radioimmunotherapy (rit)

Upload: bam-so

Post on 20-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    1/16

    Makalah Kuliah Dosen : Dr.LaksmiAmbarsari, MSTeknik Penelitian Biokimia

    Radioimmunotherapy (RIT)

    Oleh

    Kelompok 1 :

    Pugoh Santoso !"11#$%$1Sou&a Malita !"11#$$"1Sil'erter Ma(simus !"11#$1$1

    DEPARTEMEN BIOKIMIASEKOLAH PASCA SARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR2015

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    2/16

    PENDAHULUAN

    Antibodi (Abs) merupakan glikoprotein yang disekresikan oleh sel plasma B sebagai

    integral agentsdi dalam sistem immun. Fungsi utamanya adalah untuk mengidentifikasi dan

    menghilangkan patogen asing seperti bakteri dan virus di dalam tubuh. Selain itu, Abs juga

    memiliki potensi sitotoksik terhadap beberapa sel tumor ganas. Penggunannya dalam terapi

    kanker menjadi sebuah alternatif dalam pengobatan penyakit ini (Andre Simpson ! "tavia

    #aballero $%&' iane Seimet* $%&& +regory P Adams ! ouis - iener $%%/). -eskipun

    uji 0oba di aal untuk terapi kanker menggunakan murine antibodi monoklonal (mAbs)

    menge0eakan (+rossbard - et al &11$ Sharkey 2- et al $%%/

    ab

    ), namun saat inisebanyak $$ antibodi telah di akui penggunaannya dalam dunia medis di berbagai keperluan

    (einer - et al $%&% 3elson A et al$%&% 2ei0hert 4- $%&%). Abs dapat digunakan

    dalam terapi kanker namun Intake Abs di dalam tubuh tidak 0ukup meningkatkan

    kelangsungan hidup penderita se0ara drastis.

    Salah satu alternatif pendekatan untuk peme0ahan masalah tersebut adalah

    menggunakan Radioimmunotherapy (256) yang dikonjugasikan dengan Abs (7ideka*u

    8aashima $%&9 Steven -. arson et al $%&/). -etode ini menfaatkan Abs sebagai

    medianya. Abs yang terlabel radioaktif akan mengikat reseptor: antigen kanker setelah itu

    ikatan ini akan diekspresikan pada permukaan jaringan kanker dan sel;sel kanker akan

    terbunuh. Pemanfaatan antibodi yang di konjugasikan dengan radionukleotida di mulai pada

    tahun &1/% (Pressman ! 8orngold &11/). Butuh aktu hampir $/ tahun dapat

    menggunakan metode ini dalam dunia kesehatan (+oldenberg - ! Sharkey 2- $%&%).

    2adioaktif pertama kali yang di gunakan di dunia kesehatan adalah 5odine;&'& (&'&5)

    terlabel antibodi yang di kombinasikan dalam kemoterapi ("rder S< et al &1=%). >paya ini

    menuai kritik karena manfaat 5odine;&'& saat itu belum di tetapkan. Saat ini, bukan hanya

    5odine;&'& saja yang memiliki potensi untuk terapi namun kemajuan ilmu kimia telah

    memungkinkan pengembangan radioaktif baru untuk terapi (6abel &) (+anso "A et al

    &11%).

    8emajuan penelitian terkait penyakit kanker menunjukan baha penyakit ini

    disebabkan oleh kerusakan genetik, lokasi kerusakan genetik dapat diketahui se0ara tepat

    serta gen yang terlibat dapat diidentifikasi. 8erusakan genetik dapat diakibatkan oleh bahan

    kimia karsinogenik, virus onkogen, dan disebabkan oleh radiasi. 8elainan genetik berupa

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    3/16

    point mutasi, amplifikasi dan delesi gen b0l$. Akibat dari delesi gen b0l$ akan terbentuk

    onkogen, yang melalui proses transkripsi akan terbentuk m23A yang memasuki ribosom dan

    mema0unya untuk memproduksi protein struktur berupa Growth factor receptoryang akan

    dipasangkan di membran sel dan protein regulator Growth factorakan disekresikan ke luar

    sel, yang mirip hormon. Bila Growth factordan Growth factor receptorbersatu, akan terjadi

    sinyal dari membran sel ke dalam inti untuk melakukan mitosis. Proto onkogen mengkode

    produksi kedua protein tersebut se0ara proporsional, sehingga mitosis yang terjadi fisiologis.

