tiara sani safari_31111047
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
1/7
1
PENETAPAN KADAR DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID
DAUN PARE (Momordica charantia L.)MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV- VISIBLEDAN INFRA RED
Tiara Sani Safari, Ira Rahmiyani, Saeful AminProgram Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
e-mail:[email protected]
ABSTRAK
Tanaman pare mempunyai khasiat sebagai antidiare karena diketahui mengandung senyawa flavonoid.
Selain itu tanaman pare digunakan sebagai antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar flavonoid total yang terkandung dalam daun pare(Momordica charantia.) serta mengetahui jenis senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun
pare.Telah dilakukan penetapan kadar dan identifikasi senyawa flavonoid dari daun pare menggunakanspektrofotometri ultraviolet visibledan infrared. Ekstraksi daun pare dilakukan dengan metode maserasi
bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada pemantauan ekstrak dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukan bahwa ketiga ekstrak mengandung senyawa flavonoidyang ditandai adanya bercak berwarna kuning pada lempeng kromatografi lapis tipis setelah disemprot
menggunakan penampak bercak AlCl3 5%. Hasil dari penetapan kadar flavonoid total pada ekstrak n-
heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia) adalah 0,11%; 2,04%dan 0,34%. Hasil pemeriksaan menggunakan penambahan pereaksi geser, jenis flavonoid dalam ekstrak
etil asetat daun pare adalah 5, 7, 3, 4 tetrahidroksi flavonol dan di dukung oleh hasil identifikasispektrofotometer infra merah dimana terdapat gugus OH, C=C, C=O, C-H aromatik, dan C-O yang
merupakan ciri dari suatu senyawa golongan flavonoid.
Kata Kunci : Ekstrak daun pare, Flavonoid, Pereaksi geser , Infra merah
ABSTRACT
Flavonoid compound was detected in bittermelon plant and it has efficacy as antidiarrhea. Morever,
bittermelon plant is used as antioxsidant, antibacterial, and antiimflamation. The purpose of this research
used to total flavonoid compound assay inside bittermelon plant (Momordica chatantia), and indentified
a kind of flavonoid compound. Total flavonoid assay and flavonoid compound identification had beenpeformed using spectrofotometry ultraviolet visible and infra red. The extraction used maceration method
with n-heksana, etil acetat, and ethanol solvent. On extract monitoring used Thin Layer Chromatographyshowed that the extracts cointined flavonoid with the yellow spot on the TLC after sprayed by AlCl3 5%.
The result of flavonoid compound assay to extract of n-heksana, etil acetat, and ethanol were 0.11%;
2.04%, and 0.34%. And indentification used shift reagent showed that in etil acetat extract cointined 5, 7,
3, 4 tetrahydroxi flavonol and it followed by spectrofotometer infra red showed a functional group were
OH, C=C, C=O, C-H aromatic, dan C-O were known of flavonoid group compound.
Keyword : Bi ttermelon extract leaf , F lavonoids, Shi ft reagent, I nf ra red
PENDAHULUAN
Pare dikenal dengan rasa pahitnya.
