Download - Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
1/29
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
(Laju Pengosongan Lambung)
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Aghnia Nur Islami 230110120087
Arvilia Humsari 230110120097
Rian Fajar 230110120103
Mata Kuliah :
Fisologi Hewan Air
Fakultas perikanan dan ilmu kelautan
Program studi Perikanan
Universitas Padjajaran
Kampus Jatinangor. Jalan Raya Bandung - Sumedang km 21,
Jatinangor Bandung
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
2/29
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
yang berjudul Pengaruh Suhu Terhadap Membuka dan Menutup Operculum Pada
Ikan Mas. Kami ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada Dosen mata
kuliah Fisiologi Hewan Air dalam memberikan ilmu pengetahuan dan dukungan
dalam melakukan praktikum ini, juga kepada Asisten Laboratorium Fisiologi
Hewan Air Kang Mega yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktikum.
Kami menyadari sepenuhnya akan kekurangan dalam pembuatan laporan
ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi, isi, penulisan dan lain-lain
untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat
kami harapakan guna penyempurnaan laporan-laporan selanjutnya.
Demikian laporan ini kami buat semoga bermanfaat bagi kami dan
khususnya untuk para pembaca.
Jatinangor, Oktober 2013
Kelomopok 2
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
3/29
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Mas 2
2.2 Morfologi Ikan Mas 2
2.3 Anatomi Ikan Mas 3
2.4 Habitat Ikan Mas 4
2.5 Laju Pengosongan Lambung 4
2.6 Struktur Pencernaan 9
BAB III METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat 12
3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Prosedur Praktikum 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan 14
4.2 Pembahasan 19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 23
5.2 Saran 23
Daftar Pustaka
Lampiran
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
4/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mempunyai pola tertentu dalam kegiatan makannya. Kebutuhan
protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya.
Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi,
juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan. Ikan akan mengambil pakan
dengan pola dan jumlah yang sesuai dengan kebiasaan dan kapasitasnya.
Informasi mengenai pola konsumsi suatu jenis ikan sangat diperlukan
dengan tujuan untuk meningkatkan keefektifan dan keefisienan pemanfaatan
pakan. Pola makan ikan dipengaruhi oleh : suhu, jenis pakan, ukuran pakan, dan
berat badan ikan.Setelah ikan mengkonsumsi pakan, akan ada jeda waktu untuk
penurunan isi kandungan perut.
1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pola makan ikan Mas
melalui pengukuran Gastric Evacuation Rate.
1.3.Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah kita bisa mengetahui pola makan ikan
Mas untuk diterapkan dalam pemeliharaan ikan (budidaya).
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
5/29
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Mas
Kingdom : Animalia
Phylum : Cordata
Class : Actinoptrygii
Ordo : Cyprinidae
Family : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio
2.2 Morfologi Ikan Mas
Morfologi Ikan mas memiliki bentuk tubuh berbentuk gelendong
pipih(memanjang dan memipih agak tegak) ,kepala terbentang mulai dari ujung
moncong sampai dengan akhiroprculum (tutup insang), pada mulut terdapat di
ujung muka moncong yang terdapat mempunyai rahang yang bergigi baik dan
dapat disembulkan. Sebelah dorsal moncong terdapat sepasang fovea nasalis
(lubang hidung sebelah luar) yang sebelah dalamnya terdapat sacci olfactorius,
matanya terlatak disebelah lateral tanpa kelopak mata, dan di sebelah mata
terdapat sisir insang. Pada anus dan aperture uregenitas terdapat dimuka pina
analis. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Hanya sebagian kecil
saja yang tidak tertutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan
digolongkan dalam sisik tipe sikloid. Selain itu, tubuh ikan mas dilengkapi sirip.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
6/29
3
2.3 Anatomi Ikan Mas
Pada ikan mas terdapat jantung (cor) yang berfungsi sebagai pemompa
darah keseluruh tubuh, hati (Hepar), gelembung renang (Swim bladder), ginjal
(Ren), lambung (ventriculum) sebagai tempatpenyimpanan makanan dan usus
(Intestinum).
Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan
kepala. Masing- masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup
insang (operkulum). Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka
dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup
insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan
tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam airmasuk berdifusi ke dalam
pembuluh kapiler darah yang terdapatdalam insang. Dan pada waktu menutup,
tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang.
Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan.
Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang.
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, arteri, kapiler-kapiler, konus,
ventrikel, arterium, sinus venosus dan darah. Sistem peredaran darah pada ikan
mas ada dua yaitu, sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah tunggal.
