unud-320-1860003455-tesisgabung

Upload: nuii-ishaq

Post on 10-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    1/78

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek

    yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang

    cukup (FAO/WHO, 2001; FAO/WHO, 2002; ISAPP, 2009) dengan memperbaiki

    keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan

    (Shitandi et al.,2007; Dommels et al.,2009; Weichselbaum, 2009).

    Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (BAL), khususnya

    genus Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan bagian dari flora

    normal pada saluran pencernaan manusia (Sujaya et al. 2008b). Lactobacillus

    merupakan probiotik yang dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi

    kesehatan seperti penanggulangan diare (Salazar et al.,2007; Pant et al.,2007 ;

    Tabbers dan Benninga, 2007; Collado et al., 2009 ), menstimulasi sistem

    kekebalan (immune) tubuh (Isolauri et al.,2001 ; Isolauri dan Salminen, 2008),

    menurunkan kadar kolesterol (Pereira et al.,2003; Yulinery et al., 2006; Belviso

    et al.,2009; Lee et al.,2010), pencegahan kanker kolon dan usus (Brady et al.,

    2000; Pato, 2003; Liong, 2008), dan penanggulangan dermatitis atopik pada anak-

    anak (Betsi et al.,2008; Torii et al.,2010).

    Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization

    (FAO/WHO) (2001), idealnya strain probiotik seharusnya tidak hanya mampu

    bertahan melewati saluran pencernaan tetapi juga memiliki kemampuan untuk

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    2/78

    2

    berkembang biak dalam saluran pencernaan, tahan terhadap cairan lambung dan

    cairan empedu dalam jalur makanan yang memungkinkan untuk bertahan hidup

    melintasi saluran pencernaan dan terkena paparan empedu. Selain itu probiotik

    juga harus mampu menempel pada sel epitel usus manusia, mampu membentuk

    kolonisasi pada saluran pencernaan, mampu menghasilkan zat anti mikroba

    (bakteriosin), dan memberikan pengaruh yang menguntungkan kesehatan

    manusia. Syarat lainnya adalah tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi.

    Strain probiotik juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan

    makanan dan penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan

    tahan terhadap proses psikokimia pada makanan (Prado et al.,2008).

    Lactobacillus rhamnosus SKG34 yang diisolasi dari susu kuda Sumbawa

    sangat berpotensi dikembangkan sebagai probiotik. Lactobacillus rhamnosus

    SKG34 memiliki daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan bakteri patogen.

    (Sujaya et al. 2008b). Uji in vitro L. rhamnosus SKG34 mampu melewati

    simulasi kondisi lambung dengan pH 3 dan 4, tidak mengubah asam kolat primer

    (kolat) menjadi asam kolat skunder (deoksikolat), serta dapat menghidrolisis

    garam empedu (Sujaya et al.,2008a).

    Pengujian secara in vivo terhadap L. rhamnosus SKG34 perlu dilakukan

    untuk menindaklanjuti hasil penelitian secara in vitro yang sudah dilaksanakan,

    untuk mengetahui populasi L. rhamnosus SKG34 pada sekum dan pengaruhnya

    terhadap kadar kolesterol serum darah dengan menggunakan hewan coba tikus

    tutih (R. norvegicus), sebelum L. rhamnosus SKG34 dikembangkan dan

    dikomersialkan sebagai probiotik.

    http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130
  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    3/78

    3

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimanakah populasiL. rhamnosus SKG34 pada sekum tikus putih (R.

    norvegicus)

    2. Bagaimanakah pengaruh pemberian L. rhamnosus SKG34 terhadap kadar

    kolesterol serum darah tikus putih (R. norvegicus)

    1.3Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui populasi L. rhamnosus SKG34 pada sekum tikus putih

    (R. norvegicus)

    2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian L. rhamnosus SKG34 terhadap

    kadar kolesterol darah tikus putih (R. norvegicus)

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah :

    1. Memberikan informasi tentang populasi L. rhamnosus SKG34 pada

    sekum tikus putih (R. norvegicus)

    2. Memberikan informasi pengaruh pemberian L. rhamnosus SKG34

    terhadap kadar kolesterol pada darah tikus putih (R. norvegicus)

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    4/78

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Probiotik

    Lilly dan Stillwell memperkenalkan istilah "probiotik" pada tahun 1965

    untuk nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan

    mikroba lain (FAO/WHO, 2001). Probiotik merupakan organisme hidup yang

    mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila

    dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2001; FAO/WHO, 2002;

    ISAPP, 2009) dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat

    masuk dalam saluran pencernaan (Shitandi et al.,2007; Dommels et al.,2009;

    Weichselbaum, 2009).

    Probiotik telah banyak dimanfaatkan untuk penanggulangan penyakit

    gastroenteritis seperti diare (Salazar et al.,2007; Pant et al.,2007 ; Tabbers dan

    Benninga, 2007; Collado et al.,2009 ), menstimulasi sistem kekebalan (immune)

    tubuh (Isolauri et al., 2001 ; Isolauri dan Salminen, 2008), menurunkan kadar

    kolesterol (Pereira et al.,2003; Yulinery et al., 2006; Belviso et al.,2009; Lee et

    al.,2010), pencegahan kanker kolon dan usus (Brady et al.,2000; Pato, 2003;

    Liong, 2008), penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak (Betsi et al.,

    2008; Torii et al., 2010), menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome

    (Malinen et al.,2010; Lyra et al.,2010), penatalaksanaan alergi (Vanderhoof,

    2008), pencegahan dan penanganan penyakit infeksi (Wolvers et al., 2010).

    Probiotik dapat memproduksi bakteriosin untuk melawan pathogen yang

    bersifat selektif hanya terhadap beberapa strain patogen. Probiotik juga

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    5/78

    5

    memproduksi asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase,

    lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya. Probiotik juga

    menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme host,

    seperti vitamin B (Asam Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin,

    dan biotin serta antioksidan penting seperti vitamin K (Adams, 2009).

    Manfaat probiotik bagi kesehatan tubuh dapat melalui 3 (tiga) mekanisme

    fungsi: (1) fungsi protektif, yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen

    dalam saluran pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran

    pencernaan, mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi (penempelan)

    antara probiotik dan bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga

    akan menghasilkan berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen

    peroksida, dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan patogen)

    (Rahayu, 2008; Collado et al.,2009) ; (2) fungsi sistem imun tubuh, yaitu dengan

    peningkatan sistem imun tubuh melalui kemampuan probiotik untuk menginduksi

    pembentukan IgA, aktivasi makrofag, modulasi profil sitokin, serta menginduksi

    hyporesponsiveness terhadap antigen yang berasal dari pangan.; (3) fungsi

    metabolit probiotik yaitu metabolit yang dihasilkan oleh probiotik, termasuk

    kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di dalam produk susu terfermentasi

    sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose intolerance(Rahayu, 2008).

    Efek probiotik terhadap kesehatan dan mekanismenya dalam tubuh

    disajikan pada Tabel 2.1.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    6/78

    6

    Tabel 2.1.

    Efek probiotik terhadap kesehatan dan mekanismenya dalam tubuh

    Manfaat Fungsi Mekanismenya

    1.Membantupencer-naan

    a.Irritable bowel syndrome,mengurangigejala saluran cerna (konstipasi, diarenon patogenik, flatulensi, kram, nafasyang berbau penyebab dari gangguanpencernaan)

    b. Intoleran terhadap laktosa

    - Perubahan populasi atau aktivitasdari mikroflora usus

    - Pemindahan mikroba laktase ke

    usus halus2. Sebagai

    pertahanantubuh

    a. Alergi (eksema atopik, alergi terhadap

    susu, rematik artritis)

    - Translokasi, efek barrier

    b. Kariogenik - Perubahan populasi, aktivitasmikroflora oral atau yangmenempel pada gigi

    c.Karsinogenik, mutagenik, tumor - Penyerapan mutagen, merangsang

    sistem imun, penghambatanproduksi karsinogen olehmikroflora usus

    d. Diare karena penggunaan antibiotika,diare yang disebabkan olehRotavirus, Kolitis yang disebabkanoleh C. difficile, diare nosokomial

    - Kompetisi pengeluaran,translokasi/efek barrier,meningkatkan respon imun

    e. Peradangan usus, Kolitis ulserasi,Penyakit Crohns

    - Penurunan regulasi respon imun

    f. Pertumbuhan bakteri usus yangberlebihan

    - Aktivitas antimikroba,pengeluaran kompetisi

    g. Imunomodulasi (status imun, responvaksin)

    h. Vaginosis, infeksi saluran kemih

    - Interaksi dengan sel imun untukmeningkatkan aktivitas pagositosisdari sel darah putih, meningkatkanIgA setelah kontak dengan antigen.Meningkatkan proliferasi lekositintra epitel, regulasi Th1/Th2,induksi sitosis sitokin

    - Aktivitas antipatogenik,pengeluran kompetisi3. Manfaatyang lain

    a. Menurunkan kolesterol darah - Dekonjugasi garam empedu

    b. Endotoksemia dengan sirosis - Penghambatan produksiendotoksin oleh mikroflora usus

    c. Hipertensi - Unsur seluler atau peptida yangberasal dari aktivitas fermentasisebagai penghambatan ACE(Angiotensin Converting Enzyme)

    d. Batu ginjal - Perubahan pencernaan yangmempengaruhi pemecahan oksalat

    Sumber : Sanders (2003) dalamToma dan Pokrotnieks (2006)

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    7/78

    7

    Konsumsi probiotik biasanya diaplikasikan pada pembuatan produk

    pangan olahan seperti; yogurt, keju, minuman penyegar, es krim, yakult, permen

    dan yogurt beku (Senok, 2009; Granato et al., 2010). Jumlah minimal strain

    probiotik yang ada dalam produk makanan adalah sebesar 106CFU/g atau jumlah

    strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan

    tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada

    saat berada dalam jalur pencernaan (Shah, 2007).

    Beberapa jenis bakteri probiotik yang sering digunakan dalam industri

    makanan seperti : Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus

    johnsonii, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus thermophilus, Lactobacillus

    reuteri, Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus, Bifidobacterium bifidum,

    Bifidobacterium longum, Bifidobacterium brevis, Bifidobacterium infantis,

    Bifidobacterium animalis (Granato et al., 2010), Enterococcus faecalis,

    Enterococcus faecium, Sporolactobacillus inulinus (Holzapfel dan Schillinger,

    2002),Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus, dan Streptococcus

    thermophilus (Senok, 2009). Mikroba yang sering digunakan sebagai probiotik

    dapat dilihat pada Tabel 2.2.

    Aspek keamanan dan fungsional menjadi pertimbangan utama dalam

    proses seleksi mikroba probiotik. Aspek keamanan seperti : menyehatkan saluran

    pencernaan), bersifat non patogen, dan tahan terhadap antibiotik. Aspek

    fungsional seperti kemampuan hidup dan tahan dalam saluran pencernaan,dapat

    diaplikasikan pada dunia industri, dan tidak menimbulkan aroma yang

    menyimpang pada makanan (Saarela et al.,2000; Prodo et al., 2008).

    http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b149http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b67http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b67http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b67http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b67http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b149
  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    8/78

    8

    Tabel 2.1.

