Download - BAB I-III AISYAH revisi.docx
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
1/29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi di Pulau Kalimantan
yang banyak di aliri oleh sungai besar dan kecil. Salah satu sungai terpanjang dan
terbesar yang mengalir di wilayah Kalimantan Selatan adalah Sungai Barito yang
menjadi tempat bermuaranya beberapa sungai utama di Kalimantan Selatan,
seperti Sungai Martapura dan Sungai Negara (Susilowati, 2011). Sungai Barito
terletak di dataran rendah, dimana sungai-sungainya mempunyai debit air lebih
besar dan kecepatan airnya relatif lebih lambat. Sungai yang berada didataran
rendah seperti sungai Barito sangat rentan terhadap ancaman, baik berupa
gangguan alami maupun aktivitas manusia. Sungai memiliki peranan yang penting
karena selain sebagai penyedia air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga
dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan media untuk membuang limbah
(Nirarita, CH. Endah dkk, 1996).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991, tentang sungai
pengertian bantaran atau tepian sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang
palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam.
Nirarita (1996) menyebutkan sungai menjadi salah satu ekosistem yang
mengalami pencemaran terberat, yang mana pencemaran sungai di akibatkan oleh
adanya kehidupan di sekitar bantaran sungai itu sendiri maupun akibat perilaku
manusia yang membuang limbah baik limbah padat atau cair yang mungkin terdiri
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
2/29
atas organik maupun anorganik dimana semua itu mengakibatkan terganggunya
kualitas air sungai yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dari keadaan
normal air dan ini berarti suatu pencemaran.
Menurut Wardhana (2004) pencemaran lingkungan baik udara, air
maupun daratan tidak hanya berpengaruh pada lingkungan alam saja, tetapi
berpengaruh pula terhadap kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia. Jika
lingkungan alam telah tercemar maka tumbuhan dan hewan yang hidup di
lingkungan tersebut juga ikut tercemar.
Kualitas dan kuantitas suatu perairan dapat ditentukan dari biota-biota air
yang hidup di lingkungan perairan, dimana suatu biota akan berubah dan
mengalami kerusakan apabila lingkungan tersebut rusak atau tercemar. Salah satu
biota air yang menerima pengaruh pencemaran adalah makrozoobentos yang
merupakan hewan dasar perairan yang sering dijadikan sebagai bioindikator
lingkungan untuk mengetahui kualitas pencemaran air (Fachrul, 2012). Oleh
sebab itu perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup
organisme makrozoobentos karena makrozoobentos merupakan organisme air
yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemar
kimia maupun fisik. Organisme yang tidak toleran akan mengalami penurunan dari
lingkungan perairan tersebut. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan
menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir jumlah spesies yang
ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, apabila penyebaran jumlah individu
tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi (Odum, 1994, hlm:
383 - 397).
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
3/29
Setiap sungai memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan lainnya,
perbedaan itu dapat dilihat dari kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan yang
berbeda memiliki jenis dan keanekaragaman hewan yang berbeda pula. Penelitian
makrozoobentos di Kalimantan Selatan pernah dilakukan oleh Fetriyah (2008)
yang meneliti tentang Pola Distribusi Dan Keanekaragaman Makrozoobentos Di
Aliran Sungai Tapin Kabupaten Tapin dan didapatkan 12 spesies
makrozoobentos dengan Indeks Diversitas 1,318 di Kecamatan Piani, 1,316 di
Kecamatan Bungur, dan 1,310 di Kecamatan Tapin Utara. Sedangkan penelitian
Sugiannor (2012) meneliti keanekaragaman makrozoobentos di Kawasan Estuaria
Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut mendapatkan sepuluh
spesies dengan Indeks Diversitas 0,518.
Desa Simpang Arja merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah
Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala yang memiliki luas tanah
kurang lebih 2.800 Ha dan terletak di tepian Sungai Barito kira kira 2 Km ke
sebelah timur dari Kecamatan Rantau Badauh. Pada kawasan sungai Barito
disepanjang bantaran sungai banyak terdapat pohon serta kawasan pemukiman
penduduk. Pepohonan tersebut berperan penting terhadap ekosistem perairan
lewat peluruhan daun yang jatuh ke dalam air, dimana daun yang gugur segera
menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan air.
