sirup

17
Formulasi Teknologi Sintetis Sediaan Sirup Bromhexine HCL OLEH Gandi Inge Dariansah 14107 Monia Astriawan 14126 Muhamad Hanafi 14128 Noer Eka Lestari 14139 Oktavia Dwi Ratnasari 14146 Puspita Eka Nurhayati 14153 Wiwin Nur Khotijah 14194 Rika Dwi N. 14160

Upload: oktavia

Post on 13-Sep-2015

548 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

siruuup

TRANSCRIPT

Formulasi Teknologi Sintetis SediaanSirup Bromhexine HCL

OLEH

Gandi Inge Dariansah14107Monia Astriawan14126Muhamad Hanafi14128Noer Eka Lestari14139Oktavia Dwi Ratnasari14146Puspita Eka Nurhayati14153Wiwin Nur Khotijah14194Rika Dwi N.14160

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANGNOVEMBER 2015

BAB 1PENDAHULUAN1.1 LatarBelakangBatuk merupakan suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari zat-zat perangsang, partikel-partikel asing dan unsur unsur infeksi. Batuk dapat muncul karena berbagai faktor diantaranya disebabkan oleh debu, virus dan bakteri. Selain itu, batuk juga sering disebabkan oleh peradangan pada jaringan paru-paru dan stimulasi reseptor-reseptor diseluruh mukosa dari seluruh saluran pernafasan. Batuk sendiri dibedakan menjadidua yaitu batuk produktif(berdahak) dan batuk non produktif (tidak berdahak).Dari kedua jenis batuk tersebut batuk yang sering dialami manusia adalah batuk produktif. Batuk produktif merupakan mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, virus), (OOP, hal 660). Batuk berdahak pada umumnya disebabkan oleh influenza, gejalanya adalah demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Batuk dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, memelihara kebersihan lingkungan, membiasakan hidup baik (sehat), dan istirahat yang cukup. Apabila tubuh sudah muncul gejala-gejala batuk maka dapat dilakukan inhalasi uap air mendidih dan memperbanyak minum air putih, kedunya berfungsi untuk memperbanyak secret yang diproduksi dalam tenggorokan (OOP, hal 661). Namun, jika batuk tidak kunjung sembuh dapat dilakukan pengobatan.Pengobatan yang sering digunakan adalah pemberian secara per oral, baik menggunakan sirup, suspensi maupun tablet. Namun, untuk batuk berdahak lebih sering dipakai adalah sediaan sirup. Sediaan sirup dipilih karena obat lebih mudah diabsorbsi, campurannya homogen dan membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan tablet.Jenis obat yang digunakan untuk pengobatan batuk berdahak adalah obat antitusiva. Mekanisme kerja obat antitusiva adalah sebagai zat pelunak batuk, ekpektoransia dan mukolitika. Sehingga obat antitusiva sangat efektif untuk meredakan dan menyembuhkan batuk berdahak. Dari beberapa jenis obat antitusiva yang sering dipakai adalah Bromhexine Hidroclhoride.

Bromhexine bekerja dengan mengencerkan sekret pada saluran pernafasan dengan jalan menghilangkan serat-serat mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat pada sputum, sehingga dahak lebih mudah dikeluarkan. Untuk mencapai efek mukolitik (meredakan batuk berdahak) dosis yang diperlukan adalah sebesar 3 sampaidengan 4 mg dd 3 sampai dengan 8 mg (daftar dosis lazim oop)Oleh karena itu, kami akan membuat sediaan liquid berupa sirup yang memiliki bahan aktif Bromhexine Hidrochloride yang nantinya diharapkan sediaan ini dapat menjadi sediaan yang mempunyai mutu fisik yang baik dan sesuai dengan syarat sirup.

1.2 TUJUAN Tujuan pembuatan Formulasi Teknologi Sintetis sediaan syrup diantaranya sebagai berikut:1. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat syrup yang baik.2. Untuk mengetahui apakah sediaan sirup yang di buat sudah memenuhi syarat pembuatan atau belum.3. Untuk mengetahui bagaimana caraevaluasi syrup sesuai dengan ketentuan.

1.3 MANFAAT PENELITIANManfaat pembuatan Formulasi Teknologi Sintetisse sediaan syrup diantaranya sebagai berikut:1.Dapat mengetahui cara pembuatan sediaan syrup yang baik.2.Dapat memahami prosedur pembuatan sediaan syrup.3.Dapat mengetahui cara mengevaluasi sediaan syrup.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penyakit2.1.1 DefinisiBatuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk timbul karena paru-paru mendapatkan agen pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut. Batuk dapat juga menimbulkan berbagai macam komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, sakit kepala, pingsan, herniasi diskus, hernia inguinalis, patah tulang iga, perdarahan subkonjungtiva, dan inkontinensia urin.Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru-paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan Mencegah masuknya benda asing ke saluran nafas, Mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam saluran nafas. (Joenoes, 2001).

Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit melalui udara (air borne infection). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada. Sering kali batuk merupakan masalah yang dihadapi para dokter dalam pekerjaannya sehari-hari. Penyebabnya amat beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penanggulangan penderita batuk.

