puisi joko prast

Upload: prasteeuw

Post on 30-May-2018

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    1/77

    Abimanyu: Roroireng

    Seribu bunga sepanjang jalan yang kau lintasSaat senja yang basah sisa gerimisSore tadi. Mengantar iringan langkah kudaSeorang satria dengan panah dan busur membujur

    Seribu bunga ditebar seorang pengantarBasah oleh sisa tangis sesore itu. BeratMelepas penghias selendangnya dahuluIbu, restumu temaniku di padang kurusetra

    Kala subuh basah embun dingin anginTerdengar kabar satria telah pulang

    Seribu panah melintang menembusTubuh halusnyaBasah darah menggenangDiantar tangis seorang ibu

    Karangmalang, 23 Juni 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    2/77

    Adzan

    Ketika kutatap dua menara menjulangMengantar alun panggilan TuhanSeketika terendap debu-debu pada mata

    Ketika kudengar lagi derap, riuh, gemuruhDi lorong-lorong, pinggiran jalanMenjelma gumpal menyumpal telingaMencipta kabut menutup mata

    Tiada terdengar lagi suara langitHanya lirih rintih penyesalanTak terlihat cahaya suciHanya remang sisa nista

    Dan seutas cemas kala temaramHari berganti malamTerdengar suara panggilanSebagai satu kerlapPenembus gelap

    Mujahidin, 24 Juni 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    3/77

    Adzan Maghrib

    Rembang mengambang. Suara sumbang. Ada kupu-kupuMencari inap di antara daun-daunLemas. Sehabis panas. Gending-gending menjelang remangMenyusup-nyusup daun

    Aku tak dapat melangkahi menepi pagiKau mengantarkan mata untuk memandangi langit yang menetaskanKelip-kelip cahaya saat biru dikubur hitam

    Ada suara sayup menyusup katup telingaBegitu hafal dengan irama, lafal, berikut vokalnyaKau hanya mengantarTak sampai menyampaikan pada makrifat yang kau dioramakanPada sebuah pergantian rona langitPada rembang yang mengambang

    Aku hanya mendengar lafal-lafalSementara hingar bingar, hiruk pikukDunia masih berkecamuk tak karuan

    Kita hanya mendengarTak pernah menyimak

    Karangmalang, 29 Februari 2004, 17.30.07

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    4/77

    Aku: Batu dan Bisu

    Sebutir batu tergelincir di hilir suatu kaliKecemplung terseret arus derasTerantuk-antuk melayang tenggelamTerus mengalir terkubur pasir

    Sebutir batu yang kau bawa dari hulu sehabisHujan gerimisMasih membatu belum terkikisTerpendam dalam pasir. Dan hampir-hampir terbenamTerbenam

    Ada kata yang tak sempat menembusMengantuk arus yang menghunusMenyayat-nyayatTak sempat air mata tercipratLarut pada air kali yang tak bening lagiHanya membisu. Menjadi saksi kebekuankuDan keacuhanmu menyusuri kalimuKarena aku batu..

    Karangmalang, 260204, 22.10.44

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    5/77

    Aku Ingin Hari Segera Pagi

    Aku ingin hari segera pagiMendengar lagi kicau-kicau paksi

    Melihat lagi tetes embun bak pelangiDari daun-daun padiDi sawah yang terhampar bersemi

    Aku ingin hari segera pagiMenyahut salam sang mentariBersama pak taniMemanggul pacul di tangan kiriDan sarapan pagi bersama istri

    Aku ingin hari segera pagi

    Menyingkap malam yang sepiBerganti siulan sejukkan hatiMenggulung gelap yang menyayat sanubariDengan cahya surya hangatkan bumi

    Aku ingin hari segera pagiMenyaksikan bocah-bocah berlari-lariDi tepi jalan sambil bernyanyiMemakai tas dan topiMenjadi penghias harapan negeri

    Aku ingin hari segera pagiMengusir bayangan yang menariSepanjang malam iniYang tlah pergi tak kembaliSampai hari benar-benar pagi

    Karangmalang, 2 Mei 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    6/77

    Aku, Kau, dan Rembulan

    Sampai hafal aku akan adamuKau terus berjumbul-jumbul di keremangan jalankuSetapak tak berlampu

    Aku yang buta oleh silauan pancarmuMasih mendengar sesahutan burung hantu, gagak, katak, dan belalangMenjelang malam. Begitu jumbuh

    Aku tak mengharapkan subuh tibaYang membukakan kembali matakuMelihat kembali kemunculan matahariKarena aku telah buta

    Hanya saja aku hafal akan adamuBersanding dengan rembulan tepat di atas jalankuYang keremanganDi persimpangan, aku hanya menatapIri pada bulan yang menyandingmu, cahaya!Kau dan rembulan menyiluetkan aku

    Tetapi adamu, menjadikan aku menari-nariDengan alunan anginMenjadi sebuah diorama tentang kerinduakuUntuk bermandikanmu

