modul praktikum p3 2009

Upload: galih-pratama

Post on 07-Feb-2018

247 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    1/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 1

    MODUL I

    Rencana Proses dan Perhitungan Waktu Baku

    I Tujuan Praktikum

    1. Praktikan dapat membuat rencana proses2. Praktikan dapat mengerti dan membuatBill Of Materialdari suatu produk3. Praktikan dapat membuat Peta Proses Operasi dan Peta Perakitan4. Praktikan memahami dan mampu melakukan proses fabrikasi dan proses perakitan dari

    suatu produk

    5. Praktikan dapat mengevaluasi proses produksi sehingga dapat meningkatkan output hasilproduksi.

    II Alat dan Bahan

    Alat Pendukung sebagai berikut:a. Gunting logam

    b. Obengc. Solderd. Timah (Tnol)

    Komponen lampu tidursebagai berikut:a. Casing depan

    b. Casing belakangc. Casing alasd. Casing penyanggae. Kabel powerf. Kabel lampug. Pitting lampuh. Lampui. Potensiometer

    III Prosedur Praktikum

    1. Praktikan membongkar produk jadi ke dalam komponen-komponen penyusunnya2. Praktikan mencatat tahap pembongkaran produk3. Praktikan mencatat komponen penyusunnya4. Praktikan membuat rencana proses dari komponen yang dibuat

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    2/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 2

    5. Praktikan membuat BOM, PPO, PP Produk lampu tidur pada lembar kerja yangdisediakan berdasar pembongkaran yang telah dilakukan

    6. Praktikan 2 kelompok bergabung menjadi 1 kelompok besar untuk membuat produk7. Praktikan berkoordinasi dengan praktikan satu team untuk pembagian tugas dalam

    pembuatan produk (termasuk pengaturan posisi workstation)

    8. Praktikan merakit komponen tersebut menjadi perangkat lampu tidurberdasar OPC yangtelah dibuat dan mencatat waktu perakitan per elemen kerja

    9. Praktikan membuat casing sesuai rencana proses dan mencatat waktu setiap proses10.Praktikan menghitung waktu baku perakitan lampu tidurdan pembuatan casing lampu

    tidur

    IV Materi Praktikum

    4.1 Konsep Dasar Sistem Produksi

    Sistem produksi merupakan kumpulan dari subsistem yang saling berinteraksi dengan tujuan

    mentrasformasikan input produksi menjadi output produksi.

    Gambar 1.1 Skema Sistem Produksi

    Adapun Sistem Produksi Manufaktur terdiri dari :

    1. Model Input-OutputProduksi adalah segala proses yang dirancang untuk mengubah (mentransformasikan)

    suatu susunan elemen masukan (input) menjadi suatu susunan elemen keluaran (output)

    yang spesifik.

    2. Parameter Sistem Produksi, terdiri dari :a. Produksi

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    3/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 3

    b. Produktivitasc. Efisiensid. Efektivitase. Utilitasf. Kualitasg. Kapasitas

    4.1.1 Siklus Aktivitas Manufaktur

    Siklus aktivitas manufaktur dapat dilihat pada gambar berikut ini

    Gambar 1.2 Siklus Aktivitas Manufaktur (Groover, 1980)

    4.1.2 Proses Produksi

    Terdapat begitu banyak proses yang dapat dilakukan oleh ahli Teknik Produksi untuk

    mengubah suatu bentuk dan ukuran material. Proses tersebut diantara adalah proses

    pemisahan dan pencampuran logam (refining dan alloying), pencetakan (casting),

    pembentukan (forming), pemotongan (cutting), pengelasan (welding), perakitan/assembly,

    dan finishing. Dalam praktikum ini, proses-proses produksi yang akan kita lakukandiantaranya adalah:

    a. Pemotongan (cutting)Pemotongan (cutting) merupakan proses pengubahan bentuk suatu material

    dengan menggunakan alat potong. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bentuk

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    4/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 4

    yang diinginkan, tolerensi yang ketat, dan keadaan permukaan tertentu. Beberapa

    proses pemotongan:

    Shearing, merupakan proses pemotongan dengan menggunakantekanan/dorongan antara dua tepi material/logam yang tajam.

    Turning, merupakan proses pemotongan dengan memutar benda kerja pada alatpotong dan pemotongan material dilakukan dengan memakankan alat potong

    pada benda kerja atau memakankan benda kerja pada alat potong.

    Drilling, merupakan proses membuka, melebarkan atau membuat sebuah lobang.Proses ini biasanya diasosiasikan dengan sebuah proses dimana alat yang

    digunakan akan bergerak turun dan benda kerja diam di tempat. Ketika benda

    kerja ditekan, ini dikenal sebagai kegiatan turning. Operasi ini biasanya

    dilakukan pada mesin drillingbertekanan atau mesin bor.

    Shaping dan planning, dalam proses ini, permukaan material akan dipotongdengan aksi yang berulang-ulang. Biasanya permukaan material ini rata, tapi

    walaupun demikian permukaan yang tidak rata pun dapat diproses dengan cara

    ini. Dalam proses shaping, alat bekerja berulang-ulang sementara benda kerja

    tetap berada di tempatnya. Pada prosesplanning, benda kerja yang akan bekerja

    berulang-ulang sementara alat potongnya yang akan tetap di tempat.

    Milling, merupakan proses pemotongan dengan menggunakan alat potong yangberputar-putar yang terdiri dari beberapa gigi yang akan terputus-putus. Biasanya

    benda kerja yang dimakankan pada alat potongnya, tapi kadang kala proses ini

    dilakukan terbalik.

    Branching, proses ini sama dengan milling, yaitu proses pemotongan yangmenggunakan alat potong bergerigi. Tapi dalam hal ini alat broaching tidak

    berputar-putar, melainkan memotong dengan cara menarik atau mendorong alat

    potong tersebut.

    Sawing, juga merupakan proses pemotongan logam dengan menggunakan alatpotong yang bergerigi dengan cara menarik dan mendorong alat tersebut. Tapi

    dalam proses sawing, logam yang dengan jumlah yang sangat banyak dapat

    dibentuk tanpa memotongnya terlebih dahulu menjadi ukuran yang lebih kecil.

    b. Perakitan/assemblyPerakitan merupakan proses dimana berbagai komponen dan subassembly

    digabungkan agar menjadi rakitan/produk yang lengkap. Di pabrik, perakitan

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    5/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 5

    mungkin dilakukan secara terputus-putus atau dalam proses yang kontinyu dalam lini

    perakitan.

    c. FinishingFinishing merupakan proses dimana material, baik itu material yang telah selesai,

    subassembly, atau komponen, dibuat menjadi lebih efektif dengan memberikan

    energy dari luar dengan menambahkan material lainnya.

    4.2 BILL OF MATERIAL

    BOM (Bill Of Material) adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan

    baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. BOM tidak hanya menspesifikasikan

    produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan

    yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. BOM juga menggambarkan cara

    komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. MRP

    menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material yang dibutuhkan

    untuk setiap periode waktu.

    Adapun jenis BOM adalah :

    a. Modular Bills. BOM yang dapat diatur di seputar modul produk, modul merupakankomponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk.

    b. Planning Bills dan Phanton Bills.Planning Billuntuk perencanaan diciptakan agar dapatmenugaskan induk buatan kepada bill of materialnya. Sedangkan Phantom bill adalah

    BOM untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara

    waktu.

    c. Low-level coding. Merupakan jenis dari BOM yang menghasilkan produk yang serupasehingga untuk membedakannya diberikan kode pada bahan pendukungnya.

    Berikut ini adalah contoh pohon Bill Of Material

    Gambar 1.4 Pohon Bill Of Material

    Produk Jadi

    Part 1

    Sub Assembly

    Part 2

    Sub Assembly

    Part 3

    Sub Assembly

    Part 1.1

    Sub sub Assembly

    Part 1.2

    Sub sub Assembly

    Part 1.3

    Sub sub Assembly

    Part 3.1

    Sub sub Assembly

    Part 3.2

    Sub sub Assembly

    Part 1.4

    Saub sub

    Assembly

    Level 0

    Level 1

    Level 2

    (x,y,z)(x,y,z)

    (x,y,z) (x,y,z) (x,y,z) (x,y,z)

    (x,y,z)

    (x,y,z) (x,y,z)

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    6/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 6

    Table Bill Of Material

    Catatan : (x,y,z) = (Status inventory, Lead Time, Quantitas/parent)

    Contoh: pada level 1 part 1 (200, 1, 5)

    Nilai x = 200, menunjukkan bahwa dalam inventory terdapat 200 item yang ada di gudang

    Nilai y = 1, menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan bahan baku ketika di pesan hingga

    sampai perusahaan adalah 1 hari.

