wktu tunggu pengadaan material

Upload: yudi-hidayat

Post on 20-Feb-2018

250 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    1/117

    TESIS

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN

    MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG

    DI KABUPATEN BADUNG

    PUTERA KUMARAYASA MUDITA

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    2/117

    i

    TESIS

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAAN

    MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG

    DI KABUPATEN BADUNG

    PUTERA KUMARAYASA MUDITA

    NIM 1091561005

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    3/117

    ii

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU PENGADAANMATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK GEDUNG

    DI KABUPATEN BADUNG

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magisterpada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    PUTERA KUMARAYASA MUDITA

    NIM 1091561005

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2015

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    4/117

    iii

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL 8 APRIL 2015

    Pembimbing I Pembimbing II

    I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D Ir. Mayun Nadiasa, MT

    NIP. 19691016 199601 1 001 NIP. 19570801 198702 1 001

    Mengetahui :

    Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Direktur

    Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana, Universitas Udayana,

    Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

    NIP. 19620404 199103 1 002

    Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)

    NIP. 19590215 198510 2 001

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    5/117

    iv

    Tesis ini Telah Diuji pada

    Tanggal 8 April 2015

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

    No. : 977/UN.14.4/HK/2015, Tanggal 1 April 2015

    Ketua : I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D

    Anggota :

    1. Ir. Mayun Nadiasa, MT2. A.A. Diah Parami Dewi, ST, MT, Ph.D3. GAP. Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D4. Ir. Ida Bagus Rai Adnyana, MT

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    6/117

    v

    SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    NAMA : PUTERA KUMARAYASA MUDITA

    NIM : 1091561005

    PROGRAM STUDI : TEKNIK SIPIL KONSENTRASI MANAJEMEN

    PROYEK KONSTRUKSI

    JUDUL TESIS : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI WAKTU TUNGGU

    PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA

    PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

    Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila

    kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan

    peraturan perundangan yang berlaku.

    Denpasar, 15 April 2015

    (Putera Kumarayasa Mudita)

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    7/117

    vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan

    Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya maka tesis ini dapat

    terselesaikan.

    Pada kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih

    yang sebesar-besarnya kepada Bapak I Ketut Sudarsana, ST, Ph.D sebagai

    pembimbing utama dan Bapak Ir. Mayun Nadiasa, MT sebagai pembimbing

    kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat,

    bimbingan dan saran selama dalam melakukan penulisan proposal penelitian,

    pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis.

    Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.

    PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang

    diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana

    di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr.

    A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

    Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

    mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis

    ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA

    selaku Ketua Program Magister Teknik Sipil atas ijin yang diberikan kepada

    penulis untuk mengikuti Program Magister.

    Ucapan terima kasih juga disampaiakan kepada A.A. Diah Parami Dewi, ST,

    MT, Ph.D, GAP. Candra Dharmayanti, ST, MSc, Ph.D, Ir. Ida Bagus Rai

    Adnyana, MT selaku penguji, yang telah banyak memberikan masukan serta kritik

    yang mampu menyempurnakan tesis yang penulis buat, seluruh pegawai

    sekretariat Program Studi Magister Teknik Sipil yang telah banyak membantu

    dalam melaksanakan perkuliahan, serta keluarga atas segala dukungan dan

    motivasi hingga tulisan ini dapat terwujud.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    8/117

    vii

    ABSTRAK

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAKTUTUNGGU PENGADAAN MATERIAL KONSTRUKSI PADA PROYEK

    GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

    Material merupakan salah satu sumber daya penting yang mempunyai

    persentase cukup besar yaitu 50-70 % dari total biaya suatu proyek konstruksi.

    Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi, kelancaran aliran material menuju lokasi

    proyek harus dijaga. Hambatan akibat tidak tersedianya material menyebabkan

    tertundanya pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan. Menunggu material

    yang sering terjadi akan menyebabkan dampak yang besar terutama untuk proyek

    skala besar yang menggunakan banyak tenaga kerja. Jika kedatangan materialyang diperlukan tidak sesuai jadwal pengadaan material, akan menyebabkan

    tenaga kerja tersebut menganggur sehingga biaya proyek akan membengkak serta

    terlambatnya waktu penyelesaian proyek. Penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material

    konstruksi di Kabupaten Badung.

    Data penelitian diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner terhadap 50

    responden. Sampel penelitian diperoleh dengan purposive sampling yaitu

    ditujukan pada para expert yang bekerja pada proyek gedung di Kabupaten

    Badung. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, kuesioner terlebih

    dahulu diuji validitasnya dengan korelasi Pearson Product-Moment dan

    reliabilitasnya dengan metode Alpha Cronbach. Pengolahan dan analisis data

    dilakukan dengan Analisis Faktor.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua puluh empat variabel yang

    teridentifikasi mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada

    proyek gedung di kabupaten Badung. Semua variabel dapat dikelompokkan

    menjadi 7 faktor (Faktor I, II, III, IV, V, VI, VII). Faktor paling dominan ditinjau

    berdasarkan percent of variance adalah Faktor I yang terbentuk oleh enam

    variabel yaitu proses produksi material pada pemasok, relasi antara kontraktor dan

    pemasok, kurangnya stock material pada pemasok, ketersediaan alat angkut

    transportasi material, akses menuju proyek, dan kondisi topografi yang ekstrim.

    Kata kunci: Waktu Tunggu Pengadaan, Material Konstruksi, Analisis Faktor.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    9/117

    viii

    ABSTRACT

    ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE LEAD TIME OFCONSTRUCTION MATERIAL PROCUREMENT ON BUILDING

    PROJECTS IN THE BADUNG REGENCY

    Material is an important resource which is about 50-70% of the total cost of a

    construction project. When undertaking construction projects, the smoothflow of

    materials to the project site must be maintained. Constraints due to the

    unavailability of material can cause delays in works that have been previously

    scheduled. Waiting for material, which frequently happens, will have a big

    impact, especially for large-scale projects that use a lot of labors. If the arrival of

    the materials is not in accordance with the schedule of material procurementplanning, the workers will have nothing to do and the project cost will blow out

    and there will be delays in project completion time. This research investigate the

    factors which influence the waiting time of construction material procurement in

    the Badung Regency.

    Data was obtained by distributing a questionnaire to 50 respondents. A

    research sample was obtained by purposive sampling aimed at the experts who

    work on building projects in the Badung regency. Before being used as a research

    instrument, the questionnaire was tested for the validity of data by using the

    Pearson Product-Moment correlation and its reliability was tested using the

    Cronbach alpha method. Processing and data analysis was conducted by Factor

    Analysis.

    The research results show there are twenty four variables identified that

    influence the lead time of construction material procurement on building projects

    in the Badung regency. All variables can be grouped into seven factors (Factor I,

    II, III, IV, V, VI, VII). The most dominant factor reviewed based on the percent of

    variance is Factor I which is formed by six variables being the material production

    process at the suppliers, the relationships between contractors and suppliers, a lack

    of material stock at the suppliers, the availability of material transportation, access

    to the project, and extreme topography.

    Key words: Procurement Lead Time, Construction Material, Factor Analysis.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    10/117

    ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    SAMPUL DALAM................................................................................ i

    PERSYARATAN GELAR..................................................................... ii

    LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... iii

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI....................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN................................................................. v

    UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................... vi

    ABSTRAK.............................................................................................. vii

    ABSTRACT............................................................................................ viii

    DAFTAR ISI........................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL.................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang............................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 3

    1.3 Tujuan Penelititan....................................................................... 3

    1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 4

    1.5 Batasan Penelitian...................................................................... 4

    BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 5

    2.1 Proyek Konstruksi dan Pelaksanaannya Secara Umum............. 5

    2.2 Material dalam Proyek Konstruksi............................................ 6

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    11/117

    x

    2.3 Manajemen Material.................................................................. 8

    2.4 Permasalahan dalam Manajemen Material................................ 11

    2.5 Rantai Pasok (Supply Chain) dalam Proyek Konstruksi........... 15

    2.6 Waktu Tunggu Material Konstruksi.......................................... 19

    2.7 Wewenang dan Tanggung Jawab Personel Proyek................... 24

    2.8 Teknik Sampling........................................................................ 26

    2.9 Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................... 27

    2.9.1 Uji Validitas..................................................................... 28

    2.9.2 Uji Reliabilitas................................................................. 30

    2.10 Instrumen Penelitian.................................................................... 33

    2.11 Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian............................ 34

    2.12 Analisis Faktor.......................................................................... 35

    BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 39

    3.1 Pendekatan Penelitian.................................................................. 39

    3.2 Lokasi Penelitian........................................................................... 39

    3.3 Jenis dan Sumber Data................................................................ 39

    3.4 Teknik Sampling dan Jumlah Sampel.......................................... 40

    3.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 40

    3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.............................. 41

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 49

    4.1 Identifikasi Faktor......................................................................... 49

    4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian....................... 51

    4.2.1 Uji Validitas........................................................................ 51

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    12/117

    xi

    4.2.2 Uji Reliabilitas...................................................................... 51

    4.3 Karakteristik Responden............................................................... 53

    4.4 Analisis Faktor untuk Penentuan Faktor-Faktor yang

    Mempengaruhi Waktu Tunggu Pengadaan Material

    Konstruksi..................................................................................... 55

    4.5 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Waktu Tunggu

    Pengadaan Material....................................................................... 72

