tugas etika bisnis lion air (1)

Upload: ogi-wahyu-nugraha

Post on 17-Oct-2015

763 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKeadilan berasal dari kata adil yang berarti benar dan patut atau tidak berat sebelah. Keadilan sudah menjadi kebutuhan setiap manusia. Disitu ada tuntutan hak yang sama untuk diperlakukan adil. Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

Mengapa manusia membutuhkan keadilan? Karena manusia atau semua makhluk hidup di dunia ini pada hakikatnya mempunyai hak untuk hidup, kehidupan dijalani dengan menunaikan kewajiban. Jika hak yang diterima dengan kewajiban yang ditunaikan sudah seimbang, maka itu sudah dinamakan adil.

Keadilan harus diterapkan dalam semua aspek kehidupan, termasuk juga didalamnya adalah bisnis. Bisnis sesungguhnya suatu upaya kerja sama manusia untuk mensejahterakan hidupnya bersama di dunia ini. Dengan bisnis ini berbagai sumber-sumber ekonomi potensial dapat dikembangkan menjadi sumber ekonomi yang real. Menjadi sumber ekonomi yang real artinya secara nyata dapat memberikan tambahan produksi barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Kalau ada keseimbangan antara produksi barang dan jasa dengan kebutuhan masyarakat, maka hal itu sebagai salah satu syarat menciptakan ekonomi yang stabil. Bisnis memberikan berbagai lapangan kerja kepada masyarakat baik langsung maupun tidak langsung. Melalui bisnis ini manusia dapat memajukan berbagai aspek kehidupannya. Kalau kita perhatikan keadaan di Indonesia perkembangan bisnis sangat marak.Seharusnya kita sudah sangat makmur dan sejahtera. Tapi, kehidupan yang makmur sejahtera itu kunjung merata di Indonesia. Hal ini disebabkan tidak adanya keadilan dalam proses berbisnis dikarenakan rendahnya moral dalam melakukan bisnis. Nilai modal berupa uang dan barang sangat tidak seimbang dengan nilai tenaga, ketrampilan dan keahlian manusia dalam melakukan bisnis. Uang dan barang dalam berbisnis jauh lebih utama dinilai tinggi dari nilai tenaga, keterampilan dan keahlian manusia. Hal ini karena hukum ekonomi tidak dilandasi moral.

Ketika ketidakadilan masih saja terjadi maka sama saja pimpinan perusahaan membiarkan lingkungan kerja yang kurang sehat. Akibat berikutnya, motivasi kerja karyawan semakin menurun dan dapat mengakibatkan kinerja mereka juga menurun. Tentu saja akan mengganggu aktifitas bisnis dan kinerja perusahaan. Karena itu maka dibutuhkan reposisi kepemimpinan yang menyeluruh. Posisi kepemimpinan perlu diperkuat dalam hal pemahaman sistem nilai organisasi khususnya tentang pentingnya rasa keadilan bagi karyawan.

Pimpinan perusahaan harus terdorong untuk semakin memahami konsep diri dan mengelola dirinya terutama dalam menerapkan prinsip keadilan. 1.2 Rumusan MasalahDari Latar belakang diatas, maka dapat di tarik beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :

1. Apa Pengertian keadilan dalam bisnis?

2. Jelaskan tentang keadilan dalam bisnis?3. Bagaimana mengatasi tindakan ketidakadilan yang dilakukan oleh perusahaan yang dilakukan pada relasi relasi bisnisnya.1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah penulisan ini adalah hanya membahas keadilan dalam bisnis dengan salah satu contoh kasus konflik antara Perusahaan maskapai penerbangan Lion Air dengan penumpangnya1.4 Tujuan PenulisanAdapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi tugas kuliah dan mendapatkan nilai yang baik dari Mata kuliah etika bisnis.

2. Memberikan penjelasan mengenai pengertian etika bisnis .

3. Membahas keadilan dalam bisnis

4. Menjelaskan keadilan dalam bisnis.

5. Untuk mengetahui keadilan dalam bidang ekonomi

6. Dapat mengetahui bagaimana realitas ketidakadilan dalam bidang ekonomi di IndonesiaBAB II

LANDASAN TEORI2.1 Pengertian Etika Bisnis

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

2.2 Keadilan dalam Bisnis

Keadilan merupakan hal vital dalam ekonomi atau bisnis. Karena keduanya sama-sama terkait dengan pembagian barang dan jasa yang terbatas pada semua orang. Baik ekonomi maupun keadilan sama-sama bertitik tolak dari terjadinya kelangkaan atau keterbatasan. Karena kelangkaan perlu ekonomi dan karena kelangkaan pula perlu pembagian distribusi secara adil. Jika barang berlimpah maka tidak perlu lagi ada ekonomi dan juga tidak perlu keadilan. Semakin barang langka maka semakin besar problem distiribusinya, dan semakin besar problem keadilan yang ditimbulkan.

