-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
1/43
ANATOMI DAN HISTOLOGI ORGAN REPRODUKSIMUNCAK JANTAN
Abst rak
Informasi dasar mengenai aspek anatomi dan histologi organ reproduksimuncak (Muntiacus muntjak muntjak)hingga saat ini belum pernah dilaporkan.Data morfologi, morfometri, struktur histologi, dan histomorfometri organreproduksi muncak yang diperoleh pada penelitian ini dapat menjelaskan fungsisetiap organ pada saat berlangsungnya aktivitas reproduksi selama periodepertumbuhan ranggah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggaliinformasi mengenai karakteristik anatomi dan histologi organ reproduksi muncakjantan pada periode ranggah keras. Seekor muncak jantan dewasa yang diberikode #1, berumur 4-5 tahun dengan bobot badan 19 kg terlebih dahulu di-exanguinasi untuk memperoleh organ reproduksi yang meliputi testis, duktusepididimidis, duktus deferens, kelenjar asesoris kelamin, dan penis yang diamatisecara makroskopis dan mikroskopis. Hasil pengamatan menunjukkan bahwaorgan reproduksi muncak jantan memiliki sepasang testis yang relatif kecil
dengan lingkar testis berikut skrotum 15.98 cm, dan bobot 18.82 g. Karakteristiklainnya adalah kelenjar prostat tidak teramati secara makroskopis, kelenjarbulbouretralis berukuran besar, serta penis berukuran relatif panjang membentukfleksura sigmoidea dan glans penis berukuran kecil dengan bagian dorsal yangcembung. Panjang penis tanpa preputium adalah 23.37 cm, sedangkan panjangprosesus uretralisnya hanya 0.22 cm. Secara histologi, struktur pars diseminataprostat ditemukan disekeliling uretra pars pelvina. Tebal lapis epitel kaput,korpus dan kauda epididimidis berturut-turut adalah 62.21 4.21 m, 49.53 3.01 m, dan 16.30 2.27 m. Perbedaan ketebalan lapis epitel tersebutberhubungan dengan fungsi penyerapan, pematangan dan penyimpananspermatozoa. Tipe kelenjar tubuloalveolar ditemukan pada ampula, kelenjarvesikularis dan pars diseminata prostat, sedangkan tipe kelenjar tubularditemukan pada kelenjar bulbouretralis. Dapat disimpulkan bahwa secara umum
morfologi organ reproduksimuncak jantan mirip dengan ruminansia kecil lainnyaseperti kambing dan domba, serta rusa timor dan pampas deer pada perioderanggah keras, namun morfometrinya berbeda.
Kata kunci: anatomi dan histologi, organ reproduksi jantan, muncak
Abst ract
Information concerning the aspect of anatomy and histology ofreproductive organ in adult male muntjak (Muntiacus muntjak muntjak) are
important to be understood where those information are not reported yet. Data ofmorphology, morphometry, histology, and histomorfometri of each organsubsequently can explain their function in relationship to the reproductiveactivities during of antler growth period. Therefore, the objective of this study wasto investigate the characteristic of anatomy and histology of reproductive organsin male muntjak during hard antler period. An adult male muntjak (#1), aged 4-5years old and 19 kg of bodyweight was used in this study. After exanguinationprocedure, all of reproductive organs that consist of testis, ductus epididymidis,ductus deferen, accessory sex glands, and penis were observed macroscopically
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
2/43
30
and microscopically. The result showed that muntjak had small testis with scrotalcircumference and it weight were 15.98 cm and 18.82 g Other characteristicswere unappeared of prostate gland macroscopically, conspicuous ofbulbourethral gland, and long penis with sigmoid flexure and small gland peniswith convex shape in it dorsal region. The length of penis included of urethralprocessus were 23.37 cm and 0.22 cm. Histologicaly, pars disseminate prostategland was observed around of urethra pelvina. Aditionally, the thickness ofepithelial lining of caput, corpus, and cauda epididymidis were 62.21 4.21 m,49.53 3.01 m, and 16.30 2.27 m respectivelly. The differentiation ofepithelial thickness correlated to their function in fluid absorption, maturation andsperm storage. In addition tubuloalveolar glands were found in the ampullae,vesicular gland, and also in pars disseminate prostate gland, whereas tubularglands were found in bulbourthral gland. In conclusion, the morphology ofreproductive organs of adult male muntjak in hard antler period are somewhatsimilar to the other small ruminants, e.g. goat and ram, and also other cervids,e.g. timor deer and pampas deer during hard antler period but it differed inmorphometry.
Keywords: anatomy and histology, male reproductive organs, muntjak
Pendahuluan
Organ reproduksi jantan mamalia terdiri atas testis, duktus epididimidis,
duktus deferens, kelenjar asesoris kelamin: ampula, kelenjar vesikularis, prostat
dan bulbouretralis, serta penis. Testis memiliki fungsi gametogenesis dan
steroidogenesis. Fungsi gametogenesis dikenal dengan spermatogenesis,
bertujuan untuk menghasilkan spermatozoa, sedangkan fungsi steroidogenesis
bertujuan untuk mensintesis hormon steroid jantan yaitu testosteron
(Weinbauer et al. 2010). Spermatozoa yang berada di lumen tubuli seminiferi
testis ditransfer oleh rete testis ke duktus eferen, dan selanjutnya memasuki
kaput, korpus dan kauda epididimidis. Ketiga bagian duktus epididimidis memiliki
fungsi spesifik dalam proses pematangan dan penyimpanan spermatozoa
sebelum disalurkan melalui duktus deferens menuju ampula dan uretra (Wrobel
dan Bregmann 2006). Sebelum diejakulasikan melewati uretra, spermatozoa
terlebih dahulu bergabung dengan plasma semen yang dihasilkan oleh kelenjar
asesoris. Sebagai organ kopulasi, penis berfungsi sebagai organ untuk
menyalurkan semen ke saluran reproduksi betina (Senger 2005).
Kelenjar asesoris meliputi ampula, kelenjar vesikularis, kelenjar prostat dan
kelenjar bulbouretralis (Colville dan Bassert 2002). Keberadaan kelenjar asesoris
tersebut adalah spesies spesifik. Tidak semua spesies memiliki keempat kelenjar
tersebut, demikian pula dengan morfologi kelenjar yang juga berbeda.
Perbedaan morfologi dan morfometri juga diperlihatkan oleh penis. Pada
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
3/43
31
umumnya, penis ruminansia termasuk Cervidae bertipe fibroelastik dengan
fleksura sigmoidea di bagian korpus penis. Namun pada mamalia lainnya seperti
kuda, memiliki penis bertipe muskulo-kavernosus. Variasi morfologi organ
reproduksi jantan secara makroskopis tersebut tentu saja diikuti dengan adanya
variasi secara mikroskopis.
Cervidae jantan dengan pola reproduksi musiman (seasonal),
memperlihatkan perubahan morfologi dan morfometri pada organ reproduksinya,
baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Perubahan tersebut dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti intensitas pencahayaan (photoperiod) dan
ketersediaan pakan di alam. Akibatnya pada periode tertentu, aktivitas
reproduksi Cervidae berhenti secara temporer bersamaan dengan turunnya
konsentrasi testosteron di sirkulasi darah. Kondisi tersebut berkorelasi erat
dengan morfometri dan morfofungsi organ reproduksinya, seperti yangdilaporkan pada red deer, Cervus elaphus (Lincoln 1985); fallow deer, Dama
dama (Asher and Peterson 1991); roe deer, Capreolus capreolus (Sempere
1990), korean water deer, Hydropotes inermis argyropus (Shon dan
Kimura 2012). Namun demikian, seberapa besar pengaruh lingkungan terhadap
perubahan morfometri dan morfofungsi organ reproduksi pada muncak jantan
belum dilaporkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari anatomi dan histologi
organ reproduksi muncak jantan mulai dari testis, duktus epididimidis, duktus
deferens, kelenjar asesoris kelamin, dan penis. Adapun kegiatan yang dilakukan
pada penelitian ini meliputi: 1) pengamatan morfologi dan morfometri organ
reproduksi muncak jantan secara makroskopis, dan 2) pengamatan histologi dan
histomorfometri organ reproduksi muncak jantan secara mikroskopis. Data
anatomi dan histologi organ reproduksi muncak yang diperoleh pada penelitian
ini selanjutnya dikomparasikan dengan data organ reproduksi ruminansia kecil
lainnya seperti domba, serta beberapa spesies Cervidae seperti rusa timor,
kancil, pampas deer, dan reeves muntjak. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk memberikan informasi dasar mengenai anatomi dan struktur histologi
organ reproduksi muncak jantan yang dapat digunakan sebagai data pendukung
pada penelitian berikutnya.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
4/43
32
Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Anatomi, Bagian
Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan
Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini
dimulai dari bulan Januari sampai Desember 2009.
Hewan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan seekor muncak jantan dewasa normal
dengan kode #1 dan telah memiliki ranggah keras, berumur antara 4-5 tahun
dengan berat badan 19 kg. Muncak tersebut secara klinis dinyatakan sehat dan
telah memperlihatkan aktivitas reproduksi. Muncak diperoleh dari Kabupaten
Cilacap, Jawa Tengah, dengan ijin tangkap berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK. 23/Menhut-II/2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi: anastetikum xylazin HCl 2% (Seton)
dan ketamin HCl 10% (Ketamil), NaCl fisiologis, paraformaldehid 4%, alkohol
dengan konsentrasi bertingkat (70, 80, 90, 95% dan absolut), silol, parafin,
akuades, pewarna hematoksilin-eosin (HE) dan bahan perekat Entelan.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah: spuit ukuran 5 ml, scalpel,
kateter, arteri klem, pinset, gunting, wadah penyimpan jaringan, tissue cassette,
micro calliper digital(mm), pita ukur (cm), cawan petri, gelas objek dan penutup,
inkubator 37OC, inkubator parafin, blok kayu, bunsen, mikrotom, penangas air,
hot plate, termometer, mikroskop (Olympus CH30, Japan) dan kamera digital
(Sony Cyber-shot DSC-W30 dan Canon Power Shot A540).
Metode Penelitian
Orientasi eksternal testis dan epididimis yang masih terbungkus skrotum
diamati sebelum muncak di-exanguinasi. Pengamatan dilakukan saat muncak
berada pada posisi berdiri sehingga testis dan skrotum terlihat jelas dan
selanjutnya didokumentasikan. Hasil pemotretan dibandingkan dengan orientasi
testis dan epididimis pada beberapa ruminansia dan mamalia lainnya.
Data anatomi dan morfometri organ reproduksi muncak jantan secara
makroskopis dan mikroskopis diperoleh setelah muncak di-exanguinasi. Muncak
terlebih dahulu dianastesi dengan kombinasi anastetikum xylazin HCl dan
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
5/43
33
ketamin HCl dengan dosis masing-masing 1 mg/kg berat badan. Prosedur
exanguinasi dilakukan dengan cara mengeluarkan darah dari arteri Carotis
communisdan diperfusi dengan mengalirkan larutan paraformaldehid 4% melalui
arteri yang sama. Pengambilan organ reproduksi jantan dilakukan secara
laparotomi medianus di daerah inguinal.
Morfologi dan morfometri organ reproduks i muncak
Organ reproduksi muncak jantan yang digunakan pada tahap ini
merupakan organ yang telah difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4%.