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 74

    5.1 Kesimpulan................................................................................... 74

    5.2 Saran............................................................................................. 77

    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 78

    LAMPIRAN............................................................................................ 80

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    13/117

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik antara pengadaan secara

    tradisional dengansupply chain........................................... 18

    Tabel 2.2 Linier Responsibility Chart dalam suatu proyek................... 24

    Tabel 2.3 Nilai-nilai r Product Momen pada Taraf Signifikan 5%....... 29

    Tabel 2.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r................................. 30

    Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu

    pengadaan material konstruksi............................................... 43

    Tabel 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu

    pengadaan material konstruksi pada proyek gedung

    di kabupaten Badung............................................................. 49

    Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas................................................................. 51

    Tabel 4.3 Proyek konstruksi sebagai obyek penelitian.......................... 54

    Tabel 4.4 Karakteristik Responden....................................................... 55

    Tabel 4.5 Nilai KMO dan Bartletts Test pada analisis faktor.............. 56

    Tabel 4.6 Nilai MSA masing-masing variabel....................................... 57

    Tabel 4.7 Hasil ekstraksi variabel untuk penentuan jumlah faktor........ 59

    Tabel 4.8 Hasil Rotasi Faktor dengan Rotasi Varimax.......................... 61

    Tabel 4.9 Nilai MSA hasil uji faktor ke-tiga......................................... 63

    Tabel 4.10 Hasil ekstrasi variabel uji faktor yang ke-tiga untuk

    penentuan jumlah faktor........................................................ 65

    Tabel 4.11 Hasil rotasi faktor uji faktor ke-tiga dengan rotasi varimax... 66

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    14/117

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Contoh rantai pasok pada proyek konstruksi ...................... 17

    Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling27

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian....................................................... 41

    Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Validitas dan Reliabilitas Pada SPSS..... 46

    Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Faktor Pada SPSS.......................... 48

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    15/117

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Proyek konstruksi terdiri dari berbagai aktivitas. Banyaknya aktivitas yang ada

    berpengaruh pada banyaknya sumber daya yang digunakan. Sumber daya tersebut

    diantaranya tenaga manusia atau pekerja, material/ bahan, dan alat-alat berat.

    Material merupakan salah satu sumber daya yang penting. Menurut Ervianto

    (2004), pemakaian material merupakan bagian terpenting yang mempunyai

    persentase cukup besar yaitu 50-70 % dari total biaya proyek. Oleh sebab itu

    pengendalian material sangat diperlukan. Khususnya dalam proyek konstruksi

    pengendalian material tidak bisa disamakan dengan industri-industri lainnya,

    karena kapan dan berapa jumlah material yang dibutuhkan tidaklah memiliki

    suatu pola yang konstan melainkan cenderung berubah-ubah. Jika pihak-pihak

    yang terlibat dalam proyek konstruksi tidak mampu menjaga kelancaran arus

    material maka akan mengganggu proses pelaksanaan proyek yang pada akhirnya

    menjadi penyebab molornya penyelesaian proyek.

    Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk menjamin kelancaran material

    adalah melalui pengelolaan rantai pasok. Rantai pasok proyek konstruksi

    menunjukkan suatu hubungan antara pemasok dan pelaku konstruksi dalam usaha

    untuk mendatangkan suatu material konstruksi. Rantai pasok dapat bersifat lokal

    nasional, bahkan dapat juga bersifat internasional. Bila material-material yang

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    16/117

    2

    diperlukan banyak terdapat di pasaran, rantai pasok yang terjadi umumnya hanya

    bersifat lokal. Sebaliknya jika material tersebut langka di pasaran, mengakibatkan

    rantai pasok menjadi berskala nasional bahkan internasional.

    Dalam melakukan pengadaan material konstruksi, kendala yang umumnya

    terjadi adalah material yang dipesan belum tiba atau terlambat datang. Semenjak

    material tersebut dipesan hingga tiba di lokasi proyek, terdapat selang waktu

    menunggu. Waktu menunggu pesanan adalah waktu antara atau tenggang waktu

    sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang

    (Prawirosentono, 2000). Waktu tunggu material konstruksi dapat dipengaruhi oleh

    jarak antara proyek yang membutuhkan material dengan pemasok material. Bila

    pemasok yang digunakan hanya pemasok lokal, maka waktu tunggu material

    relatif singkat. Sebaliknya jika pemasok material yang digunakan adalah pemasok

    di luar daerah, luar pulau atau pemasok di luar negeri, maka waktu tunggu

    material menjadi relatif lebih lama.

    Dalam Pelaksanaan proyek konstruksi, kelancaran aliran material menuju

    lokasi proyek sangat penting. Hambatan akibat tidak tersedianya material

    menyebabkan tertundanya pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan

    sebelumnya. Menunggu material yang sering terjadi akan menyebabkan dampak

    yang besar terutama untuk proyek skala besar yang menggunakan banyak tenaga

    kerja. Jika kedatangan material yang diperlukan tidak sesuai jadwal pengadaan

    material rencana, akan menyebabkan tenaga kerja tersebut menganggur sehingga

    biaya proyek akan membengkak serta terlambatnya waktu penyelesaian proyek.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    17/117

    3

    Untuk mengetahui penyebab waktu tunggu perlu dilakukan penelitian mengenai

    faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi.

    1.2Rumusan Masalah

    Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

    1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material

    konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.

    2. Apa saja faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan

    material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.

    1.3Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu

    pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.

    2. Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu

    pengadaan material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.

    1.4Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

    1. Bagi Mahasiswa, penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai

    faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material

    konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    18/117

    4

    2. Bagi Kontraktor, penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dalam hal

    perencanaan pengadaan material konstruksi.

    1.5Batasan Masalah

    Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Faktor-faktor yang dicari dalam penelitian adalah faktor-faktor secara umum,

    bukan faktor-faktor khusus yang mempengaruhi masing-masing material yang

    ada.

    2. Nilai proyek yang ditinjau adalah minimum Rp. 10.000.000.000,00

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    19/117

    5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Proyek Konstruksi dan Pelaksanaannya Secara Umum

    Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang

    berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu

    dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah

    digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Dalam proyek konstruksi, produk yang

    dihasilkan dapat berupa gedung, jalan, jembatan maupun bendungan. Sumber

    daya yang digunakan dalam proyek konstruksi mencakup material, manusia, serta

    alat-alat bantu pekerjaan.

    Proses proyek konstruksi diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan diakhiri

    dengan serah terima. Pelaksanaan proyek konstruksi dikatakan berhasil jika dapat

    memenuhi biaya, mutu, dan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk

    mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan pengelolaan yang baik dalam

    pelaksanaan proyek, salah satunya adalah pengelolaan material. Pengelolaan

    material dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material

    menjadi efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah akibat tidak tersedianya

    material pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu perlu direncanakan pengadaan

    material konstruksi dengan cermat. Perencanaan kebutuhan material

    membutuhkan informasi-informasi yang dapat menunjang kegiatan proyek agar

    keterkaitan penyediaan dan penggunaan material terhadap suatu pekerjaan dapat

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    20/117

    6

    berjalan dengan lancar dan keterlambatan jadwal pemesanan yang dapat

    menyebabkan bertambahnya biaya pada proyek sebisa mungkin tidak terjadi.

    2.2 Material dalam Proyek Konstruksi

    Material merupakan salah satu aspek penting dalam proyek konstruksi.

    Menurut Ervianto (2004), material mempunyai persentase cukup besar yaitu 50-

    70% dari total biaya proyek. Hal tersebut menunjukkan bahwa material konstruksi

    memerlukan pengelolaan yang baik agar material yang dibutuhkan dapat

    diperoleh sesuai kuantitas, kualitas dan waktu yang tepat. Pengelolaan yang baik

    dapat mengurangi terjadinya sisa material yang berlebih, keterlambatan

    kedatangan material, keterlambatan penyelesaian proyek serta membengkaknya

    biaya akhir proyek.

    Material (bahan) konstruksi meliputi semua bahan yang dibutuhkan untuk

    menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses

    konstruksi (Ibrahim, 2007). Semakin kompleks suatu proyek, material yang

    dibutuhkan akan semakin banyak dan beraneka ragam. Material konstruksi tidak

    hanya berupa material utama yang akan menjadi bagian tetap dari suatu bangunan

    tetapi juga termasuk bahan-bahan pendukung lainnya yang tidak menjadi bagian

    tetap bangunan.

    Menurut Ervianto (2004), material (bahan) konstruksi dapat dibedakan

    menjadi dua yaitu :

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    21/117

    7

    1. Bahan permanen

    Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor untuk

    membentuk bangunan dan sifatnya melekat tetap sebagai elemen bangunan. Jenis

    bahan ini akan dijelaskan lebih rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan

    spesifikasi). Rincian bahan permanen mencakup antara lain spesifikasi untuk

    bahan yang digunakan, kwantitas bahan yang diperlukan, dan uji coba yang harus

    dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum bahan diterima.

    Bahan permanen yang membentuk bangunan konstruksi ada yang diproduksi

    di lokasi proyek maupun diproduksi di luar proyek seperti pabrik. Contoh untuk

    material yang diproduksi dalam pabrik adalah beton pracetak. Penggunaan beton

    pracetak dapat memberi beberapa keuntungan diantaranya peningkatan kualitas

    bahan, menghemat biaya konstruksi bangunan dan lebih ramah lingkungan.

