museum semarajaya klungkung

Post on 08-Feb-2018

226 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    1/28

    MAT

    PERAN & P

    PA

    KULIAH ARSITEKTUR INDONES

    NGARUH ARSITEKTUR K

    DA MUSEUM SEMARAJAYA

    DI KLUNGKUNG

    (KELAS A)

    OLEH:

    DWI ADINTYA ERADIPUTRA

    1104205008

    DOSEN PEMBIMBING

    Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, MSi

    Dr. Ir. A.A Ayu Oka Saraswati, M.T

    JURUSAN ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014

    A

    LONIAL

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    2/28

    ii

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    Kata Pengantar

    Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,karena berkat rahmat-Nya, saya dapat mewujudkan dan menyelesaikan sebuah

    tugas Peran & Pengaruh Arsitektur Kolonial Pada Museum Semarajaya di

    Klungkung mata kuliah Arsitektur Indonesia. Serta puji syukur pula saya

    panjatkan atas kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga saya mampu menuangkan

    pikiran dan ide-ide kedalam tugas ini.

    Di sisi lain, penulis tak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir.

    Putu Rumawan Salain, MSi dan Dr. Ir. A.A Ayu Oka Saraswati, M.T selaku

    pembimbing. Demikian pula saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-

    dalamnya terhadap keluarga dan teman-teman yang telah membantu dalam

    pembuatan tugas ini. Penulis merasa bangga mempunyai keluarga dan teman yang

    mampu membimbing dan mendukung dengan sangat baik.

    Dalam pembuatan tugas Peran & Pengaruh Arsitektur Kolonial Pada

    Museum Semarajaya di Klungkung ini tentunya masih terdapat kekurangan,

    maka dengan tangan terbuka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

    bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis meminta maaf jika ada

    kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan. Semoga tugas ini dapat diterima

    dan berguna bagi pembaca.

    Denpasar, Mei 2014

    Dwi Adintya Eradiputra

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    3/28

    iii

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ................................................................................................. ii

    Daftar Isi........................................................................................................... iiiDaftar Tabel dan Gambar................................................................................. iv

    BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1

    1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

    1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2

    1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4

    2.1 Pengertian Peran......................................................................................... 4

    2.2 Pengertian Pengaruh................................................................................... 4

    2.3 Pengertian dan Karakteristik Arsitektur Zaman Kolonial Belanda ........... 4

    BAB III ARSITEKTUR MUSEUM SEMARAJAYA................................ 9

    3.1 Letak Museum Semarajaya........................................................................ 9

    3.2 Sejarah Museum Semarajaya ..................................................................... 10

    3.3 Arsitektur Museum Semarajaya................................................................. 11

    BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 15

    4.1 Batasan Pembahasan Museum Semarajaya ............................................... 15

    4.2 Elemen Arsitektur Kolonial Pada Museum Semarajaya............................ 16

    4.3 Peran & Pengaruh Arsitektur Kolonial di Museum Semarajaya ............... 21

    BAB V PENUTUP.......................................................................................... 22

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 22

    5.2 Saran........................................................................................................... 22

    DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    4/28

    iv

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

    A. Tabel

    No. Tabel Keterangan Halaman

    Tabel 4.1Elemen Arsitektur Kolonial Belanda di Museum

    Semarajaya.15,16

    B. Gambar

    No. Gambar Keterangan HalamanGambar 2.1 Tipologi Bentuk Jendela Bangunan Kolonial 7

    Gambar 3.1Letak Museum Semarajaya Ditinjau Dari Pulau

    Bali9

    Gambar 3.2 Letak Museum Semarajaya di Klungkung 9

    Gambar 3.3Tanda Peresmian Museum Semarajaya Oleh

    Menteri Dalam Negeri RI10

    Gambar 3.4 Karang Goak di Bebaturan Museum Semarajaya 11

    Gambar 3.5 Karang Tapel di Bebaturan Museum Semarajaya 12

    Gambar 3.6 Arca Kala di Museum Semarajaya 12

    Gambar 3.7 Arca Dewa di Museum Semarajaya 12

    Gambar 3.8Patung Naga Sebagai Pengapit Tangga di

    Museum Seamrajaya13

    Gambar 3.9Berbagai Jenis Pepatraan di Bebaturan Museum

    Semarajaya13

    Gambar 3.10Konsep Tri Angga di Bangunan Museum

    Semarajaya14

    Gambar 3.11Perspektif Museum Semarajaya Diambil Dari

    Atas Bale Kulkul14

    Gambar 4.1 Perspektif & Fasade Depan Museum 16

    Gambar 4.2 Pintu Ganda di Serambi Depan Museum 17

    Gambar 4.3 Jendela Kayu di Museum Semarajaya 17

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    5/28

    v

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    Gambar 4.4 Jendela Kayu Persegi di Museum Semarajaya 17

    Gambar 4.5Jendela Kayu Persegi Panjang di Museum

    Semarajaya17

    Gambar 4.6 Geveldi Fasade Depan Museum Semarajaya 18

    Gambar 4.7 Balustrade di Bagian Batur Museum Semarajaya 18

    Gambar 4.8 Ilustrasi Denah Museum Semarajaya 19

    Gambar 4.9 Cripedoma di Fasade Depan Museum 20

    Gambar 4.10Deretan Kolom di Selasar Depan Museum

    Semarajaya20

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    6/28

    1

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar

    fisik, tapi juga menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi:

    tata atur kehidupan sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus

    mempengaruhi arsitektur. (Rappoport, 1981)

    Arsitektur adalah cerminan dari kebudayaan, oleh karena itu, dari sebuah

    karya arsitektur, kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa,(Hidayatun, 2005).

