Download - Aplikasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaa
7/24/2019 Aplikasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaa
http://slidepdf.com/reader/full/aplikasi-kearifan-lokal-dalam-pengelolaa 1/4
Seminar Nasional Green Urban Housing Policy 158
APLIKASI KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN PERMUKIMAN DESA
SECARA BERKELANJUTAN
(Studi Kasus : Kasepuhan Ciptagelar, Jawa Barat)
Johannes Parlindungan Siregar, ST.,MT. Fauziah Yulia Adriyani Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Brawijaya
e-mail : [email protected]
Abstract
Rural is an area which has main role in national and regional development. Almost 65% of
Indonesian lives in rural and the rest of them in urban areas. This high occupation of rural areas
gives a dense labourship in farming, ranches and other food resource sectors in meets the need of
urban community and rural itself. As agricultural factor, rural natural environment supplies land and water for sustainable farming meanwhile also supplies save and healthy residential
environment which its quality determined by accessibility, service capacity of infrastructure and
protection from natural danger. Thus, management and conservation of rural environment begin
important to cover national, regional and local development goals. Indonesia is a nation that rich
in culture or folkways that supported by local communities inhabit rural areas. The everlasting
local community are influenced by their traditions, rituals and religion activities that have
undergone as a part of community social process. This folkway relationship then develops an
institutional system contributes in managing local community environment. So, it is
understandable that local communities inherit local wisdoms about sustainable development
model which is evolved from economy, environment and social political aspect. Goal of this paper
is exploring and describing local wisdom role of Kasepuhan Ciptagelar as a model of settlement
management sustainably. This study applied qualitative method with observation and interview
then elaborate it with literature study. Result of this study is application of local wisdom as
strategy in managing sustainable rural settlement.
Key words : collective action, community, tradition
A. PendahuluanDesa adat memiliki potensi yang besar sebagai institusi komunitas. Potensi ini antara
lain terwujud sebagi penyedia jasa layanan umum melalui pengaturan sarana dan prasarana
seperti lumpung padi, pemakaman, sistem pertanian dan mata pencaharian, peribadatan
dan lain sebagainya. Kesamaan identitas dan derajat kepatuhan yang tinggi terhadap norma
adat merupakan faktor utama terpeliharanya lingkungan desa adat dengan kegiatan yang
tinggi dari masyarakat (Budi dan Pulungan, 2010). Hal ini merupakan pendorong
kemandirian masyarakat adat dalam mengelola lingkungannya sehingga keadilan sosial
antar warga terpenuhi, mengembangkan ekonomi lokal melalui pariwisata budaya dan
pelestarian alam.
Pengelolaan lingkungan tidak terlepas dari pemanfaatan lahan. Penguasaan dan
pengelolaan lahan adat diusahakan untuk kemakmuran warga seadil-adilnya berdasarkan
hukum dan norma adat yang berlaku. Warga desa adat memiliki hak yang disebut hak
persekutuan dan hak perseorangan (Azam, 2003). Dalam hak persekutuan ini, hasil sumber
daya alam yang dikelola dimanfaatkan oleh seluruh warga sehingga dikenal juga sebagai hak
7/24/2019 Aplikasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaa
http://slidepdf.com/reader/full/aplikasi-kearifan-lokal-dalam-pengelolaa 2/4
Seminar Nasional Green Urban Housing Policy 159
ulayat atau hak komunal, sedangkan dalam hak peseorangan masing-masing warga dapat
memanfaatkan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi atau keluarganya selama tidak
melanggar ketentuan adat yang berlaku. Masyarakat wajib berpartisipasi dalam
menyelesaikan tugas – tugas komunal dan setelah menerima hasil budidaya secara individu,
wajib pula menyumbangkan sebagian rejekinya bagi kepentingan komunal.
Bentang alam desa adat yang terdiri dari bentang lahan terbuka, hutan dan perairan
membutuhkan hukum dalam pengelolaannya. Hukum adat lahir dan berakar dari
kebudayaan tradisional dan dalam perkembangannya, hukum adat menempatkan
masyarakat sebagai kumpulan individu yang saling terikat satu sama lain dan memiliki
tujuan yang sama (Soepomo dalam Sugangga, 1999). Hal primer dalam hukum adat adalah
masyarakat, bukan individu. Oleh karena itu, dalam hukum adat masing-masing individu
memiliki tujuan yang sama yaitu mengabdi bagi masyarakatnya. Kuatnya rasa komunal
dalam masyarakat adat terbina melalui tata aturan adat yang dilaksanakan pada setiap
sendi kehidupan dan aktivitas. Hal ini bermula dari pembentukan cara pandang masyarakat
adat terhadap potensi alam (lahan, hutan dan air) dimana potensi-potensi ini dipahamisebagai warisan atau titipan leluhur yang harus dipelihara keberlanjutannya dan harus
dimanfaatkan sesuai petunjuk adat. Pelanggaran atas aturan-aturan adat dipahami akan
mengakibatkan bencana bagi seluruh anggota masyarakat adat.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menguraikan aplikasi
kearifan lokal pada komunitas Kasepuhan Ciptagelar sebagai model pengelolaan
permukiman berkelanjutan. Pengelolaan secara berkelanjutan pada makalah ini ditekankan
pada penerapan prinsip-prinsip tiga pilar pembangunan berkelanjutan dan pembentukan
tindakan kolektif (collective action) sebagai prasyarat terbentuknya pengelolaan sumber
daya alam secara berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi komunitas. Dengandemikian, penyusunan makalah ini didasarkan pada kajian kualitatif melalui proses
observasi, wawancara dan kajian literatur.
