Download - Wktu Tunggu Pengadaan Material
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
1/117
TESIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN
MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG
DI KABUPATEN BADUNG
PUTERA KUMARAYASA MUDITA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
2/117
i
TESIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN
MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG
DI KABUPATEN BADUNG
PUTERA KUMARAYASA MUDITA
NIM 1091561005
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
3/117
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAANMATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG
DI KABUPATEN BADUNG
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magisterpada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil
Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTERA KUMARAYASA MUDITA
NIM 1091561005
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
4/117
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 8 APRIL 2015
Pembimbing I Pembimbing II
I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D Ir. Mayun Nadiasa, MT
NIP. 19691016 199601 1 001 NIP. 19570801 198702 1 001
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA
NIP. 19620404 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 19590215 198510 2 001
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
5/117
iv
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal 8 April 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,
No. : 977/UN.14.4/HK/2015, Tanggal 1 April 2015
Ketua : I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D
Anggota :
1. Ir. Mayun Nadiasa, MT2. A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D3. GAP. Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D4. Ir. Ida Bagus Rai Adnyana, MT
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
6/117
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : PUTERA KUMARAYASA MUDITA
NIM : 1091561005
PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL KONSENTRASI MANAJEMEN
PROYEK KONSTRUKSI
JUDUL TESIS : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU
PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA
PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 15 April 2015
(Putera Kumarayasa Mudita)
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
7/117
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tesis ini dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D sebagai
pembimbing utama dan Bapak Ir. Mayun Nadiasa, MT sebagai pembimbing
kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat,
bimbingan dan saran selama dalam melakukan penulisan proposal penelitian,
pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.
PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana
di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr.
A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA
selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil atas ijin yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti Program Magister.
Ucapan terima kasih juga disampaiakan kepada A.A. Diah Parami Dewi, ST,
MT, Ph.D, GAP. Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D, Ir. Ida Bagus Rai
Adnyana, MT selaku penguji, yang telah banyak memberikan masukan serta kritik
yang mampu menyempurnakan tesis yang penulis buat, seluruh pegawai
sekretariat Program Studi Magister Teknik Sipil yang telah banyak membantu
dalam melaksanakan perkuliahan, serta keluarga atas segala dukungan dan
motivasi hingga tulisan ini dapat terwujud.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
8/117
vii
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTUTUNGGU PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK
GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG
Material merupakan salah satu sumber daya penting yang mempunyai
persentase cukup besar yaitu 50-70 % dari total biaya suatu proyek konstruksi.
Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi, kelancaran aliran material menuju lokasi
proyek harus dijaga. Hambatan akibat tidak tersedianya material menyebabkan
tertundanya pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan. Menunggu material
yang sering terjadi akan menyebabkan dampak yang besar terutama untuk proyek
skala besar yang menggunakan banyak tenaga kerja. Jika kedatangan materialyang diperlukan tidak sesuai jadwal pengadaan material, akan menyebabkan
tenaga kerja tersebut menganggur sehingga biaya proyek akan membengkak serta
terlambatnya waktu penyelesaian proyek. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material
konstruksi di Kabupaten Badung.
Data penelitian diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner terhadap 50
responden. Sampel penelitian diperoleh dengan purposive sampling yaitu
ditujukan pada para expert yang bekerja pada proyek gedung di Kabupaten
Badung. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, kuesioner terlebih
dahulu diuji validitasnya dengan korelasi Pearson Product-Moment dan
reliabilitasnya dengan metode Alpha Cronbach. Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan Analisis Faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua puluh empat variabel yang
teridentifikasi mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada
proyek gedung di kabupaten Badung. Semua variabel dapat dikelompokkan
menjadi 7 faktor (Faktor I, II, III, IV, V, VI, VII). Faktor paling dominan ditinjau
berdasarkan percent of variance adalah Faktor I yang terbentuk oleh enam
variabel yaitu proses produksi material pada pemasok, relasi antara kontraktor dan
pemasok, kurangnya stock material pada pemasok, ketersediaan alat angkut
transportasi material, akses menuju proyek, dan kondisi topografi yang ekstrim.
Kata kunci: Waktu Tunggu Pengadaan, Material Konstruksi, Analisis Faktor.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
9/117
viii
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE LEAD TIME OFCONSTRUCTION MATERIAL PROCUREMENT ON BUILDING
PROJECTS IN THE BADUNG REGENCY
Material is an important resource which is about 50-70% of the total cost of a
construction project. When undertaking construction projects, the smoothflow of
materials to the project site must be maintained. Constraints due to the
unavailability of material can cause delays in works that have been previously
scheduled. Waiting for material, which frequently happens, will have a big
impact, especially for large-scale projects that use a lot of labors. If the arrival of
the materials is not in accordance with the schedule of material procurementplanning, the workers will have nothing to do and the project cost will blow out
and there will be delays in project completion time. This research investigate the
factors which influence the waiting time of construction material procurement in
the Badung Regency.
Data was obtained by distributing a questionnaire to 50 respondents. A
research sample was obtained by purposive sampling aimed at the experts who
work on building projects in the Badung regency. Before being used as a research
instrument, the questionnaire was tested for the validity of data by using the
Pearson Product-Moment correlation and its reliability was tested using the
Cronbach alpha method. Processing and data analysis was conducted by Factor
Analysis.
The research results show there are twenty four variables identified that
influence the lead time of construction material procurement on building projects
in the Badung regency. All variables can be grouped into seven factors (Factor I,
II, III, IV, V, VI, VII). The most dominant factor reviewed based on the percent of
variance is Factor I which is formed by six variables being the material production
process at the suppliers, the relationships between contractors and suppliers, a lack
of material stock at the suppliers, the availability of material transportation, access
to the project, and extreme topography.
Key words: Procurement Lead Time, Construction Material, Factor Analysis.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
10/117
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM................................................................................ i
PERSYARATAN GELAR..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI....................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN................................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................... vi
ABSTRAK.............................................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................................ viii
DAFTAR ISI........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelititan....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 4
1.5 Batasan Penelitian...................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 5
2.1 Proyek Konstruksi dan Pelaksanaannya Secara Umum............. 5
2.2 Material dalam Proyek Konstruksi............................................ 6
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
11/117
x
2.3 Manajemen Material.................................................................. 8
2.4 Permasalahan dalam Manajemen Material................................ 11
2.5 Rantai Pasok (Supply Chain) dalam Proyek Konstruksi........... 15
2.6 Waktu Tunggu Material Konstruksi.......................................... 19
2.7 Wewenang dan Tanggung Jawab Personel Proyek................... 24
2.8 Teknik Sampling........................................................................ 26
2.9 Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................... 27
2.9.1 Uji Validitas..................................................................... 28
2.9.2 Uji Reliabilitas................................................................. 30
2.10 Instrumen Penelitian.................................................................... 33
2.11 Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian............................ 34
2.12 Analisis Faktor.......................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 39
3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................. 39
3.2 Lokasi Penelitian........................................................................... 39
3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 39
3.4 Teknik Sampling dan Jumlah Sampel.......................................... 40
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.............................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 49
4.1 Identifikasi Faktor......................................................................... 49
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian....................... 51
4.2.1 Uji Validitas........................................................................ 51
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
12/117
xi
4.2.2 Uji Reliabilitas...................................................................... 51
4.3 Karakteristik Responden............................................................... 53
4.4 Analisis Faktor untuk Penentuan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material
Konstruksi..................................................................................... 55
4.5 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Waktu Tunggu
Pengadaan Material....................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 74
5.1 Kesimpulan................................................................................... 74
5.2 Saran............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 78
LAMPIRAN............................................................................................ 80
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
13/117
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik antara pengadaan secara
tradisional dengansupply chain........................................... 18
Tabel 2.2 Linier Responsibility Chart dalam suatu proyek................... 24
Tabel 2.3 Nilai-nilai r Product Momen pada Taraf Signifikan 5%....... 29
Tabel 2.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r................................. 30
Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu
pengadaan material konstruksi............................................... 43
Tabel 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu
pengadaan material konstruksi pada proyek gedung
di kabupaten Badung............................................................. 49
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas................................................................. 51
Tabel 4.3 Proyek konstruksi sebagai obyek penelitian.......................... 54
Tabel 4.4 Karakteristik Responden....................................................... 55
Tabel 4.5 Nilai KMO dan Bartletts Test pada analisis faktor.............. 56
Tabel 4.6 Nilai MSA masing-masing variabel....................................... 57
Tabel 4.7 Hasil ekstraksi variabel untuk penentuan jumlah faktor........ 59
Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor dengan Rotasi Varimax.......................... 61
Tabel 4.9 Nilai MSA hasil uji faktor ke-tiga......................................... 63
Tabel 4.10 Hasil ekstrasi variabel uji faktor yang ke-tiga untuk
penentuan jumlah faktor........................................................ 65
Tabel 4.11 Hasil rotasi faktor uji faktor ke-tiga dengan rotasi varimax... 66
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
14/117
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh rantai pasok pada proyek konstruksi ...................... 17
Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling27
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian....................................................... 41
Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Validitas dan Reliabilitas Pada SPSS..... 46
Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Faktor Pada SPSS.......................... 48
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
15/117
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Proyek konstruksi terdiri dari berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas yang ada
berpengaruh pada banyaknya sumber daya yang digunakan. Sumber daya tersebut
diantaranya tenaga manusia atau pekerja, material/ bahan, dan alat-alat berat.
