pemodelan dft

Upload: mariska-winda-asrini

Post on 04-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    1/11

    1

    KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3-

    HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASAMENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF

    Hendra Ermawan, Yahmin, Siti Marfuah

    Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang,e-mail: [email protected]

    Abstrak: Mekanisme reaksi hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida ditelitimenggunakan metodeDensity Fuctional Theory (DFT). Penelitian dilakukan karena reaksihidrolisis senyawa yang diteliti memiliki manfaat yang besar dalam bidang medis sertapenggunaan yang luas pada industri kimia. Penelitian menggunakan pendekatan teoritiskarena terdapat kesulitan dalam mengkaji mekanisme reaksi secara eksperimen. Secaraumum keseluruhan reaksi yang diteliti melewati dua tahap yang berkelanjutan: 1. Pemben-tukan zat antara tetrahedral 1 (ZA1), 2. Transformasi dari ZA1 menuju produk akhir. Tigajalur reaksi tambahan diusulkan pada tahap 2 ini. Jalur 1 adalah proses migrasi protonintramolekuler. Jalur 2 dan Jalur 3 adalah proses migrasi proton intermolekuler yang meli-batkan molekul air dalam reaksinya. Energi aktivasi tiap-tiap jalur reaksi adalah: Jalur 1:51,534 kkal/mol; Jalur 2: 0,282 kkal/mol; Jalur 3: 0,265 kkal/mol. Pembentukan produk dariZA1 lebih cepat berlangsung melalui Jalur 2 dan Jalur 3. Penelitian ini menunjukkan pulabahwa transfer proton pada reaksi yang menggunakan air sebagai pelarut mudah berlang-sung.

    Kata kunci: N-fenil- 3-hidroksi pikolinamida, mekanisme reaksi, hidrolisis basa, DFT

    Turunan dari senyawa amida dan reaksi hidrolisisnya telah dijadikan bahanpenelitian dalam kurun waktu yang cukup lama karena sangat bermanfaat khususnyadalam kepentingan medis dan penggunaan secara luas dalam industri kimia. Banyak

    penelitian terkait sintesis senyawa baru dari turunan senyawa amida seperti 3-hidroksi-N-oktilpikolinamida; N-fenil-2-hidroksi benzamida; N-fenil-3-hidroksipikolinamida; 2-hidroksi-N-oktilbenzamida telah ditemukan (Husniati, 2008:30). Namun penelitian ini

    berhenti pada hasil sintesis empat senyawa tersebut sedangkan untuk mekanisme reaksi-

    reaksinya masih belum diteliti lebih lanjut, dikarenakan adanya berbagai kendala dalameksperimen khususnya pada reaksi hidrolisisnya.

    Sim dkk., (2009) juga telah melakukan penelitian terkait reaksi hidrolisis se-nyawa N-(2-metoksifenil) benzamida, tetapi mekanisme reaksi hidrolisisnya tidak dapatseluruhnya ditentukan karena terdapat berbagai kendala. Banyak studi telah dilakukanuntuk mengatasi kendala, dan hasilnya menunjukkan bahwa mekanisme reaksinya tidak

    berjalan dengan lancar, khususnya pada amida sekunder yang strukturnya kompleks.Analisis tentang mekanisme reaksi bisa dipelajari dari dua jalan yaitu berdasarkan padadata percobaan dan dengan teknik komputasi. Pada metode eksperimen, mekanisme

    perlu dibuktikan dengan mengetahui keberadaan semua senyawa yang terbentukberdasarkan pengamatan laboratorium. Kendala yang dialami pada penelitian mekanis-me reaksi secara eksperimen adalah perlu peralatan yang rumit, karena memerlukan

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    2/11

    2

    bahan-bahan yang bersifat radioaktif seperti contoh senyawa pikolinat radioaktif yangberbahaya dan sangat mahal, untuk meneliti mekanisme reaksi hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida tidak memerlukan peralatan yang rumit dan berbahayaserta waktu yang lebih cepat. Kimia komputasi merupakan penghubung hasil-hasil

    eksperimen di laboratorium. Suatu molekul dapat dimodelkan sesuai hasil penelitianpara ilmuwan sebelumnya sedangkan perhitungan dilakukan berdasarkan metodetertentu sesuai dengan ketersediaan waktu dan keakuratan hasil yang diinginkan. Sifat-sifat molekul yang diteliti akan lebih mudah untuk dipelajari. Penelitian di bidangkomputasi dilakukan untuk mendukung penelitian di bidang eksperimen.