Sistem peredaran darah tunggal, darah melalui jantung hanya satu kali. Jantung
ikan terdiri dari dua ruangan, yaitu satu atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik).
Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mengalirkan darah dari atrium
ke ventrikel.
Sistem pencernaan ikan mas terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung,
usus dan anus, kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pancreas, di dalam rongga
mulut ikan terdapat gigi-gigi dan lidah. Ikan mas tidak memiliki kelenjar ludah,
tetapi memiliki kelenjar lendir, yang berguna untuk membantu pencernaan makan.
Pada system reproduksi seks terpisah, pada ikan jantan terdapat sepasang
testis yang membesar pada masa perkawinan. Melalui fase diferens sperma yang
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
7/29
4
dikelurkan lewat papila urogenitalis. Pada hewan betina sel telur akan keluar dari
ovary melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui papila urogenitalis.
Pembuahan umunya terjadi diluar.
2.4 Habitat Ikan Mas
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai
atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter
di atas permukaan airlaut (dpl)dan pada suhu 25-30 C. Meskipun tergolong ikan
air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairanpayau atau muara
sungai yang bersalinitas (kadar garam)25-30%.
2.5 Laju Pengosongan Lambung dan Faktor yang Mempengaruhi
Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa lambung yang
pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali karena adanya
proses pengangkutan makanan (chime) menuju usus melalui segmen pilorus untuk
diserap oleh tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung
ini dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Tingkat kepenuhan
lambung ini diekspresikan dalam nilai indeks kepenuhan lambung (ISC, index of
stomach content). Nilai ISC untuk setiap jenis ikan berbeda, sehingga penentuan
nilai ISC dengan metode laju pengosongan lambung sangat diperlukan dalam
penentuan frekuensi pemberian pakan.
Faktor- faktor yang mempengarugi laju pengosongan lambung menurut
Arispurnomo (2010) antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik
Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang
peristaltik pada antrum lambung, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap
jalan makanan. Dalam keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak menutup
dengan sempurna, karena adanya kontraksi tonik ringan. Tekanan sekitar 5 cm, air
http://id.wikipedia.org/wiki/Lauthttp://id.wikipedia.org/wiki/Dplhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Payau&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitashttp://id.wikipedia.org/wiki/Kadar_garamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kadar_garamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Salinitashttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Payau&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dplhttp://id.wikipedia.org/wiki/Laut -
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
8/29
5
dalam keadaan normal terdapat pada lumen pilorus akibat pyloric sphincter. Ini
merupakan penutup yang sangat lemah, tetapi, walaupun demikian biasanya
cukup besar untuk mencegah aliran chyme ke duodenum kecuali bila terdapat
gelombang peristaltik antrum yang mendorongnya.
Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi hampir
pasti tiga kali per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan berjalan
ke antrum, kemudian ke pilorus dan akhirnya ke duodenum. Ketika gelombang
berjalan ke depan, pyloric sphincter dan bagian proksimal duodenum dihambat,
yang merupakan relaksasi reseptif. Pada setiap gelombang peristaltik, beberapa
millimeter chyme didorong masuk ke duodenum.
Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari lambung sendiri dan
juga oleh sinyal dari duodenum. Sinyal dari lambung adalah derajat peregangan
lambung oleh makanan, dan adanya hormon gastrin yang dikeluarkan dari antrum
lambung akibat respon regangan. Kedua sinyal tersebut mempunyai efek positif
meningkatkan daya pompa pilorus dan karena itu mempermudah pengosongan
lambung. Sebaliknya, sinyal dari duodenum menekan aktivitas pompa pilorus.
Pada umumnya, bila volume chyme berlebihan atau chyme tertentu berlebihan
telah masuk duodenum. Sinyal umpan balik negatif yang kuat, baik syaraf
maupun hormonal dihantarkan ke lambung untuk menekan pompa pilorus. Jadi,
mekanisme ini memungkinkan chyme masuk ke duodenum hanya secepat ia dapat
diproses oleh usus halus.
2. Volume Makanan
Volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat meningkatkan
pengosongan dari lambung. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan
penyebab peningkatan pengosongan karena pada batas-batas volume normal,
peningkatan volume tidak menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,.
Sebagai gantinya, peregangan dinding lambung menimbulkan refleks mienterik
lokal dan refleks vagus pada dinding lambung yang meningkatkan aktivitas
pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan pengosongan makanan dari lambung
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
9/29
6
kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume makanan yang tertinggal dalam
lambung pada waktu tertentu.