Material merupakan salah satu sumber daya yang penting. Menurut Ervianto
(2004), pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai
persentase cukup besar yaitu 50-70 % dari total biaya proyek. Oleh sebab itu
pengendalian material sangat diperlukan. Khususnya dalam proyek konstruksi
pengendalian material tidak bisa disamakan dengan industri-industri lainnya,
karena kapan dan berapa jumlah material yang dibutuhkan tidaklah memiliki
suatu pola yang konstan melainkan cenderung berubah-ubah. Jika pihak-pihak
yang terlibat dalam proyek konstruksi tidak mampu menjaga kelancaran arus
material maka akan mengganggu proses pelaksanaan proyek yang pada akhirnya
menjadi penyebab molornya penyelesaian proyek.
Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk menjamin kelancaran material
adalah melalui pengelolaan rantai pasok. Rantai pasok proyek konstruksi
menunjukkan suatu hubungan antara pemasok dan pelaku konstruksi dalam usaha
untuk mendatangkan suatu material konstruksi. Rantai pasok dapat bersifat lokal
nasional, bahkan dapat juga bersifat internasional. Bila material-material yang
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
16/117
2
diperlukan banyak terdapat di pasaran, rantai pasok yang terjadi umumnya hanya
bersifat lokal. Sebaliknya jika material tersebut langka di pasaran, mengakibatkan
rantai pasok menjadi berskala nasional bahkan internasional.
Dalam melakukan pengadaan material konstruksi, kendala yang umumnya
terjadi adalah material yang dipesan belum tiba atau terlambat datang. Semenjak
material tersebut dipesan hingga tiba di lokasi proyek, terdapat selang waktu
menunggu. Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu
sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang
(Prawirosentono, 2000). Waktu tunggu material konstruksi dapat dipengaruhi oleh
jarak antara proyek yang membutuhkan material dengan pemasok material. Bila
pemasok yang digunakan hanya pemasok lokal, maka waktu tunggu material
relatif singkat. Sebaliknya jika pemasok material yang digunakan adalah pemasok
di luar daerah, luar pulau atau pemasok di luar negeri, maka waktu tunggu
material menjadi relatif lebih lama.
Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi, kelancaran aliran material menuju
lokasi proyek sangat penting. Hambatan akibat tidak tersedianya material
menyebabkan tertundanya pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan
sebelumnya. Menunggu material yang sering terjadi akan menyebabkan dampak
yang besar terutama untuk proyek skala besar yang menggunakan banyak tenaga
kerja. Jika kedatangan material yang diperlukan tidak sesuai jadwal pengadaan
material rencana, akan menyebabkan tenaga kerja tersebut menganggur sehingga
biaya proyek akan membengkak serta terlambatnya waktu penyelesaian proyek.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
17/117
3
Untuk mengetahui penyebab waktu tunggu perlu dilakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi.
1.2Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material
konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
2. Apa saja faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan
material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu
pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
2. Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu
pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi Mahasiswa, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material
konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
18/117
4
2. Bagi Kontraktor, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam hal
perencanaan pengadaan material konstruksi.
1.5Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang dicari dalam penelitian adalah faktor-faktor secara umum,
bukan faktor-faktor khusus yang mempengaruhi masing-masing material yang
ada.
2. Nilai proyek yang ditinjau adalah minimum Rp. 10.000.000.000,00
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
19/117
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi dan Pelaksanaannya Secara Umum
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah
digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Dalam proyek konstruksi, produk yang
dihasilkan dapat berupa gedung, jalan, jembatan maupun bendungan. Sumber
daya yang digunakan dalam proyek konstruksi mencakup material, manusia, serta
alat-alat bantu pekerjaan.
Proses proyek konstruksi diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri
dengan serah terima. Pelaksanaan proyek konstruksi dikatakan berhasil jika dapat
memenuhi biaya, mutu, dan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk
mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan pengelolaan yang baik dalam
pelaksanaan proyek, salah satunya adalah pengelolaan material. Pengelolaan
material dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material
menjadi efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah akibat tidak tersedianya
material pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu perlu direncanakan pengadaan
material konstruksi dengan cermat. Perencanaan kebutuhan material
membutuhkan informasi-informasi yang dapat menunjang kegiatan proyek agar
keterkaitan penyediaan dan penggunaan material terhadap suatu pekerjaan dapat
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
20/117
6
berjalan dengan lancar dan keterlambatan jadwal pemesanan yang dapat
menyebabkan bertambahnya biaya pada proyek sebisa mungkin tidak terjadi.
2.2 Material dalam Proyek Konstruksi
Material merupakan salah satu aspek penting dalam proyek konstruksi.
Menurut Ervianto (2004), material mempunyai persentase cukup besar yaitu 50-
70% dari total biaya proyek. Hal tersebut menunjukkan bahwa material konstruksi
memerlukan pengelolaan yang baik agar material yang dibutuhkan dapat
diperoleh sesuai kuantitas, kualitas dan waktu yang tepat. Pengelolaan yang baik
dapat mengurangi terjadinya sisa material yang berlebih, keterlambatan
kedatangan material, keterlambatan penyelesaian proyek serta membengkaknya
biaya akhir proyek.
Material (bahan) konstruksi meliputi semua bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses
konstruksi (Ibrahim, 2007). Semakin kompleks suatu proyek, material yang
dibutuhkan akan semakin banyak dan beraneka ragam. Material konstruksi tidak
hanya berupa material utama yang akan menjadi bagian tetap dari suatu bangunan
tetapi juga termasuk bahan-bahan pendukung lainnya yang tidak menjadi bagian
tetap bangunan.
Menurut Ervianto (2004), material (bahan) konstruksi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu :
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
21/117
7
1. Bahan permanen
Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor untuk
membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap sebagai elemen bangunan. Jenis
bahan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan
spesifikasi). Rincian bahan permanen mencakup antara lain spesifikasi untuk
bahan yang digunakan, kwantitas bahan yang diperlukan, dan uji coba yang harus
dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum bahan diterima.
Bahan permanen yang membentuk bangunan konstruksi ada yang diproduksi
di lokasi proyek maupun diproduksi di luar proyek seperti pabrik. Contoh untuk
material yang diproduksi dalam pabrik adalah beton pracetak. Penggunaan beton
pracetak dapat memberi beberapa keuntungan diantaranya peningkatan kualitas
bahan, menghemat biaya konstruksi bangunan dan lebih ramah lingkungan.
Masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya terhadap material yang dibuat
tidak di lokasi proyek adalah waktu tunggu pemesanan. Pada pemesanan beton
pracetak terdapat waktu tunggu produksi dan waktu pengiriman yang perlu
diperhitungkan dengan cermat sehingga pelaksanaan proyek tidak terganggu
akibat keterlambatan material. Selain itu pembuatan beton pracetak yang
dilakukan di luar lokasi proyek seperti pabrik menyebabkan tambahan dalam
biaya transportasi.