    Mikroba yang sering digunakan sebagai Probiotik

    BALSelain spesies

    BALLactobacillus Bifidobacterium Spesies BAL yang

    lain

    Lactobacillus

    acidophilus

    Bifidobacterium

    adolescentis

    Enterococcus

    faecalis

    Bacillus cereus

    var. toyoi

    Lactobacillus

    casei

    Bifidobacterium

    animalis

    Enterococcus

    faecium

    Escherichia coli

    strain nissle

    Lactobacillus

    amylovorus

    Bifidobacterium

    bifidum

    Lactococcus lactis Propionibacterium

    freudenreichii

    Lactobacillus

    delbrueckii subsp

    bulgaricus

    Bifidobacterium

    breve

    Leuconostoc

    mesenteroides

    Saccharomyces

    cerevisiae

    Lactobacillus

    gallinarum

    Bifidobacterium

    infantis

    Pediococcus

    acidilactici

    Saccharomyces

    boulardii

    Lactobacillus

    gasseri

    Bifidobacterium

    lactis

    Steptococcus

    thermophilus

    Lactobacillus

    johnsonii

    Bifidobacterium

    longum

    Sporolactobacillus

    inulinus

    Lactobacillus

    paracasei

    Lactobacillus

    plantarum

    Lactobacillusreuteri

    Lactobacillus

    rhamnosusSumber : Holzapfel et al. (2001).

    Menurut Food and Agriculture Organization/World Health Organization

    (FAO/WHO) (2001), mikroba probiotik, seharusnya tidak hanya mampu

    bertahan melewati saluran pencernaan tetapi juga memiliki kemampuan untuk

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    9/78

    9

    berkembang biak dalam usus. Ini berarti mikroba probiotik harus tahan terhadap

    cairan lambung dan dapat tumbuh dalam cairan empedu yang terdapat dalam

    saluran pencernaan, atau dikonsumsi dalam jalur makanan yang memungkinkan

    untuk bertahan hidup melintasi saluran pencernaan dan terkena paparan empedu.

    Selain itu probiotik juga harus mampu menempel pada permukaan enterosit,

    mampu membentuk kolonisasi pada saluran pencernaan, mampu menghasilkan

    zat anti mikroba (bakteriosin), dapat berkembang biak dengan baik, dan

    memberikan pengaruh yang menguntungkan kesehatan manusia. Hal yang penting

    lainnya adalah tidak bersifat patogen dan aman jika dikonsumsi. Strain probiotik

    juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan makanan dan

    penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan tahan terhadap

    proses psikokimia pada makanan (Prado et al.,2008).

    2.2 Kolesterol

    Kolesterol merupakan produk khas hasil metabolisme hewan. Oleh karena

    itu kolesterol terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan seperti kuning

    telur, daging, hati, dan otak (Murray et al., 2003). Kolesterol banyak terdapat

    pada membran sel. Kolesterol berwarna putih dan bersifat larut dalam air

    (Hofmann, 2004). Kolesterol merupakan prekursor senyawa steroid lainnya

    dalam tubuh, seperti: kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D

    (Murray et al., 2003), hormon adrenokortikoid, progesteron, esterogen, dan

    testosteron (Hirakawa, 2005).

    Sebagian besar kolesterol dibentuk di hati, walaupun semua sel mampu

    memproduksi kolesterol (Hirakawa, 2005). Hati mensintesis sekitar 20 %

    http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130
  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    10/78

    10

    kolesterol dalam tubuh. Total produksi kolesterol termasuk yang diserap dari

    makanan dan hasil sintesa dalam tubuh kira-kira 1 g/hari. Jumlah kolesterol yang

    direkomendasikan sekitar 300 mg/hari. (Gropper et al., 2005). Orang dewasa

    normal, mensintesa kolesterol sekitar 1g/hari, dan mengkonsumsinya sekitar 0,3

    g/hari. Kadar kolesterol dalam tubuh sekitar 150-200 mg/dl, yang digunakan

    untuk mengatur sintesa de novo. Kecepatan sintesa kolesterol tergantung pada

    intake kolesterol dari makanan (King, 2010).

    Kolesterol dalam makanan diserap dari usus bersama lipid lainnya,

    termasuk kolesterol yang disintesis dalam usus, diinkorporasikan ke dalam

    kilomikron dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Sebanyak 80-90%

    kolesterol yang diserap, diesterifikasikan dengan asam lemak rantai panjang

    dalam getah bening (Murray et al., 2003). Potter (2007) menyatakan bahwa

    kolesterol dari makanan sebesar 335 mg/hari masuk ke saluran pencernaan dalam

    bentuk kilomikron. Selanjutnya masuk ke hati dan mengalami sintesa sebanyak

    800 mg/hari. Kilomikron yang masuk ke hati disintesa menjadi HDL dan VLDL.

    Very Low Density Lipoprotein selanjutnya diubah menjadi LDL, dan bersama

    dengan HDL masuk ke jaringan periperal, kulit, dan kelenjar endokrin. Diagram

    peredaran kolesterol dalam tubuh disajikan pada Gambar 2.1.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    11/78

    11

    KOLESTEROL

    Gambar 2.1. Peredaran kolesterol dalam tubuh (Potter, 2007).

    Kolesterol dalam tubuh diserap dalam bentuk asam kolat di hati yang

    dikonjugasikan dengan bahan lain membentuk garam empedu. Garam empedu

    membantu pencernaan dan penyerapan lemak (Hofmann, 2004; Hirakawa, 2005).

    Kolesterol dari makanan dan hasil sintesa digunakan dalam pembentukan

    membran dan sintesa hormon steroid dan asam empedu. Sebagaian besar jumlah

    kolesterol digunakan dalam proses sintesis asam empedu (King, 2010).

    Berdasarkan kerapatannya (densitas), kolesterol dapat di bedakan menjadi:

    kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low Density Lipoprotein

    (LDL),High Density Lipoprotein(HDL). Dari keempat jenis lipoprotein tersebut,

    LDL memiliki kadar kolesterol yang paling tinggi, sedangkan kadar protein

    Saluran

    Pencernaan

    Sterol Kulit

    (85mg/hari)

    HormonSteroid

    (50mg/hari)

    Kelenjar

    Endokrin

    Kulit

    Asam

    Empedu

    (400mg/hari)

    Feses

    Makanan

    Jaringan

    Periperal

    Hati

    Sintesa

    Kolesterol

    (800mg/hari)

    Kilomikron

    LDL

    VLDL

    HDL

    Kolesterol

    makanan

    (335mg/hari

    Kolesterol

    Empedu

    (600mg/har

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    12/78

    12

    tertinggi terdapat pada HDL (Gropper et al.,2005; Hirakawa, 2005). Selain itu

    ada juga Intermediate Density Lipoprotein (IDL), yang memiliki densitas antara

    VLDL dan LDL. Kilomikron merupakan lipoprotein pertama yang dibentuk dari

    konsumsi lemak. Selain kilomikron, lipoprotein lainnya merupakan hasil sintesa

    lemak dalam tubuh (Gropper et al.,2005).

    Kolesterol diedarkan ke seluruh sel oleh LDL dan HDL (Hirakawa, 2005).

    Low Density Lipoprotein merupakan komponen lipoprotein yang terbesar

    membawa kolesterol (60% total serum kolesterol), ke jaringan tubuh, yang

    digunakan untuk pembentukan membran atau dimetabolisme menjadi hormon

    steroid. High Density Lipoprotein memiliki peran yang bertentangan dengan

    LDL, yaitu mengangkut kolesterol dan lipoprotein lainnya yang sudah

    terakumulasi dari sel dan mengembalikan kolesterol ke hati untuk selanjutnya

    diekskresikan dalam empedu (Gropper et al.,2005).

    Jumlah LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penyumbatan arteri dan

    meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke. Sebaliknya konsentrasi HDL

    yang tinggi dalam darah dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Penyakit

    jantung koroner dan stroke merupakan penyebab utama kematian dan kejadian

    cacat di seluruh dunia. Tingginya kandungan total kolesterol darah sangat

    berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit jantung koroner. Kadar LDL

    diatas 100 mg/dl dan kadar HDL dibawah 40 mg/dl dapat meningkatkan resiko

    penyakit kardiovaskular (Hirakawa, 2005; Baigent dan Clarke, 2008).

    Beberapa strain BAL mampu memetabolisme kolesterol dari makanan

    dalam usus halus sehingga tidak diserap oleh tubuh. Lactobacillus sp F2.13,

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    13/78

    13

    strain endogen Indonesia mampu menurunkan kadar kolesterol total sebesar 33%

    (Nursini, 2010). Bifidobacterium infantis 17930, memiliki kemampuan

    dekonjugasi garam empedu paling tinggi dan aktivitas Bile salt hydrolase (BSH)

    lebih baik (Liong dan Shah, 2005).

    Mekanisme penurunan kolesterol oleh aktivitas BAL disebabkan oleh

    enzim BSH yang mendekonjugasi garam empedu, dimana glisin atau taurin

    dipisahkan dari steroid, sehingga menghasilkan garam empedu bebas atau

    terdekonjugasi. Enzim BSH menghasilkan garam empedu terdekonjugasi dalam

    bentuk asam kolat bebas yang kurang diserap oleh usus halus. Dengan demikian

    garam empedu yang kembali ke hati selama sirkulasi enterohepatik menjadi

    berkurang, sehingga total kolesterol dalam tubuh menjadi berkurang. Beberapa

    jenis BAL memiliki dinding sel yang mampu mengikat kolesterol dalam usus

    halus sebelum kolesterol diserap oleh tubuh (Surono, 2004; Ooi dan Liong, 2010).

    Enzim BSH akan memberikan keuntungan khusus bagi strain bakteri

    probiotik yang tumbuh pada lingkungan yang penuh persaingan dalam saluran

    pencernaan dengan memberikan daya tahan yang lebih baik terhadap garam

    empedu, serta membantu dalam menurunkan kadar kolesterol darah (Begley et

    al.,2006; Noriega et al.,2006; Patel et al., 2010). Bile salt hydrolasedimiliki

    oleh beberapa strain bakteri saluran pencernaan seperti: Lactobacillus,

    Enterococcus, Bifidobacterium, Clostridium, Peptostreptococcus, danBacteroides

    (Ooi dan Liong, 2010)

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    14/78

    14

    2.3 Empedu

    Pembentukan empedu sangat penting dalam pencernaan dan penyerapan

    lemak, ekskresi xenobiotik larut lemak dan racun dalam tubuh, dan keseimbangan

    kadar kolesterol. Garam empedu secara alamiah bersifat amphipilik karena

    memiliki gugus polar dan non polar. Gugus polar memiliki permukaan yang

    bersifat hidrofilik yang mengandung gugus hidroksil dan gugus karbonil,

    sedangkan gugus non polar bersifat hidropobik (Salen dan Batta, 2004).

    Cairan empedu merupakan gabungan antara asam empedu dan garam

    empedu. Bilirubin tetrapyrrole (berwarna coklat), merupakan komponen pemberi

    warna terbesar pada empedu dan merupakan produk akhir dari metabolisme heme.

    Apabila bilirubin mengalami oksidasi akan berubah menjadi biliverdin (berwarna

    hijau) (Bijl et al.,2009).

    Garam empedu bersama pospolipid dan kolesterol merupakan cairan

    organik terbesar dalam empedu dan merupakan kunci kekuatan dalam

    pembentukan empedu pada saat di sekresikan ke canalikuli empedu melewati

    membran apikal hepatosit(Beuers dan Pusl, 2004)

    Komponen utama asam empedu dalam empedu manusia yaitu asam

    xenodeoksikolat (45%) dan asam kolat (31%). Sebelum sebagian besar garam

    empedu disekresikan ke lumen canalikuli, terlebih dulu terjadi konjugasi dengan

    ikatan amida pada terminal gugus karboksil dengan asam amino glisin dan taurin.

    Reaksi konjugasi ini menghasilkan glycoconjugates dan tauroconjugates.

    Sebanyak 95% dari total garam empedu yang disintesa di hati diserap oleh usus

    distal dan dikembalikan lagi ke hati. Proses sekresi dari hati ke gallbladder,

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    15/78

    15

    kemudian ke usus, dan akhirnya diserap kembali disebut siklus enterohepatik.