    Akan tetapi onkogen memproduksi protein se0ara berlebihan, sehingga mitosis jauh lebih

    0epat dan lebih banyak, hal ini akan mengakibatkan populasi sel kanker akan meningkat

    dengan 0epat.

    6abel & 2adionukleotida untukRadioimmunotherapy

    .

    2adioterapi berperan dalam pengobatan penyakit kanker, hal ini dikarenakan

    kemampuan tingginya energi yang dimiliki dari radiasi pengion yang berupa sinar gama. Sel

    kanker jika terkena radiasi pengion akan menimbulkan reaksi langsung dan tidak langsung.

    Pada reaksi tidak langsung, molekul air (7$") dan molekul oksigen ("$) intra seluler maupun

    ekstra seluler yang terkena radiasi sinar pengion akan terionisasi karena elektron yang

    mengelilingi atom hidrogen dan oksigen akan terpental keluar dari orbitalnya, sehingga

    molekul "7 akan kekurangan elektron menjadi ion "7

    ;

    dan atom hidrogen akan kelebihanelektron menjadi 7?. Sementara molekul oksigen akan kehilangan elektronnya menjadi ion

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    4/16

    oksigen. 8etiga ion ini bersifat tidak stabil dan akan berubah menjadi 7 radikal (7@) dan "7

    radikal ("7@) sementara radikal oksigen ("@) memiliki ken0endrungan bereaksi dengan

    molekul 3A di dalam kromosom pada inti sel. Akibat reaksi;reaksi tersebut dengan 3A

    mengakibatkan kerusakan 3A seperti terputusnya backbone3A (double strand break),

    terputusnya satu ba0kbone 3A (single strand break), kerusakan basa (base damage),

    kerusakan gula (sugar damage), 3A;3A cross linkdan 3A;protein cross link.

    Penelitian terkait 256 menggunakan partikel emisi ) telah lama dikembangkan. 7al

    ini dikarenakan partikel )memberikan energinya ke molekul sekitarnya dalam kisaran yang

    sempit (&%% )m, sebanding dengan diameter sel), pemanfaatan partikel ) ini memberikan

    keuntungan tersendiri jika di bandingkan dengan Abs yang terlabel dengan partikel emisi ).

    Abs yang terlabel )bekerja se0ara efektif pada sel target dan kurang efektif pada jaringanatau sel yang tidak menjadi sasaran. Bismuth;$&' ($&'Bi), astatine;$&& ($&&At), dan a0tinium;

    $$/ ($$/A0) merupakan beberapa 0ontoh dari unsur radioaktif yang meman0arkan partikel

    sinar )dan telah di gunakan dalam 256 (-.#herel et al$%&').

    ibandingkan dengan terapi radiasi sinar eksternal, salah satu keuntungan yang paling

    ampuh dari 256 adalah kemampuan untuk menyerang tidak hanya tumor primer tetapi juga

    lesi sistemik metastasi*ing. Selain itu, radioterapi yang ditargetkan menggunakan media

    penghantar spesifik sangat berharga dalam kasus;kasus (&) lesi sisa mi0rometastati0, ($) sisa

    margin tumor setelah reseksi bedah, dan (') tumor dalam sirkulasi darah termasuk keganasan

    hematologi.