2. Bahan sementara
Bahan sementara adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam
membangun proyek, tetapi tidak akan menjadi bagian dari bangunan
(disingkirkan) setelah digunakan. Jenis bahan ini tidak dicantumkan dalam
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
22/117
8
dokumen kontrak, sehingga kontraktor bebas menentukan sendiri bahan yang
dibutuhkan beserta pemasoknya. Dalam kontrak, kontraktor tidak akan
mendapatkan bayaran secara eksplisit untuk jenis bahan ini. Sehingga, pelaksana
harus memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya pelaksanaan berbagai
pekerjaan yang termasuk dalam kontrak.
Perancah yang digunakan untuk pengerjaan bangunan gedung merupakan
salah satu contoh bahan sementara. Penggunaan bahan sementara untuk suatu
proyek tergantung dari metode pengerjaan yang digunakan. Seperti pada proyek
jalan tol Bali yang dibuat di atas perairan, pada pengerjaan tiang pancang
dilakukan pengurugan terlebih dahulu untuk mempermudah pemasangan. Material
yang digunakan untuk mengurug tersebut termasuk dalam bahan sementara karena
tidak tercantum di dalam dokumen kontrak. Pengurugan bisa saja tidak dilakukan
melainkan digantikan dengan menggunakan ponton pancang, akan tetapi biaya
yang dikeluarkan akan menjadi lebih mahal.
2.3 Manajemen Material
Manajemen material dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan
organisasional untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan
kombinasi kemampuan manajerial dan teknis (Ervianto, 2004). Menurut Ervianto
(2004), dalam manajemen material terdapat beberapa proses yang dilewati yaitu :
1. Pemilihan Bahan
Pemilihan bahan dalam suatu proyek sangat ditentukan oleh rincian yang
tertera dalam gambar kerja dan spesifikasi. Bahan atau barang yang akan
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
23/117
9
dipilih untuk dibeli tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang ada,
kecuali jika memang ada perubahan dan telah mendapat persetujuan bersama
2. Pemilihan Pemasok Bahan
Pemilihan pemasok bahan bagi kontraktor pada umumnya berdasarkan harga
terendah, namun demikian faktor lain yang patut dan perlu dipertimbangkan
sebelum memutuskan adalah : keandalan pemasok, ukuran pemasok, layanan
purna jual yang ditawarkan pemasok, syarat pembayaran yang diminta oleh
pemasok, kualitas bahan yang dipasok, dan kemampuan pemasok untuk
menyediakan bahan dalam keadaan tidak terjadwal.
3. Pembelian Bahan
Kontraktor sebagai pelaksana suatu proyek seringkali terlibat dalam sejumlah
proyek dengan lokasi yang berbeda-beda. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, pembelian bahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu basis terpusat
dan basis lokal. Keuntungan basis terpusat antara lain pengendalian lebih baik
terutama dalam hal menghalangi praktik-praktik tidak wajar, harga bahan
lebih murah apabila pembelian dilakukan dalam jumlah besar, dan keahlian
dapat terbina bagi pihak yang bertanggungjawab atas pembelian. Sedangkan
keuntungan basis lokal adalah pengaturan khusus dapat dibuat secara lokal,
dan mengembangkan perdagangan masyarakat lokal.
4. Pengiriman Bahan
Pada saat menerima permintaan pembelian, petugas bagian pengiriman
mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa bahan
yang benar dapat dikirim pada tempat yang tepat dalam waktu yang diminta.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
24/117
10
5. Penerimaan Bahan
Bahan-bahan yang dipasok pada kontraktor harus diperiksa pada saat
diserahkan (Hal ini biasanya dilakukan oleh petugas gudang). Sebelum bahan
dibongkar petugas gudang harus memeriksa bahwa bahan-bahan yang
diserahkan benar-benar dipesan yang merupakan bagian dari proyek.
6. Penyimpanan Bahan
Tujuan akhir material konstruksi semenjak dipesan ada yang langsung
menuju site/ lokasi proyek dan ada juga yang menuju gudang penyimpanan.
Material yang langsung dikirim ke site dapat berupa pasir, kerikil dan batu
kali serta material yang tidak memerlukan ruang yang luas untuk
penempatannya. Bila pada lokasi proyek tidak terdapat ruang yang cukup,
material akan disimpan dalam gudang penyimpanan. Penyimpanan bahan
juga dilakukan terhadap bahan yang dipesan dalam jumlah banyak tetapi
belum dibutuhkan dalam proses konstruksi, serta material yang rentan
terhadap cuaca maupun yang mudah mengalami kerusakan seperti semen dan
keramik. Gudang penyimpanan ada yang bertempat di lokasi proyek maupun
di luar proyek. Petugas gudang bertanggung jawab menjaga penyimpanan
semua bahan-bahan antara waktu diserahkan kepada pihak proyek sampai
dengan bahan dikeluarkan dari gudang untuk digunakan dalam proyek. Aspek
utama manajemen bahan adalah aspek keamanan fisik dan selalu siap
(availibility). Pemeriksaan secara periodik terhadap bahan-bahan yang
disimpan harus diadakan untuk memperkuat catatan petugas gudang dan
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
25/117
11
tindakan yang tepat dilakukan bila jumlah bahan yang disimpan tidak sesuai
dengan catatan.
7. Pengeluaran Bahan
Kebutuhan bahan untuk keperluan pembangunan proyek pertama-tama harus
didapat dari gudang. Untuk melakukan hal tersebut, bagi yang memerlukan
bahan pertama kali harus melengkapi berita acara yang dikeluarkan bagian
gudang. Berita acara ini berisi informasi sehubungan dengan jumlah dan jenis
bahan yang diambil, maksud penggunaan bahan, dan lain sebagainya.
2.4 Permasalahan dalam Manajemen Material
Permasalahan dalam manajemen material secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dan material
yang tiba terlalu dini (Burgess and White, 1979; Kaming et al., 1997; Nugraha et
al., 1985; OBrien, 1984; OBrien et al., 1971 dalam Ekaputra, 2001). Masalah
material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dapat disebabkan oleh beberapa
hal antara lain :
1. Dari aspek aktivitas, hal-hal yang dapat menyebabkan material tidak tersedia
saat dibutuhkan adalah :
- Aktivitas yang dimajukan pelaksanaannya
- Aktivitas yang terlalu cepat selesai, hal ini bisa disebabkan oleh
produktivitas pekerja yang tinggi atau karena kesalahan estimasi.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
26/117
12
2. Dari aspek engineer.
Penundaan persetujuan terhadap gambar kerja/ contoh material yang terlalu
lama dapat mengurangi waktu pengadaan sehingga material tidak dapat
dikirim pada waktunya.
3. Dari aspek Pemasok, yaitu :
- Material dikembalikan karena kualitasnya tidak memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan.
- Terjadi penundaan pada pengiriman karena kesulitan transportasi.
- Terjadi hambatan pada proses pabrikasi yang menyebabkan produksi
macet/ tersendat.
- Ada unsur kesengajaan dari pemasok untuk menahan material sampai
kontraktor melunasi pembayaran pesanan terdahulu.
4. Dari aspek teknis kontraktor, antara lain :
- Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait
dengan proses pengadaan material.
- Material mengalami kerusakan atau hilang karena proses penanganan dan
penyimpanan yang kurang baik.
- Kualitas staf pengadaan material yang kurang baik
- Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap penyalur kurang
diperhatikan.
5. Dari aspek non teknis, antara lain:
- Terjadi kecelakaan saat pengiriman material
- Terjadi pemogokan buruh atau angkutan
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
27/117
13
- Masalah cuaca
- Terjadi bencana alam
- Pengadaan material diatur oleh pemilik proyek sehingga kontraktor tidak
dapat menekan penyalur karena perjanjian pembelian dilakukan oleh
pemilik proyek sendiri.
Pengaruh dari tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan dapat berupa
peningkatan biaya proyek dan mundurnya jadwal aktivitas proyek, terutama jika
terjadi pada aktivitas yang berada pada jalur kritis. Peningkatan biaya yang terjadi
diantaranya adalah biaya ongkos pekerja, karena walaupun menganggur, pekerja
tersebut tetap harus dibayar. Mundurnya jadwal aktivitas proyek dapat
memberikan resiko terkena pinalti oleh pihak owner. Untuk itu pengendalian
material memegang peranan penting dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Permasalahan berikutnya adalah material yang tiba terlalu dini. Hal ini dapat
disebabkan antara lain :
a. Dari aspek aktivitas, yaitu :
- Aktivitas yang dimundurkan waktu pelaksanaannya
- Aktivitas yang terlalu lambat diselesaikan, hal ini bisa disebabkan oleh
kesalahan estimasi waktu pekerjaan atau karena produktivitas yang rendah.
b. Dari aspek penyalur, yaitu:
- Penyalur ingin cepat mendapatkan uangnya sehingga terpacu untuk
mempercepat produksi.