    Dengan mempertimbangkan hal ini, penelitian ini meneliti salah satu senyawadari empat senyawa hasil sintesis Husniati sebagai bentuk pengembangan dari penelitianyang telah dilakukan. Penelitian yang dilakukan terbatas hanya pada satu senyawadisebabkan keterbatasan waktu dan instrumen yang tersedia. Senyawa yang akan ditelititersebut adalah N-fenil-3-hidroksi pikolinamida dan fokus penelitiannya adalah padamekanisme reaksi hidrolisisnya. Dengan mempelajari mekanisme reaksi hidrolisisnya,

    para kimiawan dapat mengetahui tahapan-tahapan reaksi dan halangan-halangan yangmungkin terjadi. Hal ini dapat menjadi tolak ukur bagi para kimiawan dalam merancangteknik optimalisasi proses. Oleh karena itu, diharapkan sintesis senyawa tersebut danreaksi hidrolisisnya dapat lebih mudah dilakukan dengan prediksi keberhasilan yang

    besar.Jin dkk., (2011) telah melakukan penelitian teoritik mengenai dua kemungkinan

    tahapan proses reaksi hidrolisis kondisi basa senyawa N-(2-metoksifenil) benzamida.Tahapan yang pertama adalah pembentukan zat antara tetrahedral akibat serangannukleofilik dari atom karbon pada gugus karbonil oleh ion hidroksida, dan tahap ke duaadalah transformasi dari zat antara 1 menjadi produk akhir. Pada tahap yang kedua ini

    juga terdapat tiga jalur mekanisme yang mungkin terjadi. Jalur yang pertama adalahproses migrasi proton intramolekuler, sedangkan jalur kedua dan ketiga adalah prosesmigrasi proton intermolekuler. Yamabe dkk., (2013) telah melakukan penelitian secarateoritis pula mengenai mekanisme reaksi hidrolisis senyawa etil benzoat dan N-etil

    benzamida. Penelitian tersebut menggunakan metode perhitungan Density FunctionalThory (DFT). Fungsi koreksi yang digunakan adalah tiga parameter Becke (B3LYP)

    pada himpunan basis 6-31+G(d). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, didugareaksi hidrolisis N-fenil-3-hidroksi pikolinamida melalui beberapa mekanisme yanghampir sama khususnya seperti penelitian yang dilakukan Jin dkk., (2011). Dugaan ini

    berdasarkan kemiripan senyawa yang telah diteliti dengan senyawa pada penelitian ini.Dari beberapa tahapan mekanisme yang diusulkan dan juga berdasarkan pene-

    litian sebelumnya, diteliti tahap yang paling sesuai, pengaruh dan aktivitas pelarut air,dan energi-energi yang menyertai reaksi tersebut. Metode yang digunakan adalah DFT(Density Functional Theory). Metode ini dipilih karena dapat mengurangi masalahinteraksi elektron yang rumit menjadi cukup mudah untuk diselesaikan. Metode DFT

    juga memerlukan waktu perhitungan lebih singkat dan kapsitas penyimpanan lebihsedikit dibandingkan metode lain seperti Ab initio (Foreshmen & Frish, 1996).

    METODE

    Penelitian bersifat teoretikal laboratoris yang dilakukan di Laboratorium komputerJurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Penelitian dilakukan dengan

    menggunakan simulasi dan komputasi yang dilakukan menggunakan perangkat lunak

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    3/11

    3

    Gaussian 09. Metode DFT menggunakan perhitungan B3LYP dengan himpunan basis6-31G (d) dipilih sebagai metode yang digunakan. Pemilihan metode dilakukan ber-dasarkan pertimbangan ketersediaan hard ware, soft ware dan alokasi waktu yangtersedia. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh air sebagai pelarut dalam reaksi

    hidrolisis digunakan simulasi Polarizes Continuum Model(PCM).Dalam pendekatan teoritis dipelajari struktur reaktan, produk, zat antara, dan

    keadaan transisi dari reaksi hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamida. Halpertama yang dilakukan adalah menggambar semua struktur senyawa yang akandianalisis yang terdiri dari reaktan yaitu N-fenil-3-hidroksi pikolinamida dan nukleofilOH- dan semua struktur zat antara yang terbentuk. Semua struktur tersebut kemudian di-optimasi dengan pelarut air dan selanjutnya dilakukan perhitungan frekuensiimajinernya pada keadaan dasar. Hasil yang harus didapatkan adalah nol untuk imajinerfrekuensi reaktan dan zat antara serta satu nantinya untuk keadaan transisi. Langkahselanjutnya yang dilakukan adalah mencari struktur keadaan transisi dengan metodeQST3 dan intrinsic reaction coordinate (IRC) dan menghitung energi dengan meng-

    gunakan metode MP2.Data yang dihasilkan dari perhitungan kimia komputasi adalah parameter

    struktur senyawa yang meliputi panjang ikatan, energi potensial, dan energi aktivasi.Kesesuaian data eksperimen dengan data perhitungan merupakan parameter yangdigunakan dalam menentukan kualitas metode perhitungan yang dilakukan.

