aku, kamu, dia, dan cinta

Upload: mona

Post on 26-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    1/202

    [Type text]

    Aku, Kamu, Dia

    CINTA

    Evi R

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    2/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    2

    Aku, Kamu, Dia

    CINTA

    Evi R.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    3/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    3

    Cerita ini hanyalah karangan fiktif

    belaka. Jika ada kesamaan kisah, nama,tempat, dan waktu, itu hanyalah unsur

    ketidaksengajaan dari penulis.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    4/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    4

    Love is not to beat your self up about the

    past.

    Love is about building a relationship.

    Then

    Building a relationship is to know how to

    ride the relationship bicycle and keep balanced

    and get where you want to be. If you had

    fallen off or skidded through bad surfaces or

    had flown over the handlebars you have to

    know how to recover it.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    5/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    5

    Distance...

    Kamu mau sampai kapan seperti ini?, tanyaku

    hampir menangis.

    Aku memang begini. Lalu kamu mau apa?,

    balasnya dengan nada tinggi.

    Aku cuma ingin......kamu mengerti sedikit saja.

    Dengar ya, aku melakukan semua ini juga buat

    kamu, buat masa depan kita. Kamu bilang sendiri,

    kalau kamu ingin menikah.

    Aku tahu. Tapi apa tidak bisa sedikit saja kamupeduli padaku. Paling tidak, hubungilah aku. Aku

    masih ada di sini buat kamu. Tolong, jangan abaikan

    aku., aku mulai tak kuasa membendung airmata

    yang mengalir deras.

    Oke. Oke. Mulai besok, aku akan

    menghubungimu setiap jam. Melapor aku sedang apa,kamu sudah makan atau belum, kamu hati-hati......

    Bukaan. Bukan itu yang aku mau. Sayang, aku

    tahu kamu sibuk. Aku mengerti kamu sedang banyak

    pikiran. Tapi, aku tunanganmu. Aku juga ingin

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    6/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    6

    menjadi prioritasmu., tangisku sudah semakin tak

    karuan.

    Kalau kamu memang tahu posisimu sebagai

    tunanganku, seharusnya kamu tidak perlu

    menuntutku macam-macam. Kamu tahu, kan, aku

    tidak akan macam-macam di sini. Percayalah, sayang.

    Kamu cukup percaya padaku., Reno mulai

    menurunkan suaranya.

    Aku menarik napasku yang berat. Aku sudah tahu

    dari awal, kalau akan jadi seperti ini. Berbicara

    dengannya, tidak akan pernah membuahkan hasil.

    Dia tetaplah dia yang sangat aku cintai, dan aku tidak

    akan kuasa untuk mengatakan tidak.

    Sudah ya, sayang. Aku capek. Capek banget.

    Kamu cepetan tidur juga. I love you.

    Love you, too., jawabku pelan hampir tak

    terdengar.

    Sudah tak terdengar lagi suara dari seberang

    telepon. Ku letakkan ponselku di tempat tidur. Akumasih terduduk lemah bersandar tembok. Ku tarik

    kedua kakiku mendekati dadaku. Aku memeluk

    kedua kakiku dan menangis sejadinya. Hatiku sudah

    sangat sesak untuk berhenti menangis. Dan jiwaku

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    7/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    7

    sudah sangat lelah untuk berada dalam keadaan

    seperti ini.

    Pikiranku melayang pada peristiwa satu tahun

    lalu. Pagi itu, dia dengan tulusnya memberikan

    surprise ulang tahunku. Pagi itu terasa begitu indah.

    Perhatian dan kasih sayangnya, serta kerelaannya

    menempuh berkilo-kilo meter hanya untuk

    menemuiku. Aku merasakan gelora cinta yang begitu

    kuat saat itu.

    Namun, aku meragukannya sekarang. Dia

    berubah. Dia tak lagi seperti dulu. Meski cinta itu

    masih ada, tapi perhatian dan kepeduliannya telah

    hilang. Entah keadaan atau apa yang mengguncang

    hubungan kami. Tapi semuanya tak seindah dulu.

    Hai, Me..., sapa Raysa, sahabatku.

    Seperti biasa, aku harus pergi ke kampus. Ini

    sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Dan seperti

    biasa pula, aku tak pernah bisa lepas dari sahabat-sahabatku.

    Hai...

    Mau kemana liburan?, tanya Raysa antusias.

    Nggak kemana-mana mungkin., jawabku datar.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    8/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    8

    Aku memang tidak ada tujuan untuk berlibur.

    Ingin rasanya pergi ke tempat Reno, tapi keadaan

    sepertinya tak mengijinkanku untuk kesana. Kalau

    aku pulang ke rumah, aku tak ingin melihat kedua

    orang tuaku bersedih mengetahui keadaanku dan

    Reno.

    Kedua orang tuaku tahu persis bagaimana

    hubungan kami. Mereka berdua berharap kami bisa

    menikah secepatnya setelah aku lulus. Papa dan

    Mama sudah mempercayakanku pada Reno. Dan

    entah bagaimana perasaan mereka, ketika tahu

    hubunganku dan Reno harus seperti ini.

    Semalam, aku minta putus darinya. Aku sudah

    tak sanggup untuk terus berada dalam situasi sepertiini. Aku pikir, aku harus bergerak maju. Aku tidak

    mau berjalan di tempat dan tersudut dalam situasi

    sulit seperti ini. Keputusan ini, mungkin, akan sangat

    berat ku jalani, tapi ini, mungkin juga, menjadi jalan

    terbaik untuk kami berdua.

    Me, kamu kenapa?, tanya Raysa yang mulaicuriga dengan ekspresi mukaku yang tak bisa ku

    tutupi.

    Nggak kenapa-kenapa kok, Sa., jawabku

    berbohong sambil tersenyum tipis.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    9/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    9

    Kalau nggak ada apa-apa, kamu nggak perlu

    nangis kan, Me.

    Aku tak sadar jika airmata ku telah meleleh

    keluar. Segera saja, ku hapus airmataku.

    Nggak kok., aku masih saja berbohong.

    Me, aku sahabatmu. Aku tahu kamu sedang

    menyimpan sesuatu. Aku sama sekali enggakkeberatan untuk membantumu. Berbagilah., ujarnya

    sambil merangkul pundakku.

    Akhirnya, pertahananku bobol juga. Aku

    menangis sejadinya di pelukannya. Aku ceritakan apa

    yang terjadi semalam antara aku dan Reno.

    Aku mau bicara sama kamu., ucapku ragu.

    Kenapa sayang?

    Aku terdiam lama. Rasanya masih tak sanggup

    untuk mengucapkan kata terberat dalam hidupku.Kata yang akan membuatku menangis dan

    menghancurkan semua yang telah terbina selama

    setahun ini. Kata yang akan menjadikan semua yang

    terjadi di masa lalu sebatas kenangan lalu.

    Sayang...., Reno mulai bingung.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    10/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    10

    Kita putus saja., ucapku getir.

    Tak ada jawaban sama sekali. Kita berdua jatuhdalam keheningan dan larut dalam kesedihan

    masing-masing. Hingga akhirnya, Reno mulai

    berbicara,

    Kamu yakin?

    Aku tetap diam. Hanya tetes airmata yangmenjawabnya.

    Kamu siap dengan semua yang terjadi nanti?

    Aku masih tetap diam tanpa jawaban.

    Apa kamu akan bahagia dengan keputusanmu

    ini?, Reno masih terus bertanya.

    Tak ada jawaban yang keluar dari mulutku.

    Namun, air mata ini semakin deras mengalir.

    Membasahi layar ponsel yang ku genggam. Aku diam,

    bukan berarti aku tak tahu apa jawabannya. Aku

    diam karena aku tahu aku akan menjawab TIDAK.

    Me....

    Jantungku seolah berhenti berdegup ketika aku

    mendengar Reno memanggil namaku untuk pertama

    kalinya setelah satu tahun ini. Tak ada panggilan

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    11/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    11

    sayang atau Mama. Semuanya seolah lenyap

    dalam hitungan detik.

    Kalau ini menurutmu yang terbaik untuk kamu.

    Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku tidak

    akan menghalangimu lagi karena ini sudah menjadi

    keputusanmu.

    Reno sama sekali tak menghalangiku seperti

    dulu. Dia merelakan pertunangan ini berakhir dalam

    sekejap mata.

    Maaf, ya. Kalau aku tidak bisa memberikan

    perhatian penuh padamu belakangan ini. Tapi

    sungguh, aku sendiri juga berat melewatinya. Aku

    merasa bersalah karena tak bisa menghubungimu

    sesering dulu. Aku merasa terbebani setiap kali kamu

    menangis karena aku. Aku merasa sangat jahat sudah

    menyakitimu dan tidak peduli sama kamu. Tapi,

    kamu harus tahu, itu semua sangat berat buatku.

    Yang menguatkanku cuma satu, yaitu Kamu. Harapan

    kalau suatu saat nanti, saat kita sudah bersama, aku

    akan menebusnya beribu-ribu kali lipat.

    Aku tertegun. Hatiku semakin sakit mendengar

    setiap kata yang keluar dari mulut Reno. Jahatkah aku

    telah memutuskan hubungan pertunangan ini,

    sementara Reno di sana sedang berjuang untuk kami

    berdua?

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    12/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    12

    Tapi, kamu sudah memutuskan untuk berpisah.

    Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku terima

    keputusanmu, Me. Tapi boleh aku minta sesuatu?,

    lanjut Reno.

    Iya..., jawabku dengan suara parau.

    Jangan bilang dulu sama orang tuaku danorang

    tuamu, ya. Biar aku yang mengatakan pada mereka.

    Biar aku yang bertanggungjawab atas semua ini. Janji

    ya, jangan katakan apapun pada mereka.

    Hatiku semakin sesak mendengar semua ini. Aku

    merasa sangat berdosa dengan keputusan ini.

    Rasanya ingin sekali menarik keputusan ini. Namun,

    aku juga tidak sanggup hidup dalam kesedihan

    semacam itu lagi.

    Sudah,Me.... jangan nangis lagi. Aku akan

    semakin merasa bersalah sudah membuatmu

    menangis terus. Sudah ya, nangisnya.

    Iya...Ren., aku membasuh airmataku meski aku

    masih ingin menangis, mungkin sampai besok pagi.

    Trimakasih ya, Me, buat semua kenangan selama

    satu tahun ini., ujarnya sebelum akhirnya menutup

    telepon dan berakhirlah sudah semuanya pada detik

    ini.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    13/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    13

    Bulan-bulan berlalu begitu saja. Tak ada yangberarti tanpa Reno. Rasanya tak menarik dan

    hambar. Namun, aku terus belajar untuk tetap

    menjalani semua ini sendiri, tanpa dia, orang yang

    masih aku cintai sampai saat ini.

    Aku menyandarkan tubuhku pada tempat tidur.

    Aku di rumah sekarang. Di tempat yang aku harapkan

    untuk mendapat ketenangan batin.

    Ayah dan Ibu sudah mengetahuinya. Seminggu

    setelah kami memutuskan hubungan, Reno datang ke

    rumah dan menceritakan bahwa hubungan kita telah

    berakhir. Hebatnya, dia sama sekali tak

    menyalahkanku atas semua ini. Dia, bahkan,

    menyalahkan dirinya sendiri karena telah lalai dalam

    menjaga dan memperhatikanku. Kesibukan telah

    membutakannya, dan membuatnya tak bisa berbagi

    denganku. Meski Ayah dan Ibu tampak sangat

    kecewa, namun mereka sangat memahami keadaan

    kami. Mereka, bahkan, sama sekali tak menyinggungitu lagi sampai sekarang.

    Me..., terdengar suara ibu memanggilku.

    Iya, bu., jawabku sambil beranjak dari tempat

    tidur.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    14/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    15/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    15

    Bagaimana kabarmu?, tanya Reno memulaipembicaraan.