2.1.2 Mekanisme PenyakitBatuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terleta di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial, dan diafragma. Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu : 1. Fase iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang.

2. Fase inspirasi Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.

3. Fase kompresi Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.

4. Fase ekspirasi/ ekspulsi Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

2.2 Tinjauan Tentang Zat Aktif2.2.1 Klasifikasi zat aktif

Rumus molekul: C14H20Br2N2.HClNama kimia: 2-Amino-3.5-dibromobenzyl (cyclohexyl) methylamine hydrochloride. (3). C14H20Br2N2.HClPemerian : Serbuk kristal warna putih atau hampir putih. (3)Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan kloroform. (1,3)Kelarutan:

2.2.2 Mekanisme Zat AktifBromhesin ini berkhasiat mukolitis pada dosis yang cukup tinggi viskositas dahak di kurangi dengan jalan depolimerisasi serat serat mukopolisaccaharidanya. Bromheksin merupakan derivat sintetik dari vasicine. Vasicinemerupakan suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. (oop edisi enam hal 664)

2.3 Tinjauan Tentang Sirup2.3.1 DefinisiMenurut farmakope Indonesia III, sirup adalah sedian cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64.0% dan tidak lebih dari 66.0%.Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. (farmakope Indonesia edisi III hal 31)Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. (Ansel et al., 2005).Syrup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa di gunakan untuk sediaan dalam. (Ansel et al.,2005).

2.3.2 Keuntungan 1. Merupakan campuran yang homogen.2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan.3. Obat lebih mudah diabsorbsi.4. Mempunyai rasa manis.5. Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak.6. Membantu pasien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat tablet.

2.3.3 Kerugian 1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.2. Volume dan bentuk larutan lebih besar.3. Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup

2.3.4 Penggolongan SirupBedasarkan fungsinya, sirup dikelompokan menjadi 2 golongan, yaitu:1. Medicated Syrup (sirup obat)Merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirup obat berupa preparat yang sudah distandarisasi, dapat diberikan berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain. Contoh sirup obat antara lain: Sirup sebagai ekspektorans Sirup sebagai antitusif, contoh sirup Codeini, mengandung 2 mg Codein/ml sirop. Sirup sebagai anthelmintik Sirup sebagai antibiotik Dry Syrup atau sirup kering, berupa campuran obat dengan sakarosa, harus dilarutkan dalam jumlah air tertentu sebelum dipergunakan. 2. Flavored Syrup (sirup korigen/pembawa),Biasanya tidak digunakan untuk tujuan medis, namun mengandung berbagai bahan aromatis atau rasa yang enak dan digunakan sebagai larutan pembawa atau pemberi rasa pada berbagai sediaan farmasi lainnya, misalnya sebagai penutup rasa pahit pada Vitamin B Kompleks yang diberikan kepada bayi atau anak-anak.

2.3.5 Komponen Syrup1) PemanisPemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa.2) Pengawet AntimikrobaDigunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.Diantara pengawet-pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet sirup dengan konsentrasi lazim yang efektif adalah asam benzoate (0,1-0,2%), natrium benzoate (0,1-0,2%) dan berbagai campuran metal, propil dan butyl paraben (total 0,1%).3) Perasa dan Pengaromakarena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam syrup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi.4) PewarnaPewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam syrup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa 2.3.6 Pembuatan SirupMetode kerja pembuatan sirup yaitu sebagai berikut:1) Melarutkan bahan- bahan dengan bantuan pemanasan2) Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin, komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan. Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan dan dipanaskan sampai larut. Contoh : sirup akasia, sirup cokelat3) Melarutkan bahan-bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan. Metode ini dilakukan untuk menghindari panas yang merangsang inversi sukrosa. Prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi mempunyai kestabilan yang maksimal. Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah dengan melarutkannya dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh : sirup ferro sulfat.4) Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa 5) Ada kalanya cairan obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan sebagai bahan obat dalam pembuatan sirup, beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan-bahan tersebut larut dalam air, campuran dibiarkan sampai zat-zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup pemberi rasa sebagai obat.

2.3.7 Kestabilan Sirup dalam PenyimpanCara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :1) Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.2) Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.3) Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.4) Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga. Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai obat,

2.3.8 Evaluasi 1) ViskositasViskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 C.2) Uji mudah tidaknya dituangUji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas.Sifat fisik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.3) Uji Intensitas WarnaUji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu tertentu.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 FormulasiR/ Bromheksin

3.1.1 Monografi bahana. Bromheksin HCl Nama latin: Bromhexine HCI Nama lain: Bromheksin HCl Pemerian : Serbuk kristal warna putih atau hampir putih. (3);Tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan kloroform Kelarutan: Dosis: Dosis oral untuk orang dewasa ialah 3 kali sehari 8 -16 mg. Dosis oral untuk anak-anak dibawah 5 tahun, 2 kali sehari 4 mg. Dosis oral untuk anak-anak 5 -10 tahun, 4 kali sehari 4 mg Indikasi :Sekretolitikpadainfeksijalanpernapasanyangakutdan kronissertapadapenyakitparudenganpembentukanmucus berlebih. Titik dididh: Titik lebur:

Daftar isi Martindale 35th ed, 2006 hal 1552-2Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 298