Keadilan juga merupakan topik penting dalam etika. Karena sebagaimana dikemukakan Bertens, "sulit sekali untuk dibayangkan orang atau instansi yang berlaku etis tetapi tidak mempraktekkan keadilan atau bersikap tak acuh pada ketidakadilan" (Bertens, 2000: 85).

Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), adalah ukuran yang harus diberikan untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Ada tiga prinsip keadilan yaitu : (1) kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya, (2) perbedaan, (3) persamaan yang adil atas kesempatan.

Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban.

Keadilan menurut Ibnu Taymiyyah (661-728 H) adalah memberikan sesuatu kepada setiap anggota masyarakat sesuai dengan haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak berat sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak; mengetahui hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang telah ditetapkan.

Pada teori keadilan Aristoteles, Adam Smith hanya menerima satu konsep atau teori keadilan yaitu keadilan komutatif. Alasannya, yang disebut keadilan sesungguhnya hanya punya satu arti yaitu keadilan komutatif yang menyangkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang atau pihak dengan orang atau pihak lain.

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggrisbusiness, dari kata dasarbusyyang berarti sibuk dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.

Bisnis adalah sebuah usaha, dimana setiap orang atau kelompok harus siap untung & siap rugi. bisnis tidak hanya tergantung dengan modal uang, tetapi banyak faktor yang mendukung terlaksananya sebuah bisnis, misalnya : reputasi, keahlian, ilmu, sahabat dan kerabat dapat menjadi modal bisnis.

Menurut Boone dan kurtz (2002;8) yaitu Bisnis adalah semua aktivitas - aktivitas yang bertujuan memcari laba dan perusahyaan yang meghasilkan barang serta jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.

Menurut Hughes dan kapoor dalam alma (1889;21) yaitu Bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis, melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis. 2.2.1 Paham Tradisional mengenai Keadilan

Konsep keadilan secara tradisional diungkapkan oleh Aristoteles, yaitu diantaranya adalah :a. Keadilan LegalMenyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara di hadapan hukum.Dasar moral :1. Semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang sama dan harus diperlakukan secara sama.

2. Semua orang adalah warga negara yang sama status dan kedudukannya, bahkan sama kewajiban sipilnya, sehingga harus diperlakukan sama sesuai dengan hukum yang berlaku.Konsekuensi Legal :1. Semua orang harus secara sama dilindungi hukum, dalam hal ini oleh negara.

2. Tidak ada orang yang akan diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau negara.

3. Negara tidak boleh mengeluarkan produk hukum untuk kepentingan kelompok tertentu.

4. Semua warga harus tunduk dan taat kepada hukum yang berlaku.

b. Keadilan KomutatifKeadilan ini mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lainnya atau antara warganegara dengan warganegara lainnya. Dengan kata lain, kalau keadilan legal lebih menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warganegara, keadilan komutatif menyangkut hubungan horizontal antara warga yang satu dengan warga yang lain. Prinsip keadilan ini menuntut agar orang memberikan, menghargai dan menjamin apa yang menjadi hak orang lain. Warganegara dituntut saling menghargai hak tanggungjawab masing-masing. Artinya harus ada keseimbangan atau kesetaraan antara semua pihak dalam interaksi sosial apapun. Dalam keadilan komutatif terdapat tujuan sebagai berikut :

1. Mengatur hubungan yang adil atau fair antara orang yang satu dengan yang lain atau warga negara satu dengan warga negara lainnya.

2. Menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga satu dengan yang lainnya tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.

3. Jika diterapkan dalam bisnis, berarti relasi bisnis dagang harus terjalin dalam hubungan yang setara dan seimbang antara pihak yang satu dengan lainnya.

4. Dalam bisnis, keadilan komutatif disebut sebagai keadilan tukar. Dengan kata lain keadilan komutatif menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.