Rasa pahit pare tidak mengurangi khasiat
yang dikandungnya sebagai obat dari berbagai
jenis penyakit. Ekstrak etanol daun pare
mempunyai efek anthelmintik terhadap
Ascaris suum secara invitro (Tjokropranoto,
2011). Selain itu, daun pare dapat digunakan
untuk menyembuhkan mencret pada bayi,
membersihkan darah bagi wanita yang baru
melahirkan, mengeluarkan cacing kremi, dan
dapat menyembuhkan batuk. Daun pare
digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai
penurun panas dengan cara ditumbuk
kemudian ditambahkan air dan disaring lalu
diminum saat pagi hari sebelum makan
(Ermawati, 2008). Daun pare mengandung
vitamin A, vitamin B, vitamin C, saponin,
flavonoid, steroid/triterpenoid, asam fenolat,
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
2/7
2
alkaloid, dan karotenoid. Flavonoid
menunjukkan lebih dari seratus macam
bioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan
antara lain efek antipiretik, analgetik, dan
antiinflamasi. Flavonoid dapat menghambatsiklooksigenase sehingga kemungkinan besar
efek antipiretik disebabkan karena
penghambatan siklooksigenase yang
merupakan langkah pertama pada jalur yang
menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan
tromboksan (Ermawati, 2008). Hasil
penelitian yang telah dilakukan (Farokh,
2011) mengenai Uji Aktivitas Antidiare
Ekstrak Etanol daun Pare (Momordica
charantia Linn.) pada Mencit Jantan yang
Diinduksi Oleum Ricini, diketahui bahwa
senyawa flavonoid ekstrak etanol daun paremempunyai aktivitas antidiare pada mencit
jantan yang diinduksi minyak jarak. Ekstraksi
adalah pemisahan satu atau beberapa bahan
dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan
pelarut (Depkes, 2000). Kromatografi lapis
tipis adalah metode pemisahan fisikokimia.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas fase
diam yang di tempatkan pada penyangga
berupa plat gelas atau logam. Penjerap yang
umum digunakan adalah silica gel, aluminium
oksida, selulosa dan lain-lain. Sementara fase
gerak adalah medium angkut yang terdiri atassatu atau beberapa medium pelarut (Stahl,
1985). Spektrofotometri Ultraviolet visible
merupakan salah satu radiasi elektromagnetik
yang dapat dianggap sebagai energi yang
merambat dalam bentuk gelombang. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang
antara 200400 nm. Sementara sinar tampak
(visible) mempunyai panjang gelombang 400
750 nm (Gholib, 2010). Spektroskopi
inframerah berkaitan dengan vibrasi molekul.
Energi vibrasi lebih rendah dibandingkan
energi elektronik yang berkaitan dengan
spektroskopi ultraviolet visible. Sebaliknya
panjang gelombang infrared lebih panjang
dibandingkan dengan panjang gelombang
sinar ultraviolet visible (Panji, 2012).
METODE PENELITIAN
Alat
Alat yang digunakan adalah peralatan
gelas labolatorium, kuvet, oven, tangas air,
mikroskop, mortir dan steamper, seperangkat
alat maserator, rotary epavorator, bejana
kromatografi, spektrofotometri ultraviolet
visible dan Infrared.
Bahan
Bahan yang digunakan adalah kloralhidrat, ammonia encer, kloroform, pereaksi
Mayer, pereaksi Dragendorff, serbuk Mg,
amil alkohol, FeCl3, gelatin, eter,Lieberman-
Burchard, anisaldehid asam sulfat, vanillin
asam sulfat, NaOH, n-heksan, etil asetat,
etanol p.a, Quersetin, Aluminium (III) klorida,
asam klorida, natrium asetat, asam borat dan
KBr.
Sampel Penelitian
Bahan yang diuji berupa daun pare
(Momordica charantia L.) yang berasal dariperkebunan Kampung Parigi Desa
Padakembang Singaparna.
Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman daun pare
(Momordica charantia L.) dilakukan di
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
ITB Bandung.
Pengolahan Simplisia
Daun pare dikumpulkan dan dilakukan
sortasi basah. Setelah itu dilakukan pencuciansimplisia. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih yang mengalir.
Kemudian proses pengeringan simplisia
dilakukan dengan cara diangin-angin tanpa
terkena sinar matahari langsung. Simplisia
dikeringkan dalam oven pada suhu 450C,
setelah itu dilakukan sortasi kering untuk
selanjutnya dihaluskan sampai diperoleh
serbuk simplisia.
Penetapan Karakteristik Farmakognosi
SimplisiaPengujian makroskopik dilakukan
dengan menggunakan kaca pembesar atau
tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan
untuk kekhususan morfologi meliputi bentuk,
bau, rasa dan warna simplisia yang diuji.
Analisis mikroskopik serbuk simplisia
dilakukan dengan bantuan media kloral hidrat.
Perbesaran yang digunakan sampai 150 kali.
Bahan yang akan diperiksa disimpan di atas
kaca objek kemudian di tetesi kloralhidrat
70% dan ditutupi dengan deek glass, amatidibawah mikroskop.
-
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
3/7
3
Penapisan Fitokimia Simplisia
Tujuan dari penapisan fitokimia adalah
menganalisis tumbuhan dan mengetahui
kandungan bioaktif yang berguna untuk
pengobatan dan dilakukan untukmengidentifikasi senyawa alkaloid, flavonoid,
kuinon, tannin dan polifenol, steroid dan
triterpenoid, monoterpen dan seskuiterpen
(Mustarichie, 2011).