    Dari pengertian arsitektur di atas dapat disimpulkan bahwa arsitektur

    selalu dipengaruhi oleh sosial dan budaya masyarakatnya. Perkembangan

    arsitektur sejalan dengan perkembangan perbedaan manusia dari periode ke

    periode berikutnya. Dimana manusia membutuhkan ruang sebagai wadah kegiatan

    hidup dengan aman, nyaman, bermanfaat, dan dapat memberikan kenikmatan, dan

    rasa kebahagiaan.

    Demikian pula dengan arsitektur di Indonesia, perkembangan arsitektur di

    Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan sosial dan budaya masyarakatnnya,

    termasuk juga pengaruh dari zaman kolonialisme Belanda. Pada masa penjajahan

    Belanda, Indonesia mengalami pengaruh Occidental (Barat) dalam berbagai segi

    kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan. Para pengelola kota dan

    arsitek Belanda banyak menerapkan konsep lokal atau tradisional dalam

    perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan bangunan-bangunannya.

    Adanya pencampuran budaya, membuat arsitektur kolonial Belanda di Indonesia

    menjadi fenomena budaya yang unik. Arsitektur kolonial di berbagai tempat di

    Indonesia bila diteliti lebih jauh, mempunyai perbedaan-perbedaan dan ciri

    tersendiri antara tempat yang satu dengan yang lain.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang permasalahan peran dan pengaruh arsitektur kolonial

    di Indonesia, maka penulis mengambil studi kasus bangunan Museum Semarajaya

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    7/28

    2

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    di Kabupaten Klungkung sebagai objek pengamatan. Dari objek tersebut

    dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1.2.1 Elemen arsitektur kolonial apa saja yang terdapat pada Museum

    Semarajaya?

    1.2.2 Bagaimana peran & pengaruh arsitektur kolonial di Museum Semarajaya?

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah, maka ditentukan

    tujuan dari pengerjaan makalah ini yaitu sebagai berikut:

    1.3.1 Untuk mengetahui elemen-elemen arsitektur kolonial yang ada di Museum

    Semarajaya.

    1.3.2 Untuk mempelajari dan mengetahui peran & pengaruh arsitektur kolonial

    di Museum Semarajaya.

    1.4 Manfaat

    Manfaat yang didapat baik bagi penulis maupun pembaca yaitu untuk

    mengetahui peran dan pengaruh dari arsitektur kolonial di Indonesia, khususnya

    pada bangunan Museum Semarajaya serta elemen-elemen arsitektur kolonial yang

    terdapat di bangunannya.

    1.5 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah

    arsitektur Indonesia yang berjudul Peran & Pengaruh Arsitektur Kolonial pada

    Museum Semarajaya di Klungkung ini adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUANPada bab pendahuluan ini mengemukakan tentang latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan, manfaat, dan sitematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisi tinjauan teori yang akan digunakan untuk melakukan

    pembahasan di bab IV. Tinjauan yang dimaksud yaitu mengenai pengertian peran

    & pengaruh, serta pengertian dan karakteristik dari arsitektur kolonial Belanda.

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    8/28

    3

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    BAB III ARSITEKTUR MUSEUM SEMARAJAYA

    Dalam bab ini secara khusus menguraikan tentang objek yang dibahas

    yaitu Museum Semarajaya di Kabupaten Klungkung. Hal yang dibahas adalah

    letak / lokasi objek, sejarah berdirinya museum, serta elemen-elemen arsitektur

    Bali dari objek.

    BAB IV PEMBAHASAN

    Di bagian pembahasan akan diuraikan analisa mengenai elemen-elemen

    arsitektur kolonial yang terdapat di Museum Semarajaya dan dikaitkan dengan

    peran serta pengaruhnya terhadap objek.

    BAB V PENUTUP

    Pada bagian penutup terdapat kesimpulan dari pembahasan dan juga saran-

    saran sebagai usaha dalam mengembangkan makalah dan pembacanya.

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    9/28

    4

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Peran

    Menurut Soekanto (1990:268), peran adalah aspek dinamis dari

    kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya

    sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Sementara

    menurut Liliweri (n.d), peran adalah sebuah harapan budaya terhadap suatu posisi

    atau kedudukan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

    mendefinisikan peran sebagai perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki olehorang yg berkedudukan di masyarakat.