5. Keadilan ini menuntut agar baik biaya maupun pendapatan sama-sama dipikul secara seimbang.c. Keadilan DistributifPrinsip dasar keadilan distributif yang dikenal sebagai keadilan ekonomi adalah distribusi ekonomi yang merata atau yang dianggap adil bagi semua warga negara. Keadilan distributif punya relevansi dalam dunia bisnis, khususnya dalam perusahaan. Berdasarkan prinsip keadilan ala Aristoteles, setiap karyawan harus digaji sesuai dengan prestasi, tugas, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pandangan-pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam buku nicomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat hukumnya, karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan. Yang sangat penting dari pandanganya ialah pendapat bahwa keadilan mesti dipahami dalam pengertian kesamaan.Namun Aristoteles membuat pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan. Lebih lanjut, dia membedakan keadilan menjadi jenis keadilan distributif dan keadilan korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum perdata dan pidana. Keadilan distributif dan korektif sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting ialah bahwa imbalan yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata. Pada yang kedua, yang menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, dikoreksi dan dihilangkan. Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada distribusi, honor, kekayaan, dan barang-barang lain yang sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat. Dengan mengesampingkan pembuktian matematis, jelaslah bahwa apa yang ada dibenak Aristoteles ialah distribusi kekayaan dan barang berharga lain berdasarkan nilai yang berlaku dikalangan warga. Distribusi yang adil boleh jadi merupakan distribusi yang sesuai dengan nilai kebaikannya, yakni nilainya bagi masyarakat. Di sisi lain, keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu pelanggaran dilanggar atau kesalahan dilakukan, maka keadilan korektif berusaha memberikan kompensasi yang memadai bagi pihak yang dirugikan jika suatu kejahatan telah dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. Bagaimanapun, ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya kesetaraan yang sudah mapan atau telah terbentuk. Keadilan korektif bertugas membangun kembali kesetaraan tersebut. Dari uraian ini nampak bahwa keadilan korektif merupakan wilayah peradilan sedangkan keadilan distributif merupakan bidangnya pemerintah.Dalam membangun argumennya, Aristoteles menekankan perlunya dilakukan pembedaan antara vonis yang mendasarkan keadilan pada sifat kasus dan yang didasarkan pada watak manusia yang umum dan lazim, dengan vonis yang berlandaskan pandangan tertentu dari komunitas hukum tertentu.Pembedaan ini jangan dicampuradukkan dengan pembedaan antara hukum positif yang ditetapkan dalam undang-undang dan hukum adat.Karena, berdasarkan pembedaan Aristoteles, dua penilaian yang terakhir itu dapat menjadi sumber pertimbangan yang hanya mengacu pada komunitas tertentu, sedangkan keputusan serupa yang lain, kendati diwujudkan dalam bentuk perundang-undangan, tetap merupakan hukum alam jika bisa didapatkan dari fitrah umum manusia.Keadilan Distributif terwujud, kalau diberikan:

Kepada setiap orang bagian yang sama

Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan individualnyaKepada setiap orang sesuai dengan haknya

Kepada setiap orang sesuai dengan usaha individualnyaKepada setiap orang sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakatKepada setiap orang sesuai dengan jasanya (merit)

Keadilan Distributif:

Teori Egalitarianisme sama rata sama rasa membagi dengan adil, bila semua mendapat bagian yang samaTeori Sosialistis masyarakat diatur dengan adil. Jika semua kebutuhan warganya/buruh dipenuhi (sosialisme)Teori Liberalistis manusia adalah makhluk bebas, tetapi yg tdk berusaha tdk mempunyai hak untuk memperoleh sesuatu.John Rawls : kita berada dibalik ketidaktahuan. 2.2.2 Keadilan Individual dan StrukturalKeadilan dan upaya menegakkan keadilan menyangkut aspek lebih luas berupa penciptaan sistem yang mendukung terwujudnya keadilan tersebut. Prinsip keadilan legal berupa perlakuan yang sama terhadap setiap orang bukan lagi soal orang per orang, melainkan menyangkut sistem dan struktur sosial politik secara keseluruhan. Untuk bisa menegakkan keadilan legal, dibutuhkan sistem sosial politik yang memang mewadahi dan memberi tempat bagi tegaknya keadilan legal tersebut, termasuk dalam bidang bisnis. Dalam bisnis, pimpinan perusahaan manapun yang melakukan diskriminasi tanpa dasar yang bisa dipertanggungjawabkan secara legal dan moral harus ditindak demi menegakkan sebuah sistem organisasi perusahaan yang memang menganggap serius prinsip perlakuan yang sama, fair atau adil ini.