- Penyalur memiliki stock material dalam jumlah besar
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
28/117
14
c. Dari aspek teknis kontraktor, antara lain :
- Material tersebut termasuk material kunci dengan waktu pengadaan yang
panjang sehingga kontraktor memutuskan untuk mendatangkannya jauh-
jauh hari. Hal ini merupakan langkah antisipasi jika sampai terjadi
kesalahan maka masih ada waktu untuk memperbaikinya.
- Lokasi proyek yang terpencil membuat biaya pengadaan material menjadi
mahal sehingga untuk menghemat biaya transportasi beberapa material
dikirim sekaligus walaupun masih belum dibutuhkan di proyek.
- Areal kerja yang luas memungkinkan untuk membuat tempat penyimpanan
bagi material-material yang diperlukan untuk proyek.
- Staf yang belum berpengalaman dalam membuat estimasi waktu proyek
dan waktu pengadaan.
- Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar divisi-divisi yang terkait
dengan proses pengadaan.
d. Dari aspek non teknis, yaitu:
- Adanya pengaruh dari penyalur yang memberi potongan harga yang besar
untuk pembelian material dalam jumlah besar.
- Adanya kelangkaan material sehingga diperkirakan material akan sulit
diperoleh pada saat dibutuhkan.
- Adanya fluktuasi harga dimana ada kecenderungan prosentase kenaikan
harganya melebihi prosentase pengembalian pinjaman bank.
- Pengadaan material diatur oleh pemilik proyek dan tidak dikoordinasikan
dengan kontraktor mengenai waktu pengadaannya.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
29/117
15
Kedatangan material yang terlalu dini secara sepintas memang tidak
menimbulkan dampak langsung yang nyata pada proyek akan tetapi sebenarnya
hal tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan
lebih lanjut. Masalah pertama adalah masalah penyimpanan material. Bila areal
proyek tidak cukup luas maka akan sulit menghadapi volume material yang
didatangkan dalam jumlah besar. Untuk itu perlu biaya tambahan untuk membuat
areal penyimpanan baru untuk menghindari masalah seperti kerusakan material
akibat cuaca dan kehilangan material akibat dicuri. Masalah berikutnya adalah
masalah pengaturan dana proyek. Mendatangkan material terlalu dini
menyebabkaan perusahaan membayar lebih cepat dari seharusnya sehingga uang
perusahaan akan terikat pada material tersebut tanpa dapat mendatangkan laba,
kecuali dapat ditaksir dengan perhitungan bahwa akan ada kenaikan harga-harga
material dan prosentase kenaikan harganya melebihi prosentase pengembalian
pinjaman bank.
2.5 Rantai Pasok (Supply Chain) dalam Proyek Konstruksi
Menurut Djokopranoto dan Indrajit (2009), rantai pasok adalah suatu sistem
tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada
pelanggannya.
Demikian juga dengan Lambert et al (1998) menyatakan rantai pasok adalah
barisan perusahaan yang menyalurkan barang dan jasa menuju pasar. Tidak jauh
berbeda dengan yang dijelaskan Chopra dan Meindl (2001), bahwa rantai pasok
terdiri dari semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
30/117
16
dalam pemenuhan permintaan konsumen. Sedangkan pengertian yang lebih dalam
mengenai rantai pasok disampaikan Ganeshan dan Harrison (1995), yaitu rantai
pasok merupakan suatu jaringan dari pilihan fasilitas dan distribusi yang
menunjukkan fungsinya dalam pembelian material, transformasi material tersebut
menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, dan pendistribusian barang
yang sudah jadi tersebut kepada pelanggan.
Dalam dunia proyek konstruksi, rantai pasok dapat diartikan sebagai suatu
istilah yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dari organisasi-organisasi
atau perusahaan-perusahaan dalam kaitannya terhadap perubahan suatu material
dasar, barang atau jasa menjadi sebuah barang jadi berupa bangunan konstruksi
seperti gedung, jalan, jembatan dan lainnya bagi pelanggan. Contoh rantai pasok
pada proyek konstruksi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa dalam rantai pasok proyek
konstruksi diawali dari adanya aliran informasi yang bersumber dari lokasi proyek
tentang kebutuhan akan suatu material. Informasi tersebut kemudian disalurkan
kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap material seperti logistik. Logistik
akan memeriksa keadaan stock material yang biasanya disimpan di gudang
penyimpanan. Bila tidak ada stock tersisa dari material yang dibutuhkan tersebut
atau material yang dibutuhkan tersebut memang tidak ada dalam data gudang,
maka dilakukan pesanan kepada pemasok. Jika sudah diputuskan pemasok yang
tepat dan kesepakatan akan harga maupun kuantitas tercapai, selanjutnya tinggal
menunggu kedatangan material tersebut. Panjang pendeknya waktu menunggu
material salah satunya dapat dipengaruhi oleh ketersediaan stock pada pemasok.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
31/117
17
Gambar 2.1 Contoh rantai pasok pada konstruksi
(Sumber : Taylor and Bjornsson, 1999)
Bila stock mencukupi, material akan langsung dapat didstribusikan. Tetapi bila
stock habis, pemasok akan mendatangkan material tersebut dari pemasok lain
yang biasanya sudah menjalin kerjasama yang baik satu sama lain, seperti
misalnya memesan ke pemasok yang ada di luar daerah. Terdapat pula hubungan
lain yaitu dari pemasok barang jadi atau Original Equipment Manufacturer ke
pemasok barang setengah jadi atau Component Manufacturer hingga ke pemasok
bahan mentah. Umumnya hubungan ini terjadi bila pemasok utama yang dipesan
tersebut adalah pemasok yang melakukan pabrikasi sendiri, misalnya pemasok
beton pra cetak. Aliran material akan mengalir sedemikian rupa dari pemasok
Keterangan :
= Inventory (persediaan) = pemasok bahan mentah
= Distribusi = Aliran material
= Aliran informasi = Supply house/ gudang
penyimpanan
= Lokasi proyek = Component manufacturer
atau OEM (Original
E ui ment manufacturer
Component
Manufacturerr
Component
Manufacturerr
OEM Manufacturerr
Supply House
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
32/117
18
menuju gudang penyimpanan dan selanjutnya tiba di lokasi proyek. Demikianlah
siklus rantai pasok pada proyek konstruksi secara umum.
Konsep rantai pasok merupakan konsep baru dalam melihat persoalan
logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan internal masing-
masing perusahaan dalam mengelola material dan pemecahannya dititikberatkan
pada pemecahan secara internal di masing-masing perusahaan. Dalam konsep
baru, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang
sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir,
yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Tabel 2.1 menunjukan perbedaan
antara pengadaaan secara tradisional dengan supply chain
Tabel 2.1. Perbedaan karakteristik antara pengadaan secara tradisional dengansupply
chain.
