ulil-lbm 5 mata

22
Step 7 1. Macam macam trauma mata?berdasarkan penyebabnya Klasifikasi Trauma Okuli Menurut BETT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan berikut: Bagan 1. Klasifikasi Trauma Okuli Menurut BETT 5  Menurut klasifikasi BETT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan open globe. Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea, sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk lebih dalam lagi. Selanjutnya closed globe injury dibedakan menjadi contusio dan lamellar laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan menjadi rupture dan laceration yang dibedakan lagi menjadi penetrating, IOFB, dan perforating. 5  Sumber lain menyatakan klasifikasi trauma okuli sebagai berikut:

Upload: akhmad-ulil-albab

Post on 12-Apr-2018

298 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 1/22

Step 7

1.  Macam macam trauma mata?berdasarkan penyebabnya

Klasifikasi Trauma Okuli

Menurut BETT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan berikut:

Bagan 1. Klasifikasi Trauma Okuli Menurut BETT5 

Menurut klasifikasi BETT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan open globe.

Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea, sedangkan open globe adalah

trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk lebih dalam lagi. Selanjutnya closed globe injury dibedakan menjadi contusio dan lamellar laceration. Sedangkan open globe injury dibedakan

menjadi rupture dan laceration yang dibedakan lagi menjadi penetrating, IOFB, dan perforating.5 

Sumber lain menyatakan klasifikasi trauma okuli sebagai berikut:

Page 2: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 2/22

Bagan 2. Skema diagram alur mengenai trauma okuli 

Menurut skema diatas, secara garis besar trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma

okuli non perforans dan perforans, yang keduanya memiliki potensi menimbulkan ruptur pada

perlukaan kornea, iris dan pupil. Trauma tumpul mampu menimbulkan trauma okuli non perforans

yang dapat menimbulkan komplikasi sepanjang bagian mata yang terkena (bisa meliputi mulai dari

bagian kornea hingga retina).

Selain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga juga bisa diklasifikasikan

berdasarkan penyebabnya yaitu:

  Trauma tumpul (contusio okuli) (non perforans)

  Trauma tajam (perforans)

  Trauma Radiasi 

- Trauma radiasi sinar inframerah

- Trauma radiasi sinar ultraviolet

- Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi

  Trauma Kimia - Trauma asam

- Trauma basa

Trauma okuli non perforans akibat benda tumpul dimana benda tersebut dapat mengenai

mata dengan keras (kencang) ataupun lambat, mampu menimbulkan efek atau komplikasi jaringan

seperti pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita

secara terpisah atau menjadi gabungan satu kejadian trauma jaringan mata.

Manifestasi Trauma Okuli

Gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain 6,7,8 :

1.  Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya

Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya kelopak mata atau

perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma tembus caian humor akueus dapat

keluar dari mata.

2.  Memar pada sekitar mata

Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra. Hematoma pada

palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami fraktur basis kranii.

3.  Penurunan visus dalam waktu yang mendadak

Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang pertamaterhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di segmen anterior maupun

segmen posterior bola mata, yang kedua akibat terlepasnya lensa atau retina dan avulsi

nervus optikus.

4.  Penglihatan ganda

Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena robeknya pangkal

iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak bulat. Hal ini dapat menyebabkan

penglihatan ganda pada pasien.

5.  Mata bewarna merah

Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan pericorneal injection

(PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah sentral. Hal ini dapat pula ditemui pada

trauma mata dengan perdarahan subkonjungtiva.

Page 3: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 3/22

6.  Nyeri dan rasa menyengat pada mata

Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema pada palpebra. Peningkatan

tekanan bola mata juga dapat menyebabkan nyeri pada mata.

7.  Sakit kepala

Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga menimbulkan nyeri

kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun dapat menyebabkan sakit kepala.

8.  Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata

Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva ataupun segmen anterior

mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan mengganjal. Jika terdapat benda asing hal

ini dapat menyebabkan peningkatan produksi air mata sebagai salah satu mekanisme

perlindungan pada mata.

9.  Fotopobia

Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama adanya benda

asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea, benda asing pada segmen anterior

bola mata menyebabkan jalur sinar yang masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal inimenimbulkan silau pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah

lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil dan cenderung

melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.