2.2.3 Teori Keadilan Adam SmithAdam Smith hanya menerima satu konsep/teori yaitu Teori Keadilan Komutatif. Alasan pertama, menurut Adam Smith disebut keadilan sesungguhnya hanya satu arti, yaitu keadilan komutatif yang menyaqngkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang atau pihak dengan orang atau pihak yang lain. Berarti dalam interaksi sosial tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Ketidakadilan berarti pincangnya hubungan antarmanusia karena kesetaraan terganggu. Dengan kata lain, ketidakadilan adalah keadaan asimetri antara satu pihak dengan pihak yang lain.Alasan kedua, keadilan legal sesungguhnya sudah terkandung dalam keadilan komutatif, dan sesungguhnya hanya konsekuensi lebih lanjut dari prinsip keadilan komutatif. Yaitu, bahwa demi menegakkan keadilan komutatif negara harus bersikap netral dan memperlakukan semua pihak secara sama tak terkecuali.Alasan ketiga,,menolak keadilan distributif. karena yang disebut keadilan selalu menyangkut hak y.i. semua orang tidak boleh dirugikan. Setiap orang secara positif harus diperlakukan sesuai haknya.

Prinsip pokok keadilan Adam Smith terbagi menjadi :a. Prinsip No HarmMerupakan prinsip paling pokok, prinsip tidak merugikan orang lain. Ini berarti secara negatif prinsip ini menunutut agar dalam interaksi sosial apapun setiap orang harus menahan diri untuk tidak sampai merugikan hak dan kepentingan orang lain, spt halnya diapun tidak mau dirugikan orang lain. Dasar dari prinsip ini adalah penghargaan atas harkat dan martabat manusia bersama hak2 yang melekat padanya, termasuk hak atas hidup. Prinsip ini tidak hanya berlaku sbg prinsip moral, melainkan juga dituangkan menjadi aturan hukum yang tertulis. Sehingga aturannya menjadi paksa, berarti dalam bisnis dan ekonomi, prinsip ini merupakan tuntutan dan sekaliguskeniscayaan (the necessary principle), bila dilanggar ada sanksi. Karena pentingnya, prinsip ini tidak hanya berlaku sbg prinsip moral, melainkan juga dituangkan menjadi aturan hukum yang tertulis. Shg aturannya menjadi paksa, berarti dalam bisnis dan ekonomi, prinsip ini merupakan tuntutan dan sekaligus keniscayaan (the necessary principle), bila dilanggar ada sanksi. b. Prinsip Non-Intervention

