studi literatur-uji akurasi penggunaan citra satelit dan metode fusi terhadap ekosistem terumbu...

Upload: ipoel-alimudi

Post on 26-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    1/13

    i

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    REVIEW JOURNAL

    Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu

    Karang

    Di susun oleh

    Saiful Alimudi

    C552140181

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2016

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    2/13

    ii

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    Daftar isi

    Daftar isi .................................................................................................................................. ii

    Abstrak .................................................................................................................................... iii

    1.

    Pendahuluan ....................................................................................................................... 1

    2. Metode dan objek ................................................................................................................ 2

    3. Pemetaan habitat terumbu karang berdasarkan jenis citra satelit dan tingkat akuisisi........ 2

    3.1Pemetaan habitat terumbu karang menggunakan citra LANDSAT ......................... 2

    3.2Pemetaan habitat terumbu karang menggunakan citra ALOS ................................. 3

    3.3Pemetaan habitat terumbu karang menggunakan citra Quickbird ............................ 4

    4. Peningkatan akurasi habitat berdasarkan teknik FUSI (penggabungan) ............................. 6

    4.1Metode Fusion .......................................................................................................... 6

    4.2Jenis data yang digunakan ....................................................................................... 6

    5.

    Kesimpulan dan Saran ....................................................................................................... 8

    ii

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    3/13

    iii

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    Abstrak

    Terumbu karang merupakan ekosistem kompleks yang sering dimanfaatkan oleh biota

    yang hidup berasosiasi dengannya. Secara ekologi terumbu karang memberikan manfaat sebagai

    penunjang kehidupan, memiliki sumber keanekaragaman hayati yang tinggi, sebagai pelindung

    pantai dan pesisir, serta membantu dalam mengurangi pemanasan global. Pengembangan

    pengambilan data terumbu karang sekarang ini tidak lagi bertumpu pada metode konvensional,

    melainkan penggunaan sarana pengindraan jauh akustik maupun citra satelit. Penelitian ini

    bertujan untuk mengetahui tingkat akurasi pengambilan data terumbu karang menggunakan citra

    satelit dan penggunaan metode FUSI untuk melihat seberapa besar akurasi yang diperoleh, dimana

    studi ini berfokus pada kajian literature penelitian sebelumnya untuk membandingkan tingkat

    akurasi pengambilan data terumbu menggunakan satelit. Manfaat yang diharapkan pada penulisan

    ini adalah pengetahuan terkait pengambilan data terumbu karang menggunakan citra satelit serta

    mengetahui jenis citra yang memiliki kualitas baik dalam pengambilan data.

    Kata kunci: habitat terumbu karang, citra satelit, tampilan citra terumbu.

    iii

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    4/13

    1

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    1. Pendahuluan

    Terumbu karang adalah ekosistem laut yang paling beragam di bumi (Bellwood and Hughes,

    2001; Chabanet et all, 2015). Terumbu karang membentuk ekosistem paling produktif secara

    biologis dan beragam di laut (Odum dan Odum 1995; Tseng, Hsu dan chen, 2015). Terdapat jutaan

    spesies yang berasosiasi pada ekosistem ini dan banyak ilmuan yang menemukan temuan spesies

    terbaru. karena itu ekosistem terumbu karang sering juga dikenal sebagai oasis di laut karena

    mendukung keseimbangan berbagai ekosistem (Wilkinson, 1999; Tseng, Hsu dan chen, 2015).

    Terumbu karang hanya 1% dari luasan laut, namun mendukung sekitar 25% dari kehidupan biota

    laut (NOAA, 2015). Pemantuan terumbu karang merupakan kegiatan yang penting untuk

    mengetahui perubahan luasan dan bentuk ekosistem terumbu serta mengetahui pengelolaan dalam

    peningkatan degradasi terhadap ekosistem pesisir (Chabanet et all, 2015). Bagaimanapun

    ekosistim ini sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan penaikan temperatur yang dapat

    berdampak pada kelansungan ekosistem terumbu.

    Pengindraan jauh satelit menawarkan cakupan data baik secara spasial maupun temporal

    yang efektif untuk pemantauan in situterumbu karang secara rutin (Bahuguna et al.,2008; Botha

    et all, 2013). Namun pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit umumnya terhambat

    oleh parameter air (Lubin et al, 2001). Kebanyakan sensor satelit multispectral mampu secara

    efektif memberikan informasi terkait substrat karang, pemutihan karang dan bentuk gangangan,

    meskipun jumlah terbatas (umunya empat) dan kurangnya spesifitas dari band spektral yang ada

    (Hochberg et al., 2003). Namun, generasi baru sensor satelit dengan spektral tinggi dan resolusi

    spasial, seperti sensor Quickbird, WorldView-2, dengan band-band spektrum yang luas dan dapat

    berkontribusi untuk solusi dari masalah ini.

    Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui jenis citra yang digunakan untuk

    mengakuisisi terumbu karang dan penggunaan metode FUSI untuk meningkatkan akurasi data

    yang diperoleh. Dimana dengan penulisan ini diharapkan pengetahuan mengenai jenis citra yang

    baik digunakan untuk pemantauan terumbu karang dapat diketahui baik dari segi hasil perolehan

    citra maupun informasi terkait citra yang tersebut.

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    5/13

    2

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    2. Metodologi dan objek

    Makalah ini dibuat dengan menggunakan data sekunder yang mengkompilasi makalah atau

    laporan penelitian terkait dengan topik. Sedangkan yang menjadi objek dari makalah ini adalah

    penjelasan mengenai penggunaan beberapa jenis citra dan penggunaan metode FUSI dalam

    penyajian data citra terumbu karang.

    3. Pemetaan habitat terumbu karang berdasarkan jenis citra satelit dan tingkat akuisisi

    3.1Pemetaan Habitat Terumbu Karang Menggunakan Citra LANDSAT

    Rencana akusisi jangka panjang (LTAP) dari LANDSAT-7 adalah misi

    mengkoordinasikan data cakupan terumbu karang di seluruh dunia yang telah dilakukan

    sejak April 1999 (Arvidson et al., 2001). Umunya TM mampu mengenali 4-6 habitat

    termasuk area sedimen, padang lamun, terumbu karang dan zona ganggang dengan akurasi

    70 % dalam batas wajar (Mumby et al., 1997; Capolsini et all., 2003). Untuk menganalisis

    citra satelit Landsat TM dapat menggunakan validasi klasifikasi matriks kesalahan

    (confusion matrix) (Jupp 1988; Suhana, 2015). Beberpa metode lain yang juga sering

    digunakan untuk menganalisis citra Landsat TM diantaranya, interpretasi citra dengan

    menggunakan kaca pembesar (Saripin, 2003) dan pengolahan lanjutan (Asriningrum, et all.,

    2004).

    Hasil akurasi yang diperoleh untuk pemetaan studi reef chekdiBarrier Reef(Australia)

    untuk individual data diperoleh presentase 12-72 % (Joyce., et all, 2004). Hasil yang

    diperoleh menunjukan bahwa data Landsat ETM+ dapat digunakan untuk peta substrat

    karang (meskipun memiliki tingkat akurasi yang rendah pada umumnya) dengan

    menggunakan sistem klasifikasi secara benar, meskipun demikian diperlukan pengecekan

    lapangan untuk memfalidasi data secara optimal untuk mencocokan hasil sampling dan citra

    gambar dari Landsat ETM+.

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    6/13

    3

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    Gambar 1. Petaoutput reef chekLandsat 7 ETM + data koleksi 18 dan 27 mei 2001

    Sumber (Joyce., et all, 2004)

    Penelitian lain yang dilakukan untuk memperoleh informasi hasil akurasi peta habitat

    terumbu karang yang dengan menggunakan citra LANDSAT 8 OLI yang mencapai 69 %

    over all accuracy (Wahidin et all,. 2014.). Terkait dengan penjelsan tersebut (Green et all.,

    2000) menjelaskan bahwa nilai akurasi antara 60-80% dapat direkomendasikan sebagai

    kegiatan inventarisasi untuk pemantauan sumberdaya. Hasil akurasi peta tersebut dapat

    dilihat pada gambar berikut:

    Gambar 2. Contoh hasil Klasifikasi habitat terumbu karang 1999-2013

    Sumber: (Wahidin et all,. 2014)

    Perhitungan akurasi citra hasil klasifikasi dilakukan dengan membuat matrik

    kontingensi, atau matrik konfusi. Matrik konfusi dihasilkan dari perbandingan nilai piksel

    hasil klasifikasi dengan data dari lapangan (Congalton dan Green, 1999). Terdapat 3

    perhitungan uji akurasi yang pertama over all accuracy merupakan persentase dari piksel

    yang terkelaskan dengan tepat, sedang producers accuracyadalah peluang rata-rata suatu

    piksel yang menunjukkan sebaran dari masing-masing kelas yang telah diklasifikasikan di

    lapangan dan users accuracy adalah peluang rata-rata suatu pixel secara aktual yang

    mewakili kelas-kelas tersebut.