Berikut ini dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul

akibat trauma benda tumpul pada okuli diantaranya antara lain:

1.  Hematoma palpebra

Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah

kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma palpebra merupakan

kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul okuli. Bila perdarahan terletak lebih dalam

dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam ( racoon eye) yang

sedang dipakai, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis

kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita

melalui fisura orbita. Penanganan pertama dapat diberikan kompres dingin untuk

menghentikan perdarahan. Selanjutnya untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan

kompres hangat pada palpebra.2,6,7

 

2. Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik (edema) pada

setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. Bila palpebra terbuka dan konjungtiva secara

langsung terekspose dengan dunia luar tanpa dapat mengedip maka keadaan ini telah dapat

mengakibatkan edema pada konjungtiva. Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan

palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.2,6,7

 

3. Hematoma subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat

dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh

darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah

yang mudah pecah. Bila tekanan bola mata rendah dengan pupil lonjong disertai tajam

penglihatan menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi

bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.2,6,7

 4. Edema kornea

Page 4: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 4/22

Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya

pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea dapat terlihat keruh.

Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang dan

neovaskularisasi ke dalam jaringan stroma kornea.2,6,7

 

5. Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan

oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal.

Dalam waktu singkat epitel sekitar dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel

tersebut. Erosi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewatu mata

dan kelopak mata digerakkan. Pola tanda goresan vertikal di kornea mengisyaratkan adanya

benda asing tertanam di permukaan konjungtiva tarsalis di kelopak mata atas. Pemakaian

berlebihan lensa kontak menimbulkan edema kornea.Pada erosi pasien akan merasa sakit

sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair,

fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh.

Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi fuorosein akanberwarna hijau .

2,3,6,7 

Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan

menghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena

dapat menambah kerusakan epitel, yang lebih tepatnya jangan pernah memberi larutan

anestetik topikal kepada pasien untuk dipakai berulang setelah cedera kornea, karena hal ini

dapat memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat

menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea permanen. Erosi yang kecil biasanya akan

tertutup kembali setelah 48 jam.1,3,9

 

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal. Epitel akan

sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea sebagai

sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea. Umumnya membrane basal yang rusak akan

kembali normal setelah 6 minggu. Permukaan kornea perlu diberi pelumas untuk membentuk

membran basal kornea. Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun

untuk mengurangi gejala radang uvea yang mungkn timbul. Antibiotik dapat diberikan dalam

bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat pertumbuhan epitel baru dan mencegah

infeksi skunder. Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada

kornea dengan maksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya. 1,6,7

 

6. Iridoplegia

Kelumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul pada

uvea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan sukar melihat

dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan

masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil

dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.3,6,7

 

7. Iridodialisa

Iridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk

pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. Saat mata kita berkontak dengan

benda asing, maka mata akan bereaksi dengan menutup kelopak mata dan mata memutar ke

atas. Ini alasannya mengapa titik cedera yang paling sering terjadi adalah pada temporal

bawah pada mata. Pada daerah inilah iris sering terlihat seperti peripheral iris tears(iridodialisis). Saat mata tertekan maka iris perifer akan robek pada akarnya dan meninggalkan

Page 5: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 5/22

crescentic gap yang berwarna hitam tetapi reflek fundus masih dapat diobservasi.10

Hal ini

mudah terjadi karena bagian iris yang berdekatan dengan badan silier gampang robek. Lubang

pupil pada pangkal iris tersebut merupakan lubang permanen karena iris tidak mempunyai

kemampuan regenerasi.1 

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil

menjadi berubah. Perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran pupil akibat trauma

tumpul tidak banyak mengganggu tajam penglihatan penderita. Pasien akan melihat ganda

dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil lonjong. Biasanya iridodialisis

terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien

sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.1,3,4

 

8. Hifema

Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan (camera okuli anterior/COA) yang

dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

Trauma tumpul sering merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau badan siliar dan merusak

sudut kamera okuli anterior. Darah di dalam cairan dapat membentuk suatu lapisan yangdapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi apabila jaringan trabekular tersumbat oleh

fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan darah menyebabkan sumbatan pupil. 1,3,4

 

Hifema dibagi dalam 4 grade berdasarkan tampilan klinisnya11

1.  grade I: menutupi < 1/3 COA (Camera Okuli Anterior)

2.  grade II: menutupi 1/3-1/2 COA

3.  grade III: menutupi 1/2-3/4 COA

4.  grade IV: menutupi 3/4-seluruh COA

Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan

pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian

bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-

kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis lain berupa tekanan intraokuli

(TIO) normal/meningkat/menurun, bentuk pupil normal/midriasis/lonjong, pelebaran

pembuluh darah perikornea, kadang diikuti erosi kornea.6,7,11

 

9. Iridosiklitis

Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post

trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik

mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan

visus menurun. Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa

fundus dengan midriatika.