Yaitu prinsip tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut agar demi jaminan dan penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak seorangpun diperkenankan untuk ikut campur tangan dlm kehidupan dan kegiatan orang lain Campur tangan dlm bentuk apapun akan merupakan pelanggaran thd hak orang ttt yang merupakan suatu harm (kerugian) dan itu berarti telah terjadi ketidakadilan. Dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat, pemerintah tidak diperkenankan ikut campur tangan dalam kehidupan pribadi setiap warga negara tanpa alasan yg dpt diterima, dan campur tangan pemerintah akan dianggap sbg pelanggaran keadilan. Dalam bidang ekonomi, campur tangan pemerintah dlm urusan bisnis setiap warga negara tanpa alasan yg sah akan dianggap sbg tindakah tidak adil dan merupakan pelanggran atas hak individu tsb, khususnya hak atas kebebasan.c. Prinsip Keadilan TukarAtau prinsip pertukaran dagang yang fair, terutama terwujud dan terungkap dlm mekanisme harga pasar. Merupakan penerapan lebih lanjut dari no harm secara khusus dalam pertukaran dagang antara satu pihak dengan pihal lain dalam pasar. Adam Smith membedakan antara harga alamiah dan harga pasar atau harga aktual. Harga alamiah adalah harga yg mencerminkan biaya produksi yg telah dikeluarkan oleh produsen, yang terdiri dari tiga komponen yaitu biaya buruh, keuntungan pemilik modal, dan sewa. Harga pasar atau harga aktual adl harga yg aktual ditawarkan dan dibayar dalam transaksi dagang di dalam pasar. Kalau suatu barang dijual dan dibeli pada tingkat harga alamiah, itu berarti barang tersebut dijual dan dibeli pada tingkat harga yang adil. Pada tingkat harga itu baik produsen maupun konsumen sama-sama untung. Harga alamiah mengungkapkan kedudukan yang setara dan seimbang antara produsen dan konsumen karena apa yang dikeluarkan masing-masing dapat kembali (produsen: dalam bentuk harga yang diterimanya, konsumen: dalam bentuk barang yang diperolehnya), maka keadilan nilai tukar benar-benar terjadi. Dalam jangka panjang, melalui mekanisme pasar yang kompetitif, harga pasar akan berfluktuasi sedemikian rupa di sekitar harga alamiah sehingga akan melahirkan sebuah titik ekuilibrium yang menggambarkan kesetaraan posisi produsen dan konsumen. Dalam pasar bebas yang kompetitif, semakin langka barang dan jasa yang ditawarkan dan sebaliknya semakin banyak permintaan, harga akan semakin naik. Pada titik ini produsen akan lebih diuntungkan sementara konsumen lebih dirugikan. Namun karena harga naik, semakin banyak produsen yang tertarik untuk masuk ke bidang industri tersebut, yang menyebabkan penawaran berlimpah dengan akibat harga menurun. Maka konsumen menjadi diuntungkan sementara produsen dirugikan.Dengan demikian selanjutnya harga akan berfluktuasi sesuai dengan mekanisme pasar yang terbuka dan kompetitif. Karena itu dalam pasar yang terbuka dan kompetitif, fluktuasi harga akan menghasilkan titik ekuilibrium sebuah titik dimana sejumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen sama dengan jumlah yang ingin dijual oleh produsen, dan harga tertinggi yang ingin dibayar konsumen sama dengan harga terendah yang ingin ditawarkan produsen. Titik ekuilibrium inilah yang menurut Adam Smith mengungkapkan keadilan komutatif dalam transaksi bisnis.BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada Minggu (9/2/2014) lalu belasan penumpang Lion Air dari Padang dan Palembang kehilangan barang dalam bagasi pesawat. Sebelumnya, beberapa kasus kehilangan bagasi terjadi pada maskapai swasta terbesar di Indonesia itu dan beberapa di antaranya berbuntut gugatan. Berikut kasus-kasus kehilangan bagasi tersebut.

1. Umbu Kehilangan Perhiasan Rp 2,9 MiliarUmbu S Samapaty mengklaim kehilangan perhiasan senilai Rp 2,9 miliar, tetapi Lion Air hanya diwajibkan membayar ganti rugi senilai Rp 4 juta sesuai Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub). Umbu tidak terima dan akhirnya menggugat ke PN Jakarta Pusat. Menghadapi gugatan Umbu ini, Lion Air menggugat balik Umbu senilai Rp 503 miliar.Majelis memutuskan, Lion Air hanya menghilangkan koper milik Umbu. Sedangkan perhiasan yang diklaim Umbu tidak terbukti di persidangan. Lion Air tidak dihukum mengganti klaim kehilangan perhiasan Umbu sebesar Rp 2,9 miliar karena Umbu tidak bisa membuktikan perhiasan itu ada dalam koper tersebut.Dalam putusan yang sama, majelis hakim juga menolak gugatan balik Lion Air kepada Umbu sebesar Rp 503 miliar. Putusan ini terjadi pada Januari 2013 lalu.2. Herlina Kehilangan Koper Polo Isi Oleh-oleh Rp 50 JutaHerlina masih teringat kejadian 4 Agustus 2011 silam. Saat itu dia baru saja pulang pesiar dari Malaysia dan Singapura bersama teman-temannya. Umumnya orang usai melancong, koper dipenuhi dengan berbagai oleh-oleh buat kerabat dan teman."Teman-teman saya banyak yang nitip baju dan kosmetik, ada juga sepatu bermerek. Semua saya masukkan ke koper," beber karyawan swasta itu.