Makrozoobentos mempunyai peranan membantu mempercepat proses
dekomposisi materi organik, terutama makrozoobentos yang bersifat herbivor dan
detritivor. Mereka dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun
yang mati dan serasah yang masuk kedalam perairan diproses menjadi potongan-
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
4/29
potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk
menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan (Darmawan, 2008).
Sedangkan adanya pemukiman penduduk di sepanjang bantaran sungai dapat
menimbulkan dampak bagi kehidupan hewan dasar perairan. Oleh karena itu perlu
dilakukan pendataan keanekaragaman dan kemelimpahan makrozoobentos
dibantaran sungai mengingat peran pentingnya sebagai bioindikator kualitas
perairan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti
Keanekaragaman Makrozoobentos Di Bantaran Sungai Barito Desa
Simpang Arja Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala.
1.2Rumusan Dan Batasan Masalah1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Keanekaragaman
Makrozoobentos Di Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan
Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala, yang meliputi :
(1) Spesies makrozoobentos apa saja yang terdapat di bantaran sungaiBarito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten
Barito Kuala.
(2) Bagaimana kemelimpahan makrozoobentos yang terdapat di bantaransungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Badauh
Kabupaten Barito Kuala.
(3) Bagaimana tingkat pencemaran air dilihat dari indeks keanekaragaman.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
5/29
1.2.2Batasan MasalahAgar penelitian ini lebih terarah untuk mencapai tujuan, maka
permasalahan ini di batasi pada :
(1) Spesies makrozoobentos yang ditemukan diusahakan ditelusuri hinggatingkat spesies.
(2) Kemelimpahan makrozoobentos meliputi Nilai Penting dan IndeksDiversitas mengacu pada Shannon Wiener dalam Fachrul (2012).
(3) Makrozoobentos yang diteliti hanya yang berhasil di ambil dengan alatkerukan Ekman Grab di bantaran sungai yaitu 1-3 meter dari tepi
sungai.
1.3 Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Keanekaragaman
Makrozoobentos Di Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan
Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala, yang meliputi :
1. Spesies makrozoobentos yang terdapat di bantaran sungai Barito DesaSimpang Arja Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala.
2. Kemelimpahan makrozoobentos yang terdapat di bantaran sungaiBarito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten
Barito Kuala.
3. Tingkat pencemaran air dilihat dari indeks keanekaragaman.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
6/29
1.4 Manfaat PenelitianSesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah :
(1) Sebagai bahan informasi, khususnya bagi mahasiswa Program StudiPendidikan Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin, tentang aplikasi dan
penerapan mata kuliah Ekologi Hewan dan Zoologi Invertebrata.
(2) Sebagai bahan penunjang pembelajaran di SMP kelas VII semester IIpada konsep Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup pada
subkonsep Keanekaragaman Hewan dan di SMA kelas X semester I
pada subkonsep Keanekaragaman Hayati
(3) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang hewan dasar perairanDi Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau
Badauh Kabupaten Barito Kuala dan sebagai bahan masukan untuk
penelitian selanjutnya.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
7/29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keanekaragaman Makhluk Hidup
Ekologi yaitu ilmu yang mengkaji organisme (makhluk hidup) yang
meliputi keanekaragaman. Keanekaragaman biasanya terdiri dari kekayaan
spesies (richness), yaitu semacam jumlah spesies, dan pemerataan kemelimpahan
adalah hal yang relatif. Istilah ini sering di gunakan dengan keanekaragamaan
spesies, sebuah konsep yang termasuk kekayaan spesies (jumlah spesies) dan
pemerataan spesies (kemelimpahan relatif dari spesies yang berbeda).
Menurut Darmawan (2008) keanekaragaman spesies disebut juga
keheterogenan spesies, merupakan ciri yang unik untuk menggambarkan struktur
komunitas di dalam organisasi kehidupan. Suatu komunitas dikatakan mempunyai
keragaman spesies tinggi, jika kelimpahan masing-masing spesies tinggi dan
sebaliknya keragaman spesies rendah jika hanya terdapat beberapa spesies yang
melimpah.
Menurut Manurung (1995) ada dua konsep keanekaragaman spesies yang
terdapat dalam komunitas, yakni :
1)Kekayaan spesies (spesies richness), yaitu jumlah atau cacah spesies yang adadi komunitas tersebut.