    2.2 Pengertian Pengaruh

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), pengaruh adalah

    daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk

    watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Sementara itu, Surakhmad (1982:7)

    menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau

    orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa

    yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat

    disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul

    dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam

    sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

    2.3 Pengertian & Karakteristik Arsitektur Kolonial Belanda

    Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh Occidental

    (Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan.

    Para pengelola kota dan arsitek Belanda banyak menerapkan konsep lokal atau

    tradisional dalam perencanaan dan pengembangan kota, permukiman dan

    bangunan-bangunannya.

    2.3.1 Pengertian Arsitektur Kolonial Belanda

    Arsitektur kolonial merupakan arsitektur yang memadukan antara budaya

    Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    10/28

    5

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum

    kemerdekaan. (Safeyah, 2006).

    Arsitektur kolonial adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya Eropa

    kedaerah jajahannya. Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang

    dikembangkan di Indonesia, selama Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda

    sekitar awal abad 17 sampai tahun 1942. (Soekiman,2011)

    2.3.2 Karakteristik Arsitektur Kolonial Belanda

    Sebagai sebuah langgam arsitektur, tentu arsitektur kolonial Belanda di

    Indonesia ini memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari arsitektur

    lainnya di Indonesia. Karakteristik bangunan kolonial ini dapat terlihat secara fisik

    dan non fisik. Ciri fisik dapat terlihat dari fasade bangunan, material, elemen-

    elemen pembentuk bangunannya (lantai, dinding, dan atap), serta ragam hias dari

    bangunan tersebut. Berikut merupakan beberapa karakter yang dapat dilihat dari

    beberapa elemen yang biasa digunakan pada bangunan kolonial.

    A. Gable/Gevel

    Terletak pada bagian depan atau tampak bangunan, memiliki bentuk segitiga

    atau yang mengikuti bentuk dari atap bangunan itu sendiri.

    B. Tower/Menara

    Memiliki bentuk yang sangat beragam, mulai dari bentuk kotak segi empat,

    segi enam, bulat, hingga bentuk-bentuk geometris lainnya, dan beberapa di

    antara memadukanya denga gevel depan. Tower / menara biasanya berfungsi

    sebagai penanda pintu masuk bagian depan bangunan.

    C. Nok Acroteire / Hiasan Puncak Atap

    Hiasan puncak atap biasanya digunakan pada rumah-rumah para petani diBelanda. Pada awalnya di Negara Belanda hiasan puncak atap menggunakan

    alang-alang, namun di daerah Hindia Belanda hiasan ini dibuat menggunakan

    semen.

    D. Dormer/Cerobong Asap Semu

    Memiliki fungsi untuk penghawaan dan pencahayaan pada bangunan. Memiliki

    bentuk yang menjulang tinggi keatas, dormer di negara aslinya, Belanda,

    biasanya digunakan sebagai ruang atau cerobong asap perapian.

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    11/28

    6

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    E. Windwijer/ Penunjuk Angin

    Berfungsi sebagai penunjuk arah angin, biasanya diletakan di atas nok dan dapat

    berputar mengikuti arah angin.

    F. Ballustrade

    Memiliki fungsi sebagai pagar pembatas balkon, ataupun dek bangunan. Biasanya

    terbuat dari beton cor ataupun dari bahan metal.

    G. Tympanum

    Bagian dari bentuk geometri dan hiasan (dekorasi) yang berbentuk segitiga

    (kadang juga setengah lingkaran) di atas pintu, jendela atau portico. Di Indonesia,

    banyak digunakan pada bagian atasportico,bentukan atap, serta di atas pintu dan

    jendela.

    H. Geveltoppen

    Geveltoppen atau hiasan kemuncak tampak depan terlentak di puncak gevel.

    Ragam hias yang dipahatkan seringkali berupa huruf yang distilisasi sehingga

    menjadi motif ragam hias (runenschrift)

    I. Ragam Hias Pada Tubuh Bangunan

    Ragam hias juga terdapat pada bagian tubuh bangunan, misalnya pada lubang-

    lubang angin (bovenlicht) yang terletak diatas pintu atau jendela. Selain itu ragam

    hias juga bisa terdapat di kolom-kolom yang berjajar dengan gaya neo clasic.

    J. Fasade Simetris

    Fasade bangunan memiliki komposisi yang simetri dengan perulangan yang

    seimbang serta bentuk hirarki yang terpusat menurut skala, wujud dan peletakkan

    unsur-unsur fasade bangunan seperti pada kolom, jendela, serta tower dan

    memiliki nilai hirarki yang tinggi pada entrance sebagai komposisi yang dominan

    pada fasade bangunan.K. Material Dari Batu Bata / Kayu Tanpa Pelapis

    Penggunaan material batu bata dan/atau kayu tanpa pelapis disesuaikan dengan

    karakter dan material lokal yang terdapat di daerah.

    L. Entrance Mempunyai 2 Daun Pintu

    Penggunaan entrance utama bangunan kolonial biasanya menggunakan pintu

    dengan 2 daun pintu (pintu dari serambi/ruang tamu menuju ruang

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    12/28

    7

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    keluarga/utama). Sedangkan pintu lain di dalam ruangan menggunakan pintu

    dengan 1 daun.