3. Hormon Gastrin
Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung
menimbulkan dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum.
Hormon ini mempunyai efek yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung yang
sangat asam oleh bagian fundus lambung. Akan tetapi, gastrin juga mempunyai
efek perangsangan yang kuat pada fungsi motorik lambung. Yang paling penting,
gastrin meningkatkan aktivitas pompa pilorus sedangkan pada saat yang sama
melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi, gastrin kuat pengaruhnya dalam
mempermudah pengosongan lambung. Gastrin mempunyai efek konstriktor pada
ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus
selama peningkatan aktivitas lambung.
4. Refleks Enterogastrik
Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap
saat, khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini
mungkin memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat aktivitas
pompa pilorus, oleh karena itu, juga menentukan kecepatan pengosongan
lambung. Refleks syaraf terutama dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam
nervus vagus ke batang otak dan kemudian kembali melalui serabut syaraf eferen
ke lambung, juga melalui nervus vagus. Akan tetapi, sebagian sinyal mungkin
dihantarkan langsung melalui pleksus mienterikus. Refleks enterogastrik
khususnya peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam dalam chyme
duodenum. Misalnya, setiap saat dimana pH chyme dalam duodenum turun di
bawah kira-kira 3.5 sampai 4, refleks enterogastrik segera dibentuk, yang
menghambat pompa pilorus dan mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih
lanjut isi lambung yang asam ke dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat
dinetralkan oleh sekret pankreas dan sekret lainnya. Hasil pemecahan pencernaan
protein juga akan menimbulkan refleks ini, dengan memperlambat kecepatan
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
10/29
7
pengosongan lambung, cukup waktu untuk pencernaan protein pada usus halus
bagian atas. Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan
menimbulkan refleks enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan
nonisotonik terlalu cepat ke dalam usus halus, karena dapat mencegah perubahan
keseimbangan elektrolit yang cepat dari cairan tubuh selama absorpsi isi usus.
5. Umpan Balik Hormonal dari DuodenumPeranan Lemak
Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam
chyme yang masuk ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa pilorus
dan pada akhirnya akan menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang
peranan penting memungkinkan pencernaan lemak yang lambat sebelum akhirnya
masuk ke dalam usus yang lebih distal. Walaupun demikian, mekanisme yang
tepat dimana lemak menyebabkan efek mengurangi pengosongan lambung tidak
diketahui secara keseluruhan. Sebagian besar efek tetap terjadi meskipun refleks
enterogastrik telah dihambat. Diduga efek ini akibat dari beberapa mekanisme
umpan balik hormonal yang ditimbulkan oleh adanya lemak dalam duodenum.
6. Kontraksi Pyloric Sphincter
Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan
kontraksi yang terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa
pilorus mencapai pilorus. Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama, yang
menghambat kontraksi lambung, dapat secara serentak meningkatkan derajat
kontraksi dari pyloric sphincter. Faktor ini menghambat atau mengurangi
pengosongan lambung, dan oleh karena itu menambah proses pengaturan
pengosongan lambung. Misalnya, adanya asam yang berlebihan atau iritasi yang
berlebihan dalam bulbus duodeni menimbulkan kontraksi pilorus derajat sedang.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
11/29
8
7. Keenceran Chyme
Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah untuk
dikosongkan. Oleh karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung
dengan cepat masuk ke dalam duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat
harus menunggu dicampur dengan sekret lambung serta zat padat mulai
diencerkan oleh proses pencernaan lambung. Selain itu pengosongan lambung
juga dipengaruhi olehpemotongan nervus vagus dapat memperlambat
pengosongan lambung, vagotomi menyebabkan peregangan lambung yang relatif
hebat, keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung
dan sebaliknya ketakutan dapat memperlambat pengosongan lambung.
Pengamatan Laju Pengosongan Lambung menggunakan prinsip bahwa
lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali
karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh
tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini
dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan. Untuk menentukan nilai ISC
dapat diperoleh dari rumus volume materi lambung: volume lambung x 100%.
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa nilai ISC terbesar ada pada pengamatan
jam ke-4 yakni sebesar 15.29%. Tingginya nilai ISC ini dipengaruhi oleh
tingginya nilai volume materi lambung yakni sebesar 0.26 ml. Hal ini diakibatkan
pada jam ke-4, ikan mulai lahap memakan pakan yang disediakan setelah
sebelumnya terjadi proses pengadaptasian setelah ikan mengalami perlakuan
pemuasaan selama 24 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ISC secara
langsung adalah volume materi lambung serta volume maksimal lambung.