    Masalah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya terhadap material yang dibuat

    tidak di lokasi proyek adalah waktu tunggu pemesanan. Pada pemesanan beton

    pracetak terdapat waktu tunggu produksi dan waktu pengiriman yang perlu

    diperhitungkan dengan cermat sehingga pelaksanaan proyek tidak terganggu

    akibat keterlambatan material. Selain itu pembuatan beton pracetak yang

    dilakukan di luar lokasi proyek seperti pabrik menyebabkan tambahan dalam

    biaya transportasi.

    2. Bahan sementara

    Bahan sementara adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam

    membangun proyek, tetapi tidak akan menjadi bagian dari bangunan

    (disingkirkan) setelah digunakan. Jenis bahan ini tidak dicantumkan dalam

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    22/117

    8

    dokumen kontrak, sehingga kontraktor bebas menentukan sendiri bahan yang

    dibutuhkan beserta pemasoknya. Dalam kontrak, kontraktor tidak akan

    mendapatkan bayaran secara eksplisit untuk jenis bahan ini. Sehingga, pelaksana

    harus memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya pelaksanaan berbagai

    pekerjaan yang termasuk dalam kontrak.

    Perancah yang digunakan untuk pengerjaan bangunan gedung merupakan

    salah satu contoh bahan sementara. Penggunaan bahan sementara untuk suatu

    proyek tergantung dari metode pengerjaan yang digunakan. Seperti pada proyek

    jalan tol Bali yang dibuat di atas perairan, pada pengerjaan tiang pancang

    dilakukan pengurugan terlebih dahulu untuk mempermudah pemasangan. Material

    yang digunakan untuk mengurug tersebut termasuk dalam bahan sementara karena

    tidak tercantum di dalam dokumen kontrak. Pengurugan bisa saja tidak dilakukan

    melainkan digantikan dengan menggunakan ponton pancang, akan tetapi biaya

    yang dikeluarkan akan menjadi lebih mahal.

    2.3 Manajemen Material

    Manajemen material dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan

    organisasional untuk menyelesaikan permasalahan material yang memerlukan

    kombinasi kemampuan manajerial dan teknis (Ervianto, 2004). Menurut Ervianto

    (2004), dalam manajemen material terdapat beberapa proses yang dilewati yaitu :

    1. Pemilihan Bahan

    Pemilihan bahan dalam suatu proyek sangat ditentukan oleh rincian yang

    tertera dalam gambar kerja dan spesifikasi. Bahan atau barang yang akan

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    23/117

    9

    dipilih untuk dibeli tidak boleh menyimpang dari persyaratan yang ada,

    kecuali jika memang ada perubahan dan telah mendapat persetujuan bersama

    2. Pemilihan Pemasok Bahan

    Pemilihan pemasok bahan bagi kontraktor pada umumnya berdasarkan harga

    terendah, namun demikian faktor lain yang patut dan perlu dipertimbangkan

    sebelum memutuskan adalah : keandalan pemasok, ukuran pemasok, layanan

    purna jual yang ditawarkan pemasok, syarat pembayaran yang diminta oleh

    pemasok, kualitas bahan yang dipasok, dan kemampuan pemasok untuk

    menyediakan bahan dalam keadaan tidak terjadwal.

    3. Pembelian Bahan

    Kontraktor sebagai pelaksana suatu proyek seringkali terlibat dalam sejumlah

    proyek dengan lokasi yang berbeda-beda. Untuk mengatasi permasalahan

    tersebut, pembelian bahan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu basis terpusat

    dan basis lokal. Keuntungan basis terpusat antara lain pengendalian lebih baik

    terutama dalam hal menghalangi praktik-praktik tidak wajar, harga bahan

    lebih murah apabila pembelian dilakukan dalam jumlah besar, dan keahlian

    dapat terbina bagi pihak yang bertanggungjawab atas pembelian. Sedangkan

    keuntungan basis lokal adalah pengaturan khusus dapat dibuat secara lokal,

    dan mengembangkan perdagangan masyarakat lokal.

    4. Pengiriman Bahan

    Pada saat menerima permintaan pembelian, petugas bagian pengiriman

    mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa bahan

    yang benar dapat dikirim pada tempat yang tepat dalam waktu yang diminta.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    24/117

    10

    5. Penerimaan Bahan

    Bahan-bahan yang dipasok pada kontraktor harus diperiksa pada saat

    diserahkan (Hal ini biasanya dilakukan oleh petugas gudang). Sebelum bahan

    dibongkar petugas gudang harus memeriksa bahwa bahan-bahan yang

    diserahkan benar-benar dipesan yang merupakan bagian dari proyek.

    6. Penyimpanan Bahan

    Tujuan akhir material konstruksi semenjak dipesan ada yang langsung

    menuju site/ lokasi proyek dan ada juga yang menuju gudang penyimpanan.

    Material yang langsung dikirim ke site dapat berupa pasir, kerikil dan batu

    kali serta material yang tidak memerlukan ruang yang luas untuk

    penempatannya. Bila pada lokasi proyek tidak terdapat ruang yang cukup,

    material akan disimpan dalam gudang penyimpanan. Penyimpanan bahan

    juga dilakukan terhadap bahan yang dipesan dalam jumlah banyak tetapi

    belum dibutuhkan dalam proses konstruksi, serta material yang rentan

    terhadap cuaca maupun yang mudah mengalami kerusakan seperti semen dan

    keramik. Gudang penyimpanan ada yang bertempat di lokasi proyek maupun

    di luar proyek. Petugas gudang bertanggung jawab menjaga penyimpanan

    semua bahan-bahan antara waktu diserahkan kepada pihak proyek sampai

    dengan bahan dikeluarkan dari gudang untuk digunakan dalam proyek. Aspek

    utama manajemen bahan adalah aspek keamanan fisik dan selalu siap

    (availibility). Pemeriksaan secara periodik terhadap bahan-bahan yang

    disimpan harus diadakan untuk memperkuat catatan petugas gudang dan

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    25/117

    11

    tindakan yang tepat dilakukan bila jumlah bahan yang disimpan tidak sesuai

    dengan catatan.

    7. Pengeluaran Bahan

    Kebutuhan bahan untuk keperluan pembangunan proyek pertama-tama harus

    didapat dari gudang. Untuk melakukan hal tersebut, bagi yang memerlukan

    bahan pertama kali harus melengkapi berita acara yang dikeluarkan bagian

    gudang. Berita acara ini berisi informasi sehubungan dengan jumlah dan jenis

    bahan yang diambil, maksud penggunaan bahan, dan lain sebagainya.

    2.4 Permasalahan dalam Manajemen Material

    Permasalahan dalam manajemen material secara umum dapat dikelompokkan

    menjadi dua yaitu material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dan material

    yang tiba terlalu dini (Burgess and White, 1979; Kaming et al., 1997; Nugraha et

    al., 1985; OBrien, 1984; OBrien et al., 1971 dalam Ekaputra, 2001). Masalah

    material yang tidak tersedia pada saat dibutuhkan dapat disebabkan oleh beberapa

    hal antara lain :

    1. Dari aspek aktivitas, hal-hal yang dapat menyebabkan material tidak tersedia

    saat dibutuhkan adalah :

    - Aktivitas yang dimajukan pelaksanaannya

    - Aktivitas yang terlalu cepat selesai, hal ini bisa disebabkan oleh

    produktivitas pekerja yang tinggi atau karena kesalahan estimasi.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    26/117

    12

    2. Dari aspek engineer.

    Penundaan persetujuan terhadap gambar kerja/ contoh material yang terlalu

    lama dapat mengurangi waktu pengadaan sehingga material tidak dapat

    dikirim pada waktunya.

    3. Dari aspek Pemasok, yaitu :

    - Material dikembalikan karena kualitasnya tidak memenuhi spesifikasi

    yang telah ditentukan.

    - Terjadi penundaan pada pengiriman karena kesulitan transportasi.

    - Terjadi hambatan pada proses pabrikasi yang menyebabkan produksi

    macet/ tersendat.

    - Ada unsur kesengajaan dari pemasok untuk menahan material sampai

    kontraktor melunasi pembayaran pesanan terdahulu.

    4. Dari aspek teknis kontraktor, antara lain :

    - Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait

    dengan proses pengadaan material.

    - Material mengalami kerusakan atau hilang karena proses penanganan dan

    penyimpanan yang kurang baik.

    - Kualitas staf pengadaan material yang kurang baik

    - Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap penyalur kurang

    diperhatikan.

    5. Dari aspek non teknis, antara lain:

    - Terjadi kecelakaan saat pengiriman material

    - Terjadi pemogokan buruh atau angkutan

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    27/117

    13

    - Masalah cuaca

    - Terjadi bencana alam

    - Pengadaan material diatur oleh pemilik proyek sehingga kontraktor tidak

    dapat menekan penyalur karena perjanjian pembelian dilakukan oleh

    pemilik proyek sendiri.

    Pengaruh dari tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan dapat berupa

    peningkatan biaya proyek dan mundurnya jadwal aktivitas proyek, terutama jika

    terjadi pada aktivitas yang berada pada jalur kritis. Peningkatan biaya yang terjadi

    diantaranya adalah biaya ongkos pekerja, karena walaupun menganggur, pekerja

    tersebut tetap harus dibayar. Mundurnya jadwal aktivitas proyek dapat

    memberikan resiko terkena pinalti oleh pihak owner. Untuk itu pengendalian

    material memegang peranan penting dalam mengatasi permasalahan tersebut.