2)Heterogenitas, merupakan penggabungan dari konsep kekayaan spesies dengankonsep kemelimpahan relatif (nisbi). Artinya dalam menganalisa
keanekaragaman spesies yang terdapat pada suatu komunitas, disamping faktor
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
8/29
jumlah (cacah) spesies yang ada pada komunitas tersebut, faktor
kemelimpahan relatif dari masing-masing spesies yang terdapat pada
komunitas tersebut juga turut diperhitungkan.
Dalam membandingkan dua atau lebih komunitas dengan indeks
keanekaragaman yang berbeda, jumlah spesies yang ada dan jumlah individu
dalam tiap-tiap spesies biasanya nampak, akan tetapi derajat kesamaan dalam
distribusi (agihan) individu antara spesies tidak nampak. Untuk mengevaluasi
kesamaan atau ketidaksamaan agihan tersebut dapat digunakan indeks
equitabilitas (evenness).
Menurut Fachrul (2012) keragaman sulit untuk didefinisikan karena
terdiri atas dua komponen penting, yaitu varietas dari spesies dan kemelimpahan
relatifnya. Pada saat ini keanekaragaman cukup di ukur dengan mendata jumlah
spesies yang ada dengan menggambarkan kemelimpahan relatif spesies tersebut
atau dengan menggunakan ukuran yang mengombinasikan kedua komponen di
atas.
Sementara itu menurut Nybakken (1998) konsep keragaman suatu
spesies didasarkan intuisi bahwa sejumlah besar kelompok-kelompok spesies
bersama-sama menghuni suatu habitat dicirikan oleh interaksi biologik yang
kompleks. Komponen dasar yang paling utama pada teori keragaman spesies ialah
jumlah spesies penghuni suatu daerah tertentu.
Kemelimpahan tidak hanya masalah kerapatan dalam suatu daerah yang
didiami. Konsep tersebut juga harus memperhatikan tentang cacah dan besarnya
daerah yang didiami oleh makhluk yang dimaksudkan di dalam kawasan secara
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
9/29
keseluruhan. Menurut Soetjipta (1993) kemelimpahan hewan dapat dihubungkan
dengan frekuensi dan agihan daerah yang dapat dihuni menyangkut intensitas atau
kerapatan individu dalam daerah yang dapat dihuni, hal itu disebabkan :
1. Ketersediaan sumberdaya, misalnya makanan, habitat yang aman daripemangsa.
2. Keragaman genetik dari anggotanya sehingga menyempitkan daerah yangdapat dihuninya.
3. Plastisitas fenotifik dalam individu di dalamnya (mudah beradaptasi baikterhadap lingkungan maupun individu lain dalam satu habitat).
4. Kompetitor, pemangsa, parasit maupun manusia kolektor.Kemelimpahan suatu makhluk hidup dipengaruhi oleh gabungan
pengaruh semua factor lingkungan seperti factor fisik dan kimia, tingkat sumber
daya alam yang dapat diperoleh dari daur hidup makhluk hidup, pengaruh
competitor, pemangsa,parasit serta semua proses mengenai populasi seperti laju
kematian, laju kelahiran dan yang tergantung atau tidak tergantung pada
kerapatan.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Makrozoobentos
Tumbuhan dan hewan yang hidup di dasar aliran, sungai, kolam,
danau dan lautan sangat beragam. Tumbuhan dan hewan yang hidupnya di dasar
perairan dikenal dengan istilah bentos. Lind (1976) dalam Fachrul (2012)
mendefinisikan bentos adalah semua organisme yang hidup pada lumpur, pasir,
batu, kerikil, maupun sampah organik baik di dasar perairan laut, danau, kolam ,
ataupun sungai, merupakan hewan melata, menetap, menempel, memendam, dan
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
10/29
meliang di dasar perairan tersebut. Menurut Soetdjipta (1993) bentos adalah
makhluk yang melekat atau sedang beristirahat pada dasar perairan atau yang
hidup di dalam sedimen di dasar perairan. Makhluk hewan bentos dibedakan
menurut cara makan menjadi makhlukfilter feeder(contohnya kerang) dan yang
lainnya makhluk deposit (contohnya siput).