E. Kesimpulan dan SaranPengelolaan lingkungan desa yang dilakukan oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar
sudah mencerminkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sesuai dengan beberapa
beberapa teori, antara lain :
1. Tiga pilar pembangunan berkelanjutan :
• Ekonomi.
• Sosial.• Ekologi (lingkungan).
2. Kesadaran akan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dibentuk oleh
pembinaan sosial melalui petuah-petuah dan norma adat secara turun temurun.
3. Terbentuknya tindakan kolektif (colective action) :
• Karakteristik sumber daya alam. Lingkungan alam yang terdiri lingkungan hunian,
lingkungan garapan dan lingkungan lindung sudah ditentukan secara adat dengan
prinsip menghormati keberadaan alam sebagaimana pepatah “ibu bumi, bapa langit
dan tanah ratu”.
• Karakteristik komunitas. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar memiliki ikatan yang kuat
satu sama lain dengan tujuan hidup yang sama. Homogenitas ini didukung oleh
7/24/2019 Aplikasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaa
http://slidepdf.com/reader/full/aplikasi-kearifan-lokal-dalam-pengelolaa 3/4
Seminar Nasional Green Urban Housing Policy 160
adanya prosesi ritual yang harus dilaksanakan bersama-sama (upacara Seren Taun)
sebagai wujud solidaritas.
• Interaksi. Kedekatan spasial antara permukiman dengan sumber daya alam
mempermudah pengawasan warga. Interaksi antar warga diperkokoh dengan
adanya aturan untuk menyimpan hasil panen dan membaginya untuk kepentingan
bersama (Leuit si Jimat ).
• Kelembagaan. Komunitas Kasepuhan Ciptagelar telah memiliki struktur organisasi
yang baik, dipimpin oleh ketua adat (Sesepuh Girang) dan dibantu oleh 11 orang
pengurus desa yang membawahi bidang-bidang secara spesifik.
Agar kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar ini dapat
dikembangkan dan digeneralisasikan dalam praktek perencanaan formal, penulis
menyarankan beberapa hal, antara lain :
• Perlu dilakukan kajian yang lebih spesifik mengenai dampak kegiatan tradisional
warga terhadap kelestarian lingkungan dan pemerataan ekonomi komunitas.
• Perlu dilakukan kajian mengenai aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kontinuitas
pelaksanaan humum adat.
• Pemerintah perlu secara aktif mempelajari dan mengadopsi hasil-hasil kajian
mengenai kearifan lokal untuk dijadikan pedoman dalam perencanaan kawasan
khusus masyarakat adat dan sekitarnya.
Daftar Pustaka
Azam. 2003. Eksistensi Hukum Tanah Dalam Mewujudkan Tertib Hukum Agraria. USU Digital
Library.
Budi dan Pulungan. 2010. Potensi Desa Adat Sebagai Institusi Administrasi yang Efektif.Artikel dalam Pusaka.or.id.
Mukhopadhyay, Pranab. 2012. Common Property Resources and Collective Action.
Dissemination Paper. Center of Excellence in Environmental Economic. Madras School
of Economic. India
Raharju dan Nuryanto. 2007. Ruang Publik dan Ritual pada kampung Kasepuhan Ciptagelar
di Kabupaten Sukabumi – Jawa Barat
Rustiadi, et al . 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Crespent Press dan Yayasan
Pustaka Obor. Indonesia.
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah : Realita dan Tantangan.
Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. ISBN (10) 979-010-176-7.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara : Sebuah Kajian Filsafati. Jurnal Filsafat,
Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2.
Steins dan Edwards. 1999. Synthesis: Platforms for Collective Action in Multiple-use
Common Pool Resources. Agriculture and Human Values 16: 309–315, 1999. Kluwer
Academic Publishers. Netherlands.
Sugangga. 1999. Peranan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Nasional Indonesia.
Pidato pengukuhan penerimaan jabatan Guru Besar Madya dalam Ilmu HukumPerdata pada Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang 27 Nopember 1999
7/24/2019 Aplikasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaa
http://slidepdf.com/reader/full/aplikasi-kearifan-lokal-dalam-pengelolaa 4/4
Seminar Nasional Green Urban Housing Policy 161
Sumardjono, et al. 2009. Kajian Kritis Undang-Undang Terkait Penataan Ruang dan Sumber
Daya Alam. Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Wetslund, Hans. 2011. Social Capital and Governance for Efficient Water Management.
Makalah dalam Water Supply Management System and Social Capital Volume 2, editor
: Kobayashi dan Hermana. Department of Environmental Engineering. InstitutTeknologi Sepuluh Nopember.
This paper has been published on National Seminar of Green Urban Housing Policy (4th
September 2012). Proseding ISBN: 978-602-98898-71, Publisher of Planologi UNDIP,Semarang.
For the complete paper and more academic discussion, please contact : [email protected]