    Baik. Kamu?, aku berusaha untuk menetralisir

    perasaanku.

    Sedikit tidak baik karena ada yang hilang.,

    jawabnya sambil menatapku tajam, namun masihdengan senyumnya yang seolah tak pernah lepas dari

    bibirnya.

    Ada apa kesini?, tanyaku to the point.

    Judes amat, sih. Aku kan pengen ketemu kamu.

    Enggak boleh?

    Aku hanya tersenyum tipis. Aku sungguh bingung

    harus bersikap seperti apa. Rasa cinta yang masih

    begitu besar untuknya, membuatku gugup.

    Me...., tiba-tiba Reno menjadi serius.

    Aku mendongak menatapnya dan kedua matakami beradu. Pada detik inilah, rasanya aku ingin

    roboh saja.

    Me, aku ingin kita kembali seperti dulu..., Reno

    menggenggam tanganku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    16/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    16

    Aku benar-benar ingin roboh. Pertahananku

    seolah sudah bobol saat ini juga. Mataku sudah

    berkaca-kaca. Perasaanku bercampur aduk tak

    karuan.

    ...aku bahkan ingin menikahimu saat ini juga.

    Beberapa bulan hidup sendiri tanpa kamu,

    membuatku semakin yakin kalau aku tak bisa

    berpisah denganmu, Me. Aku merasa semua yang aku

    lakukan menjadi sia-sia. Aku ingin bersama kamu

    lagi.

    Tapi, aku....

    Aku tahu kamu masih ragu. Aku tahu kamu takut

    apa yang terjadi dulu terulang lagi. Aku tahu itu, Me.

    Karena itulah, aku memutuskan untuk pindah.

    Maksudmu?, suaraku mulai serak.

    Saat kamu memutuskan untuk berpisah, aku

    merasa semua yang aku lakukan selama ini tak ada

    gunanya. Aku sadar selama ini aku telah salah

    mengabaikanmu. Karena itulah, aku putuskan untukpindah ke tempat yang lebih dekat denganmu. Dan

    aku mendapatkannya, Me. Kita tidak perlu berjauhan

    lagi, Me. Kita bisa bersama lagi.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    17/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    17

    Aku terdiam. Aku masih tak percaya kata-kata itu

    akan meluncur dari mulut Reno. Seperti sebuah

    keajaiban yang menyapaku.

    Dan sekarang, aku siap untuk ini, Me., Reno

    mengulurkan sebuah kotak kecil berwarna merah

    yang di dalamnya terpancar sebuah perhiasan indah

    yang selalu diidamkan setiap wanita di dunia ini.

    Sebuah cincin pernikahan.

    Aku semakin tak percaya. Menit-menit ini terasa

    terlalu indah untukku. Aku bahkan tak berani

    membayangkan hari ini akan menjadi seperti ini.

    Tuhan sangat baik padaku.

    Aku memeluk Reno serta merta. Airmata ini tak

    lagi bisa terbendung. Aku begitu bahagia. Dan semua

    tangis sedih ini, biarkan saja menguap semuanya hari

    ini dan hilang untuk selamanya. Biarkan semua tangis

    nanti menjadi tangis kebahagiaan untuk kami berdua.

    Dan biarkan senyum terus mewarnai hari-hari

    bahagia kami, juga cinta ini.

    ***

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    18/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    18

    Bukan Lelaki yang Mendua

    Aku berdiri menatap gedung megah yang tegak

    dan kokoh di depanku. Gedung ini tak akan ku

    lupakan. Gedung yang mempertemukanku

    dengannya. Bangunan inilah yang menjadi saksi cinta

    kami, aku dan dia.

    Langkah kakiku semakin ku percepat ketika

    mendekati pintu masuk. Aku yakin, dia pasti sudah

    menungguku di sana, di tempat biasa kami selalu

    janjian.

    Binar mataku semakin cerah, ketika akumelihatnya duduk di tempat yang dia janjikan.

    Tangannya yang gagah sedang memegang rokok. Dia

    memang perokok berat. Akan ada yang hilang, jika

    sehari saja ia tak menghisap raja nikotin itu. Namun,

    aku menyukainya. Aku menyukai cara dia merokok.

    Aku mengagumi cara dia berbicara sambil menghisap

    rokok. Dan tentunya, aku mencintai dia apa adanya.

    Hai., aku menyapanya dengan senyum

    termanisku.

    Dia menoleh dan membalas senyumku dengan

    senyumnya yang selalu mempesonaku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    19/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    19

    Sudah tidak ingin bertemu lagi ya? Kok lama.,

    ledeknya sembari mematikan rokoknya.

    Aku tertawa mendengarnya.

    Mana mungkin. Aku masih dan akan terus ingin

    menemuimu.

    Dia tersenyum lagi. Dan lagi, aku semakin jatuh

    hati padanya.

    Cha...., ucapnya sambil menggenggam tanganku.

    Raut mukanya tampak serius. Dia tak biasa

    tampak seserius ini. Adakah yang salah denganku.

    Kita berpisah saja., ucapnya.

    Aku terdiam. Aku sama sekali tak percaya dia

    akan mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang aku tak

    pernah bayangkan sedikitpun. Seriuskah dia dengan

    ucapannya ini?

    Kamu serius?, aku ingin memastikan.

    Aku serius, Cha. Aku mencintaimu. Tapi aku tak

    bisa terus menerus seperti ini.

    Kenapa baru sekarang? Kenapa baru setelah dua

    tahun kita menjalani hubungan ini?, suaraku mulai

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    20/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    20

    gemetar. Mataku sudah berkaca-kaca. Hatiku terlalu

    sakit mendengarnya.

    Setiap hari aku selalu tertekan dengan situasi

    seperti ini. Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini

    terus. Kamu harus menemukan jalanmu sendiri.

    Kamu harus menikah dengan orang yang lebih pantas

    darimu. Kamu....

    Cukup! Aku tidak mau dengar semuanya. Dari

    awal kita tahu kalau keadaannya tidak akan lebih

    baik dari ini. Tapi kita tetap bertahan karena kita

    saling mencintai. Lalu kenapa sekarang? Kenapa?!,

    aku mulai tak bisa mengendalikan emosiku. Air

    mataku juga tak terbendung lagi.

    Cha, dengarkan aku. Aku tidak bisa mengikatmu

    dalam sesuatu yang tidak akan berhasil seperti ini.

    Kamu berhak menikah dengan orang lain. Kamu

    berhak bahagia.

    Kebahagiaanku cuma kamu. Aku mencintaimu....

    aku ....cuma mau menikah denganmu., aku menangis.

    Aku terduduk lemah di kakinya. Aku menangis

    sejadinya seraya memeluk kakinya.

    Cha...., suaranya mulai terdengar getir.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    21/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    21

    Dia meraih tanganku dan menarikku berdiri. Dia

    memelukku. Pelukan yang selalu ingin ku rasakan

    darinya. Dia mengelus rambutku dengan penuh

    sayang. Hal seperti inilah yang membuatku tak

    pernah bisa melepasnya.

    Dia adalah lelaki yang bisa menjadi sahabat,

    kekasih sekaligus ayah bagiku. Dia lelaki paling

    sempurna yang pernah aku temui, selain ayahku. Dia

    pintar dan sangat penyayang. Hanya saja, kami

    berdua tidak ditakdirkan untuk bersama.

    Aku melamun sendiri. Hiruk pikuk suasana mal

    sama sekali tak mengusikku. Pikiranku terus

    melayang pada peristiwa seminggu lalu ketika dia

    menginginkan untuk mengakhiri hubungan ini. Meski

    tak pernah berakhir hingga hari ini, tapi semuanya

    tak lagi semanis dulu. Dia mulai mengambil jarak

    diantara kami berdua. Dia tak lagi datang ke

    kontrakanku dan tak juga sering menghubungiku.

    Perhatiannya jauh berkurang. Dan tentu saja, inisangat menyiksaku.

    Sampai kapan akan bertahan dengan keadaan

    seperti ini, batinku.

    Cacha?

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    22/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    22

    Seseorang membuyarkan lamunanku. Lelaki

    muda dengan postur tubuh tinggi duduk di depanku.

    Dia tersenyum padaku.

    Sendirian?, ucapnya lagi sambil menyeruput

    orange juiceyang dia bawa.

    Aku hanya menjawab dengan anggukan dan

    senyum tipis.

    Dia lantas diam. Tangannya terus mengaduk-

    aduk minuman di depannya. Sementara matanya,

    terus menatapku. Dia sepertinya tahu persis apa yang

    terjadi padaku. Dan memang begitulah dia, selalu

    tahu apa yang ku rasakan.

    Dosen itu lagi?, tandasnya to the point.

    Aku masih tak menjawab dan terus memainkan

    cangkir hot chocolateyang sudah dingin.

    Sampai kapan kamu jadi begini, Cha? Hubungan

    kalian tidak akan pernah berhasil., lanjut Dhani.

    Aku seolah tertampar mendengar ucapannya.

    Tutup mulutmu, Dhan. Kamu tidak berhak

    mengatakan hubungan kami tidak akan pernah

    berhasil., ucapku marah.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    23/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    23

    Cha, sadarlah. Dia adalah lelaki beristri. Dia,

    bahkan, sudah memiliki anak. Apa yang kamu

    harapkan dari lelaki beristri dan memiliki satu anak?

    Kamu mau menjadi istri keduanya?, Dhani semakin

    menjadi.

    Emosiku mulai tak terkendali mendengar ucapan

    Dhani. Hatiku semakin sakit mendengarnya.

    Dhani, cukup!! Aku tidak butuh omong

    kosongmu!, aku beranjak dan berlari keluar.

    Dhani masih juga tak putus asa. Dia mengejarku

    dan mencengkeram tanganku.

    Cha, buka matamu! Sadarlah, dia tidak pantas

    buat kamu.

    Dhani, sudah. Aku tidak sanggup lagi

    mendengarnya., aku mulai menangis dan meronta

    minta dilepaskan.

    Melihatku yang mulai menangis, Dhani

    melepaskan cengkeraman tangannya juga. Namun,kali ini, malah aku yang terduduk menangis. Mungkin,

    rasa maluku sudah hilang saat ini. Aku tak peduli

    ketika mata-mata lain tengah melihatku.

    Dhani yang sadar dengan keadaan, akhirnya

    memapahku menuju tempat duduk di sisi mal.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    24/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    24

    Maafkan aku, Cha. Aku sama sekali tidak

    bermaksud untuk membuatmu menangis. Aku hanya

    ingin kamu sadar bahwa kamu terlalu baik untuk

    dijadikan yang kedua., ucap Dhani sambil menepuk-

    nepuk bahuku.

    Aku tak memberikan jawaban apa-apa. Aku

    masih menangis. Ku telungkupkan kedua telapak

    tanganku untuk menutupi wajahku.

    Cha...., Dhani berlutut di depanku. Tangannya

    meraih tanganku dan menggenggamnya.

    Kamu pantas untuk mendapatkan yang lebih

    baik dari dia. Kamu berhak bahagia dengan cinta

    yang lebih indah., ucapnya sambil menghapus

    airmataku.

    Aku tahu, kamu lelah, Cha. Aku tahu kamu tidak

    ingin seperti ini terus. Aku juga tahu hatimu akan

    sangat sakit melepasnya. Tapi percayalah, itu hanya

    sesaat. Setelah ini, setelah kamu dapat menerima

    semua ini dan mencintai orang lain, semua sakit itu

    akan hilang., lanjut Dhani.

    Tapi aku sangat mencintainya, Dhan..., ucapku

    lirih.

    Cha, cintamu akan sangat egois jika kamu

    melanjutkan hubunganmu dengannya. Kamu akan

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    25/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    25

    mengorbankan kebahagiaan keluarganya,

    pernikahannya, dan juga anaknya. Kamu tega?

