FHF dari bahaya

    rapidly progressive liver necrosis.

    Pendekatan inovatif, seperti auxiliary hepatic transplantation,xenograft,

    extracorporeal human liver, dan artificial liver support devices, juga untuk

    keadaan gawat.

    Diet: Pasien dengan kalori tinggi, karbohidrat tinggi dan lemak berlebih. Total

    parenteral nutrition (TPN) diperlukan untuk mencukupi nutrisi, terutama bila

    nutrisi parenteral tidak dapat dilakukan. Monitoring glukosa dan menghindari

    volume overload.

    11. Komplikasi

    a. Infeksi

    Infeksi bakteri dan jamur sering terjadi, hal ini yang menyebabkan terjadinya

    peritonitis, pneumonia, infeksi saluran kencing atau septikemia.

    b. Udem cerebral

    Cerebral udem terjadi pada 80% pasien.

    24

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    25/37

    Kerusakan pada hati dapat menimbulkan gangguan dalam produksi faktor-

    faktor pembekuan darah, yang berakibat antara lain berkurangnya faktor VIII

    (diproduksi oleh hepatosit). Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan dalam

    pembekuan darah.

    c. Koagulopati yang disebabkan karena penurunan sintesa faktor pembekuan darah

    oleh hati, trombositopenia dan fungsi platelet yang abnormal.

    d. Perdarahan saluran pencernaan

    e. Elektrolit imbalance

    f. Disfungsi ginjal dengan gagal ginjal. Hal ini terjadi 50% dari pasien

    g. Gangguan keseimbangan asam- basa

    h. Gangguan respirasi dan kardiovaskuler

    i. Sepsis, syok danpost necrotic cirrhosis

    j. Kematian

    12. Pencegahan

    Gagal hati fulminan merupakan sindrom yang menyebabkan kerusakan multi

    organ. Oleh karena itu perlu dilakukan metode-metode pencegahan untuk

    menghindari terjadinya oedem cerebri, hepatik ensefalopati, dan gagal ginjal. Dapat

    dilakukan monitoring tekanan intrakranial menggunakan elektroda intrakranial, dan

    juga mempertahankan volume sirkulasi dengan koloid atau dengan fresh frozen

    plasma.

    Terapi suportif hati dengan menggunakanporcrine hepatocytes atau hepatoma

    cell lines telah terbukti memperbaiki koagulopati dan mengurangi ensefalopati baik

    pada dewasa dan anak-anak.Penggunaan obat seperti paracetamol, sodium valproat,

    dan obat anti konvulsi dapat merupakan suatu penyebab terjadinya kerusakan hati

    fulminan pada anak-anak. Toksisitas dapat terjadi apabila menggunakan dosis

    parasetamol lebih dari 150mg/kg berat badan. Proses kerusakan hati dapat terjadi 2-4

    hari setelah mengonsumsi obat dengan dosis berlebih, yang ditandai dengan

    terjadinya metabolik asidosis dan gagal ginjal.

    25

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    26/37

    13. Pengobatan

    Orang dengan gagal hati akut biasanya dirawat di unit perawatan intensif di rumah

    sakit. Dalam banyak kasus, pengobatan melibatkan mengendalikan komplikasi dan

    memberikan waktu untuk menyembuhkan gagal hati.

    Pengobatan gagal hati akut dapat meliputi:

    A. Obat untuk menyembuhkan keracunan

    Gagal hati akut yang disebabkan oleh overdosis asetaminofen atau

    keracunan jamur diobati dengan obat yang dapat menyembuhkan efek

    dari racun.

    B. Transplantasi hati

    C. Kegagalan hati akut tidak dapat dipulihkan secara tuntas dalam banyak

    kasus. Dalam situasi ini, pengobatan mungkin hanya dapat dilakukan

    dengan transplantasi hati. Selama transplantasi hati, ahli bedah akan

    mengambil hati yang rusak dan menggantinya dengan hati sehat dari

    donor.

    26

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    27/37

    ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PASIEN DENGAN

    HEPATIC FAILURE

    27

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    28/37

    Pengkajian

    Data Subjektif

    1. Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen2. Kulit, selaput lendir, sclera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan

    berbuih.