Sesampainya di Jakarta, Herlina dan teman-temannya pindah penerbangan ke Semarang menggunakan Lion Air. Nahas, sesampainya di Bandara Ahmad Yani, koper Polo miliknya yang berisi oleh-oleh senilai Rp 50 juta hilang. Adapun koper teman-temannya masih ada.Mendapati bagasinya hilang, Herlina pun mengajukan gugatan lewat Badan Perlindungan Konsumen (BPSK) Semarang. Tanpa pengacara, Herlina hanya belajar otodidak lewat internet.Gayung bersambut. BPSK Kota Semarang pada 3 Oktober 2011 menghukum Lion Air mengganti rugi kehilangan koper Herlina sebesar Rp 25 juta atau setengah dari nilai barang yang ada di koper. BPSK menilai kehilangan itu bukan hal yang dikehendaki sehingga harus ditanggung bersama.Mengantongi putusan BPSK, harapan Herlina supaya kasus cepat selesai ternyata tak kunjung terwujud. Sebab Lion Air mengajukan banding hingga kasasi ke MA. "Saya bikin kontra memori banding dan kasasi sendiri, belajar dari buku, tanya sana-sini," kata Herlina.Pada 17 November 2011 majelis kasasi yang terdiri dari Prof Dr Valerine J Kriekhoff, Prof Dr Takdir Rahmadi dan Dr Nurul Elmiyah bergeming. Lion Air tetapi dihukum membayar Rp 25 juta.

3. Koper Mudriyah Nyasar ke Rute LainKisah ini bermula saat Mudriyah, warga Kawasan Industri Rt 2/4, Tanjung Pasir, Kecamatan Sekupang, Kota Batam, ini menggunakan pesawat Lion Air JT 037 pada 13 Maret 2012 dengan tujuan Batam-Surabaya. Pesawat tersebut transit di Soekarno-Hatta, Tangerang. Namun sesampainya di Surabaya, kopernya tidak ada.Selidik punya selidik, koper tersebut nyasar ke Pekanbaru menggunakan pesawat yang sama. Sebab saat turun, koper tersebut tertinggal di pesawat.

Tiga hari kemudian petugas Lion Air pun mengembalikan koper tersebut ke Mudriyah. Namun Mudriyah tidak terima dan menggugat Lion Air pada 20 November 2012.Dalam gugatannya, Mudriyah menuntut sebanyak Rp 3 miliar x 10 persen per hari terhitung sejak 16 Maret 2012 hingga dilakukan pembayaran sekaligus dan tunai. Lion Air juga dituntut mengganti rugi sebanyak Rp 12 juta.Mudriyah juga menggugat diberikan ganti rugi atau uang penghibur senilai Rp 20 miliar. Tak hanya itu, Mudriyah juga menuntut Lion Air meminta permohonan maaf secara terbuka berupa iklan di media cetak.Namun, majelis hakim yang dipimpin Edy Swanto menolak gugatan tersebut.

4. Robert Kehilangan 3 Koper, Hanya 1 Tak KembaliPenumpang Lion Air rute Medan-Semarang, Robert Mangatas Silitonga dengan Ruth Elin Pujiati, yang merupakan Warga Jalan Hanoman Raya, Perumahan Krapyak, Semarang Barat, itu terbang dari Polonia Medan pada 12 Juli 2011 pukul 14.00 WIB dengan transit terlebih dahulu di Jakarta.Sesampainya di Semarang, dari 3 bagasi hanya 2 yang didapat. Satu bagasi lainnya tidak ditemukan. Robert melaporkan hal itu ke manager Lion Air setempat. Setelah satu bulan tidak ada kabar berita, Robert mengajukan langkah hukum atas raibnya koper Polo warna hitam beserta isinya senilai Rp 19,1 juta.Pada 7 Maret 2011, Pengadilan Negeri (PN) Semarang mengabulkan gugatan Robert. PN Semarang menghukum Lion Air membayar ganti rugi Rp 19,1 juta dan kerugian immateril Rp 19,1 juta. Putusan ini dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi (PT) Semarang 7 bulan setelahnya.Atas hukuman ini, Lion Air mengajukan kasasi. Namun MA bergeming. "Menolak kasasi PT Maskapai Lion Air Jakarta cq PT Maskapai Lion Air Cabang Semarang," putus majelis kasasi yang terdiri dari I Made Tara, Prof Dr Takdir Rahmadi dan Sultoni Mohdally.5. Istri Polisi Kehilangan Perhiasan Rp 181 JutaSalah satu kasus pencurian isi koper bagasi penumpang yang berhasil terungkap dengan cepat adalah peristiwa yang menimpa istri perwira polisi. Pelakunya adalah porter Lion Air yang bernaung di perusahaan group handling Pratita Titian Nusantara.Titi adalah istri dari Kasubdit III Dirnarkoba Polda Kalbar AKBP Idha Endi Prasetyono. Para pelaku pun sudah ditahan di Polda Kalbar.Emas ratusan juta itu disebutkan bukan milik Titi atau suaminya, melainkan keluarganya. Emas-emas itu rencananya akan digunakan adik Titi dalam acara pernikahan di Bekasi, Jawa Barat.Polisi menangkap tiga porter Lion Air yang membongkar bagasi berisi perhiasan milik istri perwira di Polda Kalimantan Barat (Kalbar) pada 5 Januari 2014 lalu. Pihak Lion Air menyatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan group handling yang menaungi tiga pelaku tersebut.Tiga porter itu adalah Sopandi, Agung, Suheri, dan Pitriadi yang sehari-hari bertugas di bandara Pontianak. Bila perusahaan Pratita Titian Nusantara yang menaungi para pelaku itu tidak mengindahkan teguran, tak menutup kemungkinan Lion Air akan memutuskan hubungan kerja.Supandi alias Pandi berperan vital yang mengarahkan ketiga rekannya untuk mengasak barang penumpang di bagasi pesawat. Dia mencongkel koper menggunakan kunci motor. Supandi meletakan barang curiannya ini semak-semak di belakang perumahan Departemen Perhubungan di RT 01/RW 4 Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, tak jauh dari Bandara Supadio Pontianak.Tak hanya Supandi, Polda juga menetapkan tiga porter lainnya, yakni Agung, Suheri dan Pitriadi. Mereka memiliki peran masing-masing6. Kehilangan Bagasi di Lion AirPerusahaan ini tentu membukukan laba yang makin besar dan ketangguhan manajemennya tentu layak dipuji. Namun selaku konsumen, saya merasa Maskapai ini tidak memiliki simpati dan empati sama sekali dengan para pemakai jasa yang telah membuat usaha dan aset mereka berkembang pesat dan yang pasti para pemilik modal semakin kaya-raya.