    Aku menggeleng lemah. Mungkin apa yang Dhani

    katakan benar. Selama ini aku begitu egois dengan

    memikirkan diriku sendiri. Tapi, aku sangat

    mencintainya. Aku juga ingin bersamanya. Aku juga

    ingin menikah dan membangun sebuah keluarga

    dengannya. Apa aku sama sekali tidak berhak untuk

    itu?

    Bukannya aku melarang cintamu dengannya.

    Aku hanya tidak ingin kamu dipersalahkan jika

    terjadi sesuatu dengan keluarga mereka. Aku yakin,

    suatu saat akan ada orang yang lebih pantas dan jauh

    lebih baik dari dia, yang disiapkan secara khusus olehTuhan buat kamu., Dhani mencoba menguatkan aku.

    Aku tersenyum pada Dhani, meski sedikit aku

    paksakan. Tapi, apa yang dikatakan Dhani memang

    benar. Tidak sepantasnya aku menghancurkan rumah

    tangga mereka. Tidak sepantasnya aku menjadi

    jurang di tengah keharmonisan mereka.

    Kita mau kemana, Dhan?, tanyaku.

    Suatu tempat., jawab Dhani singkat sambil

    terus konsentrasi menyetir mobilnya.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    26/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    26

    Dua minggu berlalu sejak peristiwa di Mal itu.

    Dan sudah tiga minggu pula, aku tak lagi bertemu

    dengan lelaki itu. Lelaki yang aku cintai sampai saat

    ini. Lelaki yang masih aku harapkan seperti dulu.

    Namun, Dhani telah membuatku lebih bisa melihat

    kenyataan yang terjadi. Aku lebih tegar karenanya.

    Mobil yang Dhani kemudikan berhenti di depan

    sebuah rumah yang cukup mewah. Meski tak terlalu

    besar, namun taman yang luas menambah kesan

    mewah rumah bercat hijau itu.

    Rumah siapa, Dha?

    Rumahku. Ayo masuk., ajak Dhani yang sudah

    lebih dulu turun dari mobil.

    Aku turun mengikuti Dhani menuju pintu depan

    rumah. Dhani mengetuk pintu rumah.

    Rumah sendiri, tapi mengetuk pintu sebelum

    masuk? tanyaku dalam hati.

    Tak lama kemudian, muncul seorang wanitacantik berjilbab. Ia tampak anggun sekali saat

    tersenyum pada kami.

    Mbak., sapa Dhani sambil memeluk perempuan

    yang ternyata kakaknya.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    27/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    27

    Tumben kesini, Dhan., ucap perempuan itu

    sambil mempersilakan kami masuk.

    Iya, mbak. Pengen main sekalian mengenalkan

    teman Dhani, Cacha.

    Hai. Dina., sapa perempuan itu sambil

    menyalamiku.

    Cacha., Aku membalas uluran tangannya.

    Mas kemana mbak?, tanya Dhani.

    Mas mu tadi ngajak Royan ke taman bermain.

    Mungkin sebentar lagi pulang.

    Baru saja perempuan itu menyelesaikan kata-

    katanya, seorang lelaki masuk ke dalam sambil

    menggendong anak yang berusia sekitar 2 tahunan.

    Rasanya, aku ingin pingsan saat itu. Aku ingin

    melewati fase ini saja. Aku ingin lari saat ini juga. Tapi

    semuanya sudah terlanjur, dan aku harus tetap di sini

    serta menghadapinya.

    Lelaki itu juga seolah tak percaya melihatku

    berada di dalam rumahnya. Ia masih berdiri tertegun

    di depan pintu. Matanya masih tertuju padaku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    28/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    29/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    30/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    31/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    31

    Kamu sanggup, Cha. Kamu bisa. Buktinya, kamu

    telah memutuskan hubungan dengan Mas Fauzi. Itu

    berarti kamu sudah menerima kenyataan. Kamu siap

    membuka lembaran baru.

    Daun-daun berguguran di sore yang mendung ini.

    Angin semilir mengiringi kepedihan yang terpendam

    di hatiku. Airmataku masih belum kering, mataku

    juga masih sembab. Dan, Dhani masih setia

    menemaniku.

    Sebenarnya, aku sudah tahu hubungan kalian

    sebelum kamu bercerita padaku. Tapi aku diam. Aku

    tidak tahu harus berbuat apa. Ingin rasanya aku

    menghancurkan hubungan kalian karena aku tidak

    ingin kakakku disakiti. Aku tidak ingin kakakku

    menjadi korban atas keegoisan cinta kalian. Tapi, aku

    tak bisa melakukannya.

    Aku hanya bisa menunduk mendengar cerita

    Dhani.

    Aku juga hanya bisa diam ketika Mbak Dina

    bercerita tentang perubahan sikap Mas Fauzi dua

    tahun ini. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan

    cintamu pada Mas Fauzi.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    32/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    32

    Maafkan aku, Dhan., hanya itu yang bisa aku

    katakan pada Dhani.

    Kamu tidak perlu minta maaf padaku, Cha.

    Semua ini mungkin memang takdir. Takdir yang

    membuat kita semua semakin kuat. Takdir yang

    membuat Mbak Dina semakin kuat dalam membina

    rumah tangga dengan Mas Fauzi. Takdir yang

    menyadarkan Mas Fauzi bahwa keluarga adalah hal

    terpenting dalam hidupnya saat ini. Takdir yang

    menguatkanmu untuk menghadapi kenyataan di

    depanmu. Dan Takdir yang yang membuatku semakin

    kuat dalam mencintaimu., ucap Dhani sambil

    menggenggam tanganku.

    Aku terperangah tak percaya. Aku tatap mataDhani yang balas menatapku. Mata itu penuh dengan

    ketulusan. Mata itu menunjukkan sebuah cinta yang

    luar biasa.

    Rasanya sulit dipercaya, lelaki yang dulu aku

    buang begitu saja masih tetap mencintaiku, bahkan

    semakin dalam mencintaiku. Lelaki yang akucampakkan karena kehadiran lelaki lain justru

    berusaha membantuku keluar dari jeratan ini. Lelaki

    yang aku khianati cintanya malah dengan rela

    menerimaku kembali dalam pelukannya dengan

    tulus.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    33/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    33

    Dialah yang pada akhirnya lebih pantas menjadi

    pelabuhan hatiku karena dialah yang dengan tulus

    mencintaiku, menerimaku apa adanya, dan dialah

    yang tak pernah menduakan cinta siapapun. Dan

    lelaki itu adalah Dia, mantan kekasihku, Dhani.

    ***

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    34/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    34

    Tak Sesederhana Teori

    Seperti biasa aku diam tak bicara

    Hanya mampu pandangi

    bibir tipismu yang menari

    Seperti biasa aku tak sanggup berjanji

    Hanya mampu katakan

    Aku cinta kau saat ini

    Entah esok hari

    Entah lusa nanti

    Oh....Entah......

    Bibirku mengalunkan lagu milik Iwan Fals

    berjudul Entahsembari jemari tanganku memainkan

    senar gitar yang sudah usang ini. Pikiranku melayangpada sesosok gadis anggun yang sudah aku cintai

    selama bertahun-tahun.

    Dia bernama Emillie. Wajahnya sungguh ayu

    karena darah Prancis yang bercampur dalam dirinya.

    Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    35/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    35

    merah, dan kulitnya yang kuning langsat dan mulus

    itu selalu ingin ku sentuh dan ku jaga penuh cinta.

    Aku benar-benar telah bertekuk lutut pada gadis

    itu. Dialah alasanku untuk tetap berada di sini, di kota

    bengis bernama Jakarta.

    Aku adalah mahasiswa semester dua belas di

    salah satu universitas negeri ternama di Indonesia.

    Entah kenapa, aku bisa lama sekali dalam menempuh

    studi ini. Sebenarnya, aku juga tidak termasuk dalam

    kategori mahasiswa bodoh. Buktinya, IPK-ku sampai

    semester 7 kemarin bisa menembus angka 3,5.

    Kebodohanku muncul saat aku mengerjakan

    skripsiku. Di saat itu pula, aku mengenal gadis

    rupawan bernama Emillie. Dengan proposal yang

    sudah disetujui, aku tak kunjung mengadakan

    penelitian. Kenapa? Karena aku memang tak ingin

    lulus. Aku ingin terus di sisi Emillie, meskipun hanya

    sebagai senior dan teman belajarnya.

    Bro! seseorang menepuk bahuku yang

    membuatku terlonjak kaget.

    Sialan lo!

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    36/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    36

    Sorry, bro! Gue punya sesuatu yang penting,

    mendesak, dan lo harus tahu., lelaki bernama

    Andreas itu duduk tepat di depanku yang masih saja

    tak bergeming dari kertas gambar dan pensil di

    tanganku.

    Aku memang hobi melukis, meski aku bukan

    mahasiswa jurusan seni rupa. Tapi, menurut

    beberapa versi, lukisanku tak kalah dengan

    mahasiswa seni rupa. Namun, selalu dan selalu, objek

    lukisanku adalah Emillie.

    Bro! Gue serius ni., Andreas seolah tak terima

    aku abaikan begitu saja. Dia mengambil pensilku dan

    membuangnya.

    Heh! Brengsek lo ya!, aku menghardiknya.

    Lo tu yang brengsek, ada orang ngomong

    dicuekin., Andreas tak mau kalah.

    Oke! Sekarang lo mau ngomong apa?, aku

    menatap Andreas tajam.

    Ya, begitulah kami. Selalu terlihat seperti

    bertengkar. Padahal, tak pernah ada kata

    pertengkaran dalam kamus kami.

    Andreas menghela napas sebelum berbicara,

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    37/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    37

    Sebenarnya gue nggak yakin buat ngomongin ini

    ke elo, Jo. Tapi, lo musti tahu.

    Kalo mau ngomong ya ngomong aja. Ribet amat

    sih!

    Hmmm...., Andreas masih tak ingin bicara.

    Lo mau ngomong nggak? Kalo nggak, gue pergi

    nie., aku mulai berdiri.

    Weiitss...tunggu! duduk dulu, bro., Andreas

    menarik tanganku untuk duduk, yang ku ikuti juga.

    Lagi, Andreas menghela napas,

    Cewek yang lo idamkan....Cewek yang lo cintai

    sampe lo nggak mau lulus....., Andreas tak

    melanjutkan kata-katanya. Ia menggaruk-garuk

    kepalanya. Bingung bagaimana harus memulai.

    Aku menatap Andreas penuh selidik dan

    membuatnya semakin bingung.

    Lo ngomong, ato...

    Oke. Oke. Gue ngomong! Dia mau kawin., ujar

    Andreas yang seolah seperti sambaran petir untukku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    38/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    39/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    40/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    40

    Nggak ada., jawabnya singkat lalu berbalik

    menuju pos.

    Pak, pak! Aku ada penting sama dia., teriakku

    dari balik pagar yang menjulang tinggi.

    Mau penting ato enggak, Mbak Emillie nggak

    ada. Dia married., jawabnya sambil berkacak

    pinggang.

    Rasanya seperti terhunus pedang sekali lagi

    mendengar kata pernikahan.

    Dimana pernikahannya?, aku masih tak

    menyerah.

    Satpam itu malah tersenyum.

    Sudahlah, Nak. Kamu bukan saingan calon

    suaminya. Dia itu anak pengusaha kaya raya. Kamu

    aja mungkin bisa dibeli sama dia., jawab satpam itu.

    Aku merasa sakit hati sekali lagi. Dia begitu

    merendahkanku. Dia menganggapku hanya seonggok

    daging hidup yang tidak berguna. Tak punya uang,

    rumah, atau perusahaan. Tapi, aku punya cinta, cinta

    yang besar untuk Emillie.

    Tapi cinta tidak cukup untuk hidup, Jo, sisi hatiku

    yang lain berbisik padaku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    41/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    41

    Hatiku semakin kerdil. Aku ingin menyerah saja

    sekarang. Tak ada harapan lagi untuk bersamanya.