    3. Kebiasaan : merokok, minum alcohol, obat-obatan terlarang,

    Data subjektif

    1. Tanda vital : tekanan darah menunjukkan tekanan darah ortostatik

    2. Status cairan dan elektrolit : deficit volume, munyah, pendarahan, dehidrasi akibat

    asites dan edema dan kelebihan volume akibat retensi natrium dan air.

    3. Abdomen : gerakan peristalsis (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan, pembesaran

    hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusa).

    Diagnosa keperawatan

    1. Gangguan volume cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    terganggunya mekanisme pengaturan(penurunan plasma protein)

    2. Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

    yang tidak adekuat(ketidakmampuan untuk mencerna makanan, anoreksia,

    mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asitas) fungsi usus abnormal.)

    3. Resiko tinggi terhadap cedera, hemoragi

    1 Gangguan volume cairan: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan terganggunya

    mekanisme pengaturan(penurunan plasma protein)

    Ditandai dengan:

    28

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    29/37

    a. Edema, anasarka, peningkatan berat badan, intake lebih besar dari output, oliguria,

    perubahan pada berat jenis urine.

    b. Dispnoe, bunyi nafas tambahan, efusi pleura

    c. Perubahan TD

    d. Gangguan elektrolit

    e. Perubahan status mental.

    Tujuan/criteria evaluasi:

    Keseimbangan cairan tercapai dengan kriteria:

    a. Berat badan stabil, edema berkurang/hilang,

    b. Tanda vital dalam rentang normal.

    Intervensi Rasional

    a. Ukur intake dan output

    b. Timbang berat badan tiap hari dan

    catat peningkatan lebih dari 0,5

    kg/hari.

    c. Awasi tekanan darah, distensi vena.

    d. Auskultasi paru, adanya bunyi

    tambahan krakles.

    e. Awasi disritmia jantung, auskultasi

    bunyi jantung dari irama gallop S3/S4.

    a. Menunjukkan status volume sirkulasi

    terjadinya perbaikkan / perpindahan

    cairan.

    b. Peningkatan berat badan sering

    menunjukkan retensi cairan lanjut.

    c. Peningkatan TD berhubungan dengan

    kelebihan volume cairan, distensi

    jugular eksterna dan vena abdominal

    berhubungan dengan kongesti

    vaskular.

    d. Peningkatan kongesti pulmonal

    mengakibatkan gangguan pertukarangas dan komplikasi edema paru.

    e. Mungkin disebabkan oleh PJK,

    penurunan perfusi arteri koroner.

    f. Perpindahan cairan pada jaringan

    sebagai akibat retensi natrium dan

    29

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    30/37

    Intervensi Rasional

    f. Kaji derajat perifer /edema dependent

    g. Ukur lingkaran abdomen

    h. Dorong tirah baring bila ada ascites.

    i. Berikan perawatan mulut sering,

    kadang-kadang beri es batu bila

    puasa.

    j. Kolaborasi, batasi natrium dan cairan

    sesuai tindakan.

    1) Berikan albumin sesuai

    indikasi

    2) Berikan diuretik

    3) Berikan kalium.

    air, penurunan albumin, penurunan

    ABH.

    g. Menunjukkan akumulasi cairan

    (ascites) diakibatkan oleh kehilangan

    protein plasma/cairan ke dalam

    peritoneal.

    h. Dapat meningkatkan posisi rekumben

    untuk diuresis.

    i. Menurunkan rasa haus.

    j. Untuk meminimalkan retensi cairan

    dalam area ekstra vaskuler,

    pembatasan cairan untuk mencegah

    pencernaan hiponatremi:

    1) Untuk meningkatkan

    volume sirkulasi efektif,

    penurunan terjadi ascites.

    2) Meningkatkan sekresi air

    3) Kalium serum menurun.

    30

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    31/37

    2 Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

    yang tidak adekuat(ketidakmampuan untuk mencerna makanan, anoreksia,

    mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asitas) fungsi usus abnormal.)

    Ditandai:

    a. Penurunan berat badan

    b. Perubahan bunyi dan fungsi usus

    c. Tonus otot menurun.

    Tujuan:

    Nutrisi terpenuhi dengan kriteria:

    a. Berat badan meningkat

    b. Mual muntah berkurang

    c. Porsi makan yang dihabiskan pasien meningkat.