    Sampai aku hafal akan adamu, CahayaBersama rembulanSampai aku buta di remang malamSampai subuh menjemputkuKetika tubuhku berpeluh embun

    Karangmalang, 27 Februari 2004, 22.28.42

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    7/77

    Awal dan Akhir

    Jika kau berkata perpisahan adalah pedihMaka pertemuan itu sebuah sembilu

    Kalau kau yakin akhir itu hanyalah pepasirMaka awal adalah air

    2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    8/77

    Belenggu

    Seperti merpati mengitari mentariDi atas petak-petak hijau tembakauDi antara rerindang pohon yang ditumbangTiang pembentang benangTempat mengalir isi televisi, lampu, seterika

    Si Kembar Sindoro-Sumbing sempat menyunggingSenyum basabasi

    Tapi, bukan bebas, kawanToh, kembali juga dalam sarangAtau semacam keranjang

    Matahari telah nyemplung balik bukitMenyipratkan gurat jingga

    Namun tangan itu belum jemu jugaMenyingkap sayapMemutar keranjang

    O. merpati terbangOrang-orang berangSenyum si kembar masih membentang

    Temanggung, 9 Juni 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    9/77

    Bisu

    Tatkala sukma tertimpa daun talasBergetarMendesak dan meledak

    Alirkan sungai sejuta kataMencari muaraMuara samudra temukan makna

    Tapi sejuta terbendung batuLalu sembunyi balik matahariSurya bertahta bawah jendela

    Jendela terbungkus bola

    Bola membentang benangBenang tersangkut kabutPutus

    6 Mei 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    10/77

    Bocah Kecil dengan Segenggam Kerikil

    Di antara reruntuh tubuh-tubuh ituDi sela-sela puing-puing sekedar peneduh

    Seorang bocah kecil menatap sarat ratap: hanya sebatang kara kini ia

    Elang-elang lintaskan batang-batang rudal melantak,Moncong-moncong tank memuntah,Capung-capung raksasa liar menghujankan bisa kematianSegalanya tajam terekamSedang hanya butir-butir kerikil tergenggam

    Dilemparnya lurus menembus masa depan yang terkikisDimaunya damai lekas digapai

    Ditatapnya derai-derai dari mata ibundaMengalir berbutir-butir bening sebening nuraninya

    Dan darah yang telah membasuhTanah-tanah tandus ituBersama peluhHanyutkan pengharapan, angan, dan masa depan

    Di antara reruntuh serta puing-puing cita dan cintaBocah kecil itu menggenggam sebutir kerikil lukaDan akan terus tergenggam

    Sampai segalanya tenggelam

    Yogyakarta, April 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    11/77

    Bulan Sabit Akhir Bulan

    Kau pejamkan mataKala langkahku bungkam menjelang buram malamKakiku kram dalam kelam

    Kau terjemahkan kegelapanDalam keterhentianku, dalam kekakuanku

    Mungkin kau tertawaLewat senja yang menyipratkan sandikalaSeperti mengejek kepergian matahari(bukan ucapan selamat malam)

    kau pun bertepuk tanganmenyipratkan bintang-bintang malambersama cericit binatang malammengucapkan selamat bobokpadaku yang kini mabok

    Tidurlah sayang, kau boleh mimpikan akuTapi jangan lupa esok kau cariTukang pijat pengobat kakimu.

    Bangsat! aku mengumpat.

    Rupanya kau tahuDalam suntuk aku belum mengantuk(masih mengutuk)Dalam kepincanganku kutembus malamSeraya menyambut bulan sabit di akhir bulan

    Karangmalang, 26 Februari 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    12/77

    Bunga

    Kini saatnya merangkai kembaliKelopak-kelopak bunga yang berjatuhanMahkota-mahkota yang berguguranAgar bisa kita persembahkanSebagai salam perpisahan

    Perpus SMP 8, 270804, 09.42

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    13/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    14/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    15/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    16/77

    Buta

    Ingin kubaca kata-kata yang tertata di kaca jendelaMengeja ujaran-ujaran yang mengalirLewat pancaran cahayaSebab laci bicara terkunci dalam diam

    Dari luar, hanya sunyi menjamah rumah ituMulut pintu terkatup bisu

    Ya, hanya cahaya yang membawa kata-kata dan ujaran-ujaranTapi tak sampai pada mataYang buta

    Karangmalang, 24 September 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    17/77

    Cermin Sunyi

    Sunyi dibalik kacaTak kutemui wajahkuKala bercermin

    Dan mengapa wajah memudarPada air kolamYang kejatuhan kerikilBekas lempar

    Hanya gelombangLalu sunyi lagi

    Karangmalang, September 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    18/77

    Damai yang Ditulis dengan Darah

    Tanah tandus itu telah tergores darahTanah kerontang dan gersang itu terbanjirkan darahSungai-sungai kering itu bermataairkan darahDan mengalirkan airmata yang telah mengering