Parameter pengamatan terhadap morfologi dan morfometri secara makroskopis,
meliputi ukuran panjang, lebar, dan berat setiap bagian organ reproduksi, yaitu
testis berikut duktus epididimidis, duktus deferens, kelenjar asesoris kelamin, dan
penis. Organ reproduksi dipreparir untuk memisahkan testis dan duktus
epididimidis dari skrotum, hingga seluruh bagian duktus deferens, ampula,
kelenjar asesoris kelamin (kelenjar vesikularis, kelenjar bulbouretralis), dan penis
dipisahkan dari tubuh. Selanjutnya dilakukan pengukuran organ reproduksi
muncak jantan yang meliputi panjang, lebar dan ketebalan. Penimbangan organ
reproduksi dilakukan setelah masing-masing bagian organ reproduksi
dipisahkan, sehingga diperoleh testis berikut duktus epididimidis, duktus
deferens, kelenjar asesoris kelamin (ampula, kelenjar vesikularis dan kelenjar
bulbouretralis) dan penis. Prosedur pengukuran organ reproduksi diuraikan
sebagai berikut:Skrotum
Lingkar skrotum berikut testis diukur dengan cara melingkarkan pita ukur
pada lingkaran terbesar dari skrotum.
Testis
Pengukuran dilakukan setelah testis dipisahkan dari skrotum. Panjang
testis diukur dengan cara menempatkan pita ukur dari ekstremitas kapitata ke
ekstremitas kaudata. Diameter testis diukur pada bagian terbesar dari testis,
yaitu dari margo epididimalis ke margo liber testis. Bobot testis beserta
epididimidis ditimbang dengan meletakkan testis dexter et sinister beserta
epididimis dalam cawan petri yang telah diletakkan di atas timbangan digital
bersatuan gram (g).
Duktus epididimidis
Pengukuran dilakukan terhadap kaput, korpus, dan kauda epididimidis
yang masih melekat pada testis. Panjang kaput diukur menggunakan benang
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
6/43
34
pada bagian proksimal ekstremitas kapitata (awal kaput) hingga bagian
menyempit yang berbatasan dengan korpus epididimidis; panjang korpus diukur
dari bagian distal kaput epididimidis hingga bagian distal ekstremitas kaudata,
sedangkan panjang kauda diukur dari distal ekstremitas kaudata sampai ujung
distal kauda epididimidis. Lebar kaput, korpus, dan kauda epididimidis juga
diukur pada masing-masing bagian terlebar menggunakan mikrokaliper.
Kelenjar asesoris kelamin
Panjang ampula dexter et sinister diukur mulai dari pembesaran duktus
deferens hingga bagian kaudal yang berbatasan dengan kelenjar vesikularis.
Panjang kelenjar vesikularis dexter et sinisterdiukur dari bagian kauda ampula
sampai ujung kranial kelenjar vesikularis. Kelenjar bulbouretralis diukur dari
kranial ke kaudal kelenjar tersebut yang berada di proksimal muskulus
bulbospongiosus. Pengukuran bobot sepasang ampula, kelenjar vesikularis, dankelenjar bulbouretralis ditimbang dengan menempatkan masing-masing kelenjar
di atas cawan petri yang diletakkan di atas timbangan digital.
Penis
Pengukuran panjang total penis dimulai dari radiks penis hingga ke ujung
bebas penis. Pengukuran panjang juga dilakukan pada bagian-bagian penis
seperti glans penis dan prosesus uretralis. Diameter penis diukur pada bagian
yang terbesar dari penis. Pengukuran diameter juga dilakukan pada glans penis
dan prosesus uretralis.
Histologi organ reproduksi muncak
Pengamatan struktur histologi organ reproduksi muncak dilakukan secara
mikroskopis terhadap jaringan testis, kelenjar asesoris kelamin dan penis.
Jaringan testis dan duktus epididimidis yang masih menempel dengan testis
dipotong menjadi beberapa bagian kecil berukuran 0.5 cm2. Untuk kelenjar
asesoris, sampel yang diambil mengikuti besar kecilnya organ tersebut yang
disayat secara transversal. Sampel penis diambil pada bagian korpus penis.
Untuk mengetahui posisi kelenjar prostat diambil jaringan pada bagian uretra
pars pelvina antara ujung kaudal testis dan kranial kelenjar bulbouretralis. Proses
pembuatan preparat histologi (Kiernan 1990) meliputi tahapan sebagai berikut:
fiksasi jaringan dengan larutan paraformaldehid 4%
perendaman dalam larutan alkohol 70% sebagai stopping point
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
7/43
35
dehidrasi jaringan dalam larutan alkohol konsentrasi bertingkat (70%,
80%, 90%, 95% dan absolut) dan clearingatau penjernihan dalam larutan
silol dengan tiga kali ulangan
infiltrasi di dalam parafin cair dengan tiga kali ulangan, dilanjutkan dengan
penanaman jaringan (embedding)dalam parafin
pembuatan blok parafin, sectioning dan pewarnaan dengan pewarna HE.
Pengamatan mikroskopis meliputi struktur histologi umum jaringan testis
dan duktus epididimidis bagian kaput, korpus dan kauda epididimidis; duktus
deferens; kelenjar asesoris kelamin: ampula, kelenjar vesikularis; bagian uretra
pars pelvina untuk mengetahui posisi pars diseminata prostat, dan kelenjar
bulbouretralis; serta organ kopulatoris (penis). Pengukuran dilakukan untuk
mendapatkan data histomorfometri testis dan duktus epididimidis. Parameterhistomorfometri testis meliputi: lebar tubuli seminiferi dan lumen, serta ketebalan
lapisan sel epitel germinal (diukur dari membran basal sampai adluminal tubuli
seminiferi testis). Parameter pengukuran duktus epididimis meliputi: lebar duktus
dan lumen, serta ketebalan lapisan epitel tanpa stereosilia pada kaput, korpus
dan kauda epididimidis (Arrighi et al. 2010).
Pengamatan dan pengukuran histomorfometri tubuli seminiferi dan ketiga
bagian duktus epididimis dilakukan terhadap potongan transversal dari 30 tubuli
seminiferi testis, dan dari 10 duktus epididimidis pada masing-masing bagian
(kaput, korpus dan kauda). Pengamatan dan pengukuran menggunakan
mikroskop cahaya serta skala mikrometer dengan perbesaran lensa objektif
10 kali. Seluruh parameter diukur menggunakan program Image J (Mc Master
Biophotonic Facility).
Analisis Data
Analisis data anatomi makroskopis dan mikroskopis organ reproduksi
muncak jantan dilakukan secara deskriptif, sedangkan data morfometri dan
histomorfometri organ reproduksi ditabulasikan dalam bentuk rataan
simpangan baku (SB).
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
8/43
36
Gambar 10 Bagan alir disain penelitian I: anatomi dan histologi organ reproduksi muncakjantan.
Muncak Jantan#1
Exanguinasi
Anatomi Makroskopis
Anatomi Mikroskopis
Pengamatan orientasieksternal testis dan duktus
epididimidis
Organ Reproduksi JantanTestis dan skrotum, saluran reproduksi,
kelenjar asesoris kelamin dan penis
Pengukuran: panjang, lebar /diameter, lingkar, dan bobot
Struktur histologiPewarnaan HE
Data
Pengamatan danPemotretan
Pengamatan dan pemotretan
Data
Preparat histologi (3-4 m)
Pengamatan dan pemotretan
Data
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
9/43
Orientasi E
Seca
pubis dan
Pada posis
dorso-ventr
Kauda epidi
korpus epid
skrotum ad
periode per
estis keny
(RV). Perb
(Handarini
pada rumin
dengan kud
skrotum te
(Toelihere 1
Gambar 11
Morfologi d
Organ
estis dexte
deferens, d
esikularis,
(Gambar 12
ksternal Te
ra makrosk
erada di a
i berdiri, o
d (Gamba
dimidis dex
idimidis tida
alah simetri
umbuhan r
l, dan sedi
edaan ko
006). Orie
ansia lain
a, babi, anji
letak di k
981).
Orientasi ekdorso-ventra(2), kauda e
an Morfom
reproduksi
et sinister;
n uretra, 3)
dan kelenj
). Testis ter
Hasil d
stis dan Sk
pis, testis
tara paha
rientasi eks
11), tera
er et sinist
k dapat dia
s dengan
nggahnya.
kit lunak p
sistensi te
tasi ekster
ya, seperti
ng, dan kuci
udal paha
ternal testisd. Sketsa mididimidis de
etri Organ
muncak j
2) saluran r
kelenjar-ke
r bulboure
bungkus ku
an Pemba
rotum
dan skrotu
bagian me
ternal orga
ati pada b
ryang berb
mati. Posis
onsistensi
Pada perio
da periode
rsebut jug
al testis da
sapi, dom
ing. Pada k
dan kaud
muncak. Tesmperlihatka
xter(3). Skal
Reproduks
ntan terdiri
eproduksi
lenjar ases
tralis, serta
lit skrotum
hasan
muncak
dial dengan
n tersebut
agian ventr
entuk bulat,
i testis dext
ang berva
e ranggah
casting (
a dilapork
n skrotum
a dan kam
empat spe
o-ventral d
tis mengganposisi testis
a: 1 cm.
i Muncak J
atas 1) s
eliputi dukt
ris kelamin
4) organ
an berada
erletak di
bentuk bul
menggantu
l testis da
sedangkan
er et sinist
iasi bergan
keras (RK)
) dan rang
n pada r
uncak ter
bing, namu
ies terakhir
ari arcus
ung secarasinister(1),
ntan
pasang go
s epididimi
yaitu ampu
opulatoris
i luar ruan
37
aerah pre
at lonjong.
ng secara
n skrotum.
kaput dan
rdi dalam
tung pada
onsistensi
gah velvet
usa timor
ebut mirip
n berbeda
, testis dan
ischiadicus
ertikal atauestis dexter
nad, yaitu:
dis, duktus
la, kelenjar
atau penis
abdomen
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
10/43
38
serta
media
defere
buluh
funiku
secar
sedan
denga
itu, dit
ventra
organ
pamp(Fran
kecil
Morfo
komp
disajik
Gamb
menggantu
l testis dext
ns. Pada
darah (arte
lus sperma
makrosko
gkan kelen
n fleksura
emukan mu
l dari kelenj
Secara um
reproduksi
s deerson et al.
ibandingka
etri organ
ratif organ
an Tabel 3.
r 12 Anatokorpusduktussigmoiglanskelenja
ng secara
er et siniste
agian pro
i dan vena)
ikus. Kelen
is, terdiri a
ar prostat
igmoidea y
skulus retra
ar bulbouret
m, morfolo
ruminansia
(Ungerfeld2009). Mor
domba da
reproduksi
reproduksi j
i organ reprepididimidis
deferens (6),ea (9), korpenis (13),
r vesikularis (
vertikal de
r,berjalan d
simal testi
, serta syar
jar asesori
as ampula,
idak teram
ng jelas di
ktor penis d
ralis.
gi organ re
jantan lai
et al.fometri org
n rusa timo
muncak dit
ntan antar
duksi munc(3), kaputmuskulus re
us penis (10retra pars
16), ampula
ngan posis
uktus epidi
, duktus d
f di bagian
kelamin
kelenjar ve
ati. Penis
amati pada
an muskulu
produksi
nya sepert
2008),n reprodu
, tetapi lebi
mpilkan pa
muncak, d
k jantan. Kpididimidistraktor penis), preputiumpelvina (14)(17), vesika
i dorso-ve
imidis dan
eferens be
proksimal t
uncak yan
sikularis, da
muncak be
bagian korp
s bulbospon
uncak jant
i rusa timo
sapi, kasi muncak
besar diba
da Tabel 2,
omba, rusa
uda epididi4), funikulus(7), radiks(11), prose
, kelenjar brinaria (18).