    1. Antigen

    Antigen atau imunogen adalah bahan yang dapat memi0u pembentukan respon imun

    atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Se0ara fungsional, antigen dibedakan

    menjadi imunogen dan hapten. 5munogen umumnya merupakan suatu protein yang memiliki

    ukuran molekul yang besar, sedangkan hapten merupakan senyaa kimia dengan ukuran

    ke0il, tidak bersifat imunogenik sehingga tidak dapat mengaktifkan sel B untuk memproduksi

    antibodi. Agar dapat memi0u pembentukan antibodi, suatu hapten harus dikonjugasikan

    dengan molekul besar yang disebut molekul pembaa. -olekul pembaa umumnya protein

    yang bersifat multivalen dan imunogenik, 0ontohnya keyhole limpet hemo0yanin (87),

    tiroglobulin, ovalbumin dan imunoglobulin ayam (2ittenburg &11%). 7apten dikenal oleh sel

    B sedangkan molekul pembaa oleh sel 6. 7apten membentuk epitop pada permukaanmolekul pembaa yang dikenali oleh sistem imun sehingga merangsang pembentukan

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    5/16

    antibodi. aerah ini dapat bereaksi se0ara spesifik dengan reseptor antigen (Barataidjaja

    $%%9). i antara senyaa hapten yaitu kontaminan pada bahan pangan dan pakan seperti

    mikotoksin, pestisida, antibiotik dan senyaa lain dengan bobot molekul rendah.

    Berdasarkan epitopnya antigen terbagi atas empat jenis, yaitu (&) >nideterminan

    univalen, antigen yang hanya memiliki satu jenis epitop pada tiap molekulnya (hapten) ($)

    >nideterminan multivalen, antigen yang memiliki lebih dari dua epitop yang sama pada satu

    molekulnya (') -ultideterminan univalenC antigen yang memiliki beberapa epitop yang

    berbeda, tetapi masing;masing hanya satu pada tiap molekulnya (protein) -ultideterminan

    multivalenC antigen yang memiliki beberapa epitop berbeda yang masing;masing terdiri dari

    dua atau lebih pada tiap molekulnya. #ontohnya antigen dengan bobot molekul besar dan

    kompleks se0ara kimiai, seperti polimer protein. Berdasarkan spesifitasnya, antigen dibagi

    menjadi lima kelompok, yaitu (&) 7eteroantigen, umum dimiliki oleh berbagai spesies ($)

    Denoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu (') Alloantigen (isoantigen), antigen

    spesifik yang hanya dimiliki individu tertentu dalam suatu spesies dan (9) Antigen yang

    hanya dimiliki organ tertentu dan (/) Autoantigen, yang dimiliki oleh tubuh sendiri.

    Sedangkan menurut ketergantungannya terhadap sel 6, antigen terbagi atas 6;dependent,

    memerlukan bantuan sel 6 untuk dikenali sebelum menimbulkan respon antibodi (seluler),

    dan 6 independent yang dapat menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi tanpa

    bantuan sel 6 (humoral) (Barataidjaja $%%9).5munogenitas suatu antigen ditentukan oleh berbagai faktor, terutama ukuran dan

    strukturnya. Senyaa yang berukuran besar dengan struktur kompleks dan bermolekul besar

    jika masuk ke dalam tubuh akan segera menimbulkan respon pada sistem imun, seperti

    protein dengan bobot molekul lebih dari 9%.%%% dan polisakarida kompleks dari mikroba

    (Barataidjaja &11&). Sedangkan senyaa dengan ukuran dan bobot molekul rendah seperti

    fumonisin jika masuk ke dalam tubuh tidak dapat menimbulkan respon imun se0ara langsung

    (hapten), sehingga untuk membutuhkan protein pembaa untuk dapat dijadikan sebagai

    antigen.

    2. Antibodi Monoklonal

    Antibodi adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B sebagai respon terhadap

    tubuh karena adanya kontak dengan antigen (6i*ard $%%%, Barataidjaja $%%9). Antibodi

    disebut juga dengan imunoglobulin (5g) karena terdiri dari protein globular. Antibodi yang

    terdapat dalam tubuh hean dan manusia terbagi dalam lima kelompok yaitu 5g+, 5gA, 5g

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    6/16

    Antibodi memiliki berat molekul &9/.%%% 1/%.%%% dengan struktur dasar

    menyerupai huruf G dan empat rantai polipeptida yang terdiri dari dua rantai berat (heavy

    chain) dan rantai ringan (light chain) yang setara, dimana satu dengan yang lainnya

    dihubungkan oleh rantai disulfida (+ambar H). 2antai ringan terdiri atas lambda dan kappa

    yang disusun oleh $$%;$'% asam amino. Sedangkan rantai berat terdiri atas 9/%;H%% asam

    amino, sehingga berat dan panjangnya dua atau tiga kali rantai ringan (Pel0*ar ! #han &1==,