    Nilai z = 5, menunjukkan bahwa ada 5 unit yang dibutuhkan dalam membuat produk jadi

    Keterangan :

    - Status Inventory : Banyaknya persediaan barang yang masih ada di gudang- Lead Time : Waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai di

    perusahaan

    - Quantitas/parent : Jumlah unit yang dibutuhkan dalam membuat suatu produk atauperakitan sebelumnya

    4.3 PETA PROSES OPERASI

    Peta Proses Operasi ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah

    proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak

    dari awal sampai menjadi produk jadi (utuh) maupun sebagai komponen, dan juga memuat

    informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti : waktu yang dihabiskan,

    material yang digunakan, dan tempat atau alat atu mesin yang dipakai

    Adapun manfaat dari peta proses operasi adalah

    a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya

    0 Produk Jadi

    1 Part 1

    2 Part 1.1

    2 Part 1.2

    2 Part 1.3

    2 Part 1.4

    1 Part 2

    1 Part 3

    2 Part 3.1

    2 Part 3.2

    Produk x

    Lead TimeJumlah

    Pekerja

    Stasiun

    KerjaProduk

    LevelKode Part Nama Part Jumlah Satuan

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    7/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 7

    b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi di tiapoperasi/pemeriksaan)

    c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrikd. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakaie. Sebagai alat untuk latihan kerjaContoh Peta Proses Operasi

    O-N

    Material

    (Mt)

    M

    MtMtMt

    PETA PROSES OPERASI

    Nama Objek :

    No. Peta :

    Dipetakan oleh :

    Tangggal Dipetakan :

    Sekarang Usulan

    I-N

    MW

    Produkutama

    Bagianyangdirakit

    Bagiandaribagianyangdirakit

    W

    Storage

    Mt

    Urutan material yang masuk proses

    Urutanperubahandalamp

    roses

    Gambar 1.5 Peta Proses Operasi

    Keterangan

    W = waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan, biasanya dalam jam

    ON = nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut

    IN = nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut

    M = menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut berlangsung

    Pada Peta Proses Operasi terdapat lambang:

    = Operasi

    Suatu operasi terjadi jika sebuah obyek diubah sifat fisik atau kimianya; dirakit atau

    diuraikan dari obyek lain; atau diubah untuk operasi yang lain, pengangkutan,

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    8/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 8

    pemeriksaan atau penyimpanan. Suatu operasi dapat juga terjadi jika informasi diberikan

    atau diterima, atau jika perencanaan atau penghitungan dilakukan. Lambang operasi juga

    digunakan untuk menunjukkan orang yang sedang bekerja.

    = Pemeriksaan

    Sebuah pemeriksaan terjadi bila suatu obyek diuji atau diperiksa untuk perincian atau

    pemerikasaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

    = Penyimpanan (storage)

    Sebuah penyimpanan terjadi bila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup

    lama.

    4.4 PETA PERAKITAN

    Peta Perakitan merupakan salah satu tipe diagram proses yang menggambarkan/memodelkan

    bagaimana komponen-komponen disatukan untuk tujuan perakitan dari seluruh komponen hingga

    menjadi sebuah produk jadi. Daftar yang terdapat pada Peta Proses Perakitan yaitu semua

    material dan komponen, operasi dari subassembly, inspeksi, dan operasi dari assembly. Peta

    Proses Perakitan sering juga disebut sebagaigozinto chart.

    Situsi yang dapat digambarkan oleh Peta Perakitan :

    a. Ketika beberapa bagian diproses secara terpisah dan dirakit serta diproses bersamaan.b. Ketika sebuah produk dibongkar kembali dan komponen-komponen tersebut diproses

    kemudian.

    Contoh Peta Perakitan

    Lempeng mika depan

    Lempeng mika belakang

    Lempeng mika kanan

    Lempeng mika bawah

    A

    SA

    SSA

    PETA PROSES PERAKITAN

    Nama Objek :

    No. Peta :

    Dipetakan oleh :

    Tanggal dipetakan :

    Sekarang Usulan

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    9/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 9

    Gambar 1.6 Peta Perakitan

    Keterangan

    = operasi yang dilakukan pada material

    A = assembly

    SA =sub assembly

    4.5 KOMPONEN ELEKTRONIKA DASAR

    Ada beberapa komponen elektronika dasar yang harus diketahui untuk dapat membuat sebuah

    rangkaian komponen elektronik. Komponen tersebut diantaranya adalah :

    1. ResistorResistor merupakan hambatan yang digunakan untuk membatasi arus dalam sebuah

    rangkaian, memiliki kode warna pada badannya untuk menunjukkan nilai dari resistor

    tersebut.

    2. TransistorTransistor merupakan versi modern dari tabung hampa. Secara sederhana, transistor

    merupakan penggabungan 2 buah dioda, yang merupakan alat semikonduktor. Transistor

    memiliki dasar kegunaan sebagai berikut :

    a. Sebagai penguat (Amplifier)b. Sebagai penghantar-pemutus arus(Switch)Berdasarkan susunan bahan semikonduktornya, maka transistor dibagi menjadi transistor

    PNP (Positif-Negatif-Positif) dan Transistor NPN (Negatif-Positif-Negatif). Pemilihan jenis

    transistor ini, berdasar desain rangkaian yang anda buat. Transistor memiliki 3 kaki yang

    masing-masing diberi nama: Emitor, Basis dan Kolektor.

    3. DiodaDioda merupakan komponen elektronika yang dibuat dari semikonduktor. Secara umum

    (berdasarkan bahan yang membuatnya) dioda dibagi menjadi dioda germanium dan dioda

    silicon.

    Adapun kegunaan dari dioda adalah sebagai berikut :

    a. Sebagai penyearah tegangan, yaitu merubah dari arus AC menjadi arus DCb. Sebagai Zener, yaitu membatasi tegangan keluaran suatu rangkaian pada nilai tertentuc. Penghasil cahaya, yaitu untuk menghasilkan cahaya seperti pada LED

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    10/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 10

    Semua dioda memiliki terminal positif (Anoda) dan terminal negatif (Katoda). Karena itu

    dioda termasuk komponen berpolaritas dan tidak boleh terbalik dalam memasangnya.

    4. Rangkaian Terpadu (IC)Rangkaian Terpadu (IC) adalah penggabungan dari banyak komponen ke dalam suatu

    keping (chip). Teknologi ini memungkinkan ditanamkannya ratusan bahkan ribuan transistor

    dan komponen lain ke dalam keping tunggal sehingga dapat membuat alat-alat elektronika

    berukuran cukup kecil.

    Rangkaian Terpadu umumnya di bentuk dalam format DIP (Dual In Line Package) namun

    format/bentuk lain juga dimungkinkan. Bentuk DIP paling banyak dipakai karena kemudahan

    dalam pemasangan selain itu banyak tersedianya soket IC untuk bentuk DIP ini.

    5. KapasitorKapasitor/kondensator biasanya dipakai untuk menyimpan arus listrik, walaupun masih

    banyak kegunaan yang lain bergantung kepada rangkaian yang dipakai. Sebagaimana resistor

    nilai kapasitor dicetak pada badan kapasitor. Untuk kapasitor besar yang menggunakan zat

    cair (elektrolit)maka nilainya akan ditulis pada badannya tanpa sistem kode.Tetapi untuk

    kapasitor keramik misalnya, nilainya akan dituliskan dengan sistem kode tertentu.

    4.6 PRINTED CIRCUIT BOARD (PCB)

    Printed Circuit Board adalah sebuah papan yang penuh dengan sirkuit dari logam yang

    menghubungkan komponen elektronik satu sama lain tanpa kabel. Contohnya mother board

    komputer yang mempunyai PCB multy layer (berlapis-lapis) karena komponennya banyak sekali.

    4.7 PAPAN ACRYLIC

    Lembar Acrylic atau sering disebut lembar PMMA atau lembar gelas Organic adalah papan

    plastic bening berbentuk seperti kaca. Nama kimianya adalah Polymethyl methacrylate. Dalam

    praktikum ini digunakan papan acrylic dengan tebal 3mm dan 5mm.

    Sifat-sifat :

    1. Warna bening/transparent.

    2. Mudah tergores.

    3. Mudah untuk dilakukan proses fabrikasi.

    4. Ringan dan aman.

    5. Non-Toxic.

    6. Rusak karena panas berlebih.

    7. Mudah melengkung jika dipanaskan.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    11/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 11

    4.8 WAKTU BAKU

    Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan seorang pekerja rata-rata untuk menyelesaikan

    suatu satuan pekerjaan secara wajar dalam suatu rancangan system kerja tertentu.

    Cara-Cara Pengukuran waktu dapat dibagi 2 yaitu :

    1. Secara Langsunga. Dengan Jam Henti

    Langkah-Langkah Pengukuran waktu:

    Pengukuran pendahuluan waktu per Pengujian keseragaman data Penghitungan kecukupan data Penentuan waktu baku

    Langkah-Langkah Penentuan waktu baku : Menghitung waktu siklus (Ws)

    Menghitung waktu normal (Wn)

    Menghitung waktu baku (Wb)

    Keterangan :

    Xi = jumlah waktu hasil pengukuran

    N = banyaknya pengukuran

    P(faktor penyesuaian) = 1 + tingkat performansi operator

    k = kelonggaran

    Contoh soal:

    1. Terdapat 20 data Waktu Siklus :20,18,26,24,28,30,29,26,27,28,24,23,26,26,26,35,28,28,26,25

    Tingkat performansi operator :

    Effort : 0,08

    Consistensy : 0,03

    Condition : 0,02

    Skill : 0,06

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    12/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 12

    Allowance (Kelonggaran) = 15%

    Data dianggap memenuhi syarat kecukupan data.

    Hitung Waktu Siklus, Waktu Normal , dan Waktu Baku Dengan Subgroup 4x5 !