    M. Pintu Masuk Terletak di Samping Bangunan

    Tipe rumah kolonial tahun 1950-an (tipe jengki), memiliki ciri-ciri pintu rumah

    telah bergeser ke pinggir (tidak di bagian depan bangunan).

    N. Denah Simetris

    Bentukan simetris pada rumah tinggal yang menggunakan susunan dua lajur

    kolom (ruang) dengan koridor di tengah bangunan, sehingga terbentuk garis

    simetri bangunannya. Penataan ini sesuai dengan studi yang menunjukkan

    mengenai pola simetris rumah tinggal kolonial. Aspek simetris pada bangunan

    dapat dilihat secara sebagian, dalam arti simetris pada unit ruang. Aspek simetris

    dapat terlihat pada tatanan fasade, yang terdiri atas penataan pintu dan jendela

    utama.

    O. Jendela Besar Berbingkai Kayu

    Bangunan kolonial Belanda identik dengan jendela-jendela besar dengann bingkai

    kayu. Terdapat 3 tipe bentuk jendela yaitu jendela tunggal dengan bukaan satu

    arah, jendela rangkap ganda yaitu jendela dengan dua rangkap (kayu di luar, kaca

    di dalam), dan jendela ganda yaitu jendela dengan dua bukaan keluar.

    P. Cripedoma

    Merupakan trap-trap tangga naik menuju bangunan (untuk masuk ke bangunan

    melewati beberapa tingkat tangga).

    Gambar 2.1 Tipologi Bentuk Jendela Bangunan Kolonial

    Sumber: Bunga Indra (2011:150)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    13/28

    8

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    Q. Kolom-Kolom Berjajar

    Ciri/karakteristik ini merupakan perkembangan dari gaya klasik di eropa, dengan

    deretan kolom-kolom besar di bagian fasade depan bangunan untuk memberi

    kesan megah, besar, kokoh dan kuat bagi bangunan dan status orang yang

    mendiaminya.

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    14/28

    9

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    BAB III

    ARSITEKTUR MUSEUM SEMARAJAYA

    3.1 Letak Museum Semarajaya

    Museum Semarajaya terletak di Jalan Untung Surapati, Semarapura,

    Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Museum ini terletak dalam satu kompleks

    dengan Kertha Gosa, tepatnya berada di bagian Barat kawasan. Museum

    Semarajaya yang dahulunya merupakan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

    Klungkung ini terletak di pusat kabupaten dan menjadi salah satu objek wisata di

    Klungkung.

    Gambar 3.1 Letak Museum Semarajaya Ditinjau Dari Pulau Bali

    Sumber: google.maps/museum semarajaya

    Gambar 3.2 Letak Museum Semarajaya di Klungkung

    Sumber: google.maps/museum semarajaya

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    15/28

    10

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    3.2 Sejarah Museum Semarajaya

    Bangunan Museum Semarajaya dahulunya merupakan bekas gedung

    Sekolah Menengah (MULO) pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang

    kemudian menjadi Sekolah Menengah Pertama Negeri I Klungkung hingga pada

    akhir tahun 1990. Gedung tersebut memang dibangun oleh pemerintah Hindia

    Belanda setelah runtuhnya Kerajaan Klungkung pada tanggal 28 April 1908

    sehingga gedung yang digunakan sebagai sekolah MULO tersebut dibangun pada

    sekitar tahun 1920. Kini gedung yang penampilannya lain daripada yang lain di

    antara gedung-gedung di sekitarnya, oleh Pemerintah Daerah Tingkat II

    Klungkung dipergunakan sebagai Gedung Museum Semarajaya setelah mendapat

    renovasi gedung yang intensif. Museum Semarajaya ini diresmikan oleh Menteri

    Dalam Negeri Republik Indonesia pada tanggal 28 April 1992 yang bersamaan

    dengan peresmian Monumen Puputan Klungkung.

    Selain itu, museum ini juga berada dalam satu kompleks dengan Kertha

    Gosa dan Pemedal Agung (yaitu pintu bekas Istana Kerajaan Klungkung). Di

    dalam museum ini dipamerkan barang-barang atau benda-benda koleksi dari

    zaman prasejarah (purbakala) hingga sampai benda-benda yang dipergunakan

    selama perang Puputan Klungkung. Benda-benda koleksi di dalam museum ini

    berada dalam 3 ruangan, yaitu ruangan pertama benda-benda prasejarah, ruangan

    yang kedua benda-benda yang bersejarah, dan ruangan ketiga untuk barang-

    barang hasil kerajinan yang mengandung nilai sejarah yang khas Klungkung.

    Selain koleksi-koleksi tersebut, dapat dilihat juga barang-barang yang

    dipergunakan sebagai perlengkapan upacara-upacara adat oleh raja-raja

    Klungkung serta terdapat koleksi-koleksi berupa foto-foto dokumentasi silsilah

    atau keturunan raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan Klungkung.