Elemen Manajement logistik
tradisional
Supply Chain Management
Pengelolaan inventory Dilakukan oleh bagian
logistik perusahaan
Dilakukan secara bersama-
sama pada semua rantai
pengadaan
Pendekatan biaya
keseluruhan
Meminimalkan biaya
perusahaan
Efisiensi pada seluruh rantai
pengadaan
Jangka waktu Jangka pendek Jangka panjang
Pembagian dan monitoring
sejumlah informasi
Dibatasi oleh kebutuhan
transaksi sesaat
Sesuai kebutuhkan proses
perencanaan dan monitoring
Koordinasi pada semua
tingkat saluran
Kontak tunggal untuk
transaksi antara pasangan
saluran
Multi kontak diantara
tingkatan pada perusahaan
dan saluran rantai pengadaan
Perencanaan bersama Berdasarkan transaksi Berkelanjutan
Kesesuaian dengan
kebijakan perusahaan
Tidak relevan Kesesuaian sedikitnya pada
kunci hubungan baik
Luas lingkup supplier Lingkup lebar, untuk
meningkatkan persaingan
dan antisipasi terhadap
resiko
Lingkup sempit, untuk
meningkatkan koordinasi
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
33/117
19
Elemen Manajement logistik
tradisional
Supply Chain Management
Kepemimpinan saluran Tidak diperlukan Diperlukan untuk fokus padakoordinasi
Pembagian resiko dan
penghargaan
Pada perusahaan sendiri Resiko dan penghargaan
dibagi dalam rentang waktu
jangka panjang
Kecepatan operasi,
informasi dan tingkatan
inventory
Berorientasi pada
pergudangan
(penyimpan, stok
pengaman)
Berorientasi pada pusat
distribusi (kecepatan
inventory) yang saling
terhubung, respon segera
pada masing-masing saluran
Sumber : Cooper dan Ellram, 1993
2.6 Waktu Tunggu Material Konstruksi
Menurut Prawirosentono (2000), waktu menunggu pesanan adalah waktu
antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan
tersebut masuk ke gudang. Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan. Cenderung
bervariasi, tergantung jumlah yang dipesan dan waktu pemesanan. Dalam praktek
secara nyata tujuan material sejak dilakukan order tidak selalu gudang
penyimpanan. Material dapat langsung dikirim ke lokasi proyek tanpa melalui
gudang bila memang dibutuhkan segera dan tersedia ruang penempatan yang
cukup untuk material tersebut. Oleh karena itu waktu yang dibutuhkan material
sejak dipesan hingga material tiba di site proyek juga disebut waktu tunggu
pesanan.
Waktu tunggu material dalam proyek konstruksi tidaklah konstan namun
cenderung berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu tunggu
material konstruksi yaitu (Ekaputra, 2001) :
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
34/117
20
a. Proses produksi material pada pemasok
Dalam proyek konstruksi, terdapat material yang membutuhkan proses
pabrikasi terlebih dahulu sebelum dapat didatangkan. Salah satu material
tersebut adalah beton pracetak. dimana bila terjadi hambatan pada proses
produksi maka akan menyebabkan waktu tunggu material bertambah lama.
b. Kurangnya stock material pada pemasok
Bila jumlah pesanan melebihi jumlah stock material yang tersedia pada
pemasok maka kedatangan material akan lebih lama karena menunggu
pemenuhan material yang kurang tersebut.
c. Ketersediaan alat angkut transportasi material
Alat angkut dibutuhkan untuk mendistribusikan material menuju lokasi
proyek. Jumlah alat angkut yang memadai sangat penting untuk dapat
melayani pengiriman material terutama jika pesanan yang diperoleh banyak
dan lokasinya saling berjauhan.
d. Kelancaran pembayaran oleh kontraktor
Kelancaran pembayaran dapat menjadi penyebab tertundanya kedatangan
material. Bila kontraktor belum melakukan pembayaran meskipun material
telah tiba untuk waktu yang lama maka menyebabkan kekhawatiran terhadap
pemasok. Untuk menekan kontraktor, pemasok sering kali sengaja menahan
material sampai kontraktor melunasi pembayaran pesanan terdahulu.
e. Jenis material yang dipesan
Material yang digunakan dalam proyek konstruksi adalah beraneka ragam
contohnya keramik, pasir, semen, cat, besi tulangan, dan kayu. Material yang
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
35/117
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
36/117
22
penyesuaian mutu dan waktu agar hasil pelaksanaan memenuhi persyaratan.
Bagian logistik berperan dalam membuat jadwal pengadaan material,
melakukan survey dan memberi informasi kepada kepala proyek tentang
sumber dan harga material, melakukan pembelian material yang telah
diputuskan, melaksanakan administrasi pemesanan dan pengiriman, serta
membuat administrasi pergudangan tentang penerimaan, penyimpanan dan
pemakaian bahan. Bidang pelaksanaan berperan dalam menjaga dan
mengusahakan daya guna hasil dan pemakaian bahan. Koordinasi dan
komunikasi yang baik antara divisi-divisi tersebut akan melancarkan proses
pengadaan material konstruksi.
i. Kualitas staf pengadaan
Kualitas staf pengadaan dapat mempengaruhi proses pengadaan material. Jika
kualitas staf kurang memadai, akan berakibat banyaknya terjadi kesalahan-
kesalahan sepertid kesalahan dalam membaca mutu material sehingga
material yang datang tidak seusai pesanan.
j. Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang
diperhatikan. Dalam proyek skala besar yang membutuhkan banyak jenis
material, perlu dilakukan kontrol terhadap pemasok. Kontrol tersebut
berkaitan dengan ketepatan waktu pengiriman yang dilakukan pemasok.
k. Kecelakaan pada saat pengiriman material
Kecelakan dapat terjadi karena kondisi jalan yang kurang baik atau akibat
kondisi kendaraan angkut material yang sudah tidak laik jalan.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
37/117
23
l. Cuaca buruk
Cuaca buruk seperti badai dapat menjadi salah satu penyebab keterlambatan
material terutama bila alat angkut yang digunakan adalah kapal laut.
m. Bencana alam
Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang dapat mengganggu
distribusi material. Hal ini sering terjadi pada jalan-jalan yang melewati
medan perbukitan.
n. Pemogokan buruh
Pemogokan dapat disebabkan karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan
para pekerja seperti kenaikan gaji. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya
produksi material-material yang memerlukan tenaga buruh.
o. Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek
Dalam proyek dengan sistem swakelola, pihak owner memiliki kewenangan
penuh dalam penentuan material yang digunakan. Pengadaan material bisa
terlambat bila harus menunggu persetujuan owner terhadap sampel material
yang digunakan sehingga akan memperlambat pelaksanaan pekerjaan.
p. Kenaikan Harga Material
Fluktuasi harga material dapat dipengaruhi salah satunya oleh kondisi
ekonomi negara. Kenaikan harga material yang tinggi akan membuat pihak
kontraktor menunda pengadaan material. Penundaan bertujuan untuk
melakukan penyesuaian harga, sehingga dapat dihindari kerugian akibat
selisih harga yang besar.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
38/117
24
2.7 Wewenang dan Tanggung Jawab Personel Proyek
Pada suatu proyek konstruksi terdapat pembagian wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda terhadap personel proyek yang terlibat. Seorang
manajer proyek bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan proyek dan
memiliki wewenang paling tinggi dalam struktur organisasi pelaksanaan.
Sedangkan seorang logistik memiliki tanggung jawab terhadap material dari
proyek yang dikerjakan. Wewenang dan tanggung jawab personel lain dalam
suatu proyek konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.2. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat
diagram linier tanggung jawab atau LRC (Linier Responsibility Chart). LRC
adalah suatu alat/ informasi yang berfungsi sebagai alat komunikasi bagi personel
proyek dalam menjalankan tugasnya, menampilkan tingkatan organisasi, hierarki
personel dan tanggung jawabnya serta hubungan antar staf serta pimpinan (Husen,
2011). Diagram ini mempermudah pembuatan deskripsi pekerjaan pada masing-
masing hierarki organisasi proyek secara lebih detail.
Tabel 2.2Linier Responsibility Chart dalam suatu proyek
Hierarki Organisasi Proyek
Kegiatan Pemilik
proyek
Konsultan
perencana
Konsultan
pengawas
Manajer
proyek
Site
manajerMenetapkan sasaran &
tujuan proyek
A e e f f
Menetapkan kebijakan
proyek
A e e f f
Perencanaan proyek E a e f f
Pengawasan &
pengendalian proyek
H h a j j
Pembayaran proyek A c b i j
Struktur organisasi
pelaksanaan
H h c a f
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
39/117
25
Administrasi
pelaksanaan
D d c h i
Anggaran pelaksanaan D d d a fPengawasan &
pengendalian
pelaksanaan
D d e a g
Pelaksanaan proyek D d g a f
Material D d c i h
Hierarki Organisasi Proyek
Kegiatan Site engineer Pelaksana Logistik Administrasi/
Keuangan
Menetapkan sasaran &tujuan proyek
F f f j
Menetapkan kebijakan
proyek
F f f j
Perencanaan proyek F f f j
Pengawasan &
pengendalian proyek
J j j j
Pembayaran proyek J j j j
Struktur organisasi
pelaksanaan
F f f f
Administrasipelaksanaan
I i i a
Anggaran pelaksanaan F f f j
Pengawasan &
pengendalian
pelaksanaan
G g g g
Pelaksanaan proyek F f f j
Material H h a j
Keterangan wewenang dan tanggung jawab:
a. Tanggung jawab penuh f. Melaksanakanb. Memberi pengesahan g. Mengawasi
c. Memberi persetujuan/ rekomendasi h. Mendapat laporan
d. Mengetahui i. Membuat laporan
e. Memberi konsultasi j. Terlibat membantu
Sumber : Husen, 2011
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
40/117
26
2.8 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan.