trad. Pada
sebagian d
gabung de
stis memb
g dapat di
n bulbouret
rtipe fibroel
us penis. S
giosus di ka
n mirip de
r (Nalley 2
bing, dberukuran
ndingkan k
, dan morfo
timor dan k
idis (1), testi spermatikuenis (8), flesus uretralisulbouretralis
kala: 1 cm.
sisi
ktus
ngan
ntuk
mati
ralis,
lastik
elain
udo-
ngan
006),
mbalebih
ncil.
metri
ncil.
s (2),(5),
ksura(12),(15),
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
11/43
39
Tabel 2 Morfometri organ reproduksi muncak jantan pada periode ranggah kerassetelah difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4%
Organ reproduksi
Parameter pengukuran
Panjang
(cm)
Diameter
(cm)
Lingkar
(cm)
Tebal
(cm)
Bobot
(g)
Testis 18.82
Dexter 4.99 2.60 - - -
Sinister 5.02 2.31 - - -
Rataan 5.01 2.45 - - -
Skrotum dan testis - - 15.98 - -
Kaput epididimidis
Dexter 1.92 1.36 - - -
Sinister 1.60 1.25 - - -
Rataan 1.76 1.31 - - -
Korpus epididimidis
Dexter 4.22 0.41 - - -
Sinister 3.85 0.33 - - -
Rataan 4.03 0.37 - - -
Kauda epididimidis
Dexter 1.44 0.81 - - -
Sinister 1.32 0.60 - - -
Rataan 1.38 0.7 - - -
Duktus deferens
Dexter 9.99 - - - -
Sinister 10.05 - - - -
Rataan 10.02 - - - -
Ampula
Dexter 3.64 - - 0.44 -
Sinister 3.56 - - 0.39 -
Rataan 3.6 - - 0.41 1.45Kelenjar vesikularis
Dexter 2.35 - - 0.67 -
Sinister 2.15 - - 0.61 -
Rataan 2.25 - - 0.64 2.06
Kelenjar bulbouretralis
Dexter 1.66 - - 0.74 -
Sinister 1.56 - - 0.68 -
Rataan 1.61 - - 0.71 2.39
Penis (total) 30.50 - - - -
Penis tanpa preputium 23.38 - - - -
Glans penis 0.91 0.34 - - -
Prosesus uretralis 0.23 0.11 - - -1Bobot testis dan duktus epididimidis tanpa skrotum
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
12/43
40
Tabel 3 Perbandingan morfometri organ reproduksi jantan antara muncak,domba, rusa timor, dan kancil.
Organ Reproduksi Jantan Muncak1
Domba2
Rusa timor3
Kancil4
Testis
Panjang (cm) 5.01 7.5-11.5 7.85-8.55 0.94-1.52Diameter (cm) 2.45 3.5-6.8 3.24-4.06 0.62-1.01
Bobot (g) 18.82 250-300 102.16-114.06 0.64-0.98
Lingkar skrotum (cm) 15.98 - 19.3-21.12 -
Duktus epididimidis
Panjang (cm) 7.17 - 15.48 - 16.31 -
Duktus deferens
Panjang (cm) 10.02 24.0 45.15-45.24 -
Ampula
Panjang (cm) 3.60 7.0 7.01-7.49 1.44-2.02
Tebal (cm) 0.41 - - 0.2
Bobot (g) 1.45 - - 0.06-0.08Kelenjar vesikularis
Panjang (cm) 2.25 4.0 4.39-4.67 1.45-2.14
Tebal (cm) 0.64 1.5 - 0.46-0.68
Bobot (g) 2.06 5 - 0.2-0.38
Bulbouretralis
Lebar (cm) 1.61 - - 0.72-0.92
Tebal (cm) 0.71 1.0 - 0.46-0.63
Bobot (g) 2.39 3 - 0.82-0.9
Penis
Panjang total (cm) 30.50 35 40.28-46.22 12.75-15.707
Panjang tanpa preputium (cm) 23.37 - 26.2-43.8 4.792-6.874
Glans penis
Panjang (cm) 0.91 5.0-7.5 - 0.42-0.46
Diameter (cm) 0.34 - -
Prosesus uretralis
Panjang (cm) 0.22 3.0-4.0 - -
Diameter (cm) 0.11 - -
Sumber1Muncak penelitian,
2Toelihere (1981),
3Nalley (2006),
4Najamudin (2010).
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
13/43
41
Testis
Morfologi dan morfometri
Testis muncak berbentuk oval yang dilindungi oleh skrotum pada bagian
luarnya (Gambar 11). Skrotum terdiri atas dua kantong (lobus) yang
membungkus testis dexter et sinister. Lapisan skrotum dari superfisial ke
profundal terdiri atas: 1) kulit, 2) tunika dartos, 3) fasia skrotalis, dan 4) tunika
vaginalis lamina parietalis yang juga membungkus duktus epididimidis dan
duktus deferens. Di profundal tunika vaginalis lamina perietalis terdapat kapsula
pembungkus testis, yaitu tunika vaginalis lamina viseralis yang berhubungan erat
dengan tunika albuginea. Tunika albuginea tersusun atas jaringan ikat dan
serabut otot polos yang berhubungan langsung dengan jaringan parenkim testis.
Penjuluran tunika albuginea ke jaringan parenkim testis membentuk mediastinum
testis (Wrobel dan Bergmann 2006).Rataan ukuran testis dexter et sinistermuncak yang meliputi panjang, dan
lebar, serta lingkar skrotum setelah difiksasi berturut-turut adalah: 5.01 cm,
2.45 cm dan 15.98 cm dengan bobot 18.82 g. Rataan lebar testis muncak
(2.45 cm) lebih kecil dibandingkan lebar testis rusa timor 3.24 - 4.07 cm
(Nalley 2006), tetapi lebih besar dari pada testis kancil 0.63-1.01 cm
(Najamudin 2010). Menurut Toelihere (1981), perbedaan ukuran organ
reproduksi, terutama testis, berhubungan erat dengan produksi spermatozoa.
Bobot testis muncak (18.82 g) jauh lebih ringan dibandingkan bobot testis
domba (250 - 300 g). Ukuran testis muncak tersebut hanya sekitar 0.1 % dari
bobot badannya. Akan tetapi bobot testis muncak lebih berat dibandingkan
reeves muntjak(Muntiacus reevesi), yaitu8.87 - 9.51 g yang diukur pada tahap
ranggah keras (Chapman dan Harris 1991). Menurut Chapman dan Harris
(1991), rataan bobot testis muncak dewasa saat ranggah keras berkorelasi
dengan bobot badan, sedangkan umur tidak berpengaruh secara signifikan pada
bobot testis saat ranggah keras.
Ukuran panjang testis berkorelasi dengan lebar, lingkar skrotum, dan bobot
testis. Lingkar skrotum muncak (15.98 cm) pada tahap ranggah keras lebih kecil
dari pada lingkar skrotum domba garut (30.68 - 34.04 cm) (Rizal 2004) dan rusa
timor (19.3 - 21.12 cm) (Nalley 2006).
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
14/43
42
Gamba
Histol
tubuli
penyu
basal
merup
endok
pemb
epitel
meng
sperm
terkait
jaring
dapat
3) sp
antara
Sper
Hasil
Menu
sperm
memb
denga
kecil d
r 13 Morfolotestissperma
ogi dan hi
Struktur h
seminiferi y
sun tubuli s
tubuli, sel
akan kum
rin (Aughey
ntukan sp
germinal.
asilkan sp
iasis dalam
dengan p
n interstisi
Keberada
diamati d
rmatid (Ga
sel Sertoli,
atogonia m
pembelaha
ut Wrobel
atogonia be
ran basal
n anak inti
engan inti b
gi testis da(2), korpustikus (5), duk
tomorfom
istologi testi
ang dipisa
eminiferi bil
l Sertoli d
ulan kele
dan Frye
ermatozoa
roses difer
ermatid ya
bentuk spe
roduksi ho
l testis (Au
n sel-sel s
ngan jela
mbar 15).
memiliki in
embelah se
n spermato
dan Berg
rukuran ter
tubuli semi
(nukleoli)
ulat yang b
duktus epiepididimidi
tus deferens
tri
s muncak s
kan oleh j
a diamati p
an sel-sel
jar tubular
001). Fung
(spermatog
ensiasi dan
ng dilepas
rmatozoa (
mon andro
hey dan Fr
permatogen
, yaitu: 1)
permatogo
ti sel bergra
cara mitosi
gonia B a
ann (200
esar denga
niferi. Inti
ang meno
risi partikel
didimidis m (3), kapu(6). Skala: 1
ecara domi
ringan inte
ada sayata
spermatog
yang me
si eksokrin
enesis) ya
maturasi
kan ke lu
osenfeld 2
gen yang
e 2001).
ik pada tub
spermato
nia terletak
nul kromati
menghasil
alah sper
), sperma
n bagian m
sel sperma
jol. Sperm
kromatin.
ncak. Kaudt epididimidcm.
an ditempa
rstisial. Ad
melintang,
enik (Gam
miliki fung
testis berh
g berlang
el-sel epite
en tubuli
007). Fung
berlangsun
uli seminife
onia, 2) s
di membra
n dengan u
kan sperma
atosit tah
ogonia A
embran sel
togonia A
atogonia B
epididimidiis (4), funi
ti oleh kum
tiga komp
yaitu: me
ar 14).
i eksokrin
bungan de
ung di la
l germinal
melalui pr
i endokrin
di sel L
ri testis mu
permatosit,
n basal tub
kuran berva
ogonia A d
p prelepto
merupakan
menempel
berwarna
berukuran
(1),kulus
ulan
onen
bran
estis
dan
ngan
isan
akan
oses
estis
ydig
ncak
dan
uli di
riasi.
n B.
tene.
tipe
pada
ucat
lebih
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
15/43
43
Gambar 14 Struktur histologi testis muncak jantan pada periode ranggah keras.A. Beberapa tubuli seminiferi (TS) testis muncak yang dipisahkan olehjaringan interstisial (JI); jaringan parenkim testis dibungkus oleh tunikaalbugenia (TA). B. Inset A: Sel epitel germinal tubuli seminiferi testis (SG)memperlihatkan perkembangan mulai dari membran basal (Mb) sampailumen (L). Buluh darah (Bd), buluh kapiler (Kp), dan jaringan ikat longgar
(JIL) ditemukan di sekitar TS. Pewarnaan HE. Skala: 100 m (A);50 m (B).
Pada lapisan berikutnya terdapat spermatosit dengan jumlah yang lebih
banyak dan ukuran sel yang lebih besar dibandingkan spermatogonia.
Spermatosit primer selanjutnya berdiferensiasi menjadi spermatosit sekunder.
Namun pada saat pengamatan, keberadaan spermatosit sekunder jarang
ditemukan. Hal ini disebabkan proses diferensiasi spermatosit primer menjadi
spermatosit sekunder berlangsung dalam waktu singkat (Dreef et al. 2007).