Makrobentos (benthic macroinvertebrate) adalah salah satu indikator
kualitas lingkungan akuatik yang dapat diandalkan. Fauna ini hidup di dalam
sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk melalui
pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos terhadap lingkungannya merupakan
bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka panjang (Winarno dkk.,
2000).
Fachrul (2007) mengatakan bahwa bentos adalah organisme dasar
perairan, baik berupa hewan maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar
ataupun di dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya bentos dibedakan kedalam
3 kategori, yaitu :
1. Makrobentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan dan tersaring olehsaringan berukuran 1,0x1,0 mm atau 2,0x2,0 milimeter, yang pada
pertumbuhan dewasanya berukuran 3-5 milimeter. Berdasarkan letaknya fauna
bentik (zoo-bentos) dapat dibedakan menjadi infauna dan epifauna. Infauna
adalah kelompok makrobentos yang hidup terpendam dibawah lumpur,
sedangkan epifauna adalah kelompok makrobentos yang hidup di permukaan
substrat.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
11/29
2. Mesobentos, yaitu organisme yang mempunyai ukuran antara 0,1-1,0milimeter, misalnya golongan Protozoa yang berukuran besar (Cidaria), cacing
yang berukuran kecil dan Crustacea yang sangat kecil.
3. Mikrobentos, yaitu organisme yang mempunyai ukuran kurang dari 0,1milimeter, misalnya Protozoa.
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan atau menilai kualitas perairan. hal ini dikarenakan sifat bentos yang
relatif diam atau memiliki mobilitas yang rendah sehingga sangat banyak
mendapat pengaruh dari lingkungan, baik yang tergolong dalam kriteria parameter
kualitas perairan maupun bukan parameter kualitas perairan. Dengan demikian,
penggunaan bentos sebagai indikator akan mempermudah dalam penafsiran
tentang keadaan lingkungan perairan (Hawkes dan Hellawel dalam Fachrul,
2012). Keanekaragaman spesies flora dan fauna pada suatu perairan tinggi
menandakan kualitas air sungai tersebut baik dan sebaliknya jika
keanekaragamannya kecil, maka perairan pada sungai tersebut buruk atau
tercemar (Fachrul, 2012).
2.3 Ekosistem Perairan
Menurut Michael (1994) habitat-habitat perairan dibagi dalam tiga
kategori utama, yaitu: air tawar, estuaria dan air laut. Air tawar berasal dari dua
sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Badan air tawar dibagi menjadi dua
kategori umum, yaitu air diam seperti kolam dan danau serta air mengalir seperti
aliran dan sungai. Soetjipta (1993) membedakan air tawar menjadi 2, yaitu
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
12/29
perairan yang tidak mengalir, contohnya: danau, kolam dan rawa, dan perairan
yang mengalir, contohnya: mata air dan sungai.
Menurut Wardhana (1995) pembuangan air limbah secara langsung ke
lingkungan menyebabkan terjadinya pencemaran air. Indikator atau tanda bahwa
air lingkungan telah tercemar adalah karena adanya perubahan, seperti:
1. Adanya perubahan suhu airApabila air yang panas dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi
panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air
dan organism air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan
turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Setiap kehidupan memerlukan oksigen
untuk bernafas. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang
terlarut di dalamnya.
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen3. Adanya perubahan warna, baud an rasa air4. Timbulnya endapan, koloidal, dan bahan terlarut5. Adanya mikroorganisme6. Meningkatnya radioaktivitas lingkungan
Komponen pencemaran air erat kaitannya dengan masalah indikator
pencemaran air. Adapun komponen pencemar air yang mempengaruhi
keterdapatan atau kehidupan makrozoobentos yaitu bahan buangan padat, bahan
buangan cairan berminyak, bahan buangan zat kimia, dan insektisida.
Kondisi lingkungan perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan
hanya faktor biotik saja tetapi faktor abiotik juga, diantaranya:
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
13/29
(1)SuhuNontji (1987) mengatakan bahwa suhu air permukaan di perairan
Nusantara kita umumnya berkisar antara 28-31C. Menurut effendi (2003) suatu
badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu
dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air.
Suhu sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badaan air.