    Hanyakah dengan darahHendak tumbangkan sebatang tonggak?Tetapi rumah-rumah kami yang luluh lantakDan tubuh-tubuh kami yang berguguranMenyusul asa, masa depan, dan harapanYang berpuing-puing berserak

    Cumakah kau tumpahkan darah kamiMengganti sumur-sumur yang tlah kau kuras?Atau memang hatimu yang mengerasSedang airmata kami tiada dapatMembasuhnyaKarena pintu itu kian terkatup

    Airmata dan darah telah tertumpahSemoga kan membasuh luka-luka kamiDan marah itu tenggelam dalam darahPun tuliskan dan lukiskan sekedar damaiKetika penerus jaman kan sampai

    Yogyakarta, April 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    19/77

    Desah Bocah Kecil di Perak Purnama

    Ada desah dari dada bocah kecilYang berenang-renangPada aliran perak purnamaSuatu malamMengaisi puisi yang tercecer di emper-emper langit

    Ada desah dari dada bocah kecilSaat tersangkut pada awan malamSaat gagal menggapai puisiYang tergantung pada bintang-bintang malam

    Ada desah di dada bocah kecilTerhempas ditabrak gagak disambar kelelawarDari himpitan awanDari celah cahaya perak purnama

    Ada desah di dada bocah kecilTertegun di bumiDitemani embunDisaksikan awanDiterangi bulanMenatap puisi yang masih menggantungPada bintang-bintang malam

    Karangmalang, 17 September 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    20/77

    Di Akhir Penghujan

    : Liy

    Sisa luka yang terciprat senjaDan angin lembahYang mulai merayap dari atap-atapSindoro. Seraut paras yang menggoresnyaBelum seluruh hapus pada pupus-pupusPengharapan. Masih menuntunTangan mencetak sajak pada kertasYang basah oleh gerimis bulan desember

    Alun seruling mendayuMeluruh rayu

    Yang berbisik dan mengusik kekosongan

    Terdengar cicit seekor pipitKala sisa penghujan bulan mei belum redaSaat semburat merah matahari belum terlihat

    Mengajak kubersajakMenawarkan penawar

    Karangmalang, 22 Juni 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    21/77

    Di Akhir Penghujan (II)

    Ketika kau panjat pahatan batu-batu ituMungkin tak kau baca pahatan dalam dadakuKarena barangkali sudah membatu

    Oh ya aku lupa memasang stupaKukira (kalau tak yakin) mungkin belum sampai puncak

    Dan ketika hujan bulan mei (sebagai sisa sebuah musim)Mengguyur menjelang kumandang adzan sore ituTiada melunturkan sebuah pahatan yang kian membatuSejak setahun lalu

    Borobudur-Jogja, Mei 2004-05-13

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    22/77

    Di Sebuah Terminal

    Di bawah terik membakar

    Aku duduk dalam kotak yang kan mengantarBadan yang hendak mengejarSekedar beberapa lembar saja

    Kudengar derap-derap kakiYang kukira juga sedang mengejarEntah apa..

    Mengiring alunan biola dan gitarBerdendang biar dapat uluran

    Botol-botol, kotak, dan bungkus-bungkus tertataTurut ditawar

    Ayo melaju! Jangan hanya menderu!Aku sudah sangat rindu!

    Jombor, 17 Mei 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    23/77

    Di Sebuah Terminal (II)

    Ini bukan terminal pelarian. Pemberhentian

    Dari kemelut yang mengkabut dan menyulutKeputusasaan. Ini hanyalah perantara, tempat mengumpulkanHarapan yang berkeping-kepingSeperti para pengamen dari bis ke bisMengumpulkan tali hidup sekeping-sekeping

    Tak kan kuhentikan laju jalan iniDi tengah perjalanan

    Maka kutunggu kau di terminalDi titik final

    Meski semua bakal menjadi fatal

    Jombor-Muntilan, Agustus 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    24/77

    Fathul Makkah

    Masih terngiang denting-denting pedangMenyimbah darah badar dan uhudDan tombak yang melonjak pada lambung SingaLalu jantung terkunyah perempuan

    Masih mendesir saat terusirRumah dan tanah lahirTersingkirHanya daun-daun penggiring lapar

    Gaung sumpah serapah, maki,Lemparan batu-batuSampai kotoran unta serta ludah

    Kini..........Dengan seratus ribu pasukanTanpa tombak, panah, juga pedang

    KembaliMereka tak bernyaliDan dari lisannya yang muliaBertitah sepatahKalian bebas sudah!