Spermatosit primer ditemukan dalam jumlah besar dengan berbagaitahap pembelahan yang diidentifikasi berdasarkan karakteristik perubahan
susunan kromatin (Tabel 4 dan Gambar 15). Tahap tersebut adalah
preleptotene, leptotene, zygotene, pachytene, dan diplotene. Kromosom yang
berbentuk rantai tipis merupakan ciri khas tahap preleptotene dan leptotene
(Gambar 15A, 15E, 15F). Tahap zygotene ditandai dengan bergabungnya
kromosom dan membentuk setengah lingkaran pada inti sel spermatosit primer
(Gambar 15B, 15D). Lanjutan dari tahap zygotene adalah pachytene (Gambar
15A, 15D). Tahap ini paling banyak ditemukan pada tubuli seminiferi testis
muncak dan mudah diidentifikasi. Inti sel berukuran besar dan didominasi
dengan kromosom yang merata pada seluruh inti, sehingga sitoplasmanya tidak
teramati dengan jelas. Tahap berikutnya adalah diplotene (Gambar 15D) yang
jarang ditemukan. Karakteristik tahap ini adalah posisi inti sel yang menepi di
pinggir membran sitoplasma. Posisi tersebut memperlihatkan sitoplasma yang
bersifat eosinofilik. Tahap diplotene merupakan tahap akhir perubuhan kromatin
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
16/43
44
inti sel spermatosit primer yang selanjutnya akan memasuki pembelahan meiosis
untuk menghasilkan spermatosit sekunder dan spermatid.
Sel berikutnya adalah spermatid berbentuk bulat (round spermatid) dan
berbentuk lonjong (elongated spermatid) dengan struktur kromatin padat yang
terwarnai lebih gelap dibandingkan inti sel lainnya. Pada lumen tubuli terdapat
spermatozoa non motil dan infertil, bercampur dengan substansi yang dihasilkan
oleh sel Sertoli. Substansi tersebut seperti: glikoprotein, gliserofosforil kolin,
androgen binding protein (ABP) dan inhibin (Wrobel dan Bregmann 2006).
Proses diferensiasi spermatid menjadi spermatozoa dapat diamati dengan jelas
melalui pewarnaan periodic-acid Schiff (PAS) yang bermanfaat untuk
menentukan jumlah tahapan diferensiasi yang terjadi mulai dari round spermatid
hingga menjadi elongated spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa
(Nakai et al. 2004; Dreef et al.2007).
Sitoplasma sel Sertoli atau sustentacular cellsdapat diamati diantara sel-
sel epitel germinal, mulai dari membran basal sampai mendekati lumen tubuli
dengan jumlah lebih sedikit. Sitoplasma sel Sertoli yang eosinofilik jarang
ditemukan pada pengamatan, kecuali pada tahap tertentu dari tahapan epitel
tubuli seminiferi. Bentuk sitoplasma sel ini tidak beraturan, dan secara
mikroskopis terlihat memanjang di antara sel-sel germinal. Namun keberadaan
inti sel lebih mudah diamati dengan bentuk oval dan berwarna lebih pucat
dibandingkan inti sel spermatogonia, spermatosit dan spermatid. Ciri khas inti sel
ini adalah keberadaan nukleolus yang menonjol dan dapat dibedakan dengan inti
spermatogonia A yang juga berinti pucat dan berdekatan dengan inti sel Sertoli.
Fungsi utama sel Sertoli adalah sebagai sel pendukung berlangsungnya
spermatogenesis dibawah kontrol testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig.
Fungsi fagositosis terhadap sel germinal yang mengalami apoptosis juga terjadi
pada sel Sertoli (Johnson 1991). Berbagai substansi penting dihasilkan oleh sel
Sertoli, yaitu: inhibin, estrogen, estradiol-17, gonadokrinin, ABP, asam amino
dan enzim, serta insulin-like growth factor1, 2 (IGF 1, IGF 2) (Pineda 2003).
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
17/43
45
Gambar 15 Tipe sel epitel germinal tubuli seminiferi testis muncak (A-F). SpermatogoniaA (SgA); dan spermatogonia B (SgB); spermatosit primer :preleptotene(Pl);pachytene (P); zygotene (Z); leptotene (L); dan diplotene (D); pembelahanmeiosis (Me); spermatosit sekunder (Sk) spermatid : round (R) danelongated (E); fase golgi (G); fase akrosom (A); dan fase maturasi (M);spermatozoa (Sz); sel Sertoli (Ss); sel Leydig (Lg); sel peritubular (Pt).Pewarnaan HE. Skala A- F: 30 m.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
18/43
46
Tabel 4 Karakteristik sel epitel germinal tubuli seminiferi muncak
Tipe sel germinal Diskripsi Karakteristik
Spermatogonia A
(SgA)
Terletak di membran basal, berinti pucat dengan
sebagian besar sitoplasma tertutup inti
Spermatogonia B
(SgB)
Terletak di membran basal dalam jumlah lebih
banyak dibandingkan spermatogonia A, dan
berinti gelap
Spermatosit primer
preleptotene(Pl)
Merupakan hasil pembelahan spermatogonia B,
terletak di lapis kedua setelah spermatogonia A
dan B
Spermatosit primer
leptotene(L)
Inti sel kecil dengan struktur kromatin membentuk
untaian tipis yang mulai menyebar
Spermatosit primer
zygotene(Z)
Inti sel mengumpul dan berbentuk setengah
lingkaran (bulan sabit)
Spermatosit primer
pachytene(P)
Inti sel berukuran besar dengan sebaran kromatin
merata. Tahap spermatosit ini berada di antara
spermatogonia dan spermatid
Spermatosit primer
diplotene (D)
Berinti besar dan sitoplasma yang menonjol,
terletak di antarapachytenedan spermatid
Spermatosit
sekunder (Sk)
Hasil pembelahan meiosis, berukuran kecil dan
sangat jarang ditemukan (berdiferensiasi cepat)
Spermatid fase
Golgi (G)
Merupakan hasil diferensiasi spermatosit
sekunder, sering dijumpai dalam jumlah besar
Spermatid fase
akrosom (A) awal
Spermatid fase golgi yang mulai memanjang,
memasuki fase akrosom, dan tersebar di atas
lapisan spermatosit
Spermatid fase
akrosom (A)
Spermatid dengan akrosom di proksimal, banyak
ditemukan dan tersebar di antara spermatosit
Spermatid fasematurasi (M)
Spermatid mengalami maturasi, dan terletak diujung adluminal yang berhadapan dengan lumen
tubuli seminiferi
Spermatozoa (Sz) Dilepaskan dari adluminal ke lumen tubuli
(spermiasis) seminiferi testis,dan banyak
ditemukan di lumen tubuli
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
19/43
47
Sel lainnya yang dapat diamati adalah sel myoidperitubular yang terletak
di lamina basalis tubuli seminiferi. Inti sel peritubular berbentuk lonjong dan pipih
seperti inti sel otot polos. Jarak antar inti sel teratur di sepanjang lamina basalis
tubuli seminiferi. Kontraksi sel tersebut mengakibatkan spermatozoa berpindah
dari tubuli seminiferi menuju duktus epididimidis (Egger dan Witter 2009).
Jaringan interstisial (inter tubuli seminiferi) merupakan jaringan ikat
longgar dengan sel fibroblas dan sel fibrosit. Pada jaringan interstisial tersebut
juga terdapat sel Leydig dan sel-sel endotel dinding buluh darah. Sel Leydig
merupakan sel polimorf yang berkelompok di sekitar buluh darah, dengan inti sel
berbentuk polihedral. Inti sel fibroblas dan fibrosit berbentuk lebih lonjong.
Jaringan ikat longgar inter tubuli seminiferi testis muncak diduga tersusun atas
serabut retikular yang sulit dibedakan dengan serabut kolagen pada pewarnaan
histologi standar (HE). Tipe serabut retikular merupakan serabut kolagenindividual (kolagen tipe III) yang dilapisi oleh proteoglikan dan glikoprotein, yang
dapat diidentifikasi dengan pewarnaan PAS, silver impregnations tertentu
(Wrobel dan Bregmann 2006) dan pewarnaan histokimia lektin.
Struktur histologi jaringan testis muncak pada periode ranggah keras
secara umum mirip dengan struktur jaringan testis pada ruminansia lainnya,
seperti kerbau (Arrighi et al. 2010); kambing (Frana et al. 1999); elds deer,
Cervus eldi thamin (Monfort et al. 1993); dan rusa timor, Cervus timorensis
(Handarini 2006; Moonjit dan Suwanpugdee 2007).
Rataan diameter tubuli seminiferi testis dan lumennya yang diukur pada
saat muncak berada pada periode ranggah keras, secara berurutan adalah
adalah 176.60 7.06 m dan 84.53 6.91 m. Diameter tubuli seminiferi
muncak pada periode ranggah keras lebih kecil dibandingkan diameter tubuli
seminiferi beberapa spesies Cervidae pada periode ranggah yang sama.
Diameter tubuli seminiferi rusa timor adalah: 271.12 9.7 m (Handarini 2006),
red deer (Cervus elaphus): 180.0 8.5 m (Hochereau-de Reviers dan
Lincoln 1978), tetapi lebih besar dibandingkan diameter tubuli seminiferi fallow
deer(Dama dama), yaitu 143.1 m (Massanyi et al. 1999). Perbedaan diameter
tubuli seminiferi antara muncak, rusa timor, dan red deer diduga berkaitan
dengan perbedaan lingkar skrotum, volume testis, postur tubuh, dan bobot
badan. Bobot rusa timor jantan berada pada kisaran 48.0-86.9 kg, dengan
lingkar skrotum dan volume testis pada periode ranggah keras berturut-turut
adalah: 20.21 0.91 cm dan 187.85 13.61 g (Handarini et al.2004), sedangkan
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
20/43
48
bobot badan red deer adalah 91.5-104.6 kg (Hochereau-de Reviers dan
Lincoln 1978), namun ukuran lingkar skrotum dan volume testis tidak dilaporkan.
Data tersebut memperlihatkan bobot kedua spesies rusa tersebut jauh di atas
bobot muncak jantan dewasa (17.0-19.5 kg).
Peningkatan diameter tubuli seminiferi dari periode ranggah velvet ke
periode ranggah keras adalah 36.49% pada rusa timor (Handarini 2006), dan
31.39% pada red deer(Hochereau-de Reviers dan Lincoln 1978). Data tersebut
memperlihatkan bahwa perbedaan diameter tubuli pada Cervidaetersebut tidak
hanya terjadi pada spesies yang hidup di wilayah beriklim sedang, tetapi
dilaporkan pula pada rusa timor yang hidup di wilayah beriklim tropis. Perbedaan
konsentrasi testosteron pada setiap periode ranggah merupakan faktor yang
mempengaruhi aktivitas spermatogenesis di tubuli seminiferi testis. Akibatnya,
terjadi perbedaan komponen sel germinal tubuli dan histomorfometri jaringantestis pada kedua periode ranggah tersebut (Loudon dan Curlewis 1988).
Berbeda dengan Cervidae, diameter tubuli seminiferi testis ruminansia dengan
pola reproduksi tidak bermusim seperti kambing kacang (153.33 10.07 m) dan
domba lokal (155.93 14.17 m), tidak mengalami perubahan dengan produksi
spermatozoa yang stabil sepanjang tahun (Noviana et al. 2000).