Peningkatan suhu perairan sebesar 10C menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi oksigen oleh organisme aquatik sekitar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu
ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen
seringkali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme aquatik
untuk melakukan proses metabolisme dan respirasi.
Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas
serta memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan (Darmawan,
2008).
Sedangkan menutur Wardhana (1995) air sungai yang suhunya naik akan
mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar
oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu.
Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
(2)KedalamanPengukuran kedalaman pada setiap kawasan bervariasi, maka dari itu
adanya perbedaan pada kedalaman perairan dapat mempengaruhi jumlah dan jenis
dari biota air yang terdapat pasa suatu kawasan.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
14/29
(3) Kecepatan ArusMenurut Michael (1995) perpindahan air sangatlah penting bagi
penentuan penyebaran organisme plankton, gas terlarut, dan garam-garaman.
Mereka juga mempengaruhi perilaku organime kecil.
Kecepatan aliran mengalir beragam, arus akan paling lambat bila makin
dekat ke dasar perubahan kecepatan air seperti itu tercermin dalam modifikasi
yang di perlihatkan oleh organisme yang hidup dalam air mengalir, yang
kedalamannya berbeda.
(4)KecerahanMenurut Effendi (2003) kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, nilai kecerahan
sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan
tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
(5)Substrat DasarMenurut Fachrul (2007) tipe substrat perairan sungai dapat berpengaruh
terhadap komunitas organisme bentos. Kawasan berlumpur cenderung untuk
mengakumulasi bahan organik, sehingga cukup banyak makanan yang potensial
bagi bentos.
(6)WarnaMenurut Wardhana (1995) air yang dalam keadaan normal dan bersih
tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Akan tetapi tingkat
pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air, Karena bahan
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
15/29
buangan industry yang memberikan warna belum tentu lebih berbahaya dari
bahan buangan industry yang tidak memberikan warna.
(7)Padatan TersuspensiMenurut Effendi (2003) padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan
kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga
semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu di ikuti dengan
tingginya kekeruhan. Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solidatau TSS)
adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan
Millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus
serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi
tanah yang terbawa ke badan air.
(8)Kadar Oksigen TerlarutMenurut Michael (1995) oksigen adalah salah satu faktor terpenting
dalam setiap sistem perairan. Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer
dan proses fotosintesis tumbuhan hijau. Jumlah oksigen yang terkandung dalam
air bergantung pada daerah permukaan yang terkena suhu dan konsentrasi garam.
Oksigen hilang dari air alam oleh adanya pernafasan biota, penguraian bahan
organik, aliran masuk air bawah tanah yang miskin oksigen, adanya besi dan
kenaikan suhu.
Oksigen terlarut adalah faktor penting dalam menetapkan kualitas air.
Bilamana oksigen digunakan lebih cepat dari yang digantikan, maka kualitas air
menurun. Jika ini terjadi sampai batas tertentu karena semua oksigen habis
digunakan, maka air akan menjadi kotor.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
16/29
Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan hewan makrobentos dan
organisme-organisme akuatik lainnya (Odum, 1993). Tiap-tiap spesies biota akuatik
mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi oksigen terlarut
di suatu perairan.
(9)pH airAir nomal yang memenuhis syarat untuk suatu kehidupan mempunyai
pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada
besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen dalam air. Air
limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan
mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di
dalam air menurut Wardhana (1995).
2.4 Tinjauan Umum Tentang Sungai
Sungai adalah aliran alami dari air yang melewati area tanah dan menuju
bentukan air yang luas seperti lautan atau danau. Sungai merupakan kesatuan
ekosistem yang bersifat terbuka, sehingga mudah mendapatkan pengaruh dari
luar. Pengaruh tersebut dapat berupa tumbuh-tumbuhan yang terdapat ditepi
sungai ataupun aktivitas manusia yang tinggal disekitar daerah aliran sungai
(Mahanal, 1998 dalam Darmawan 2008). Menurut Sukadi (1999) Sungai
merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat kepada manusia.
Dari mata air sebagai awal mengalirnya air, melintasi bagian-bagian alur sungai
hingga ke bagian hilir yang terjadi secara dinamis. Kedinamisan tersebut
tergantung pada musim, karakteristik alur sungai, dan pola hidup manusia
disekitarnya. Kondisi ini menyebabkan baik kuantitas maupun kualitasnya akan
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
17/29
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungan sungai dan
kehidupan manusia.