    Jawab:

    Sub group4x5

    sub

    group Waktu Penyelesaian berturut-turut 1 20 18 26 24 28 23,2

    2 30 29 26 27 28 28

    3 24 23 26 26 26 25

    4 35 28 28 26 25 28,4

    104,6

    Uji Keseragaman Data:

    Dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%

    = = = 26,15 = = = = 3,56x =

    = = 1,78

    BKA =+ Z. x = 26,15 + 2 (1,78) = 29,71BKB =- Z. x = 26,15 - 2 (1,78) = 22,59Uji Kecukupan Data

    N = =

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    13/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 13

    = 28,09 28 (N>N = Data belum Cukup) Anggap data sudah cukup

    WS = = = 26,5

    WN = WS x P

    =26,15 x 1,19 = 31,12

    WB = WN x (1+K)

    = 31,12 (1+0,15) = 35,79

    b. Sampling KerjaMerupakan cara yang dipakai untuk mengukur waktu pada pekerjaan-pekerjaan yang

    saat-saat pelaksanaannya dalam suatu hari tidak menentu dan kerap bercampur dengan

    pekerjaan lain.

    Contoh : Pekerjaan seorang sekertaris mengetik surat, dalam kesehariannya ia

    mengerjakan juga pengarsipan, menelepon, dan menyiapkan rapat.

    2. Secara Tidak Langsunga. Data waktu baku

    Dalam pemakaiannya Data Waktu Baku merupakan cara pengukuran waktu tak

    langsung yaitu dengan menggunakan tabel-tabel, grafik-grafik, dan rumus-rumus yang

    diperoleh dengan pengukuran langsung. Data Waktu Baku berisi dari waktu yang

    diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah diteliti (diukur) pada waktu

    yang lalu. Dengan demikian bila pekerjaan tersebut diulang, waktu yang pantas untuk

    menyelesaikannya sudah diketahui.

    b. Data Waktu GerakanBerbeda dari Data Waktu Baku yang sistemnya dikembangkan sendiri oleh

    perusahaan yang bersangkutan, Data Waktu Gerakan menggunakan tabel-tabel yang telah

    dikembangkan oleh berbagai lembaga.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    14/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 14

    Referensi

    Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

    Barnes, Ralph M. 1990. Motion and Time Study Design and Measurement Of Work. Canada

    Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan edisi ketiga. Bandung: ITB

    Sutalaksana, Anggawisastra dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB

    Malik ST., Ibnu Moh. 2006. Pengantar Membuat Robot. Yogyakarta : Gava Media.

    Turner, wayne C; Joe H Mize, Kenneth E Case dkk. Teknik Produksi (Manufaktur). Alih bahasa : Ir Janti

    Gunawan, Nyoman Sutari ST. Surabaya: Guna Widya.

    www.stekpi.ac.id/skin/modul

    http://www.stekpi.ac.id/skin/modulhttp://www.stekpi.ac.id/skin/modulhttp://www.stekpi.ac.id/skin/modul
  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    15/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 15

    MODUL II

    PERAMALAN DAN PERENCANAAN PRODUKSI

    I Tujuan Praktikum

    1. Praktikan mampu meramalkan kebutuhan produksi untuk beberapa periode ke depan.2. Praktikan mampu membuat Jadwal Induk Produksi.

    II Alat dan bahan

    1. Software Microsoft Excel2. Data dari Laboratorium Sispromasi

    III Prosedur Praktikum

    1. Praktikan mengolah data demand produk masa lalu.2. Praktikan membuat Jadwal Induk Produksi berdasar hasil peramalan yang telah dibuat.

    IV Materi Praktikum

    4.1 PERAMALAN PRODUKSI

    Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk

    atau beberapa produk dalam periode waktu yang ditentukan di masa yang akan

    datang.(Ginting,2007).

    4.1.1 Kegunaan Peramalan

    Menentukan apa yang dibutuhkan untuk perluasan pabrik Menentukan perencanaan lanjutan bagi produk-produk yang ada untuk dikerjakan

    dengan fasilitas yang ada

    Menentukan penjadwalan jangka pendek produk-produk yang ada untuk dikerjakanberdasarkan peralatan yang ada

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    16/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 16

    4.1.2 Metode Peramalan

    MODELKUALITATIF

    MODELKUANTITATIF

    TIME SERIES

    REGRESI

    SMOOTHING

    RATA-RATA

    MOVING AVERAGE

    EXPONENTIALSMOOTHING

    KAUSAL

    PERAMALAN

    LINIER

    SIKLIS

    KUADRATIS

    KONSTAN

    SINGLE

    DOUBLE/LINIER

    CENTERED

    SINGLE

    DOUBLE/TREND

    WINTER

    Gambar 1.1 Metode Peramalan

    Metode peramalan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :

    1. Metode kualitatifPenggunaan Model Kualitatif:

    i. Tidak memerlukan data kuantitatifii. Unsur subyektifitas peramalan sangat besar pengaruhnya dalam hasil

    peramalan

    iii. Baik untuk peramalan jangka panjangContoh:

    Opini individu Opini kelompok Delphi

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    17/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 17

    Tipe Karakteristik Kekuatan Kelemahan

    Executive Opinion Sebuah grup para

    manajer bertemu dan

    dating dengan

    peramalannya.

    Bagus dalam penentuan

    strategi maupun

    peramalan produk baru

    Pendapat salah satu

    orang dapat

    mendominasi peramalan

    Market Research Menggunakan survey

    dan wawancara untuk

    mengidentifikasi hal

    yang disukai oleh

    pelanggan

    Faktor penentu yang

    baik dari keinginan dari

    pelanggan

    Tipe ini dapat menjadi

    sulit untuk membuat

    sebuah kuisioner yang

    baik

    Delphi Method Diskusi panel dari para

    ahli dan praktisi untuk

    mencapai suatu

    kesimpulan

    Sangat baik untuk

    peramalan jangka

    panjang dari permintaan

    produk, teknologi, dsb.

    Menyita banyak waktu

    untuk menggali

    pendapat dalam

    peramalan

    2. Metode KuantitatifPenggunaan model kuantitatif membutuhkan:

    Data kondisi masa lalu Data tersebut dapat dikuantifisir Diasumsikan pola data masa lalu akan berlanjut pada masa yang akan datang

    Metode kuantitatif dibagi menjadi dua metode yaitu :

    metode deret berkala (times series)yaitu metode yang berdasarkan data masa lalu dari suatu produk.

    metode kausalyaitu metode yang didasarkan data masa lalu dan data dari variabel lain yang

    menentukan atau mempengaruhi pada masa depan.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    18/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 18

    4.1.3 Teknik-Teknik Peramalan

    Terdapat 3 Teknik Peramalan diantaranya adalah :

    I. Regresi1. Konstan

    = dimana = = sehingga =

    2. Linier = +

    dimana = , =

    3. Siklus

    = a + u 4. Kuadratis

    = a + + dimana = , = , =

    II.

    Moving Average

    1. Single Moving AveragePeramalan dengan teknik moving average dapat dihitung menggunakan

    persamaan berikut :

    MAn= Ai / n

    Dimana : i : Banyak data (1,2,3N)

    n : angka periode rata-rata bergerak

    Ai : nilai actual tahun keiContoh :

    Diberikan data harga penutupan akhir minggu surat-surat berharga perusahaan

    Mandala yang bergerak dalam bidang maskapai penerbangan.

    t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    Y 46 56 54 43 57 56 67 62 50 56 47 56

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    19/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 19

    Maka Moving Average 3 mingguan (SMA3) terhadap harga penutupan akhir

    minggu saham diperoleh dari perhitungan berikut:

    Minggu

    (t)

    Permintaan

    (Y)

    Simple Moving Average

    3 Mingguan (MA3)

    1 46 -

    2 56 -

    3 54 52

    4 43 51

    5 57 51,33

    6 56 52

    7 67 60

    8 62 61,17

    9 50 59,17

    10 56 56

    11 47 51

    12 56 53

    Contoh perhitungan:

    Berdasarkan data di atas, maka ramalan untuk minggu-minggu mendatang (13)

    dengan t = 1,2,3

    2. Weighted Moving AverageMetode ini diperlukan pembobotan sesuai jangka waktunya. Sebagai contoh

    data yang paling baru ditentukan bobotnya sebesar 0.4, data terbaru berikutnya

    berbobot 0.3, kemudian berturut-turut 0.2 dan terakhir 0.1. Dan perlu diingat bahwa

    523

    5456463

    MingguSMA

    513

    4354564min

    gguSMA

    unitY t 533

    564756

    ' )12(

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    20/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 20

    jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan 1.00. Dan bobot terberat diberikan

    pada data yang terbaru.

    Ft-1 = Wt.Xt+ Wt-1.Xt-1+ + Wt-N+1.Xt-N+1

    Ft-1 = nilairamalan pada periode t-1

    Wt = bobot nilai aktual periode t

    Wt-1 = bobot nilai aktual periode t-1 (dst,,,)

    Xt = nilai aktual periode t

    Xt-1 = nilai aktual periode t-1 (dst,,,)

    3. Centered Moving AveragePerhitungan yang digunakan pada metode ini sama dengan metode moving average.

    Hanya saja hasil perhitungannya diletakkan pada pertengahan periode yang

    digunakan untuk menghitung nilai rata-ratanya.

    4. Double/Linier Moving AverageProsedur peramalan rata-rata bergerak linear meliputi tiga aspek :

    1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (dinotasikan St).2. Penyesuaian, yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda

    pada waktu t (dinotasikan dengan St St).

    3. Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t+1 atau ke periode t+mjika diinginkan peramalan m periode kemuka.

    Secara umum prosedur di atas dapat diterangkan melalui persamaan berikut (Makridakis,

    Spyros; 1992; 77-82):

    St =

    St =

    at = 2StSt

    bt =

    Ft+m = at+ btm

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    21/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 21

    III. Eksponential Smoothing

    1. Eksponential SmoothingMetode ini menggunakan prinsip yang sama dengan teknik moving average,

    hanya saja eksponensial smoothingmemerlukan perhitungan yang lebih sedikit, tidak

    memerlukan data histories dalam jangka waktu yang lama melainkan hanya data

    terbaru yang dipakai untuk menghitung peramalannya.