    6i*ard $%%%). aereah variabel memiliki dua domain fragmen Fab yaitu fragmen yang

    mempunyai daerah pengikatan antigen dan fragmen F0 yang dapat mengkristal dan berperan

    dalam regulasi kekebalan. aerah variabel terdiri dari daerah hipervariabel (7I) dan daerah

    frameork (F2) (7arlo ! ane &1==). aerah hipervariabel merupakan daerah pengikatan

    antigen (antigen;binding sites) yang disebut paratop atau disebut juga daerah penentu

    komplemen (0omplementary;determining regions, #2s) yang masing;masing terdiri dari H;

    &% asam amino (6i*ard $%%%). aerah ini berperan penting dalam reaksi antigen;antibodi

    yang menjadi dasar analisis se0ara imunoasai

    +amabar & Struktur dasar imunoglobulin (5g)

    3. Produksi Antibodi oleh Sel Limfosit B

    Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B (sel B) yang termasuk ke dalam sistem imun

    spesifik. Pada saat pertama kali suatu antigen masuk ke dalam tubuh akan terjadi sensitisasi,

    kemudian sel;sel imun merekamnya. Pada paparan berikutnya, sel;sel imun sudah mengenali

    antigen tersebut karena telah mempunyai antibodi yang dapat mengikat atau menangkal

    antigen tersebut (6i*ard $%%%). 2espons imun pertama ditandai dengan terbentuknyan 5g-.

    Pada pemaparan berikutnya terbentuk 5g+ sebagai respon imun sekunder (+ambar $).

    Berdasarkan fenomena ini, produksi antibodi yang dilakukan dalam suatu penelitian dengan

    memberikan dosis berulang suatu antigen tertentu selama lebih dari empat minggu umumnya

    akan menghasilkan 5g+ atau dengan sedikit 5g-. 5munoglobulin tersebut akan disekresikan

    ke dalam serum dan juga terdapat di dalam limpa sebagai organ di mana banyak ditemukan

    sel limfosit B (sel B).

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    7/16

    +ambar $ 8inetika respon antibodiC Pembentukan 5gm sebagai respon primer dan

    pembentukan 5g+ pada respon sekunder

    4. Atibodi Poliklonal

    Setiap sel B memproduksi satu jenis antibodi spesifik. 4ika suatu antigen yang memiliki

    beberapa jenis epitop masuk ke dalam tubuh vertebrata, maka masing;masing sel B akan

    menghasilkan antibodi yang sesuai dengan antigen tersebut. +ambar ' adalah ilustrasi suatu

    antigen yang memiliki lebih dari satu epitop.

    +ambar ' Antigen dengan berbagai epitop

    Proses pembentukan antibodi oleh sel B dimulai ketika suatu antigen terikat pada

    permukaan sel B tertentu akan terjadi induksi sel B untuk berproliferasi dan masing;masing

    sel memproduksi antibodi spesifik terhadap antigen tersebut (+ambar 9). engan adanya

    bagian variabel yang berbeda, maka antibodi yang terbentuk memiliki epitop yang berbeda;

    beda dan bereaksi spesifik dengan antigennya. #ampuran antibodi ini banyak terdapat dalam

    serum dan disebut dengan antibodi poliklonal (Jola &1=K).

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    8/16

    +ambar 9 Produksi antibodi poliklonal oleh sel B

    Antibodi poliklonal memiliki epitop yang beragam sehingga dapat berinteraksi dengan

    beragam antigen, terutama yang memiliki kesamaan struktur molekul. 7al ini dapat

    menimbulkan kesalahan interpretasi dalam analisis yang menggunakan metode imunoasai

    berbasis antibodi poliklonal. Sebagai 0ontoh dalam analisis FB& dapat terjadi reaksi silang

    dengan jenis fumonisin lainnya dan senyaa lain yang memiliki kesamaan struktur seperti

    sfingosin dan senyaa sfingolipid lainnya yang terdapat dalam bahan pangan atau pakan.