EkstraksiSebanyak 300 g serbuk simplisia
ditimbang kemudian dimaserasi menggunakan
pelarut dengan kepolaran meningkat. Pelarut
yang digunakan adalah n-heksana, etil asetat
dan etanol. Serbuk simplisia ditambahkan
pelarut n-heksana kemudian dimaserasiselama 3 x 24 jam dengan pergantian pelarut
setiap 24 jam disertai pengadukan. Perlakuan
yang sama dilakukan terhadap pelarut etil
asetat dan etanol. Pada masing-masing
maserat yang telah diperoleh kemudian
dipekatkan menggunakan rotary epavorator
sampai menghasilkan ekstrak kental.
Pemantauan Ekstrak Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis
Lempeng kromatografi lapis tipis silika
gel GF254 diaktivasi. Setelah itu dilakukanpenjenuhan bejana. Eluen yang digunakan
adalah n-heksan : Etil asetat (9:1), n-heksan :
Etil asetat (8:2), n-heksan:Aseton (8:2),
Bercak yang dihasilkan kemudian dilihat pada
sinar tampak, dibawah sinar UV254, dibawah
sinar UV365, disemprot dengan H2SO4 dan
disemprot dengan AlCl3 5%.
Penetapan Kadar Flavonoid
Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
QuersetinPenetapan kandungan flavonoid total
dilakukan menggunakan spektrofotometri
visible. Sejumlah quersetin (pembanding)
yang digunakan dibuat larutan standar.
Kemudian dilarutkan dalam etanol p.a dan
ukur serapan dari quersetin pada panjang
gelombang 200-800 nm dengan blanko etanol
p.a.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Quersetin
Dibuat enam deret konsentrasi. Pada
setiap konsentrasi tambahkan etanol p.akemudian tambahkan 0,1 ml AlCl310 % dan
0,1 kalium asetat 1M. Diamkan 30 menit pada
suhu kamar. Setelah itu absorbansi diukur
pada panjang gelombang maksimal quersetin,
pengukuran absorbansi dibandingkan terhadap
blanko (Saifudin, 2011).
Penentuan Kadar Flavonoid Total Sampel
Ekstrak yang menunjukan positif
flavonoid dilarutkan menggunakan etanol p.a.
Larutan sampel ditambah etanol p.a hingga 1
ml dan tambahkan 0,1 ml AlCl310% dan 0,1
ml kalium asetat 1M. Volume akhir
ditepatkan dengan aquadest hingga 5ml dalam
labu takar setelah diinkubasi selama 30 menit
dalam suhu kamar, selanjutnya ukur
absorbansi sampel dengan panjang
gelombang maksimal quersetin. Setelahdiperoleh absorbansi sampel, hitung kadar
sampel dengan menggunakan persamaan
Y=ax + b (Saifudin, 2011).
Pemisahan Senyawa Flavonoid
Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
PreparatifTerhadap ekstrak yang mempunyai
kadar flavonoid total paling tinggi, dilakukan
penotolan cuplikan. Larutan uji ditotolkan
menggunakan pipa kapiler sampai terbentuk
pita pada lempeng yang telah diaktivasikemudian biarkan mengering. Setelah itu
tempatkan lempeng pada bejana kromatografi
yang berisi larutan pengembang yang telah
jenuh. Larutan pengembang yang digunakan
sama dengan larutan pengembang yang
digunakan saat pemisahan dengan
kromatografi lapis tipis yaitu n-heksan:Etil
asetat (8:2). Amati bercak dengan sinar
tampak ultraviolet gelombang pendek (254
nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang
panjang (365 nm). Sebagian lempeng
disemprot dengan menggunakan penampak
bercak AlCl35%.
Analisis Senyawa Flavonoid dengan
Penambahan Pereaksi Geser
Menggunakan Spektrofotometri UV- Vis
Pita yang dikerok yang telah dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai kemudian
disentrifugasi, untuk kemudian dilakukan
identifikasi dengan menggunakan
spektrofotometri ultraviolet visible dengan
penambahan pereaksi geser: Aluminium (III)klorida, Aluminium (III) klorida dan asam
-
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
4/7
4
klorida, natrium hidroksida, natrium asetat,
campuran natrium asetat dengan asam borat.