Daerah tepian sungai merupakan wilayah yang sangat subur karena
endapan lumpur akibat pengaruh pasang surut air sungai. Oleh karena kesuburan
tanahnya maka wilayah tepian sungai menjadi tempat konsentrasi penduduk.
Pembentukan sungai sangat dipengaruhi oleh proses presipitasi yang
terjadi di alam. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan mengalir ke tempat
yang lebbih rendah, sesuai dengan kontur permukaan tanah.
2.5 Tinjauan Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten Barito Kuala (2012),
Kabupaten Barito Kuala terletak paling Barat dari Provinsi Kalimantan Selatan
dengan Marabahan sebagai ibukota kabupatennya. Secara geografis, kabupaten
Barito Kuala berada pada 20 LS dan 1140 BT. Luas wilayah Kabupaten Barito
Kuala adalah 2.996,96 km2 atau sebesar 7,99% dari luas provinsi Kalimantan
Selatan. Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar
dengan kelerengan 0% - 2%, dengan ketinggian elevasi berkisar antara 1-3 meter
di atas permukaan laut.
Kabupaten Barito Kuala terbagi menjadi 3 wilayah pembangunan, salah
satunya adalah Kecamatan Rantau Badauh yang berpusat di Berangas. Kecamatan
Rantau Badauh terdiri dari 9 desa dan 2 kelurahan, di antaranya yaitu Desa
Simpang Arja yang terletak tepat di tepian Sungai Barito kira kira 2 Km ke
sebelah timur dari Kecamatan Rantau Badauh.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
18/29
Berdasarkan data dari Sekretariat Desa Simpang Arja (2012), Desa
Simpang Arja berbatasan dengan:
a. sebelah utara berbatasan dengan sungai Baritob. Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman Tranmigrasi UPT Simpang
Arja Desa Sinar Baru.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sinar Barud. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Sahurai
Lokasi penelitian dilaksanakan disepanjang bantaran Sungai Barito Desa
Simpang Arja. Titik pengambilan sampel ditetapkan sebanyak 30 titik disepanjang
sungai 1500 m. Masing-masing jarak antara titik satu dengan titik lainya yaitu 50
m, dan jarak antara bantaran atau tepian sungai ke arah sungai yaitu 1-3 m
disepanjang tepian Sungai Barito. Disepanjang lokasi penelitian banyak
ditumbuhi oleh herba dan semak yang cukup rapat serta ada vegetasi pohon yang
tumbuh di sepanjang sungai. Penduduk Desa Simpang Arja adalah Bakumpai
yang bercampur dengan suku Banjar atau orang udik Barito. Bahasa yang
digunakan untuk pergaulan sehari-hari adalah bahasa bakumpai dan banjar.
Aktivitas masyarakat setempat ada sebagian yang mencari udang dan ikan di
kawasan ini. Pada kawasan pemukiman penduduk, masyarakat setempat
memanfaatkan sungai tersebut untuk aktivitas sehari-hari seperti MCK serta untuk
transportasi air.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
19/29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan teknik observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lapangan,
dalam pengamatan dan pengambilan sampel untuk mengetahui keanekaragaman
makrozoobentos di Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan
Rantau Bedauh Kabupaten Barito Kuala.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan Di Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja
Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala. Pada penelitian ini
ditetapkan 30 titik pengambilan sampel disepanjang bantaran sungai 1500 m.
Adapun waktu yang diperlukan secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah 5
(lima) bulan yaitu dari bulan Januari 2013 sampai bulan Mei 2013 yang meliputi
tahap persiapan selama 2 bulan (survey lokasi penelitian dan penyusunan
proposal) dan 3 bulan untuk pelaksanaan penelitian, pengumpulan data, analisis
data sampai penyusunan skripsi. Adapun pengambilan data dilaksanakan pada
tanggal 9 sampai 11 Maret 2013.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
20/29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua makrozoobentos yang terdapat
Di Bantaran Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Bedauh
Kabupaten Barito Kuala sepanjang 1500 m.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah semua makrozoobentos yang
tertangkap dengan menggunakan alat kerukan Ekcman yang terdapat di bantaran
Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Bedauh Kabupaten Barito
Kuala. Untuk pengambilan makrozoobentos dilakukan secara sistematis.