    Karakteristiksmoothingdikendalikan dengan menggunakan factorsmoothing

    , yang bernilai antara 0 sampai dengan 1. Fungsi factor ini adalah untuk

    memberikan penekanan yang lebih terhadap data yang paling baru. Setiap peramalan

    yang baru berdasarkan pada hasil peramalan sebelumnya ditambah dengan suatu

    presentase perbedaan antara peramalan dengan nilai aktualnya pada saat tersebut.

    Dengan demikian :

    Ft= Ft-1+ ( At-1Ft-1)

    Dimana : Ft : Peramalan periode ke-t

    Ft-1 : Peramalan periode ke t-1

    : Konstantasmoothing

    At-1 : Permintaan aktual atau penjualan untuk periode t-1

    2. WintersMetode wintersmerupakan metode peramalan yang sering dipilih untuk menangani

    data permintaan yang mengandung baik variasi musiman maupun unsur trend.

    Metode ini mengolah tiga asumsi untuk modelnya : unsur konstan, unsur trend dan

    unsur musiman.

    Ketiga komponen diatas secara kontinyu diperbarui menggunakan konstanta

    smoothingyang diterapkan pada data terbaru dan estimasi yang paling akhir.

    Metode winters menggunakan model Trend Hold, yang dimulai dengan estimasi

    trendyang biasa :

    Tt= ( FtFt-1) + ( 1 ) Tt-1

    Dimana : Tt : estimasinilai trendpada periode t

    : konstantasmoothing unsur trend

    Ft : rata-rata eksponensialpada periode t

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    22/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 22

    3.EksponentialSmoothing With Linear TrendPersamaannya adalah :

    F(0)

    = F(0)

    = X(0)

    F(t)

    = .X(t)

    + (1 - ). F(t1)

    F(t)

    = .F(t)

    + (1 - )F.(t1)

    y = m/

    F(t + m)

    = (2 + y)F(t)(1y)F

    (t)

    e(t)

    = X(t)F

    (t)

    4.1.4 Kiteria Performansi Peramalan

    1. Mean Error (ME)

    2. Mean Absolute Error (MAE) ||

    3. Sum of Square Error (SSE)

    4. Mean Square Error (MSE)

    5. Precentage Error (PE)

    6. Mean Absolute Precentage Error (MAPE)

    || 7. Standar Error of Estimate (SEE)

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    23/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 23

    4.1.5 Verifikasi PeramalanVerifikasi dilakukan unutk memverifikasi apakah fungsi peramalan yang digunakan

    mewakili data yang ada. Seperti halnya peramalan, verifikasi juga mempunyai tahap-tahap

    tertentu dalam pelaksanaannya.

    Metode yang digunakan unutk memverifikasi adalah Moving Range Chart. Berikut

    langkah-langkah dalam melakukan verifikasi :

    1. Menghitung Moving Range (MR) | | = Error periode (t) = Error periode (t-1)

    2. Menghitung Average Moving Range

    MR = MRn - 1

    3. Menghitung Batas Atas dan Batas BawahBKA = +2,66 BKB = -2,66

    4. Membuat Moving Range Chart dan melakukan Test Out of ControlPengujian Out of Control :

    a. Dari 3 titik yang berurutan, 2 titik atau lebih di daerah Ab. Dari titik yang berurutan, 4 titik atau lebih di daerah Bc. Dari 8 titik yang berurutan seluruhnya berada atau di bawah centre lined. Satu titik di luar batas control

    Bila kondisi out of control terjadi, tindakan yang bisa diambil:

    a. Perbaiki ramalan dengan mencakup data baru (sistem sebab baru)b. Tunggu evidence selanjutnya

    Contoh:

    Data Demand

    Data Peramalan

    t 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 2

    Dt 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 1

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    24/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 24

    4.1.6 Tahapan PeramalanDalam melakukan peramalan, terdapat tahapan yang kita lakukan adalah sebagai berikut :

    1. Plot data2. Pilih 3 metode sesuai dengan plot data3. Lakukan peramalan dengan 3 metode sesuai dengan 3 metode di nomer 24. Hitung nilai kesalahan masing-masing metode5. Pilih metode dengan nilai kesalahan terkecil6. Verifikasi metode di nomer 57. Buat peramalan sesuai metode terbaik

    4.2 PERENCANAAN PRODUKSIPerencanaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat.

    Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara top management dan manufacture.

    Beberapa fungsi perencanaan produksi adalah:

    1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategisperusahaan.

    2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana strategis.6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi.

    45.38

    45.38

    45.1411

    159

    LCL

    UCL

    MR

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    25/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 25

    Tujuan perencanaan produksi antara lain sebagai berikut:

    1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensiperencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi itemdalam jadwal induk produksi.

    2. Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapatdikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.

    3. Meredam (stabilitas) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.Agar top management dapat memfokuskan seluruh tingkat produksi tanpa harus rinci,

    maka perencanaan produksi dinyatakan dalam kelompok produk atau famili (agregat). Satuan unit

    yang dipakai dalam perencanaan produksi bervariasi tiap pabrik, hal ini bergantung dari jenis

    produk seperti: ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang. Jika satuan menit sudah ditetapkan

    maka factor konversi harus ditetapkan sebagai alat komunikasi antar departemen. Satuan unit

    harus dikonversikan dalam bentuk satuan mata uang. Selain hal tersebut, untuk menterjemahkan

    perencanaan produksi ke jadwal induk produksi.

    Perencanaan produksi mempunyai waktu perencanaan yang cukup panjang, biasanya 5

    tahun. Rencana ini digunakan untuk perencanaan sumber daya seperti ekspansi, pembelian mesin,

    dll. Pada dasarnya perencanaan produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan menjadi

    rencana produk yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal rencana produksi. Terdapat beberapa

    metode yang dapat diterapkan, pada kali ini akan membahas Perencanaan Agregat.

    4.2.1 Perencanaan AgregatDengan menggunakan perencanaan agregat maka perencanaan produksi dapat dilakukan

    dengan menggunakan satuan produk pengganti sehingga keluaran dari perencanaan

    produksi tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk, dengan tujuan untuk memproduktifkan

    utilisasi dari sumber-sumber tenaga kerja dan mesin. Penggunaan satuan agregat ini

    dilakukan mengingat keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh antara lain:

    1. Kemudahan dalam pengolahan dataBila perusahaan menghasilkan jenis produk yang sangat banyak, diperlukan usah ayang

    cukup berat untuk mengumpulkan dan mengolah data. Dengan diambil satu produk

    pengganti (agregat), perusahaan dapat mengurangi jumlah data yang diolah.

    2. Ketelitian hasil yang didapatkanPeramalan yang dibuat untuk produk agregat akan lebih teliti bila dibandingkan dengan

    peramalan untuk setiap jenis produk.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    26/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 26

    3. Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadidalam implementasi rencana.

    Beberapa istilah yang digunakan dalam dalam perencanaan agregat, yaitu:

    1. Periode Perencanaan Produksi, yaitu segmen waktu dimana organisasi memungkinkanrencana produksi terpenuhi. Lamanya segmen waktu dipengaruhi oleh kemampuan

    untuk meramalkan keakuratan pasar dan kecepatan organisasi dalam menyesuaikan

    diri terhadap dampak perubahan pasar. Jika permintaan sukar untuk diproduksi dalam

    waktu yang singkat, maka periode produksi yang panjang dibutuhkan.

    2. Horison perencanaan produksi, yaitu jumlah periode yang akan datang yangdipertimbangkan untuk suatu rencana.

    3. Unit produksi agregat yaitu unit produksi yang direncanakan untuk periode yang akandatang.

    4. Rencana Agregat, yaitu hasil rencana untuk ukuran kekuatan kerja dan level produksiyang telah diberikan fasilitas perencanaan agregat.

    4.2.2 Jadwal Induk ProduksiJadwal induk produksi (JIP) adalah pernyataan produk akhir yang akan diproduksi dalam

    bentuk jumlah dan waktu. JIP merupakan disagregasi dan implementasi perencanaan

    produksi. Terdapat empat fungsi penting dari JIP, yaitu:

    1. Menjadwalkan produksi dan pembelian material untuk produk (item)2. Menjadikan masukan data sistem perencanaan kebutuhan material. JIP dijabarkan

    menggunakan BOM untuk menentukan jumlah kebutuhan komponen material dan

    perakitan sehingga JIP dapat dipenuhi.

    3. Sebagai dasar penentuan kebutuhan sumber daya, seperti tenaga kerja, jam mesin, atauenergi melalui perhitungan perencanaan kapasitas kasar.