    Bunyi klakson mobil mengagetkanku. Aku

    menoleh ke arah suara. Aku melihat sebuah mobil

    yang sangat aku kenal karena hampir setiap hari aku

    melihatnya.

    Bro!, Andreas melongok dari jendela mobil.

    Aku berjalan gontai ke arahnya.

    Lo jangan patah semangat gitu donk!

    Gimana kagak patah semangat, dia udah kawin

    duluan., jawabku lemah sambil tertunduk.

    Siapa bilang dia udah kawin? Dia masih single

    sekarang.

    Aku mendongak seketika. Benarkah pujaanku

    belum menikah dengan yang lain?

    Pemberkatan nanti sore. Sekarang dia ada di

    hotel bareng keluarganya. Lo masih punya waktu duajam sebelum semuanya benar-benar TAMAT.

    Serius lo??, aku seperti melihat seberkas sinar

    di jalan yang gelap.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    42/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    42

    Untuk hal-hal kayak gini, gue enggak mungkin

    becanda. Ayo! Lets go!

    Tapi motor gue?!, aku menunjuk ke arah

    motorku yang ku parkir di samping pagar rumah

    Emillie.

    Udah, buang aja tu motor butut!

    Demi Emillie, biar sajalah motorku jadi korban.Yang penting, Emillie enggak keburu nikah, batinku.

    Aku langsung masuk ke mobil Andreas. Dan

    Andreas pun seolah tak ingin membuang waktu. Ia

    mengemudikan mobilnya lebih gila dari aku

    mengendarai motor tadi. Kami berdua memang

    sedang berlomba dengan waktu.

    Kini aku berada di depan sebuah hotel

    berbintang lima. Hotel megah bertaraf internasional

    inilah yang nantinya akan menjadi saksi pernikahan

    Emillie.

    Aku berlari memasuki pintu hotel. Dan barubeberapa langkah saja, aku melihat sebuah pigura

    besar bertuliskan sesuatu yang menarik perhatianku.

    Aku tertegun melihatnya, dan mataku masih

    menatapnya tak percaya. Aku berharap aku salah

    lihat.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    43/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    43

    Emillie Montanie

    Andreas Suryadama

    Benarkah ini? Atau bohongkah semuanya?

    Seperti sebuah mimpi yang sulit ku percaya.Sahabatku sendiri adalah orang yang akan menikah

    dengan orang yang sangat aku cintai.

    Mataku kemudian menangkap sesuatu. Aku

    melihat dia. Aku melihat perempuan yang ingin ku

    miliki, namun tak akan pernah sampai. Dia sedang

    tertawa bahagia bersama....orang tua Andreas.

    Tiba-tiba, perempuan itu melambaikan tangan

    padaku. Sepertinya, ia mengetahui kehadiranku.

    Bahkan, ia berjalan mendekatiku. Ingin rasanya, aku

    berlari saja, menjauh sejauh mungkin dan tak lagi

    muncul di hadapan mereka berdua.

    Hai, kak., sapanya lembut seperti biasa.

    Aku tak membalas. Hanya sebuah senyum tipis

    yang aku kirimkan sebagai jawaban.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    44/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    44

    Tidak ingin memberikan ucapan selamat?,

    tanyanya sambil melirik ke tulisan yang baru saja aku

    lihat.

    Aku mengulurkan tangan dan mengucapkan

    selamat, meski hatiku sangat tidak rela.

    Boleh aku bicara sama kamu, Mil?, akhirnya aku

    beranikan diri.

    Emillie mengangguk dan berjalan mengikutiku

    menuju serambi hotel yang tampak cukup nyaman

    untuk berbicara.

    Mau bicara apa, kak?, Emillie memulai

    pembicaraan.

    Aku menghela napas panjang sebelum

    memulainya,

    Kenapa tidak bilang mau menikah?

    Emillie tersenyum. Manis sekali.

    Aku tahu seperti apa persahabatan kakakdengan Andreas. Dan sangat tidak mungkin kalau....

    Aku terhenyak mendengar ucapan Emillie.

    Apakah Emillie tahu kalau aku menyimpan perasaan

    untuknya.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    45/202

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    46/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    46

    berharap kamu yang akhirnya berdiri di altar

    denganku., dia mulai menangis.

    Emillie menangis. Dan inilah pertama kali aku

    melihatnya menangis. Kesedihan itu terpancar jelas

    dari wajahnya.

    Kalau begitu, batalkan pernikahan ini.

    Emillie menggeleng pelan.

    Tidak mungkin.

    Kenapa? Kamu tidak mencintainya, lalu kenapa

    kamu masih ingin melanjutkan pernikahan ini?!

    Aku tidak pernah bilang aku tidak mencintainya.

    Aku hanya bilang aku mencintaimu, tapi bukan

    berarti aku tidak mencintai Andreas dan tidak ingin

    menikahinya., Emillie masih menangis.

    Lalu... kenapa? Kenapa kamu masih ingin

    menikahinya?

    Dia jauh lebih gentle daripada kakak. Dia lebihberani berjuang demi cintanya daripada kakak yang

    hanya diam dan tidak berbuat apa-apa. Dan dia, dia

    lebih mencintaiku daripada kakak., Emillie berlari

    meninggalkanku yang tak percaya dengan semua

    kata-kata yang baru saja aku dengar.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    47/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    47

    Tunggu, Mil. Bagaimana kamu bisa bilang kalau

    cintanya lebih besar dari cintaku? Kamu tidak pernah

    tahu....

    Aku tahu. Aku tahu kakak mencintaiku. Tapi

    cinta kakak tidak apa-apanya dibanding cinta

    Andreas. Karena apa? Karena Andreas berani

    berkorban dan berjuang demi cintanya. Bahkan,

    sampai detik terakhir dia masih membiarkan kakak

    datang kemari dan mengatakan cinta padaku

    sementara pernikahan kami sudah di depan mata.

    Tapi sayang, pengorbanan Andreas selama ini sia-sia

    karena sahabatnya hanyalah seorang pecundang

    yang cuma bisa bersembunyi.

    Aku diam dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Kubiarkan Emillie berlari pergi dariku. Dan mungkin itu

    berarti aku melepaskannya selamanya. Hatiku sangat

    sakit. Otakku terus berputar.

    Pengorbanan dan perjuangan Andreas? Aku

    pecundang? Andreas lebih mencintainya daripada

    aku? Andreas? pertanyaan-pertanyaan itu terusberputar di otakku.

    Maafin gue, bro., Andreas menepuk bahuku.

    Aku masih diam. Tak bereaksi apapun. Hatiku

    semakin sesak mengingat lelaki disampingku ini,

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    48/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    48

    sahabatku ini, adalah calon suami Emillie. Wajahku

    memerah. Emosi-ku meluap. Dan secara spontan,

    sebuah kepalan melayang di bibirnya.

    Brengsek lo!!, hardikku.

    Pukul gue! Pukul gue sampe lo puas! Andreas

    menantangku.

    Hampir saja aku melayangkan tinju sekali lagi,namun seolah ada yang menghalangiku. Dan

    akhirnya, aku memilih pergi.

    Jo, gue bisa jelasin semuanya., Andreas

    mengejarku.

    Aku berbalik, Lo mau jelasin apa lagi,

    brengsek?!

    Emillie mencintai lo.

    Gue tahu!, aku melanjutkan langkahku lagi.

    Gue dan Emillie sudah pacaran sebelum gue

    kenal lo!

    Aku menghentikan langkahku. Apa aku tidak

    salah dengar?

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    49/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    49

    Semilir angin di serambi hotel sedikit

    menyegarkan otak dan hatiku yang panas. Gemerisik

    daun yang digerakkan angin mengisi keheningan

    antara aku dan Andreas.

    Dia pacar gue sejak SMA., Andreas memulai

    pembicaraan.

    Aku menoleh pada sahabatku yang duduk di

    sebelahku.

    Awalnya gue nggak tahu kalau cewek yang lo

    ceritain itu, ternyata cewek gue sendiri. Setelah lo

    kenalin dia ke gue, saat itulah gue tahu kalau kita

    mencintai cewek yang sama.

    Lalu kenapa lo nggak bilang?! Kenapa lo malahbilang cewek lo di luar negeri?!

    Gue nggak pengen ngancurin elo. Tiap hari elo

    cerita tentang dia, memuja dia, melukis dia, nyiptain

    lagu buat dia, dan lo bilang lo cinta mati sama dia.

    Mana mungkin gue bilang kalo cewek yang lo cintai

    itu cewek gue sendiri.

    Aku diam. Inikah yang disebut pengorbanan oleh

    Emillie?

    Lalu, gue ngrasa, Emillie juga ngrasain hal yang

    sama kayak elo. Akhirnya gue putusin buat mundur.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    50/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    50

    Gue putus sama dia. Gue biarin elo berjuang untuk

    mendapatkan cinta dia. Tapi, elo sama sekali nggak

    berjuang. Elo cuma menang teori doang!

    Gue butuh waktu!

    Waktu?! Lo butuh berapa tahun?! Sepuluh tahun,

    he?? Dua tahun gue relain perasaan gue, dua tahun

    gue biarin kalian berdua, dua tahun gue sakit hati

    sendirian, Jo. Dan elo..... elo nggak melakukan

    apapun!

    Aku seperti tertampar oleh ucapan Andreas.

    Akhirnya, gue tahu lo nggak pantes buat dia. Lo

    cuma menggantungkan Emillie, dan gue nggak bisa

    liat dia terus-terusan nangis gara-gara elo. Gue,akhirnya mutusin buat mengambil dia lagi. Gue

    berjuang agar Emillie bisa melepas elo dan mencintai

    gue lagi. Dan gue.....gue memutuskan untuk

    menikahinya.

    Inikah yang Emillie sebut sebagai berkorban dan

    berjuang?

    Trus kenapa lo ngasih tahu gue kalo Emillie

    nikah?!

    Gue pengen ngasih kesempatan terakhir buat

    elo. Tapi ternyata, semuanya tetap nggak berubah.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    51/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    51

    Aku diam lagi. Begitupula, Andreas yang juga

    diam. Kami tak saling bicara. Hanya hembusan angin

    yang menemani kita berdua larut dalam pikiran

    masing-masing.

    Hingga akhirnya, Andreas beranjak pergi. Ia

    harus bersiap untuk pemberkatan pernikahan.

    Tanggal 16 Januari 2011, pukul 16:00, sebuah

    pernikahan digelar. Sepasang mempelai tampak

    serasi. Mereka tersenyum bahagia ketika melewati

    altar. Semua tamu tampak merestui kebahagiaan

    pernikahan mereka. Sungguh bahagia.

    Sementara aku, aku hanya bisa menatap dari

    jauh. Menatap senyum bahagia mereka ketika

    mengucapkan sumpah sehidup semati, ketika dua

    cincin itu mengikatkan pernikahan mereka, dan

    ketika sebuah ciuman itu menyatukan cinta mereka.

    Dan aku, aku hanya bisa menyesali kebodohanku

    ini. Betapa aku adalah seorang pecundang cinta. Aku

    selalu berteori dengan lagu, lukisan, dan puisi-

    puisiku. Tapi, aku tak pernah bisa menghadapi

    kenyataan cinta. Aku tak benar-benar berjuang demi

    cinta yang aku butuhkan. Dan sekarang, cintaku

    hanyalah tong kosong yang nyaring bunyinya.

    ***

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    52/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    52

    Cancer

    Siang itu, tanah merah itu masih basah. Warna-

    warni bunga yang terserak di atasnya juga masih

    segar. Semilir angin dan mendungnya langit seolah

    ikut berduka atas kepergianku. Kepergianku menuju

    sebuah hunian baru, yang kekal dan tak akanberubah.Afterlife.