    Jumlah total garam empedu yang mengalami siklus berulang-ulang melalui siklus

    enterohepatik sekitar 3,5 g. Jumlah tersebut bersirkulasi dua kali per makan dan 6-

    8 kali per hari. Apabila empedu tidak ada di usus, maka hapir 50% lemak yang

    dimakan akan keluar melalui feses (Ganong, 2002; King, 2010). Siklus

    enterohepatik garam empedu dapat dilihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Siklus enterohepatik garam empedu (Ganong, 2002)

    Produk akhir dari penggunaan kolesterol adalah asam empedu. Sintesa

    asam empedu merupakan mekanisme utama untuk mengeluarkan kelebihan

    kolesterol. Ekskresi kolesterol dalam bentuk asam empedu tidak cukup untuk

    mengimbangi kelebihan intake kolesterol dari makanan. Walaupun sintesa asam

    empedu merupakan jalan untuk proses katabolisme kolesterol, campuran terlarut

    antara kolesterol dari makanan, lemak, dan zat gizi essensial juga penting untuk

    memperlancar transportnya ke hati. Proses sintesa asam empedu membutuhkan

    Garis yang tidak terputusyang masuk ke dalam sistem

    portal merupakan garam

    empedu yang berasal dari

    hati, sedangkan garis

    terputus-putus menunjukkan

    garam empedu yang

    terbentuk akibat aktivitas

    bakteri

    Kandung kemihSistem portal

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    16/78

    16

    kerja 17 enzim dan berlangsung di beberapa bagian intraseluler termasuk sitosol,

    retikulum endoplasma, mittokondria, dan peroxisom (King, 2010).

    2.4 Bakteri Asam Laktat

    Mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan sangat kompleks dan

    merupakan komunitas yang dinamis. Total mikroba yang terdapat di saluran

    pencernaan diperkirakan mencapai 1012 sel setiap gram isi dengan total sekitar

    1015 yang terdiri dari lebih 1000 spesies, atau diperkirakan sekitar 3000-4000

    spesies. Berat mikroorganime ini mencapai 1,5 kg di dalam tubuh dan

    menyumbang 60% berat feses (Rahayu, 2008).

    Bakteri asam laktat merupakan famili yang bersifat heterogenus, gram

    positif, anaerob, tidak berspora, dan merupakan bakteri yang tahan terhadap

    asam. Bakteri asam laktat dapat memfermentasi berbagai jenis zat gizi baik

    secara homofermentatif maupun heterofermentatif terutama menghasilkan asam

    laktat, selain itu juga dapat mengasilkan asam asetat, asam format, etanol, dan

    CO2. Bakteri asam laktat tidak hanya dapat mengubah rasa makanan menjadi

    asam dalam waktu singkat, tetapi juga akan merubah flavor, tekstur, dan

    kandungan zat gizi makanan tersebut. Bakteri asam laktat secara alami ditemukan

    pada tanaman, daging, susu dan hasil olahannya, dan hasil fermentasi serealia, dan

    sudah lama digunakan dalam industri makanan dalam skala besar atau industri

    rumah tangga, serta makanan hasil fermentasi. Bakteri asam laktat digunakan

    sebagai starter untuk fermentasi sayur atau daging (Liu et al., 2005;

    Klaenhammer et al.,2005).

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    17/78

    17

    Bakteri asam laktat termasuk golongan bakteri mikroaerofilik, yang

    memfermentasi heksosa menghasilkan asam laktat. Bakteri asam laktat yang

    banyak digunakan dalam dunia industri adalah spesies Lactococcus,

    Enterococcus, Oenococcus, Pediococcus, Streptococcus, Leuconostoc, dan

    Lactobacillus (Makarova et al., 2006 ; O'Sullivan et al., 2009). Spesies BAL

    dalam memetabolisme hexosa dapat melalui dua proses fermentasi, yaitu

    homofermentatif, dimana BAL hanya menghasilkan asam laktat, dan

    heterofermentatif, dimana selain menghasilkan asam laktat BAL juga

    menghasilkan CO2, asam asetat, dan etanol (Makarova et al.,2006).

    Bakteri asam laktat juga dapat menghasilkan peptida antimikroba seperti

    bakteriosin, sebagai contoh adalah L. salivarius UCC118, yang sangat efektif

    untuk menekan pertumbuhan L. monocytogenes. Beberapa spesies yang biasa

    ditemukan pada saluran pencernaan manusia dan hewan, kadang-kadang juga

    dapat menimbulkan penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi BAL

    patogen seperti; infeksi saluran kencing, bakterimia, endokarditis, divertikulatis,

    dan meningitis (O'Sullivan et al., 2009).

    2.5 Lactobacillus

    Genus Lactobacillus terdiri atas banyak kelompok termasuk beberapa

    spesies yang digunakan untuk fermentasi dan pengawetan makanan. Beberapa

    Lactobacillus merupakan probiotik, yang dapat memberikan efek yang

    menguntungkan bagi kesehatan hostnya (Claesson et al.,2007). Lactobacillusdi

    tubuh manusia biasanya ditemukan pada vagina dan saluran pencernaan, dimana

    bisanya bersimbiosis menjadi bagian kecil dari mikroflora usus. Asam laktat

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    18/78

    18

    yang dihasilkan membuat lingkungan menjadi asam, yang dapat menghambat

    pertumbuhan bakteri berbahaya (Wikipedia, 2010).

    Lactobacillus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk batang

    termasuk dalam kelompok (BAL). Lactobacillus memiliki karakter tergantung

    spesies seperti obligat/fakultatif, homo/heterofermentatif dalam perannya

    mengubah susu menjadi asam dan sering dimanfaatkan untuk membuat produk

    olahan terfermentasi seperti keju, yogurt, dan susu terfermentasi lainnya.

    Lactobacillus merupakan kelompok bakteri heterogenus yang terdiri atas 135

    spesies dan 27 subspesies (Bernardeau et al.,2008).

    Lactobacillusdiisolasi dari isi perut orang sehat, pertama kali pada tahun

    1983, pada saat itu menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadap asam kuat

    yang biasa terdapat pada saluran pencernaan. Lactobacillus dapat menurunkan

    kolesterol dan memberikan efek hipokolesterolemia (Lye et al., 2010).

    Lactobacillus sp. Dad 13 yang diisolasi dari dadih terbukti ampuh menurunkan

    kolesterol (Rusfidra, 2006). Lactobacillusrhamnosus akan memberikan pengaruh

    yang menguntungkan pada saluran pencernaan, sangat berperan dalam

    peningkatan sistem imun, terutama dalam melawan patogen yang ada dalam

    saluran pencernaan dan saluran kencing (Adams, 2009).

    Antarini (2010) menyatakan bahwa pada produk susu terfermentasi

    pertumbuhanL. rhamnosus SKG34 sebesar 2,5 x 108 sampai 7,6 x 109 cfu/ml,

    serta peningkatan protein terlarut 0,046% - 0,084%, peningkatan asam amino

    bebas seperti asam aspartat, asam glutamat, serin, histidin, glisin, treonin, alanin,

    tirosin, metionin, isoleusin, leusin, dan lisin.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    19/78

    19

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek

    yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang

    cukup (FAO/WHO, 2001; FAO/WHO, 2002; ISAPP, 2009) dengan memperbaiki

    keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam saluran pencernaan

    (Shitandi et al.,2007; Dommels et al.,2009; Weichselbaum, 2009).

    Bakteri asam laktat termasuk golongan bakteri mikroaerofilik, gram

    positif yang memfermentasi heksosa menghasilkan asam laktat. Bakteri yang

    termasuk BAL, sering digunakan dalam dunia industri (Makarova et al.,2006).

    Beberapa jenis BAL seperti L. rhamnosus ATCC 53013 dan L. acidophilus

    NCFM, merupakan bakteri probiotik (O'Sullivan et al., 2009). Sujaya et al.

    (2008b) menyatakan bahwa bakteri probiotik yang banyak beredar di pasaran

    umumnya dari golongan BAL. Adanya klaim menyehatkan, telah memicu

    perburuan strain BAL dari berbagai sumber alami, seperti saluran pencernaan,

    susu manusia dan hewan serta makanan terfermentasi tradisional.

    Beberapa aspek seperti keamanan, fungsional, dan karakterisasi teknologi

    menjadi pertimbangan utama dalam proses seleksi mikroba probiotik. Aspek

    keamanan termasuk spesifikasi seperti : kemurniannya (menyehatkan saluran

    pencernaan), bersifat non patogenik, dan tahan terhadap antibiotik. Aspek

    fungsional seperti kemampuan hidup dan tahan dalam saluran pencernaan,

    imunomodulation, bersifat antagonis, dan tidak mengalami mutasi (Saarela et al.,

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    20/78

    20

    2000). Strain probiotik juga harus tahan dan tetap hidup selama proses pengolahan

    makanan dan penyimpanan, mudah diaplikasikan pada produk makanan, dan

    tahan terhadap proses psikokimia pada makanan (Prado et al.,2008).

    FAO/WHO (2002) menyatakan bahwa sebelum dapat dinyatakan sebagai

    bakteri probiotik, kandidat probiotik harus melewati uji in vitro dan uji in vivo.

    Uji in vitro meliputi uji ketahanan pada saluran cerna termasuk resistensi terhadap

    asam lambung dan asam empedu, uji aktivitas antimikrobial, uji adhesif pada sel

    eritrosit, uji aktivitas enzim bile salt hydrolase, dan kemampuan untuk

    menurunkan jumlah bakteri patogen. Uji-uji tersebut dilakukan untuk

    menghindari terjadinya efek negatif akibat mengkonsumsi probiotik.

    Lactobacillus rhamnosus SKG34 yang diisolasi dari susu kuda Sumbawa,

    merupakan kandidat probiotik lokal Indonesia yang sangat berpotensi untuk

    dikembangkan sebagai probiotik.Lactobacillus rhamnosus SKG34 telah melewati

    uji in vitrodiantaranya, memiliki daya hambat yang besar terhadap pertumbuhan

    bakteri pathogen (Sujaya et al., 2008b), mampu melewati simulasi kondisi

    lambung, dengan pH 3 dan 4 tidak mengubah asam kolat primer (kolat) menjadi

    asam kolat skunder (deoksikolat), serta mampu menghidrolisis garam empedu

    Sujaya et al. (2008a)

    Saat ini perlu dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui populasi L.

    rhamnosus SKG34 pada sekum tikus putih (R. norvegicus) dan kemampuannya

    untuk menurunkan kadar kolesterol darah tikus putih (R. norvegicus). Diagram

    kerangka konsep penelitian disajikan pada Gambar 3.1.

    http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1541-4337.2010.00120.x/full#b130
  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    21/78

    21

    Gambar 3.1. Kerangka konsep pengembangan probiotik L .rhamnosus

    SKG34

    Keterangan :

    Tulisan tebal dan digarisbawahi merupkan variable yang diteliti

    Parameter yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu :

    1. Populasi L. rhamnosusSKG34 pada sekum tikus putih (R. norvegicus)

    2. Kemampuan L. rhamnosus SKG34 menurunkan kadar kolesterol darah

    tikus putih (R. norvegicus)

    Kandidat probiotik

    Lactobacillus rhamnosusSKG34

    Uji in vivo :

    A. Ketahanan pada saluran cerna

    Populasi pada sekum

    B. Efek fungsional :

    Kadar kolesterol

    Sistem imunAlergi

    Konstipasi

    Kanker kolon

    dan lain sebagainya

    Uji in vitro :

    A. Ketahanan pada saluran cerna

    Resistensi asam lambung

    Resistensi asam empedu

    B. Aktivitas antimikrobial

    C. Adhesif pada sel eritrositD. Bile salt hydrolase

    E. dan lain sebagainya

    Probiotik potensial

    Lactobacillus rhamnosusSKG34

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    22/78

    22

    3.2 Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian ini yaitu :

    1. Lactobacillus rhamnosus SKG34 dapat bertahan dan melewati

    percernaan bagian atas dan ditemukan pada sekum tikus putih (R.

    norvegicus).