Spektoskopi Infra Merah
Pengukuran spektrum inframerahdilakukan dengan cara, 1 mg sampel dan
kalium bromida dalam kondisi tanpa air
digerus sampai homogen dan kemudian di
press. Dilakukan perekaman spektrum yang
memakan waktu kira-kira tiga menit. Hasil
analisis yang didapat berupa pita spektrum
atau puncak yang disebabkan karena getaran
ikatan kimia atau gugus fungsi dalam molekul
yang ditelaah (Harborne, 1987).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Determinasi TanamanHasil dari determinasi menunjukan
bahwa tanaman yang akan diuji adalah daun
pare (Momordica charantia) yang dapat
dilihat pada Lampiran 1 dengan bau khas
langu dan bentuk daun bulat panjang, pangkal
daun berbentuk jantung, berbulu, berlekuk
dan tulang daun menjari.
Hasil Penetapan Karakteristik
Farmakognosi Simplisia Daun Pare
Gambar 1 Pemeriksaan Makroskopik DaunPare (Momordica charantia), (a).daun segar,
(b).serbuk simplisia
Tabel 1Hasil Pemeriksaan Organoleptik
Daun Pare
PemeriksaanHasil
Daun segarSerbuk
simplisia
BentukBulat
panjangSerbuk
Warna Hijau tua Hijau tuaBau Khas langu Khas langu
Rasa Agak pahit Agak pahit
Berdasarkan Gambar 1(a) dapat dilihat bahwa
daun pare memiliki bentuk bulat panjang
dengan pangkal daun berbentuk jantung,
berbulu, berlekuk dan tulang daun menjari.
Daunnya berwarna hijau tua dibagian
permukaan atas dan permukaan bawahnya
berwarna hijau muda.
Gambar 2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik SerbukSimplisia Daun Pare (Momordica
charantia):(a).Stomata (b).Mesofil dengan
urat daun (c).Rambut penutup
Berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik
pada serbuk simplisia daun pare (Momordica
charantia) dengan perbesaran 400X di dapat
fragmen pengenal diantaranya mesofil dengan
urat daun, stomata dan rambut penutup.
Hasil Ekstraksi
Hasil ekstraksi bertingkat menghasilkan
ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan
ekstrak etanol dengan rendemen masing-
masing 1,09%, 4,71% dan 26,69%.
Hasil Penapisan Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap
serbuk simplisia dan ketiga ekstrak daun pare.
Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Penapisan Fitokimia Daun Pare
Keterangan : (-) tidak terdeteksi
(+) terdeteksi
Hasil Pemantauan Ekstrak Menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis
-
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
5/7
5
Gambar 3Hasil Pemantauan Ekstrak Dengan KromatografiLapis Tipis, fase diam silika gel GF254, (a)
Ekstrak n-heksan, fase gerak n-heksan : Etilasetat (9:1), (b) Ekstrak Etil Asetat fase gerak
n-heksan : Etil asetat (8:2), (c) Ekstrak Etanol
fase gerak n-heksan : Aseton (8:2), (1) Sinartampak, (2) dibawah sinar UV254, (3) dibawah
sinar UV365, (4) disemprot dengan H2SO4 (5)
disemprot dengan AlCl3 5%
Dari hasil pemantauan KLT dapat
disimpulkan bahwa senyawa golongan
flavonoid pada daun pare terdapat dalam
ketiga ekstrak. Hal ini menunjukkan bahwa
daun pare memiliki kandungan senyawaflavonoid dengan sifat kepolaran yang
berbeda-beda.
Hasil Penetapan kadar flavonoidPenetapan kadar flavonoid total diawali
dengan menentukan panjang gelombang
maksimum quersetin sebagai pembanding.