    Gambar 3.3 Tanda Peresmian Museum Semarajaya Oleh Menteri Dalam Negeri RI

    Foto: Adintya (2014)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    16/28

    11

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    3.3 Arsitektur Museum Semarajaya

    Bangunan Museum Semarajaya yang telah berdiri sejak tahun 1920 ini

    memiliki ciri arsitektur khas tropis di Indonesia secara umum dan Bali secara

    khusus. Hal ini dapat terlihat dari tritisan atap (overstack) yang lebar. Selain itu

    juga terdapat penggunaan konsep Tri Angga pada bangunan, penggunaan

    ornamen hias khas Bali, serta bukaan-bukaan bangunan yang lebar dan dalam

    jumlah yang banyak.

    3.3.1 Ragam Hias Tradisional

    Arsitektur Tradisional Bali merupakan perwujudan keindahan manusia dan

    alamnya yaang mengeras ke dalam bentuk-bentuk bangunan dengan ragam hias

    yang dikenakannya. Benda-benda alam yang diterjemahkan ke dalam bentuk-

    bentuk ragam hias tumbuh-tumbuhan, binatang, nilai-nilai agama dan

    kepercayaan disarikan ke dalam suatu perwujudan keindahan yang harmonis.

    Dalam pengertian tradisional, bumi terbentuk dari lima unsur yang disebut Panca

    Mahabhuta: Apah (air/zat cair), Teja (sinar), Bhayu (angin), Akhasa (udara),

    Pertiwi (tanah bebatuan/zat padat). Unsur-unsur tersebut melatarbelakangi

    perwujudan bentuk-bentuk hiasan. (Gelebet,1986:331).

    Di Museum Semarajaya terdapat berbagai jenis ragam hias tradisional

    Bali. Ornamen-ornamen ini terletak di bagian Bebaturan bangunan. Ragam hias

    berupa Kekarangan, Pepatraan, Patung serta ornamen lainnya menghiasi

    bangunan museum ini.

    A. Karang Goak

    Bentuknya menyerupai kepala burung gagak atau goak. Disebut pula

    karang manuk karena serupa dengan kepala ayam dengan penekanan pada

    paruhnya. Karang Goak dengan paruh atas bertaring dan gigi-gigi runcing dan

    mata bulat. Sesuai dengan

    kehidupan manuk atau gagak

    sebagai binatang bersayap,

    hiasan Karangmanuk yang juga

    disebut Karang Goak

    ditempatkan pada sudut-sudut

    bebaturan di bagian atas.

    Gambar 3.4 Karang Goak

    Di Bebaturan Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    17/28

    Arsitektur Indonesi

    Karang Goak sebaga

    patra punggel. Karan

    flora yang ditempatk

    B. Karang Tapel

    C. Patung Arca K

    Sebagai raga

    bentuk-bentuk perw

    pula sebagai ungkap

    dengan bentuk-bent

    bertaring dengan ma

    tangan. Sedangkan p

    perwedujudannya

    1986:395).

    Gambar 3.5 Karang

    Di Bebaturan Museum S

    Foto: Adintya (20

    Gambar 3.6 Ar

    Di Museum Se

    Foto: Adintya

    a | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas U

    i hiasan bagian pipi dan kepalanya dilengka

    g Goak umumnya disatukan dengan Karang

    n di bawah Karang Goak. (Gelebet, 1986:36

    Menyerupai Karang Bom

    yang lebih kecil hanya dengan bibi

    taring runcing, mata bulat dengan

    lidah menjulur. Tapel adalah tope

    yang diambil dari jenis-jenis mu

    kepala dan pipi mengenakan

    (Gelebet, 1986:360).

    la & Arca Dewa

    m hias yang diterapkan pada bangunan,

    judannya selain fungsinya sebagai elemen

    an nilai-nilai kesakralan. Patung-patung ra

    k badan kekar sikap berdiri atau duduk ti

    ta bulat. Kesan galak dan angker lengkap d

    atung awatara, manifestai dewa-dewa dala

    itampilkan dalam sikap-sikap ketena

    Tapel

    emarajaya

    14)

    ca Kala

    arajaya

    (2014)

    Gambar 3.7 Arca D

    Di Museum Semar

    Foto: Adintya (20

    12

    ayana

    i dengan hiasan

    imbar dari jenis

    0).

    dalam bentuk

    r atas. Gigi datar

    idung ke depan,

    g, bagian muka

    a galak. Hiasan

    Patra Punggel.

    patung dengan

    hiasan berfungsi

    sasa, sarwakala

    ggi kaki tegak,

    engan senjata di

    bentuk-bentuk

    gan. (Gelebet,

    ewa

    jaya

    14)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    18/28

    13

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    D. Patung Naga

    Perwujudan ular naga dengan mahkota

    kebesaran hiasan gelung kepala, bebadong leher,

    anting-anting telinga, rambut terurai, rahang

    terbuka, taring gigi runcing, lidah api bercabang.

    Patung naga sikap tegak bertumpu pada dada, ekor

    menjulang ke atas gelang dan permata diujung ekor.