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    7/13

    4

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    3.2Pemetaan habitat terumbu karang menggunakan citra ALOS

    ALOS (Advanced Land Observing Satellites) merupakan satelit observasi bumi yang

    dimiliki oleh negara Jepang. Satelit yang biasa disebut juga dengan nama Satelit Daichi ini,

    mempunyai tiga instrumen penginderaan jauh, dimana salah satunya adalah instrumen

    AVNIR-2. Pada instrumen AVNIR-2 (the Advanced Visible and Near Infrared Radiometer

    type-2), data citra satelit yang dihasilkan memiliki resolusi spasial sebesar 10 meter dan

    resolusi spektral sebanyak 4 band (www.satimagingcorp.com). Salah satu contoh

    pengamatan Akurasi yang diperoleh dari pengamatan terumbu karang menggunakan citra

    Alos diperoleh sebesar 71.21% (Mustapha, Lihan dan Kahalid., 2014).

    Gambar 3. Contoh hasil Klasifikasi Unsupervised (a) dan Supervised (b)

    Sumber: (Mustapha et all. 2014)

    Untuk menghindari variasi dalam tingkat akurasi klasifikasi maka digunakan hasil

    kalsifikasi terbimbing dan tidak terbimbing (gambar.3) serta peta distribusi yang

    diperlukan untuk menginterpretasikan hasil klasifiasi yang diperoleh, dengan cara ini maka

    hasil klasifikasi pada satu kelompok dapat di ketahui. Proses klasifikasi di lakukan minimal

    dua kali yaitu daerah wilayah dangkal dan laut dalam yang bertujuan untuk mengekstrak

    lokasi terumbu karang di dua zona tersebut.

    3.3Pemetaan habitat terumbu karang menggunakan citra Quickbird

    Merupakan citra observasi bumi yang komersial dengan kemampuan resolusi tinggi

    yang dimiliki oleh Digital Globe. Mempunyai ketinggian orbit 450 km dan orbit yang

    melintasi ekuator pada pukul 10.30 waktu setempat dengan periode ulangan mencapai 3-5

    hari. Hasil uji akurasi yang diperoleh dari citra Quickbird relatif bervariasi. Hal tersebut

    terlihat dari beberapa penelitian yang diperoleh antara lain, (Damayanti., 2012) hasil

    http://www.satimagingcorp.com/http://www.satimagingcorp.com/http://www.satimagingcorp.com/http://www.satimagingcorp.com/
  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    8/13

    5

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    akurasi terumbu karang menggunakan citra Quickbird menunjukan 60% hal ini

    menjelaskan bahwa pemetaan pada lokasi penelitian (P. Tabuhan) dapat memberikan

    informasi yang cukup mewakili keaadan lokasi penelitian. Namun pada penelitian ini tidak

    dilakukan masking antara darat dan laut sehingga mengakibatkan nilai akurasi menjadi

    kecil. Selain itu metode klasifikasi yang digunakan untuk pemetaan tidak menggunakan

    klasifikasi terbimbing (supervised), hal ini memungkinkan nilai uji akurasi yang diperoleh

    juga lebih rendah.

    Gambar 4. Peta Penutupan Terumbu Karang Berdsarkan Pengolahan Citra

    Sumber: (Damayanti., 2012)

    (Campbell 1987; Selamat et all.,2002) menjelaskan uji akurasi dilakukan denganmembandingkan dua peta, satu peta bersumber dari hasil analisis penginderaan jauh (yang

    diuji) dan peta acuan dari sumber lainnya.

    Hasil akurasi yang diperoleh pada penelitian lainnya dengan menggunakan citra yang

    sama (Quickbird) menunjukan hasil akurasi yang lebih baik yaitu sebesar 72.19%

    (Hidayah, 2012). Hasil akurasi diperoleh dengan menggunakan pengukuran hasil survey

    klasifikasi yang disusun dalam matriks dua dimensi (confusion matrix) untuk mengetahui

    nilai overall accuracy(OA).