    2. Lactobacillus rhamnosus SKG34 berpengaruh terhadap kadar kolesterol

    darah tikus putih (R. norvegicus).

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    23/78

    23

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium untuk menghitung

    populasi L. rhamnosusSKG34 pada sekum dan mengukur kadar kolesterol darah

    tikus putih (R. norvegicus). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan, yaitu kontrol dan

    perlakuan pemberianL. rhamnosusSKG34. Setiap perlakuan diulang 6 kali.

    4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di UPT Laboratorium Biosain dan

    Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan

    dari bulan MaretJuli 2011.

    4.3 Alat Penelitian

    Jenis peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain:

    a. Pemeliharaan hewan coba (tikus putih)

    Alat yang dipergunakan adalah: kandang, timbangan, selop tangan, masker,

    sonde, keranjang, kawat, tempat makan dan minum, dan sekam padi

    (Lampiran 8).

    b. Penyegaran materi hidup, penghitungan koloni bakteri dan pembuatan

    suspensi bakteri

    Alat yang digunakan adalah: tabung reaksi (iwaki-pyrex), Erlenmeyer (iwaki-

    pyrex), gelas beaker (iwaki-pyrex), gelas ukur (iwaki-pyrex), magnetic stirrer,

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    24/78

    24

    stirer bar (iwaki BS-38), cawan petri (iwaki-pyrex), batang kaca bengkok,

    kaca objek, cover glass, tabung eppendorf 1,5 ml, timbangan (Shimadzu

    AUX 220), autoklaf (all American modelno. 1925), kompor (Rinai, RI 522

    C), luminar air flow cabinet (ESCO), inkubator (Memmert), mikroskop

    (Olympus), jarum ose, pipetman (Gilson) ukuran 1000 l, 200 l, tips biru,

    kuning (porex bio product), sentrifugasi (Hitachi), vortex (Labinco), kulkas

    (Toshiba), frezzer -20oC, chamber anaerobic(Oxoid), dan kertas tissue.

    c. Pengukuran pH

    Alat yang digunakan adalah: pH meter (TOA ion meter IM 40S), tabung

    reaksi (iwaki-pyrex), vortex (Labinco), dan kertas tissue.

    d. Pengujian RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) dan PCR

    (Polymerase Chain Reaction) sel lisat hasil isolasi.

    Alat yang digunakan adalah: tabung eppendorf 1,5 ml, microtube 100 l

    (Treff), pipetman (Gilson) ukuran 20 l, 200 l, tips biru, kuning, kristal

    (porex bio product), sentrifuge (Hitachi), vortex (Labinco), freezer -20o C,

    microwave (Samsung), mesin PCR (Invinegen), mesin elektroforesis set

    (Cosmo bio), UV transluminator (Edvotek model TM-10), selop tangan, dan

    kertas tissue.

    e. Pengukuran kadar kolesterol

    Alat yang digunakan adalah: tabung reaksi (iwaki-pyrex), sentrifuge,

    spektrofotometer (Genesys20 model 4001/4), dan kertas tissue.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    25/78

    25

    4.4 Bahan Penelitian

    Jenis bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain:

    a. Pemeliharaan tikus

    Bahan yang diperlukan adalah: jagung, kacang hijau, telur, dan air. Hewan

    percobaan yang digunakan adalah tikus putih (R. norvegicus) jantan yang

    berumur 5 minggu dengan bobot 40-50 gram yang diperoleh dari tempat

    penangkaran di Jalan Ceningan Sari, Gang Anyar Sari, Sesetan, Denpasar

    (Bapak Minggu).

    b. Penyegaran materi hidup, penghitungan koloni bakteri, dan pembuatan

    suspensi bakteri

    Bahan yang digunakan adalah: materi hidup L. rhamnosus SKG34

    (UNUDCC), media deMan Rogosa Sharpe broth (MRS) broth (Pronadisa)

    media MRS agar (Pronadisa), anaerob agar (Pronadisa),Bromo cresol purple

    (BCP), gliserol (Pronadisa), anaerob gas generating kit (oxoid), gram stein

    (Bio analitika), hydrogen peroksida (H2O2) (Reidel-de Haen), NaCl (Merck),

    alkohol 70% (Brataco chemical), dan aquades.

    c. Pengukuran pH

    Bahan yang digunakan adalah: buffer pH 4 dan 7, aquades, dan kertas tissue.

    d. Pengujian RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) sel lisat hasil isolasi

    Bahan yang digunakan adalah: agarose (Pronadisa),PCR mix (Intron), primer

    M 13F dengan urutan basa (sequences) 5-CGA CGT TGT AAA ACG ACG

    GCC AGT-3, deionize water, DNA, Tris Acetic EDTA (TAE) 1X, loading

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    26/78

    26

    buffer, ethidium bromide (Bio rad), kit isoplant II (isoplant code no. 310-

    04151, Nippon Gene, Toyama, Japan), dan kertas tissue

    e. Pengujian PCR sel lisat hasil isolasi

    Bahan yang digunakan 0,2 mM dNTPs, 1 X PCR Buffer 10 X, 0,6 mM

    MgCl2, 0,9 U AmpliTaq, primer spesifik Lactobacillus rhamnosus; Lu5 F

    (5-CTA GCG GGT GCG ACT TTG TT-3) dan Rhall R (5-GCG ATG

    CGA ATT TCT ATT ATT-3), masing-masing 10 pmol, deionize water,

    DNA, TAE 1X, loading buffer, ethidium bromide (Bio rad), DNA marker

    (Amresco, Solon, Ohio), dan kertas tissue.

    Tabel 3.1

    Primer yang dipergunakan dalam penelitian

    Primer Sequence (5-3) Sumber Pustaka

    M 13

    LU5

    RhaII

    CGACGTTGTAAAACGACGGCCAGT

    CTAGCGGGTGCGACTTTG TT

    GCGATGCGAATTTCTATTATT

    Vassart, et al., 1987

    Song et al., 2000

    Song et al., 2000

    f. Pengukuran kadar kolesterol

    Bahan yang digunakan adalah: kit kolesterol (Analyticon 200 mg/dl) aquades,

    dan kertas tissue.

    4.5 Penyegaran Materi Hidup

    Stok isolat L. rhamnosus SKG34 yang disimpan dalam gliserol 30%

    pada suhu -20o C, diambil sebanyak satu loop ose dan diinokulasikan dalam

    tabung reaksi yang berisi 5 ml media MRS broth. Tabung reaksi diinkubasi pada

    suasana aerob selama 24 jam pada suhu 37oC. Hasil positif ditunjukkan dengan

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    27/78

    27

    timbulnya kekeruhan pada tabung reaksi. Selanjutnya dilakukan uji konfirmasi

    untuk memastikan bahwa isolat tidak mengalami perubahan. Uji ini diantaranya:

    uji gas, katalase, pengecatan gram, dan morfologi. Bila tidak terjadi perubahan,

    maka hasil positif ini (kultur) akan dipergunakan untuk tahap pengujian

    selanjutnya (Portugal et al.,2006).

    4.5.1 Uji Gas

    Uji produksi gas dilakukan untuk mengetahui BAL bersifat

    homofermentatif atau heterofermentatif. Uji gas dilakukan dengan mencelupkan

    ose dalam keadaan panas ke dalam kultur BAL yang telah tumbuh pada media

    MRS broth. Kultur BAL bersifat heterofermentatif jika pada saat ose panas

    dicelupkan terbentuk buih seperti soda yang dikocok.

    4.5.2 Uji Katalase

    Pengujian katalase dilakukan dengan meneteskan larutan H2O23% di atas

    gelas objek, selanjutnya satu loop ose isolat BAL yang diuji diambil dan

    dimasukkan ke dalam larutan H2O2 3% yang ada di gelas objek. Hasil positif

    dinyatakan dengan adanya gelembung-gelembung gas, sedangkan apabila tidak

    terbentuk gelembung-gelembung gas dinyatakan negatif (Lay, 1994).

    4.5.3 Uji Morfologi dan Pewarnaan Gram

    Pewarnaan gram dilakukan dengan membuat preparat ulas pada gelas

    objek. Gelas objek dibersihkan dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol.

    Tabung reaksi berisi isolat BAL divortek, diambil satu loop ose, kemudian

    diusapkan pada bagian tengah gelas objek. Preparat difiksasi diatas api untuk

    membunuh dan melekatkan bakteri pada gerlas objek. Setelah kering diberi

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    28/78

    28

    larutan kristal violet (sebagai zat warna) selama satu menit, kemudian dicuci

    dengan air mengalir. Selanjutnya diberi larutan lugol (mordan), selama satu menit,

    dicuci dengan air mengalir. Preparat kemudian diberi larutan pemucat (aseton

    alkohol) selama 5-10 detik, kemudian dibilas lagi dengan air mengalir. Setelah itu

    preparat diberi larutan safranin selama 15 detik, dicuci dengan air mengalir,

    kemudian dikeringkan dengan cara difiksasi di atas api. Uji morfologi dilakukan

    dengan pengamatan dengan mikroskop cahaya pada pembesaran 100 kali. Hasil

    pengamatan berupa morfologi sel dan perbedaan warna, dimana warna ungu

    kebiruan menunjukkan bakteri bersifat Gram positif, sedangkan warna merah

    atau merah muda menunjukkan bakteri bersifat gram negatif (Lay, 1994).

    4.6 Perlakuan pada Tikus Putih (R. norvegicus)

    4.6.1 Tahap aklimatisasi tikus putih (R. norvegicus)

    Pada penelitian ini akan dipergunakan 20 ekor Tikus Putih (R. norvegicus)

    jantan yang berumur 5 minggu dengan bobot 40-50 gram yang diperoleh dari

    tempat penangkaran di Jalan Ceningan Sari, Gang Anyar Sari, Sesetan, Denpasar

    (Bapak Minggu). Sebelum diberikan perlakuan, hewan percobaan diaklimatisasi

    selama 19 hari, yang meliputi; kandang, umur, diet, dan bobot tubuh. Pada tahap

    aklimatisasi ini, tikus diberikan makanan standar berupa campuran jagung giling,

    kecambah kacang hijau, minyak dari lemak babi dan kuning telur (50:30:10:10).

    Tikus diberi tanda dengan cat kuku pada bagian kuku kaki belakang, ekor dan

    telinga. Tikus ditempatkan pada kandang yang terbuat dari bak plastik dengan

    ukuran 50 cm x 30 cm x 10 cm. Bak diisi dengan penutup kawat dan pada dasar

    bak diisi dengan sekam padi sebagai penyerap urin dan kotoran tikus seperti

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    29/78

    29

    terlihat pada Lampiran 8 (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bagan penelitian

    dengan hewan coba tikus putih dapat dilihat pada Gambar 4.1.

    Gambar 4.1. Bagan penelitian dengan hewan coba tikus putih

    4.6.2 Persiapan suspensi bakteri L . rhamnosusSKG34

    Biakan yang telah tumbuh pada media MRS broth (sub bab 4.5), divortex

    (untuk mendapatkan biakan yang homogen), kemudian diambil sebanyak 1 ml

    dengan pipet mikro, dimasukkan ke dalam eppendorf dan disentrifugasi dengan

    kecepatan 5000 rpm selama 7 menit untuk memisahkan massa sel dengan

    supernatan. Supernatan dibuang dan massa sel yang diperoleh dicuci sebanyak 2

    kali dengan larutan salin (NaCL 0,85%) untuk menghilangkan sisa-sisa media.

    Pencucian dilakukan dengan menambahkan 1 ml salin pada massa sel, divortex

    hingga homogen, disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 7 menit. Pada

    tahap akhir, massa sel dilarutkan dengan 1 ml salin, sehingga diperoleh

    konsentrasi suspensi kurang lebih 108cfu/ml (Sujaya, 2009 dalam Nursini, 2010).

    4.6.3 Perlakuan in vivopada tikus putih (R. norvegicus)

    Suspensi bakteri L. rhamnosus SKG34 yang diperoleh (anak sub bab

    4.6.2), diberikan pada tikus putih dengan metode oral gavage, yaitu dengan cara

    memberikan suspensi masing-masing sebanyak 0,5 ml ( 9,2 x108sel/ml) kepada

    10 ekor tikus putih dengan metode sonde. Sebagai kontrol 10 ekor tikus lainnya

    diberikan salin. Perlakuan ini dilakukan selama 3 minggu dengan frekuensi

    Pemberian diet

    hiperkolesterol

    Pemberian L .

    rhamnosus SKG34

    Pembedahan

    tikus

    19 hari 21 hari

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    30/78

    30

    pemberian sekali dalam sehari (pada jam 13.00 13.30 WITA). Perlakuan

    diberikan setelah pemberian makan pada tikus putih. Setiap hari selama

    perlakuan, berat makanan yang diberikan dan pertambahan berat badan tikus

    selalu di timbang (Sujaya, 2009 dalam Nursini, 2010).

    4.6.4 Pengukuran pH sekum

    Isi sekum diukur pHnya menggunakan pH meter (TOA ion meter IM 40S)

    yang sebelumnya telah dikalibrasi dengan buffer pH 4 dan pH 7. Isi sekum yang

    telah diencerkan sebanyak 1 kali (1:1), kemudian dihomogenkan dengan divortex.

    Selanjutnya pH isi sekum diukur dengan mencelupkan elektroda pH meter ke

    dalam sampel dan hasilnya dicatat.

    4.6.5 Penghitungan populasi bakteri

    Setelah 3 minggu perlakuan, tikus putih yang diambil sekumnya dibius

    dengan kloroform 10%, dibedah dan diambil bagian sekumnya. Sekum yang

    diperoleh diletakkan pada cawan petri steril, kemudian isinya dikeluarkan dan

    ditampung dalam tabung steril dan ditambahkan larutan fisiologis (NaCl 0,85%)

    sesuai dengan berat isi sekum (pengenceran 1:1) dan dihomogenkan. Selanjutnya

    0,5 ml suspensi isi sekum dimasukkan ke dalam tabung pengencer yang berisi 4,5

    ml salin sehingga diperoleh pengenceran 10-1, divortex hingga homogen,

    kemudian diencerkan lagi sampai diperoleh pengenceran 10-7. Untuk penentuan

    total BAL digunakan metode permukaan. Sebanyak 0,1 ml sampel yang telah

    diencerkan (pengenceran 10-3 10-5) disebar pada permukaan media MRS agar

    yang telah ditambahkan dengan Bromo Cresol Purple (BCP), kemudian

    diinkubasi secara anaerob selama 48 jam pada suhu 37o

    C. Metode yang sama

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    31/78

    31

    dilakukan untuk penghitungan total bakteri anaerob, penanaman dilakukan pada

    media anaerob agar (pengenceran 10-4

    10-7

    ) dan diinkubasi secara anaerob

    dengan menggunakan anaerobic gas pouchdalam anaerobic chamber (Lampiran

    10). Setelah diinkubasi selama 48 jam, dilakukan penghitungan jumlah koloni

    yang tumbuh. Total populasi bakteri diperoleh dengan mengalikan jumlah koloni

    yang tumbuh dengan faktor pengencernya dikalikan 10 (Fardiaz, 1993).

    4.6.6 Analisis kolesterol darah tikus putih (R. norvegicus)

    Kadar kolesterol total pada serum tikus putih diukur dengan metode

    enzimatik Cholesterol Oxidase Phenol Aminoantipyrin (CHOD-PAP) yang

    dikembangkan oleh Roche Diagnostic, Germany (Analyticon 200 mg/dl) dan

    diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm.

    Sampel darah tikus diambil pada awal penelitian, setelah masa

    aklimatisasi, dan setelah perlakuan pemberian L. rhamnosus SKG34. Darah

    diambil dari medial canthus sinus orbitalis menggunakan mikrohematokrit atau

    tabung kalpiler, ditampung dalam tabung eppendorf. Sampel kemudian

    disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 10 menit, sehingga serumnya

    terpisah dari sel darahnya. Selanjutnya serum darah dipindahkan ke tabung

    eppendorf baru dan disimpan pada suhu -20o C, untuk selanjutnya dianalisis

    (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

    Langkah-langkah dalam pengukuran kolesterol :

    a. Larutan standar kolesterol 50 mg/dl

    Dipipet sebanyak 50 l standar kolesterol dengan pipet mikro ke dalam

    eppendorf, kemudian ditambahkan 150 l aquadest steril untuk mendapatkan

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    32/78

    32

    konsentrasi larutan baku 50 mg/dl. Larutan baku tersebut dipipet sebanyak 10

    l kemudian ditambahkan 1000 l reagen kit CHOD-PAP kolesterol.

    Selanjutnya larutan tersebut diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit.

    Tahap selanjutnya adalah pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer

    pada panjang gelombang 510 nm.

    b. Larutan standar kolesterol 100 mg/dl

    Dipipet sebanyak 100 l standar kolesterol dengan pipet mikro ke dalam

    eppendorf, kemudian ditambahkan 100 l aquadest steril untuk mendapatkan

    konsentrasi larutan baku 100 mg/dl. Larutan baku tersebut dipipet sebanyak

    10 l kemudian ditambahkan 1000 l reagen kit CHOD-PAP kolesterol.

    Selanjutnya larutan tersebut diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit.

    Tahap selanjutnya adalah pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer

    pada panjang gelombang 510 nm.

    c. Larutan standar kolesterol 150 mg/dl

    Dipipet sebanyak 150 l standar kolesterol dengan pipet mikro ke dalam

    eppendorf, kemudian ditambahkan 50 l aquadest steril untuk mendapatkan

    konsentrasi larutan baku 150 mg/dl. Larutan baku tersebut dipipet sebanyak

    10 l kemudian ditambahkan 1000 l reagen kit CHOD-PAP kolesterol.

    Selanjutnya larutan tersebut diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit.

    Tahap selanjutnya adalah pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer

    pada panjang gelombang 510 nm.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    33/78

    33

    d. Larutan standar kolesterol 200 mg/dl

    Dipipet sebanyak 10 l standar kolesterol dengan pipet mikro ke dalam

    eppendorf, kemudian ditambahkan 1000 l reagen kit CHOD-PAP kolesterol

    untuk mendapatkan konsentrasi larutan baku 200 mg/dl. Selanjutnya larutan

    tersebut diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit. Tahap selanjutnya

    adalah pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang

    gelombang 510 nm.

    e. Larutan blanko

    Sebanyak 10 l aquadest steril dipipet dengan pipet mikro kemudian

    ditambahkan 1000 l reagen kit CHOD-PAP kolesterol. Selanjutnya larutan

    tersebut diinkubasi pada suhu 37o C selama 10 menit. Tahap selanjutnya

    adalah pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang

    gelombang 510 nm.

    f. Larutan sampel

    Dipipet sebanyak 10 l serum dengan pipet mikro kemudian ditambahkan

    1000 l reagen kit CHOD-PAP kolesterol. Selanjutnya larutan tersebut

    diinkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit. Tahap selanjutnya pengukuran

    absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.

    Nilai absorban yang muncul dicatat dan konsentrasi kolesterol total

    dihitung dengan cara membagi nilai absorban sampel dengan nilai absorban

    blanko dan dikalikan dengan absorban standar kolesterol.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    34/78

    34

    4.7 Analisis Populasi L. rhamnosusSKG34

    4.7.1 Isolasi genomik DNA

    Isolasi genomik DNA BAL menggunakan kit isoplant II. Diambil 1 ml

    kultur yang telah tumbuh pada 5 ml MRS broth (sub bab 4.5), kemudian

    disentrifugasi pada 5000 rpm selama 7 menit untuk mendapatkan massa sel.

    Massa sel yang diperoleh dicuci dengan air steril sebanyak 2 kali untuk

    menghilangkan sisa media. Massa sel yang telah dicuci divortex, ditambahkan

    dengan 300 l solution I, divortex selama 1-3 detik, ditambahkan 150 l solution

    II dan divortex selama 5-6 detik. Selanjutnya adalah penambahan solution IIIA

    dan IIIB masing-masing sebanyak 75 l dan divortex selama 1-2 detik kemudian

    diletakkan di atas es selama 15 menit. Selanjutnya campuran disentrifugasi pada

    15.000 rpm selama 30 menit pada suhu 4oC. Sebanyak 200-400 l cairan DNA

    yang telah terpisah diambil dan ditambahkan etanol 99% sebanyak 2 2,5 kali

    cairan DNA, kemudian disentrifugasi pada 15.000 rpm selama 30 menit pada

    suhu 4oC, sehingga diperoleh DNA pellet dan ditambahkan 100 l alkohol 70%

    kemudian disentrifugasi pada 15.000 rpm selama 15 menit pada suhu 4o C.

    Langkah selanjutnya adalah DNA pellet dievavorasi dan ditambahkan 20-25 l

    TE pH 7,5 dan divortex. Selanjutnya dilektroforesis untuk memastikan berhasil

    tidaknya isolasi DNA.

    4.7.2 RAPD DNA L . rhamnosusSKG34

    Tahapan RAPD dilakukan mengacu pada prosedur Ivanova et al. (2008).

    Campuran reaksi RAPD merupakan campuran pada total volume 12,5 l dengan

    komposisi 6,25 l Master Mix Solution Intron Biotechnology, 1,00 l primer

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    35/78

    35

    M13F dengan urutan basa (sequences) 5-CGA CGT TGT AAA ACG ACG GCC

    AGT-3, 4,25 l air steril , dan 1,00 l DNA sehingga total volume reaksi 12,5

    l. Aplifikasi dilakukan pada mesin Infinigen Thermocycler, dengan kondisi satu

    siklustahap pre denaturasi pada 95oC selama 5 menit, diikuti dengan 40 siklus

    tahap denaturasi pada 95oC selama 20 detik, tahap annealing pada 40o C selama 2

    menit, dan tahap ekstensi 72oC selama 30 detik, serta tahap akhir yaitu elongasi

    tambahan pada 72oC selama 5 menit. Setelah reaksi selesai, sampel dikeluarkan

    dari mesin dan dielektroforesis.

    4.7.3 RAPD koloni biakan yang diisolasi dari sekum tikus

    Koloni tunggal terpisah yang telah tumbuh pada cawan petri setelah

    diinkubasi (hasil pengerjaan anak sub bab 4.6.5) yang telah dibuat stock culture

    pada MRS agar, selanjutnya dibiakkan dalam MRS broth sebanyak 10 koloni

    untuk setiap perlakuan dan kontrol, diinkubasi secara aerob selama 24-48 jam

    pada suhu 37o C. Koloni yang tumbuh ditandai dengan terjadinya kekeruhan,

    selanjutnya 1 ml dan ditampung pada eppendorf kemudian disentrifugasi pada

    kecepatan 5000 rpm selama 7 menit. Selanjutnya supernatant dibuang dan massa

    sel dicuci dengan air steril sebanyak 2 kali untuk menghilangkan sisa media.

    Selanjutnya massa sel ditambahkan 200 l air steril dan dihomogenkan, kemudian

    dilakukan pemanasan pada suhu 100o C selama 10 menit dan perlakuan pada

    suhu rendah (-20oC) selama 20 menit. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 2 kali

    untuk melisiskan dinding sel dan mengeluarkan DNA bakteri. Selanjutnya

    dilakukan RAPD dengan kondisi yang sama dengan anak sub bab 4.7.2. Setelah

    reaksi selesai, 5 l sampel diambil untuk dielektroforesis (Sujaya et al.,2005).

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    36/78

    36

    4.7.4 Elektroforesis

    Elektroforesis menggunakan 1,5% agarose. Sebanyak 1,5 g agarose

    disuspensikan dalam 98,5 ml buffer TAE IX dan dipanaskan dalam microwave

    sampai larut sempurna. Selanjutnya agarose ini distirer sambil menunggu sampai

    suhunya 50oC untuk dituang pada cetakan yang sudah dilengkapi sisir (comb)

    untuk membuat sumur (well), tebal gel 2/3 dari cetakan dan ditunggu sampai gel

    padat. Setelah padat, gel agarose dimasukkan ke dalam chamber elektroforesis

    yang telah diisi buffer TAE IX, dengan tinggi permukaan larutan buffer 2-3 mm

    di atas agar. Selanjutnya setiap suspensi DNA hasil RAPD dipipet sebanyak 3 l

    dan ditambahkan 1 l loading buffer 6X yang diteteskan pada parafin film,

    kemudian dihomogenkan dengan pipet berulang kali. Sampel-sampel DNA yang

    telah homogen dimasukkan secara vertikal ke dalam sumur-sumur gel. Pada gel

    elektroforesis ini, dimasukkan juga DNA ladderpada salah satu sumur gel untuk

    menentukan panjang pita yang terbentuk. Elektroforesis dilakukan selama 40

    menit pada tegangan 100 volt. Visualisasi hasil elektroforesis dapat dilihat dengan

    UV Transluminator setelah gel terendam dalam larutan ethidium bromide (5

    g/100 ml air steril) (staining) selama 10 menit dan direndam dalam aquadest

    selama 2 menit (distaining) untuk mencuci kelebihan ethidium bromide.

    Dokumentasi pola band dilakukan dengan mengambil gambar menggunakan

    kamera digital Panasonic DMC-FS15 (Sujaya et al.,2005).

    4.7.5. Pengamatan mikroskopis pada konsorsium bakteri sekum tikus putih

    Konsorsium bakteri yang tumbuh pada media MRS agar, dikerok

    denganose kemudian ditumbuhkan pada media MRS brothdan diinkubasi dalam

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    37/78

    37

    lingkunagan anaerob selama 48 jam. Pewarnaan gram dilakukan dengan membuat

    preparat ulas pada gelas objek. Gelas objek dibersihkan dengan kapas yang sudah

    dibasahi dengan alkohol. Tabung reaksi berisi isolat BAL divortek, diambil satu

    loop ose, kemudian diusapkan pada bagian tengah gelas objek. Preparat difiksasi

    diatas api untuk membunuh dan melekatkan bakteri pada gerlas objek. Setelah

    kering diberi larutan kristal violet (sebagai zat warna) selama satu menit,

    kemudian dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya diberi larutan lugol (mordan),

    selama satu menit, dicuci dengan air mengalir. Preparat kemudian diberi larutan

    pemucat (aseton alkohol) selama 5-10 detik, kemudian dibilas lagi dengan air

    mengalir. Setelah itu preparat diberi larutan safranin selama 15 detik, dicuci

    dengan air mengalir, kemudian dikeringkan dengan cara difiksasi di atas api. Uji

    morfologi dilakukan dengan pengamatan dengan mikroskop cahaya pada

    pembesaran 100 kali. Hasil pengamatan berupa morfologi sel dan perbedaan

    warna, dimana warna ungu kebiruan menunjukkan bakteri bersifat Gram positif,

    sedangkan warna merah atau merah muda menunjukkan bakteri bersifat gram

    negatif (Lay, 1994).

    4.7.6 PCR menggunakan primer spesifik L. rhamnosus konsorsium bakteri

    sekum tikus putih

    Sebanyak 1 l lisat sel di pergunakan sebagai sumber DNA dalam reaksi

    PCR dengan mempergunakan primer spesifik L. rhamnosus. Reaksi campuran

    PCR dengan volume total 12,5 l yang mengandung; 0,2 mM dNTPs, 1 X PCR

    Buffer 10 X, 0,6 mM MgCl2, 0,9 U AmpliTaq, primer spesifik L. rhamnosus;

    Lu5 F dan Rhall R, masing-masing 10 pmol. Reaksi amplifikasi dilakukan

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    38/78

    38

    sebagai berikut: satu siklus pada suhu 95oC selama 5 menit, diikuti dengan 35

    kali siklus pada 95o

    C selama 30 detik, 57o

    C selama 40 detik, dan 72o

    C selama

    30 detik. Pada tahap akhir ditambahkan satu siklus pada suhu 72 o C selama 5

    menit. Produk PCR selanjutnya dielektroforesis dengan menggunakan agarosa 2%

    dengan TAE buffer 1 X. selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan EtBr, kemudian

    produk PCR divisualisasikan pada transluminator dengan sinar UV dan difoto

    (Aryantini, 2008).

    4.8 Penyajian dan Analisis Data

    Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar.

    Data populasi L. rhamnosusSKG34 dalam saluran pencernaan, total BAL, total

    bakteri anaerob, dan pH dianalisis secara deskriptif. Data hasil kadar kolesterol

    darah dianalisis menggunakan Uji Hipotesis Beda Rataan untuk dua populasi yang

    saling bebas (T-test Independent) (Steel dan Torrie, 1993).

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    39/78

    39

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1. Kolonisasi Lactobacil lus rhamnosus SKG34 pada Saluran Pencernaan

    Tikus Putih (Rattus norvegicus)

    Pengujian secara in vivo bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu

    strain untuk dikembangkan sebagai probiotik yang potensial. Pengujian in vivo

    dapat menjelaskan kemampuan suatu strain yang dianggap potensial sebagai

    probiotik, mampu untuk melewati barrier saluran pencernaan bagian atas, mampu

    mencapai usus dalam keadaan hidup dan dalam jumlah yang ditetapkan, mampu

    berkolonisasi di usus, dan mampu memberikan efek yang menguntungkan bagi

    pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang terdapat dalam usus.

    Hasil RAPD koloni Lactobacillus rhamnosus SKG34 pada sekum tikus

    dapat dilihat pada Gambar 5.1. Berdasarkan hasil deteksi L. rhamnosus SKG34

    dari 10 koloni BAL yang diambil secara acak pada MRS agar tidak ditemukan

    adanya DNA yang menggambarkan koloni L. rhamnosus SKG34. Akan tetapi

    berdasarkan pengecatan Gram yang dilakukan terhadap kultur sekum tikus putih

    yang diberikan L. rhamnosus SKG34 yang dibiakkan pada media MRS agar

    menunjukkan adanya morfologi sel yang menyerupai L. rhamnosus SKG34,

    seperti terlihat pada Gambar 5.2. Hasil pengecatan gram yang dilakukan terhadap

    kultur sekum tikus putih yang tidaki diberikan L. rhamnosus SKG34 yang

    dibiakkan pada media MRS agar tidak ditemukan adanya koloni BAL yang

    morfologinya mirip dengan morfologiL. rhamnosus SKG34, seperti terlihat pada

    Gambar 5.3.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    40/78

    40

    Gambar5.1.

    RAPD

    kolon

    iBALpadasekumtikusyang

    diberikanLactobacillusrhamnosusSKG34yangdiambil

    secaraacakpadaMRSaga

    r..

    M,

    Marker100bp;K,

    Kon

    trolpositif(L.rhamnosusSKG34);1-10,

    kulturBALP1;

    11-30,

    kulturBALP2;21-30,

    kulturBALP6;31-40,

    kulturBALP7;41-50kulturBAL

    P9;dan51-60kulturBAL

    P10.

    tandapanahmenunjukkanpanjangpita(bp)

    1

    2

    3

    5

    6

    8

    9

    10

    000

    3000

    500

    500

    1500

    31

    32333

    35363

    3839

    0

    1000

    HasilRAPDkoloniBALpadasekumtikusperlakuan,dari10koloniBALyangdiamb

    ilsecaraacakpadaMRS

    agartidakditemukanadanyaDNAyangmenggambarkan

    koloniL.rhamnosusSKG34(tidakditemukanpolaband

    yangsamadenganpolaban

    dpadalajurK

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    41/78

    41

    Gambar5.2.

    Cat

    Gram

    konsorsium

    bakteripadasekum

    tikusperlakuany

    ang

    ditumbuhkanpada

    MRSbroth.

    1-6,

    tikusperlakuan;7,

    Lactobacillusrhamno

    sus

    SKG34;bar10m

    denganpembesaran1000kali

    2

    1

    3

    4

    5

    6

    7

    Padasekumtikusperlakuanditemukanadanyam

    orfologiselyangmenyerupai

    L.

    rhamnosusSKG34

    (panel7),yangditunjukkano

    lehtandapanahmerah(

    )

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    42/78

    42

    Gambar5.3.

    CatGramkonsorsiumbakteripada

    sekumtikuskontrolyangditumbuhkan

    padaMRSbroth.

    1-6,

    tikuskontrol;7,

    LactobacillusrhamnosusSKG34;ba

    r10m

    denganpembesaran1000kali

    2

    1

    3

    4

    5

    6

    Padasekumtikus

    kontroltidakditemukanmorfo

    logiselyangmenyerupai

    Lactobacillusrha

    mnosusSKG34(panel7)

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    43/78

    43

    Berdasarkan data Gambar 5.2 dan 5.3,, selanjutnya dilakukan PCR kultur

    sekum tikus putih dengan menggunakan primer spesifik Lactobacillus rhamnosus.

    Hasil PCR kultur sekum tikus putih yang diberikan L. rhamnosus SKG34 dan

    yang tidak diberikan L. rhamnosus SKG34 dapat dilihat pada Gambar 5.4. Hasil

    PCR menggunakan primer spesifik L. rhamnosus menunjukkan bahwa dalam

    sekum tikus putih yang diberikan L. rhamnosus SKG34 dapat dideteksi adanya

    DNA L. rhamnosus yang diduga merupakan koloni L. rhamnosus SKG34,

    sedangkan pada sekum tikus putih yang tidak diberikan L. rhamnosus SKG34,

    tidak ditemukan adanya DNAL. rhamnosus.

    M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

    110 bp

    1000 bp

    500 bp

    3000 bp

    Gambar 5.4. PCR bakteri sekum perlakuan dan kontrol yang ditumbuhkan padaMRS agar dengan primer spesifikLactobacillus rhamnosus. M, Marker 100 bp;

    1, Kontrol positif (L. rhamnosus SKG34); 2-7, Tikus perlakuan; 8-13, Tikus

    kontrol; Tanda panah menunjukkan panjang pita (bp)

    Hasil PCR menggunakan primer spesifik L.rhamnosus, menunjukkan bahwa

    pada sekum tikus perlakuan yang diberikan L. rhamnosus SKG34 (2-7) dapat

    dideteksi DNA yang diduga merupakan koloni L. rhamnosus SKG34

    (ditunjukkan oleh pita yang terbentuk pada lajur 2-7 sama dengan pita yang

    terbentuk pada lajur 1), sedangkan pada sekumtikus kontrol (8-12) tidak

    terdeteksi adanya DNAL. rhamnosus SKG34 (tidak terbentuk pita sama sekali)

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    44/78

    44

    5.2 Populasi Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Anaerobpada Sekum Tikus

    Putih (R. Norvegicus)

    Pemberian Lactobacillus rhamnosus SKG34 sebanyak 108sel/ ml selama

    3 (tiga) minggu berpengaruh terhadap populasi BAL dan total bakteri

    anaerobyang tumbuh dalam sekum tikus. Populasi BAL pada sekum tikus yang

    diberikan L. rhamnosus SKG34 sebanyak 4,1 x 107 cfu/g, sedangkan populasi

    BAL pada sekum tikus yang tidak diberikanL. rhamnosus SKG34 sebanyak 1,1 x

    107 cfu /g (Lampiran 2). Populasi bakteri anaerobpada sekum tikus yang

    diberikan L. rhamnosus SKG34 sebanyak 8,3 x 107 cfu /g, sedangkan populasi

    bakteri anaerobpada sekum tikus yang tidak diberikan L. rhamnosus SKG34

    sebanyak 3,7 x 109cfu /g (Lampiran 3). Pada Gambar 5.5 dapat dilihat pemberian

    L. rhamnosus SKG34 mampu mengurangi pertumbuhan bakteri anaerob.

    Gambar 5.5. Grafik populasi BAL dan bakteri anaerobpada sekum tikus yang

    tidak diberikan L. rhamnosus SKG34 (Kontrol) dan yang diberikan

    L. rhamnosus SKG34 (Perlakuan)

    3,7E+09

    8,3E+07

    1,1E+07

    4,1E+07

    1,E+00

    1,E+01

    1,E+02

    1,E+03

    1,E+04

    1,E+05

    1,E+06

    1,E+07

    1,E+08

    1,E+09

    1,E+10

    Kontrol Perlakuan

    PopulasiBALdanBakteriAnaerob

    padaSekum(

    cfu/g)

    Bakteri anaerob

    BAL

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    45/78

    45

    5.3 Kadar kolesterol serum darah tikus putih (Rattus norvegicus)

    Pengukuran kadar kolesterol serum tikus dilakukan dengan membuat

    kurva standar terlebih dahulu. Hasil penghitungan regresis standar Lampiran 4)

    menunjukkan bahwa (P

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    46/78

    46

    Gambar 5.6. Grafik uji kenormalan kadar kolesterol serum darah tikus putih

    (Rattus norvegicus)

    Berdasarkan grafik pengujian (Gambar 5.6) tersebut diperoleh (P = 0,147)

    berarti P > 0,01, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang dianalisis memenuhi

    asumsi yaitu data menyebar secara normal (lampiran 7). Selanjutnya dilakukan

    uji beda rataan untuk dua populasi saling bebas (T-Test Independent)

    (Lampiran 8). Pada uji ini masing-masing menggunakan enam ekor tikus kontrol

    dan enam ekor tikus perlakuan. Pemberian L. rhamnosus SKG34 secara in vivo

    memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap penurunan kadar kolesterol

    serum darah tikus pada keadaan hiperkolesterolemia, sebesar 28,5% dibandingkan

    dengan serum darah tikus yang tidak diberikanL. rhamnosus SKG34.

    325300275250225200175150125

    kadar kolesterol akhir

    0.350

    0.325

    0.300

    0.275

    0.250

    0.225

    0.200

    0.175

    0.150

    0.125

    0.100

    absorbansiserum

    R Sq Linear = 1

    P = 0,147

    Mean = 206,50

    St Dev = 62,069

    N = 12

    (mg/dl)

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    47/78

    47

    Gambar 5.7. Grafik perubahan kadar kolesterol serum darah tikus yang tidak

    diberikan L. rhamnosus SKG34 (Kontrol) dan yang diberikan L.

    rhamnosus SKG34 (Perlakuan); huruf a dan huruf b menyatakan

    berbeda nyata (P 0,05)

    Dari gambar di atas dapat dilihat terjadi penurunan kadar kolesterol serum

    darah tikus perlakuan yang signifikan dibandingkan dengan tikus kontrol yang

    mengalami peningkatan kadar kolesterol serum darah.

    Gambar 5.8. Grafik perubahan berat badan tikus yang tidak diberikan L.

    rhamnosus SKG34 (Kontrol) dan yang diberikan L. rhamnosus

    SKG34 (Perlakuan)

    131,67

    234,17

    240,83

    128,50

    249,33

    172,17

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    sebelum pemberiandiet hiperkolesterol

    setelah pemberiandiet hiperkolesterol

    setelah pemberian L.rhamnosus SKG34

    KadarKolesterolSerumDarahTikus

    (mg/dL)

    Kontrol

    Perlakuan

    53,1

    72,0

    112,4

    48,2

    62,6

    97,8

    00

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    sebelum pemberian

    diet hiperkolesterol

    setelah pemberian

    diet hiperkolesterol

    setelah pemberian L.

    rhamnosus SKG34

    BeratBa

    danTikus(gram

    Kontrol

    Perlakuan

    a

    b

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    48/78

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    49/78

    49

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1. Kolonisasi L.rhamnosusSKG34 pada Saluran Pencernaan Tikus Putih

    (R. norvegicus)

    KolonisasiL. rhamnosusSKG34 pada sekum tikus putih, dideteksi dengan

    melakukan RAPD. Koloni BAL sekum yang ditumbuhkan pada media MRS agar

    dipilih secara acak. Berdasarkan hasil deteksi L. rhamnosusSKG34 pada sekum

    tikus putih setelah perlakuan in vivo, tidak ditemukan adanya DNA L. rhamnosus

    SKG34 pada sekum tikus putih dari 10 koloni yang diambil secara acak. Akan

    tetapi berdasarkan hasil PCR menggunakan primer spesifik L. rhamnosus,

    menunjukkan bahwa dalam sekum tikus perlakuan dapat dideteksi adanya DNA

    L. rhamnosus. Hal ini menunjukkan L. rhamnosus SKG34 memang ada pada

    sekum tikus putih, tetapi dalam populasi yang belum bias ditentukan secara pasti.

    KoloniL. rhamnosusSKG34 pada sekum tikus putih tidak dapat dideteksi

    dengan RAPD disebabkan karena L. rhamnosusSKG34 bukan merupakan strain

    yang berasal dari saluran pencernaan sehingga kemungkinan besar L. rhamnosus

    SKG34 kurang tahan terhadap kondisi lingkungan pada saluran pencernaan tikus,

    tidak dapat beradhesi pada dinding saluran pencernaan, tidak mampu

    berkolonisasi pada saluran pencernaan, dan L. rhamnosus SKG34 kurang dapat

    berkompetisi dengan bakteri endogen yang terdapat pada saluran pencernaan. Hal

    ini sesuai dengan hasil penelitian Suryadarma (2008), yang menyatakan bahwa L.

    rhamnosus SKG34 kurang dapat bersaing atau berkompetisi dengan bakteri

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    50/78

    50

    endogen saluran pencernaan, karena memiliki daya adhesi yang rendah pada

    enterosit, yang disebabkan karenaL. rhamnosusSKG34 tidak memiliki molekul

    adhesin yang dapat mendeteksi reseptor pada permukaan enterosit yang

    memungkinkan bakteri untuk dapat melekat dan membentuk kolonisasi pada

    permukaan enterosit.

    Mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan sangat kompleks dan

    merupakan komunitas yang dinamis dan terjadi persaingan hidup di antara

    komunitas tersebut. Menurut Rahayu (2008), total mikroba yang terdapat dalam

    saluran pencernaan diperkirakan mencapai 1012 sel setiap gram isi perut yang

    terdiri atas lebih dari 1000 spesies, atau diperkirakan sekitar 3000-4000 spesies.

    Beberapa genus bakteri yang hidup di saluran pencernaan antara lain :

    Lactobacillus, Streptococcus, Staphylococcus, Viellonella, Enterobacteria,

    Enterococcus, Bacteroides, Clostridium, Eubacterium, Peptococci,

    Desulfovibrios, Actinomyces, Fusobacteria, Bifidobacterium, Ruminococcus,

    Peptostreptococcus, Propionibacterium, Escherichia, dan Methanobrevibacter

    (Young dan Huffman, 2003; Ridlon, et al., 2006; Vernazza, et al., 2006).

    Hasil pengecatan Gram yang dilakukan untuk melihat secara morfologi

    keberadaan L. rhamnosus SKG34 yang ditumbuhkan pada media MRS agar,

    menunjukkan adanya morfologi pertumbuhan koloni BAL positif berbentuk

    batang yang mirip dengan morfologi L. rhamnosus SKG34 (Gambar 5.2).

    Berdasarkan hasil ini, maka untuk lebih menegaskan keberadaan L. rhamnosus

    SKG34 pada sekum tikus putih dilakukan pengujian lanjutan dengan PCR dengan

    menggunakan primer spesifikL. rhamnosus.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    51/78

    51

    Hasil PCR menggunakan primer spesifik L. rhamnosus (Gambar 5.4),

    menunjukkan bahwa dalam sekum tikus putih yang diberikan L. rhamnosus

    SKG34 dapat dideteksi adanya DNA L. rhamnosus, sedangkan pada sekum tikus

    putih yang tidak diberikanL. rhamnosusSKG34, tidak ditemukan adanya DNAL.

    rhamnosus. Dari hasil penelusuran pustaka, tidak ada yang menyatakan L.

    rhamnosus dapat diisolasi dari saluran pencernaan tikus. Wood dan Holzapfel

    (1995) menyatakan bahwa L. rhamnosusumumnya diisolasi dari susu dan hasil

    olahannya, manusia, limbah, dan bahan-bahan medis. Hal ini menunjukkan DNA

    yang terdeteksi pada hasil PCR spesifik merupakan DNAL. rhamnosus SKG34

    yang terdapat pada sekum tikus putih yang diberikan L. rhamnosusSKG34, tetapi

    populasinya belum bisa ditentukan secara pasti.

    6.2 Populasi Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Anaerobpada Sekum Tikus

    Putih (R. norvegicus)

    Populasi BAL pada tikus yang diberikanL. rhamnosusSKG34 lebih tinggi

    jika dibandingkan dengan tikus yang tidak diberikan L. rhamnosusSKG34. Hal

    ini diduga disebabkan oleh keberadaan L. rhamnosus SKG34 yang mampu

    menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan BAL lainnya dalam

    saluran pencernaan. Sehubungan dengan hal ini Vernazza et al. (2006)

    menyatakan bahwa, keberadaan BAL sebagai probiotik di dalam saluran

    pencernaan dapat menstimulasi populasi BAL lainnya dalam saluran pencernaan.

    Hal ini disebabkan karena bakteri probiotik dapat memodifikasi lingkungan

    mikroekosistem usus dengan memproduksi asam laktat, sehingga dapat

    menurunkan pH. Penurunan pH akan mengakibatkan pertumbuhan BAL dalam

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    52/78

    52

    saluran pencernaan akan mengalami peningkatan. Hal ini juga didukung oleh hasil

    pengecatan Gram yang dilakukan untuk mengetahui morfologi sel yang tumbuh

    pada sekum tikus putih (Gambar 5.2), dimana didominasi oleh pertumbuhan sel

    gram positif berbentuk batang. Setelah dilakukan pengujian dengan metode PCR

    dengan menggunakan primer spesifik L. rhamnosus untuk memastikan

    keberadaan L. rhamnosus SKG34, diperoleh hasil bahwa pada sekum tikus

    perlakuan memang terdeteksi adanya DNAL. rhamnosus.

    Populasi bakteri anaerobpada sekum tikus yang diberikan L. rhamnosus

    SKG34 mengalami penurunan dibandingkan dengan populasi bakteri anaerob

    pada sekum tikus yang tidak diberikan L. rhamnosus SKG34. Populasi bakteri

    anaerobpada sekum tikus yang tidak diberikan L. rhamnosusSKG34 sebanyak

    3,7 x 109 cfu/g, sedangkan populasi bakteri anaerob pada sekum tikus yang

    diberikan L. rhamnosusSKG34 sebanyak 8,3 x 107cfu/g, Hal ini menunjukkan

    pemberianL. rhamnosusSKG34 pada tikus perlakuan dapat menurunkan populasi

    bakteri anaerob.

    Penurunan pupulasi ini disebabkan karena L. rhamnosusSKG34 memiliki

    kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Menurut Sujaya et

    al. (2008b), L. rhamnosus SKG34 memiliki daya hambat yang luas terhadap

    pertumbuhan bakteri patogen (Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella

    thypimurium, dan Shigella flexneri)dengan diameter zone hambat sebesar 0,8

    1,2 cm. Selain itu penurunan populasi bakteri anaerobpada tikus yang diberikan

    L. rhamnosusSKG34, disebabkan oleh terjadinya penurunan pH. Penurunan pH

    akan meningkatkan populasi BAL yang dapat menekan pertumbuhan bakteri

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    53/78

    53

    anaerob, selain itu penurunan pH juga dapat mengurangi populasi bakteri

    patogen yang tidak tahan terhadap pH yang rendah (Vernazza et al., 2006).

    Bakteri anaerob yang tumbuh di dalam saluran pencernaan terdiri atas

    bakteri yang menguntungkan kesehatan (Bifidobacterium, Eubacterium, dan

    Lactobacillus) dan bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Bakteri yang

    membahayakan kesehatan, antara lain: Clostridia, Veillonella, Staphylococci,

    Proteus, P. aeruginosa, Bacteroides, Eubacteria, Fusubacteria, E. coli, dan

    Enterobacteria(Bourliux et al., 2003). Vernazza et al. (2006) menyatakan bahwa,

    dominasi bakteriE colidan Clostridium dapat meningkatkan pengaruh patogenik,

    seperti terjadinya diare akut dan proses pembusukan dalam saluran pencernaan.

    Keberadaan BAL dalam saluran pencernaan dapat memodulasi saluran

    pencernaan menjadi lebih stabil, mencegah pertumbuhan bakteri patogen, dan

    meningkatkan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit (Vaughan et al., 2002).

    6.3. Pengaruh Pemberian L . rhamnosus SKG34 terhadap Kadar Kolesterol

    Serum Darah Tikus Putih (R. norvegicus)

    Pada Gambar 5.7 dapat dilihat kadar kolesterol serum darah tikus yang

    diberikan L. rhamnosus SKG34 mengalami penurunan yang signifikan,

    dibandingkan dengan tikus kontrol yang mengalami peningkatan kadar kolesterol

    serum darah. Pemberian L. rhamnosus SKG34 selama tiga minggu mampu

    menurunkan kadar kolesterol serum darah tikus sebesar 28,5 %. Akan tetapi

    pemberianL. rhamnosusSKG34 pada tikus perlakuan tidak mampu menurunkan

    berat badan tikus putih. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh

    Hardiningsih dan Nurhidayat (2006), yang menyatakan bahwa pemberian

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    54/78

    54

    Lactobacillustidak dapat menurunkan pertambahan berat badan tikus putih wistar

    yang diberikan diet tinggi kolesterol.

    Pemberian Lactobacillus untuk menurunkan kadar kolesterol dapat

    melalui beberapa mekanisme. Menurut Lee, et al. (2009), terdapat beberapa

    mekanisme penurunan kolesterol oleh aktivitas BAL. Mekanisme pertama yaitu

    produk hasil fermentasi oleh BAL menghambat sintesa kolesterol sehingga

    menurunkan produksi kolesterol. Mekanisme kedua adalah melalui pembuangan

    garam empedu melalui feses, dimana garam empedu yang terdekonjugasi tidak

    diserap oleh usus, dan lebih mudah terbuang dari saluran pencernaan

    dibandingkan dengan garam empedu yang terkonjugasi. Hal ini mengakibatkan

    semakin banyak kolesterol yang dibutuhkan untuk mensintesis garam empedu lagi

    sehingga akan menurunkan kadar kolesterol. Mekanisme ketiga adalah

    kemampuan BAL untuk mengikat kolesterol sehingga mencegah penyerapan

    kolesterol kembali ke hati (Lee, et al., 2009). Beberapa jenis BAL memiliki

    dinding sel yang mampu mengikat kolesterol dalam usus halus sebelum kolesterol

    diserap oleh oleh tubuh (Usman dan Hasono, 1999; Surono, 2004). Mekanisme

    penurunan kolesterol oleh aktivitas BAL disebabkan oleh enzim Bile salt

    hydrolase(BSH) yang mendekonjugasi garam empedu, dimana glisin atau taurin

    dipisahkan dari steroid, sehingga menghasilkan garam empedu bebas atau

    terdekonjugasi. Enzim BSH menghasilkan garam empedu terdekonjugasi dalam

    bentuk asam kolat bebas yang kurang diserap oleh usus halus. Dengan demikian

    garam empedu yang kembali ke hati selama sirkulasi enterohepatik menjadi

    berkurang, sehingga total kolesterol dalam tubuh menjadi berkurang. Bile salt

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    55/78

    55

    hydrolase dimiliki oleh beberapa strain bakteri saluran pencernaan seperti:

    Lactobacillus, Enterococcus, Bifidobacterium, Clostridium, Peptostreptococcus,

    danBacteroides(Surono, 2004; Ooi dan Liong, 2010).

    Penurunan kadar kolesterol serum darah tikus yang diberikan L.

    rhamnosusSKG34, diduga karena adanya pengaruh produk hasil fermentasi oleh

    BAL dalam sekum tikus. Hasil fermentasi oleh BAL dalam saluran pencernaan

    dapat menurunkan pH, yang dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan garam

    empedu dalam saluran pencernaan, sehingga sulit untuk diserap kembali dalam

    siklus enterohepatik dan akan ikut terbuang bersama feses. Hal ini mengakibatkan

    semakin banyak kolesterol yang dibutuhkan untuk mensintesis garam empedu,

    lagi sehingga akan menurunkan kadar kolesterol (Yulinery et al., 2006; Lee et al.,

    2009). Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil dengan pemberian L.

    rhamnosus SKG34 dapat menurunkan pH sekum dari 6,65 menjadi 6,55

    (Gambar5.9). Apabila penurunan nilai pH ini dihubungkan dengan populasi BAL

    pada sekum (Gambar 5.5) dan data perubahan kadar kolesterol serum darah tikus

    putih (Gambar 5.7), menunjukkan tikus yang diberikan L. rhamnosus SKG34

    mengalami peningkatan populasi BAL, memiliki pH yang lebih rendah, dan

    mengakibatkan penurunan kadar kolesterol yang signifikan, dibandingkan dengan

    tikus yang tidak diberikanL. rhamnosusSKG34. Jadi peningkatan populasi BAL

    akan menurunkan pH pada saluran pencernaan yang diduga bisa mengakibatkan

    terjadinya pengendapan garam empedu, sehingga akan menurunkan kadar

    kolesterol serum darah tikus yang diberikanL. rhamnosusSKG34.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    56/78

    56

    BAB VII

    SIMPULAN DAN SARAN

    7.1. Simpulan

    1. Populasi L. rhamnosus SKG34 dalam saluran pencernaan tikus putih (R.

    norvegicus), tidak bisa ditentukan secara pasti, tetapi keberadaannya dapat

    diduga dengan PCR spesifik L. rhamnosus, setalah pemberian L. rhamnosus

    SKG34 sebanyak 108sel/ hari selam 3 (tiga) minggu.

    2. PemberianL. rhamnosusSKG34 sebanyak 108sel/ hari selam 3 (tiga) minggu

    berpengaruh terhadap populasi BAL dan total bakteri anaerobyang tumbuh

    dalam saluran pencernaan tikus putih (R. norvegicus). Populasi BAL pada

    sekum tikus yang diberikan L. rhamnosus SKG34 sebanyak 4,1 x 107cfu/g,

    sedangkan populasi BAL pada sekum tikus yang tidak diberikanL. rhamnosus

    SKG34 sebanyak 1,1 x 107cfu /g. Populasi bakteri anaerobpada sekum tikus

    yang diberikan L. rhamnosus SKG34 sebanyak 8,3 x 107 cfu /g, sedangkan

    populasi bakteri anaerobpada sekum tikus yang tidak diberikanL. rhamnosus

    SKG34 sebanyak 3,7 x 109cfu /g

    3. PemberianL. rhamnosusSKG34 sebanyak 10

    8

    sel/ hari selam 3 (tiga) minggu

    berpengaruh terhadap kadar kolesterol serum darah tikus putih (R.

    norvegicus), dimana terjadi penurunan kadar kolesterol serum darah yang

    signifikan sebesar 28,5%.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    57/78

    57

    7.2. Saran

    1. untuk meningkatkan jumlah L. rhamnosus SKG34 yang mampu melewati

    saluran pencernaan bagian atas dan mampu untuk berkompetisi pada saluran

    pencernaan, perlu perlindungan yang lebih baik terhadap L. rhamnosus

    SKG34 sebelum diadministrasikan secara oral gavage dengan teknik

    mikroenkapsulasi.

    2. untyuk pengembanganL. rhamnosusSKG34 sebagai probiotik yang potensial,

    perlu dilakukan pengujian secara in vivotentang efek fungsional pemberianL.

    rhamnosus SKG34 untuk mencegah alergi, mencegah konstipasi, dan

    meningkatkan sisten imun.

  • 7/22/2019 unud-320-1860003455-tesisgabung

    58/78

    58

    DAFTAR PUSTAKA

    Adams, C. 2009. Probiotics - Protection Against Infection: Using Nature's Tiny

    Warriors To Stem Infection. Available at: http://probiotic.org/

    lactobacillus-rhamnosus.htm.Opened : Nopember 24, 2010

    Ajmal, S. and N. Ahmed. 2009. Probiotic potential of lactobacillus strains in

    human infections. African Journal of Microbiology Research. 3(12):851-

    855

    Antarini, A. A. N. 2010. Populasi Lactobacillus rhamnosusSKG34 dalam susu

    terfermentasi selama penyimpanan. Tesis S2 Program Studi BioteknologiPertanian, Universitas Udayana. Tidak dipublikasikan.

    Aryantini, N P. D. 2008. Identifikasi Bifidobacterium Isolat Feses Bayi yang

    Berpotensi Dikembangkan sebagai Probiotik Isolat Lokal Asli Indonesia.

    Skripsi S1 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas

    Udayana. Tidak dipublikasikan.

    Baigent, C. and R. Clarke, 2008. Cholesterol and Lipids. International

    Encyclopedia of Public Health,Pages 693-704, Elsevier Inc, USA

    Begley, M., C. Hill, and C. G. M. Gahan. 2006. Bile Salt Hydrolase Activity in

    Probiotics. Appl. Environ. Microbiol. 72 (3):1729-1738.

    Belviso, S., M. Giordano, P. Dolci and G. Zeppa. 2009. In vitro cholesterol-

    lowering activity of Lactobacillus plantarum and Lactobacillus

    paracasei strains isolated from the Italian Castelmagno PDO cheese.

    Dairy Sci. Technol. 89 : 169-176

    Bernardeau, M., J. P. Vernoux, S. H. Dubernet, and M. Guguen. 2008. Safety

    assessment of dairy microorganisms: The Lactobacillus genus.

    International Journal of Food Microbiology126 : 278-285.

    Betsi G. I., E. Papadavid and M.E. Falagas. 2008. Probiotics for the Treatment or

    Prevention of Atopic Dermatitis: A Review of the Evidence From

    Randomized Controlled Trials. Am. J. Clin. Dermatol. 9(2) : 93 - 103.

    Beuers, U. and T. Pusl. 2004. Bile Salts and their Metabolism.Encyclopedia of

    Biological Chemistry,Pages 159-163, Elsevier Inc, USA

    Bijl, N., A. v.d. Velde, and A. K. Groen. 2009. Bile Acids and Their Role in

    Cholesterol Homeostasis. Biomedical and Life Sciences -Cellular Lipid

    Metabolism,Pages : 107-129

    http://probiotic.org/%20lactobacillus-rhamnosus.htmhttp://probiotic.org/%20lactobacillus-rhamnosus.htmhttp://www.sciencedirect.com/science/referenceworks/9780123739605http://www.sciencedirect.com/science/referenceworks/9780123739605http://www.sciencedirect.com/science/journal/01681605http://www.sciencedirect.com/science?_ob=PublicationURL&_tockey=%23TOC%235061%232008%23998739996%23696746%23FLA%23&_cdi=5061&_pubType=J&view=c&_auth=y&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_userid=10&md5=11c2a343c71d4030f6030cc4bceaf902http://www.sciencedirect.com/science/referenceworks/97801244