10. Subluksasi Lensa

Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula

zinii ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinii yang rapuh (sindrom

Marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Akibat pegangan

lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi

lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa

mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.

11. Luksasi Lensa Anterior

Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa

masuk ke dalam bilik mata depan. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak.Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa terletak di bilik

Page 6: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 6/22

mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata.

Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris

terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.

12. Luksasi Lensa Posterior

Yaitu bila seluruh zonula zinii di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa

 jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli. Pasien akan

mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus.

Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.

13. Edema Retina dan Koroid

Terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.

Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan

koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul

mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien

akan menurun. Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan

normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurangakibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen epitel.

14. Ablasi Retina

Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya

pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Pada pasien akan terdapat

keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada

pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu

dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.

15. Ruptur Koroid

Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di

sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid. Bila

ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan

ketajaman penglihatan.

16. Avulsi papil saraf optik

Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan

karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang

sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai kelainan

fungsi retina dan saraf optiknya (Ilyas, 2003; Jack J, 2005).

17. Katarak traumatik

Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul

terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Katarak traumatik paling sering disebabkan

oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Pada trauma

tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa

menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak

(imprinting) yang disebut cincin Vossius. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang

lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga

bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan

terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik

mata depan. 3,4 

Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akanbercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis

Page 7: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 7/22

fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa

sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin Soemering atau bila epitel

lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elsching.3,4

 

Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada

anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah

ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra okular primer atau sekunder.1 Pada katarak

trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang.

Bila terjadi penyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan

ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada

beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi

tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis atau salah

letak lensa.3,4

 

Gambar 2a. Manifestasi Trauma Okuli

Gambar 2b. Manifestasi trauma Okuli

  Trauma kimia : asam dan basa

Page 8: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 8/22

  Trauma radiasi : UV dan infrared

2.  Kenapa setelah terkena kock matanya kabur?

3.  Mengapa bias terjadi hifema /1/3 inferior?

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah

di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah

iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang

terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang

terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan. 

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang

merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul

dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. 

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan

iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. 

Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak sudut bilik matadepan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat (hifema).

Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan

bekuan darah menimbulkan bokade pupil. 

2.3. Klasifikasi

a)  Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi: 

1.  Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya

pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.

2.  Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

3.  Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga pembuluh darah

pecah.

4.  Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile

xanthogranuloma).

5.  Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

b)  Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:

1.  Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

2.  Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.

c)  Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) :

1.  Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)

2.  Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)

3.  Grade III : darah mengisi hampir total COA (14%)

4.  Grade IV : darah memenuhi seluruh COA (8%)

Page 9: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 9/22

 

2.4. EtiologiHifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena bola, batu,

peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi karena kesalahan prosedur

operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya

tumor mata (contohnya retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya  juvenile

 xanthogranuloma). 

Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan

 jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan

koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan

perdarahan. Pendarahan yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari

badan ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil.  Perdarahan di dalambola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar. Timbunan darah ini karena gaya

berat akan berada di bagian terendah.

2.5. Patofisiologi 

Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan

perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut

dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena

adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan

siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.

Page 10: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 10/22

 

Mekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul Mata

Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa

menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau

badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi

dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak

dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea.Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis

dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin

merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini

dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung

hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata

depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin

akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil

degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik

mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral.

Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer.

Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari

ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu

seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi

karena resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat

waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.

Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah

melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.

Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema

dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderinini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan

disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti.

Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. 

Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang berhubungan.

Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya

serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien

hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik,

dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan

ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan pada kornea dapat

dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan

midriasis dapat ditemukan pada 10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis,

Page 11: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 11/22

iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen posterior

dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur

koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan intraokular.