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    9/13

    6

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    Gambar 6. Peta penutupan substrat dasar perairan Pulau Tabuhan

    Sumber(Hidayah, 2012)

    4. Peningkatan akurasi habitat berdasarkan teknik FUSI (penggabungan)

    4.1Metode Fusion

    Metode Fusi adalah sebuah format kerja tentang cara dan alat bantu untuk

    menggabungkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Data fusion bertujuan

    mendapatkan informasi dengan kualitas yang lebih baik. Kualitas yang baik akan bergantung

    pada aplikasinya (Wald, 1999). Fusi citra (image fusion) secara umum diartikan sebagai

    teknik untuk mengintegrasikan detail geometri atau spasial dari suatu citra pankromatik

    (hitam putih) beresolusi tinggi dengan citra multispektral beresolusi rendah.

    Metode Fusi dapat dikelompokan menjadi tiga kategori: piksel-level fusion, fitur- level

    fusion dan keputusan-level fusion (Zhang, 2010). Tujuan yang hendak dicapai dalam

    tahapan ini adalah didapatkannya tepian objek (edge) yang semakin jelas serta

    didapatkannya informasi warna yang paling tajam dan representatif engan mengacu pada

    citra multispektral awal.

    4.2Jenis data yang digunakan

    Dalam penggunaannya jenis data yang sering digunakan meliputi data citra, foto udara,

    batimetri dan peta habitat bentik. Salah satu contoh dari penggunaan data fusion adalah

    (zhang, 2015) penelitian yang dilakukannya adalah menggabungkan data citra

    hyperspectral, foto udara, data kedalaman (bathymetry) dan habitat bentik. Hasil yang

    diperoleh data gabungan ini terlihat dari gambar berikut,

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    10/13

    7

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    Gambar5. (a) Data peta referensi habitat dan (b) hasil klasifikasi gabungan (citra,

    foto udara dan kedalaman). Sumber(Zhang, 2015)

    Hasil yang diperoleh pada penelitian diatas menjelaskan bahwa dengan penggunaan

    teknik prosesing yang didalamnya terdapat data fusion untuk menganalisis pemetaanhabitat terumbu karang, diperoleh tingkat akurasi keseluruhan mencapai 89.6% dan 85.0%

    yang terbagi atas kelompok (3 kelas) dan code level (9 kelas) klasifikasi. Dari hasil yang

    diperoleh menggunakan data Fusi terbukti meningkatkan akurasi dalam melakukan

    pemetaan terhadap terumbu karang. (Zang dan Xie, 2013a) juga menjelaskan bahwa

    dengan penggunaan data fusi (gabungan) akan meingkatkan akurasi untuk pemetaan dan

    hal tersebut berlaku juga untuk pemetaan habitat bentik.

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    11/13

    8

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    5. Kesimpulan

    Dari hasil review diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya:

    Dengan penggunaan citra Landsat 7 ETM + diperoleh akurasi mencapai 12-72%, dan

    untuk Landsat 8 yang menggunakan OLI hasil akuras mencapai 69%. Hasil tersebut

    menjelaskan bahwa tingkat akurasi suatu data sangat ditentukan oleh metode yang

    digunakan.

    Hasil akusisi menggunakan citra Alos, diperoleh sebesar 71.21%.

    Untuk hasil akurasi menggunakan citra Quickbird diperoleh hasil akurasi sebesar 60%,

    hal ini dikarenakan beberapa metode klasifikasi yang mengakibatkan hasil yang

    diperoleh juga rendah. Namun pada penelitian lainnya yang juga menggunakan citra

    yang sama (Quickbird) hasil akurasi yang diperoleh sebesar 72.19%.

    Dengan menggunakan metode Fusi (penggabungan) terbukti hasil akurasi yang

    diperoleh meningkat dan metode ini sangat baik untuk digunakan guna memperoleh hasil

    akurasi yang mumpuni.

    Penggunaan metode dan jenis citra yang digunakan akan sangat berpengaruh terhaadaphasil akurasi yang diperoleh.

    Saran

    Pentingnya penggunaan metode dalam melakukan hasil akusisi data akan memberikan hasil

    yang maksimal.

  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    12/13

    9

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    PUSTAKA

    Arvidson, T., Gasch, J., and Goward, S.N. 2001. Landsat 7s Long Term Acquisition Plan

    Innovative Approach To Building A Global Imagery Archive. Remote Sensing of

    Environment, Vol. 78, pp. 1326.Asriningrum, W., Dault, A., Arifin, P. 2004. Studi Identifikasi Karakteristik Terumbu Karang

    untuk Pengelolaan dan Penentuan Pulau Kecil Menggunakan Data Landsat.