Sedangkan kedua faktor tadi dipengaruhi oleh jenis pakan, faktor lingkungan
seperti suhu, pH, tingkat kekeruhan, tingkat DO dll, dan juga tingkat stress ikan
yang sebelumnya dipuasakan selama 24 jam.
Setiap ikan memiliki bentuk dan ukuran lambung yang berbeda-beda.
Derajat kepenuhan lambung pada ikan akan berbeda, tergantung dari berat,
panjang dan bentuk lambung. Dengan bertambahnya ukuran ikan, besar ukuran
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
12/29
9
makanannya juga bertambah, jadi semakin besar derajat kepenuhan lambung
maka semakin besar kepenuhan lambung ikan dalam satu kali makan. Volume
material lambung yaitu jumlah isi material yang berada pada lambung pada waktu
tertentu. Sedangkan volume total lambung yaitu jumlah kapasitas total lambung.
Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor.Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat
dan ukuran tubuh yang berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk
lambung, keadaan tubuh ikan, dan perbedaan habitat ikan. Faktor-faktor ini
dipengaruhi oleh kebiasaan makanan (Affandi, 2002). Kebiasaan makanan ikan
berhubungan dengan bentuk, posisi mulut, gerigi dalam rahang, dan kesesuaian
tapis insang. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan, pemanfaatan
ini dapat diketahui dengan mengambil contoh makanan yang ada pada
lambungnya dan dilengkapi dengan daftar pakan harian yang diambil ikan dalam
berbagai umur dan ukuran (Affandi,2002). Laju pengosongan lambung dapat
dijadikan indikator tentang dasar penentuan frekuensi pemberian pakan.
2.6 Struktur dan Fungsi Saluran Pencernaan
Menurut Triastuti (2009), mencerna makanan merupakan suatu proses di
dalam tubuh yang menyederhanakan bahan-bahan makanan yang berguna bagi
tubuh. Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan
makanan, mekanisnya dan penyedia bahan-bahan kimia serta pengeluaran sisa
makanan yang tidak tercerna daari tubuh. Beberapa fungsi yang dilakukan oleh
saluran pencernaan, yaitu :
1. Mendorong atau mengaduk isi dari gastrointestine
2. Mensekresi cairan-cairan pencernaan
3. Mencerna makanan
4. Mengabsorpsi makanan.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
13/29
10
Menurut Handajani dan Wahyu (2010), secara anatomis, struktur alat
pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasaan makan, dan kebiasaan
memakan (kategori ikan) serta umur (stadia hidup) ikan memakan.
1. Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir. Pada tertentu, bibir ini tidak berkembang
dan malahan hilang secara total, karena digantikan oleh paruh atau rahang, seperti
ditemukan pada ikan family Scaridae, Diodontidae, Tetraodontidae dan lain-lain.
Ukuran makanan suatu jenis ikan ditentukan oleh ukuran bukaan mulut ikan.
2. Rongga Mulut
Di belakang mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini
berhubungan langsung dengan segmen faring, oleh karenanya rongga mulut dan
faring ini sering disebut rongga Buccopharynx.
3. Faring
Bagian insang yang mengarah ke segmen faring adalh tapis insang. Pada ikan
yang cara memperoleh makanannya dengan menyaaring organism air (plankton),
maka proses penyaringan terjadi di segmen ini.
4. Esofagus
Esophagus ikan laut berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif
sehingga konsentrasi garam air laut yang diminum menurun, sehinggamemudahkan penyerapan air oleh usus belakang dan rectum.
5. Lambung
Besarnya ukuran lambung ini berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung
makanan.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
14/29
11
6. Pilorus
Hal yang mencolok pada segmen ini adalah adanya penebalan lapisan otot
melingkar yang mengakibatkan terjadinya penyempitan saluran. Dengan
menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini bahwa segmen pylorus
berfungsi sebagai pengatur pengeluaran makanan dari lambung ke segmen usus.
7. Usus
Usus merupakan tempat terjadi proses penyerapan zat makanan.
8. Rectum
Seperti halnya pada hewan lain, segmen rectum berfungsi dalam penyerapan air
dan ion. Pada larva ikan, rectum berfungsi sebagai penyerapan protein.
9. Kloaka
Kloaka adalah ruang bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital.
10. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus
terletak di sebelah depan saluran genital.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
15/29
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis, 23 Oktober 2013. Pukul 08.00 s/d 10.00 WIB
Tempat : Ruang Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Lantai 1, Gedung
Dekanat FPIK
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 AlatAlat alat yang digunakan dalam praktikum laju pengosongan lambung adalah
sebagai berikut :
1) Gunting , untuk menggunting dan membedah ikan2) Pinset , untuk alat bantu bedah ikan3) Cawan petri , untuk menyimpan organ-organ ikan4) Jarum , untuk mematikan ikan5) Baki , untuk menyimpan peralatan bedah ikan dan tempat
membedah ikan
6) Alat Tulis , untuk mencatat hasil pengamatan7) Timbangan , untuk menimbang bobot ikan dan organ ikan8)
Penggaris , untuk mengukur panjang ikan dan usus\
9) Kertas Lakmus , untuk mengukur pH pada usus dan lambung
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
16/29
13
3.2.2 BahanBahan yang digunakan dalam praktikum laju pengosongan lambung adalah Ikan
Mas.
3.3 Prosedur Kerja
Dalam percobaan ini langkah-langkah dalam praktikum laju pengosongan
lambung adalah sebagai berikut :
1)
Menyiapkan alat dan bahan ang akan digunakan.
2) Mengambil ikan nila sebagai bahan untuk pengamatan kemudian matikanikan dengan menggunakan jarum.
3) Menimbang berat nila tersebut dengan timbangan. Lalu diukur panjang ikanmas menggunakan penggaris, catat hasilnya.
4) Setelah itu ikan dibedah menggunakan gunting.5) Isi saluran pencernaan ikan dikeluarkan.6) Bobot lambung dan usus ditimbang dengan menggunakan timbangan, setelah
itu diukur panjang usus dengan menggunakan penggaris.
7) Diukur pH pada bagian lambung (pH mid G) dan pH bagian usus dekatdengan anus (pH hind G) menggunakan kertas lakmus.
8) Setelah itu, dikeluarkan isi lambung dan usus dan ditimbang bobotnyamasing-masing menggunakan timbangan
9) Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
17/29
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
KELAS B
Kelompok Berat Ikan Berat Saluran Cerna Berat Isi Saluran Cerna Jenis Pakan
1 15 2 0.06 Tumbuhan
2 15 2 0.06 Tumbuhan
3 16 1 0.02 Tumbuhan
4 26 3 1.5 Tumbuhan5 20 3 1.05 Tumbuhan
6 17 2 0.19 Tumbuhan
7 26 6 2 Tumbuhan
8 27,43 2,52 0,84 Fitoplankton
9 17,54 2,4 0,85 Fitoplankton
10 44,25 5,57 1,98 Tumbuhan
11 33,09 2,33 1,36 Plankton
12 34,58 3,69 1,97 Fitoplankton
13 28,63 1,95 0,92 Fitoplankton14 17,43 1,88 1,43 Fitoplankton
15 20,47 1,99 0,34 Plankton
16 22,7 2,88 0,69 Tumbuhan
17 18,69 1,87 0,43 Tumbuhan
18 23,44 3,74 1,18 Tumbuhan
19 32,35 2,24 1,37 Tumbuhan
20 19,3 1,75 0,99 Tumbuhan
21 29,8 3,48 1,14 Plankton
22 20,33 3,49 1,39
23 18,3 1,55 1,25 Tumbuhan
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
18/29
15
KELAS A
No Berat ikan Berat saluran cernaBerat isi saluran
cerna Jenis pakan
1. 17 gr 2,04 gr 0,09 grTumbuhan &
pakan
2. 23 gr 2,03 gr 0,27 grFitoplankton &
Pelet
3. 14gr 2,04 gr 0,16 gr Fitoplankton
4. 17 gr 0,68 gr 0,29 grHewan &
Tumbuhan
5. 15 gr 1,74 gr 0,13 gr Fitoplankton
6. 11gr 0,96 gr 0,01 gr Fitoplankton
7. 9 gr 0,33 gr 0,01 gr Tumbuhan
8. 15 gr 2,2 gr 1,84 gr Tumbuhan
9. 19 gr 1,2 gr 0,77 gr Tumbuhan
10. 16,95 gr 1 gr 0,44 gr Tumbuhan
11. 14,7 gr 1,27 gr 0,25 gr Tumbuhan
12. 24,05 gr 3,91 gr 1,09 gr Tumbuhan
13. 15,70 gr 2,47 gr 0,78 gr Tumbuhan