Secara skematis, macam-macam teknik sampling ditunjukkan pada Gambar 2.2
(Sugiyono, 2010). Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010).
Teknik sampling yang digunakan penelitian ini adalah purposive sampling
dari kelompok nonprobability Sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Misalnya akan
melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya
adalah orang yang ahli makanan. Teknik ini cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
41/117
27
Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling
(Sumber : Sugiyono, 2010)
2.9 Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu alat ukur yang digunakan mengumpulkan data penelitian harus
memenuhi syarat lolos uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk
mengetahui valid atau tidaknya suatu alat ukur. Valid menunjukkan derajat
ketepatan, yaitu ketepatan alat ukur dalam mengukur apa yang ingin diukur. Suatu
kuesioner dikatakan valid bila pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner
mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Sedangkan Uji
reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini
kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang
sama akan menghasilkan data yang konsisten bila jawaban seseorang terhadap
pertanyaan dalam kuesioner tidak berubah walaupun menjawabnya kembali di
waktu yang lain, maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel.
Teknik
Sampling
Probabilitysam lin
Non probabilitysam lin
1. Simple random sampling
2. Proportionate stratified
random sampling
3. Disproportionate stratified
random sampling
4. Area (cluster) sampling
(sampling menurut daerah)
1. Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling insidental
4. Purposive sampling
5. Sampling jenuh
6. Snowball sampling
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
42/117
28
2.9.1 Uji Validitas
Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson
product moment. Pengujian dengan teknik korelasi tersebut dilakukan dengan cara
mengukur korelasi antara item/ variabel dengan skor total variabel. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
rxy = (2-1)
keterangan :
rxy = koefisien korelasi Pearson Product Moment atau nilai validitas
N = jumlah responden
xiyi = jumlah perkalian skor butir dan skor variabel
xi2 = jumlah skor butir pertanyaan kuadrat
yi2 = jumlah skor variabel kuadrat
xi = jumlah skor butir pertanyaan
yi = jumlah skor variabel
Setelah dihitung menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan valid
tidaknya suatu item maka digunakan kriteria penilaian sebagai berikut (Priyatno,
2010) :
- Jika rhitung > rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)
- Jika rhitung < rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
43/117
29
Nilai rtabel adalah tergantung dari jumlah sampel/ responden (N). Nilai
tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu
item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi
pada taraf signifikan 0,05 atau 5%, artinya suatu item dianggap valid jika
berkorelasi signifikan terhadap skor total.
Tabel 2.3 Nilai-nilai r Product Momen pada Taraf Signifikan 5%
N r N r N r
3 0,997 27 0,381 55 0,266
4 0,950 28 0,374 60 0,254
5 0,878 29 0,367 65 0,244
6 0,811 30 0,361 70 0,235
7 0,754 31 0,355 75 0,227
8 0,707 32 0,349 80 0,220
9 0,666 33 0,344 85 0,21310 0,632 34 0,339 90 0,207
11 0,602 35 0,334 95 0,202
12 0,576 36 0,329 100 0,195
13 0,553 37 0,325 125 0,176
14 0,532 38 0,320 150 0,159
15 0,514 39 0,316 175 0,148
16 0,497 40 0,312 200 0,138
17 0,482 41 0,308 300 0,113
18 0,468 42 0,304 400 0,09819 0,456 43 0,301 500 0,088
20 0,444 44 0,297 600 0,080
21 0,433 45 0,294 700 0,074
22 0,423 46 0,291 800 0,070
23 0,413 47 0,288 900 0,065
24 0,404 48 0,284 1000 0,062
25 0,396 49 0,281
26 0,388 50 0,279
Sumber : Sugiyono, 2010
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
44/117
30
Ketentuan nilai r adalah tidak lebih dari (-1 r +1). Apabila nilai r = -1 artinya
korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti
korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r diinterpretasikan seperti dalam
Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r
Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan
0,801,000
0,600,799
0,400,599
0,200,399
0,000,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
Sumber : Riduwan, 2007
2.9.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keandalan/ konsistensi alat ukur tersebut dalam mengukur
apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu digunakan akan
memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan ukuran suatu
kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-
sama terhadap seluruh butir pertanyaan.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
45/117
31
Pengukuran reliabilitas bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Suryabrata, 2006):
1. Metode uji ulang (test-retest method). Pada metode ini instrumen yang
mengandung pertanyaan yang sama diberikan kepada sekelompok subjek dua
kali, dengan selang waktu tertentu (misalnya dua minggu atau tiga minggu).
Lalu skor pada perekaman data yang yang pertama dan skor pada perekaman
data yang kedua itu dikorelasikan. Angka korelasi itulah yang merupakan
koefisien reliabilitas.
2. Metode bentuk paralel (parallel-form method). Pada metode ini disusun dua
perangkat instrumen yang paralel (kembar), misalnya perangkat A dan
perangkat B. Kedua perangkat instrumen itu diberikan kepada satu kelompok
subjek dalam waktu berturutan, atau dengan selang waktu sedikit. Skor pada
perangkat A dikorelasikan dengan skor pada perangkat B. koefisien korelasi
itulah yang merupakan koefisien reliabilitas.
3. Metode pengujian satu kali (single trial method). Dalam metode ini
seperangkat instrumen diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, lalu
dengan cara tertentu diestimasi reliabilitas instrumen tersebut.
Metode uji-ulang dan metode bentuk paralel mengandung keterbatasan atau
kesulitan, oleh karena itu di dalam praktek jarang peneliti menggunakan kedua
metode tersebut. Para peneliti umumnya memilih menggunakan metode pengujian
satu kali (Suryabrata, 2006). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
46/117
32
cara single trial method dengan menggunakan skala likert. Sedangkan metode
penilaian yang digunakan adalah Alpha Cronbach, yaitu (Arikunto, 2006):
r11 = (2-2)
keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
Si = jumlah varians skor tiap item
St = jumlah varians
k = jumlah item
Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai
1. Jika skala itu dikelompokkan kedalam lima kelas dengan ring yang sama, maka
ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut (Triton, 2005):
1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel
2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel
3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60 berarti cukup reliabel
4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80 berarti reliabel
5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel
Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha Cronbach
untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak. Software SPSS
digunakan untuk membantu perhitungan agar lebih cepat dan akurat.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
47/117
33
2.10 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan
daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang
yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan
pengguna. Orang yang diharap memberi respons ini disebut responden. Menurut
cara menyusun pertanyaan, kuesioner dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup (Sukandarrumidi, 2006).
a. Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan
yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/
terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/ pandangan dan
pengetahuannya. Kuesioner terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat
memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada
responden.
b. Kuesioner tertutup
Kuesioner tertutup adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan
yang dituliskan telah disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal
memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan. Kuesioner tertutup sering
digunakan dan cukup populer dalam suatu penelitian survei karena memberikan
keseragaman jawaban sehingga data yang diperoleh lebih mudah diolah daripada
bentuk kuesioner terbuka (Morissan, 2012).
Perlu diperhatikan bahwa kuesioner disamping bertujuan untuk menampung
data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu kertas kerja yang harus
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
48/117
34
ditatalaksanakan dengan baik. Ada beberapa kelengkapan dari sebuah kuesioner,
yaitu (Morissan, 2012):
1. Adanya subyek yaitu individu atau lembaga yang melakukan penelitian dan
tujuan dilakukannya survei.
2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk turut
serta mengisi secara aktif dan obyektif dari pertanyaan maupun pernyataan
yang tersedia.
3. Ada petunjuk pengisian kuesioner, dan petunjuk yang tersedia harus mudah
dimengerti.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat jawaban, baik secara
tertutup ataupun terbuka. Selain itu isian untuk indentitas dari responden juga
harus disediakan.