    Hai, sayang., seorang perempuan berambut

    panjang terurai berjalan masuk ke dalam kamarku.

    Kamar sempit dan beraroma aneh. Freaking Room,aku menyebutnya.

    Namun, di kamar inilah aku menghabiskan sisa-

    sisa waktuku. Membaca, tidur, atau hanya sekedar

    duduk sembari menatap birunya langit ciptaan

    Tuhan. Aku tak merasa bosan atau jenuh sedikitpun

    karena mungkin rasa itu sudah ikut hilang denganchemotherapyyang ku jalani saat ini.

    Aku menoleh kepada perempuan itu. Perempuan

    yang tidak pernah lelah untuk terus berada di

    sampingku, mendampingiku dalam keadaan yang

    sangat menyedihkan ini.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    53/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    53

    Kamu bawa, kan?, tanyaku sambil beranjak

    duduk yang dibantu olehnya.

    Tentu saja., ia lalu meraih tas yang dibawanya

    dan mengeluarkan sebuah handycam serta beberapa

    kaset yang tertata rapi dalam tempatnya.

    Aku tersenyum senang. Dia memang selalu

    begitu. Tak pernah absen menjengukku ataupun

    melupakan titipanku. Seorang perempuan super yang

    akan hidup bersamaku hingga saatnya akan tiba

    nanti.

    Ini., dia menyodorkan segelas air putih dan

    tentu saja, obat-obat sialan itu.

    Sesungguhnya, aku tak ingin minum obat ini,apalagi menjalani chemo, yang hanya membuat

    tubuhku semakin tak tersisa. Hanya dia, perempuan

    super ini yang membuatku menjalaninya. Ketika ia

    menangis di sampingku, memohon padaku untuk

    melewati semua pengobatan ini, tak akan mungkin

    aku sanggup membiarkannya.

    Seandainya saja. Seandainya ia meninggalkanku

    detik ini juga, aku akan lebih tenang. Aku tak akan

    protes pada penyakit ini saat mereka menggerogoti

    setiap detil badanku yang rapuh ini.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    54/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    54

    Aku balik dulu ya. Mungkin malam ini aku tidak

    bisa datang. Aku harus lembur., ucapnya sambil

    mengelus rambutku.

    Aku bisa sendiri kok., jawabku sambil

    tersenyum meski tak lagi seperti dulu.

    Dia mencium keningku sebelum melangkah

    keluar kamar. Ku tatap punggungnya hingga perlahan

    menghilang dari pandanganku.

    Detik ini, hatiku sakit lagi. Aku merasa sangat

    tidak berguna. Hanyalah seperti tulang-tulang yang

    untuk berjalan saja aku harus menggunakan kursi

    roda. Sebagai laki-laki, aku merasa sangat kerdil. Aku

    tak bisa berbuat apa-apa untuk perempuan yang

    sangat aku cintai.

    Sakit sekali ketika melihatnya tersenyum.

    Senyum itu tak lagi memancarkan keceriaan seperti

    dulu. Yang tersisa hanyalah sebuah kepedihan

    tersembunyi. Aku tahu persis, ia pasti ingin berpura-

    pura baik-baik saja di depanku. Aku juga tahu, ia akan

    menangis di kamar mandi setelah ini. Menumpahkan

    semua pilu yang sengaja ia simpan untuk menjaga

    perasaanku.

    Lalu, untuk apa sebenarnya aku dipertahankan

    hidup? Aku hanyalah sumber penderitaan untuk

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    55/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    55

    semua orang-orang di sekitarku. Dan aku, bukan lagi

    seorang pahlawan bagi keluarga dan gadis manisku.

    Senja sore ini tak menarik lagi bagiku. Mataku

    lebih tertarik pada layar handycam yang ku pegang.

    Layar itu menampilkan sebuah rekaman tentang

    kenangan indah yang tak terlupakan. Kenangan

    bersama Andini, perempuan super yang sangat ingin

    ku nikahi jika saja aku tidak seperti ini.

    Aku tersenyum getir melihatnya. Senyum itu,

    tawa itu, dan tangis itu, aku merindukan semuanya.

    Semua waktu yang telah kami habiskan bersama

    selama lima tahun ini. Ya, mungkin memang hanya

    lima tahun saja karena tak akan ada perpanjangan

    waktu yang akan Tuhan berikan padaku lagi. Aku

    hanya menghitung hari, menunggu saat-saat

    kebebasan itu menjemputku.

    Namun, aku terkadang tak ingin mengingat hari

    itu. Hari dimana aku akan berpisah dengan Andini.

    Satu-satunya hal yang tak ingin aku tinggalkan di

    dunia ini. Kalau saja bisa, aku ingin membawanya

    bersamaku. Tapi, itu akan menjadi keegoisan yang

    sadis untuknya, dan aku tak mau hal seperti itu

    terjadi. Aku hanya ingin dia bahagia, meski pada

    akhirnya nanti aku harus meninggalkannya.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    56/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    56

    Pagi ini, matahari sepertinya malas bersinar.Mendung masih menggantung. Sisa-sisa hujan

    semalam masih menempel di daun-daun dan rumput-

    rumpu taman. Semilir angin juga membelai kepalaku

    yang tak lagi memiliki mahkotanya.

    Disini saja ya, sayang., ucap Andini ketika kami

    sampai di gazebo taman rumah sakit.

    Aku membalasnya dengan anggukan lemah.

    Di sini, kami hanya saling diam. Aku larut dalam

    pandanganku ke arah seorang anak yang berlari-lari

    kecil sambil membawa balon. Dia tertawa sangat

    riang seolah tak ada yang membebani hidupnya.Padahal, seandainya orang lain tahu bahwa tubuhnya

    sangat rapuh. Dia tak jauh beda denganku. Ia hanya

    dianugerahi kesempatan yang sangat singkat untuk

    menikmati indahnya dunia. Ia juga sering merasa

    kesakitan ketika penyakit itu mulai mengamuk.

    Namun, kali ini, dia tertawa bahagia seakan penyakit

    itu telah lari darinya. Lalu, kenapa aku tak bisa

    tertawa lepas seperti dia. Aku tampak ketakutan

    menghadapi malaikat-malaikat maut yang siap

    membawaku ke sebuah tempat bernama keabadian.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    57/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    57

    Tiba-tiba Andini merangkulku. Diletakkan

    kepalanya di pundakku. Entah kenapa, aku merasa

    dia sangat rapuh kali ini. Ku usap lembut airmata

    yang mengalir dari matanya yang indah.

    Aku ingin bisa menikah denganmu., ucapnya

    lirih nyaris tak terdengar.

    Aku tertegun. Rasanya tak percaya kalimat itu

    muncul dari dalam hatinya. Dia masih ingin menikah

    denganku di saat aku seperti ini. Aku semakin

    bersyukur perempuan inilah yang dulu aku pilih

    untuk ku cintai.

    Din....

    Hmm...

    Pernikahan itu untuk mendapatkan

    kebahagiaan.

    Aku bahagia jika menikah denganmu.,

    jawabnya, masih bersandar di pundakku.

    Aku tidak akan pernah membuatmu bahagia

    dengan kondisiku. Aku tidak bisa memberikan apa-

    apa.

    Cukup cintamu yang membuatku bahagia.,

    jawabnya sambil menatapku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    58/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    58

    Entah hal apa yang membuat Andini seolah tak

    ingin lepas dariku. Inilah yang membuatku tak bisa

    meninggalkan dunia ini.

    Din...

    Aku tidak ingin mengikatmu dengan keadaanku.

    Bahkan...., aku tak melanjutkan kata-kataku. Berat

    sekali jika aku harus mengatakan hal ini yang hanya

    akan menyakitinya.

    Bahkan apa?, ia mengerutkan kening.

    Tidak apa-apa., aku menggeleng.

    Aku mengajaknya kembali ke kamar. Mengakhiri

    semua ini. Biarlah aku memendam kata-kata itu

    hingga waktunya nanti.

    Tubuhku mengejang. Otot-ototku kaku. Aliran

    darahku kacau. Napasku sesak. Mungkin, sudah

    saatnya.

    Dokter membawaku ke ruang ICU. Mereka

    berusaha membangkitkan detak jantungku yang

    melemah. Mereka ingin membangunkanku lagi dari

    tidur abadiku. Namun, mereka tetaplah manusia yang

    tak memiliki kuasa untuk menentang Tuhan.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    59/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    59

    Aku merasa bebas. Semua rasa sakit itu telah aku

    tinggalkan. Dan sekarang, aku bisa melangkah

    menuju kehidupan baruku, kehidupan yang akan aku

    jalani dalam sisa waktu ku ini.

    Namun, hatiku tak mengijinkan. Hatiku

    memintaku kembali. Suara isak tangis itu

    menyayatku. Aku masih tak rela meninggalkan dia.

    Ini adalah bagian terberat yang sulit ku tempuh,

    meninggalkan Andini seorang diri di dunia ini. Hanya

    sebuah tulisan yang ku tinggal diantara tumpukan

    kaset yang selesai ku lihat sebelum akhirnya waktu

    ini datang.

    Now turn away

    Cause Im awful just to see.

    Cause all my hairs abandoned all my body.

    Oh my agony.

    Know that I will never marry.

    Baby Im just soggy from the chemo

    But counting down the days to go.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    60/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    60

    It just aint living.

    And I just hope you know

    That if you say goodbye today

    Id ask you to be true

    Cause the hardest part of this is

    Leaving you......

    ~M y Chemical Romance~

    ***

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    61/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    61

    Lampu Jalanan

    Jalanan sangat ramai. Kendaraan berlalu lalang

    mengejar waktu. Bunyi klakson menambah

    keramaian jalanan kota ini. Teriakan kenek bus kota

    meriuhkan suasana.

    Anak-anak kecil berlari-lari menjajakan koran

    atau sekedar membersihkan kaca mobil. Terik

    matahari yang menyengat tak lagi dihiraukan. Kulit

    mereka terbakar hitam. Bibir mereka kering karena

    tak minum. Dan, mereka menahan lapar hanya

    karena uang mereka tak cukup untuk makan.

    Di sisi lain, bapak-bapak tua tengah menarik

    gerobak sampah. Mereka memunguti sampah-

    sampah di setiap jengkal jalanan kota. Bau

    menyengat tak dihiraukan mereka karena dari

    sampah itulah sesuap nasi mereka dapatkan. Kulit

    hitam legam dan otot-otot yang menonjol keluar

    menunjukkan betapa berat perjuangan mereka untuk

    bertahan hidup di kota besar ini.

    Beralih pada tempat lain, ibu-ibu dengan topi

    seadanya, mengorek-ngorek gundukan sampah.

    Mereka sedang mencari sisa-sisa yang masih bisa

    digunakan, entah barang-barang bekas atau sisa-sisa

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    62/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    62

    makanan dari pasar. Dari situlah mereka menghidupi

    anak-anak mereka yang menunggu di rumah.

    Melirik pada sisi yang lain, beberapa anak-anak

    sedang menikmati kehidupan ceria mereka. Tawa

    bahagia tergambar pada bibir mereka. Sebuah

    kebahagiaan tanpa beban yang mungkin tak

    dirasakan orang tua mereka. Mereka berlari-larian di

    sekitar rumah mereka. Rumah-rumah sederhana

    beratapkan seng-seng bekas dan bertembokkan

    kardus-kardus sisa. Jauh dari segala kemewahan yang

    ditawarkan sisi-sisi lain kota ini. Namun, mereka

    bahagia, tinggal di rumah kecil ini bersama seluruh

    keluarga mereka.

    Kamera ku arahkan pada setiap jengkal sisikehidupan ini. Kehidupan yang sangat mengerikan

    bagi sebagian orang yang terbiasa hidup dalam gua

    kemewahan, namun membahagiakan bagi orang-

    orang yang telah menjadikannya bagian hidup selama

    bertahun-tahun.