    Karangmalang, 2 juli 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    25/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    26/77

    Hujan Melarang Kita

    : Ocha

    Hujan melarang kitaMelanjutkan langkahMenuju dunia yang disaratiUrat-urat menegang, aksara-aksaraSeperti benang kusut, dan lain sebagainyaSetelah sejenak kita mengasingkannya

    Hujan melarang kitaMeratapi perpisahanDari sesenja perjumpaan sederhana

    Pada pertengah perjalananPada pertengah dua dimensi yang kadang sulit berkolaborasiPertengah dua waktu perhubungan vertikal

    (Dan ada makna dari pengalaman pertundaan itu,Selama hujan belum reda-dari langit dan dari pikiran-pikiran serta hatiyang mendung-selama perbincangan semalam ini)

    Karangmalang, 3 November 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    27/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    28/77

    I Love You

    Kepada kamu,Kepada Bapak dan Ibu,Bahkan kepada Tuhanku,- bibirku kelu mengucap I Love You

    Sengguh Cage, 20 Agustus 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    29/77

    Ibu, Aku Lupa Cara Menangis

    Ibu, di sini hanya kulihat pasir

    Ada titik berkilauan seperti intanIbu, lihatlah.

    Ia seperti matakuHanya mengembalikan deburan ombakKepada luapan laut kesedihan

    Ibu, ia seperti matakuKeringMaka ajari aku cara menangis

    Parangkusumo, 19 Juni 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    30/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    31/77

    Kala Badai

    : Roroireng

    Seekor merpati putihMenabur bulu-bulunya hingga tertatihArungi belantara berujung pasirPutih

    Badai kencang menerpa kencang menerjangSayapnya patah sebelah Jatuh lelah di lautan merahMemar dunia terlihat samarSepi sekitar tiada tanda hayati

    Hanya hamparan biru tanpa tepi

    Menangis merpati dalam gerimisLalu datang angin mengantarEntah kemana..

    Yogyakarta, 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    32/77

    Kala Kapal Berlayar

    Jika sebuah kapal telah berlayarDalam samuderamuTentu kan kau cari sebuah pelabuhanTambatan. Menuju pulau penuh ranau

    Kenapa kau berhenti kala prahara menerpa?Padahal esok mentari kan menariMengapa kau biarkan setitik lobang Jadikan karam dan kandas?Padahal nyiur telah menanti dan melambai

    Di pinggir pantai?

    2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    33/77

    Karena Kau Terlambat

    : DSA

    Ada hambat membuat kau terlambatKedatanganmu dinanti-nanti dengan hati yang berganti-gantiAntara gelisah, tanda tanya, cemas yang meremas-remasGelas kehampaan atas ketiadaanmu

    Tahukah..Seseorang disana kau paksa berimprovisasiMengembalikan basi yang telah berkali-kali diceritakan

    Ada hambat membuat kau terlambatMembuat kami menambatkan kerinduanAkan pertemuan dan perbincanganBahkan mungkin perdebatan

    Tak usah kau sambat keterlambatanmuAngin pun masih tersenyum menyambutmuToh kaupun datang jugaMeski titik usai hampir tercapai(dan perbincangan pun dimulai)

    C. 08. 101, 120504, 10.20.15

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    34/77

    Kepada Yang Masih Tinggal

    Ada yang belum hilang jugaWalau kemarau telah menghalauSemua sisa percik hujan di kaca jendela

    Di sana aku masih melihat tempiasYang membiaskan siluet tubuhmuDi sana aku masih mendengar gemericikGerimis dari sela-sela dua matamu

    Tidak! Tidak akan aku hapusSampai hujan turun kembaliMembanjiri kemarau yang lama merantauDi pulau-pulau hati kita

    Yogyakarta, Juni 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    35/77

    Keputusanmu

    : Ri

    Tiada kusangka sebilah lukaBagai garis mengiris menggores

    Oleh sembilu meliku kalbuSenyummu itu

    Mungkinkah kau tahu?

    Temanggung, 27 Desember 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    36/77

    Kering

    Aku ini selembar daun keringTerhempas dari dahannyaOleh hembusan sang angin.Melayang.Buta arah hampa tujuan

    Harimau siang mencakar tulang-temulangDengan kuku-kuku berdebuRaja gelap menusuk-nusuk sumsumDengan jarum salju nan beku

    Kurindu setitik embunMengisi segenap pori-poriKudamba akan kesuburanYang mampu mengembalikanHijauku yang lama menghilang

    Yogyakarta, 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    37/77

    Kidung Rindu (I)

    Ada sebuah seruling mendayu Jiwa bernada pilu bertaluEngkau berdiri di sanaNampak seukir senyum tersungging syahduGagap hanya aku tanpa daya

    Pusara masih terpatri kokohEngkau masih senyum tawaNegeri inderaku melayang lewat jendelaImaji tutup jendela buka maya

    18 September 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    38/77

    Kidung Rindu (II)

    Ratap setiap hampa serebrumObelisk terjelma dalam sukmaRindu itu bagai saljuOh. kalbu yang dilanda rindu

    Ikatan pudar jagat rasionalRemang khayali belenggu tak tentuEngkau yang membawa setangkai senyumNampak terus lintasi dan berotasiGapai setangkai tak sampai