2.6. Penegakan Diagnosis

Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema.

Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan flashlight),

kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva

dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda, blefarospasme, edema

palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic,

disorientasi atau somnolen.

Hifema pada 1/3 bilik mata depan Hifema pada ½ bilik mata depan

Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair. Penglihatan pasien

akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila

 jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah COA,dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil

tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada kornea, anisokor

pupil. 

Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah mengganggu media

refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan tekanan

intraokuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan

intraokuler ini disebut glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa

darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor aqueous yang

berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan

mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.

Pemeriksaan Penunjang

a)  Pemeriksaan ketajaman penglihatan: menggunakan kartu mata Snellen; visus dapat menurun

akibat kerusakan kornea, aqueous humor, iris dan retina. 

b)  Lapangan pandang: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler okuler, glaukoma. 

c)  Pengukuran tonografi: mengkaji tekanan intra okuler. 

d)  Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan iridocorneal contact, aqueous

flare, dan synechia posterior. 

e)  Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler. 

f)  Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila TIO normal atau meningkat

ringan. 

Page 12: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 12/22

2.7. Penatalaksanaan

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila perjalanan penyakit tidak berjalan demikian

maka sebaiknya penderita dirujuk. Walaupun perawatan penderita hifema traumatik ini masih

banyak diperdebatkan, namun pada dasarnya adalah :

1)  Menghentikan perdarahan.

2)  Menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder.

3)  Mengeliminasi darah dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi.

4)  Mengontrol glaukoma sekunder dan menghindari komplikasi yang lain.5)  Berusaha mengobati kelainan yang menyertainya.

 

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatik hifema

pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa

operasi, dan perawatan yang disertai dengan tindakan operasi. 

Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi

1. Tirah baring (bed rest total )

Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alasbantal) dengan elevasi kepala 30º - 45

o(posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah

pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak

pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus

dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa

dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi

timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari

mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada

anak-anak, sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat tidur dan pengawasan

dilakukan dengan sabar. 

2. Bebat mata

Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para

ahli. Penggunaan bebat mata pada mata yang terkena trauma yaitu untuk mengurangi pergerakan

bola mata yang sakit.

3. Pemakaian obat-obatan 

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatik hifema tidaklah mutlak, tapi

cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan

komplikasi yang timbul. Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti :

  Koagulansia

Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral, berguna

untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC, Coagulen,

Transamin, vit K dan vit C. Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti

fibrinolitik (di pasaran obat ini dikenal sebagai transamine/ transamic acid) sehingga bekuan

darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki

diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat

dihindarkan. Pemberiannya 4 kali 250 mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati satu

minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma

 juga imbibisio kornea. Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intra okular. 

  Midriatika Miotika

Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika ataumiotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri.

Page 13: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 13/22

Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika akan

mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan komplikasi

iridiocyclitis. Akhirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian midriatika dan

miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari akan mengurangi

perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja. 

  Ocular Hypotensive Drug

Semua para ahli menganjurkan pemberian acetazolamide (Diamox) secara oral sebanyak

3x sehari bilamana ditemukan adanya kenaikan tekanan intraokuler. Bahkan Gombos dan

Yasuna menganjurkan juga pemakaian intravena urea, manitol dan gliserin untuk menurunkan

tekanan intraokuler, walaupun ditegaskan bahwa cara ini tidak rutin. Pada hifema yang penuh

dengan kenaikan tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam. Bila tekanan

intra okular tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas normal, lakukan parasentesa yaitu

pengeluaran drah melalui sayatan di kornea Bila tekanan intra okular turun sampai normal,

diamox terus diberikan dan dievaluasi setiap hari. Bila tetap normal tekanan intra okularnya dan

darahnya masih ada sampai hari ke 5-9 lakukan juga parasentesa.  Kortikosteroid dan Antibiotika

Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan

perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotika. 