    4. Sebagai dasar untuk menentukan janji pengiriman produk kepada konsumen.

    4.2.3 Disagregasi

    Perencanaan produksi agregat dilanjutkan dengan proses disagregasi Proses disagregasi mengembalikan rencana produksi dalam bentuk end item Hasil dari proses ini adalah sebuah Jadwal Induk Produksi (JPI) atau Master

    Production Schedule (MPS)

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    27/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 27

    JPI atau MPS dipergunakan sebagai dasar untuk membuat perencanaan yang lebihrinci (kebutuhan material; kebutuhan kapasitas dan kemudian jadwal operasi)

    Beberapa teknik untuk melakukan disagregasi tersedia.Teknik tersebut antara lain:

    Teknik Presentase Metode Bitran and Hax

    Contoh: a b

    PERIODE 13 14 15 16 Kapasitas Kapasitas Kapasitas

    Persediaan Rp. Rp. 38 Rp. 76 Rp. 114 Tersedia Terpakai Sisa

    35

    13 RT 33 Rp10.500 Rp10.538 Rp10.576 Rp10.614 75 33 42

    OT Rp13.840 Rp13.878 Rp13.916 Rp13.954 22 0 22

    SK Rp12.000 Rp12.000 Rp12.000 Rp12.000 unlimited

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    28/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 28

    c

    Keterangan :

    a : inventory awal

    b : Holding cost

    c : Total unit agregat tiap periode

    Langkah Praktikum

    1. Buatlah peramalan dengan menggunakan metode yang sudah ditetapkan di dalam praktikum.2. Hitung tingkat kesalahan hasil peramalan dari setiap metode peramalan dengan metode MSE3. Lakukan verifikasi terhadap metode yang dipilih berdasarkan nilai MSE terkecil

    a. Carilah nilai MR yang merupakan nilai absolute dari(

    ) (

    )

    14 RT 69 Rp10.500 Rp10.538 Rp10.576 72 69 3

    OT Rp13.920 Rp13.958 Rp13.996 21 0 21

    SK Rp12.000 Rp12.000 Rp12.000 unlimited

    15 RT 69 Rp10.500 Rp10.538 75 69 6

    OT Rp13.840 Rp13.878 22 0 22

    SK Rp12.000 Rp12.000 unlimited

    16 RT 71 Rp10.500 78 71 7

    OT Rp13.768 23 0 23

    SK Rp12.000 unlimited

    33 69 69 71

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    29/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 29

    b. Carilah nilai batas bawah dan batas atas

    c. Lalu buatlah grafik Verifikasinya

    4. Cek data hasil verifikasi.5. Peramalan Agregat

    -8

    -6

    -4

    -2

    0

    2

    4

    6

    8

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12Y'-Y

    Grafik Verifikasi Margahayu

    Y'-Y

    UCL

    LCL

    A(+)

    A(-)

    B(+)

    B(-)

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    30/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 30

    6. Hitung jumlah unit agregat untuk period ke depan

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    31/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 31

    7. Hitung jumlah unit agregat kapasitas, agregat persediaan, dan agregat ongkos simpan

    8. Masukkan data hasil agregasi ke dalam JIP,lalu pilih alternative dengan biaya terendah dalamsetiap periodenya sesuai dengan demand yang ada

    9. Lalu hitung jumlah biaya produksi berdasarkan data yang diperoleh dari JIP

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    32/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 32

    Referensi

    Biegel, John E. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Jakarta : Akademika Pressindo.

    Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    33/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 33

    MODUL III

    RCCP DAN MRP

    I. Tujuan Praktikum

    1. Praktikan mampu memahami dan membuat perencanaan kebutuhan bahan (MRP).

    2. Praktikan mampu memahami dan membuat RCCP.

    II. Alat dan bahan

    1. Software Microsoft Excel

    2. Data dari Laboratorium Sispromasi

    III. Prosedur Praktikum

    1. Praktikan membuat RCCP dari data JIP yang telah ada.2. Praktikan membuat perencanaan kebutuhan bahan berdasarkan perencanaan produksi yang telah

    ada.

    IV. Materi Praktikum

    4.1. RCCP (Rough cut Capacity Planning)

    RCCP (Rough Cut Capacity Planning) adalah proses validasi JIP untuk menentukan

    sumber-sumber spesifik tertentu khususnya yang diperkirakan akan menjadi hambatan potensial.

    RCCP mengkonversi JIP ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan dengan sumber daya

    kritis, seperti : tenaga kerja, mesin dan peralatan, kapasitas gudang, kapabilitas pemasok material

    dan parts, dan sumber daya keuangan.

    4.1.1. Empat Langkah RCCP

    1. Memperoleh informasi rencana produksi dari JIP.2. Memperoleh informasi tentang struktur Produk dan Waktu Tunggu.3. Menentukan Bill of Resource.4. Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP.RCCP merupakan bagian dalam manajemen kapasitas yang posisinya dapat kita lihat

    dalam bagan berikut :

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    34/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 34

    4.1.2. Teknik-teknik RCCPTeknik RCCP ini berfungsi untuk mengubah MPS ke dalam kebutuhan kapasitas yang berkaitan

    dengan sumber-sumber daya kritis.

    1. Bill of Labor ApproachBill of Labor (BOL) menggunakan data waktu standar untuk setiap unit produk. Waktu

    standar adalah waktu yang diperlukan operator untuk memproduksi satu unit produk. Jika

    memproduksi lebih dari satu kategori produk maka kapasitas yang dibutuhkan tiap unit

    produk dapat diidentifikasi dengan perkalian antara BOL dengan JIP. Perkalian yang

    digunakan adalah perkalian matriks yang akan digunakan untuk membuat Rough Cut

    Requirment dengan matriks BOL dan JIP harus di transpose untuk melaksanakan perkalian.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    35/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 35

    Rumus RCCP :

    Capacity Required = Cij= untuk I,jKeterangan : n = jumlah JIP k = produk

    i :work center j : periode

    C11=a11b11+a12b210

    C12=a11b12+a12b22

    C21=a21b11+a22b21

    C22=a21b12+a22b22

    Contoh :

    C11 = (0.3)(100)+(0.2)(300) = 30 + 60 = 90

    C12 = (0.3)(200)+(0.2)(400) = 60 + 80 = 140

    C21 = (1.0)(100)+(0.7)(300) = 100 + 210 = 310

    C22 = (1.0)(200)+(0.7)(400) = 200 + 280 = 480

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    36/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 36

    2. Resource Profile ApproachSelain waktu standar, Resource Profile Approach juga membutuhkan data lead time

    untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Rough Cut Requirment Planning dibuat dengan

    mengalikan resource profile dengan JIP. Rumus perkaliannya seperti dibawah ini

    4.1.3. Keputusan yang diambil berdasarkan RCCP1. Determining Capacity Available

    Capacity Available = Time Available X number of machine X Efficiency

    2. Comparing Capacity Required to Capacity AvailableMembandingkan kapasitas yang dibutuhkan dengan kapasitas yang tersedia.Ketika kapasitas

    tidak terpenuhi maka bisa dilakukan overtime, subcontracting, alternate routing, dan adding

    personnel untuk meningkatkan kapasitas.

    Contoh melaksanakan RCCP:

    1. Memperoleh informasi rencana produksi dari MPS.

    Master Schedule

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    37/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 37

    Keterangan:

    Produksi berjalan 1 shift, 40 jam seminggu. Maksimum lembur 10 jam per minggu.

    Produksi rata rata 15000 unit/bulan (tanpa lembur), atau 19000 unit/bulan (dengan lembur

    maksimal).

    Kemampuan perusahaan yang rendah dalam peramalan maka perusahaan memiliki inventory

    8000 unit.

    Th 1991 adalah inventory yang paling maksimal dimiliki perusahaan yaitu 47000 unit.

    Persediaan diakhir tahun juga diketahui 15000 unit(cukup untuk mengantisipasi persediaan

    awal januari,1992).

    Produksi minimum adalah 15000 unit perbulan atau 180000 unit pertahun.

    Total demand di peramalan adalah 197000 unit.

    17000 unit dapat diproduksi dengan lembur untuk alokasi desember, November, October,

    September, dan agustus secara bertahap.

    2. Memperoleh informasi tentang struktur Produk dan Waktu Tunggu (Lead Time).

    Struktur Produk

    3. Menentukan Bill of Labour.

    Data Waktu Standar

    Waktu Asembly ratarata = Unit produk yang diproduksi X ( jam standarAssembly/unit)

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    38/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 38

    4. Menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP.Laporan RCCP Tentang Kebutuhan Kapasitas Mesin

    Laporan Perbandingan Kapasitas Yang Tersedia Dengan Kapasitas Yang Dibutuhkan :

    Asumsi kapasitas total untuk Lamp Assembly adalah 1818

    Asumsi kapasitas total untuk Oven adalah 182

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    39/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 39

    Asumsi kapasitas total untuk Base Forming adalah 909

    Asumsi kapasitas total untuk Plastic Molding adalah 364

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    40/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 40

    Asumsi kapasitas total untuk Socket Assembly adalah 727

    Asumsi kapasitas total yang tersedia adalah 4000

    Sehingga pada bulan September sampai Desember dibutuhkan lembur

    4.2. MRP (Material Requirement Planning)

    MRP merupakan suatu metode yang digunakan untuk perencanaan, pengendalian, dan

    pengelolaan persediaan item barang (komponen) yang tergantung pada item-item tingkat (level)

    yang lebih tinggi.(Ginting,2007)

    Tujuan MRP adalah menentukan kebutuhan dan jadwal untuk pembuatan komponen-

    komponen dan subassembling-subassembling atau pembelian material untuk memenuhi

    kebutuhan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Jadwal Induk Produksi (JIP). Jadi, MRP

    menggunakan JIP untuk memproyeksi kebutuhan akan jenis-jenis komponen (component parts).

    Kebutuhan ini akan dipengaruhi oleh tingkat persedian di tangan (On Hand Inventory) dan jadwal

    penerimaan (Schedule Receipts) berdasarkan tahap waktu (time phase) sehingga lot-lot produksi

    dapat dijadwalkan untuk produksi atau diterima pada saat dibutuhkan.(Ginting,2007)

    Selain itu, dengan MRP dapat ditentukan kapan harus dilakukan pemesanan (berkaitan

    dengan lead time), berapa banyak komponen yang tersedia dan yang harus dipenuhi, dan berapa

    unit produk minimum yang harus dimiliki perusahaan.