14. 20,71 gr 3,36 gr 0,47 grTumbuhan &
Hewan
15. 14,59 gr 1,68 gr 0,54 gr Tumbuhan
16. 18,32 gr 1,32 gr 0,12 gr Tumbuhan
17. 22,64 gr 2,35 gr 0,42 gr Tumbuhan
18. 11,63 gr 2,14 gr 0,50 gr Tumbuhan
19. 18,05 gr 1,37 gr 0,27 gr Tumbuhan
20. 14,70 gr 2,52 gr 0.28 gr Tumbuhan
21. 14,04 gr 2,5 gr 0,3 gr Tumbuhan
22. 15,80 gr 2,33 gr 0,41 gr Tumbuhan
23. 19,71 gr 2,34 gr 1,83 gr Tumbuhan
24. 11,7 gr 0,5 gr 0,1 gr Tumbuhan
25. 16,19 gr 1,75 gr 0,25 gr Tumbuhan26. 14,43 gr 1,36 gr 0,26 gr Tumbuhan
27. 12,43gr 0,6 gr 0,12 gr Tumbuhan
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
19/29
16
KELAS KELAUTAN
Kelompok Berat IkanBerat Saluran
Cerna
Berat Isi Saluran
CernaJenis Pakan
1 19 1 0.24Tumbuhan, pelet,
plankton
2 15 1 0.5Tumbuhan, pelet,
plankton
3 21 2 0.56tumbuhan, pelet,
plankton
4 14 0,97 0,18Tumbuhan, pelet,
plankton
5 7 0.3 0.06 Pelet dan pakanalami
6 139 19 0.919 hewan dan tumbuhan
7 17 1 0.14fitoplankton,
Tumbuhan
8 11 1 0.26Tumbuhan,
fitoplankton
9 3.3 0.269 0.101 Tumbuhan
10 19 1.12 0.13 Pelet
11 9 0.23 0.031 Plankton
12 19 0.9 0.29 Plankton13 2.4 0.2 0.06 Tumbuhan
14 2.8 0.3 0.16Zooplankton,
fitoplankton
15 1.4 0.72 0.12 Plankton
16 2.8 0.25 0.97 Tumbuhan
17 22.64 2.35 0.42 Tumbuhan
18 17.55 0.65 0.45 Pelet
19 8.76 0.44 0.08 Plankton
20 3.87 0.83 0.23 Fitoplankton, pellet
21 17.71 1.22 0.81 Fitoplankton, pellet
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
20/29
17
Data bobot isi saluran cerna pada setiap periode (jam ke- 0, 2, dan 5)
t 0 2 5
1. 0.06 0,09 gr 0.24
2. 0.06 0,27 gr 0.5
3. 0.02 0,16 gr 0.56
4. 1.5 0,29 gr 0,18
5. 1.05 0,13 gr 0.06
6. 0.19 0,01 gr 0.919
7. 2 0,01 gr 0.14
8. 0,84 gr 1,84 gr 0.26
9. 0,85 gr 0,77 gr 0.101
10. 1,98 gr 0,44 gr 0.13
11. 1,36 gr 0,25 gr 0.031
12. 1,97 gr 1,09 gr 0.29
13. 0,92 gr 0,78 gr 0.06
14. 1,43 gr 0,47 gr 0.16
15. 0,34 gr 0,54 gr 0.12
16. 0,69 gr 0,12 gr 0.97
17. 0,43 gr 0,42 gr 0.42
18. 1,18 gr 0,50 gr 0.45
19. 1,37 gr 0,27 gr 0.08
20. 0,99 gr 0.28 gr 0.23
21. 1,14 gr 0,3 gr 0.81
22. 1,39 gr 0,41 gr 0.2423. 1,25 gr 1,83 gr 0.5
24. 1,50 gr 0,1 gr 0.56
25. 1,39 gr 0,25 gr 0,18
26. 1,28 gr 0,26 gr 0.06
27. 1,21 gr 0,12 gr 0.919
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
21/29
18
Perhitungan kelompok 2 hasil dari data diatas
b = 1
1
()()
b =6.0841
1
3(7) (4.8158)
29 1
3(7)(7)
=6.0841(11.2368)
29 16.3333
=5.1527
12.6667
= -0.4067
a = Y + bX
= -1.6052 + 0.4067 (2.33)
= -1.6052 + 0.9476
= -0.6576
Ao = Exp (a)
= Exp (-0.6576)
= 0.5180
Untuk menghitung laju pengosongan lambung (k)k = -b
= -0.4067
Untuk menghitung interval waktu pemberian pakan (t)t = ln3/k
= 1.09/-0.4067
= -2.7012
-k.t = -(0.4067) (-2.7012)
= -1.0985
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
22/29
19
Exp(-k.t) = Exp (-1.0985)
= 0.3333
24/t = 24/-2.7012
= -8.8849
Untuk menghitung konsumsi harian pakan (D)D = Ao (1-exp(-k t)) x 24/t
= 0.5180 (1-exp 1.0985) x -8.8849
= 9.2032
Tabel Hasil Perhitungan
PerlakuanA0
% bobot
k
%bb/jam
t = ln3/k
jam-k.t exp(-kt) 24/t
D
%bb/hari
2 0.5180 -0.4067 -2.7012 -1.0985 0.3333 -8.8849 9.2032
Catatan : Laju pengosongan lambung (k) ; Interval waktu pemberian pakan (t) ;
Konsumsi harian pakan (D)
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita melakukan pengukuran laju pengosongan
lambung pada ikan mas dan ikan nilem. Namun, kelompok kami memilih ikan
mas sebagai sampel untuk melakukan pengukuran.