Saya adalah penumpang Lion Air JT-313 Route Banjarmasin-Surabaya, pada hari Sabtu 12 Nopember 2005 yang telah kehilangan bagasi dan sampai saat ini raib tak berbekas. Singkat kata, klaim yang saya ajukan untuk meminta penggantian barang-barang di dalam hand bag tersebut dijawab oleh Sdr Wildan, Staff Lion Air, Jakarta akan dihargai hanya Rp20.000/kg dan dengan maksud menghibur kemudian dinaikkan menjadi Rp50.000/kg. Karena tidak sebanding, apapun isi bagasi penumpang akan dihitung seperti ini; bagasi saya seberat 6 Kg X Rp50.000 = Rp300.000.

Cara berhitung yang sangat menghina akal sehat tapi semoga nilai ini bukan senilai reputasi dan harga diri para pemilik modal dan manajemen Lion Air yang terkesan ingin meraup untung sebesar-besarnya tapi hanya mau membayar resiko dagang seperti penjual rokok ketengan. Dalam kesempatan pertama attitude dan etika bisnis mereka ini akan saya uji apakah berkesesuaian dengan logika berhitung dan etika dagang yang berlaku serta kepatutannya menurut norma bisnis yang berlaku universal.

Kebenaran ini harus diuji dan dicari melalui gugatan perdata di PN Banjarmasin selain terus mendorong upaya penyidik kepolisian yang sedang bekerja untuk menemukan tukang sulap alias maling di maskapai penerbangan paling ajaib ini. Namun satu hal yang pasti, Lion Air akan mengeluarkan dana yang nilainya jauh lebih besar dari harga barang-barang di bagasi saya, terutama untuk uang jasa advokat.