2.11 Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian
Skala pengukuran yang digunakan pada instrumen penelitian adalah skala
Likert. Skala Likert merupakan salah satu skala yang paling banyak digunakan
pada penelititan sosial (Morissan, 2012). Penyusunan skala likert dalam kuesioner
mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing
pernyataan yang ada pada kuesioner. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk
pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif,
dan pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap.
Pada penelitian ini menggunakan bentuk pernyataan positif dimana skor
pernyataan positif dimulai dari 1 untuk Sangat Rendah (SR), 2 untuk Rendah (R),
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
49/117
35
3 untuk Sedang (S), 4 untuk Tinggi (T), dan 5 untuk Sangat Tinggi (ST). Skor
pernyataan negative dimulai dari 1 untuk Sangat Tinggi (ST), 2 untuk Tinggi (T),
3 untuk Sedang (S), 4 untuk Rendah (R), dan 5 untuk Sangat Rendah (SR).
2.12 Analisis Faktor
Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate
yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor digunakan untuk
menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau
beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.
(Santoso, 2010).
Tahapan dalam Analisis Faktor dapat dilihat dalam urutan sebagai berikut
(Santoso, 2010) :
1. Memilih variabel yang layak untuk analisis faktor
Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang
dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian
dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian variabel-
variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian.
Jika sebuah variabel mempunyai kecenderungan mengelompok dan
membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi
yang cukup tinggi dengan variabel lain. Beberapa pengukuran yang dapat
dilakukan antara lain dengan memperhatikan nilai KMO dan nilai MSA.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
50/117
36
a. Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO. Nilai
tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05 memberikan
indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan
oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO
yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara
pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya
sehingga faktor tidak layak digunakan.
Variabel-variabel yang sudah diketahui dan juga data-data yang didapat dari
responden dan selanjutnya dimasukkan ke dalam menu SPSS. Karena analisis
faktor berupaya untuk mengelompokkan sejumlah variabel maka seharusnya
ada korelasi yang cukup kuat diantara masing-masing variabel, jika variabel
berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan
dikeluarkan dari analisis faktor. Alat ukur seperti nilai MSA (Meassures of
Sampling Adequency) dapat digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA
dari masing-masing variabel harus lebih besar dari 0,5.
b. Nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency)
Tujuan pegukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses
pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Nilai MSA berkisar 0 sampai
1 dengan kriteria (Santoso, 2010):
(1)MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain.
(2)MSA > 0,5 , variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
51/117
37
(3)MSA < 0,5 , variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
2. Susun ekstrasi variabel
Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi
beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal
Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan
dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing
faktor dalam menghitung varian dari variabel-variabel yang dianalisis. Nilai eigen
(eigen value) dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor
yang terbentuk (Santoso, 2010).
Setiap kelompok faktor memiliki nilai percent of varianceyaitu kemampuan
untuk menjelaskan keragaman total yang berbeda-beda. Kelompok faktor pertama
memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor
kedua. Kelompok faktor kedua memiliki kemampuan menjelaskan lebih tinggi
dari pada kelompok faktor ketiga dan seterusnya. Atau dengan kata lain, faktor-
faktor yang diekstrasi sedemikian rupa, menerangkan bahwa faktor pertama
menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli (paling
dominan), faktor kedua menyumbang terbesar kedua, faktor ketiga menyumbang
terbesar ketiga dan begitu seterusnya.
3. Rotasi Kelompok Faktor
Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks
komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah
kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
52/117
38
disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok
faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading
factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada matriks komponen
(Component Matrix) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading
yang dihasilkan pada matriks komponen masih kurang jelas dalam
menggambarkan perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk
memperjelas maka dilakukan proses rotasi, yang menghasilkan matriks komponen
rotasi (Rotated Component Matrix).
4. Menamakan Kelompok Faktor
Setelah terbentuk kelompok faktor, maka proses dilanjutkan dengan
memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus
dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu kelompok faktor hendaknya
mencerminkan variabel-variabel yang tergabung/ terbentuk di dalamnya.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
53/117
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Model pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan disebarkan ke masing-
masing responden sehingga diperoleh hasil berupa tanggapan atas permasalahan
yang diangkat dalam penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini diadakan di Kabupaten Badung. Lokasi ini dipilih karena
Kabupaten Badung merupakan salah satu wilayah di Bali yang banyak terdapat
proyek konstruksi skala besar.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu
berupa data primer. Data primer dalam penelitian ini berupa tanggapan responden
atas hasil jawaban kuesioner yang diperoleh langsung dari hasil survei. Survei
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada proyek-proyek konstruksi gedung
di Kabupaten Badung dengan nilai proyek minimal 10 miliar.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
54/117
40
3.4 Teknik Sampling dan Jumlah Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Berdasarkan pertimbangan bahwa semakin besar nilai
proyek maka jumlah dan jenis material yang digunakan juga semakin banyak.
Selain itu pengelolaan material juga semakin kompleks sehingga permasalahan
material akan lebih banyak dijumpai pada proyek-proyek berskala besar. Proyek
yang ditinjau dalam penelitian ini adalah yang memiliki nilai minimal 10 miliar
rupiah. Responden penelitian adalah para ekspert yang bekerja pada proyek yang
ditinjau. Definisi ekspert adalah responden yang mengetahui tentang pengadaan
material pada proyek dan memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun.
Menurut Sugiyono (2010), ukuran sampel yang layak dalam penelitian
adalah antara 30 sampai dengan 500. Sedangkan menurut Santoso (2010), jumlah
sampel yang ideal untuk analisis faktor adalah 50 sampai 100 sampel. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 sampel. Sampel tersebut
merupakan para responden yang bekerja pada proyek-proyek konstruksi gedung di
Kabupaten Badung.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang disajikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda
centang pada kolom atau tempat yang sesuai. Skala pengukuran yang digunakan
pada instrumen penelitian adalah skala Likert. Skor pernyataan yang digunakan
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
55/117
41
adalah mulai dari 1 sampai dengan 5, dimana 1 untuk Sangat Rendah (SR), 2
untuk Rendah (R), 3 untuk Sedang (S), 4 untuk Tinggi (T), dan 5 untuk Sangat
Tinggi
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur dan Brainstorming
Desain Kuesioner
U i Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner Valid
dan Reliabel
Tidak
Penyebaran Kuesioner
Analisis Data Hasil Penyebaran kuesioner MenggunakanAnalisis Faktor dengan bantuan SPSS
Selesai
Kesim ulan dan Saran
ya
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
56/117
42
Pada Gambar 3.1 dapat dilihat diagram alir penelitian secara umum mulai
dari identifikasi masalah, studi literatur, penyusunan instrumen penelitian,
pengumpulan data, hingga didapatkan kesimpulan akhir hasil dari analisis data
menggunakan analisis faktor.
Untuk menyelesaikan penelitian ini diperlukan beberapa tahapan yaitu :
1. Menyusun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu material
konstruksi gedung.
Hal ini diwujudkan dengan metode brainstorming terhadap pihak-pihak yang
berkompeten dalam masalah tersebut. Selain melalui brainstorming, data juga
diperoleh dari studi literatur dan pengalaman peneliti. Sumber literatur yang
digunakan dalam menyusun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu
adalah sumber pada subbab 2.3.. Akan tetapi tidak semua faktor pada literatur
digunakan sebagai variabel dalam penelitian. Beberapa faktor tersebut tidak
digunakan karena dari hasil brainstorming terhadap para ekspert, faktor tersebut
tidak termasuk faktor yang mempengaruhi waktu tunggu. Selain itu terdapat pula
faktor-faktor baru yang ditambahkan yang merupakan hasil dari melakukan
brainstorming. Faktor-faktor tersebut antara lain :
- Akses menuju proyek
- Relasi antara kontraktor dan pemasok
- Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material
- Jumlah material yang dipesan
- Demand (permintaan) pasar terhadap material
- Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
57/117
43
- Kondisi topografi yang ekstrim
- Sistem pengadaan yang digunakan
- Kepadatan lalu lintas
- Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
Untuk selengkapnya, faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan
material konstruksiNo Faktor Sumber
1 Proses produksi material pada pemasok
Burgess and White,
1979; Kaming et al.,
1997; Nugraha et al.,
1985; OBrien, 1984;