    Intervensi Rasional

    1. Ukur masukan diet harian dengan

    jumlah kalori.

    2. Timbang berat badan, ukur kulit

    tricep.

    3. Bantu dan dorong pasien untuk

    makan.

    4. Berikan makanan sedikit demi sedikit

    1. Memberikan informasi tentang

    kebutuhan pemasukan.

    2. Mungkin sulit untuk menggunakan

    berat badan sebagai indikator

    langsung status nutrisi karena

    gambaran edema/ascites, lipatan kulit

    trisep berguna dalam mengkaji

    simpanan lemak subkutan.

    3. Diet sangat penting untuk

    penyembuhan pasien, mungkin

    makan lebih baik bila keluarga

    terlibat dan makanan yang disukai

    sebanyak mungkin.

    4. Buruknya toleransi terhadap makan,

    mungkin berhubungan dengan

    peningkatan tekanan

    intraabdomen/ascites.

    31

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    32/37

    Intervensi Rasional

    dan sering.

    5. Berikan tambahan garam bila

    diizinkan, hindari yang mengandung

    amonium.

    6. Batasi masukan kafein, makanan

    yang menghasilkan gas atau

    berbumbu dan terlalu panas atau

    terlalu dingin.

    7. Berikanan makanan halus, hindari

    makanan kasar sesuai indikasi.

    8. Berikan perawatan mulut sering dan

    sebelum makan.

    9. Tingkatkan periode tidur tanpa

    gangguan, khususnya sebelum makan.

    10. Anjurkan mengentikan merokok.

    11. Awasi pemeriksaan laboratorium,

    glukosa serum, albumin, total protein,

    amonia.

    5. Tambahan garam meningkatkan rasa

    makanan dan membantu peningkatan

    selera makan, amonia potensialresiko ensephalopati.

    6. Membantu dalam menurunkan iritasi

    gaster/diare dan ketidaknyamanan

    abdomen yang dapat mengganggu

    pemasukan oral.

    7. Perdarahan dari varises esophagus.

    8. Pasien cenderung mengalami luka

    atau perdarahan gusi dan rasa tak

    enak pada mulut dimana menambah

    anoreksia.

    9. Penyimpanan energi menurunkan

    kebutuhan metabolik pada hati dan

    meningkatkan regenerasi seluler.

    10.Menurunkan rangsangan gaster

    berlebihan dan resiko

    iritasi/perdarahan.

    11.Glukosa menurun karena

    glikogenesis, protein menurun

    dikarenakan gangguan metabolisme

    atau kehilangan ke rongga peritoneal(ascites) peningkatan kadar amonia

    perlu pembatasan masukan protein.

    12.Pengistirahatan G.I diperlukan untuk

    menurunkan kebutuhan pada hati dan

    produksi urea G.I.

    13.Makanan tinggi kalori dibutuhkan

    pada setiap pasien, KH memberikan

    energi siap pakai, protein untuk

    32

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    33/37

    Intervensi Rasional

    12. Pertahankan status puasa bila

    diindikasikan.

    13. Konsul dengan ahli diet tinggi dalam

    kalori dan KH sederhana, rendah

    lemak dan fungsi protein sedang.

    14. Berikan makanan lewat selang (NGT)

    sesuai indikasi.

    15. Berikan obat sesuai indikasi:

    1) Tambahan vitamin, tiamin,

    besi dan folat meningkatkan

    pencernaan lemak, menurunkan

    diare, menurunkan mual dan

    muntah.

    2) Enzime pencernaan.

    perbaikan, protein serum untuk

    menurunkan edema dan

    meningkatkan regenerasi sel hati.14.Untuk memberikan nutrisi bila ada

    mual atau anoreksia.

    15.Hati yang rusak tidak dapat

    menyimpan vitamin A, B kompleks,

    D dan K. Kekurangan besi dan asam

    folat dapat menimbulkan anemia.

    3 Resiko tinggi terhadap cedera, hemoragi berhubungan dengan:

    a. Gangguan faktor pembeku (penurunan protrombin, fibrinogen, gangguan absorbsi Vit

    K dari pengeluaran tromboplastin.

    b. Hipertensi portae.

    Ditandai: Perdarahan gusi, muntah darah.