Duktus Epididimidis
Morfologi dan morfometri
Duktus epididimidis merupakan saluran tunggal memanjang dan sangat
berliku yang melekat erat dengan sisi medial testis dexter et sinister
(Gambar 12). Duktus epididimidis muncak terbagi atas kaput di anterior testis,
korpus di dorsal testis, dan kauda di posterior testis. Pembagian lain
menyebutkan istilah intial segment yang merupakan perbatasan antara duktus
eferen dan kaput epididimidis (Serre dan Robaire 1999). Namun pada penelitian
ini bagian tersebut tidak digunakan, baik pada pengamatan morfologi maupun
struktur histologi. Morfometri duktus epididimidis (kaput, korpus dan kauda)
diperlihatkan pada Tabel 2. Rataan panjang kaput, korpus, dan kauda
epididimidis dexter et sinister secara berurutan adalah: 1.76 cm, 4.03 cm, dan
1.38 cm dengan panjang keseluruhan adalah 7.17 cm. Ukuran tersebut lebih
pendek dibandingkan dengan ukuran panjang duktus epididimidis rusa timor
yaitu 15.48-16.31 cm (Nalley 2006). Menurut Johnson (1991), ukuran duktus
epididimidis pada jantan dewasa yang masih terbungkus skrotum adalah sekitar
7-8 cm, namun bila direntangkan, panjangnya dapat mencapai 6 m. Kaput
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
21/43
49
epididimidis memiliki lipatan duktus terbanyak, diikuti korpus dan kauda
epididimidis.
Histologi dan histomorfometri
Pada sayatan melintang, duktus epididimidis muncak dilapisi oleh epiteltipe silindris banyak baris (psedostratified columnar epithelium) yang dikelilingi
oleh jaringan ikat longgar dan lapisan otot polos sirkular (Gambar 16). Lumen
kaput epididimidis berisi spermatozoa yang berasal dari tubuli seminiferi dan
duktus eferen. Beberapa tipe sel ditemukan dengan jelas pada lapisan epitelnya,
yaitu: principle cells (PC) dengan stereosilia, sel basal di bagian membran basal
dengan ukuran inti sel yang bervariasi, dan sel-sel limfosit diantara PC. Menurut
Primiani et al. (2007), PC berstereosilia merupakan sel dengan populasi
terbanyak dibandingkan tipe sel lainnya, hal ini juga diamati pada lapisan epitel
duktus epididimidis muncak. Selain sel-sel tersebut masih ada beberapa tipe sellainnya, yaitu: sel halo, sel clear, sel apikal, monosit, dan makrofag
(Ahmed et al.2009). Sel halo merupakan sel imun yang tergolong limfosit atau
monosit (Serre dan Robaire, 1999). Namun pada pewarnaan HE yang digunakan
pada penelitian ini, beberapa tipe sel tersebut sulit diidentifikasi, kecuali dengan
metode pewarnaan menggunakan marker spesifik untuk tipe sel-sel imun, seperti
markeruntuk limfosit T helperdan cytotoxic, dan limfosit B, selain itu dapat pula
digunakan metode pewarnaan toluidine blue dan preparasi jaringan duktus
epididimidis untuk diamati dengan transmission electron microscope (TEM)
(Yeung et al. 1994; Ahmed et al.2009).
Posisi inti PC pada kaput epididimidis muncak lebih mendekati sel basal
yang terdapat di membran basal kaput. Beberapa ciri khas lainnya yang
ditemukan pada kaput epididimidis, adalah: 1) ukuran stereosilia yang lebih
panjang dibandingkan stereosilia pada korpus dan kauda epididimidis, 2) adanya
sel-sel limfosit di intra epitel yang bermigrasi dari membran basal ke lumen, 3)
spermatozoa masih bercampur dengan substansi yang berasal dari testis yang
belum diserap oleh sel epitel duktus eferen dan kaput epididimidis
(Gambar 15A, 15B).
Korpus epididimidis juga dilapisi oleh tipe sel epitel yang sama dengan
kaput epididimidis, namun posisi inti PC lebih mengarah ke bagian sentral
sitoplasma sel dengan ukuran silia yang lebih pendek (Gambar 16C, 16D).
Kemiripan lainnya dengan kaput epididimidis adalah masih ditemukannya
limfosit, dengan jumlah yang lebih banyak, baik yang sedang bermigrasi,
maupun yang bercampur dengan spermatozoa di lumen epididimidis. Di
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
22/43
50
sekeliling duktus ditemukan lapisan otot polos sirkular yang lebih tebal
dibandingkan lapisan otot pada kaput epididimidis. Pada lumen korpus
epididimidis, cairan yang berasal dari tubuli seminiferi testis dan duktus eferen
yang ditransfer bersama spermatozoa menuju duktus epididimidis semakin
berkurang. Hal ini menunjukkan, bahwa proses absorbsi cairan tersebut
sebagian besar berlangsung di kaput epididimidis.
Karakteristik yang ditemukan pada kauda epididimidis muncak adalah
lapisan otot polos sirkular yang paling tebal dibandingkan lapisan otot pada
bagian epididimis sebelumnya (Gambar 16E, 16F). Selain itu, ukuran sel utama
dan stereosilianya lebih pendek serta masih ditemukannya sel makrofag, namun
jumlahnya semakin berkurang. Lumen kauda epididimidis paling besar
dibandingkan lumen kaput dan korpus epididimidis dan berisi spermatozoa motil
dan fertil dalam jumlah besar yang disimpan sebelum disalurkan ke duktus
deferens.
Perbedaan struktur histologi yang diamati pada penelitian ini berkorelasi
erat dengan fungsi dari masing-masing bagian duktus epididimidis sebagai organ
penyalur, pematangan, dan penyimpanan spermatozoa. Saat melewati kaput
dan korpus epididimidis, spermatozoa mengalami serangkaian perubahan
morfologi dan fungsi serta mengalami proses maturasi, sehingga saat mencapai
kauda epididimidis, spermatozoa telah motil dan fertil (Wrobel dan
Bregmann 2006). Keberadaan PC dengan jumlah terbesar di sepanjang duktus
epididimidis, khususnya pada bagian kaput dan korpus, berperan pada proses
absorpsi cairan yang berasal dari tubuli seminiferi testis, serta sintesis dan
sekresi substansi yang diperlukan untuk maturasi spermatozoa (Cooper 1986).
Proses absorpsi dan sekresi oleh PC berlangsung di bagian sel yang
berhadapan dengan lumen, bagian lateral dan basal sel di antara ruang
interselular. Ruang interselular tersebut berbatasan dengan ruang perivaskular
dari kapiler subepitel (Kumar et al. 1982). Setelah melalui proses maturasi di
bagian kaput dan korpus, spermatozoa disimpan di lumen kauda epididimidis
dengan diameter terbesar dan lapisan epitel paling tipis. Struktur demikian
sangat sesuai bagi kauda epididimidis sebagai saluran berbentuk kantong untuk
menampung dan menyimpan spermatozoa dalam jumlah besar sebelum
disalurkan ke duktus deferens menuju ampula.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
23/43
51
Gambar 16 Struktur histologi duktus epididimidis muncak (Muntiacus muntjak muntjak).A. Kaput epididimidis, C. korpus epididimidis, dan E. kauda epididimidis.B, D, dan F adalah inset dari A, C, dan E. Ketiga bagian duktus epididimidistersusun atas epitel silindris banyak baris (Ep) dengan stereosilia (Ss) dandikelilingi oleh serabut otot polos (Sm) dengan fibroblas (Fb) dan fibrosit (Fs),serta dipisahkan oleh jaringan ikat longgar (Jil). Pada lumen (L) duktusterdapat spermatozoa (Sz). Sel-sel epitel duktus: principle cells (Pc); sel
apikal (Sa); sel basal (Bc) pada membrane basal (Mb); limfosit (Lm); dan selclear(Sc). Pewarnaan HE. Skala A, C, E: 100 m; B, D, F: 50 m.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
24/43
52
Perbedaan histomorfometri ketiga bagian duktus epididimidis muncak
yang meliputi diameter duktus dan ketebalan lapisan epitel disajikan pada
Tabel 5. Diameter terbesar duktus epididimis muncak yang diamati pada periode
ranggah keras ditemukan pada kauda epididimidis, yaitu: 324.26 25.79 m.
Ukuran ini lebih kecil dibandingkan diameter duktus epididimidis rusa timor
(386.52 21.06 m) pada periode ranggah yang sama (Handarini 2006).
Tabel 5 Morfometri duktus epididimidis muncak pada periode ranggah keras.
Parameter Duktus epididimidis
Kaput Korpus Kauda
Diameter duktus (m) 269.56 1.88 202.09 8.36 324.26 25.79
Tebal lapis epitel (m) 62.21 4.21 49.53 3.01 16.30 2.27
Ketebalan epitel yang melapisi duktus epididimidis pada bagian kaput
adalah 62.21 4.21 m. Ketebalan tersebut semakin berkurang pada korpus
epididimidis, yaitu 49.53 3.01 m dan semakin menipis pada kauda
epididimidis, yaitu 16.30 2.27 m. Perbedaan diameter duktus dan lumen
epididimidis serta ketebalan lapis epitelnya juga dilaporkan pada kucing
(Axner et al.1999), cane rat(Olukole dan Obayemi 2010), dan neotropical bats
(Beguelini et al.2010). Secara kualitatif, kepadatan spermatozoa yang terdapat
di lumen ketiga bagian epididimis juga bervariasi. Kepadatan spermatozoa
tertinggi ditemukan pada kauda epididimidis, sedangkan terendah ditemukan dilumen kaput epididimidis. Namun parameter histomorfometri duktus epididimidis
pada rusa timor yang dilaporkan Handarini (2006) hanya terbatas pada kauda
epididimidis, sedangkan kedua bagian kaput dan korpus belum dilaporkan.
Histomorfometri epididimis rusa timor menunjukkan perbedaan signifikan
antara periode ranggah keras dan velvet. Diameter duktus kauda epididimidis
rusa timor pada periode ranggah keras, adalah: 386.52 21.06 m, sedangkan
periode ranggah velvetadalah 297.63 9.52 m, dengan peningkatan diameter
sebesar 29.87% (Handarini, 2006). Diameter tersebut lebih besar 19.2%
dibandingkan diameter kauda epididimidis muncak (324.26 25.79 m) pada
periode ranggah yang sama. Perbedaan signifikan dari parameter
histomorfometri epididimis juga dilaporkan pada mediteranian buffalosaat musim
kawin dan sebaliknya (Arrighi et al. 2010). Pada Cervidae dan mamalia lain
dengan pola reproduksi musiman, histomorfometri komponen duktus epididimidis
memperlihatkan perubahan sesuai periode aktif reproduksinya. Perubahan yang
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
25/43
53
terjadi pada kedua periode ranggah tersebut disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi androgen (testosteron) dalam sirkulasi darah. Tingginya konsentrasi
testosteron yang telah dikonversi oleh 5-reduktase menjadi DHT pada periode
ranggah keras, mempengaruhi aktivitas duktus epididimidis yang ditandai
dengan meningkatnya ukuran diameter kaput, korpus dan kauda epididimidis.
Kondisi yang sama juga terjadi pada tubuli seminiferi testis tikus
(Kolasa et al. 2004). Periode aktif reproduksi rusa timor juga ditandai dengan
konsentrasi testosteron plasma yang tinggi, dan menurun drastis pada saat lepas
ranggah dan ranggah velvet (Handarini dan Nalley 2008). Sejauh mana
perbedaan histomorfometri komponen epididimis muncak pada periode ranggah
keras dan ranggah velvetdapat diketahui dengan melakukan kajian yang sama
pada saat muncak berada pada periode ranggah velvet.