    21 September 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    39/77

    Marhabban yaa Ramadhan

    Langit akan segera menurunkanKekasihnya, kekasih kita, kekasih jagad raya

    Atau akankah kau sambut semataDengan petasan beserta padusan

    Maka sudahkah kau siapkanUpacara penyambutanDengan jiwa suci dan lapang

    Langit akan segera menurunkan

    Kekasihnya, kekasih kita, kekasih jagad raya

    Padahal, langit melepasnyaDengan membuka tujuh pintu surgaDan merapatkan tujuh pintu neraka

    Dan tak pernah kita tahuTak pernah kita mengertiPerjumpaan iniMungkin yang terakhir kali

    Karangmalang, Oktober-November 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    40/77

    Masih Ada Waktu

    Ada jeda di tengah perbincangan kitaSesuatu tiba-tiba membatu menjadi sandunganPercakapan yang belum sempat mengklimaksMari istirah sejenak. Menulis sajak sebelumKita mengantuk

    Ada kabut mendadak membalutSebelum percakapan ini menyudutIjinkan aku menyulut sebatang rokokAgar menghalaunya dengan asap senyampangBelum sampai mengatap

    Aku diam, engkau bungkam. Tak apa-apaMasih ada waktu kita nikmatiSecangkir teh sambil kita membacaSajak yang kita cetakAgar petak-petak perbincangan kitaTidak segera retakSebab masih ada waktuMasih ada waktu

    Karangmalang, 6 Juni 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    41/77

    Mencari Arti Mimpi

    (suatu pagi yang diguyur gerimis sedari malam)

    Ini sisa atau kuasa yang tertumpahGerimis yang melahirkan butir-butirSelama malamDan memagutkan mimpi-mimpi sendu

    Dan pagi ini masih tumpahSeperti garis putus-putus yang memupuskanSebuah teka-teki untuk dijawab

    Tapi puisiku ikut kabur

    Seperti ini pagiYang menggumpal lalu meleburMenjadi rintik-rintik, butir-butir gerimis

    Rasanya, nyata pada hari yang baru lahir iniDengan maya dari mimpi malam tadiSeperti ada hijabLalu kucoba menyelinap

    Langit dan bumi pagi ini Juga terhijab awan

    Terhubung hujanDapatkah puisiku menyambut hujanYang mengantarkannya ke langitAtau justru larut, mengaliri sungaiMenuju laut

    Perjalanan itu begitu panjang

    Rektorat UNY, 5 Oktober 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    42/77

    Menjadi Dalang

    : ChI (100503)

    Kau pinjamkan selembar selendang Mengantar langkah gilakuPada sore itu

    Kucoba membuka kataTapi mulut hanya bisu

    Ingin tangan ini kulenggangTapi masih saja kaku

    Mereka tetap saja kardusYang bergambar wayangMaaf, aku bukan dalang!

    Secang, 17 Mei 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    43/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    44/77

    Oase

    Tubuh ini bersimbah peluhSetelah berpuluh mil ditempuh

    Ada angin menyekaSeakan peka bahwa tiada lagiKesejukan dalam dada

    Padang ini meradang dibakar matahariYang tiada tertopang rindangPohon-pohon atau sekedar belukar

    Langkah kaki yang tak beralas lagiHanya sembulkan debu

    Hamparan fatamorgana sudahBosan kureguk hanya tuk mengutuk dahaga

    Tapi oase di tengah padangAkan menyambung perjalananMenuju taman telaga

    Terban, 3 Juli 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    45/77

    Pasir Putih Merintih

    Aku ingin ikut larutBersama ombakMembasuh putihMenghias negeri tanpa mentari

    Di siniBelai ombak tiada lagi ramahTangan-tangan kotor telah menjamahPenuh sampah

    Buih putih di tengah bercemoohSekarang aku lebih putih

    Sedih

    Aku ingin ikut larutHingga tak ada lagi batasHingga tangan-tangan itu terhempas!

    Karangmalang, 11 Mei 2003(Kenangan di Pantai Srau, Pacitan)

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    46/77

    Pencarian dalam Goa

    Kilau-kilau cahaya seperti marmer itu

    Menghalau gelap goa ini

    Tiba-tiba seperti kulihat berkas cahyaHati yang redup terselipDi antara kilau-kilau itu

    Kucari, kukejarTapi ia telah menyatu di sanaTertancap di stalaktit yang bertenggerDan terjatuh pada satalakmitTerjepit.