Pengambilan sampel ditetapkan sebanyak 30 titik sampel dengan jarak masing-
masing 50 m antar tiap titik sepanjang 1500 m di bantaran Sungai Barito dan jarak
antara tepi sungai ke arah sungai 1-3 m.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1)Jukung / perahu untuk pengambilan sampel makrozoobentos2)Termometer untuk mengukur suhu air (C)3)DO meter untuk mengukur kadar oksigen terlarut (mg/L)4)pH meter digital untuk mengukur pH air5)Kerukan Ekcman Grab untuk mengambil sampel makrozoobentos6) Sechi disk untuk mengukur kecerahan air (cm)7)Saringan bentos untuk menyaring hewan bentos
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
21/29
8) Tali dan bola pimpong untuk mengukur kecepatan arus air (m/s)dengan memperthitungkan waktu yang diperlukan oleh alat bantu
dalam menempuh jarak tertentu (m/s).
9) Tali yang diberi batu pemberat untuk mengukur kedalaman air (cm)10)Meteran digunakan untuk mengukur jarak antar titik pengambilan
sampel (m).
11)Kantong plastik untuk menampung sampel makrozoobentos yang didapatkan
12)Kamera untuk mendokumentasikan sampel makrozoobentos yangditemukan
13)Botol sampel untuk tempat sampel air (Botol mineral 1,5 liter 4 buah)14)Kertas millimeter blok, digunakan sebagai alas untuk meletakkan
sampel yang ditemukan saat dokumentasi dan mengukur sampel yang
ditemukan.
15)Oven untuk mengeringkan hasil tapungan air yang berupa padatanpada kertas saring, untuk mengetahui padatan terrsuspensi
16)Neraca ohaus untuk menimbang padatan tersuspensiAdapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Sampel makrozoobentos2) Sampel air3) Formalin 10% untuk mengawetkan makrozoobentos yang didapat
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
22/29
6.1 Prosedur Penelitian6.4.1 Tahap Persiapan
1)Melakukan observasi lokasi penelitian yang sesuai untuk pengambilansampel.
2)Membuat surat izin penelitian.3)Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.
6.4.2 Tahap PelaksanaanUraian tahap pelaksanaan di adopsi atau di ambil dari penelitian
sebelumnya yaitu Sugianoor (2012) meliputi :
1) Menentukan area pengamatan sepanjang 1500 meter tepian SungaiBarito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Bedauh Kabupaten
Barito Kuala.
2) Menentukan 30 titik pengambilan sampel dengan jarak masing-masing 50 m tiap titik sepanjang 1500 m dan penentuan jarak antara
tepian sungai ke arah sungai adalah 1 m.
3) Pengambilan sampel dilakukan secara sistematis dengan metodedeskriptif dengan teknik observasi langsung ke lapangan.
4) Melakukan pengambilan sampel makrozoobentos denganmenggunakan pengeruk Ekman grab pada tiap-tiap titik yang telah
ditentukan secara sistematis dan memasukkannya ke dalam ember.
5) Mencuci dengan air bersih dan menyaringnya dengan saringan bentoskemudian memasukkannya ke dalam plastik dan member label
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
23/29
6) Mengelompokkan spesies makrozoobentos yang ditemukan danmenghitung jumlah makrozoobentos pada tiap titik sampel .
7) Melakukan pengukuran parameter lingkungan yang meliputi: suhuair, kecerahan air, warna air, kecepatan arus, substrat dasar,
kedalaman, bau, pH, kadar oksigen terlarut, dan padatan tersuspensi.
8) Mengambil foto setiap makrozoobentos yang di temukan.9) Mengawetkan makrozoobentos dengan formalin.10) Melakukan pendeskripsian dan identifikasi spesies makrozoobentos
yang ditemukan menggunakan pustaka yang relevan.
11) Mencatat hasil identifikasi
6.5 Analisis DataHasil pengamatan di analisis secara deskrriptif, yaitu:
(1) Mengidentifikasi secara deskriptif makrozoobentos yang ditemukan DiPerairan Sungai Barito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Bedauh
Kabupaten Barito Kuala dengan menggunakan pustaka-pustaka yang relevan.