    5. Antibodi MonoklonalAntibodi monoklonal adalah antibodi yang dihasilkan oleh klon dari sel tunggal hasil

    fusi sel limfosit B dengan sel mieloma yang memiliki homogenitas, affinitas dan spesifitas

    tinggi (2ittenburg &11%). 7asil fusi kedua sel dipilih yang menghasilkan satu jenis antibodi

    dan bagian variabel yang sama. Sistem ini dikenal dengan monoklonal anitbodi. Proses

    produksi antibodi monoklonal oleh sel fusi seperti terlihat pada +ambar /.

    +ambar / Produksi antibodi monoklonal oleh sel B

    Sel limfosit B diperoleh dari limpa men0it yang diimunisasi se0ara berulang dengan

    antigen tertentu, sehingga dihasilkan sel hiperimun yang membaa sifat;sifat genetik sel

    induknya untuk memproduksi antibodi. Perbedaan yang mendasar antara antibodi poliklonal

    dan antibodi monoklonal yaitu pada spesifitas dan afinitasnya. Perbandingan sifat antara

    keduanya ditunjukkan pada 6abel $.

    6abel $ Perbedaan sifat antibodi poliklonal dan monoklonal

    8arakteristik Atibodi poliklonal Antibodi

    monoklonal

    4umlah 6erbatas dan bervariasi 6idak terbatas

    7omogenitas #ampuran antibodi 7omogen

    Afinitas 6inggi 6inggi

    Spesifitas 2endah 6inggi

    8ebutuhan Antigen ibutuhkan antigen murni

    untuk produksi antiseraspesifik

    Antigen tidak

    murni:0ampuran

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    9/16

    6. Direct Methode (Metode Langsung)

    8eberhasilan 256 tergantung pada akumulasi selektif radioisotop sitotoksik pada

    daerah yang dibuat. 7al dasar yang diperlukan dalam penyampaian terhadap biomarker

    tertentu adalah (&) tingginya aktifitas untuk mengikat sasaran yang di tuju, ($) tingginyasensitivitas, (') besarnya perbandingan latar belakang tumor, (9) tingginya stabilitas

    metabolik dan (/) imunogenisitas yang rendah (8. #hen et al$%&%). ari sudut pandang

    karakteristik molekuler, Abs telah dianggap sebagai agen yang 0o0ok untuk pengiriman

    radioisotop terapi.

    Direct methode membutuhkan konjugasi langsung sitotoksik radioisotop untuk

    berbagai mAbs antitumor atau fragmen;fragmennya melalui chelatoryang tepat dansingle-

    steppada pasien. Akibatnya, banyak faktor penentu antigenik (sebagian besar di permukaan

    sel) telah ditargetkan oleh Abs. i sisi lain, salah satu kendala yang paling penting untuk

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    10/16

    men0apai tinggi latar belakang rasio dalam aplikasi ini adalah lambatnya clearanceAbs dari

    darah dan jaringan tak tertarget, hal ini dikarenakan besarnya berat molekul dari Abs (A. -.

    u ! P. . Senter $%%/). Abs akan menghilang dari plasma sangat lambat, yang mendorong

    serapan tumor yang lebih tinggi namun, durasi yang lebih lama diperlukan untuk men0apai

    pada sel tumor se0ara maksimum terhadap rasio radioaktivitas normal (gambar H).

    +ambar H ProsesRadioimmunotherapydengan dire0t targeting metode

    -eningkatnya pemberian dosis radiasi terhadap penderita kanker akan membuat

    penderita terpapar sinar radiasi yang kemudian akan mempengaruhi sum sum tulangnya dan

    akan menyebabkan toksisitas hematologi. "leh karena itu, diversifikasi struktur Abs dalam

    hal ini diperlukan untuk meningkatkan sifat farmakokinetiknya. Fragmen;fragmen

    konvensional Abs dengan berat molekul rendah seperti F(abL)$, Fab atau konjugat

    multivalennya, minibodi, diabodi, single chain variable fragments(s0Fv) dapat digunakan

    dalam hal ini. -olekul;molekul dengan berat molekul ke0il ini dapat meleati pembuluh

    darah sehingga sel tumor 0epat di serapnya dan darah segera dibersihkan (A. -aleki B,

    Baradaran ! 4 -ajidi $%&'). Se0ara umum, afinitas Ab ke0il terhadap tumor lebih ke0il

    dibandingkan dengan Abs, disisi lain 0epatnya pembersihan darah oleh peptida membuat

    sedikit aktu berinteraksi dengan target. Sehingga, penyerapan tumor oleh kontruksi ini lebih

    rendah dibandingkan dengan Abs.