    Permasalahan berikutnya adalah material yang tiba terlalu dini. Hal ini dapat

    disebabkan antara lain :

    a. Dari aspek aktivitas, yaitu :

    - Aktivitas yang dimundurkan waktu pelaksanaannya

    - Aktivitas yang terlalu lambat diselesaikan, hal ini bisa disebabkan oleh

    kesalahan estimasi waktu pekerjaan atau karena produktivitas yang rendah.

    b. Dari aspek penyalur, yaitu:

    - Penyalur ingin cepat mendapatkan uangnya sehingga terpacu untuk

    mempercepat produksi.

    - Penyalur memiliki stock material dalam jumlah besar

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    28/117

    14

    c. Dari aspek teknis kontraktor, antara lain :

    - Material tersebut termasuk material kunci dengan waktu pengadaan yang

    panjang sehingga kontraktor memutuskan untuk mendatangkannya jauh-

    jauh hari. Hal ini merupakan langkah antisipasi jika sampai terjadi

    kesalahan maka masih ada waktu untuk memperbaikinya.

    - Lokasi proyek yang terpencil membuat biaya pengadaan material menjadi

    mahal sehingga untuk menghemat biaya transportasi beberapa material

    dikirim sekaligus walaupun masih belum dibutuhkan di proyek.

    - Areal kerja yang luas memungkinkan untuk membuat tempat penyimpanan

    bagi material-material yang diperlukan untuk proyek.

    - Staf yang belum berpengalaman dalam membuat estimasi waktu proyek

    dan waktu pengadaan.

    - Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar divisi-divisi yang terkait

    dengan proses pengadaan.

    d. Dari aspek non teknis, yaitu:

    - Adanya pengaruh dari penyalur yang memberi potongan harga yang besar

    untuk pembelian material dalam jumlah besar.

    - Adanya kelangkaan material sehingga diperkirakan material akan sulit

    diperoleh pada saat dibutuhkan.

    - Adanya fluktuasi harga dimana ada kecenderungan prosentase kenaikan

    harganya melebihi prosentase pengembalian pinjaman bank.

    - Pengadaan material diatur oleh pemilik proyek dan tidak dikoordinasikan

    dengan kontraktor mengenai waktu pengadaannya.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    29/117

    15

    Kedatangan material yang terlalu dini secara sepintas memang tidak

    menimbulkan dampak langsung yang nyata pada proyek akan tetapi sebenarnya

    hal tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah yang perlu dipertimbangkan

    lebih lanjut. Masalah pertama adalah masalah penyimpanan material. Bila areal

    proyek tidak cukup luas maka akan sulit menghadapi volume material yang

    didatangkan dalam jumlah besar. Untuk itu perlu biaya tambahan untuk membuat

    areal penyimpanan baru untuk menghindari masalah seperti kerusakan material

    akibat cuaca dan kehilangan material akibat dicuri. Masalah berikutnya adalah

    masalah pengaturan dana proyek. Mendatangkan material terlalu dini

    menyebabkaan perusahaan membayar lebih cepat dari seharusnya sehingga uang

    perusahaan akan terikat pada material tersebut tanpa dapat mendatangkan laba,

    kecuali dapat ditaksir dengan perhitungan bahwa akan ada kenaikan harga-harga

    material dan prosentase kenaikan harganya melebihi prosentase pengembalian

    pinjaman bank.

    2.5 Rantai Pasok (Supply Chain) dalam Proyek Konstruksi

    Menurut Djokopranoto dan Indrajit (2009), rantai pasok adalah suatu sistem

    tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada

    pelanggannya.

    Demikian juga dengan Lambert et al (1998) menyatakan rantai pasok adalah

    barisan perusahaan yang menyalurkan barang dan jasa menuju pasar. Tidak jauh

    berbeda dengan yang dijelaskan Chopra dan Meindl (2001), bahwa rantai pasok

    terdiri dari semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    30/117

    16

    dalam pemenuhan permintaan konsumen. Sedangkan pengertian yang lebih dalam

    mengenai rantai pasok disampaikan Ganeshan dan Harrison (1995), yaitu rantai

    pasok merupakan suatu jaringan dari pilihan fasilitas dan distribusi yang

    menunjukkan fungsinya dalam pembelian material, transformasi material tersebut

    menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi, dan pendistribusian barang

    yang sudah jadi tersebut kepada pelanggan.

    Dalam dunia proyek konstruksi, rantai pasok dapat diartikan sebagai suatu

    istilah yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dari organisasi-organisasi

    atau perusahaan-perusahaan dalam kaitannya terhadap perubahan suatu material

    dasar, barang atau jasa menjadi sebuah barang jadi berupa bangunan konstruksi

    seperti gedung, jalan, jembatan dan lainnya bagi pelanggan. Contoh rantai pasok

    pada proyek konstruksi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

    Pada Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa dalam rantai pasok proyek

    konstruksi diawali dari adanya aliran informasi yang bersumber dari lokasi proyek

    tentang kebutuhan akan suatu material. Informasi tersebut kemudian disalurkan

    kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap material seperti logistik. Logistik

    akan memeriksa keadaan stock material yang biasanya disimpan di gudang

    penyimpanan. Bila tidak ada stock tersisa dari material yang dibutuhkan tersebut

    atau material yang dibutuhkan tersebut memang tidak ada dalam data gudang,

    maka dilakukan pesanan kepada pemasok. Jika sudah diputuskan pemasok yang

    tepat dan kesepakatan akan harga maupun kuantitas tercapai, selanjutnya tinggal

    menunggu kedatangan material tersebut. Panjang pendeknya waktu menunggu

    material salah satunya dapat dipengaruhi oleh ketersediaan stock pada pemasok.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    31/117

    17

    Gambar 2.1 Contoh rantai pasok pada konstruksi

    (Sumber : Taylor and Bjornsson, 1999)

    Bila stock mencukupi, material akan langsung dapat didstribusikan. Tetapi bila

    stock habis, pemasok akan mendatangkan material tersebut dari pemasok lain

    yang biasanya sudah menjalin kerjasama yang baik satu sama lain, seperti

    misalnya memesan ke pemasok yang ada di luar daerah. Terdapat pula hubungan

    lain yaitu dari pemasok barang jadi atau Original Equipment Manufacturer ke

    pemasok barang setengah jadi atau Component Manufacturer hingga ke pemasok

    bahan mentah. Umumnya hubungan ini terjadi bila pemasok utama yang dipesan

    tersebut adalah pemasok yang melakukan pabrikasi sendiri, misalnya pemasok

    beton pra cetak. Aliran material akan mengalir sedemikian rupa dari pemasok

    Keterangan :

    = Inventory (persediaan) = pemasok bahan mentah

    = Distribusi = Aliran material

    = Aliran informasi = Supply house/ gudang

    penyimpanan

    = Lokasi proyek = Component manufacturer

    atau OEM (Original

    E ui ment manufacturer

    Component

    Manufacturerr

    Component

    Manufacturerr

    OEM Manufacturerr

    Supply House

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    32/117

    18

    menuju gudang penyimpanan dan selanjutnya tiba di lokasi proyek. Demikianlah

    siklus rantai pasok pada proyek konstruksi secara umum.

    Konsep rantai pasok merupakan konsep baru dalam melihat persoalan

    logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan internal masing-

    masing perusahaan dalam mengelola material dan pemecahannya dititikberatkan

    pada pemecahan secara internal di masing-masing perusahaan. Dalam konsep

    baru, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang terbentang

    sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir,

    yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Tabel 2.1 menunjukan perbedaan

    antara pengadaaan secara tradisional dengan supply chain

    Tabel 2.1. Perbedaan karakteristik antara pengadaan secara tradisional dengansupply

    chain.

    Elemen Manajement logistik

    tradisional

    Supply Chain Management

    Pengelolaan inventory Dilakukan oleh bagian

    logistik perusahaan

    Dilakukan secara bersama-

    sama pada semua rantai

    pengadaan

    Pendekatan biaya

    keseluruhan

    Meminimalkan biaya

    perusahaan

    Efisiensi pada seluruh rantai

    pengadaan

    Jangka waktu Jangka pendek Jangka panjang

    Pembagian dan monitoring

    sejumlah informasi

    Dibatasi oleh kebutuhan

    transaksi sesaat

    Sesuai kebutuhkan proses

    perencanaan dan monitoring

    Koordinasi pada semua

    tingkat saluran

    Kontak tunggal untuk

    transaksi antara pasangan

    saluran

    Multi kontak diantara

    tingkatan pada perusahaan

    dan saluran rantai pengadaan

    Perencanaan bersama Berdasarkan transaksi Berkelanjutan

    Kesesuaian dengan

    kebijakan perusahaan

    Tidak relevan Kesesuaian sedikitnya pada

    kunci hubungan baik

    Luas lingkup supplier Lingkup lebar, untuk

    meningkatkan persaingan

    dan antisipasi terhadap

    resiko

    Lingkup sempit, untuk

    meningkatkan koordinasi

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    33/117

    19

    Elemen Manajement logistik

    tradisional

    Supply Chain Management

    Kepemimpinan saluran Tidak diperlukan Diperlukan untuk fokus padakoordinasi

    Pembagian resiko dan

    penghargaan

    Pada perusahaan sendiri Resiko dan penghargaan

    dibagi dalam rentang waktu

    jangka panjang

    Kecepatan operasi,

    informasi dan tingkatan

    inventory

    Berorientasi pada

    pergudangan

    (penyimpan, stok

    pengaman)

    Berorientasi pada pusat

    distribusi (kecepatan

    inventory) yang saling

    terhubung, respon segera

    pada masing-masing saluran

    Sumber : Cooper dan Ellram, 1993

    2.6 Waktu Tunggu Material Konstruksi

    Menurut Prawirosentono (2000), waktu menunggu pesanan adalah waktu

    antara atau tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan

    tersebut masuk ke gudang. Waktu tunggu ini tidak selamanya konstan. Cenderung

    bervariasi, tergantung jumlah yang dipesan dan waktu pemesanan. Dalam praktek

    secara nyata tujuan material sejak dilakukan order tidak selalu gudang

    penyimpanan. Material dapat langsung dikirim ke lokasi proyek tanpa melalui

    gudang bila memang dibutuhkan segera dan tersedia ruang penempatan yang

    cukup untuk material tersebut. Oleh karena itu waktu yang dibutuhkan material

    sejak dipesan hingga material tiba di site proyek juga disebut waktu tunggu

    pesanan.