(2) Untuk menghitung kemelimpahan makrozoobentos digunakan rumus NilaiPenting menurut Michael (1994), yaitu :
Kerapatan (K) =
Jumlah individu suatu s esies
Total Cu likan
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
24/29
Kerapatan suatu spesies
Kerapatan Relatif (KR%) = x 100%
Kerapatan seluruh spesies
Jumlah cuplikan yang ditempati suatu
spesies
Frekuensi (F) =
Jumlah seluruh cuplikan
Frekuensi suatu spesies
Frekuensi Relatif (FR) = x 100%
Frekuensi seluruh spesies
Nilai Penting (NP) = FR + KR
Untuk menghitung keanekaragaman makrozoobentos Di Perairan Sungai
Barito Desa Simpang Arja Kecamatan Rantau Bedauh Kabupaten Barito
Kuala, dilakukan perhitungan menggunakan rumus Indeks Diversitas (H)
menurut Shannon-Winner (Odum, 1996) yaitu:
H = - Pi log Pi
Pi = ni/N
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
25/29
Keterangan: Pi = Jumlah kemelimpahan proporsional dari spesies ke 1,
sehingga Pi= ni/N
n = Jumlah individu suatu spesies dalam komunitas
N = Jumlah total individu seluruh spesies dalam komunitas
Menurut Fachrul (2007), nilai H didefinisikan sebagai berikut:
(1)Nilai H 3, menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman tinggi.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
26/29
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arie. A.J. Arief dan A.H. Tjakrawidjaya.2002. Peran Museum Zoologi
Dalam Penelitian Dan Konservasi Keanekaragaman Hayati (Ikan). Pusat
Penelitian Biologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Indonesia.
Effendi, Hefni.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. kanisius : Yogyakarta.
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Fetriyah, A. 2008.Pola Distribusi dan Keanekaragaman Makrozobentos di Aliran
Sungai Tapin Kabupaten Tapin. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarmasin (tidak dipublikasikan)
Ismail, Ahmad dan Ahmad Badri Mohamad. 1992. Ekologi Air Tawar. DewanBahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia : Kuala Lumpur.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan
Laboratorium. University Indonesia Press : Jakarta.
Munawaroh, Esti. 2001. Eksplorasi Dan Inventarisasi Tumbuhan Dalam Rangka
Konservasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan. Balai Pengembangan
Kebun Raya-Lipi. Bogor.
Nontji, Anugerah. 1987.Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia :
Jakarta.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
27/29
Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono Samingan.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Roostiawatie. 1998. Analisis Keanekaragaman dan Kemelimpahan
Makrozobentos di Perairan Sungai Martapura Kecamatan Sungai Tabuk
Kabupaten Banjar pada lingkungan berbeda. Skripsi Sarjana. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Scrosati, Ricardo A. Amanda S.Knox. Nelson Valdivia. Markus Molis. 2010.
Species richness and diversity across rocky intertidal elevation gradients
in Helgoland: testing predictions from an environmental stress model.
Received: 25 January 2010 / Revised: 28 April 2010 / Accepted: 30 April2010 / Published online: 19 May 2010_ Springer-Verlag and AWI 2010.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Dirjen Perikanan,
Bogor.
Sugiannor. 2012.Keanekaragaman Makrozoobentos Di Tepian Estuaria Takisung
Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Skripsi Sarjana. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah Dan Pengaruhnya
Terhadap Bod Dan Cod. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan IKIP Bandung. Bandung.
Susilowati, Endang. (Tanpa Tahun).Peranan Jaringan Sungai Sebagai Jalur
Perdagangan Di Kalimantan Selatan Pada Paroh Kedua Abad Xix.
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Ponegoro.
Taqwa, Amrullah. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton Dan Struktur
Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove Di
Kawasan Konservasi Mangrove Dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan
Timur. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Wardhana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi.
Andi: Yogyakarta.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
28/29
Winarno, Kusumo, Okid Parama Astirin, Ahmad Dwi Setyawan. 2000.
Pemantauan Kualitas Perairan Rawa Jabung Berdasarkan
Keanekaragaman Dan Kekayaan Komunitas Bentos. Jurusan BiologiFMIPA UNS. Surakarta.
-
7/23/2019 BAB I-III AISYAH revisi.docx
29/29