Duktus deferens
Morfologi dan morfomteri
Duktus deferens menghubungkan kauda epididimidis dengan bagian uretra
pelvina. Secara makroskopis, duktus deferens muncak terdiri atas duktus
deferens dexter et sinister,berjalan di sisi medial testis dan bergabung dengan
buluh darah, dan syaraf membentuk funikulus spermatikus. Di anterior, duktus
deferens dexter et sinister bermuara pada kolikulus seminalis, yaitu di bagian
proksimal dari uretra pars pelvina. Bagian yang berbatasan dengan kolikulus
seminalis melebar membentuk ampula dexter et sinister.
Menurut Colville dan Bassert (2002), pada sebagian besar hewan, duktus
deferens akan melebar sebelum bergabung dengan uretra yang disebut dengan
ampula. Frandson et al. (2009) menyatakan bahwa, duktus deferens
meninggalkan kauda epididimidis melalui kanalis inguinalis yang merupakan
bagian dari funikulus spermatikus dan pada cincin inguinal internal memutar ke
kaudal, memisah dari buluh darah dan syaraf dari funikulus spermatikus.
Selanjutnya duktus deferens mendekati uretra, bersatu dan kemudian berjalan ke
arah dorso-kaudalvesika urinaria, serta dalam lipatan peritoneum yang disebut
lipatan urogenital (genital fold).
Rataan panjang duktus deferens muncak adalah 10.02 cm (Tabel 2).
Ukuran tersebut lebih pendek dibandingkan dengan ruminansia seperti domba
(24.00 cm) (Toelihere 1981) dan Cervidae seperti rusa timor (45.16 - 45.24 cm)
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
26/43
54
(Nalley 2006). Duktus deferens berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa dari
kauda epididimidis pada proses emisi dan ejakulasi (Constantinescu 2007).
Struktur histologi
Pada sayatan melintang, struktur histologi duktus deferens muncak darisuperfisial ke profundal terdiri atas: tunika serosa, tunika muskularis, lamina
propria dan tunika mukosa yang mengelilingi lumen duktus (Gambar 17A, 17B).
Tunika mukosa duktus deferens muncak membentuk lipatan-lipatan yang lebih
pendek dibandingkan tunika mukosa pada uretra pars pelvina. Menurut Johnson
(1991), lipatan-lipatan tersebut ditemukan di sepanjang duktus deferens dan
dilapisi oleh epitel tipe silindris banyak baris, sama dengan jenis lapis epitel yang
melapisi mukosa duktus epididimidis. Namun demikian, ukuran epitelnya lebih
pendek dibandingkan epitel duktus epididimidis. Di bagian basal tunika mukosa
(lamina propria) ditemukan jaringan ikat longgar yang kaya dengan fibroblas.
Lapisan selanjutnya adalah tunika muskularis yang merupakan lapisan paling
tebal. Tunika muskularis mengandung serabut otot polos sirkular di bagian dalam
dan longitudinal di bagian luar. Lapisan terluar duktus deferens adalah tunika
serosa. Pada lapisan ini banyak ditemukan buluh darah.
Gambar 17 Duktus deferens muncak. A struktur umum dengan bagian tunika serosa(Ts) dengan buluh darah (Bd), tunika muskularis (Tm), lamina propria (Lp),lapisan epitel (Ep). B inset A memperlihatkan epitel silindris banyak barisdengan stereosilia (Ss), selpricipal (Pc), sel basal (Bc), lumen (L), membran
basal (Mb), fibroblas (Fb), fibrosit (Fs), serabut otot polos (Sm), dan sekreta(Sk). Pewarnaan HE. Skala: 200 m (A), 50 m (B).
Sel-sel utama atau principle cells (PC) merupakan sel dominan yang
ditemukan pada lapisan epitel mukosa duktus deferens, dilengkapi dengan
stereosilia bercabang dan lebih pendek dibandingkan stereosilia pada kauda
epididimidis. Fungsi dari PC adalah sebagai aparatus endositosis, absorbsi
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
27/43
cairan yan
ersebut jug
masih dite
PC di bagia
banyak dite
2006). Bagi
bervariasi p
Kelenjar A
Kelenj
sepasang
(Gambar 1
asesoris ke
(domba da
morfometri
secara mak
abel 6). U
dilakukan p
uretra pars
kranial dan
Gambar 18
Sek
erbesar (6
lumen uret
selama eja
Motilitas da
melewati
a dimiliki ol
ukan sel b
n membran
mukan di
an akhir du
ada bebera
esoris Kel
ar asesoris
kelenjar
); dan kel
lamin pada
kambing)
yang berbe
roskopis, sa
ntuk meng
engamatan
pelvina ya
kelenjar bul
Morfologi kel(2), uretra pa
esi kelenja
-90%) dari
a sebagai
kulasi men
n aktivitas
duktus def
eh PC dukt
sal. Fungs
basal duktu
agian yang
ktus defere
a spesies
min
kelamin m
esikularis,
njar prost
muncak
dan Cervi
da. Kelenja
ma halnya
tahui kebe
secara mi
ng terletak
ouretralis d
ejar asesorisrs pelvina (3)
asesoris
volume tot
medium y
ju organ r
etabolik s
rens, dan
s epididimi
i sel basal
s (Orsi et al
mendekati
ns disebut
ewan.
ncak terdir
dan se
ta. Secara
emiliki ke
ae (rusa t
r prostat ti
dengan ka
radaan kel
kroskopis.
diantara k
i kaudal.
kelamin mu, dan kelenja
enghasilka
al plasma.
ng sesuai
eproduksi
ermatozoa
sekresi ca
dis. Pada
iduga seba
.2009). Ju
i ampula (
ampula den
i atas sepa
asang k
makrosko
iripan den
imor dan k
ak teramati
bing dan d
njar prosta
engamata
lenjar vesi
cak. Ampulr bulbouretral
n plasma s
Sekreta ke
untuk men
etina (Aug
dapat berla
iran (apokri
embran ba
gai penghu
lah sel bas
robel dan
gan kebera
sang kelenj
lenjar bul
is, morfolo
gan rumin
ancil), teta
pada mun
mba (Gam
t pada mu
dilakukan
ularis dan
(1), kelenjais (4). Skala:
emen deng
lenjar disek
galirkan sp
hey dan F
ngsung aki
55
n). Fungsi
sal duktus,
bung antar
al semakin
Bergmann
daan yang
ar ampula,
lbouretralis
gi kelenjar
nsia kecil
i memiliki
cak jantan
bar 19 dan
ncak perlu
di bagian
ampula di
r vesikularis1 cm.
an volume
resikan ke
ermatozoa
rye 2001).
at sekresi
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
28/43
56
kelenj
epidid
jantan
aseso
Basse
keber
dilaku
vesiku
aseso
korpu
Gamb
Tabel
H
Munca
Pamp
Rusa t
DombBabi
Anjing
Sapi
Kuda
Sumb
ar asesori
imidis saat t
Morfologi
(Chugtai e
ris kelamin
rt 2002), d
daan pars
kannya pen
laris dan
ris yang m
(Colville d
r 19 PosisiSapi,Kelenj
(Sumb
6 Keberalainnya.
wan
k
s deer
imor3
r:1Muncak
et al. (2histologi,
bersama
erjadi ejaku
an histolog
t al. 2005;
pada munc
n pampas
diseminata
gamatan hi
ulbouretrali
irip dengan
n Bassert
kelenjar ases. Babi, D.r vesikulari
er: A,B,C,D
aan kelenj
mpulaK
Ve
+
+
+
+-
-
+
+
asil penelitia08),
3Nalley
4Colville dan
B
sekresi y
lasi (Pineda
i kelenjar a
Thomson d
k secara u
deer (Unge
kelenjar pr
stologi bag
s. Sapi ju
muncak,
002).
oris kelaminnjing, dan(2), Kelenj
olville dan
ar asesori
elenjarsikularis
+
+
+
++
-
+
+
n,*ditemuka
(2006),?tida
Bassert (200
ang beras
2003).
esoris kela
an Marker
um sama
rfeld et al.
ostat pada
ian uretra
a memperl
amun kele
muncak denE. Muncakar prostat (
assert 2002)
kelamin
Kelenja
Korpus
-
-
+
-+
+
+
+
setelah pek teramati2),
5Aughey
C
l dari tes
in bervaria
2006). Keb
dengan do
008). Belu
pampas de
ars pelvina
lihatkan ko
njar prostat
an hewan laasil peneliti
3), kelenjar
.
uncak da
Prostat
Parsdiseminata
+
?
?
++
-
-
-
gamatan histau beluman Frye (20
D
tis dan d
si pada ma
radaan kel
ba (Colville
m dilaporka
r diduga b
antara kel
posisi kel
nya memb
innya. A. Kun. Ampulbulbouretrali
hewan j
KelenBulbour
+
+
?
++
-
+
+
ologi,2Ung
ada data st1).
ktus
alia
enjar
dan
nnya
elum
enjar
enjar
ntuk
a, B.(1),
s (4)
ntan
artralis
erfelduktur
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
29/43
57
Ampula
Morfologi dan morfometri
Secara makroskopis, ampula terbagi atas ampula dexter et sinister,
berbentuk lonjong dan merupakan tempat bermuaranya duktus deferens di
bagian anterior. Bagian kranial ampula yang berhubungan langsung dengan
duktus deferens berukuran lebih kecil dan membesar ke arah kaudal. Setengah
bagian lateral dari ampula dexter et sinister melekat dengan bagian medial
kelenjar vesikularis. Ampula bagian kaudal berbatasan dengan bagian kranial
uretra pars pelvina. Pada beberapa spesies mamalia, ampula sering disebut
sebagai pelebaran duktus deferens (bagian terminal), seperti pada great cane rat
(Adebayo et al. 2009), sehingga pembahasan anatomi dan histologi ampula
dilakukan bersamaan dengan duktus deferens.
Rataan morfometri ampula dexter et sinister muncak adalah: panjang3.60 cm, tebal 0.41, dan bobot 1.45 g. Panjang ampula muncak lebih pendek
dibandingkan dengan panjang ampula domba 7 cm (Toelihere 1981) dan rusa
timor (7.01-7.49 cm) (Nalley 2006), namun lebih besar dibandingkan dengan
kancil (Tabel 3). Ketebalan ampula muncak disebabkan banyaknya kelenjar
sekretori dibandingkan dengan kelenjar sekretori ampula pada kancil
(Toelihere 1981). Ampula berfungsi dalam mensekresikan cairan kelenjar dan
merupakan komponen salah satu kelenjar pembentuk semen (Colville dan
Bassert 2002).
Struktur histologi
Ampula merupakan pelebaran dan tempat bermuaranya sekresi duktus
deferens. Gambar 20A dan 20B memperlihatkan struktur histologi ampula
muncak yang dari superfisial ke profundal terbagi atas 1) tunika serosa, 2) tunika
muskularis, 3) kelenjar sekretori, dan 4) lumen. Tunika serosa merupakan
lapisan terluar, mengandung buluh darah. Tunika muskularis tersusun atas
serabut otot polos sirkular yang membungkus kelenjar sekretori di bagian
superfisial. Kelenjar sekretori ampula tergolong kelenjar simple tubuloalveolar
bertipe apokrin. Masing-masing kelenjar tersebut dipisahkan oleh jaringan ikat
longgar dengan beberapa buluh darah kecil. Kelenjar sekretori ampula dilapisi
oleh simple columnar epithelium atau epitel silindris sederhana, dengan posisi
inti sedikit di atas membran basal. Selain itu keberadaan sel-sel basal masih
ditemukan di membran basal lapis epitel. Pada bagian apikal sel epitel kelenjar,
terdapat stereosilia berukuran pendek dan tidak bercabang.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
30/43
58
Gambar 20 Struktur histologi ampula muncak. A. kelenjar sekretori ampula bertipetubuloalveolar (Ta), dilindungi oleh tunika muskularis (Tm), dan jaringan ikatlonggar di antara kelenjar. B. inset A, memperlihatkan karakteristik lapisepitel. Sce: simple columnar epithelium(epitel silindris sederhana), Bc: selbasal, Ss: stereosilia, Fb: fibroblas, Bd: buluh darah, dan Sk: sekreta.Pewarnaan HE. Skala: 100 m (A), 50 m (B).