BAB IV

KAJIAN KASUS

Dalam beberapa kasus yang intinya sama tersebut yaitu kehilangan barang berupa bagasi penumpang di maskapai penerbangan Lion Air ini ada beberapa pelanggaran tentang etika bisnis khususnya keadilan dalam bisnis. Dari kasus no.6 bisa dilihat bahwa maskapai Lion Air memberlakukan penggantian satu tariff untuk kehilangan bagasi penumpang yaitu sebesar Rp.50.000/kg. Hal ini melanggar prinsip keadilan distributive menurut Aristoteles dimana seharusnya adil itu adalah sesuai dengan porsi dan haknya. Tentu bagasi setiap penumpang berbeda, dan berbeda pula nilainya, misalnya penumpang A hanya menyimpan beberapa potong pakaian, yang bila dinominalkan menjadi uang bisa jadi tertutupi dengan penggantian Rp.50.000/kg, tetapi penumpang B menyimpan dokumen berharga dan surat-surat tentang proyek penting yang bisa jadi nilainya jauh melebihi tariff penggantian tersebut, dan belum lagi dihitung kerugian immaterial yang harus ditanggung oleh penumpang akibat kehilangan bagasi tersebut. Dari persepektif ini saja, perusahaan Lion Air jelas sangat melanggar prinsip keadilan dalam bisnis.Pada kasus No.1 sampai dengan No.6 juga harus dicermati bahwa perusahaan melanggar prinsip No Harm, dimana intinya adalah tidak merugikan orang lain. Pada kasus ini, Lion Air telah beberapa kali merugikan masing-masing konsumen, yang pertama adalah menghilangkan bagasi penumpang yang telah menjadi kewajiban dan tanggung jawab perusahaan untuk menjaga dan menyampaikannya kembali pada penumpang. Yang kedua adalah dengan memberikan penggantian yang tidak masuk akal dan jauh di bawah nilai kepatutan dan keadilan bagi penumpangnya. Yang ketiga adalah ketika penumpang menuntut perusahaan untuk memberikan pertanggungjawaban yang adil, perusahaan Lion Air malah menuntur balik penumpang, padahal jelas kehilangan bagasi itu adalah kesalahan pihak maskapai penerbangan, yang membuat penumpang kembali merugi dikarenakan ada biaya tambahan untuk menempuh jalur hokum, serta waktu dan tenaga yang terbuang. Satu hal yang patut dicermati adalah, perusahaan Lion Air lebih memilih menggelontorkan dana besar untuk menempuh jalur hokum dalam menuntur balik para penumpangnya dibandingkan dengan memberikan ganti rugi yang layak pada para penumpang yang telah dirugikan sebelumnya, serta memperbaiki system pelayanan bagasi yang telah ada agar tidak terjadi kejadian yang serupa di masa mendatang. Keberlanjutan dari pelanggaran prinsip no harm ini adalah pelanggaran terhadap prinsip keadilan tukar, dimana ganti rugi bagasi sebesar Rp.50.000/kg sangatlah tidak sebanding dengan nilai materi yang berbeda-beda yang dialami oleh penumpang Lion Air yang sangat mungkin nilainya jauh melebihi ketentuan penggantian yang dialami perusahaan tersebut.BAB V

SARAN DAN KESIMPULAN

Bisnis adil adalah suatu bentuk etika bisnis. Etika yang mempertanyakan, Bagaimana kondisi pekerja, bagaimana barang dibuat, bagaimana pula barang diperdagangkan. Adil untuk para pekerja dalam mendapatkan upah dan kondisi kerja yang layak. Adil untuk para produsen untuk mendapatkan harga dan keuntungan yang wajar. Adil untuk lingkungan agar mendapat perlindungan yang cukup. Adil untuk konsumen agar mendapat produk yang baik, kualitas sesuai yang dibayar dan tidak membahayakan kesehatan.

Di dalam dunia nyata, bisnis yang selalu berbicara tentang efisiensi, kecepatan, ketepatan, kesederhanaan, dan terbaik, kelihatannya cita-cita dari bisnis adil akan mendapat kesulitan. Dalam hal ini bukan berarti bisnis mengesampingkan nilai-nilai keadilan. Hanya ada perbedaan sederhana namun sifatnya mendasar. Bisnis berbicara memandang sesuatu berdasarkan tujuan utama dan manfaatnya, bisnis adil berbicara ideal. Bisnis dikejar-kejar persaingan demi keuntungan, bisnis adil sejalan dengan norma-norma keadilan bagi semua.

Dari contoh kasus di atas kita tahu bahwa keadilan, perilaku etis dan kepercayaan dapat mempengaruhi operasi perusahaan. Kunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain terutama para pekerja.

Lalu dimana titik temu antara bisnis nyata dengan bisnis adil? Jawabannya disebuah titik bernama aturan (undang-undang). Kepastian undang-undang yang mengatur keseluruhan proses bisnis. Kejelasan undang-undang untuk memberi apresiasi bisnis yang manusia, dan kejelasan hukuman bagi pihak yang melanggar etika bisnis. Semoga bisnis adil menjadi sebuah kenyataan, tidak sekedar retorika yang menarik untuk didiskusikan namun tersendat dalam pelaksanaannya.