Didapat panjang gelombang maksimum
quersetin 433 nm. Untuk pembuatan kurva
kalibrasi quersetin dibuat deret konsentrasi 18
ppm, 16 ppm, 14 ppm, 12 ppm, 10 ppm, 8
ppm, 6 ppm. Gambar kurva kalibrasi quersetin
dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4Kurva Kalibrasi Quersetin
Berdasarkan hasil kurva kalibrasi, didapat
garis lurus yang linier dengan R=0,9976
yang mendekati satu dan menunjukan bahwa
antara konsentrasi dan absorbansi berbanding
lurus. Persamaan regresi linier yang didapat
adalah y=0,0302x+0,0964 selanjutnya
persamaan ini digunakan dalam perhitungan
penetapan kadar sampel. Sampel ekstrak n-
heksan, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol
dibuat dalam konsentrasi masing-masing
10000 ppm, 1000 ppm dan 5000 ppm
kemudian diambil 0,5ml ditambahkan 1,5 ml
etanol p.a; 0,1 ml AlCl310%; 0,1 ml kalium
asetat dan 2,8 ml aquadest kemudian di ukur
pada panjang gelombang maksimum 433 nm.Absorbansi yang didapat dari masing-masing
sampel kemudian dimasukan dalam
persamaan y=0,0302x+0,0964 R=0,9976
sehingga diperoleh kadar flavonoid total
ekstrak n-heksan 0,11%, ekstrak etil asetat
2,04% dan ekstrak etanol 0,34%.
Hasil Analisis Senyawa Flavonoid Ekstrak
Etil Asetat Daun PareKandungan flavonoid yang paling
tinggi yang berada dalam ekstrak etil asetat
selanjutnya dilakukan pemisahan denganmenggunakan kromatografi lapis tipis
preparatif. Ekstrak pekat etil asetat dilarutkan
dengan etil asetat p.a. Eluen yang digunakan
adalah n-heksan : Etil asetat (8:2).
Berdasarkan hasil elusi, terdapat enam bercak
yang terbentuk. Semakin dekat kepolaran
antara sampel dengan eluen maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase gerak. Setelah
dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan AlCl3 5%, terdapat 2 bercak
yang menunjukan positif flavonoid dengan
rendemen 0,15% dan 0,12 % dan nilai Rf0,3
c
b
a
-
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
6/7
6
dan 0,1. Selanjutnya bercak dengan Rf 0,3
dilakukan identifikasi jenis flavonoid
menggunakan penambahan pereaksi geser
yang diukur pada spektrofotometri UV-
visible dan penentuan gugus fungsi flavonoiddengan menggunakan spektrofotometer Infra
merah. Hasil analisis senyawa flavonoid
dengan penambahan pereaksi geser di dapat 2
pita. Pada spektrum ultra violet visible
menunjukkan dua puncak pada pita II 255nm
dan pita I 365nm. Berdasarkan serapan
tersebut, menunjukan senyawa bahwa
flavonoid yang terdapat dalam ekstrak etil
asetat daun pare termasuk golongan flavonol
dan khalkon (Markham 1988).
Tabel 3Hasil Spektrofotometer SetelahPenambahan Pereaksi Geser
Penambahan pereaksi geser Na asetat
digunakan untuk mendeteksi adanya gugus 7-
hidroksil bebas, pergeseran terjadi pada
puncak kedua dengan prediksi 7-OH.
Penambahan H3BO3 untuk menjembatani
kedua gugus hidroksil o-di OH dan terdapat
pergeseran pada pita I dengan prediksi o-
diOH pada cincin B. Penambahan pereaksi
geser AlCl3dan HCl untuk mendeteksi adanya
gugus 5-hidroksil bebas berdasarkan hasilpergeseran pada pita I dan pita II dengan
panjang gelombang maksimum 402nm dan
286nm. Hasil yang didapat dari interpretasi
spektrum di atas adalah 5, 7, 3, 4
tetrahidroksi flavonol. Hasil interpretasi yang
didapat dengan menggunakan pereaksi geser
kemudian didukung dengan data spektrum
inframerah yang menunjukan adanya serapan
C=O pada daerah bilangan gelombang
1720,50cm-1
dan gugus OH pada 3617,46cm-1
Vibrasi dari ikatan terjadi dalam ikatan tetap
dan panjang gelombang dari absorbsi oleh
suatu tipe ikatan bergantung pada macam-
macam getaran dari ikatan tersebut. Sehingga
tipe ikatan yang berlainan (C-H, C-C, O-H)
menyerap radiasi inframerah pada panjang
gelombang karakteristik yang berlainan(Fessenden, 1982). Spektrum infra merah
mempunyai banyak serapan yang
berhubungan dengan sistem vibrasi yang
berinteraksi dalam suatu molekul. Hasil
analisis spektrum inframerah menunjukan
adanya beberapa gugus fungsi. Hasil analisis
subfraksi berada pada daerah bilangan
gelombang 3617,46cm-1
yang diduga adalah
serapan uluran dari gugus O-H. Serapan
uluran C-H alifatik muncul pada daerah
bilangan gelombang 2924,09 cm-1
dan
2854,65 cm-1
. Adanya gugus karbonil C=Osebagai ciri umum senyawa golongan
flavonoid diindikasikan oleh adanya serapan
pada daerah bilangan gelombang 1720,50 cm-
1.Serapan uluran C=C aromatik muncul pada
daerah bilangan gelombang 1462,04 cm-1
.
