bindo cerpen

Upload: farah

Post on 08-Jul-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 bindo cerpen

    1/3

    Lelaki yang baik, untuk wanita yang baik 

    Tak sanggup aku menghentikan bayang-bayang Iman dan Ikhsan, siapa mereka? Ku putuskan

    untuk memberitahu Wardah, sahabatku. Siapa tahu ia mempunyai solusi untuk memecahkan

    masalahku ini. Ku elaskan semuanya dari awal sampai keadian yang baru saa ku alami tadi,

    dan alangkah terkeutnya aku karena Sinta malah menertawaiku.

    !"h# $ahaha adi selama ini kamu gak tahu? Ikhsan yang sering kami bicarakan itu memiliki

    saudara kembar. Ikhsan dan Iman ya itu kembar, mengenalinya mudah Ikhsan mengenakan

    kacamata, ya Iman tidak. %a ampun &ahra makannya adi orang angan tertutup banget sih, peka

    dong peka hahaha.' Wardah menggodaku.

    !(stagh)irullah. Kamu serius? (pa kembaran Ikhsan kuliah di tempat ini uga? Lantas

     bagaimana dia bisa tahu namaku? *ahkan kami tinggal di komplek yang sama? (aah ini

    membingungkan, Wardah bantu aku.'

    !Tenang-tenang aku akan membantu semampuku, adi coba ceritakan kembali kamu ini sukanyasama yang mana, Irman atau Ir)an? +ie &ahra atuh cinta.' Wardah kembali menggodaku.

    !$ahaha kamu ih.' Seketika ku cubit pipi chubby Wardah.

    !$mm# gini loh# adi# hmmm#'

    !Iiih kamu cerita aa sih, pake malu-malu gitu. +ie &ahra.' Lagi-lagi Wardah menggodaku.

    !Wardah angan menggodaku seperti itu, aku adi malu.'

    !Iya iya# tidak, tidak lagi aku menggodamu. *aiklah, serius, ceritakan padaku bagaimana

     perasaanmu setelah mengetahui tentang Ikhsan dan saudara kembarnya? Insya (llah aku akan

    menaga amanah, dan akan menadi pendengar yang baik. Tapi seperti biasa, sebelum kita

     bercerita kita harus lakukan kebiasaan kita dulu, apa kebiasaan kitaaa?' secara bersamaan aku

    dan Wardah memeamkan mata dan menarik na)as sedalam-dalamnya agar kami menadi tenang.

    Wardah memang sahabat yang selalu ada di sampingku dan aku pun selalu berusaha berlaku

    sama kepada dia.

    Ku ceritakan padanya bagaimana perasaanku pada Ikhsan dan pada Iman.

    !#ika aku bertemu Iman, aku tak pernah merasakan hal aneh apapun di hatiku walau aku sudah

    lebih banyak mengenal Iman yang ku kira adalah Ikhsan. Lain halnya dengan Ikhsan, lelaki

     berkacamata bergaris hitam, lelaki yang terkenal utek terhadap orang lain namun tidak

    terhadapku. *egitu ramah kepadaku. Lelaki yang selalu tersenyum ika ku beralan di depannya,

    tersenyum ika ku membaca noel di dekatnya, dan semua tentang lelaki itu. Setiap kali aku

     bertemu dengannya ada rasa tak menentu di hatiku. /asa yang terus menguasai diriku. /asa yang

    selalu ku muna)ikkan. /asa yang selalu ingin ku lupakan, ku buang auh, namun# kamu benar

    Wardah sepertinya aku atuh cinta. (ku mencintainya. Iya aku mencintainya. Ikhsan 0riananto.'

    Tanpa ku sadari butir airmata telah membasahi pipiku. *utir-butir cinta untuknya. Wardah pasti

    tahu betul bagaimana perasaan ku saat ini. %a tahu bagaimana rasanya atuh cinta, seperti saat

     pertama pada suaminya. Wardah sudah menikah, dengan aktiis kampus dalam satu diisi

    organisasi dengannya.