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    11/16

    Pengembangan lebih lanjut dalam rekayasa farmakokinetik ke duanya memberikan

    keuntungan dan serapan tumor yang diinginkan. Sehingga peptida terlabel radioaktif yang di

    tujukan untuk terapi tumor dapat tersedia karena memiliki farmakokenetik dan antiginisitas

    yang rendah. alam pendekatan ini, kontrol afinitas (akumulasi tertentu) dari radiolabeled

    konjugat ke jaringan tumor juga penting.

    6.1. Hematoogica !ancer"

    ilaporkan baha respon antikanker relatif terjadi pada dosis penyerapan radiasi yang

    rendah (yaitu kurang dari &% +y) dalam non-Hodgkin lymphoma (37). 1%G;ibritumomab

    tiuMetan (Jevalin) dan &'&5;tositumomab (BeMMar) merupakan dua FA;approved yang

    terlabel anti;#$% murine Abs yang telah di berikan kepada pasien. Perlakuan ini tidak

    diberlakukan terhadap penderita yang sumsum tulang belakangnya lebih dari $/E hal ini

    akan berakibat kera0unan hematologi lebih parah. Beberapa Abs yang terlabel radioaktif

    telah di 0obakan pada penderita hematologi kanker. &'&5;labeled anti;#$% mAb (&'&5;

    rituMimab) dan 1%G;labeled anti;#$$mAb (1%G;epratu*umab tetraMetan) saat ini masih

    dalam masa uji 0oba klinis.

    2adioisotop dengan rangeyang lebih pendek (emisi partikel )* +apat +i gunakan

    untuk treatment bagi pen+erita hematological cancers. alam penelitian

    sebelumnya, 256 yang menggunakan $&'Bi terlabel anti;#'' 5g+ telah di lakukan pada

    penderita leukemia myeloid. 3amun aktu paruh dari$&'

    Bi menimbulkan masalah seaktu

    persiapan konjugat. 256s menggunakanAuger-emittersseperti iodine;&$/ (&$/5), gallium;HK

    (HK+a), dan indium;&&& (&&&5n) 0o0ok untuk penyakit micrometastatic. Potensi cytotoicity

    HK+a terlabel anti;#K9 Ab telah di amati pada 2aji sel B;lymphoma.

    #. Indirect Methode (Metode Tak Langsung

    Pada tahapan metode ini, pelabelan Abs dengan radioaktif tidak di gunakan se0ara

    langsung, melainkan mAbs dan molekul efektor radioaktif diperlakukan se0ara terpisah dan

    mereka akan terkonjugasi se0ara in vivo. teknik ini lebih menjanjikan karena menuju pada

    sel target. alam bidang 256, teknik ini dikenal dengan pretargeted radioimmunotherapy

    (P256). P256 merupakan sebuah teknik yang memungkinkan penempatan fase Ab yang

    dipisahkan sementara dari radioisotop dari molekul hapten. Pendekataan ini melibatkan

    pengambilan per0ontohan dari (&) bispesifik mAb derivatif (bs;mAb) yang mampu

    mengikat antigen tumor dan pengkelat dan ($) berat molekul ke0il dengan jenis efektor

    radiolabeled. 4enis radiolabeled diberikan setelah periode lag dijadalkan untuk

    memungkinkan bs;mAbs menumpuk ke situs target dan setiap sisa bs;mAbs dibersihkan

    dari sirkulasi. bs;mAb tidak dilabeli dengan radioaktif se0ara langsung dengan demikian

    tidak terjadi paparan selama unlabeled, bs;mAbs melokalisir menuju tumor dengan

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    12/16

    sendirinya. alam beberapa kasus, tambahan clearing molekul yang menghilangkan

    unbondbs;mAb dari sirkulasi diberikan sebelum efektor radiolabeled(gambar K).