    Waktu tunggu material dalam proyek konstruksi tidaklah konstan namun

    cenderung berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu tunggu

    material konstruksi yaitu (Ekaputra, 2001) :

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    34/117

    20

    a. Proses produksi material pada pemasok

    Dalam proyek konstruksi, terdapat material yang membutuhkan proses

    pabrikasi terlebih dahulu sebelum dapat didatangkan. Salah satu material

    tersebut adalah beton pracetak. dimana bila terjadi hambatan pada proses

    produksi maka akan menyebabkan waktu tunggu material bertambah lama.

    b. Kurangnya stock material pada pemasok

    Bila jumlah pesanan melebihi jumlah stock material yang tersedia pada

    pemasok maka kedatangan material akan lebih lama karena menunggu

    pemenuhan material yang kurang tersebut.

    c. Ketersediaan alat angkut transportasi material

    Alat angkut dibutuhkan untuk mendistribusikan material menuju lokasi

    proyek. Jumlah alat angkut yang memadai sangat penting untuk dapat

    melayani pengiriman material terutama jika pesanan yang diperoleh banyak

    dan lokasinya saling berjauhan.

    d. Kelancaran pembayaran oleh kontraktor

    Kelancaran pembayaran dapat menjadi penyebab tertundanya kedatangan

    material. Bila kontraktor belum melakukan pembayaran meskipun material

    telah tiba untuk waktu yang lama maka menyebabkan kekhawatiran terhadap

    pemasok. Untuk menekan kontraktor, pemasok sering kali sengaja menahan

    material sampai kontraktor melunasi pembayaran pesanan terdahulu.

    e. Jenis material yang dipesan

    Material yang digunakan dalam proyek konstruksi adalah beraneka ragam

    contohnya keramik, pasir, semen, cat, besi tulangan, dan kayu. Material yang

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    35/117

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    36/117

    22

    penyesuaian mutu dan waktu agar hasil pelaksanaan memenuhi persyaratan.

    Bagian logistik berperan dalam membuat jadwal pengadaan material,

    melakukan survey dan memberi informasi kepada kepala proyek tentang

    sumber dan harga material, melakukan pembelian material yang telah

    diputuskan, melaksanakan administrasi pemesanan dan pengiriman, serta

    membuat administrasi pergudangan tentang penerimaan, penyimpanan dan

    pemakaian bahan. Bidang pelaksanaan berperan dalam menjaga dan

    mengusahakan daya guna hasil dan pemakaian bahan. Koordinasi dan

    komunikasi yang baik antara divisi-divisi tersebut akan melancarkan proses

    pengadaan material konstruksi.

    i. Kualitas staf pengadaan

    Kualitas staf pengadaan dapat mempengaruhi proses pengadaan material. Jika

    kualitas staf kurang memadai, akan berakibat banyaknya terjadi kesalahan-

    kesalahan sepertid kesalahan dalam membaca mutu material sehingga

    material yang datang tidak seusai pesanan.

    j. Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang

    diperhatikan. Dalam proyek skala besar yang membutuhkan banyak jenis

    material, perlu dilakukan kontrol terhadap pemasok. Kontrol tersebut

    berkaitan dengan ketepatan waktu pengiriman yang dilakukan pemasok.

    k. Kecelakaan pada saat pengiriman material

    Kecelakan dapat terjadi karena kondisi jalan yang kurang baik atau akibat

    kondisi kendaraan angkut material yang sudah tidak laik jalan.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    37/117

    23

    l. Cuaca buruk

    Cuaca buruk seperti badai dapat menjadi salah satu penyebab keterlambatan

    material terutama bila alat angkut yang digunakan adalah kapal laut.

    m. Bencana alam

    Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang dapat mengganggu

    distribusi material. Hal ini sering terjadi pada jalan-jalan yang melewati

    medan perbukitan.

    n. Pemogokan buruh

    Pemogokan dapat disebabkan karena adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan

    para pekerja seperti kenaikan gaji. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya

    produksi material-material yang memerlukan tenaga buruh.

    o. Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek

    Dalam proyek dengan sistem swakelola, pihak owner memiliki kewenangan

    penuh dalam penentuan material yang digunakan. Pengadaan material bisa

    terlambat bila harus menunggu persetujuan owner terhadap sampel material

    yang digunakan sehingga akan memperlambat pelaksanaan pekerjaan.

    p. Kenaikan Harga Material

    Fluktuasi harga material dapat dipengaruhi salah satunya oleh kondisi

    ekonomi negara. Kenaikan harga material yang tinggi akan membuat pihak

    kontraktor menunda pengadaan material. Penundaan bertujuan untuk

    melakukan penyesuaian harga, sehingga dapat dihindari kerugian akibat

    selisih harga yang besar.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    38/117

    24

    2.7 Wewenang dan Tanggung Jawab Personel Proyek

    Pada suatu proyek konstruksi terdapat pembagian wewenang dan tanggung

    jawab yang berbeda-beda terhadap personel proyek yang terlibat. Seorang

    manajer proyek bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan proyek dan

    memiliki wewenang paling tinggi dalam struktur organisasi pelaksanaan.

    Sedangkan seorang logistik memiliki tanggung jawab terhadap material dari

    proyek yang dikerjakan. Wewenang dan tanggung jawab personel lain dalam

    suatu proyek konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.2. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat

    diagram linier tanggung jawab atau LRC (Linier Responsibility Chart). LRC

    adalah suatu alat/ informasi yang berfungsi sebagai alat komunikasi bagi personel

    proyek dalam menjalankan tugasnya, menampilkan tingkatan organisasi, hierarki

    personel dan tanggung jawabnya serta hubungan antar staf serta pimpinan (Husen,

    2011). Diagram ini mempermudah pembuatan deskripsi pekerjaan pada masing-

    masing hierarki organisasi proyek secara lebih detail.

    Tabel 2.2Linier Responsibility Chart dalam suatu proyek

    Hierarki Organisasi Proyek

    Kegiatan Pemilik

    proyek

    Konsultan

    perencana

    Konsultan

    pengawas

    Manajer

    proyek

    Site

    manajerMenetapkan sasaran &

    tujuan proyek

    A e e f f

    Menetapkan kebijakan

    proyek

    A e e f f

    Perencanaan proyek E a e f f

    Pengawasan &

    pengendalian proyek

    H h a j j

    Pembayaran proyek A c b i j

    Struktur organisasi

    pelaksanaan

    H h c a f

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    39/117

    25

    Administrasi

    pelaksanaan

    D d c h i

    Anggaran pelaksanaan D d d a fPengawasan &

    pengendalian

    pelaksanaan

    D d e a g

    Pelaksanaan proyek D d g a f

    Material D d c i h

    Hierarki Organisasi Proyek

    Kegiatan Site engineer Pelaksana Logistik Administrasi/

    Keuangan

    Menetapkan sasaran &tujuan proyek

    F f f j

    Menetapkan kebijakan

    proyek

    F f f j

    Perencanaan proyek F f f j

    Pengawasan &

    pengendalian proyek

    J j j j

    Pembayaran proyek J j j j

    Struktur organisasi

    pelaksanaan

    F f f f

    Administrasipelaksanaan

    I i i a

    Anggaran pelaksanaan F f f j

    Pengawasan &

    pengendalian

    pelaksanaan

    G g g g

    Pelaksanaan proyek F f f j

    Material H h a j

    Keterangan wewenang dan tanggung jawab:

    a. Tanggung jawab penuh f. Melaksanakanb. Memberi pengesahan g. Mengawasi

    c. Memberi persetujuan/ rekomendasi h. Mendapat laporan

    d. Mengetahui i. Membuat laporan

    e. Memberi konsultasi j. Terlibat membantu

    Sumber : Husen, 2011

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    40/117

    26

    2.8 Teknik Sampling

    Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan

    sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dapat digunakan.

    Secara skematis, macam-macam teknik sampling ditunjukkan pada Gambar 2.2

    (Sugiyono, 2010). Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi

    dua yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability

    sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang

    sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

    Sedangkan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

    memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

    dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010).