    Patung naga sebagai penghias bangunan dapat

    ditempatkan sebagai pengapit tangga menghadap ke

    depan, lekuk-lekuk ekor mengikuti tingkat-tingkat

    tangga ke arah atas. (Gelebet, 1986:363).

    E. Pepatraan

    Pepatraan banyak didasarkan pada bentuk-bentuk keindahan flora,

    menamai pepatraan dengan jenis flora yang diwujudkan. Ragam hias yang

    tergolong pepatraan merupakan pola yang berulang yang dapat pula diwujudkan

    dalam pola berkembang. Masing-masing patra memiliki identitas yang kuat untuk

    penampilannya sehingga mudah diketahui. Dalam penerapannya dapat bervariasi

    sesuai kreasi masing-masing seniman sangging yang merancang tanpa

    meniggalkan pakem-pakem identitasnya. (Gelebet, 1986:333).

    3.3.2 Konsep Tri Angga

    Tri Angga adalah ungkapan tata nilai pada ruang terbesar jagat raya

    mengecil sampai elemen-elemen terkecil pada manusia dan arsitektur. Pada alam

    semesta (bhuwana agung) susunan tersebut tampak selaku bhur, bhuwah dan swah

    (tiga dunia/tri loka) bhur sebagai alam bawah adalah alam hewan atau butha

    Gambar 3.9 Berbagai Jenis Pepatraan

    di Bebaturan Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

    Gambar 3.8 Patung Naga

    Sebagai Pengapit Tangga

    di Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    19/28

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    20/28

    15

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Batasan Pembahasan Museum Semarajaya

    Berdasarkan tinjauan pustaka, terdapat beberapa elemen yang menjadi ciri

    khas arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Namun tidak semua elemen

    arsitektur tersebut terdapat pada bangunan Museum Semarajaya, sehingga

    diperlukan batasan-batasan pembahasan dari elemen arsitektur kolonial di objek

    pengamatan. Berikut merupakan tabel elemen-elemen yang terdapat pada

    bangunan Museum Semarajaya.Tabel Elemen Arsitektur Kolonial Belanda di Museum Semarajaya

    No. Elemen Arsitektur Kolonial BelandaDi Museum Semarajaya

    Ada Tidak Ada

    1. Fasade simetris v

    2. Material dari bata atau kayu tanpa pelapis v

    3. Entrance mempunyai dua daun pintu v

    4. Pintu masuk terletak di samping bangunan v

    5. Denah simetris v

    6. Jendela besar berbingkai kayu v

    7. Dormer v

    8. Gevel (gable)pada tampak bangunan v

    9. Tower v

    10. Windwijzer(penunjuk angin) v

    11. Nok acroterie (hiasan puncak atap) v

    12.Geveltoppen (hiasan kemuncak atap

    depan)v

    13. Balustrade v

    14. Ragam hias klasik pada tubuh bangunan v

    15. Cripedoma (trap-trap tangga naik) v

    16. Kolom-kolom berjajar (seperti gaya neo v

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    21/28

    16

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    clasic)

    17. Tympanum v

    Dari tabel di atas akan digunakan sebagai acuan dan batasan dalam

    pembahasan elemen arsitektur kolonial. Elemen yang dibahas adalah hanya

    elemen arsitektur kolonial yang ada di Museum Semarajaya sesuai dengan

    tabel.

    4.2 Elemen Arsitektur Kolonial Pada Museum Semarajaya

    Elemen arsitektur kolonial pada Museum Semarajaya di Kabupaten

    Klungkung dapat dilihat dari tampilan bangunan yang menggabungkan elemen

    arsitektur lokal dengan arsitektur Belanda yang melahirkan bangunan dengan

    arsitektur kolonial yang unik. Pengaruh kolonial terlihat pada elemen-elemen

    bangunan museum yang dapat diuraikan sebagai berikut.

    4.2.1 Fasade Simetris

    Museum Semarajaya ini memiliki fasade yang simetris, dengan bentuk

    persegi panjang dan serambi di bagian depan bangunan. Bangunan terletak di

    bagian Barat tapak dan menghadap ke arah Timur, dengan fasade yang

    memanjang. Dari sekilas dapat juga dilihat bangunan menggunakan konsep Tri

    Angga, dimana bangunan dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (atap), badan

    (dinding), dan kaki (batur).

    Gambar 4.1 Perspektif & Fasade Depan MuseumFoto: Adintya (2014)

    Tabel 4.1 Elemen Arsitektur Kolonial Belanda di Museum Semarajaya

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    22/28

    17

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    4.2.2 Entrance Mempunyai Dua Daun Pintu

    Entrance utama menuju museum menggunakan pintu dengan dua daun

    pintu. Namun pada bangunan ini hanya terdapat 1 ruangan yang menggunakan

    pintu dengan dua daun, sedangkan pintu lainnya tidak. Bentuk dari pintu tidak

    terdapat ornamen hias yang banyak, hanya terdapat lis dengan bentuk sederhana.

    Pintu ini menggunakan bukaan ke arah dalam bangunan.