    Seperti halnya MPS, MRP juga merupakan sebuah time phase plan untuk kebutuhan setiap

    material (sub assemblies), komponen (item), raw material yang dibutuhkan dalam membuat

    produk dalam jumlah dan jadwal seperti tertera dalam MPS.(Ginting,2007).

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    41/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 41

    Time phased MRP dimulai dari item yang tertera dalam MPS dan dihitung :

    1. Jumlah setiap jenis material yang dibutuhkan untuk membuat item tersebut.2. Jadwal waktu, kapan masing-masing material tersebut dibutuhkan time phased MRP disusun

    dengan meng-explode bill of material dengan mengoffset kebutuhan dengan lead

    time.(Ginting,2007)

    Sistem MRP mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:

    1. Kontrol tingkat persediaan.2. Penugasan komponen berdasarkan urutan prioritas.3. Penugasan kebutuhan kapasitas (capacity requirement) pada tingkat yang lebih detail

    daripada proses perencanaan pada rough cut capacity requirement. (Ginting,2007)

    SIKLUS MRP

    SISTEM PENGENDALIAN MRP

    Mastersistempenjadwalan

    barang jadi

    Proses pabrikasidan sistem

    standarisasi lead-

    time

    Sistem

    transaksiinventory

    Penjadwalan

    harian dan sistempenyesuaian

    inventory

    Laporan permintaankotor dan bersih per

    periode

    Laporan jadwalpembelian

    Laporan jadwal

    pabrikasi

    Laporan jadwal

    pengiriman

    Laporan jadwal

    penerimaan

    Laporan jadwalpemberitaan

    File

    permintaan

    material

    Filemaster

    pemesanan

    File proses

    pabrikasi

    File

    penawaranmaterial

    File master

    inventory-item

    Peramalan

    permintaan

    Transaksiinventory Penyesuaian

    secara real-time

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    42/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 42

    4.2.1. Kemampuan Sistem MRP

    Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu:

    1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.Maksudnya adalah menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan

    atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang

    sudah direncanakan pada jadwal induk produksi.

    2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan secara tepat

    sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap

    item komponen.

    3. Menentukan pelaksanaan perencanaan pemesanan.Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap

    pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau dibuat sendiri.

    4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada

    waktu yang diinginkan, maka MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana

    penjadwalan dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. (Ginting,2007)

    4.2.2. Penentuan MRP

    Matriks MRP

    Periode

    1 2 3 4 5 6

    Gross Requirements (GR)

    Schedule Receipts (SR)

    On-Hand Inventory (OH)

    Net Requirements (NR)

    Planned Order Receipts (PORc)

    Planned Order Releases (PORl)

    o PeriodePeriode atau rentang waktu perencanaan dasar, bisa dalam hari, minggu, bulan atau yang

    lainnya.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    43/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 43

    o Schedule Receipt (SR)Merupakan jumlah item yang telah dibeli, tetapi belum sepenuhnya diterima oleh pembeli

    (purchaser). Hal tersebut terjadi karena beberapa hal, diantaranya item masih diproses

    oleh pemasok, atau sedang diantar ke tempat purchaser, atau sedang diperiksa oleh

    departmen penerimaan purchaser.

    o Gross Requirement (GR)Untuk produk akhir, nilai ini diambil dari hasil disagregasi sedangkan pada level item

    yang lebih rendah, Gross Requirement untuk masing-masingperiode sama dengan items

    (parents) Planned Order Release level diatasnya dikalikan dengan jumlah/kuantitas

    untuk masing-masing parent (usage).

    o Inventory On Hand (OH)Adalah jumlah item yang menjadi inventori pada awal periode dan kuantitas inventori

    yang diharapkan pada akhir periode waktu adalah 0.

    (OH)t = (PORc)t + (OH)t-1 - (GR)t

    dimana : (OH)t = Inventory On Hand pada periode t

    (GR)t = Gross Requirement pada periode t

    o Net Requirement (NR)Adalah kuantitas yang secara aktual dibutuhkan untuk diterima atau diproduksi dalam

    sebuah periode partikular.

    (NR)t = (GR)t- (OH)t-1

    Nilai NR negatif mengindikasikan bahwa tidak ada produksi yang dibutuhkan dalam

    suatu periode.

    o Planned Order Receipt (PORc)Adalah jumlah item yang harus diterima atau diproduksi pada akhir periode waktu

    particular. Penentuan nilai PORc tergantung dari metoda lot sizing yang digunakan.

    (POR)t = (NR)t untuk (NR)t > 0

    = 0 untuk (NR)t =

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    44/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 44

    Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran lot (lot sizing):

    1. Fixed Order Quantity (FOQ) : Menggunakan konsep jumlah pemesanan yang tetap.Konsep ini digunakan karena adanya beberapa keterbatasan akan fasilitas atau perlengkapan,

    misalnya ukuran gudang, kapasitas transportasi pengirim barang, kemampuan supplier dan

    pabrik. Jadi, dalam menentukan ukuran lot didasarkan intuisi atau pengalaman sebelumnya,

    atau bisa juga berdasarkan jumlah diskon yang didapat ketika melakukan pemesanan.

    Contoh metode FOQ

    OH = 80 , SR periode ke-2 = 55, safety stock = 5

    Item : A Level : 0

    Lot Size : 100 Lead Time : 1

    Periode

    1 2 3 4 5 6

    Gross Requirements (GR) 95 135 140 85 110 155

    Schedule Receipts (SR) 55

    On-Hand Inventory (OH) 80 20 40 100 20 10 55

    Net Requirements (NR) 65 105 95 150

    Planned Order Receipts (PORc) 100 200 100 200

    Planned Order Releases (PORl) 100 200 100 200

    2. Lot for Lot (LFL) : Pendekatan menggunakan konsep dengan pertimbangan minimasi dariongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan yang akan

    menghasilkan jumlah On-Hand Inventory bernilai nol. Metode ini biasanya digunakan pada

    barang yang sifatnya tidak tahan lama disimpan seperti makanan.

    Contoh metode LFL

    OH = 80 , SR periode ke-2 = 55, safety stock = 5

    Item : A Level : 0

    Lot Size : LFL Lead Time :

    1

    Periode

    1 2 3 4 5 6

    Gross Requirements (GR) 95 135 140 85 110 155

    Schedule Receipts (SR) 55

    On-Hand Inventory (OH) 80 20 5 5 5 5 5

    Net Requirements (NR) 65 140 85 110 155

    Planned Order Receipts (PORc) 65 140 85 110 155

    Planned Order Releases (PORl) 65 140 85 110 155

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    45/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 45

    3. Economic Order Quantity (EOQ) : Pendekatan yang bertujuan meminimumkan ongkos

    persedian, yang biasanya digunakan untuk kebutuhan material yang bersifat kontinu dengan

    pola permintaan yang stabil. Lot pemesanan dibuat sama dengan EOQ.

    EOQ=2dS/h

    Dimana :

    d = rata-rata demand

    s = ongkos set-up

    h = ongkos penyimpanan (holding cost)

    Contoh metode LFL

    OH = 80 , SR periode ke-2 = 55 , d = 120 , s = 1000 , h = 1.5, safety stock = 5

    EOQ = 400Item : A Level : 0

    Lot Size : 400 Lead Time : 1

    Periode

    1 2 3 4 5 6

    Gross Requirements (GR) 95 135 140 85 110 155

    Schedule Receipts (SR) 55

    On-Hand Inventory (OH) 80 20 340 205 125 20 265

    Net Requirements (NR) 65 140

    Planned Order Receipts (PORc) 400 400

    Planned Order Releases (PORl) 400 400

    4. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan yang bertujuan meminimasi ongkos persedian per unit,

    yang mana keputusan ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit +

    ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap ukuran lot yang dipilih. Untuk ukuran pemesanan

    dan interval pemesanannya dapat bervariasi.

    5. Period Order Quantity (POQ) : Pada teknik ini jumlah pemesanan dibuat berdasarkan

    jumlah lot yang dapat memenuhi POQ dari kebutuhan bersih. Pada penentuan interval periode, bila ada periode yang kebutuhan bersihnya nol maka penentuan interval periode dilewati

    Berikut ini adalah prosedur cara perhitungan POQ:

    1. Hitung EOQ.2. Gunakan EOQ untuk menghitung N, banyaknya pesanan setiap tahun dengan cara

    membagi kebutuhan tahunan (R) oleh EOQ

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    46/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 46

    3. Hitung POQ dengan membagi jumlah perencanaan kebutuhan setiap tahun dengan N.4. Pemesanan dimulai sesuai dengan POQ yang telah didapatkan melalui perhitungan.

    6. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan di

    minimasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir sama besarnya.

    Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan perunit-nya

    hampir sama dengan ongkos pengadaannya/ unitnya.

    ((ongkos total) = (ongkos simpan + ongkos pengadaan).

    4.2.3. Faktor-Faktor Kesulitan Dalam MRP

    Terdapat 5 faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam MRP yaitu :

    1. Struktur Produk

    Pada dasarnya struktur produk yang kompleks dapat menyebabkan terjadinya proses

    MRP seperti Net, Lot, Offset, dan Explode yang berulang-ulang, yang dilakukan satu persatu

    dari atas sampai kebawah berdasarkan tingkatannya dalam suatu struktur produk tersebut.