4.  Mengapa dikompres dingin?

5.  Mengapa pasien di rawat inap dg kepala lebih tinggi?

Penatalaksanaan Trauma Okuli

Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai

pasien mendapat anestesi umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat sikloplegik atau

antiobiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan. Berikan

antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung Fox  (atau sepertiga bagian bawah

corong kertas) pada mata. Analgetik, antiemetik, dan antitoksin tetanus harus diberikan sesuai

kebutuhan, dengan restriksi makan dan minum. Induksi anestesi umum jangan menggunakan obat-

obat penghambat depolarisasi neuromuskular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan

di dalam bola mata sehingga mengingkatkan kecenderungan herniasi isi intraocular. Anak juga lebih

baik diperiksa awal dengan bantuan anestesi umum yang bekerja singkat.1,12

 

Pada cedera yang berat, ahli oftalmologi harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya

kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan

mata lengkap. Perlu diperhatikan bahwa pemberian anestetik topical, zat warna, dan obat lain yang

diberikan ke mata yang cedera harus steril . Tetrakain dan fluoresens tersedia dalam satuan-satuan

dosis individual yang steril.1,10

 

Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan

rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karena dapat menambah

kerusakan epitel, yang lebih tepatnya jangan pernah memberi larutan anesteik topikal kepada

pasien untuk dipakai berulang setelah cedera kornea, karena hal ini dapat memperlambat

penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan pembentukan jaringan

parut kornea permanen. 1,3,4 

Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegahterjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikol dan

Page 14: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 14/22

sufasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan

sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida.3,4

 

Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman serta lebih tertutup pada

pasien, maka bisa diberikan bebat tekan pada pasien selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan

tertutup kembali setelah 48 jam.1 

1.  Hifema

Penanganan awal pada pasien hifema yaitu dengan merawat pasien dengan tidur di tempat

tidur yang ditinggikan 30 derajat pada kepala (semi fowler), diberi koagulansia (antifibrinolitik

oral/injeksi) dan mata ditutup. Pada pasien yang gelisah dapat diberikan obat penenang.3,4,10

Pasien

yang jelas memperlihatkan hifema yang mengisi lebih dari 5% kamera anterior diharuskan bertirah

baring dan harus diberikan tetes steroid dan sikloplegik pada mata yang sakit selama 5 hari. Mata

diperiksa secara berkala untuk mencari adanya perdarahan sekunder, glaukoma, atau bercak darah

di kornea akibat pigmen besi. Perdarahan ulang terjadi pada 16-20% kasus dalam 2-3 hari. Penyulit

ini memiliki resiko tinggi menimbulkan glaukoma dan perwarnaan kornea. Beberapa penelitian

mengisyaratkan bahwa penggunaan asam aminokaproat oral untuk menstabilkan pembentukanbekuan darah menurunkan resiko perdarahan ulang. Dosisnya adalah 100 mg/kg setiap 4 jam sampai

maksimum 30 g/h selama 5 hari. Apabila timbul glaukoma, maka penatalaksanaan mencakup

pemberian timolol 0,25% atau 0,5% dua kali sehari, asetazolamide 250 mg per oral empat kali sehari

dan obat hiperosmotik (manitol, gliserol, sorbitol).1

Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat

kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut di bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran

cairan mata.3 

Hifema harus dievakuasi secara bedah apabila tekanan intraokular tetap tinggi (>35 mmHg

selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari) untuk menghindari kerusakan syaraf optikus dan

perwarnaan kornea. Apabila pasien mengidap hemoglobinopati, maka besar kemungkinan cepat

terjadi atrofi optikus glaukomatosa dan pengeluaran bekuan darah secara bedah harus

dipertimbangkan lebih awal. Instrumen-instrumen vitrektomi digunakan untuk mengeluarkan

bekuan di sentral dan lavase kamera anterior. Dimasukkan tonggak irigasi dan  probe mekanis di

sebelah anterior limbus melalui bagian kornea yang jernih untuk menghindari kerusakan iris dan

lensa. Tidak dilakukan usaha untuk mengeluarkan bekuan dari sudut kamera anterior atau dari

 jaringan iris. Kemudian dilakukan iridektomi perifer. Cara lain untuk membersihkan kamera anterior

adalah dengan evakuasi viskoelastik. Dibuat sebuah insisi kecil di limbus untuk menyuntikkan bahan

viskoelasti, dan dan sebuah insisi yang lebih besar 180 derajat berlawanan agar hifema dapat