    Aku berdiri pada episentrum setiap sisi-sisi itu.Aku bisa melihat remaja-remaja yang mendatangi

    setiap kaca mobil, bapak-bapak yang memunguti

    setiap sampah berserakan, dan ibu-ibu yang mengais

    rejeki dari gundukan sampah itu. Aku senang berada

    di tempat ini. Tempat yang, mungkin, sangat

    dihindari orang-orang berdasi itu. Namun, bagiku,

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    63/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    63

    tempat ini adalah kenyataan yang tersembunyi dari

    balik gedung-gedung pencakar langit. Tempat ini

    adalah realita tak terungkap dari semua kemewahan

    yang ditawarkan sebuah kota metropolitan.

    Dir....!, seseorang memanggilku dan membuatku

    menghentikan aktivitas memotret. Aku menoleh ke

    arah suara itu.

    Sebuah lambaian tangan dari jarak sepuluh

    meter membuatku tersenyum. Aku berlari

    menghampirinya.

    Semua bantuan sudah datang., ujarnya ketika

    aku sudah berdiri satu meter darinya.

    Lets do it., balasku sambil berjalan menuju kesuatu tempat yang sudah aku dan organisasiku

    siapkan untuk mereka yang berbahagia di sini.

    Kardus-kardus berisi bahan makanan tertumpuk

    di sebuah tenda yang sudah disiapkan panitia.Beberapa orang dengan kaos putih bertuliskan NO

    FAMINE! NO POVERTY! tengah sibuk membagi-

    bagikan kardus-kardus itu pada masyarakat di sini.

    Aku tersenyum melihat mereka. Ku arahkan

    kameraku pada senyum kebahagiaan yang tersirat di

    bibir mereka saat menerima kardus itu. Kebahagiaan

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    64/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    64

    tak terkira juga ku rasakan ketika apa yang telah ku

    usahakan membuahkan kebahagiaan di hati mereka.

    Usahakan semua orang dapat ya, sil., ucapku

    pada Sesil, asistenku.

    Semua sudah terhitung, bahkan bantuan yang

    kita sediakan lebih dari jumlah orang yang tinggal di

    sini., jawabnya sambil terus mengawasi setiap

    penyaluran bantuan

    Setelah semua tersalurkan dan truk pengangkut

    bantuan sudah pergi, aku memutuskan untuk

    meninggalkan mereka. Aku berjalan menyusuri

    jalanan yang berdebu. Asap dan teriknya matahari

    tak menyurutkanku untuk terus berjalan mnyusuri

    jalanan yang panjang ini.

    Langkahku terhenti. Mataku tertuju pada sebuah

    pemandangan yang mungkin sudah biasa, tapi tidak

    kali ini. Seorang anak laki-laki kecil menangis di

    sudut jalan. Dia mengenakan kaos lusuh seadanya

    dan bertelanjang kaki. Wajahnya menghitam

    tersengat matahari. Di depannya, orang-orang silih

    berganti hilir mudik, namun tak ada satupun yang

    peduli pada tangisannya. Mereka seolah terlalu sibuk

    pada dunia masing-masing dan tak lagi peduli pada

    dunia orang lain.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    65/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    65

    Ku langkahkan kakiku menghampirinya. Aku

    berjongkok di depannnya. Tangisannya membuatnya

    tak menyadari kehadiranku.

    Ada yang bisa kakak bantu?, tanyaku pelan

    seraya menepuk bahunya yang terguncang akibat

    menangis.

    Ia mendongak perlahan dan menatapku penuh

    tanya. Tangisnya juga masih belum reda. Dan ia pun

    tak menjawab apa-apa.

    Adek, kenapa nangis?

    Ba...pak..., ucapnya tersendat-sendat.

    Bapaknya kemana?

    Dia hanya menggeleng lemah. Matanya

    menatapku nanar. Hatiku tersentuh dengan tatapan

    polos itu.

    Kita cari , yuk., ajakku sambil menggandengnya.

    Ia mengangguk padaku dan mengikuti langkahku.Sesekali masih terdengar isakan tangis dari si kecil

    ini.

    Aku menghampiri penjaja rokok yang

    mendirikan pangkalan tak jauh dari tempat anak

    kecil ini menangis.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    66/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    66

    Permisi, pak. Mau tanya?

    Iya, neng.

    Bapak tau kemana ayah anak ini?, mataku

    mengarah pada anak kecil yang aku gandeng.

    Lelaki penjaja rokok itu mengikuti pandanganku

    menuju anak kecil yang balas menatapnya dengan

    mata sembab.

    Aduh, neng. Ayah anak ini, sih, sudah meninggal

    tiga hari yang lalu, tertabrak mobil., ucap lelaki itu

    setengah berbisik.

    Ya, Tuhan. Aku tak percaya dengan apa yang baru

    saja aku dengar. Seorang anak mencari bapaknya

    yang sudah tiada. Hatiku ikut tersayat merasakan

    kepedihan yang dirasakannya.

    Dia memang sudah tiga hari ini duduk di situ,

    neng. Nyari ayahnya., lanjut lelaki itu.

    Lalu sekarang bapaknya dimakamkan dimana?

    Wah, nggak tau, neng. Kemarin di bawa ke

    rumah sakit sama polisi, abis itu dikubur dimana,

    nggak tau., jawabnya sambil menata barang-barang

    dagangannya.

    Trima kasih, pak.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    67/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    67

    Sama-sama, neng.

    Aku berjongkok di depan lelaki kecil ini. Pilusekali melihat anak lelaki berusia 5 tahun ini masih

    belum mengerti kalau ayahnya telah diambil sang

    Pencipta. Ku usap airmata yang masih menetes dari

    bola mata yang lelah itu.

    Adek lapar?, tanyaku sambil mengelus

    rambutnya yang memerah karena panas matahari.

    Ia hanya mengangguk lemah sebagai jawaban.

    Ayo, ikut kakak., ajakku sembari

    menggandengnya.

    Sebuah restoran fast food penuh sesak dengan

    orang-orang borjuis. Ada yang bertemu dengan

    rekan bisnis, ada yang saling memadu kasih, dan ada

    pula yang sekedar nongkrong bersama teman-

    temannya.

    Sementara aku dan anak laki-laki tak berdosa ini,

    hanya duduk berdua dan larut dalam keheningan.

    Mataku tak berpaling dari sosok kecil di depanku

    yang tengah aku suapi. Ia makan dengan lahapnya

    seolah ia lupa dengan tangisnya dan.....ayahnya.

    Begitulah kepolosan anak kecil. Mereka belum

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    68/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    68

    mengerti apa itu hidup yang sebenarnya. Yang

    terpenting bagi mereka adalah perut kenyang,

    bermain, dan berkumpul bersama ayah dan ibunya.

    Ibunya? Ya, ibunya. Ia pasti masih mempunyai ibu.

    Dek...

    Anak itu menatapku masih dengan mulut yang

    penuh makanan.

    Ibunya dimana?, tanyaku dengan senyum

    tentunya.

    Ia menggeleng. Sebuah gelengan yang

    memupuskan harapanku untuk mengembalikannya

    pada keluarganya.

    Kakak?, tanyaku lagi.

    Sekali lagi, ia menggeleng.

    Rumah adek dimana?, aku masih tak menyerah.

    Gelengan kepala sekali lagi ini membuatku tak

    tahu lagi harus bertanya apa. Aku tak punya jalan lagikemana harus mengantarnya.

    Aku masih terus menyuapinya. Ku tatap matanya

    yang telah berubah ceria. Mata yang nanar dan pilu

    itu tak lagi terlihat. Mungkin dia lupa dengan

    ayahnya, mungkin juga dia sama sekali tak paham

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    69/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    69

    jika ayahnya tidak akan pernah kembali. Dan dia... dia

    akan hidup sendiri tanpa keluarga di dunia ini.

    Pedih sekali membayangkannya, berada pada

    situasi yang ia alami. Anak sekecil ini harus ditinggal

    sendiri. Melewati hari-harinya tanpa keluarga yang

    mendampingi. Berjuang seorang diri melewati

    beratnya hidup di kota metropolitan ini. Seandainya

    saja bisa, aku ingin membawanya pulang ke rumah,

    mengurusnya dan menemaninya melewati hari-

    harinya yang seharusnya tak seberat ini.

    Tiba-tiba terbersit dalam pikiranku pada sebuah

    tempat yang sangat mungkin untuk ia tinggali. Meski

    bukan keluarganya, tapi aku yakin ia tidak akan

    kekurangan kasih sayang di sana. Lagipula, aku bisasetiap hari datang menjenguknya.

    Lampu-lampu kota menerangi jalanan kota yang

    masih saja penuh sesak meski malam telah menyapa.

    Tetes-tetes air hujan membasahi jendela kaca taksi

    yang ku tumpangi. Air hujan inilah yang

    mendinginkan hati setiap penghuni kota ini setelah

    seharian dipenatkan oleh pekerjaan dan panasnya

    kota. Dan air hujan ini semakin mendinginkan hatiku

    yang senang karena aku sudah mendapatkan tempat

    untuk sosok kecil tadi.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    70/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    70

    Yayasan yang aku dirikan bekerjasama dengan

    sebuah panti asuhan anak. Aku sangat mengenal

    pemilik panti asuhan itu, dan aku bisa

    mengandalkannya untuk menjaga lelaki kecil itu.

    Aku senang karena aku telah membantunya. Aku

    lega karena aku masih bisa berbuat sesuatu untuk

    orang lain. Aku bahagia karena hidupku berarti untuk

    orang lain. Meski hanya dengan bantuan kecil, tapi

    uluran tangan itu bisa menjadi setetes air hujan bagi

    mereka yang tak tahu lagi dimana mendapatkan air.

    Ku tatap lagi lampu-lampu jalanan yang

    berpendar menyinari jalanan, membantu setiap

    pengendara melewati jalanan gelap ini. Aku harap

    aku bisa seperti lampu jalanan itu yang meski hanyadengan seberkas sinar, ia bisa membantu setiap

    orang yang melaluinya.

    ***

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    71/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    71

    Bangku Taman

    Matahari sudah meredup seolah lelah menyinari

    bumi sepanjang hari. Langit tampak kemerahan

    menandakan malam segera menyapa. Burung-burung

    kembali ke sangkar setelah mencari makan.

    Begitupula manusia yang pulang ke rumah setelahseharian membanting tulang untuk hidupnya dan

    keluarga.

    Namun, tak begitu denganku. Lelah yang

    memuncak membuatku tak ingin pulang. Aku ingin

    pergi ke suatu tempat. Tempat dimana aku mendapat

    ketenangan batin. Tempat dimana aku bisamelepaskan semua penat yang menderaku.

    Aku berjalan menyusuri rumput-rumput hijau

    yang seolah menjadi permadani alam bagi taman ini.

    Bunga-bunga bermekaran sangat indah. Daun-daun

    jatuh berguguran karena rapuh. Serta, gemericik air

    pancuran melengkapi kedamaian taman ini.

    Aku duduk di sebuah bangku kosong dekat

    pancuran. Tempat favoritku. Dari tempat ini, aku bisa

    memandang langsung air yang tersembur keluar dan

    menimbulkan suara gemericik. Dari tempat ini pula,

    aku bisa melihat anggrek-anggrek ungu tergantung

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    72/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    72

    indah di batang-batang pohon. Dan dari tempat ini,

    aku bisa menjejakkan kakiku pada dinginnya rumput

    hijau ini.

    Ku sandarkan tubuhku yang lelah pada sandaran

    bangku kayu. Aku ingin bersandar hingga aku lelah

    untuk bersandar. Aku ingin berada di sini hingga aku

    bosan di sini. Alunan musik Silk Roaddari Kitaro yang

    terdengar dari earphone yang aku gunakan,

    menemaniku di senja kali ini.