    Kesulitan tersebut sering banyak ditemukan dalam proses Lot sizing, dimana penentuan Lot

    Size pada tingkat yang lebih bawah perlu membutuhkan teknik yang sangat sulit (multi level

    lot sizing technique)

    2. Lot Sizing.

    Dalam suatu proses MRP, terdapat berbagai macam penentuan teknik lot sizing yang

    diterapkan, sebab proses lotting ini merupakan salah satu fundamen yang penting dalam

    suatu sistem rencana kebutuhan bahan. Pemakaian serta pemilihan teknik-teknik lot sizing

    yang tepat sesuai dengan situasi perusahaan akan sangat membantu dan mempengaruhi

    keefektifan dari rencana kebutuhan bahan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih

    memuaskan.

    Hingga kini telah banyak dikembangkan oleh para ahli mengenai teknik-teknik

    penetapan ukuran lot. Sampai saat ini teknik ukuran lot dapat dibagi menjadi 4 bagian :

    besar, yaitu :

    1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas.

    2. Teknik ukuran lot satu tingkat dengan kapasitas terbatas.

    3. Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas.

    4. Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas terbatas.

    Dilihat dari cara pendekatan pemecahan masalah, juga terdapat dua aliran, yaitu

    pendekatan level by level dan period by period. Nampak jelas dalam hal ini bahwa teknik lot

    sizing masih dalam tahap perkembangan, khususnya untuk kasus multi level.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    47/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 47

    3. Lead Time

    Suatu proses perakitan tidak dapat dilakukan apabila item-item yang diperlukan dalam

    proses perakitan tersebut tidak tersedia dilokasi perakitan pada saat diperlukan. Dalam proses

    tersebut perlu diperhitungkan masalah networknya yang dilakukan berdasarkan lintasan

    kritis, saat paling awal, atau saat paling lambat, atau suatu item dapat selesai. Persoalan yang

    penting dari masalah ini bukan hanya penentuan ukuran lot size pada setiap level akan tetapi

    perlu mempertimbangkan masalah lead time serta networknya yang ada.

    4. Kebutuhan yang Berubah

    Salah satu keunggulan MRP dibanding dengan teknik lainya adalah mampu merancang

    suatu sistem yang peka terhadap perubahan-perubhan, baik yang datangnya dari luar maupun

    dari dalam perusahaan itu sendiri. Kepekaan ini bukan tidak akan menimbulkan masalah.

    Adanya perubahaan kebutuhan akan produk akhir tidak hanya mempengaruhi kebutuhan

    akan jumlah penentuan jumlah kebutuhan yang diinginkan, akan tetapi juga tempo

    pemesanan yang ada.

    5. Komponen Umum

    Komponen umum yang dimaksudkan dalam hal ini adalah komponen yang dibutuhkan

    oleh lebih dari satu induknya. Komponen umum tersebut dapat menimbulkan suatu kesulitan

    dalam proses perencanaan kebutuhan bahan khususnya dalam proses netting dan lot sizing.

    Kesulitan-kesulitan tersebut akan semakin terasa apabila komponen umum tersebut ada pada

    level yang berbeda.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    48/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 48

    Langkah-langkah Praktikum

    Menghitung RCCP

    1. Lakukan perhitungan RCCP dengan metode perkalian Bill Of Labor Approach

    Sehingga didapat hasil seperti :

    2. Hitung actual capacity

    Actual capacity = jumlah mesin x efisiensi per WC x jumlah jam kerja

    3. Bandingkan jumlah hasil perkalian dengan Bill Of Labor Approach dengan Actual Capacity dari

    perusahaan tersebut. Apakah perusahaan sudah membuat Jadwal Induk Produksi yang tepat?

    Work CenterBill Of

    Product

    WC1 (Frais) 90

    WC2 (Bubut) 60

    WC3 (Drill) 30

    WC4

    (Assembly)60

    Product Master Schedule Weeks

    Product 'A' 250 300 400 200

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    49/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 49

    MRP

    1. Tentukan jumlah inventory pada awal periode sesuai dengan persentase yang diharapkan dan

    masukan pada kolom On Hand inventory sebelum awal periode.

    2. Tentukan jumlah ukuran lot yang ingin dipesan dengan menggunakan ketiga metode, yaitu

    metode Lot For Lot, EOQ dan Minimum Least Cost .

    3. Masukan jumlah kebutuhan ke dalam Gross Requirement setiap periode dengan memperhatikan

    quantitas / parent dari level produk tersebut dan masukan jumlah Schedule Receipts jika ada.

    4. Hitung jumlah kebutuhan setiap periode untuk Net Requirement dengan memperhatikan nilai

    gross requirement dan safety stock yang ada. Setelah itu, tentukan jumlah pesanan pada Planned

    Order Receipts dengan pertimbangan pilihlah ukuran pemesanan dengan ketiga teknik yang

    menghasilkan biaya terkecil. Untuk nilai On Hand Inventory ditentukan dengan menjumlahkan

    nilai Planned Order Receipts. Terakhir, tentukan Planned Order Releases dengan melihat lead

    time pada data BOM.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    50/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 50

    Referensi

    Biegel, John E. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Jakarta : Akademika

    Pressindo.

    Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    51/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 51

    MODUL IV

    KESEIMBANGAN LINTASAN (LINE BALANCING)

    I Tujuan Praktikum

    1. Praktikan dapat merencanakan lintasan produksi yang sesuai dengan target produksiperusahaan

    2. Praktikan dapat menentukan cara perhitungan waktu siklus dan tingkat efisien efektif dalampengerjaan suatu produk

    II Alat dan bahan

    1. Lamp dimmer control2. Obeng3.penggaris4. Bahan baku casing5. Bor6. Solder7. Gergaji8. Lembar kerja

    III Prosedur Praktikum

    1. Praktikan membuat lintasan produksi yang sesuai dengan target produksi berdasar data yangdiberikan pada saat praktikum berlangsung

    2. Praktikan mennghitung waktu pada tiap proses.3. Praktikan memproduksi produk sesuai dengan prosedur yang ditentukan4. Praktikan membuat BOM, serta peta proses sesuai dengan ketentuan5. Praktikan membuat tingkat efisien dan efektif seoptimal mungkin

    IV Materi Praktikum

    4.1 PengertianKeseimbangan lintasan adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang

    dipergunakan untuk pembuatan produk. Keseimbangan lintasan biasanya terdiri dari sejumlah

    area kerja yang dinamakan stasiun kerja yang ditangani oleh seorang atau lebih operator dan ada

    kemungkinan ditangani dengan menggunakan bermacam-macam alat. Tujuannya adalah untuk

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    52/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 52

    membentuk dan menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada tiap-tiap stasiun kerja. Jika

    tidak dilakukan keseimbangan seperti ini maka akan mengakibatkan ketidak efisienan kerja di

    beberapa stasiun kerja, yaitu beban kerja tiap stasiun tidak seimbang.

    Gambar IV.1 Masalah yang timbul sebelum menggunakan LB

    Gambar IV.2 Setelah menerapkan LB

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    53/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 53

    Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan pada masing-masing stasiun kerja

    biasanya disebut service time atau stasion time. Sedangkan waktu yang tersedia pada masing-

    masing stasiun kerja disebut waktu siklus. Waktu siklus biasanya memiliki nilai sama dengan

    waktu stasiun kerja yang paling besar. Jangka waktu yang diperbolehkan untuk melakukan

    operasi pada stasiun kerja ditentukan oleh kecepatan assembly line, sehingga seluruh workcenter

    atau stasiun kerja berbagi waktu siklus yang sama. Waktu menganggur (idle time) terjadi jika dari

    stasiun pekerjaan yang ditugaskan padanya membutuhkan waktu yang sedikit daripada waktu

    siklus yang telah diberikan. Maka selain untuk membentuk dan menyeimbangkan beban kerja,

    line balancing bertujuan juga untuk meminimasikan waktu menganggur ketika operasi

    pengerjaan pada workcenter berlangsung sesuai dengan urutan prosesnya. Sehingga

    keseimbangan yan sempurna terjadi apabila dalam penugasan pekerjaan tidak menimbulkan

    waktu menganggur.

    Pengalokasian elemen-elemen pada stasiun kerja dibatasi oleh dua kendala utama yaitu,

    precedence constraint danzoning constraint.

    A. Precedence Constraint

    Precedence Constraint merupakan batasan terhadap ururtan pengerjaan elemen kerja kendala

    precedence dapat digambarkan secara grafis dalam bentuk diagram precedence. Dimana pada

    proses assemblingada dua kondisi yang biasanya muncul, yaitu:

    1. Tidak ada ketergantungan dari komponen-komponen dalam proses pengerjaan, jadi setiap

    komponen mempunyai kesempatan untuk dilaksanakan pertama kali dan disini dibutuhkan

    prosedur penyeleksian untuk menentukan prioritas.

    2. Apabila satu komponen telah dipilih untuk diassembly maka urutan untuk mengassembly

    komponen lain dimulai. Disinilah dinyatakan batasan precedence untuk pengerjaan komponen-

    komponen.

    Precedence diagram dapat disusun menggunakan dua symbol dasar:

    a. Elemen symbol, adalah lingkaran dengan nomor atau huruf elemen terkandung di dalamnya.

    Elemen akan diberi nomor/huruf berurutan untuk menyatakan identifikasi.

    atau

    Gambar IV.3 Elemen symbol

    2 b

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    54/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 54

    b. Hubungan antar symbol, biasanya menggunakan anak panah untuk menyatakan hubungan dari

    elemen simbol yang satu terhadap elemen simbol lainnya.Precedencedinyatakan dengan

    perjanjian bahwa elemen pada ekor panah harus mendahului elemen pada kepala panah.