OBrien et al., 1971
dalam Ekaputra, 2001
2 Kurangnya stock material pada pemasok
3 Ketersediaan alat angkut transportasi material
4 Kelancaran pembayaran oleh kontraktor
5 Jenis material yang dipesan6 Spesifikasi Material
7 Ketersediaan ruang untuk penempatan/
penyimpanan material konstruksi
8Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara
divisi-divisi yang terkait dengan proses
pengadaan material
9 Kualitas staf pengadaan
10 Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol
terhadap pemasok kurang diperhatikan11 Kecelakaan pada saat pengiriman material
12 Cuaca buruk
13 Bencana alam
14 Pemogokan buruh
15 Pengadaan material yang diatur oleh pemilik
proyek
16 Kenaikan Harga Material
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
58/117
44
No Faktor Sumber
17 Akses menuju proyek
Brainstorming
18 Relasi antara kontraktor dan pemasok
19Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses
pengiriman material
20 Jumlah material yang dipesan
21 Demand (permintaan) pasar terhadap material
22 Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
23 Kondisi topografi yang ekstrim
24 Sistem pengadaan yang digunakan
25 Kepadatan lalu lintas
26 Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
2. Penyusunan Kuesioner Penelitian.
Berdasarkan hasil brainstorming tersebut kemudian digunakan untuk
menyusun pernyataan-pernyataan yang akan dituangkan ke dalam kuesioner.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan
tanda centang pada kolom atau tempat yang sesuai. Kuesioner penelitian ini
menggunakan skala likert dalam pengukurannya, yaitu skala 1 sampai dengan 5.
Dimana : 1= Sangat Rendah; 2= Rendah; 3 = Sedang ; 4 = Tinggi; 5 = Sangat
Tinggi.
3. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian.
Sebelum kuesioner disebarkan kepada para responden, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Sampel yang digunakan untuk
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
59/117
45
uji validitas dan reliabilitas adalah 30 responden. Untuk membantu perhitungan
uji validitas dan reliabilitas digunakan program SPSS. Uji validitas pada analisis
menggunakan SPSS dilakukan dengan teknik korelasi pearson product moment.
Nilai korelasi (r) yang dihasilkan dari analisis SPSS kemudian dibandingkan
dengan r tabel dengan ketentuan :
a. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung bernilai positif dan lebih
besar dari nilai r tabel.
b. Bila r hitung sebuah butir pertanyaan bernilai negatif dan/ atau bernilai
lebih kecil dari r tabel, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak
valid, sehingga butir pertanyaan tersebut harus diperbaiki dan proses
validasi diulang kembali.
Jika butir-butir pertanyaan sudah valid semua, dapat dilanjutkan ke tahap
berikutnya yaitu pengujian reliabilitas seperti yang terdapat pada Gambar 3.2.
Pada penelitian ini, reliabilitas (keandalan) kuesioner akan diukur dengan
single trial method, dengan bantuan program SPSS. Analisis SPSS dilakukan
dengan menggunakan koefisien reliabilitas Cronbachs Alphayang menunjukkan
nilai konsistensi internal dari kuesioner pada survei yag dilakukan, yaitu
menunjukkan bagaimana kecenderungan jawaban responden keseluruhan terhadap
pertanyaan yang diberikan. Nilai alpha berkisar antara 0 dan 1. Nilai Alpha yang
mendekati 1 menunjukkan keandalan yang makin tinggi dari alat ukur yang
digunakan dalam penelitian.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
60/117
46
Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Validitas dan Reliabilitas Pada SPSS
Ya
Tidak
Kuesioner jadi
Penyebaran Kuesioner
Pengumpulan kuesioner
Tabulasi data kuesioner
Input data pada SPSS
Uji Validitas
Apakah
r hitung < r tabel Maka variabel
tersebut diperbaiki
Uji Reliabilitas
Apakah nilai
Alpha > 0,6
Kuesioner reliabel
Ya
Tidak
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
61/117
47
4. Pengumpulan Data Penelitian.
Setelah kuesioner valid dan reliabel, langkah selanjutnya adalah penyebaran
kuesioner kepada responden. Total responden yang digunakan adalah 50 orang
responden.
5. Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah sesuai tujuan penelitian. Analisis
data yang digunakan adalah analisis faktor. merupakan salah satu teknik analisis
statistikMultivariate yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor
digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen
yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa
terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah
variabel awal. Output dari perhitungan analisis faktor dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu material konstruksi
gedung di Kabupaten Badung. Program SPSS digunakan untuk membantu dalam
perhitungan ini. Tahapan-tahapan analisis faktor selengkapnya dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
62/117
48
Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Faktor Pada SPSS
Tidak
Ya
Kuesioner Valid dan Reliabel
Pemilihan Variabel yang layak untuk
Analisis Faktor
Nilai KMO > 0,5 dan
Apakah nilai MSA
setiap variabel > 0,5?
Variabel yang memilikinilai MSA terkecil yang di
bawah 0,5, dibuang
Variabel layak untuk analisa faktor
Ekstraksi Variabel / Pembentukan
kelompok Faktor
Rotasi Kelompok Faktor
Menamakan Kelompok Faktor
Identifikasi jumlah kelompok faktor
yang terbentuk dengan melihat nilaieigen value > 1
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
63/117
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Faktor
Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung
di Kabupaten Badung. Penyusunan faktor-faktor tersebut adalah berdasarkan
literatur, brainstorming dan pengembangan dari peneliti. Hasil indentifikasi faktor
yang disajikan pada tabel 3.1 disajikan kembali pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan
material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung
No Faktor
1 Relasi antara kontraktor dan pemasok
2 Proses produksi material pada pemasok
3 Kurangnya stock material pada pemasok
4 Ketersediaan alat angkut transportasi material
5 Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material
6 Kelancaran pembayaran oleh kontraktor
7 Jumlah material yang dipesan
8 Demand (permintaan) pasar terhadap material
9 Jenis material yang dipesan
10 Spesifikasi Material
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
64/117
50
No Faktor
11 Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
12 Akses menuju proyek
13 Kondisi topografi yang ekstrim
14 Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material
konstruksi
15 Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait
dengan proses pengadaan material16 Kualitas staf pengadaan
17 Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang
diperhatikan
18 Sistem pengadaan yang digunakan
19 Kecelakaan pada saat pengiriman material
20 Kepadatan lalu lintas
21 Cuaca buruk
22 Bencana alam
23 Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)
24 Pemogokan buruh
25 Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek
26 Kenaikan Harga Material
Hasil identifikasi faktor tersebut di atas digunakan untuk menyusun
pernyataan-pernyataan pada kuesioner penelitian. Sebelum disebarkan, uji
validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang
digunakan valid dan reliabel.
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
65/117
51
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
4.2.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan korelasi antara variabel/ item
dengan skor total variabel. Sampel yang digunakan untuk uji validitas adalah 30
sampel responden dengan taraf signifikansi 5 persen. Kriteria pengujian adalah,
jika Rhitung Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan
terhadap skor total (dinyatakan valid), jika Rhitung Rtabel maka instrumen atau
item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak
valid). Hasil uji validitas disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas
No Pernyataan/ Variabel Rhitung Rtabel Keterangan
1 Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1) 0,706 0,361 Valid
2 Proses produksi material pada pemasok (X2) 0,768 0,361 Valid
3 Kurangnya stock material pada pemasok (X3) 0,690 0,361 Valid
4 Ketersediaan alat angkut transportasi
material(X4)
0,775 0,361 Valid
5 Jenis alat angkut yang digunakan dalam
proses pengiriman material (X5)
0,807 0,361 Valid
6 Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6) 0,600 0,361 Valid
7 Jumlah material yang dipesan (X7) 0,790 0,361 Valid
8 Demand (permintaan) pasar terhadap material
(X8)
0,633 0,361 Valid
9 Jenis material yang dipesan (X9) 0,613 0,361 Valid
10 Spesifikasi Material (X10) 0,727 0,361 Valid
11 Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok
(X11)
0,528 0,361 Valid
-
7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material
66/117
52
No Pernyataan/ Variabel Rhitung Rtabel Keterangan
12 Akses menuju proyek (X12) 0,567 0,361 Valid
13 Kondisi topografi yang ekstrim (X13) 0,486 0,361 Valid
14 Ketersediaan ruang untuk penempatan/
penyimpanan material konstruksi (X14)
0,610 0,361 Valid
15 Kurangnya