    Ingin aku menjeritAntara bahgia menatapRedup cahyaku yang terulur dari hatiDan sedihTatkala tangan ini gagal menggapainya

    Kucoba bersandar pada lekukDinding lorong gelap ini

    Dan tanpa kusadari

    Kaki ini telah berpijak lagiPada mulut goa

    Karangmalang, 11 Mei 2003(Kenangan di Goa Gong, Pacitan)

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    47/77

    Perbedaan

    : AT

    Masihkah ada ruang yang pantas untuk menampungMembendung dan mengusung bongkahan-bongkahanBatu yang membumbung dari ledakan angkaraYang mengklimaks dan memuncak

    Lantaran sebutir kerikil kecil yang terlemparMengutubkan dua insan yang hampir menyatu

    Mereka terlemparMereka terhempas

    Mungkin hanya isak penyesalanMelapukkan batu ituMenumbuhkan lumut penyambutBunga kenangan yang hampir layuTapi tak mampu memecah kutubYang ternjur membatu

    Perpustakaan SMP N 8, 14 Agustus 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    48/77

    Perjalanan

    Berpijak pada tapak-tapakPerjalanan ini menikungMenuju palung yang sarat tapak-tapak hitamBerkarat

    Beranjak dari pasir yang membanjirMengisi ruang hampaMenghampar seperti tikar-tikar terkapar

    Lama langkah ini menelikung belum berujungTapi telah kurasakan panas yang meranggaskan napas

    Lalu mengangkasa asap hitamSerupa malamMengantar mata pada kebutaan

    Aku masih berjalanDengan satu mata yang masih menyelinapDi antara asap

    Karangmalang, 26 September 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    49/77

    Perjalanan Cinta

    Ada cinta yang terpahat

    Ada cinta yang tertambatAda cinta yang terhambatMembuat terlambat mengucapAku cinta padaMU

    Perpus SMP 8 YK, 210804, 09.36

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    50/77

    Prahara Dewata

    Dalam kebisingan mereka berputarDalam redup remang-remangTak terhitung waktu semua pudarOleh gelegar dan lidah-lidah berpijar

    Lalu mereka berlari di atas kerikil-kerikil panasMeleleh mengalir menuju padang pasirLewati karang, gua-gua, dan hutan bambu

    Butir-butir mutiara bercucuran dari jendelaLalu tiap gerbang rapat tak berbukaSang raja berhenti melayang

    2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    51/77

    Protonema

    Ada langit tersayat megaMengalun sebuah gurit tentang elegiYang pada klimaksnya memecahTangis serupa hujan

    Ada kemarahan di wajahmuKau cambuk-cambukkanSeperti petir-petir berloncatanBerkilatan menghajar kegelapanMenghajar kebatuanku

    Getir yang kurasakan lewat cucuran hujan ituBerdenting-denting di atas gentingDan iramanya lama-lama menumbuh lumut kehidupanMenghalau paraunya dari kemarau musim lalu

    Karangmalang, Februari 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    52/77

    Puisi Tanpa Kata

    Malam ini kuingin menulis sebait puisi

    Yang kadang bisa membakar sepiTetapi pena ini terlena di atas kertas:Hanya terangguk-angguk mendengarHalilintar, banjir, badai yang berkecamukDi antara tulang-tulang yang seakanTelah kering setelah lelah mengejaDenyut-denyut darah yang setiap detikMelayani lalu-lalang anginDan tak pernah ditemui arti

    Terpelanting penaku tepat di antara

    Batu tua yang lama terdiamDan sungai yang terus mengalirkan darah

    Namun sempat memuntahkan gumpalanYang terbendung di ujung sana

    Meski tak sepatah kataMembungkus semua makna

    Karangmalang, 26 April 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    53/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    54/77

    Resah Semesta

    Kudengar bisik angin yang tlah berselingkuh

    Dengan musim, mengabarkan: Manusia yang memulai dulu

    Kudengar kabar musim yang telah menyelewengDengan masa, mengatakan: Manusia yang tak setia

    Kudengar tangis bumi yang mengubur suburnyaMeratapi: Manusia telah menggali liangnya

    Kudengar matahari yang garang membakar, marah: Manusia telah menyulutnya(dengan merobek atmosfer)

    Kudengar sungai yang telah disetubuhi sampahMenyumpah: Manusia tak kan bisa bercermin lewat beningku

    Kudengar manusia berkeluh kesah: Alam tiada ramah pada kita

    Dan alam pun menyanggah: Bukannya kami marahManusia yang tak ramah!

    Yogyakarta, 22 Mei 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    55/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    56/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    57/77

    Sajak Perpisahan

    Suatu sore yang merembang petang di jelangKepamitan matahariMenyemburat sandaikala di cakrawalaMenjingga atas sebuah kerinduan dari jenuhHujan yang turun berbulan-bulan

    Matahari menyurup tanpa tiraiTak ada mendung membendungKadang begitu mudah mengucap selamat tinggalSeperti siang menitipkannya pada ciprat sandaikalaBegitu saja mengalir menyisakan gelap

    Lambaianku seperti matahari di balik bukit ituYang Kau lihat lewat jendelaWalau tak menyisakan kata,Masihkah kau dengar lirih isakku?