    4.2.3 Jendela Besar Berbingkai Kayu

    Bentuk jendela persegi atau persegi panjang dengan material dari kayu

    dengan bukaan mengarah keluar. Bukaan jendela mencapai hampir 1800, hingga

    jendela sampai menyentuh dinding luar. Ciri khas ini juga menjadi ciri khas dari

    arsitektur di Jakarta/Betawi. Jendela tidak menggunakan material kaca, sehingga

    bila jendela di tutup maka ruangan di dalamnya akan menjadi gelap.

    Gambar 4.2 Pintu Ganda di Serambi Depan Museum

    Foto: Adintya (2014)

    Pintu ganda

    dengan 2 daun

    pintu, bukaan

    mengarah ke

    dalam.

    Gambar 4.3 Jendela Kayu di Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

    Jendela besar

    dengan material

    kayu

    Gambar 4.4 Jendela Kayu Persegi

    di Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

    Gambar 4.5 Jendela Kayu Persegi Panjangdi Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    23/28

    18

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    4.2.4Gevel (Gable)

    Gevel / Gable terletak pada bagian depan atau tampak bangunan, memiliki

    bentuk segitiga atau yang mengikuti bentuk dari atap bangunan itu sendiri. Bentuk

    gevel di museum ini menggunakan bentukpediment yaitu bentuk segitiga di

    tampak bangunan. Pada bangunan klasik biasanya menggunakan penutup atap

    dengan material beton, namun di bangunan musem ini tetap menggunakan

    genteng sebagai ciri khas bangunan tropis di Indonesia. Selain itu, pada

    gevel/gable ini juga terdapat overstacksepanjang 1 meter sehingga air hujan tidak

    langsung mengenai bagian depangevel.

    4.2.5 Balustrade

    Balustrade merupakan dinding sebagian yang berfungsi sebagai pengaman

    dan estetika di bagian tangga dan depan serambi. Balustrade di Museum

    Semarajaya hanya terdapat di bagian sisi kiri dan kanan tangga serta bagian depan

    serambi, sedangkan pada bagian samping serambi serta koridor tidak terdapat

    balustrade.

    Gambar 4.6 Geveldi Fasade Depan Museum Semarajaya

    Foto: Adintya (2014)

    Gevel / Gable

    di bagian atap

    (fasade depan)

    Overstackatap

    di bagian

    depan Gevel

    Gambar 4.7Balustrade di Bagian Batur Museum SemarajayaFoto: Adintya (2014)

    Balustrade di

    bagian depanserambi

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    24/28

    19

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    4.2.6 Denah Simetris

    Dari gambar denah di atas, terlihat adanya pengulangan denah

    dalam bangunan. Zona denah pertama melintang dari utara ke selatan, dengan

    sebuah serambi di tengahnya. Begitu pula dengan zona denah kedua identiknamun dengan arah yang berbeda yaitu membujur ke arah timur-barat. Denah

    terlihat simetris dengan adanya serambi dan deretan kolom disepanjang koridor

    bangunan. Terlihat pada denah, koridor memegang peranan penting, karena setiap

    ruangan museum dihubungkan dengan koridor/selasar tersebut. Selain itu, koridor

    juga menghubungkan antara museum dengan kantor yang ada dibelakangnya.

    Gambar 4.8 Ilustrasi Denah Museum SemarajayaSumber: Adintya (2014)

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    25/28

    20

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    4.2.7Cripedoma

    Cripedoma atau trap tangga naik menuju bangunan ini terletak di depan

    serambi. Tangga naik menghubungkan halaman / natah dengan bangunan

    Museum. Ketinggian lantai dari natah 1 meter dan terdapat dua tangga akses

    untuk menuju ke dalam museum yang terletak di bagian Utara dan Timur, serta

    satu tangga lainnya di bagian selatan (bagian kantor).

    4.2.8 Kolom-Kolom Berjajar

    Bangunan Museum Semarajaya menggunakan deretan kolom dengan

    dimensi 30 cm dan jarak antar kolom sekitar 250 cm (jarak kolom di serambi

    500 cm). Kolom ditata berjajar sepanjang selasar, dengan jumlah kolom yang

    terlihat sebanyak 23 buah (hanya kolom di bagian Utara & Timur). Dari segi

    bentuk dan ornamen yang digunakan adalah ornamen bernuansa Bali.

    Gambar 4.9 Cripedoma di Fasade Depan Museum

    Foto: Adintya (2014)

    Gambar 4.10 Deretan Kolom di Selasar Depan Museum Semarajaya

    Sumber: Adintya (2014)

    Kolom-kolom

    berjajar sepanjang

    koridor/selasar

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    26/28

    21

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    4.3 Peran & Pengaruh Arsitektur Kolonial di Museum Semarajaya

    Gaya arsitektur kolonial di Indonesia seolah lekat dengan perjalanan

    panjang negeri ini dalam bingkai pembangunan menuju kemerdekaan. Bangunan-

    bangunan bergaya kolonial banyak tersebar diberbagai kota di tanah air sebagai

    dampak dari pengaruh kolonialisme. Ditinjau dari objek yaitu Museum

    Semarajaya di Kabupaten Klungkung, dapat diuraikan peran serta pengaruh

    arsitektur kolonial terhadap museum ini, sebagai berikut.