    Aku memejamkan mataku, mencoba merasakan

    kedamaian di tempat ini. Tempat yang menjadi

    tujuanku sejak aku SMA. Tiba-tiba, ingatanku

    melayang pada saat pertama kali aku datang kesini.

    Saat itu aku masih kelas dua SMA, dan tentu sajaberbeda dengan aku yang sekarang.

    Terik matahari tak begitu menyengat kulitku

    yang putih. Aku berjalan di antara deretan pohon

    yang berjajar rapi. Meski awan mendung mulai

    menggantung namun suhu udara masih saja panas

    siang ini. Untung saja, aku bisa merasakan kesejukan

    ketika berada di taman ini. Ini kali pertama aku

    datang ke taman ini karena memang baru selesai

    dibangun minggu lalu.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    73/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    73

    Beberapa orang tengah asyik bercengkerama di

    setiap bangku yang ku lewati. Mungkin keadaan

    taman yang masih baru, membuat orang-orang

    tertarik untuk datang. Mataku mencari-mencari

    bangku yang masih kosong. Dan akhirnya, aku

    menemukannya.

    Aku duduk bersandar melepas lelah setelah ujian

    akhir semester. Rasanya otakku panas sekali, dan

    penatnya kota ini membuatnya semakin terbakar.

    Permisi., seseorang berdiri di depanku dengan

    wajah yang sangat angkuh.

    Aku hanya membalas ucapannya dengan

    tatapanku.

    Bisa move nggak?, ucapnya masih dengan

    keangkuhannya.

    Aku mengernyitkan dahi.

    Kenapa aku mesti pindah?

    Ini bangku gue., ucapnya sinis.

    Aku semakin tidak mengerti ucapannya.

    Oh, bangku elo.... tapi kenapa gue nggak liat ada

    tulisan nama elo di sini?, aku mulai emosi.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    74/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    74

    Setiap gue kemari, gue selalu duduk di sini.

    Itu bukan berarti bangku ini milik elo!

    Udah, elo pindah aja deh..! Tu masih banyak

    bangku yang kosong.

    Masa bodo!, aku tetap tak beranjak dari tempat

    duduk, malah aku memasang earphone dan

    mengabaikannya.

    Dia tampak sangat kesal. Namun, dia tidak

    menyerah. Dia tetap berkeras duduk di bangku ini.

    Dengan cueknya, ia duduk di sampingku. Kedua

    tangannya ia silangkan di belakang kepalanya sebagai

    sandaran. Dan ia meluruskan kakinya yang panjang.

    Selang beberapa menit, aku melirik ke arahnya.

    Ia tetap pada posisi yang sama. Matanya terpejam.

    Napasnya naik turun pelan.

    Dia keren sekali, batinku.

    Lelaki di sampingku ini, memang tidak tampan,

    tapi ia menarik. Ia mengenakan kaos hitam, celana

    jeans pendek dan sandal hitam. Dandanan yang cuek

    tapi masih enak dipandang. Dia sangat menarik.

    Kenapa? Lo suka sama gue?, ucapnya masih

    dengan mata terpejam.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    75/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    75

    Aku tersentak kaget mendengar perkataannya. Ia

    menangkap basah diriku yang tengah mengaguminya.

    Nggak. Siapa bilang?, ucapkujutek.

    Barusan lo liatin gue terus, sambil senyum-

    senyum pula., ia membuka matanya dan menatapku.

    Mata elang itu sungguh mempesona.

    Iih, nggak kali. Gue cuma heran aja, ada orangyang dengan pedenya duduk di bangku orang., aku

    berusaha berkelit.

    Bukannya itu elo ya?? Kan elo yang dudukin

    bangku gue.

    Gue kan yang duduk di sini dulu.

    Tapi kan...., ia berhenti berbicara ketika melihat

    aku melotot padanya. Aku menantangnya.

    Kami bertatapan satu sama lain. Mata elang itu

    menusuk-nusuk hatiku dan membuat aliran darahku

    mengalir sangat deras. Jantungku berdegup cepat.

    Tiba-tiba hujan turun deras. Aku bingung,

    begitupula dia.

    Aduh, gimana nie?! Kok hujan sih., aku beranjak

    dan hendak berlari. Namun sebuah genggaman

    tangan di pergelanganku, menghentikanku.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    76/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    76

    Ikut gue., ucapnya lalu menarikku

    mengikutinya.

    Mataku masih tak lepas dari genggaman tangan

    yang kuat di pergelangan tanganku. Aku tak percaya

    ia akan melakukan ini. Desiran perasaan aneh

    semakin menggelayutiku. Tuhan, apa aku telah jatuh

    cinta?

    Kami sampai di sebuah gazebo yang terletak di

    balik sebuah pohon besar. Gazebo ini sepi. Sepertinya

    tidak banyak yang tahu kalau sebuah gazebo khas

    Jawa berdiri kokoh di sini.

    Ia melepaskan genggaman tangannya dan

    membersihkan rambutnya yang basah terkena air,

    begitu pula aku. Seragam SMA ku basah terkena

    hujan, dan aku mulai kedinginan karenanya. Aku

    melipat tanganku di dada, berharap akan sedikit

    menghangatkan.

    Lo kedinginan ya? Gue nggak bawa jaket lagi., ia

    sepertinya tahu kalau aku kedinginan.

    Nggak apa-apa kok., jawabku sambil melempar

    senyum padanya.

    Ia membalas senyumku. Aku luluh lagi. Ia tak

    hanya memiliki mata elang yang menusuk hati,

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    77/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    77

    namun juga senyum yang meluluhkan hati seseorang

    yang melihatnya.

    Gue Bima., ucapnya sambil mengulurkan

    tangan.

    Neisha., jawabku, membalas uluran tangannya.

    Tangan kami beradu, begitu pula kedua mata

    kami. Seolah semua menyatu, termasuk hati kami.

    Hujan turun membasahi bumi cukup lama.

    Namun, aku menyukai hujan kali ini. Hujan yang

    membawa kami pada sebuah perkenalan. Kami

    menghabiskan waktu berdua untuk saling mengenal

    satu sama lain.

    Jadi bokap elo tu yang bikin taman ini?, tanyaku

    yang dibalas anggukan olehnya.

    Papa menang tender dari pemda buat bikin

    taman ini. Gue juga punya andil dalam penataan

    taman ini karena papa menganggap ini bisa jadi

    praktek ilmu arsitektur gue. Salah satu andil gue ya,gazebo ini dan.... bangku tadi.

    Aku mengernyitkan dahi, tanda aku tak mengerti.

    Gue sengaja meletakkan sebuah bangku di situ,

    karena gue rasa taman ini sangat indah jika dilihat

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    78/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    78

    dari situ. Makanya, bangku di situ cuma satu karena

    itu spesial.

    Aku tersenyum malu. Aku malu atas kejadian

    tadi. Bangku itu memang miliknya.

    Maafin gue tadi, ya.

    Dia tersenyum lagi. Dan lagi, aku luluh.

    Lupain aja.

    Kami benar-benar menghabiskan waktu

    bersama. Mulai dari saling tanya, becanda, sampai

    saling olok. Dia tak hanya enak dilihat, tapi juga enak

    diajak bicara. Kami bicara apa saja, dari topik satu ke

    topik yang lain.

    Dia memang luar biasa. Dengan bentangan usia 5

    tahun, ia mampu mengimbangi pembicaraanku. Ia tak

    seperti orang-orang dewasa lainnya yang selalu

    tampak menggurui, tapi ia tampak mengayomi lawan

    bicaranya.

    Udah berhenti ujannya., ucapku.

    Iya. Pulang, yuk!, ajaknya sambil beranjak

    berdiri.

    Aku seolah enggan untuk berdiri dan

    mengucapkan salam perpisahan. Aku terlalu takut

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    79/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    79

    jika tidak ada lagi kesempatan untuk bertemu

    dengannya.

    Kami berjalan berdampingan, namun, tak ada

    kata yang terucap dari mulut kami. Kami berdua larut

    dalam imajinasi masing-masing. Sesekali aku

    menoleh padanya yang tetap menatap lurus ke

    depan. Ia melangkah dengan pasti seolah-olah ia tak

    pernah takut dengan apa yang akan terjadi di

    depannya.

    Mau aku antar pulang?, tanyanya memecah

    keheningan.

    Nggak usah, makasih. Aku bisa naik bis kok.,

    jawabku.

    Aku serius, lo. Kan bisa menghemat ongkos kalo

    aku antar., ia masih menawariku.

    Hatiku sangat ingin mengatakan iya, bahkan aku

    ingin melonjak-lonjak ketika ia menawari untuk

    mengantarkan aku pulang.

    Iya deh., aku mengangguk.

    Aku mengikuti langkahnya menuju tempat

    parkir. Dan kami berhenti pada sebuah sedan hitam

    mewah yang terparkir di dekat pos satpam.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    80/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    80

    Masih jaga, pak?, tanyanya setengah berteriak

    pada satpam yang berjaga di pos.

    Iya, mas Bima. Nanti jam 5 baru diganti., jawab

    satpam itu.

    Pulang dulu, ya pak., ucapnya ramah sambil

    membuka pintu mobil.

    Aku masih berdiri di depan mobil itu. Aku takpercaya ia bisa sekaya ini. Dandanannya sama sekali

    tak menunjukkan ia bisa se-eksklusif ini.

    Ayo, neish., ucapnya sambil melihatku yang

    masih terperangah.

    Hes just too perfect to be true, batinku.

    Aku membuka mataku yang terpejam seolah

    tersadar dari mimpi. Aku kembali pada dunia nyata,

    dunia sekarang, dan bukan dunia di masa lalu. Semua

    itu adalah sebagian kenangan dari masa laluku.

    Sebuah kenangan indah dari bangku taman ini.

    Sebuah kenangan indah yang pada akhirnya

    membawaku pada kenyataan indah di masa sekarang.

    Pandanganku tertuju pada sesosok lelaki yang

    berdiri 3 meter di depanku dan bersandar pada

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    81/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    81

    sebuah pilar. Ia tersenyum padaku, senyum yang

    masih meluluhkanku sampai pada detik ini.

    Sudah berapa lama?, tanyaku seraya membalas

    senyumannya.

    Ia melirik arloji di tangannya, Belum ada sejam

    kok.

    Ia berjalan mendekatiku dan duduk disampingku.

    Selalu bisa menemukanku., ucapku sembari

    bersandar di bahunya.

    Kan kamu yang memanggilku., jawabnya seraya

    mengelus rambut panjangku yang terurai.

    Aku tertawa kecil. Dia selalu saja tahu dimana

    aku bersembunyi. Sepertinya, dia memasang magnet

    padaku sehingga dia tahu dimanapun aku pergi,

    termasuk ke taman ini.

    Kami berdua sangat menyukai taman ini karena

    kami sama-sama memiliki kenangan indah di taman

    ini, dan lebih tepatnya di bangku ini. Bangku ini,

    seakan sudah menjadi bagian dari hidup kami,

    kenangan kami, dan masa depan kami. Bangku yang

    membawaku pada pertemuan dengan lelaki itu.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    82/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    82

    Lelaki yang kini duduk disampingku. Lelaki itu adalah

    suamiku.

    ***

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    83/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    83

    Unsaid

    Malam begitu dingin, sedingin hatiku saat ini.

    Gerimis mengiringi angin malam yang menusuk

    tulang. Namun, dingin hatiku justru menusuk hatiku.

    Dinginnya atmosfer di sekitarku membuatku semakin

    beku.

    Mataku tertuju pada lelaki yang duduk tepat di

    depanku. Ia hanya diam seakan menungguku untuk

    berbicara. Aku memang mengundangnya datang

    malam ini. Aku ingin mengatakan sesuatu yang

    tertahan selama beberapa hari.

    Kamu masih marah?, aku memberanikan diri

    untuk bertanya pada lelaki itu yang tak lain adalah

    kekasihku.