    2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    58/77

    Satu Kata

    Adakah satu kata yang bisa membinasa

    Kecamuk macam-macam yang mengamuk-amukDalam otak yang telah mengombakHanya menjelma keluk asap mengepul dari mulutYang lama membisu

    Dari sekian ombak membadaiBelum juga menerjang karangHanya pecah membuih dan tenggelamAtau menyipratkan ketakberdayaan, kejemuan, bahkan kelelahan

    Ya, hanya asap merayap-rayap

    Menyimpan segenap penat

    Memang terlalu sulit menyederhanakanDeburan ombak yang kadang menyiklusMeski hanya dengan satu kata

    Karangmalang, 10-12 April 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    59/77

    Satu yang Tersisa

    : Sofi

    Rasanya enggan kutinggalkanSebuah persinggahanSetelah lelah berjelajahYang belum usai

    Saat itu, engkau, juga teman-temanmuBertemu mukaLalu kusapa engkauKutatap wajahmu satu-satuDan kurasakan betapa lezatnya

    Pertemuan ini

    Namun sehabis itu,Entah apa yang kau rasaMungkin perjalanan dalam lorong-lorong gelapBercampur asam dan enzim-enzimYang tak pernah kau kenal sebelumnya

    Sengaja kukenalkan kauDalam perutku yang sedari tadi berkata-kataBerdendang-dendang

    Tentang lagu kekosonganTapi sayangPerjalanan harus dilanjutkanDan satu yang tersisaTak sempat kuberpamitan(hanya terpaku dalam kesendirianpada sebuah piring, kesepian)

    Temanggung, 2 November 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    60/77

    Sebelum Malam Tiba

    Sebelum malam tiba

    Kuingin hiasi langit dengan pelangiTempat lewat bidadariSetelah usai gerimis sore ini

    Sebelum malam tibaKuingin menyungging senyum pada mentariYang terkantuk-kantuk dan sebentarMenyisir bukit di ufuk barat

    Sebelum malam tibaKuingin menikmati jingga sandaikala

    Dan kusalami awan-awan putihYang bergulung-gulung satu-satu

    Sebelum malam tibaIngin kusempatkan memetik melatiBuat bunda yang duduk di berandaAgar tangisnya menjelma tawa

    Sebelum malam tibaBiar semua warna terbias lewat kaca rumahBiar semua tahu seperti apa aku

    Dan kan kuterima hitam atau putih akhirnyaYogyakarta, 30 April 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    61/77

    Sekelumit Bait di Persimpangan

    Sekelumit bait mengalir lewatCelah-celah resah saatSimpang jalan mengangaAntara jurang dan tebing terjalYang tak dapat kubedakan

    Mata telah kehilangan cahayaHanya tabir hitam melayang-layangMenghadang sinar yang terpendam

    Hanya sekelumit bait ituMenjadi ratap dan zikirAgar kaki tiada terkilir

    Mujahidin, 24 Juni 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    62/77

    Senja di Parangkusumo

    Deburan ombak yang mengarak-arak

    Mengingatkan gelak tawaSebagai persembunyian isak tangis yang menyerakkan

    Sengaja tak kuperlihatkan piluYang memalu, mengeping-kepingkanBongkahan karang yang tak kuatLagi menahan hantamanmu

    Kini yang ada hanya hampar pepasirYang membanjir di setiap pesisir hatiSebagai endapan air mata

    Yang belum juga mengering

    Yogyakarta, Juni 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    63/77

    Senja di Telengria

    : Aj

    Aku ingin mengganti senjaDi kaki gunungYang dingin anginnyaMenjadi saksi runtuhnya hati

    Dengan senja di tepi sebuah pantaiYang damai

    Dan ombak yang membelaiMenggugah sayap harap

    Hingga terbangSeperti camar itu!

    Karangmalang, Mei 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    64/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    65/77

    Senyum yang Tersimpan

    Wajah itu menyeringai di balik tirai

    Seperti bulan pucat setelah memanjatDi balik selimut awan pekatBintang tak setia lagi bersanding di sampingnya: hanya menggigil sepi

    Gerimis merontokkan jarak antara mata dan wajah ituHanya desir angin mengabarkanBahwa dari puncak bukit ituMatahari masih menyimpan senyum

    Dan ia kabarkan pada bulan

    Sebentar lagi kau pun akan tersenyumdalam perut bukit ini

    Yogyakarta, 13 April 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    66/77

    Sesaat Itu

    Beberapa waktu itu

    Hanya tatapHanya kataHanya duduk dalam satu lingkaranTak lebih

    Sesaat, waktu ituTatap menjadi bermaknaKata menjadi buta

    Dan lingkaran itu berputarMenuju bunga-bunga bermekaran

    Detik telah mengubah arahYang tak kutahu darimana pijakan

    Entah..Aku jadi suka menatapTapi tak sanggup berkata

    Karangmalang, 3 Agustus 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    67/77

    Sesuatu yang Terlampaui

    Selalu aku terlaluiWaktu selalu melajuTerhempas dari perjalanan masaTak sempat kucatat sejarahKarna aku selalu terlalui

    Karna kata yang tak terutarakan menggunungDalam lidah bergulung-gulung jadi gaungPada langit-langit mulut