  • 8/19/2019 bindo cerpen

    2/3

    Wardah mengusap air mataku, lembut, dengan tangannya. Ketenangan menyelimuti diriku.

    Wardah memelukku, erat sangat erat. Ku menangis di pelukkannya. 1ntah tangisan ini tangisan

     bahagia atau bahkan tagisan kekecewaan. %ang ku ingin hanya tetap menangis di pelukkan

    sahabatku ini.

    !*agaimana perasaanmu sekarang? ika memang Ikhsan odohmu, Insya (llah kalian akan

     bersatu, indah dalam bingkai pernikahan, cinta yang halal. 0ercayalah, lelaki yang baik untuk

    wanita yang baik. 0antaskan dirimu untuknya &ahra.' 2an Wardah pun memelukku, lagi.

    !3khti.' Suara itu melepaskan dekapan Wardah untukku. Ku seka airmataku, ku coba untuk

    mengangkat waahku. Ternyata, Ikhsan. Seak kapan ia berada di sini? (pa ia mendengar

     pembicaraan ku dengan Wardah? (pa yang harus aku katakan padanya? 1ntahlah pertanyaan-

     pertanyaan ini terus berputar di otakku.

    !4aa) tidak ada maksud untuk mendengar pembicaraan ukhti &ahra dan Wardah. 4aa)kan ika

    sikap saya telah membuat ukhti &ahra menadi tidak nyaman. 5amun yang ingin saya katakan,

    saya ingin bertemu dengan ukhti besok di tempat ini. 4asalah waktu saya serahkan kepada ukhti

    untuk mengaturnya dengan adwal ukhti, karena Insya (llah besok saya tidak ada adwal kuliah, adi kapanpun ukhti &ahra bisa, saya akan secepatnya datang. Insya (llah.' Seru Ikhsan yang

     berhasil menggetarkan hatiku.

    !*aiklah, besok ba6da ashar saya tunggu akhi di tempat ini. Tetapi i7inkan saya datang bersama

    ukhti Wardah, dan akhi bersama pendamping akhi, siapapun itu.' awabku.

    !Insya (llah ukhti saya akan datang bersama Iman, saudara kembar saya. *aiklah terima kasih

    ukhti. (ssalamu6alaikum.'

    !Wa6alaikumsalam.' awabku secara bersamaan dengan Wardah. Ir)an meninggalkan kami

     berdua.

    Langit menurunkan airnya sore ini. Keberkahan mengguyuri bumi.

    *a6da ashar aku telah menunggunya bersama Wardah. 2i tempat yang ia anikan. 4ulutku terus

     berd7ikir menyebut asma-5ya. Tanganku dingin. Waahku pucat. Wardah tahu betul apa yang ku

    rasakan, gerogi yang berlebihan. 5amun ia maklumi itu, ia hanya tertawa melihat tingkahku.

    %ang dinantipun akhirnya tiba uga. 4engenakan kemea hiau, warna kegemaranku. *eralan

     beiringan dengan Iman, terlihat elas bagai pinang dibelah dua. Kacamata bergaris hitamlah

     pembedanya.

    !(ssalamu6alaikum, ukhti.' Ia menyapa kami.

    !Wa6alaikumsalam.' awabku dan Wardah.

    !Terima kasih ukhti atas waktunya. Seuurnya saya sangat bingung bagaimana cara

    mengutarakan ini kepadamu. 5amun atas i7in (llah saya beranikan diri untuk mengutarakan

    maksud dan isi hati saya kepada ukhti.'

    $atiku semakin bergetar, tak tahu lagi seberapa hebat getaran ini. 4ulutku terus mengucapkan

    asma-5ya. Tangan Wardah terus menggenggamku erat.

    !3khti. /asa di hati saya terus mengacu pada ukhti &ahra, selalu, setiap harinya selalu tumbuh.

    Saya takut ika rasa ini terlalu lama tersimpan akan membawa hal negatie dalam hidup saya dan

    kehidupan ukhti. *etapa bahagianya saya semenak kemarin saya tahu ukhti mempunyai rasa

  • 8/19/2019 bindo cerpen

    3/3