    Ia diam dan memalingkan muka ke jendela. Gerak

    tubuhnya mengisyaratkan ia masih sangat marah

    padaku, bahkan mungkin ia tidak ingin berbicarapadaku.

    Aku minta maaf., aku melanjutkan ucapanku.

    Ia menoleh padaku dan tersenyum tipis. Tipis

    sekali, nyaris tak terlihat.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    84/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    84

    Tampak sekali, ia tak menerima maafku karena

    sampai menit kesepuluh setelah aku meminta maaf,

    ia tak kunjung membuka mulut, malah semakin

    memalingkan muka dan tak ingin melihatku. Kejam

    sekali dia.

    Kamu masih nggak mau maafin aku?, aku

    berbicara lagi.

    Aku kecewa sama kamu., akhirnya ia membuka

    mulut meski ia masih tak ingin melihatku.

    Aku minta maaf. Aku salah. Tapi....., aku tak

    melanjutkan kata-kataku.

    Ia menoleh lagi, menatapku, seolah memaksaku

    untuk meneruskan kata-kataku.

    Tapi....kamu jangan menghukumku seperti ini.

    Menghukum?! Aku tidak sedang

    menghukummu. Inilah sikapku pada seseorang yang

    sudah berselingkuh., ucapnya ketus.

    Aku menarik napas panjang, berusaha meredam

    emosiku. Aku tak ingin membuat keadaan semakin

    buruk.

    Aku tidak pernah berselingkuh, Nan. Dia itu

    temanku. Kami berdua hanya ngobrol., aku mencoba

    menjelaskan.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    85/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    85

    Pertengkaran ini memang bermula pada

    pertemuanku dengan teman lamaku. Aku rasa tidak

    ada yang salah dengan pertemuan yang hanya untuk

    sekedar berbincang dan berbagi cerita setelah lama

    tak berjumpa. Tapi, tidak untuk Nanda. Dia pikir ini

    lebih dari sebuah pertemuan biasa ketika ia melihat

    kami sedang bercanda. Ia, bahkan, menuduhku telah

    berselingkuh di belakangnya. Dan sebagai

    balasannya, ia mendiamkanku selama beberapa hari.

    Bohong!! Aku melihat sendiri, aku melihat

    dengan kedua mataku kalau kalian sedang berdua

    dan..... mesra., ia membantahku dengan keras.

    Aku sama sekali tidak bohong, Nan. Aku sayang

    sama kamu. Mana mungkin aku tega berbohong,apalagi selingkuh., aku tak tahu lagi bagaimana

    caranya untuk meyakinkan dia.

    Buktinya, kamu bohong kan?! Selingkuh

    malahan! Kamu udah nggak sayang sama aku lagi.

    Nan...., aku meraih tangan Nanda, namun ia

    menghindar.

    Rasanya sangat menyakitkan ketika orang yang

    kamu sayangi memperlakukanmu seperti ini. Begitu

    besar kah kesalahan yang telah aku lakukan padanya,

    hingga kata maaf dariku sama sekali tak berharga.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    86/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    86

    Nan, aku pacarmu..., ucapku pelan karena aku

    ingin menyembunyikan suaraku yang mulai bergetar

    menahan tangis.

    Oh, ya?! Aku nggak sudi punya pacar tukang

    SELINGKUH!

    Sakit! Menyakitkan sekali ucapannya itu. Dia tak

    seperti Nanda yang ku kenal selama ini.

    Kita PUTUS!, ucapnya lalu beranjak pergi

    meninggalkanku yang hanya bisa menatap

    punggungnya hingga mengabur dan menghilang.

    Putus. Ia memutuskan hubungan yang telah

    terjalin selama dua tahun ini, hanya karena aku

    bertemu teman lama. Betapa rapuhnya hubungankudengannya, hingga hembusan angin sekecil ini

    mampu memporak-porandakannya.

    Namun, aku tak bisa berkata apa-apa, apalagi

    untuk protes. Ini semua kesalahanku. Aku bertemu

    seseorang tanpa meminta ijin padanya, walaupun

    hanya seorang teman lama.

    Lalu, bagaimana dengan sikapnya padaku selama

    dua tahun ini? Aku tak pernah sekalipun protes

    ketika ia berkumpul dengan teman-teman

    perempuannya. Aku tak melarangnya untuk bertemu

    mantan kekasihnya. Bahkan, aku sama sekali tak

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    87/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    87

    marah padanya ketika ia mengabaikanku saat

    bersama teman-temannya. Meski aku cemburu, tapi

    aku tak pernah sekalipun menunjukkannya. Meski

    hatiku sakit saat itu, aku tak pernah sanggup untuk

    marah. Itu semua aku lakukan karena aku ingin

    mempertahankan hubungan kami. Namun, apa

    balasannya sekarang? Pertemuan satu jam dengan

    teman lamaku telah menghancurkan hubungan kami

    yang telah dengan susah payah aku pertahankan.

    Hujan semakin deras, seolah mengerti

    perasaanku malam ini. Hujan ini, mungkin, ingin

    mendinginkan hatiku yang panas. Dan hujan ini,

    mungkin, ingin menyembunyikan airmata yang

    mengalir deras dari kelopak mataku.

    Ponselku berdering. Aku melangkah menuju meja

    untuk mengambilnya.

    Halo..., sapaku dengan malas.

    Hai, Ren., balas suaradi seberang.

    Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur,

    karena aku sedang ingin bermalas-malasan di hari

    minggu yang cerah ini.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    88/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    88

    Ngapain?, tanya orang di seberang yang tak lain

    adalah temanku sendiri, Indra. Ia adalah teman

    baikku dan....Nanda.

    Tiduran aja., jawabku sekenanya.

    Aku masih malas untuk berbicara dengan orang.

    Aku cuma ingin tidur dan melupakan semua yang

    terjadi seminggu yang lalu.

    Aku denger.....

    Iya., jawabku sebelum Indra menyelesaikan

    perkataannya. Aku tak ingin Indra mengucapkan

    kata-kata, yang Haram bagiku untuk diucapkan.

    Aku ikut sedih, Ren.

    Hmm..., gumamku.

    Ren...

    Yah...

    Sebagai sahabat kalian, sebenarnya aku sama

    sekali nggak setuju dengan sikap Nanda.

    Aku seperti mendapat dukungan dengan ucapan

    Indra. Tapi, dukungan itu juga tak berarti hubungan

    kami akan kembali.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    89/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    89

    Nanda nggak seharusnya ninggalin kamu untuk

    orang lain.

    Aku tersentak dengan ucapan Indra. Nanda

    meninggalkanku untuk orang lain? Apakah itu berarti

    Nanda selingkuh?

    Maksudmu??

    Loh, Nanda sekarang kan pacaran sama Dewi.Kamu nggak tahu?

    Pagi yang cerah ini seolah mendadak hujan petir

    dan aku tersambar. Nanda memutuskanku karena dia

    memilih Dewi, sahabat dekatku? Sulit bagiku untuk

    mempercayainya.

    Kamu serius??

    Indra diam. Sepertinya ia menyadari kalau aku

    sama sekali tidak tahu tentang hal ini. Ia sadar kalau

    dia telah membuka pertengkaran hebat.

    Ndra....., aku membangunkan lamunan Indra.

    Sorry ya Ren, aku sama sekali nggak bermaksud

    untuk..... Aku pikir kamu sudah tahu. Aku pikir itu

    alasan kalian berpisah., terdengar Indra sangat

    merasa bersalah.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    90/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    90

    Aku malah berterimakasih, Ndra, kamu sudah

    membuka semuanya., ucapku berusaha menutupi

    perasaanku.

    Feeling guilty., ucapnya pelan.

    By the way, mereka sudah berapa lama?, aku

    menahan rasa sakitku.

    Aku nggak tahu, Ren. Aku bertemu merekakemarin malam. Sepertinya baru seminggu, dua

    mingguanlah.

    Ya, Tuhan. Rasanya hatiku tercabik-cabik tak

    karuan. Mereka berdua mengkhianatiku. Mereka

    sedang bermain di belakangku, dan aku sama sekali

    tak menyadarinya. Aku ini bodoh, tolol, atau apa.

    Aku menutup telepon sepihak karena sudah tak

    sanggup lagi menahan sakit ini. Hatiku hancur

    dipermainkan dua orang yang aku cintai. Dosa apa

    yang telah aku lakukan hingga mereka bisa setega itu.

    Trully forever my love is just for you

    But now you belong to someone new

    Dreaming that someday

    Id share my life with you

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    91/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    91

    Im hoping, you feel the same way too....

    Alunan lagu dari Christian Bautista menemanitangisku pagi ini. Tangis dan sakit yang entah sampai

    kapan akan berakhir.

    Enam tahun berlalu.......

    Rasa kantuk menyerangku. Aku sangat lelah

    setelah seharian aku harus bekerja ekstra keras

    untuk sebuah reportase. Ku lihat jam tanganku

    menunjukkan pukul 10 malam ketika aku membuka

    pagar depan rumahku.

    Aku berjalan dengan malas menuju pintu depan.

    Aku mencari kunci pintu di dalam tas hitamku.

    Setelah menemukannya, aku membuka pintu. Saat

    pintu terbuka, mataku terhenti pada sesuatu yang

    tergeletak di bawah pintu. Aku memungutnya dan

    membawanya ke dalam. Lalu, ku letakkan begitu saja

    bersama tasku di meja makan, sementara aku menuju

    lemari es dan mengambil sebotol air putih dingin.Rasanya seperti mendapat kekuatan lagi, ketika air

    yang ku minum mengalir di seluruh tubuhku. Aku

    meraih tasku, dan beranjak menuju kamar tanpa

    mempedulikan benda yang baru saja ku pungut dari

    bawah pintu.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    92/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    92

    Hari demi hari berlalu dengan kesibukan yangmenguras tenaga dan pikiranku. Berangkat pukul 6

    pagi dan pulang ke rumah ketika jarum jam

    menunjukkan pukul 10 malam. Hingga akhirnya, aku

    bisa merasakan libur pada hari ini, hari Minggu.

    Itulah kenapa aku sangat mencintai hari Minggu.

    Matahari sudah berjalan seperempat

    perjalanannya. Aku berjalan menuruni tangga dengan

    enggan. Rasanya, aku masih ingin tidur hingga satu

    hari penuh untuk menebus kesibukan selama

    seminggu ini.

    Aku membuat hot chocolate untuk mengisi

    perutku pagi ini. Hidup sendiri di rumah membuatku

    harus melakukan semuanya sendiri, termasuk

    sarapan pagi. Aku duduk sendiri di meja makan

    sambil menikmati coklat panas yang baru saja ku

    buat dan roti tawar yang ku olesi selai coklat.

    Tiba-tiba pandanganku terhenti pada sebuah

    benda yang tergeletak di meja. Benda yang aku

    sendiri lupa kapan aku telah mengambilnya. Aku raih

    benda itu dan membuka amplopnya tanpa

    menghiraukan tulisannya.

  • 7/25/2019 Aku, Kamu, Dia, Dan Cinta

    93/202

    Aku, Kamu, Dia, dan CINTA

    93

    Karena Kasih dan Anugerah-Nya,

    perkenankanlah kami menggelar resepsi pernikahan:

    Okto Diananda

    &Aretha Dewi

    yang akan diselenggarakan pada:

    18 Desember 2010

    Pukul 11.oo

    Jantungku seolah berhenti berdetak saat ini juga.

    Semua perasaan berkecamuk di hatiku. Aku tak tahuharus sedih, senang, atau marah. Tapi, inilah

    kenyataannya. Mereka hendak melangsungkan

    pernikahan 3 jam dari sekarang.

    Aku tak bisa memungkiri kalau hatiku sakit

    mengetahui semua ini. Aku tak bisa berbohong kalau

    aku tak rela dengan pernikahan mereka. Aku juga takbisa menutupi kalau rasa cinta itu masih