    Bellwood, D.R., Hughes, T.P., 2001. Regional-scale assembly rules and biodiversity of coral reefs.

    Science 292 (5521), 1532e1535.

    Botha E.J., Brando V.E., Anstee J.M., Dekker A.G., Segar R., 2013, Increased Spectral Resolution

    Enhances Coral Detection Under Varying Water Conditions.

    Chabanet P., Bigot L., Nicet J.B., Durville P., Masse L., Mulochau T., Russo C., Tessier E., Obura

    D., 2013. Coral Reef Monitoring In The Iles Eparses, Mozambique Channel (2011e2013).

    Congalton, R.G dan K. Green. 1999. Assessing The Accuracy Of Remotely Sensed Data :

    Principles And Practices. CRC Press, Inc., Florida. 130 hal.

    Deskripsi Citra Alos http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/other-satellite-

    sensors/alos/

    Damayanti R., 2012. Pemetaan Terumbu Karang di Perairan Pulau Tabuhan Kab. Banyuwangi

    Menggunakan Citra Satelit Quickbird.

    Green, E., A.J. Edwards, and C. Clark. 2000. Remote Sensing Handbook For Tropical Coastal

    Management.Unesco Pub. Paris. 361p.

    Hochberg, E. J., & Atkinson, M. J. (2003). Capabilities Of Remote Sensors To Classify

    Coral,Algae, And Sand As Pure And Mixed Spectra. Remote Sensing Of Environment,

    85,174189.

    Hidayah Z., 2012. Pemantauan Sebaran dan Kondisi Terumbu Karang Dd Pulau Tabuhan

    Kabupaten Banyuwangi Memanfaatkan Data Citra Satelit Quickbird dan Line Intercept

    Transect.

    Joyce, K. E., Phinn, S. R, Roelfsema, C. M, Neil, D. T, Dennison, W. C,. 2004. Combining Landsat

    ETM+ And Reef Check Classifications For Mapping Coral Reefs: A Critical Assessment

    From The Southern Great Barrier Reef, Australia

    Lubin, D., Li, W., Dustan, P., Mazel, C. H., & Stamnes, K. (2001). Spectral signatures of coral

    reefs: Features from space. Remote Sensing of Environment, 75, 127137.

    Mustapha M.A, Lihan. T, Khalid. L.I., 2014 Coral Reef And Associated Habitat Mapping Using

    ALOS Satellite Imagery.NOAA Panel Guidelines for Value Elicitation Surveys, 1993. Fed. Regist. 58 (10), 46014614.

    Selamat M.B., Siregar V.P., Jaya I., Hestirianoto T., 2012. Thematic Accuracy Evaluation of

    Quickbird and Ikonos Satellite Images for Large Scale Coral Reef Habitat Map Making.

    Suhana,. 2015. Pemetaan Sebaran dan Kondisi Terumbu Karang dengan Memanfaatkan Citra

    Satelit Quickbird, Landsat-TM, EO-1 Hyperion dan ALOS-AVNIR.

    http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/other-satellite-sensors/alos/http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/other-satellite-sensors/alos/http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/other-satellite-sensors/alos/http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/other-satellite-sensors/alos/http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/other-satellite-sensors/alos/
  • 7/25/2019 Studi Literatur-Uji Akurasi Penggunaan Citra Satelit Dan Metode FUSI Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

    13/13

    10

    Algoritma Indraja Kelautan Review Jurnal

    Saripin, I. 2003. Identifikasi Penggunaan Lahan dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat

    Thematic Mapper. Buletin Teknik Pertanian. Volume 8. Nomor 2, 2003.

    Wahidin N., Siregar V P., Nababan B., Jaya I., Wouthuyzen S. 2014. Deteksi Perubahan Habitat

    Terumbu Karang Menggunakan Citra Landsat di Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara.

    Wald L. 1999. Some terms of reference in data fusion. IEEE Trans. Geosci. Remote Sens., vol.

    37, no. 3, Mei 1999. hlm 1190-1193.

    WilliamWei-Chun Tseng, Shu-Han Hsu, Chi-Chung Chen.2015. Estimating the willingness to pay

    to protect coral reefs from potential damage caused by climate change-The evidence from

    Taiwan.

    Zhang, J., 2010. Multi-source remote sensing data fusion: status and trends. Int. J.Image Data

    Fusion 1, 524.

    Zhang C., 2015. Applying data fusion techniques for benthic habitat mapping and monitoring in

    a coral reef ecosystem