    Kau telah merangkai perjalananBersama masa merajut sejarahSeperti burung yang bercengkeramaBersama angin dan awan

    Aku hanya dahan yang bungkamDari cerita-cerita yang disampaikan anginDan dari hujan yang mendesahkan air mata

    Karangmalang, Desember 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    68/77

    Siluet Daun Cinta(di ujung senja)

    Daun-daun cinta telah berguguranDi padang kemarauMerindu embun

    Daun-daun cinta berguguranMenyisakan ranting keringYang tertahan pada dahan-dahan hatiLupa bahwa matahari senjaMencubit manja(mungkin sebagai ganti ucapan selamat malam)

    Daun-daun cinta berguguranMencipta siluet di balik jingga senjaKetika dihalau angin senja yang parauDi padang kemarau

    Angin yang parauKemarau yang kering Juga cahaya senja yang galauBerkolaborasi di sisi-sisi siluetMendistorsikan romantikaKuncup-kuncup daun di awal penghujan

    Karangmalang, 21 September 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    69/77

    Tak Perlu Sembadra Jadi Srikandi

    : APA

    Selendangmu kan jadi gendewaBukan dengan tangan atau keretaPanah-panah kan tercipta lewat kata Jangan menangisi tak boleh majuCukup cetak AbimanyuAmarta dan Astina di telapak kakimu

    Yogyakarta, 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    70/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    71/77

    Takdir

    : PIS

    Katakan bahwa kau tiada terbawaHawa yang dulu tak pernah kau ceritakanTentang masaTentang rasaYang senantiasa membingkai dewasa

    Dulu, katanya kau suka angka-angkaAtau kerangkaBegitu asik kau rangkaiMenjadi bingkai-bingkai karyamu

    Kini, kau suka kata-kataDan gerak dan mimikSerta sesuatu yang dikatakan artistik: suatu transformasi bahasa

    Katakan bahwa kau tiada terbawaAtau terjerumusDalam kamus yang tiada kau pahamiKatakan bahwa kau tak kan hapusMimpi-mimpi yang kini kau sangka pupus

    (Suatu saat kau kan temukan rumus-rumus)Hanya perlu kau pahamiBahwa sesuatu yang ditentukanAdalah artiDan masa serta rasa tentang dulu dan kiniAkan bermakna untuk kelak

    Karangmalang, November 2003-Maret 2004

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    72/77

    Tangis Hutan Cemara

    : Sumbing Sindoro

    lekuk hijau hutan cemaradijilat lidah merahmembaralalu dipeluk hijau tembakau

    dan ketika kemarau usaitangis cemara menjelmaamuk air membahanamenjadi bencana

    Temanggung, 28 Juni 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    73/77

    Tenggelam

    Kala bola lentera hari

    Menyisir gunung perahuMemanggil niyaga-niyaga jelagaMenabuh gending-gending malam

    Dan lawa-lawa tertawaMengitari bumi mencari mangsa

    Matahari telah tenggelamDan tenggelam pula mataharikuDalam kelamOleh senyum yang terkulum

    Masih terekam dalam pita hitamKata-kata maha tajamKau lepaskan menghunjamSeiring selamnya senjaAkupun ikut tenggelam

    Temanggung, 27 Desember 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    74/77

    Tergantung Pada Kosong

    : Tono

    Kepalaku tergantung pada pakuYang kutancapkan sendiri di tengah tembokTanpa lukisanTanpa tulisanHanya kosong

    Seperti sepotong baju yang menggantungPada gantungan yang tergantung di pakuYang terpaku di tembokKosongTanpa lukisanTanpa tulisan(ketergantungan menyisakan kekosongan)

    Sengguh Cage, 11 November 2003

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    75/77

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    76/77

    Titip Salam

    Sepi kurasa hampa tiada napasHanya tetes-tetes embun di ubun-ubun

    Kuhirup sehelai wewangi dari hulu kaliTerbawa hembusan angin dari gunung

    Lama dunia diam tanpa suaraLantas kudengar ketukan pintu

    Tersentak, menjeritAku tergigitSesuatu yang dari pintu

    Melayang aku seakan terbang

    Kulupa dimana tempatku berpijak

    Wahai angin yang dari gunungTolong sampaikan salamkuPada bumiku

    6 Oktober 2002

  • 8/14/2019 Puisi Joko Prast

    77/77

    Joko Prasetyo yang lahir di Temanggung, 28 Agustus 1982. Mahasiswa PBSI

    angkatan 2001 ini pernah ikut meramaikan KM Al-Huda, HIMA PBSI, dan juga belajar

    sastra di UNSTRAT. Beberapa karyanya pernah dimuat dalam antologi Mencari Tanda

    Sunyi, majalah Kreativa, Buletin Mozaik, Buletin Sweng, Cybersastra.net, dll. Kost di

    Karangmalang A 30 b Yk.

    Email: [email protected]

    mailto:[email protected]:[email protected]