didorong keluar. Glaukoma dapat timbul belakangan setelah beberapa bulan atau tahun akibat

penyempitan sudut. Dengan sedikit perkecualian, bercak darah di kornea akan hilang secara

perlahan dalam periode sampai setahun.1 

Parasentesis atau pengeluaran darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan

hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma skunder, hifema penuh dan berwarna

hitam atau setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema berkurang.Kadang-kadang sesudah

hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut

hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang. Zat besi

di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat

menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan. Hifema spontan pada anak sebaiknya dipikirkan

kemungkinan leukimia dan retinoblastoma. 3,4 

Parasentesis merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanahdari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut: dibuat insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah

Page 15: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 15/22

kornea yang sejajar dengan permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka

koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya maka bilik mata depan

dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.3,4

 

2. Iridoplegia

Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada

pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk terjadinya kelelahan sfingter dan diberi

roboransia. Untuk mencegah silau sebaiknya pasien memakai kacamata gelap, atau mata yang sakit

diperban.3,4

3. Luksasi Lensa posterior

Pada luksasi lensa posterior, mata akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia.

Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 Dioptri untuk melihat jauh, bilik mata depan dalam

dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada pada polus superior dapat menimbulkan

komplikasi akibat degenarasi lensa, yaitu berupa glaukoma fakolitik dan uveitis fakotoksik. Bila

luksasi lensa telah menimbulkan komplikasi sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.

6.  Kemungkinan komplikasi dari kondisi pasien?Kebutaan (bahas lengkap)

A.  PENGERTIAN

Buta adalah suatu keadaan dimana seorang tidak dapat menjalankan pekerjaan-

 pekerjaan yang memerlukan penglihatannya sebagai hal esensial sebagai mana

orang sehat (WHO dan UNICEF)

B.  ETIOLOGI

  Cataract adalah penyebab utama dari kebutaan, dengan trakoma, lepra,

onkonserkahasis, dan xeroftalmia (keadaan selaput ikat mata yang keringkarena kekurangan vitamin A kadang-kadang sampai selaput bening

rusak).

  Trakoma adalah radang selaput ikat mata yang bersifat menular yang

disebabkan oleh mikroorganisme chylamidia dan juga ditandai dengan

 butir-butir kecil sehingga selaput ikat tampak kasar.

  Ketuaan (Umur), proses penuaan.

  Retinopati diabetes. 

  Gangguan degenerasi retina herediter . 

 Defisiensi Vitamin A

C.  KRITERIA KEBUTAAN

WHO menggolongkan kebutaan meliputi:

1.  Tajam penglihatan kurang dari 3/60

2.  Lapang pandangan kurang dari 20

3.  Tajam penglihatan dapat lebih baik dari 3/60

4.  Masih mengenal warna

5.  . Masih mengenal warna yang dilihat

6.  Terdapatnya cacat penglihatan dilihat dari segi sosial.

D.  PATOFISIOLOGI

Page 16: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 16/22

Gangguan penglihatan terdiri dari kesalahan refraksi dengan lensa sampai dengan

kebutaan total. Dimana seseorang tidak dapat lagi menerima cahaya, untuk 

maksud yang legal kebutaan di defenisikan secara tepat untuk menentukan

macam-macam bantuan yang diperlukan. Pada pasien dengan kebutaan, yang

mana dapat diakibatkan karena glaukoma dan diabetes melitus (DM), Glaukomadapat diturunkan atau dapat merupakan penyulit. Kalainan utama adalah akibat

kelainan makula (bintik kuning), penyakit retina (selaput jala), yang merupakan

 bagian dalam mata yang menerima rangsangan sinar untuk dapat dilihat

mengalami degenerasi yang akan mengakibatkan kerusakan penglihatan sentral.

E.  PENATALAKSANAAN

Kebutaan adalah suatu hal yang tidak dapat diperbaiki secara medis, namun

terdapat 2 tipe alat bantu yang memperbaiki penglihatan untuk dapat melakukan

 pekerjaan yaitu optikal dan nonoptikal:

1.  Alat optik, seperti lensa atau gabungan lensa untuk membuat pembesaran

seperti :

  Lensa kontak, untuk gangguan penglihatan akibat kornea yang

ireguler.