    Gambar IV.4 Hubungan antar symbol

    Gambar tersebut menyatakan bahwa elemen 1 harus mendahului (precedence) elemen 2 dan

    elemen 2 harus mendahului elemen 3.

    Contoh : suatu perusahaan menghasilkan barang melalui suatu departemen perakitan, hasil

    produksi tiap jamnya 6 unit per jam dengan data-data sebagai berikut (kumpulan soal-soal

    Trisakti 2006) :

    Kode kegiatan Kegiatan yang

    mendahului

    Task time

    1 - 5

    2 1 3

    3 2 4

    4 1 3

    5 4 6

    6 3,5 57 6 2

    8 7 6

    9 6 1

    10 6 4

    11 10 4

    12 8,9,11 7

    Dari data yang dimiliki, dapat digambarkan precedence diagramnya, sebagai berikut:

    1 2 3

    2

    3

    1

    5

    4

    3

    4

    6

    5

    5

    6

    7

    2

    9

    10

    8

    11

    12

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    55/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 55

    B. Zoning Constraint

    Pengalokasian dari elemen-elemen kerja pada stasiun kerja juga dibatasi oleh zoning constraint

    yang menghalangi atau mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun

    tertentu.ZoningConstraint yang negatif menghalangi pengelompokan elemen kerja pada stasiun

    yang sama. Misalnya operasi 1 mempunyai sifat antagonis dengan operasi 2 sebab menyebabkan

    percikan/konseling api maka tidak dapat disatukan walaupun dari segi makna dapat disatukan.

    Sebaliknya zoning constraint yang positif menghendaki pengelompokkan elemen-elemen kerja

    pada 1 stasiun yang sama dengan alasan misalnya menggunakan peralatan yang sama dan

    peralatan itu mahal (Ginting,2007).

    4.2 Masalah yang dihadapi dalam Line Balancinga. Bagaimana mengalokasikan tugas pada setiap stasiun kerja agar diperoleh beban yang

    seimbang antar stasiun kerja?

    b. Bagaimana menjaga agar lintas produksi dapat bekerja secara kontinyu pada suatu kecepatanproduksi tertentu?

    1. Metode Helgeson dan Birnie (RPW)

    Metoda Helgeson dan Birnie (RPW) ini disebut juga Teknik Bobot Posisi. Adapun cara

    penggambaran precedence diagram adalah sebagai berikut:

    1. Hitung bobot posisi setiap elemen kerja. Bobot posisi suatu elemen adalah jumlah waktuelemen-elemen pada rantai terpanjang mulai elemen tersebut sampai elemen terakhir

    Bobot (RPW) = waktu proses tersebut + waktu proses operasi-operasi berikutnya.

    2. Urut elemen-elemen menurut bobot posisi dari besar ke kecil3. Hitung waktu siklus4. Tempatkan elemen kerja dengan bobot terbesar pada stasiun kerja sepanjang tidakmelanggar hubungan precedence dan waktu stasiun tidak melebihi waktu siklus

    5. Ulangi Langkah 3 sampai seluruh elemen ditempatkan6. Setelah membentuk suatu stasiun kerja yang terdiri dari elemen-elemen kerjanya, makatentukan nilai efisien, balance delay, dan smoothness index nya (Ginting,2007). Dimana

    perhitungan dapat dilakukan dengan memasukkan rumus sebagai berikut:

    Efisiensi lini : Balace Delay :

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    56/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 56

    Smoothness Index : = Keterangan: N = jumlah total waktu tiap elemen S = Jumlah stasiun kerja TS max = waktu stasiun kerja maksimumContoh pemecahan masalah dengan menggunakan metode Helgesson Birnie:

    Diketahui sebuah alat elektronik harus diproduksi pada lini perakitan tunggal. Total work

    content perakitan produk dijabarkan dalam elemen pekerjaan pada table. Lini ini

    diseimbangkan untuk memenuhi permintaan 100000 unit/tahun. Lini akan beroperasi 50

    minggu, dimana diketahui 5 shift/minggu, dan 7.5 jam/shift. Dimana efficiency untuk lini

    adalah 96%. Dengan precedence diagramnya sebagai berikut (kumpulan soal-soal

    Trisakti,2006):

    Dari kasus diatas,maka pemecahannya adalah sebagai berikut:

    STASIUN KERJA RPW RASIO MIMIMUM

    (MENIT)

    ELEMEN YANG

    MENDAHULUI

    1 3 0.2 -

    3 2.7 0.7 1

    2 2.67 0.4 -

    4 1.67 0.1 1,2

    5 1.6 0.6 2

    8 1.57 0.3 3,4

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    57/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 57

    7 1.21 0.32 3

    6 1 0.11 3

    10 1 0.38 5,8

    9 0.89 0.27 6,7,8

    11 0.62 0.5 9,10

    12 0.12 0.12 11

    =53.33

    = 1.06 menit

    *Nb: jika diketahui efisiensi reposisioning, maka waktu siklus = TCTR (efisiensi

    reposisioning)

    Setelah melakukan perhitungan waktu siklus dan perengkingan tiap elemen kerja, langkah selanjutnya

    adalah menyatukan setiap elemen kerja pada suatu stasiun kerja dimana total waktu siklus pada stasiun

    kerja tidak boleh lebih dari 1.06 menit. Maka hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:

    Stasiun Kerja Elemen Rasio

    Minimum

    (menit)

    Total Waktu

    stasiun Kerja

    (menit)

    Efesiensi

    Stasiun Kerja

    Waktu

    Menganggur

    1 1

    3

    0.2

    0.7

    0.9 97.83 0.02

    2 2

    4

    8

    6

    0.4

    0.1

    0.3

    0.11

    0.91 98.91 0.01

    3 5

    7

    0.6

    0.32

    0.92 100 0

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    58/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 58

    Efisiensi lini : Balance Delay : Smoothness Index: = 0.404Efisiensi stasiun kerja 1 =

    Waktu menganggur stasiun kerja 1 = 0.92-0.9 =0.02 menit

    2. Metode Kilbridge and Wester (Region Approach)

    Pendekatan ini melibatkan elemen-elemen yang dikelompokkan dalam sejumlah kolom. Adapun

    langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Buat precedence diagram dari persoalan yang dihadapi. Bagi elemen-elemen kerja dalam

    diagram tersebut ke dalam kolom-kolom dari kiri kekanan. Kolom I adalah elemen-elemen kerja

    yang tidak memiliki elemen kerja pendahulu (predecessor). Kolom II adalah elemen-elemen kerja

    dengan elemen kerja pendahulu di Kolom I. Kolom III adalah elemen-elemen kerja dengan

    elemen kerja pendahulu di Kolom II, dan seterusnya.

    4 10

    9

    0.38

    0.27

    0.65 70.65 0.27

    5 11

    12

    0.5

    0.12

    0.62 67.39 0.3

    Elemen 1,3 Elemen

    2,4,8,6

    Elemen

    5,7

    Elemen

    10 9

    Elemen

    11,12

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    59/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 59

    2. Tentukan waktu siklus (CT) dari bilangan prima waktu total elemen kerja, dan tentukan jumlah

    stasiun kerja

    3. Tempatkan elemen-elemen kerja ke stasiun kerja sedemikian sehingga total waktu elemen kerjatidak melebihi waktu siklus. Hapus elemen kerja yang sudah ditempatkan dari daftar elemen

    kerja.

    4. Bila penempatan suatu elemen kerja mengakibatkan total waktu elemen kerja melebihi waktu

    siklus maka elemen kerja tersebut ditempatkan di stasiun kerja berikutnya

    5. Ulangi Langkah 3 dan 4 sampai seluruh elemen kerja ditempatkan (Ginting,2007)

    Contoh pemecahan masalah dengan menggunakan Regional Aproach (kumpulan soal-soal

    Trisakti,2006).

    1

    4 5

    2 3

    6 9

    7 8

    12

    1110

    5 1

    2

    63

    4

    5

    3

    44

    6

    7

    I II III IV V VI VII

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    60/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 60

    Elemen kerja yang disusun berdasarkan kolom (menurut region approach)

    Elemen

    Kerja Kolom

    Rasio

    Minimum

    Total waltu

    per

    (Menit)

    Kolom

    (Menit)

    2 I 0.4

    0.61 I 0.2

    3 II 0.7

    0.84 II 0.1

    5 III 0.6

    1.33

    7 III 0.32

    8 III 0.3

    6 III 0.11

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    61/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 61

    Dengan waktu siklusnya adalah 1 menit.

    10 IV 0.38

    0.659 IV 0.27

    11 V 0.5 0.5

    12 VI 0.12 0.12

    Stasiun Kerja Elemen Rasio Total Waktu Efisiensi Waktu

    minimum stasiun kerja stasiun kerja menganggur

    (menit) (menit)

    1

    2 0.4

    0.7 70 0.3

    1 0.2

    4 0.1

    2

    3 0.7

    1 100 08 0.3

    3

    5 0.6

    0.92 92 0.087 0.32

    4

    6 0.11

    0.76 76 0.24

    10 0.38

    9 0.27

    5

    11 0.5

    0.62 62 0.3812 0.12

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    62/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Laboratorium Sistem Produksi dan Otomasi Page 62

    Efisiensi lini : Balance Delay : Smoothness Index: = 0.546Waktu menganggur stasiun kerja 1 = 0.92-0.9 =0.02 menit

    Elemen

    1,2,4

    Elemen

    3,8

    Elemen

    6,9,10

    Elemen

    5,7

    Elemen

    11,12

  • 7/21/2019 Modul Praktikum p3 2009

    63/63

    Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi

    Referensi

    Ginting, Rosnani Ir. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.