Sekresi kelenjar ampula ditemukan di lumen kelenjar yang akan
disekresikan ke lumen ampula. Menurut Hafez (2000), sekresi ampula
mengandung fruktosa dan asam sitrat, namun demikian kelenjar vesikularis
merupakan sumber utama penghasil fruktosa dan asam sitrat. Metode
pewarnaan spesifik dapat diaplikasikan pada ampula muncak, seperti metode
histokimia PAS dan alcian blue (AB) untuk melokalisasi sebaran karbohidrat
netral maupun karbohidrat asam serta sebaran glikokonjugat dengan histokimia
lektin. Perbedaan aktivitas kelenjar ampula maupun kelenjar asesoris lainnya
selama periode pertumbuhan ranggah, dapat diketahui dari intensitas warna
yang dihasilkan. Namun pewarnaan AB dan PAS tidak dilakukan pada penelitian
ini, karena sampel kelenjar asesoris kelamin dikoleksi pada saat muncak berada
pada periode ranggah keras.
Kelenjar Vesikularis
Morfologi dan morfometri
Kelenjar vesikularis muncak secara makroskopis berjumlah sepasang yang
berbentuk lonjong dan memiliki beberapa lobus yang dapat diamati dengan jelas
dari superfisial. Kelenjar ini terletak di dorso-lateral pangkal vesika urinaria dan di
lateral ampula dexter et sinister. Di kaudal, kelenjar vesikularis berbatasan
dengan uretra pars pelvina yang posisinya sejajar dengan ampula. Fungsi
kelenjar vesikularis adalah sebagai organ penghasil plasma semen dengan porsi
terbesar dibandingkan kelenjar asesoris kelamin lainnya (Pineda 2003).
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
31/43
59
Komposisi sekresi kelenjar vesikularis mengandung heksosa, fruktosa, dan asam
sitrat dengan konsentrasi tinggi yang selanjutnya akan disekresikan ke kolikulus
seminalis (Hafez 2000).
Kelenjar vesikularis memiliki rataan ukuran panjang 2.25 cm, tebal
0.64 cm, dan bobot 2.06 g. Rataan panjang kelenjar vesikularis hampir setengah
dari panjang kelenjar vesikularis domba (4 cm) dan rusa timor (4.39-4.68 cm)
(Naley 2006).
Struktur histologi
Histomorfologi kelenjar vesikularis muncak diperlihatkan pada Gambar 21.
Secara umum struktur histologi kelenjar tersebut mirip dengan kelenjar
vesikularis domba, yang terdiri atas kapsula otot polos yang membungkus
kelenjar sekretori. Kelenjar sekretori membentuk lobus, dan masing-masing
lobus kelenjar dipisahkan oleh septum interlobular yang kaya akan serabut otot
polos dan buluh darah. Lobus kelenjar selanjutnya membentuk lobulus kelenjar
dan masing-masing lobulus dipisahkan oleh trabekula yang merupakan
penjuluran dari septum interlobularis. Struktur trabekula adalah jaringan ikat
padat yang tersusun atas serabut otot polos dengan sel fibrosit.
Gambar 21 Struktur histologi kelenjar vesikularis muncak. A. Struktur umum kelenjarmemperlihatkan tipe kelenjar tubuloalveolar (Ta), kapsula otot polos (K)septum interlobular (Si), dan trabekuli (Tr) di antara kelenjar. B. inset A,memperlihatkan karakteristik lapis epitel. Pse: pseudostratified columnar
epithelium (epitel silindris banyak baris), Bc/Ld: sel basal dengan lipiddroplet, Ap: penjuluran apikal, Fs: fibrosit, Bd: buluh darah, dan Sk: sekreta.Pewarnaan HE. Skala: 200 m (A), 50 m (B).
Kelenjar vesikularis tergolong tipe kelenjartubuloalveolardan dilapisi oleh
epitel kolumnar dan beberapa sel epitel membentuk penjuluran di bagian apikal
sel (apical projection) yang berhadapan dengan lumen kelenjar (Gambar 21B).
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
32/43
60
Sel-sel sekretori kelenjar vesikularis muncak mensekresikan sekreta secara
apokrin, dimana bagian apikal dari sel-sel tersebut ikut luruh bersama sekreta
yang dihasilkan. Sekreta kelenjar vesikularis ditemukan di lumen kelenjar yang
selanjutnya disalurkan ke lumen uretra pars pelvina. Sekreta yang dihasilkan
kelenjar vesikularis bersifat alkalis yang berfungsi untuk menetralisir saluran
reproduksi betina yang bersifat asam dan memberikan bau yang spesifik pada
cairan semen (Frandson et al. 2009).
Ukuran sel epitel kelenjar vesikularis pada Cervidae jantan lebih tinggi
pada periode musim kawin (Wrobel dan Bergmann 2006). Namun belum dapat
diperlihatkan sejauh mana perbedaan ukuran sel epitel kelenjar vesikularis
muncak pada periode ranggah keras dan ranggah velvet. Hal ini disebabkan
keterbatasan sampel kelenjar asesoris pada periode ranggah keras. Diduga
terdapat perbedaan ukuran sel terkait dengan aktivitas kelenjar yang dipengaruhi
oleh fluktuasi konsentrasi testosteron selama periode ranggah. Testosteron
dalam bentuk DHTbeperan penting dalam proses sintesis dan sekresi plasma
semen pada kelenjar asesoris kelamin seperti kelenjar vesikularis (Pineda 2003).
Pada membran basal epitel kelenjar vesikularis muncak ditemukan beberapa sel
basal dengan lipid droplet. Pada domba, lipid droplet tidak ditemukan, namun
ditemukan pada kelenjar vesikularis rusa (Wrobel dan Bergmann 2006). Dari
pengamatan, jumlah sel basal pada membran basal epitel kelenjar vesikularis
muncak lebih sedikit dibandingkan dengan kelenjar pada ampula.
Pars Diseminata Kelenjar Prostat
Struktur histologi
Kelenjar prostat pada muncak berbentuk pars diseminata (Gambar
22A, 22B). Dari superfisial ke profundal ditemukan kapsula, lamina propria
dengan kelenjar sekretori, stratum spongiosum, tunika mukosa, dan lumen uretra
di bagian sentral. Kapsula merupakan jaringan ikat padat yang tersusun atas
serabut otot polos tebal mengelilingi lamina propria dengan kelenjar sekretori dan
uretra pars pelvina. Kapsula selanjutnya membentuk penjuluran ke profundal dan
memisahkan setiap lobus kelenjar.
Kelenjar sekretori pars diseminata prostat muncak tergolong tipe
tubuloalveolardan mengelilingi uretra pars pelvina secara keseluruhan. Distribusi
kelenjar sekretori lebih banyak ditemukan di bagian dorsal yang berada di ventral
kapsula tunika muskularis, sedangkan di bagian profundal yang berdekatan
dengan stratum spongiosum, kelenjar sekretori lebih sedikit (jarang). Posisi pars
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
33/43
diseminata
pada sapi
bagian dors
Babi memili
pars disemi
dan Bergm
Gambar 22
I
l((
kelenjar pro
an rusa, n
o-lateral ure
ki kedua be
nata kelenj
nn 2006).
truktur histol
nset A: loburetra pars ptot polos (Sbuli (S), jari
Ta), epitel kEp), dan sekm; dan C: 5
stat seperti
amun pada
tra pars pel
ntuk kelenj
ar prostat
ogi pars dise
pars disemilvina (D), d), lamina pr
ngan ikat loboid (Sce);
reta (Sk). Pem.
ang ditem
domba, pa
ina yang
r prostat, y
ang meng
minata kelenj
nata dan keln korpus spopria (Lp), kggar (Jil), dvena (V), uwarnaan HE
kan pada
rs disemin
embentuk h
aitu korpus
lilingi selur
ar prostat m
enjar sekretongiosum (Eorpus spongiktus (D), tip
retra pars p. Skala A: 1
uncak juga
ta hanya
uruf u (Pin
prostat yan
h sisi uret
ncak. A. Str
ri (B dan C)). Pars diseosum (Cs),e kelenjar tulvina (Up),
mm; B, D,
61
ditemukan
engelilingi
eda 2003).
pipih dan
ra (Wrobel
ktur umum.
, penjuluraninata (Pd),
eptum interbuloalveolarpitel uretradan E: 200
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
34/43
62
Tipe epitel yang melapisi kelenjar sekretori tersebut adalah epitel kuboid
sederhana. Di antara kelenjar terdapat duktus yang berfungsi untuk menyalurkan
sekresi kelenjar yang bersifat mukus menuju duktus kelenjar dan berakhir di
lumen uretra pars pelvina. Menurut Frappier (2006), kelenjar sekretori pars
diseminata kelenjar prostat mensekresikan substansi secara merokrin atau ekrin,
yaitu sekreta berikut granul sekretori dilepaskan oleh sel sekretori ke lumen
kelenjar.
Lapisan berikutnya adalah stratum spongiosum yang mengelilingi uretra
pars pelvina (Gambar 22A, 22E). Pada bagian ini ditemukan buluh darah vena
dengan ukuran bervariasi. Menurut Wrobel dan Bergmann (2006), pada saat
terjadi ereksi, buluh darah tersebut dialiri darah sehingga ukuran penis sedikit
membesar. Mukosa uretra pars pelvina pada muncak membentuk beberapa
lipatan longitudinal yang menjulur ke arah lumen uretra. Di antara penjuluran
tersebut ditemukan sekresi kelenjar yang berasal dari duktus kelenjar sekretori
untuk dialirkan ke lumen uretra (Gambar 22D). Tipe epitel yang melapisi mukosa
uretra pars pelvina adalah epitel transisi antara epitel kolumnar dan epitel kuboid.
Lapis sub mukosa uretra terdiri atas jaringan ikat longgar dengan serabut elastis
dan sel-sel otot polos.
Cervidae seperti rusa timor, memiliki kelenjar prostat yang membentuk
korpus seperti yang ditemukan pada sapi (Nalley 2006), namun struktur histologi
korpus prostat pada rusa tersebut belum dilaporkan. Muncak tidak memiliki
korpus prostat, dan kondisi tersebut juga dilaporkan pada pampas deer(Ungerfeld et al.2008).Kelenjar prostat merupakan kelenjar yang menghasilkan
sekreta yang bersifat sedikit asam dan berfungsi untuk menetralisir plasma
semen. Sifat sedikit asam tersebut disebabkan oleh akumulasi hasil metabolisme
karbondioksida dan asam laktat yang berfungsi untuk merangsang pergerakan
spermatozoa ejakulat (Wrobel dan Bergmann 2006). Selain itu sekreta juga
berfungsi untuk memberikan aroma yang spesifik pada plasma semen
(Frandson et al. 2009). Deteksi terhadap komponen sekresi kelenjar prostat pada
sapi dapat diketahui dengan metode pewarnaan histokimia PAS. Reaksi positif
menunjukkan keberadaan granul glikogen, mukopolisakarida netral, amiloid, dan
granul lipid (Bhosle et al.2007). Aplikasi pewarnaan PAS perlu dilakukan pada
muncak untuk mengetahui perbedaan aktivitas kelenjar sekretori prostat pada
periode ranggah keras maupun ranggah velvet. Kontribusi sekreta kelenjar
prostat terhadap volume total semen bervariasi pada berbagai spesies.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
35/43
63
Ruminansia (sapi, kambing, domba) sebanyak 4-6%, kuda sebanyak 25-30%,
dan babi sebanyak 35-60% (Wrobel dan Bergmann 2006), serta 2030% pada
manusia (Martini 2006).