  Lensa kontak teleskopik, sistem lensa kontak dapat diubah menjadi

sistem teleskopik (sistem lensa kontak teleskopik).

  Lensa kontak dengan lubang kecil (pinhole), berguna pada ieregular,

kekeruhan pada kornea, pupil yang melebar terus (iridiolegia), pupil

distrosi, koloboma iris, dan aniridia.

  Kacamata pembesar, biasanya kekuatan lensa konveks-konveks atau plano konveks yang berkekuatan +4 -+20.00

  Loupe, loupe memakai lensa sferis

  Lensa pembesar binocular 

  Kacamata berlubang kecil, memperbaiki penglihatan pada mata dengan

fungsi mecula masih baik.

  Pembesaran sistem jauh dengan sistem optik 

  Kacamata teleskopik, bentuk kombinasi lensa konveks dan lensa

konkaf  yang terpisah akan terjadi penyebaran sinar, sehingga terjadi

memperbesar penglihatan.  Sclip on, lensa yang dijepitkan atau clip on merupakan kacamata

teleskopik atau pin hole yang dijepit pada kacamata biasa.

2.  Pembesaran melihat dekat dengan sistem nonoptik : 

  Mendekatkan mata

  Huruf diperbesar 

  Sistem Proyeksi

  Closed-circuid televisi (CCTV), memperbayangan pada layar Televisi

3.  Alat penolong lain

  Membaca dan steno dengan huruf Braile.

Page 17: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 17/22

  Teknik nonoptik yang paling sederhana adalah dengan mendekatkan benda 

yang akan dilihat. Meletakkan dekat sekali (1 meter) pada layar Televisi,

tidak akan merusak mata.

  Penerangan yang benar adlah perlu pada penglihatan lemah (low vision).

Pada keadaan ini sinar dengan intensitas tinggi dengan tangan yang dapatdiatur dan berguna.

  Lensa obsertif berguna untuk mengurangi silau.

Proses sampai rehabilitasinya??

Katarak traumatic

Glaucoma sekunder

7.  Contoh obat anti perdarahan?

Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik.  Hemostatis merupakan prosespenghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan pendarahan.

Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi daerahyang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai denganpatogenesis perdarahan.

Dalam proses hemostasis berperan faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi),trombosit (agregasi), dan faktor pembekuan darah

Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :

1. aktivasi tromboplastin

2. pembentukan trombin dari protrombin

3. pembentukan fibrin dari fibrinogen

Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga kini dikenal 15faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor VIII-anti hemofilik, faktor IX-tromboplastinplasma, ..........dst)

Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dandapat pula akibat defisiensi banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati.Defisiensi atau factor pembekuan darah dapat diatasidengan memberikan factor yang kurang yang berupa konsentrat darahmanusia. Perdarahan dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapatmeningkatkan factor-faktor pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang menghambatmekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaprot.

Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu :

1.  Obat hemostatik lokal2.  Obat hemostatik sistemik.

Hemostatik Lokal

Page 18: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 18/22

 Yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan mekanisme hemostatiknya. 1.  Hemostatik serap

Mekanisme kerja : Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau

memberikan jala serat-serat yang mempermudah bila diletakkan langsung padapermukaan yang berdarah . Dengan kontak pada permukaan asing trombosit akanpecah dan membebaskan factor yang memulai proses pembekuan darah. Indikasi :Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan yang berasal daripemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikanperdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar. Contoh obat : Ø Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida ) 

Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka yang akhirnyaakan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran

yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi pada penggunaaankain kasa. Untuk absorpsi yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapatmengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang padapatah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangkapanjang. 

Ø Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi dengan tekanan sedikitdapat menutupi dengan baik permukaan yang berdarah. 

2.   AstringenMekanisme kerja :Zat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapatdihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini dinamakan juga stypic. Indikasi :Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokontriktor yang digunakan local. 

Contoh Obat : Antara lain feri kloida, nitras argenti, asam tanat. 

3.  Koagulan

Mekanisme kerja :Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan hemostatis dengan 2cara yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi trombindan secara langsung menggumpalkan fibrinogen. Contoh Obat :Russell’s viper venom yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakanumpamanya untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia. Untuk tujuan inikapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan ditekankan pada alveolus sehabisekstrasi gigi, zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara menimbulkan bahaya emboli. 

4. VasokonstriktorMekanisme Kerja :

Page 19: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 19/22

Epinefrin dan norepinefrin berefek vasokontriksi , dapat digunakan untuk menghentikanperdarahan kapiler suatu permukaan. Cara pemakaian :

Penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1:1000 tersebut pada permukaan yang berdarah. 

Hemostatik sistemik 

Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikandengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita mendapatkan semua faktor pembekuandarah yang terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah perbaikanvolume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor pembekuan darah tertentudapat diatasi dengan mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang. 

1.  Faktor anti hemoflik(faktor VIII) dan cryoprecipitated anti HemophilicFactor

Indikasi  

Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan padapenderita hemofilia A ( defisienxi faktor VIII) yang sifatnya herediter dan padapenderita yang darahnya mengandung inhibitor factor VII 

Efek samping  

Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan protein plasma laindalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehinggakemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yangdapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemihemolitik,hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam. 

Cara pemakaian  

Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanyadigunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita hemofilia.Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-20 unit/kg BB. 

Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan lunak, diberikan dosistunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita hemofilia sebelum operasi diperlukan kadaranti hemofilik sekurang  – kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukankadar 20-25 % dari normal untuk 7-10 hari. 

2.  Kompleks Faktor X 

Indikasi  

Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil protein plasma laindan digunakan untuk pengobatan hemofilia B, atau biladiperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan tersebut untuk 

Page 20: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 20/22

mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada kemungkinan timbulnyahepatitis preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pendrita nonhemofilia. 

Efek samping  

trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi hipersensivitas berat(shok anafilaksis). 

Dosis  

Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan pemeriksaanpembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukandosis. 1 unit/KgBB meningkatkan aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fasepenyembuhan setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal 

3.   V itamin K 

Mekanisme kerja :  Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi padapenderita defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesisbeberapa faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai hemostatik,vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan efek, sebab vitamin K harusmerangsang pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu. Indikasi :  Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K. Efek samping :  Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt menyebabkan kemerahanpada muka, berkeringat,

bronkospasme, sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkankematian. Perhatian :  Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan absorbsi vit.K, berkurangnya bakteri yangmensintesis Vit. K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahirhipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya bakteri yg mensintesisvit. K  Sediaan : Tablet 5 mg vit. K (Kaywan) Dosis : 1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada bayinya 

3-4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia 

4.   Asam aminokaproat

Mekanisme kerja :  Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen danpenghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin danfaktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat dapat mengatasiperdarahan berat akibat fibrinolisisyang berlebihan. Indikasi : § Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan thrombusyang mungkin bersifat fatal hanya digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis

berlebihan 

Page 21: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 21/22

§ Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandungkemih. § Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dansesudah ekstraksi gigi dan perdarahan lain karena troma di dalam mulut. § Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk melawan efek 

trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan activator plasminogen. Cara pemakaian : Dapat diberikan secara peroral dan IV Efek samping  Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva, dan hidungtersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah trombosis umum, karena itupenderita yang mendapat obat ini harus diperiksa mekanisme hemostatik. 

5.   Asam Traneksamat (Kalnex)

Mekanisme Kerja : 

Ø Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari aktivator plasminogendan plasmin 

Ø Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin, meningkatkan agregasiplatelet 

Ø Memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan aktivitas factor koagulasi. 

Indikasi 

§ Hipermenorrhea 

§ Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan AKDR  

§ Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi

Perhatian 

Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit) 

Efek Samping 

§ Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala, anoreksia 

§ Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan dosis ataupenghentian pengobatan 

Sediaan : Kapsul 250 mg, 500 mg 

Injeksi 5 ml/250 mg dan 5 ml/500 mg 

6.  Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)

Mekanisme Kerja : 

Ø Menghambat peningkatan permeabilitas kapiler 

Ø Meningkatkan resistensi kapiler 

Indikasi 

Ø Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan meningkatnya

permeabilizas kapiler Ø Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan resistensi kapiler 

Page 22: Ulil-lbm 5 Mata

7/21/2019 Ulil-lbm 5 Mata

http://slidepdf.com/reader/full/ulil-lbm-5-mata 22/22

Ø Pendarahan otak  

Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg 

Injeksi 2 ml/10 mg dan 5 ml/25 mg