    A. Tipologi Baru

    Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur

    yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur

    Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur

    di nusantara. Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin

    dominan dan permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan

    tipologi bangunan-bangunan baru. Semangat modernisasi dan globalisasi

    (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19) memperkenalkan bangunan modern

    seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit, sekolah atau fasilitas

    militer.

    Dilihat dari segi arsitektur tradisional Bali, tentu tidak ditemukan tipologi

    bangunan sekolah (dahulunya Museum Semarajaya adalah sekolah) ataupun

    tipologi bangunan museum. Hal ini bertanda bahwa arsitektur kolonial berperan

    penting terhadap berkembangnya tipologi-tipologi bangunan baru seperti saat ini.

    B. Perkembangan & Kombinasi Arsitektur

    Adanya kolonialisme juga mempengaruhi perkembangan arsitektur di

    Indonesia. Perkembangan baik dari segi jenis, material, langgam/gaya, serta

    perkawinan/ kombinasi arsitektur. Hal ini dapat dilihat dari objek MuseumSemarajaya dimana terdapat perbedaan dari jenis bangunan, material yang

    digunakan, serta langgam/ gaya bangunan yang timbul lain daripada bangunan

    disekitarnya. Kombinasi dari arsitektur eropa dan lokal Bali ini menghasilkan

    bangunan dengan langgam kolonial khas Bali.

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    27/28

    22

    Arsitektur Indonesia | Jurusan Arsitektur | Fakultas Teknik | Universitas Udayana

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Arsitektur kolonial Belanda berperan dan memberi pengaruh terhadap

    perkembangan desain arsitektur di Indonesia. Masuknya Belanda ke Indonesia

    memberi perubahan pada tampilan arsitektur tradisional di Indonesia. Bangunan-

    bangunan yang muncul dengan perkawinan arsitektur modern dari Belanda

    dengan arsitektur khas tropis di Nusantara menyebabkan lahirnya bangunan

    dengan gaya kolonial yang unik.Secara khusus, pada bangunan Museum Semarajaya di Klungkung

    muncul sebagai salah satu hasil pencampuran tampilan arsitektur Belanda dengan

    arsitektur lokal (Bali). Ciri khas kolonial ini dapat dilihat dari tampilan fasade

    bangunannya yang simetris, denah simetris, tampilan pintu & jendelanya, gevel,

    balustrade, kolom yang berderet dan lain sebagainya.

    4.2 Saran

    Sisi positif dari arsitektur kolonial di Indonesia dapat dipergunakan

    sebagai pelajaran. Arsitektur kolonial timbul karena adaptasi dan penyesuaian

    nilai arsitektur luar dengan arsitektur lokal dengan penyesuaian elemen-elemen

    pembentuknya. Diharapkan kajian mengenai bangunan kolonial Museum

    Semarajaya ini mampu menjadi acuan terhadap perkembangan bentuk arsitektur

    kolonial yang berlandaskan kebudayaan lokal dan iklim tropis, sehingga

    diharapkan bentuk-bentuk arsitektur mampu dijadikan cerminan pada bangunan

    kolonial di Indonesia serta mampu dijadikan titik awal mengenai karakteristik,

    peran serta pengaruh arsitektur kolonial dalam rangka menambah pengetahuan

    mengenai pelestarian bangunan bersejarah di Indonesia serta menganalisis

    bangunan sebagai cagar budaya dan kekayaan bangsa Indonesia

  • 7/22/2019 Museum Semarajaya Klungkung

    28/28

    23

    DAFTAR PUSATAKA

    Arsitektur Kolonial. http://www.nuharifiandi.blogspot.com. Diakses tanggal

    15 April 2014

    Indra, Bunga.2011. Tipologi Fasade bangunan Kolonial di Koridor Jalan Letnan

    Jenderal Soeprapto Kota Semarang. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik

    Universitas Brawijaya: Malang

    Museum Semarajaya. http://maps.google.co.id. Diakses tanggal 15 April 2014.

    Museum Semarajaya. http://www.klungkungkab.go.id. Diakses tanggal 15

    April 2014.

    Museum Semarajaya. http://www.wisatadewata.com. Diakses tanggal 15 April

    2014.

    Samsudi.2000.Aspek-aspek Arsitektur Kolonial Belanda pada Bangunan Puri

    Mangkunegaran. Program Pasca Sarjana Magister Teknik Arsitektur

    Universitas Diponegoro: Semarang.

    Satiti, Lintang. 2010. Tata Ruang Dalam Rumah Peninggalan Masa Kolonial di

    Temenggungan Kota Malang. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik

    Universitas Brawijaya: Malang

    Sumalio, Yulianto.1995.Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia.Gadjah Mada

    University Press.

    Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Kamus Besar Bahasa

    Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai

    Pustaka

top related