Hasil dari pengukuran, kelompok kami memperoleh data sebagai berikut :
berat saluran cerna 2 gr dan berat isi saluran cerna adalah 0.06 gr dengan berat
ikan sebesar 15 gr.
Berat saluran cerna dan berat isi saluran cerna pada dasarnya akan
berbeda-beda pada setiap ikan, bergantung pada bentuk dan ukuran lambung ikan
yang tentunya berbeda-beda pula. Dengan bertambahnya ukuran ikan, maka
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
23/29
20
ukuran lambung yang dimilikinya pun akan lebih besar sehingga menyebabkan
berat saluran cerna dan isinya lebih berat.
Kita ambil contoh kelompok 10 kelas B yang memperoleh data sebagai
berikut : berat saluran cerna 5.57 gr dan berat isi saluran cerna adalah 1.98 gr
dengan berat ikan sebesar 44.25 gr. Dapat dilihat dari data tersebut bahwa
semakin berat ikan maka semakin berat saluran cerna beserta isinya.
Namun terjadi hal yang sebaliknya pada beberapa kelompok yang
mengakibatkan perbedaan atau penyimpangan dari literature yang seharusnya.
Contohnya adalah yang terjadi pada kelompok 3 yang memperoleh data sebagai
berikut : berat saluran cerna 1 gr dan berat isi saluran cerna adalah 0.02 gr dengan
berat ikan sebesar 16 gr. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa berat ikan
kelompok 3 lebih besar daripada kelompok 2, namun berat saluran cerna dan berat
isi saluran cernanya lebih kecil yang seharusnya lebih besar.
Begitupula yang terjadi pada kelas A dan kelas Kelautan. Hasil yang
diperoleh secara umum menggambarkan hal yang sama dengan yang terjadi di
kelas B. Beberapa data yang dihasilkan sesuai dengan literature dan beberapa
yang lainnya tidak sesuai.
Derajat kepenuhan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi derajat kepenuhan lambung, yaitu berat dan ukuran
tubuh yang berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung, keadaan
tubuh ikan, dan perbedaan habitat ikan. Faktor-faktor ini dipengaruhi oleh
kebiasaan makanan (Affandi, 2002).
Setelah melihat hasil pengamatan dari waktu dengan bobot saluran cena
ikan mas dan nilem menunjukkan bahwa pada kondisi saluran cerna saat penuh
yaitu 0 jam setelah pemberian pakan lebih kecil dibandingka pemberian pakan
setelah 2 jam dan 5 jam. Menurut Fujaya (2002), makanan yang tersimpan dalam
lambung sekian lama semakin berkurang yang berakibat bobot lambung akan
lebih ringan hal ini dikarenakan makanan yang masuk dan berada didalam
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
24/29
21
lambung sudah dicerna dan sudah siap di absorpsi yang akan diambil sari-sari
makananya guna pemanfaatan sistem kerja yang lain dan sebagian digunakan
untuk pertumbuhan. Namun pada praktikum yang telah dilakukan mendapatkan
hasil yang tidak sesuai. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor ,
diantaranya adalah ukuran tubuh ikan, aktivitas ikan, dan ritme internal (Mujiman,
1984).
Pengamatan laju pengosongan lambung menggunakan prinsip bahwa
lambung yang pada awalnya penuh secara berangsur-angsur akan kosong kembali
karena adanya proses pengangkutan makanan menuju usus untuk diserap oleh
tubuh. Lama waktu yang digunakan untuk mengosongkan lambung ini
dipengaruhi oleh jenis pakan dan faktor lingkungan.