Kelenjar Bulbouretralis
Morfologi dan morfometri
Muncak memiliki sepasang kelenjar bulbouretralis yang terletak di bagian
kaudal uretra pars pelvina. Di bagian kaudo-ventral kelenjar bulbouretralis
terdapat muskulus bulbospongiosus. Menurut Dyce et al. (2002), kelenjar
bulbouretralis dilapisi oleh muskulus bulbospongiosus yang tebal dan kuat, dan
membentuk saluran hingga ke bagian dorsal divertikulum. Sekresi kelenjar
tersebut berfungsi untuk membersihkan dan menetralisir uretra dari bekas urin
yang bersifat asam dan kotoran-kotoran lainnya sebelum ejakulasi berlangsung
(Hafez 2000), serta untuk lubrikasi glans penis (Martini 2006).
Secara makroskopis, kelenjar bulbouretralis muncak berukuran besar,
dengan lebar 1.61 cm, tebal 0.71 cm, dan bobot 2.39 g. Selain itu, ukuran
kelenjar bulbouretralis muncak lebih besar dari pada kancil yang memiliki
diameter 0.72-0.93 cm, tinggi 0.46-0.63 cm, dan bobot 0.82-0.9 g. Bila diamati
pada tahap ranggah keras, bobot kelenjar bulbouretralis reeves muntjak
(1.19-1.27 g) (Chapman dan Harris 1991) lebih ringan dibandingkan dengan
bobot kelenjar ini padamuncak(2.39 g). Hal ini berbeda dengan rusa timor yang
diduga memiliki ukuran kelenjar bulbouretralis sangat kecil sehingga kelenjar ini
tidak ditemukan (Nalley 2006).
Struktur histologi
Struktur histologi kelenjar bulbouretralis diperlihatkan pada Gambar
23A, 23B. Kelenjar bulbouretralis pada muncak terletak di bagian kaudaluretra
pars pelvina memiliki kelenjar sekretori yang padat. Jaringan interstisial kaya
akan serabut otot polos yang memisahkan masing-masing kelenjar sekretori.
Tipe kelenjar sekretori bulbouretralis muncak adalah tipe tubular yang dilapisi
oleh epitel kuboid. Frappier (2006) menyatakan, sekreta yang dihasilkan oleh
kelenjar bulbouretralis bersifat mukus, yaitu cairan kental (mucin). Sekreta ini
berfungsi untuk melindungi permukaan organ yang kopulatori saat kopulasi
berlangsung. Sekreta dialirkan ke lumen kelenjar menuju duktuli dan selanjutnya
bermuara ke duktus besar yang berada di bagian tengah kelenjar bulbouretralis
(duktus sentralis). Mukosa duktus sentralis kelenjar juga dilapisi oleh epitel
kuboid.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
36/43
64
Gambar 23 Struktur histologi kelenjar bulbouretralis muncak. A. Struktur umum kelenjardengan lumen (L) dan duktus sekretori (D). B. inset A. tipe kelenjar tubular(Tu), epitel kuboid (Sce) dengan sel sekretori (Sr), serabut otot polos (Sm)dan sekreta (Sk). Pewarnaan HE. Skala A : 200 m, B: 50 m.
Penis
Morfologi dan morfometri
Penis muncak tergolong fibroelastik (Gambar 24), terdiri atas radiks penis,
korpus penis, dan glans penis. Radiks penis bertaut di bagian lateral dari arcus
ischiadicus yang dihubungkan oleh crura penis dexter et sinister. Pada penis
juga ditemukan muskulus ischio cavernosusatau erektor penisyang merupakan
sepasang otot pendek yang terlihat dari tuber ischii dan ligamentum sacro-
ischiadicum dan bertaut pada crura dan korpus penis. Pada korpus penis
muncak terdapat fleksura sigmoidea yang membentuk huruf S. Fleksura
sigmoidea akan meregang saat terjadi ereksi akibat relaksasi muskulus retraktor
penis, sehingga penis tertarik keluar dari preputium dan sedikit membesar
(Pineda 2003). Muskulus retraktor penis bertaut pada penis di bagian ujung
kranio-ventral dari fleksura sigmoidea. Fleksura sigmoidea tidak teramati atau
tidak nyata secara makroskopis pada hewan bertipe penis fibroelastik lainnya
seperti rusa timor (Nalley 2006) danpampas deer(Ungerfeld et al. 2008).
Panjang penis muncak yang diukur bersama preputium adalah 30.50 cm.
Panjang penis muncak hampir sama dengan panjang penis domba, yaitu 35 cm
(Frandson et al. 2009), dan rusa timor, yaitu 40.28-46.22 cm (Nalley 2006).
Ukuran penis muncak lebih pendek dibandingkan penis domba dan rusa timor.
Ukuran panjang penis muncak yang diperoleh dapat digunakan untuk menduga
panjang saluran reproduksi muncak betina yang bermanfaat untuk aplikasi teknik
inseminasi buatan menggunakan semen muncak segar atau hasil preservasi.
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
37/43
Gambar 24
Glans
dorsal dan
dan domba
Panjang gl
0.23 cm. P
ang dimili
dua seteng
Putaran pro
berlawanan
semen ke s
Struktur hi
Stru
diperlihatka
adalah: 1)
profundal k
mengelilingi
(Gambar 2
kopulatoris
superfisial,
rabekula s
saat ereksi,
Morfologi pekorpus penis
prosesus ure
penis pad
memiliki pro
(Frandson
ans penis
rosesus ur
i oleh bebe
ah putaran
sesus uretr
jarum ja
luran repro
tologi
tur histolo
pada Ga
korpora ka
orpora kave
uretra. Be
A, 25B).
(penis) ter
dan tunika
bagai jarin
kaverna be
nis muncak.(3), fleksur
ralis (7), dan
muncak b
sesus uretr
t al. 2009).
dan prose
tralis munc
rapa rumin
searah jar
lis pada ba
. Prosesu
duksi betina
gi korpus
mbar 25.
vernosa p
rnosa, terd
ntuk kavern
enurut Au
diri atas k
albuginea
gan penduk
risi darah y
Radiks pena sigmoidea
duktus defe
erukuran ke
alis, seperti
Glans peni
us uretrali
ak tidak m
ansia lain.
um jam d
bi adalah s
uretralis
saat ejakul
penis dan
truktur pe
nis, dan
apat rongg
a tidak be
hey dan F
apsula jari
yang me
ung kavern
ng berasal
is (1), musk(4), preputi
ens (8). Skal
cil, sedikit
yang dite
s diselubun
muncak
mbentuk p
rosesus u
n bercaba
tu setenga
berperan d
asi berlang
uretra pa
nis dari su
) korpus
(kaverna)
aturan den
rye (2001),
ngan ikat
njulur ke
a yang dila
dari buluh
ulus retraktm (5), glan
a: 1 cm.
embung p
ukan pada
i oleh kulit
adalah 0.9
utaran (spi
etralis kan
g (Najamu
putaran d
alam mend
ung (Toelih
rs ekstern
perfisial ke
pongiosum
yang berjal
gan ukuran
secara u
ibroelastik
rofundal
pisi sel end
rteri. Lapis
65
r penis (2)penis (6),
da bagian
penis sapi
preputium.
1 cm dan
al) seperti
il berputar
din 2010).
ngan arah
eposisikan
ere 1981).
a muncak
profundal
penis. Di
an sirkular
bervariasi
um organ
di bagian
embentuk
otel. Pada
berikutnya
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
38/43
66
adalah lamina propria (sub mukosa), terdiri atas kombinasi jaringan ikat longgar
dan padat, tidak beraturan dengan serabut elastik dan otot polos. Lamina propria
mengelilingi mukosa uretra dan memisahkan bagian tersebut dengan korpus
kavernosum penis.
Gambar 25 Struktur histologi korpus penis muncak. A. uretra dikelilingi tunika albugenia
dan rongga kaverna. inset A lapis epitel mengelilingi lumen uretra (B), danjaringan erektil penis (C). D. uretra radiks penis. Tunika albuginea (Ta);kaverna (Ka); lumen uretra (Lu); Sekreta (Sk); epitel kolumnar berlapis (Ep);lamina propria (Lp); dan otot polos (Sm); korpus spongiosum (Cs); jaringanikat longgar (Jil); vena (V). Pewarnaan HE. Skala A: 200 m; B dan C:100 m; dan D: 50 m.
Mukosa uretra membentuk lipatan-lipatan longitudinal yang mengarah ke
lumen uretra dan dilapisi oleh sel epitel. Lipatan longitudinal yang lebih panjang
ditemukan di bagian uretra pars pelvina (Gambar 22C). Lipatan tersebut
menurun di mukosa uretra bagian radiks penis (Gambar 25D), dan semakin
memendek di bagian uretra pars eksterna Gambar 25B). Tipe epitel yang
melapisi mukosa uretra bagian radiks penis adalah epitel silindris banyak baris.
Lapis epitel memendek pada mukosa uretra pars eksterna bagian korpus penis
(Gambar 25B). Korpus spongiosum penis tidak teramati pada sayatan histologi
korpus penis, bagian ini dapat dilihat pada pars diseminata kelenjar prostat di
p
-
7/23/2019 BAB III Anatomi Dan Histologi Organ Reproduksi ...
39/43
67
bagian uretra pars pelvina (Gambar 22C) dan uretra radiks penis (Gambar 25D).
Struktur histologi tipe penis fibroelastik pada muncak mirip dengan stuktur
histologi penis domba, rusa, dan sapi. Penjuluran trabekula di antara jaringan
ikat korpus kavernosum seperti yang ditemukan pada penis sapi (Wrobel dan
Bergmann 2006), juga ditemukan pada penis muncak.
Simpulan
1. Organ reproduksi muncak jantan dicirikan dengan ukuran testis yang
relatif kecil, kelenjar prostat tidak teramati secara makroskopis, ukuran
kelenjar bulbouretralis yang besar, ukuran penis yang relatif panjang dan
memiliki glans penis serta prosesus uretralis berukuran kecil.
2. Karakterisitik histologi kelenjar asesoris kelamin adalah posisi kelenjar
sekretori pars diseminata kelenjar prostat yang tersebar mengililingi uretra
pars pelvina.
Daftar Pustaka
Adebayo AO, Oke BO, Akinloye AK. 2009. The gross morphometri and histologyof the male accessory sex gland in the greater cane rat (Thryonomysswinderianus, Temmick). J Vet Anat2: 41-51.
Ahmed MH, Sabry SM, Zaki SM, El-Sadik AO. 2009. Histological,immunohistochemical and ultrastructural study of the epididimis in the
adult albino rat.Aus J Basc App Sci3: 2278-2289.
Arrhigi S, Bosi G, Groppetti D, Cremonesi F. 2010. Morpho- and histometricevaluations on the testis and epididymis in buffalo bulls during thedifferent reproductive season. Open Anat J 2: