cinta ppt.txt

Upload: being-k

Post on 19-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 cinta ppt.txt

    1/2

    Gambar: A Nimfa normal stadium V (terakhir) Rhodnius, B. Rhodnius dewasa normal,C. Nimfa raksasa stadium VI yang dihasilkan dari pencangkokan korpora alata dari nimfa stadium IV ke dalam rongga perut nimfa stadium V.

    Pada serangga yang bentuknya holometabola, keadaanyang terjadi jauh lebih kompleks karena terjadi dua kali, proses ganti kulit dengan prubahan morfologis yaitugati kulit menjadi pupa dan ganti kulit menjadi imago. Penghilangan korpora alata dari ulat akan menyebabkan ulat berubah menjadi pupa. Beberapa percobaan mengindikasikan bahwa sebagian dari peristiwa transformasi bentuk ini berkaitan dengan menurunnya kadar hormon juvenil di dalam darah dari hewan yang bersangkutan.Settellah penghancuran kelenjar. Hormon juvenil masih tersisa dalam kadar yang rendah di dalam peredaran darah dan tetap digunakan hingga waktu terjadinya proses ganti kulit kedua (Surjono, 2001).

    2.3.3 Faktor-Faktor yang mengontrol terjadinya proses Molting dan Metamorfosis pada Serangga - CINTAKetika proses molting atau metamorphosis terjadi, tidak hanya seluruh bagian tubuh dari serangga itu yang bereaksi bersama-sama, melainkan juga bagian-bagian yang dicangkokkan kepadanya melalui hal yang sama. Imaginal discdan bagian-bagianlain dari tubuh yang dicangkokkan diantara hewan-hewan pada medium yang berbeda, akan mengalami proses ganti kulit dan metamorphosis secara bersamaan dengan semua bagian dari hewan yang sedang mengalaminya (Surjono, 2001).Sebuah percobaan yang sangat menarik telah dilakukan pada perkembangan kaper Ephestia kubneilla, yaitu dengan transplantasi dalam rongga tubuh individu lain. pi

    nggiran dari tiap-tiap potongan kulit yang dicangkokkan menggulung seperti akanmembentuk kista dengan permukaan kulit yang beraasal dari posisi distal melengkung ke dalam. Permukaan proksimal dari epidermis dibasahi oleh cairan tubuh semangnya dan juga oleh hormon yang terkandung didalam cairan tubuh semang tersebut(Surjono, 2001).Setiap kali serangga semang mengalami proses ganti kulit, maka potongan-potongankulit ini juga mengalami proses yang sama, terjadi pergantian kutikula, kutikula yang lama dilepaskan dan dimasukkan dalam rongga kista. Selain proses moltingyang sama antara semang dan transplan, keadaan alami kutikula yang baru dibentukjuga mengalami proses yang sama antara semang dan transplan (Surjono, 2001).Apabila suatu proses molting larva terjadi, maka kista epidermis menghasilkan suatu kutikula yang tipis. Apabila semang menjadi pupa, kista epidermis ini juga akan menghasilkan kutikula yang tebal. Apabila semang bermetamorfosis menjadi hew

    an dewasa, kista epidermis akan membentuk suatu imaginal kutikula dengan sisik-sisik (Surjono, 2001).Pengaruh hormon terhadap perkembangan kulit. Pergantian kulit yang terjadi di dalam kista epidermis yang dicangkokkan dan dipengaruhi oleh hormon yang disirkulasi di dalam tubuh semang (Sumber: Surjono, 2001).

    Meskipun telah mencapai stadium untuk memproduksi kutikula dari hewan dewasa, epidermis tetap tidak kehilangan kapasitasnya untuk berganti kulit, ini membuktikan bahwa ekdison (hormon penyebab terjadinya molting) dan juvenile terdapat di dalam larutan yang mengitarinya (Surjono, 2001).Metamorfosis adalah suatu proses perubahan yang reversible, dalam hal ini minimal pada epidermis kulit dan kondisi alami diferensiasi yang dihasilkan oleh prose

    s selanjutnya secara terpisah, tergantung pada keseimbangan hormon-hormon yang terdapat dalam darah. Kebalikan metamorphosis, meskipun hanya sebagian, dapat terjadi dalam kondisi eksperimental. Pada keadaaan normal, dari seekor serangga, metamorfosis menjadi pertanda berakhirnya masa pertumbuhan dan perkembangan (kecuali perkembangan gonad yang masih akan berlanjut sampai masa dewasa penuh) (Surjono, 2001).Terjadinya penghentian pertumbuhan dikarenakan terjadinya degenerasi kelenjar protoraks dan mengalami kerusakan setelah menyebabkan proses ganti kulit yang terakhir. Dengan hilangnya kelenjar protoraks, maka tidak ada lagi faktor-faktor lain yang dapat menghidupkan kembali proses morfogenesis dari epidermis dan tidak a

  • 7/23/2019 cinta ppt.txt

    2/2

    da lagi proses ganti kulit (Surjono, 2001).Hormon juvenile memiliki pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan. Pada imago, setelah metamorphosis, korpora alata melanjutkan aktivitas sekresinya dan sekresi ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan ovarium dan sel-sel telur. Pada vertebrata, struktur kimia dari agen yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar endokrin dapat dibuktikan dengan membuat ekstraksi bahan aktif dari kelenjar-kelenjar.Stuktur kimia hormon juvenile, ekdison dan ekdisteron (Gilbert dalam Surjono, 2001).2.3.4 Mekanisme Aksi Hormon-Hormon Metamorfosis SeranggaKelenjar ludah dari beberapa jenis serangga yang termasuk ordo Diptera terdapatbeberapa sel yang tumbuh menjadi relative besar ukurannya, dan kromosom sel-seltersebut juga menjadi lebih besar bahkan dapat diamati meskipun sel-sel tersebutjuga menjadi lebih besar bahkan dapat diamati meskipun sel-sel itu tidak sedangmempersiapkan dan untuk melakukan mitosis. Kromosom raksasa pada beberapa sel ini adalah hasil duplikasi ADN yang berulang-ulang dan dengan demikian ratusan molekul ADN terletak berselisihan satu dengan yang lain. Terdapat penebalan pada kromosom raksasa tersebut, yang disebut cincin Balbiani dan uga disebut sebagai puff(Surjono, 2001).Suatu puffsebenarnya adalah bagian dari kromosom dimana sejumlah pita ADN yang menyusun kromosom raksasa tersebut, terpisash satu dengan yang lain dan membentuklilitan (loop), melebar kea rah luar dari posisi normal dalam kromosom. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa pembentukan puffselalu mengalami perubahan sesua

    i dengan perubahan yang terjadi pada stadium dari serangga tersebut. Stadium metamorphosis ditandai oleh pola spesifik dari pembentukan puffyang dapat dipelajaridengan baik apabila struktur kromosom raksasa secraa rinci dari satu spesies dapat dibuat (Surjono, 2001).Kemungkinan besar ekspresi, gen-gen yang terdapat di kromosom pasti berhubungandengan proses terjadinya transformasi bentuk dan organisasi pada binatang tersebut. Hormon berperan mempengaruhi gen-gen yang terdapat di dalam kromosom dan mengubah aktivitasnya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku darisel-sel dan jaringan (Surjono, 2001).Bukti-bukti telah diketemukan bahwa lokus yang berbeda pada kromosom tidak melakukan reaksi yang sama terhadap hormon ekdison. Terdapat satu atau dua lokus yangmembentuk puffsegera setelah dilakukan injeksi ekdison. Lokus-lokus yang lain dimana puffmungkin mengalami perbesaran pada tahap berikutnya, diperkirakan sanga t

    ergantung pada aksi dari gen-gen yang diaktivasi pada sat permulaan. Sampai kondisi ini tampak bahwa aksi ekdison terdiri dari aktivasi satu atau dua gen (tampakya hanya satu) dan ini kemudian memulai reaksi berantai yang melibatkan aktivitas gen-gen lain yang berakhir p