    Teknik sampling yang digunakan penelitian ini adalah purposive sampling

    dari kelompok nonprobability Sampling. Purposive sampling adalah teknik

    penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Misalnya akan

    melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya

    adalah orang yang ahli makanan. Teknik ini cocok digunakan untuk penelitian

    kualitatif, atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    41/117

    27

    Gambar 2.2 Macam-macam Teknik Sampling

    (Sumber : Sugiyono, 2010)

    2.9 Uji Validitas dan Reliabilitas

    Suatu alat ukur yang digunakan mengumpulkan data penelitian harus

    memenuhi syarat lolos uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas bertujuan untuk

    mengetahui valid atau tidaknya suatu alat ukur. Valid menunjukkan derajat

    ketepatan, yaitu ketepatan alat ukur dalam mengukur apa yang ingin diukur. Suatu

    kuesioner dikatakan valid bila pertanyaan yang tercantum dalam kuesioner

    mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner. Sedangkan Uji

    reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini

    kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang

    sama akan menghasilkan data yang konsisten bila jawaban seseorang terhadap

    pertanyaan dalam kuesioner tidak berubah walaupun menjawabnya kembali di

    waktu yang lain, maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliabel.

    Teknik

    Sampling

    Probabilitysam lin

    Non probabilitysam lin

    1. Simple random sampling

    2. Proportionate stratified

    random sampling

    3. Disproportionate stratified

    random sampling

    4. Area (cluster) sampling

    (sampling menurut daerah)

    1. Sampling sistematis

    2. Sampling kuota

    3. Sampling insidental

    4. Purposive sampling

    5. Sampling jenuh

    6. Snowball sampling

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    42/117

    28

    2.9.1 Uji Validitas

    Uji validitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson

    product moment. Pengujian dengan teknik korelasi tersebut dilakukan dengan cara

    mengukur korelasi antara item/ variabel dengan skor total variabel. Rumus yang

    digunakan adalah sebagai berikut:

    rxy = (2-1)

    keterangan :

    rxy = koefisien korelasi Pearson Product Moment atau nilai validitas

    N = jumlah responden

    xiyi = jumlah perkalian skor butir dan skor variabel

    xi2 = jumlah skor butir pertanyaan kuadrat

    yi2 = jumlah skor variabel kuadrat

    xi = jumlah skor butir pertanyaan

    yi = jumlah skor variabel

    Setelah dihitung menggunakan rumus tersebut, untuk menentukan valid

    tidaknya suatu item maka digunakan kriteria penilaian sebagai berikut (Priyatno,

    2010) :

    - Jika rhitung > rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi

    signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid)

    - Jika rhitung < rtabel maka instrumen atau item pertanyaan tidak berkorelasi

    signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    43/117

    29

    Nilai rtabel adalah tergantung dari jumlah sampel/ responden (N). Nilai

    tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu

    item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi

    pada taraf signifikan 0,05 atau 5%, artinya suatu item dianggap valid jika

    berkorelasi signifikan terhadap skor total.

    Tabel 2.3 Nilai-nilai r Product Momen pada Taraf Signifikan 5%

    N r N r N r

    3 0,997 27 0,381 55 0,266

    4 0,950 28 0,374 60 0,254

    5 0,878 29 0,367 65 0,244

    6 0,811 30 0,361 70 0,235

    7 0,754 31 0,355 75 0,227

    8 0,707 32 0,349 80 0,220

    9 0,666 33 0,344 85 0,21310 0,632 34 0,339 90 0,207

    11 0,602 35 0,334 95 0,202

    12 0,576 36 0,329 100 0,195

    13 0,553 37 0,325 125 0,176

    14 0,532 38 0,320 150 0,159

    15 0,514 39 0,316 175 0,148

    16 0,497 40 0,312 200 0,138

    17 0,482 41 0,308 300 0,113

    18 0,468 42 0,304 400 0,09819 0,456 43 0,301 500 0,088

    20 0,444 44 0,297 600 0,080

    21 0,433 45 0,294 700 0,074

    22 0,423 46 0,291 800 0,070

    23 0,413 47 0,288 900 0,065

    24 0,404 48 0,284 1000 0,062

    25 0,396 49 0,281

    26 0,388 50 0,279

    Sumber : Sugiyono, 2010

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    44/117

    30

    Ketentuan nilai r adalah tidak lebih dari (-1 r +1). Apabila nilai r = -1 artinya

    korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti

    korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r diinterpretasikan seperti dalam

    Tabel 2.4.

    Tabel 2.4 Interpretasi Koefisisen Korelasi Nilai r

    Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

    0,801,000

    0,600,799

    0,400,599

    0,200,399

    0,000,199

    Sangat Kuat

    Kuat

    Cukup Kuat

    Rendah

    Sangat Rendah

    Sumber : Riduwan, 2007

    2.9.2 Uji Reliabilitas

    Reliabilitas adalah keandalan/ konsistensi alat ukur tersebut dalam mengukur

    apa yang hendak diukur, artinya kapanpun alat ukur itu digunakan akan

    memberikan hasil yang sama. Sehingga reliabilitas merupakan ukuran suatu

    kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

    bentuk-bentuk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun

    dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-

    sama terhadap seluruh butir pertanyaan.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    45/117

    31

    Pengukuran reliabilitas bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut

    (Suryabrata, 2006):

    1. Metode uji ulang (test-retest method). Pada metode ini instrumen yang

    mengandung pertanyaan yang sama diberikan kepada sekelompok subjek dua

    kali, dengan selang waktu tertentu (misalnya dua minggu atau tiga minggu).

    Lalu skor pada perekaman data yang yang pertama dan skor pada perekaman

    data yang kedua itu dikorelasikan. Angka korelasi itulah yang merupakan

    koefisien reliabilitas.

    2. Metode bentuk paralel (parallel-form method). Pada metode ini disusun dua

    perangkat instrumen yang paralel (kembar), misalnya perangkat A dan

    perangkat B. Kedua perangkat instrumen itu diberikan kepada satu kelompok

    subjek dalam waktu berturutan, atau dengan selang waktu sedikit. Skor pada

    perangkat A dikorelasikan dengan skor pada perangkat B. koefisien korelasi

    itulah yang merupakan koefisien reliabilitas.

    3. Metode pengujian satu kali (single trial method). Dalam metode ini

    seperangkat instrumen diberikan kepada sekelompok subjek satu kali, lalu

    dengan cara tertentu diestimasi reliabilitas instrumen tersebut.

    Metode uji-ulang dan metode bentuk paralel mengandung keterbatasan atau

    kesulitan, oleh karena itu di dalam praktek jarang peneliti menggunakan kedua

    metode tersebut. Para peneliti umumnya memilih menggunakan metode pengujian

    satu kali (Suryabrata, 2006). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    46/117

    32

    cara single trial method dengan menggunakan skala likert. Sedangkan metode

    penilaian yang digunakan adalah Alpha Cronbach, yaitu (Arikunto, 2006):

    r11 = (2-2)

    keterangan :

    r11 = nilai reliabilitas

    Si = jumlah varians skor tiap item

    St = jumlah varians

    k = jumlah item

    Metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai

    1. Jika skala itu dikelompokkan kedalam lima kelas dengan ring yang sama, maka

    ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut (Triton, 2005):

    1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

    2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

    3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60 berarti cukup reliabel

    4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80 berarti reliabel

    5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel

    Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha Cronbach

    untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak. Software SPSS

    digunakan untuk membantu perhitungan agar lebih cepat dan akurat.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    47/117

    33

    2.10 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan

    daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang

    yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan

    pengguna. Orang yang diharap memberi respons ini disebut responden. Menurut

    cara menyusun pertanyaan, kuesioner dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

    kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup (Sukandarrumidi, 2006).

    a. Kuesioner terbuka

    Kuesioner terbuka adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan

    yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/

    terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/ pandangan dan

    pengetahuannya. Kuesioner terbuka digunakan apabila peneliti belum dapat

    memperkirakan atau menduga kemungkinan alternatif jawaban yang ada pada

    responden.

    b. Kuesioner tertutup

    Kuesioner tertutup adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan

    yang dituliskan telah disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal

    memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan. Kuesioner tertutup sering

    digunakan dan cukup populer dalam suatu penelitian survei karena memberikan

    keseragaman jawaban sehingga data yang diperoleh lebih mudah diolah daripada

    bentuk kuesioner terbuka (Morissan, 2012).

    Perlu diperhatikan bahwa kuesioner disamping bertujuan untuk menampung

    data sesuai dengan kebutuhan, juga merupakan suatu kertas kerja yang harus

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    48/117

    34

    ditatalaksanakan dengan baik. Ada beberapa kelengkapan dari sebuah kuesioner,

    yaitu (Morissan, 2012):

    1. Adanya subyek yaitu individu atau lembaga yang melakukan penelitian dan

    tujuan dilakukannya survei.

    2. Adanya ajakan, yaitu permohonan dari peneliti kepada responden untuk turut

    serta mengisi secara aktif dan obyektif dari pertanyaan maupun pernyataan

    yang tersedia.

    3. Ada petunjuk pengisian kuesioner, dan petunjuk yang tersedia harus mudah

    dimengerti.

    4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat jawaban, baik secara

    tertutup ataupun terbuka. Selain itu isian untuk indentitas dari responden juga

    harus disediakan.

    2.11 Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian

    Skala pengukuran yang digunakan pada instrumen penelitian adalah skala

    Likert. Skala Likert merupakan salah satu skala yang paling banyak digunakan

    pada penelititan sosial (Morissan, 2012). Penyusunan skala likert dalam kuesioner

    mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing

    pernyataan yang ada pada kuesioner. Dalam skala Likert terdapat dua bentuk

    pernyataan yaitu pernyataan positif yang berfungsi untuk mengukur sikap positif,

    dan pernyataan negatif yang berfungsi untuk mengukur sikap negatif objek sikap.