Kemudian vibrasi ulur C-O muncul pada
daerah bilangan gelombang 1091,71cm-1
.
Sementara itu serapan pada bilangan
gelombang 802,39 cm-1
adanya gugus C-H
aromatik. Adanya gugus fungsi OH, C-H
alifatik, C=C aromatik, C=O dan C-O
mengindikasikan bahwa subfraksi merupakanciri dari suatu senyawa flavonoid.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, kadar
flavonoid total dari ekstrak n-heksan 0,11%,
ekstrak etil asetat 2,04% dan ekstrak etanol
0,34%. Hasil pemeriksaan dengan
penambahan pereaksi geser menunjukan
bahwa jenis flavonoid dalam ekstrak etil
asetat daun pare (Momordica charantia L.)
adalah 5, 7, 3, 4- tetrahidroksi flavonol dan
didukung hasil identifikasi spektrofotometer
inframerah dimana terdapat gugus OH, C=C,
C=O, C-H alifatik, dan C-O yang merupakan
ciri dari suatu senyawa golongan flavonoid.
SaranDisarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan melakukan identifikasi jenis
senyawa flavonoid pada ekstrak n-heksan dan
ekstrak etanol daun pare (Momordica
charantia) serta isolasi senyawa flavonoidterhadap ekstrak etil asetat.
-
7/25/2019 Tiara Sani Safari_31111047
7/7
7
DAFTAR PUSTAKA
Abdul L. 2012. Obat Tradisional. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Achmad. 2008. Ilmu Kimia dan Kegunaan:Tumbuh- Tumbuhan Obat Indonesia.
Bandung : Penerbit ITB.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2006.
Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat
Indonesia Volume 2.
DepKes RI, 2008. Farmakope Herbal
Indonesia Edisi 1. Jakarta.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V. Jakarta.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.
Ermawati dan Fauziah. 2010. Efek antipiretikekstrak daun pare (momordica
charantia L) Pada tikus putih jantan
[Skripsi]. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Farokh. 2011. Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica
charantia Linn.) Pada Mencit Jantan
yang Diinduksi Oleum Ricini [Skripsi].
Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Fessenden, R.J,. 1999.Kimia Organik. Jakarta
: Erlangga.
Fransworth, 1996. Biological andPhytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences.
Gholib. 2010. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Harborne, J.B,. 1987. Metode Fitokimia ;
Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Diterjemahan Kosasih
Padmawinata dan Iwang Sudiro.
Terbitan ke-2. Bandung : Penerbit ITB.
Kar. 2013. Farmakognosi dan
farmakobioteknologi-ed 2. Jakarta :
EGC.
Markham, K.R,. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Bandung : ITB Press.
Mustarichie., et al. 2011. Metode Penelitian
Tanaman Obat. Bandung : Widya
Padjadjaran.
Panji. 2012. Teknik Spektroskopi untuk
Elusidasi Struktur Molekul edisi
pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saifudin., et al. 2011. Standarisasi Bahan
Obat Alam edisi pertama. Yogyakarta :
Graha ilmu.
Stahl. 1985. Analisis Obat secara
Kromatografi dan Mikroskopi,
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan
Iwang Sudiro. Bandung : Penerbit ITB.
Subahar. 2004. Khasiat & Manfaat Pare, siPahit Pembasmi Penyakit. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Tjokropranoto., et al. 2011. Anthelmintic
Effect of Ethanol Extract of Pare Leaf
(Momordica charantia L.) against
Female Ascaris suum Worm in Vitro.
Parasitology and Pharmacology
Department, Faculty of Medicine,
Maranatha ChristianUniversity. Vol. 1
No. 4.
Yp Arum , Supartono dan Sudarmin. 2012.
Isolasi dan Uji Daya AntimikrobaEkstrak Daun Kersen (Muntingia
Calabura). Universitas Negeri
Semarang. ISSN No 0215-9945.