    +ambar K iagram skema dari proses pretargeting

    8un0i keberhasilan pelaksanaan metode pretargeting terdiri dari tingginya target

    spesifisitas dan afinitas yang diberikan oleh bs;mAb dan karakteristik farmakokinetik

    superior senyaa dengan berat molekul rendah. >kuran ke0il dan sifat mudah bereaksi

    efektor radiolebed memudahkan untuk mendistribusikan dalam volume fluidi0 dan kemudian

    dihilangkan se0ara 0epat. Sehingga dapat mengurangi beban keseluruhan radiasi ke organ dan

    jaringan yang tidak di targetkan seperti sumsum tulang belakang (B. -. Jeglis et al$%&').

    P256 meningkatkan laju dosis untuk kanker dibandingkan dengan 256 dengan menggunakan

    langsung radiolabeled5g+ yang membutuhkan &;$ hari untuk men0apai distribusi maksimum

    (gambar '). >ntuk memastikan dua bagian (bs;mAb dan efektor radiolabeled) yang mengikat

    satu sama lain sangat kuat pada interaksi di ilayah kanker masing;masing harus

    dimodifikasi sesuai dengan jenis pelengkap reaktif. Salah satu pendekatan didasarkan pada

    avidin atau streptavidin dalam hubungannya dengan biotin dalam berbagai konfiguras. Avidin

    dapat mengikat empat molekul biotin dengan ikatan yang sangat konstan.

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    13/16

    !learing agentdisuntuntikan untuk menghilangkan residustreptavidinatedAbs dari

    darah. -asalah utama dengan P256 tergantung pada avidin (streptavidin) adalah

    imunogenisitas protein asing. 8onjugasi radioisotop untuk bs;mAb dikendalikan oleh

    konstituen lain. Pendekatan ini telah digunakan dengan bs;mAb untuk histamin;suksinil;

    glisin (7S+). Penggabungan dua hapten melalui peptida pendek, penyerapan dan retensi

    efektor radiolebeled akan di tingkatkan se0ara lokal dalam kanker dibandingkan dengan

    bentuk monovalent. Struktur dari i;7S+;peptide telah dikembangkan untuk ikatan beberapa

    radioisotop men0akup 1%G dan 1160. -etode lain menggunakan analog sintetis komplementer

    rendah imunogenik 3A, morpholinos sebagai penghubung (+. iu et al$%%=).

    +ambar = PerbandinganRadioimmunotherapydengan metode indirectdan direct targeting

    !" #esim$ulan

    8arena Ab berbasis radiasi ditargetkan dianggap menengahi efek sitotoksik langsung,256 (P256) bisa memberikan kesempatan untuk pengobatan kanker yang lebih aman dan

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    14/16

    lebih efisien. -emang, teknik ini telah banyak digunakan sebagai strategi antikanker

    konvensional. 6erutama, 256 telah efektif pada kanker hematologi. Ada juga perkembangan

    imunostimulan baru untuk limfoma yang dikombinasikan dengan 256 (P256), yang dapat

    meningkatkan respon terapi se0ara keseluruhan. 256 (P256) adalah modalitas pengobatan

    yang berharga yang dapat mendeteksi dan mengukur akumulasi agen terapi se0ara mudah.

    engan demikian, pendekatan pen0itraan molekuler dapat disesuaikan untuk memilih pasien,

    untuk menentukan strategi pengobatan, dan untuk menilai manfaat terapeutik.

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    15/16

    DA%TA& PUSTA#A

    A. -. u ! P. . Senter. $%%/. NArming antibodiesC prospe0ts and 0hallenges for

    immuno0onjugates,O 3ature Biote0hnology, vol. $', no. 1, pp. &&'K&&9H

    B. -. Jeglis, 8. 8. Sevak, 6. 2einer et al. $%&'. NA pretargeted P

  • 7/24/2019 Radioimmunotherapy (RIT)

    16/16

    3elson A, himolea