    Pada penelitian ini menggunakan bentuk pernyataan positif dimana skor

    pernyataan positif dimulai dari 1 untuk Sangat Rendah (SR), 2 untuk Rendah (R),

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    49/117

    35

    3 untuk Sedang (S), 4 untuk Tinggi (T), dan 5 untuk Sangat Tinggi (ST). Skor

    pernyataan negative dimulai dari 1 untuk Sangat Tinggi (ST), 2 untuk Tinggi (T),

    3 untuk Sedang (S), 4 untuk Rendah (R), dan 5 untuk Sangat Rendah (SR).

    2.12 Analisis Faktor

    Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate

    yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor digunakan untuk

    menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian

    dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau

    beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.

    (Santoso, 2010).

    Tahapan dalam Analisis Faktor dapat dilihat dalam urutan sebagai berikut

    (Santoso, 2010) :

    1. Memilih variabel yang layak untuk analisis faktor

    Tahap pertama pada analisis faktor adalah menilai variabel mana yang

    dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian

    dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian variabel-

    variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian.

    Jika sebuah variabel mempunyai kecenderungan mengelompok dan

    membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi

    yang cukup tinggi dengan variabel lain. Beberapa pengukuran yang dapat

    dilakukan antara lain dengan memperhatikan nilai KMO dan nilai MSA.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    50/117

    36

    a. Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)

    Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO. Nilai

    tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05 memberikan

    indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan

    oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO

    yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara

    pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya

    sehingga faktor tidak layak digunakan.

    Variabel-variabel yang sudah diketahui dan juga data-data yang didapat dari

    responden dan selanjutnya dimasukkan ke dalam menu SPSS. Karena analisis

    faktor berupaya untuk mengelompokkan sejumlah variabel maka seharusnya

    ada korelasi yang cukup kuat diantara masing-masing variabel, jika variabel

    berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan

    dikeluarkan dari analisis faktor. Alat ukur seperti nilai MSA (Meassures of

    Sampling Adequency) dapat digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA

    dari masing-masing variabel harus lebih besar dari 0,5.

    b. Nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency)

    Tujuan pegukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses

    pengambilan sampel telah memadai atau tidak. Nilai MSA berkisar 0 sampai

    1 dengan kriteria (Santoso, 2010):

    (1)MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel

    lain.

    (2)MSA > 0,5 , variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    51/117

    37

    (3)MSA < 0,5 , variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih

    lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

    2. Susun ekstrasi variabel

    Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi

    beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal

    Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan

    dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing

    faktor dalam menghitung varian dari variabel-variabel yang dianalisis. Nilai eigen

    (eigen value) dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor

    yang terbentuk (Santoso, 2010).

    Setiap kelompok faktor memiliki nilai percent of varianceyaitu kemampuan

    untuk menjelaskan keragaman total yang berbeda-beda. Kelompok faktor pertama

    memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor

    kedua. Kelompok faktor kedua memiliki kemampuan menjelaskan lebih tinggi

    dari pada kelompok faktor ketiga dan seterusnya. Atau dengan kata lain, faktor-

    faktor yang diekstrasi sedemikian rupa, menerangkan bahwa faktor pertama

    menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli (paling

    dominan), faktor kedua menyumbang terbesar kedua, faktor ketiga menyumbang

    terbesar ketiga dan begitu seterusnya.

    3. Rotasi Kelompok Faktor

    Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks

    komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah

    kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    52/117

    38

    disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok

    faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor berdasarkan loading

    factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada matriks komponen

    (Component Matrix) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading

    yang dihasilkan pada matriks komponen masih kurang jelas dalam

    menggambarkan perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk

    memperjelas maka dilakukan proses rotasi, yang menghasilkan matriks komponen

    rotasi (Rotated Component Matrix).

    4. Menamakan Kelompok Faktor

    Setelah terbentuk kelompok faktor, maka proses dilanjutkan dengan

    memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus

    dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu kelompok faktor hendaknya

    mencerminkan variabel-variabel yang tergabung/ terbentuk di dalamnya.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    53/117

    39

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Model pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan disebarkan ke masing-

    masing responden sehingga diperoleh hasil berupa tanggapan atas permasalahan

    yang diangkat dalam penelitian.

    3.2 Lokasi Penelitian

    Penelitian ini diadakan di Kabupaten Badung. Lokasi ini dipilih karena

    Kabupaten Badung merupakan salah satu wilayah di Bali yang banyak terdapat

    proyek konstruksi skala besar.

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu

    berupa data primer. Data primer dalam penelitian ini berupa tanggapan responden

    atas hasil jawaban kuesioner yang diperoleh langsung dari hasil survei. Survei

    dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada proyek-proyek konstruksi gedung

    di Kabupaten Badung dengan nilai proyek minimal 10 miliar.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    54/117

    40

    3.4 Teknik Sampling dan Jumlah Sampel

    Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

    sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

    pertimbangan tertentu. Berdasarkan pertimbangan bahwa semakin besar nilai

    proyek maka jumlah dan jenis material yang digunakan juga semakin banyak.

    Selain itu pengelolaan material juga semakin kompleks sehingga permasalahan

    material akan lebih banyak dijumpai pada proyek-proyek berskala besar. Proyek

    yang ditinjau dalam penelitian ini adalah yang memiliki nilai minimal 10 miliar

    rupiah. Responden penelitian adalah para ekspert yang bekerja pada proyek yang

    ditinjau. Definisi ekspert adalah responden yang mengetahui tentang pengadaan

    material pada proyek dan memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun.

    Menurut Sugiyono (2010), ukuran sampel yang layak dalam penelitian

    adalah antara 30 sampai dengan 500. Sedangkan menurut Santoso (2010), jumlah

    sampel yang ideal untuk analisis faktor adalah 50 sampai 100 sampel. Sampel

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 sampel. Sampel tersebut

    merupakan para responden yang bekerja pada proyek-proyek konstruksi gedung di

    Kabupaten Badung.

    3.5 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang disajikan

    dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda

    centang pada kolom atau tempat yang sesuai. Skala pengukuran yang digunakan

    pada instrumen penelitian adalah skala Likert. Skor pernyataan yang digunakan

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    55/117

    41

    adalah mulai dari 1 sampai dengan 5, dimana 1 untuk Sangat Rendah (SR), 2

    untuk Rendah (R), 3 untuk Sedang (S), 4 untuk Tinggi (T), dan 5 untuk Sangat

    Tinggi

    3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

    Mulai

    Identifikasi Masalah

    Studi Literatur dan Brainstorming

    Desain Kuesioner

    U i Validitas dan Reliabilitas

    Kuesioner Valid

    dan Reliabel

    Tidak

    Penyebaran Kuesioner

    Analisis Data Hasil Penyebaran kuesioner MenggunakanAnalisis Faktor dengan bantuan SPSS

    Selesai

    Kesim ulan dan Saran

    ya

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    56/117

    42

    Pada Gambar 3.1 dapat dilihat diagram alir penelitian secara umum mulai

    dari identifikasi masalah, studi literatur, penyusunan instrumen penelitian,

    pengumpulan data, hingga didapatkan kesimpulan akhir hasil dari analisis data

    menggunakan analisis faktor.

    Untuk menyelesaikan penelitian ini diperlukan beberapa tahapan yaitu :

    1. Menyusun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu material

    konstruksi gedung.

    Hal ini diwujudkan dengan metode brainstorming terhadap pihak-pihak yang

    berkompeten dalam masalah tersebut. Selain melalui brainstorming, data juga

    diperoleh dari studi literatur dan pengalaman peneliti. Sumber literatur yang

    digunakan dalam menyusun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu

    adalah sumber pada subbab 2.3.. Akan tetapi tidak semua faktor pada literatur

    digunakan sebagai variabel dalam penelitian. Beberapa faktor tersebut tidak

    digunakan karena dari hasil brainstorming terhadap para ekspert, faktor tersebut

    tidak termasuk faktor yang mempengaruhi waktu tunggu. Selain itu terdapat pula

    faktor-faktor baru yang ditambahkan yang merupakan hasil dari melakukan

    brainstorming. Faktor-faktor tersebut antara lain :

    - Akses menuju proyek

    - Relasi antara kontraktor dan pemasok

    - Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material

    - Jumlah material yang dipesan

    - Demand (permintaan) pasar terhadap material

    - Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    57/117

    43

    - Kondisi topografi yang ekstrim

    - Sistem pengadaan yang digunakan

    - Kepadatan lalu lintas

    - Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)

    Untuk selengkapnya, faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu dapat

    dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan

    material konstruksiNo Faktor Sumber

    1 Proses produksi material pada pemasok

    Burgess and White,

    1979; Kaming et al.,

    1997; Nugraha et al.,

    1985; OBrien, 1984;

    OBrien et al., 1971

    dalam Ekaputra, 2001

    2 Kurangnya stock material pada pemasok

    3 Ketersediaan alat angkut transportasi material

    4 Kelancaran pembayaran oleh kontraktor

    5 Jenis material yang dipesan6 Spesifikasi Material

    7 Ketersediaan ruang untuk penempatan/

    penyimpanan material konstruksi

    8Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara

    divisi-divisi yang terkait dengan proses

    pengadaan material

    9 Kualitas staf pengadaan

    10 Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol

    terhadap pemasok kurang diperhatikan11 Kecelakaan pada saat pengiriman material

    12 Cuaca buruk

    13 Bencana alam

    14 Pemogokan buruh

    15 Pengadaan material yang diatur oleh pemilik

    proyek

    16 Kenaikan Harga Material

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    58/117

    44

    No Faktor Sumber

    17 Akses menuju proyek

    Brainstorming

    18 Relasi antara kontraktor dan pemasok

    19Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses

    pengiriman material

    20 Jumlah material yang dipesan

    21 Demand (permintaan) pasar terhadap material

    22 Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok

    23 Kondisi topografi yang ekstrim

    24 Sistem pengadaan yang digunakan

    25 Kepadatan lalu lintas

    26 Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)

    2. Penyusunan Kuesioner Penelitian.

    Berdasarkan hasil brainstorming tersebut kemudian digunakan untuk

    menyusun pernyataan-pernyataan yang akan dituangkan ke dalam kuesioner.

    Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang

    disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan

    tanda centang pada kolom atau tempat yang sesuai. Kuesioner penelitian ini

    menggunakan skala likert dalam pengukurannya, yaitu skala 1 sampai dengan 5.

    Dimana : 1= Sangat Rendah; 2= Rendah; 3 = Sedang ; 4 = Tinggi; 5 = Sangat

    Tinggi.

    3. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian.

    Sebelum kuesioner disebarkan kepada para responden, terlebih dahulu

    dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Sampel yang digunakan untuk

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    59/117

    45

    uji validitas dan reliabilitas adalah 30 responden. Untuk membantu perhitungan

    uji validitas dan reliabilitas digunakan program SPSS. Uji validitas pada analisis

    menggunakan SPSS dilakukan dengan teknik korelasi pearson product moment.

    Nilai korelasi (r) yang dihasilkan dari analisis SPSS kemudian dibandingkan

    dengan r tabel dengan ketentuan :

    a. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung bernilai positif dan lebih

    besar dari nilai r tabel.

    b. Bila r hitung sebuah butir pertanyaan bernilai negatif dan/ atau bernilai

    lebih kecil dari r tabel, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak

    valid, sehingga butir pertanyaan tersebut harus diperbaiki dan proses

    validasi diulang kembali.

    Jika butir-butir pertanyaan sudah valid semua, dapat dilanjutkan ke tahap

    berikutnya yaitu pengujian reliabilitas seperti yang terdapat pada Gambar 3.2.

    Pada penelitian ini, reliabilitas (keandalan) kuesioner akan diukur dengan

    single trial method, dengan bantuan program SPSS. Analisis SPSS dilakukan

    dengan menggunakan koefisien reliabilitas Cronbachs Alphayang menunjukkan

    nilai konsistensi internal dari kuesioner pada survei yag dilakukan, yaitu

    menunjukkan bagaimana kecenderungan jawaban responden keseluruhan terhadap

    pertanyaan yang diberikan. Nilai alpha berkisar antara 0 dan 1. Nilai Alpha yang

    mendekati 1 menunjukkan keandalan yang makin tinggi dari alat ukur yang

    digunakan dalam penelitian.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    60/117

    46

    Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Validitas dan Reliabilitas Pada SPSS

    Ya

    Tidak

    Kuesioner jadi

    Penyebaran Kuesioner

    Pengumpulan kuesioner

    Tabulasi data kuesioner

    Input data pada SPSS

    Uji Validitas

    Apakah

    r hitung < r tabel Maka variabel

    tersebut diperbaiki

    Uji Reliabilitas

    Apakah nilai

    Alpha > 0,6

    Kuesioner reliabel

    Ya

    Tidak

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    61/117

    47

    4. Pengumpulan Data Penelitian.

    Setelah kuesioner valid dan reliabel, langkah selanjutnya adalah penyebaran

    kuesioner kepada responden. Total responden yang digunakan adalah 50 orang

    responden.

    5. Analisis Data

    Data yang telah terkumpul kemudian diolah sesuai tujuan penelitian. Analisis

    data yang digunakan adalah analisis faktor. merupakan salah satu teknik analisis

    statistikMultivariate yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor

    digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen

    yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa

    terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah

    variabel awal. Output dari perhitungan analisis faktor dalam penelitian ini adalah

    faktor-faktor dominan yang mempengaruhi waktu tunggu material konstruksi

    gedung di Kabupaten Badung. Program SPSS digunakan untuk membantu dalam

    perhitungan ini. Tahapan-tahapan analisis faktor selengkapnya dapat dilihat pada

    Gambar 3.3.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    62/117

    48

    Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Faktor Pada SPSS

    Tidak

    Ya

    Kuesioner Valid dan Reliabel

    Pemilihan Variabel yang layak untuk

    Analisis Faktor

    Nilai KMO > 0,5 dan

    Apakah nilai MSA

    setiap variabel > 0,5?

    Variabel yang memilikinilai MSA terkecil yang di

    bawah 0,5, dibuang

    Variabel layak untuk analisa faktor

    Ekstraksi Variabel / Pembentukan

    kelompok Faktor

    Rotasi Kelompok Faktor

    Menamakan Kelompok Faktor

    Identifikasi jumlah kelompok faktor

    yang terbentuk dengan melihat nilaieigen value > 1

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    63/117

    49

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Identifikasi Faktor

    Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang

    mempengaruhi waktu tunggu pengadaan material konstruksi pada proyek gedung

    di Kabupaten Badung. Penyusunan faktor-faktor tersebut adalah berdasarkan

    literatur, brainstorming dan pengembangan dari peneliti. Hasil indentifikasi faktor

    yang disajikan pada tabel 3.1 disajikan kembali pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pengadaan

    material konstruksi pada proyek gedung di Kabupaten Badung

    No Faktor

    1 Relasi antara kontraktor dan pemasok

    2 Proses produksi material pada pemasok

    3 Kurangnya stock material pada pemasok

    4 Ketersediaan alat angkut transportasi material

    5 Jenis alat angkut yang digunakan dalam proses pengiriman material

    6 Kelancaran pembayaran oleh kontraktor

    7 Jumlah material yang dipesan

    8 Demand (permintaan) pasar terhadap material

    9 Jenis material yang dipesan

    10 Spesifikasi Material

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    64/117

    50

    No Faktor

    11 Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok

    12 Akses menuju proyek

    13 Kondisi topografi yang ekstrim

    14 Ketersediaan ruang untuk penempatan/ penyimpanan material

    konstruksi

    15 Kurangnya koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait

    dengan proses pengadaan material16 Kualitas staf pengadaan

    17 Jumlah staf yang kurang sehingga kontrol terhadap pemasok kurang

    diperhatikan

    18 Sistem pengadaan yang digunakan

    19 Kecelakaan pada saat pengiriman material

    20 Kepadatan lalu lintas

    21 Cuaca buruk

    22 Bencana alam

    23 Kenaikan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak)

    24 Pemogokan buruh

    25 Pengadaan material yang diatur oleh pemilik proyek

    26 Kenaikan Harga Material

    Hasil identifikasi faktor tersebut di atas digunakan untuk menyusun

    pernyataan-pernyataan pada kuesioner penelitian. Sebelum disebarkan, uji

    validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang

    digunakan valid dan reliabel.

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    65/117

    51

    4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

    4.2.1 Uji Validitas

    Uji validitas dilakukan dengan membandingkan korelasi antara variabel/ item

    dengan skor total variabel. Sampel yang digunakan untuk uji validitas adalah 30

    sampel responden dengan taraf signifikansi 5 persen. Kriteria pengujian adalah,

    jika Rhitung Rtabel maka instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan

    terhadap skor total (dinyatakan valid), jika Rhitung Rtabel maka instrumen atau

    item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak

    valid). Hasil uji validitas disajikan pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas

    No Pernyataan/ Variabel Rhitung Rtabel Keterangan

    1 Relasi antara kontraktor dan pemasok (X1) 0,706 0,361 Valid

    2 Proses produksi material pada pemasok (X2) 0,768 0,361 Valid

    3 Kurangnya stock material pada pemasok (X3) 0,690 0,361 Valid

    4 Ketersediaan alat angkut transportasi

    material(X4)

    0,775 0,361 Valid

    5 Jenis alat angkut yang digunakan dalam

    proses pengiriman material (X5)

    0,807 0,361 Valid

    6 Kelancaran pembayaran oleh kontraktor (X6) 0,600 0,361 Valid

    7 Jumlah material yang dipesan (X7) 0,790 0,361 Valid

    8 Demand (permintaan) pasar terhadap material

    (X8)

    0,633 0,361 Valid

    9 Jenis material yang dipesan (X9) 0,613 0,361 Valid

    10 Spesifikasi Material (X10) 0,727 0,361 Valid

    11 Jarak antara lokasi proyek dengan pemasok

    (X11)

    0,528 0,361 Valid

  • 7/24/2019 Wktu Tunggu Pengadaan Material

    66/117

    52

    No Pernyataan/ Variabel Rhitung Rtabel Keterangan

    12 Akses menuju proyek (X12) 0,567 0,361 Valid

    13 Kondisi topografi yang ekstrim (X13) 0,486 0,361 Valid

    14 Ketersediaan ruang untuk penempatan/

    penyimpanan material konstruksi (X14)

    0,610 0,361 Valid

    15 Kurangnya