    Tujuan : Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan

    33

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    34/37

    Kriteria: Perdarahan dapat teratasi.

    Intervensi Rasional

    a. Kaji adanya tanda-tanda dan gejala-

    gejala perdarahan GI.

    b. Observasi adanya ptekie, ekimosis

    dan peradarahan dari satu sumber atau

    lebih.

    c. Awasi nadi dan tekanan darah.

    d. Catat perubahan mental.

    e. Dorong menggunakan sikat gigi

    halus, pengukur elektrik, hindari

    mengejan saat defekasi.

    f. Gunakan jarum kecil untuk injeksi,

    tekan lebih lama pada bekas suntikan.

    g. Hindari penggunaan produk yang

    mengandung aspirasi.

    h. Awasi Hb, Ht dan pembekuan.

    i. Kolaborasi pemberian obat sesuai

    indikasi:

    a. Vitamin K, D dan C.

    b. Pelunak feces.

    j. Berikan lavase gaster dengan cairan

    a. Traktus GI paling biasa untuk sumber

    perdarahan sehubungan dengan

    mukosa yang mudah rusak.

    b. Sekunder terhadap gangguan faktor

    pembekuan.

    c. Dapat menunjukan kehilangan

    volume sirkulasi.

    d. Menunjukan penurunan perfusi

    jaringan serebral sekunder terhadap

    hipovolemi.

    e. Trauma minimal dapat menyebabkan

    perdarahan mukosa.

    f. Meminimalkan kerusakan jaringan.

    g. Koagulasi memanjang, berpotensi

    untuk resiko perdarahan.

    h. Indikator anemia, perdarahan

    aktivitas atau terjadinya komplikasi.

    i. Meningkatkan sintesis protrombin

    dan koagulasi bila hati berfungsi.

    Kekurangan Vit C meningkatkan

    keerentanan terhadap GI untuk

    terjadi iritasi/perdarahan.

    j. Evaluasi darah dari traktus GI,

    menurunkan resiko anemia.

    34

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    35/37

    Intervensi Rasional

    NaCl 0,9% bersuhu dingin atau air

    sesuai indikasi.

    BAB IV

    PENUTUP

    35

  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    36/37

    DAFTAR PUSTAKA

    Guyton A.C.,dan J.e.Hall.1997.Fisiologi Kedokteran.Ed.9.Jakarta:EGC

    http://www.totalkesehatananda.com/liver1.html

    http://www.totalkesehatananda.com/liver2.html

    http://www.totalkesehatananda.com/liver3.html

    http://www.totalkesehatananda.com/liver4.html

    http://www.totalkesehatananda.com/liver5.html

    http://www.rudytandra.com/2011/06/penyakit-hati-liver.html

    http://melilea021.wordpress.com/2008/06/22/penyakit-liver/

    36

    http://www.totalkesehatananda.com/liver1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver2.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver3.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver4.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver5.htmlhttp://www.rudytandra.com/2011/06/penyakit-hati-liver.htmlhttp://melilea021.wordpress.com/2008/06/22/penyakit-liver/http://www.totalkesehatananda.com/liver1.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver2.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver3.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver4.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/liver5.htmlhttp://www.rudytandra.com/2011/06/penyakit-hati-liver.htmlhttp://melilea021.wordpress.com/2008/06/22/penyakit-liver/
  • 7/22/2019 Tugas Askep Gagal Hati Kritis II Final

    37/37

    J. Corwin Elizabeth, BSN. BhD. 1996, Hand Book Of Pathophysiology, Buku Kedokteran

    EGC.

    Mansjoer Arif. Edisi III Jilid I 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas

    Kedokteran UI

    Hirano, T.; Kaplowitz, N.; Tsukamoto, H.; et al. Hepatic mitochondrial glutathione depletion

    and progression of experimental alcoholic liver disease in rats.Hepatology 16:14231427,

    1992.

    Brunner, Lilian et al.1986.Manual of Nursing Practice.Philadelphia:J.B.Lippincott.

    Clochesy et al.1996.Critical Care Nursing.Philadelphia:W.B.Saunders

    Guyton A.C.,dan J.e.Hall.1997.Fisiologi Kedokteran.Ed.9.Jakarta:EGC.