Pengosongan laju digesti dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
temperatur lingkungan dan kualitas pakan. Temperatur lingkungan yang optimal
akan menyebabkan metabolisme meningkat dan hal itu harus diimbangi dengan
pasokan pakan dari lingkungan. Perbedaan kualitas pakan akan mencerminkan
perbedaan komponen penyusun pakan, perbedaan pada akhirnya akan berakibat
pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pada ikan (Santono, 1994). Menurut
Seyhan dan Grove (2001), pengosongan laju digesti ikan dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik seperti tipe makanan yang dikonsumsi, dan jumlah
makanan yang tersedia.
Dapat kita ambil contohnya, yaitu data hasil pengamatan pada kelompok
kami. Seharusnya berat isi saluran cerna nya semakin berkurang dari setiapinterval waktu yang telah ditentukan. Namun, kenyataannya justru berbanding
terbalik. Berat isi saluran cerna semakin bertambah yakni pada jam ke-0 beratnya
0.06 kemudian pada jam ke-2 beratnya menjadi 0.27 dan pada jam ke-5 beratnya
menjadi 0.5. Hal ini bisa terjadi mungkin karena disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah ukuran tubuh ikan. Ukuran tubuh ikan pada jam ke-0 adalah
15 gr, pada jam ke-2 adalah 23 gr dan pada jam ke-5 adalah 16 gr. Perbedaan
tersebutlah yang menyebabkan berat isi saluran cerna berubah.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
25/29
22
Walaupun begitu, adapula kelompok yang berhasil sesuai dengan yang
seharusnya, yaitu yang terjadi pada kelompok 4 kelas B. Diperoleh data sebagai
berikut : berat isi saluran cerna semakin bertambah yakni pada jam ke-0 beratnya
1.5 kemudian pada jam ke-2 beratnya menjadi 0.29 dan pada jam ke-5 beratnya
menjadi 0.18. Hal ini membuktikan bahwa semakin lama, berat isi saluran
cernanya semakin berkurang.
Selain karena faktor bobot tubuh ikan, faktor lain yang menyebabkan hal
ini yaitu jenis pakan yang dimakan. Beberapa jenis pakan yang dipakai adalah
tumbuhan, fitoplankton, dan pellet. Perbedaan jenis pakan tersebut dapat
mempengaruhi karena akan berpengaruh terhadap laju metabolisme ikan yang
selanjutnya kembali berpengaruh terhadap laju pengosongan lambung ikan.
Semakin cepat laju metabolisme ikan, maka semakin cepat laju pengosongan
lambungnya.
Semakin cepat laju pengosongan lambung ini juga dipengaruhi oleh
temperatur yang ada di lingkungan. Apabila suhu semakin tinggi (panas) maka
laju pengosongan lambung akan lebih cepat karena laju metabolismenya pun
menjadi lebih cepat. Sehingga, dari waktu ke waktu berat isi saluran cerna akan
semakin berkurang.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
26/29
23
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Laju digesti adalah waktu yang diperlukan oleh ikan untuk mencerna
makanan dan mengosongkan lambungnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
digesti atau laju pengosongan lambung adalah temperatur air yaitu berat dan
ukuran tubuh yang berbeda, perbedaan jenis ikan, ukuran dan bentuk lambung,
keadaan tubuh ikan, dan jenis serta kualitas pakan yang dikonsumsi.Laju digesti berhubungan dengan laju metabolisme ikan sehingga semakin
lama waktunya, maka isi lambung semakin berkurang. Semakin cepat maju
metabolism maka semakin cepat laju pengosongan lambung karena adanya
pengaruh suhu yang meningkat.
Laju pengosongan lambung dapat dijadikan indikator tentang dasar
penentuan frekuensi pemberian pakan.
5.2 Saran
Sebaiknya digunakan jenis ikan yang memiliki bobot tubuh hampir sama
agar pada saat dilakukan pengukuran hasilnya akan lebih akurat dan dapat terlihat
secara jelas laju digesti yang sebenarnya.
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
27/29
24
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_masdiakses 10 oktober 2013 pukul 19:37
http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/ diakses 10 oktober 2013 pukul
19:57
Odum,E.P., 1971,Fundamental Of Ecology, Third Edition. Sounder
Company.Toronto.
Nybakken, J, W. 1992.Biologi Laut ;Suatu Pendekatan Ekologis.Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mashttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mashttp://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas -
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
28/29
25
Lampiran
Alat
-
7/22/2019 Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air 3.pdf
29/29