    HASIL

    Pertimbangan awal yang digunakan adalah menentukan struktur reaktan, produkdan zat antara dalam kondisi paling stabil sehingga dapat ditentukan struktur keadaantransisi masing-masing jalur reaksi. Dari struktur keadaan transisi yang ditemukan tersebut,dapat dianalisis mekanisme reaksi yang sesuai.

    Gambar 1 Prediksi JalurReaksi Hidrolisis Senyawa N-fenil-3-hidroksi pikolinamidadalam kondisibasa.

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    4/11

    4

    A. Mekanisme Pembentukan Zat Antara 1

    Struktur 3D

    (a) (b)

    (c)

    Gambar 2 Struktur Hasil Optimasi Frekuensi dari Reaktan (a), Zat Antara 1 (b) dan Keadaan

    Transisi 1 (c).

    B. Bagian Reaksi dari Zat Antara 1 Menuju ke Produk 1 dan Produk 2

    1. Proses Migrasi Proton Intra Molekuler Jalur 1

    Struktur 3D

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    5/11

    5

    (a) (b)

    Gambar 3 Struktur Hasil Optmasi Frekuensi dari Zat Antara Tetrahedral 1 (a) dan KeadaanTransisi 2 (b).

    2. Proses Migrasi Proton Inter Molekuler Jalur 2

    Struktur 3D

    (a)

    (b)

    Gambar 4 Struktur Hasil Optimasi dan Frekuensi Prekursor (a) dan Keadaan Transisi 3 (b).

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    6/11

    6

    3. Proses Migrasi Proton Inter Molekuler Jalur 3

    (a)

    (b)

    Gambar 5 Struktur Hasil Optmasi Frekuensi dari Prekursor (a) dan Keadaan Transisi 4 (b).

    Zat antara 2 (ZA2) Zat antara 3 (ZA3)

    Gambar 6 Struktur Hasil Optmasi Frekuensi dari Zat Antara 2 dan Zat Antara 3.

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    7/11

    7

    PEMBAHASAN

    Secara umum, terdapat dua proses dari hidrolisis senyawa N-fenil-3-hidroksi piko-linamida dalam suasana basa. Proses yang pertama adalah pembentukan zat antara te-

    trahedral (ZA1) akibat serangan nukleofilik dari atom karbon pada gugus karbonil dari ionhidroksida, seperti ditunjukkan pada Gambar 1a. Proses yang kedua adalah transformasidari ZA1 menuju ke produk akhir (P1 dan P2), pada proses ini terdapat tiga prediksi jaluryang mungkin terjadi, ditunjukkan pada Gambar 1b.

    Pembentukan Zat Antara Tetrahedral 1Pada proses pembentukan KT 1, nukleofil OH- mendekat ke senyawa N-fenil-3-

    hidroksi pikolinamida dengan menyerang atom C gugus karbonil pada proses perubahanKT 1 menjadi ZA 1. Panjang ikatan antara C1O3 mengalami penurunan sebesar 0.063 ,

    panjang ikatan C1N2 mengalami kenaikan dari R ke ZA1 sebesar 0.214 . Data tersebutmenunjukkan bahwa ikatan amida mulai putus (Gambar 2). Penjelasan ini diperkuat dengan

    data bahwa panjang ikatan C1N2 pada KT 1 (yaitu 1.461) ekuivalen dengan panjangikatan C=N yaitu 1.35 (Jin dkk., 2011) ditunjukkan pada Gambar 2. Selain itu, penjelasantersebut diperkuat dengan data bahwa panjang ikatan C1N2 pada ZA1 (yaitu 1.599)ekuivalen dengan ikatan CN pada umumnya yaitu 1.48 (Jin dkk., 2011). Hal ini me-nunjukkan bahwa pembentukan ZA 1 juga merupakan proses dekomposisi ikatan amidadari ikatan rangkap 2 menjadi ikatan tunggal. Energi aktivasi pada tahap ini adalah sebesar22,88 kkal/mol.

    Pada beberapa referensi sebelumnya, keadaan transisi pada tahap yang pertama inicenderung diabaikan akibat kompleks pra reaksi yang mempengaruhi keadaan transisi(Cheshmedzhieva dkk., 2008). Penelitian kimia komputasi umumnya dilakukan pada fasagas, atau sedikit molekul air yang ditambahkan dan hasilnya menunjukkan bahwa energi

    dari keadaan transisi lebih rendah dari pada reaktan. Tetapi setelah efek pelarutditambahkan dengan model PCM, energi relatif dari keadaan transisi menjadi lebih tinggidan kompleks pra reaktif tidak lagi mempengaruhi keadaan transisi. Hasil yang didapatkantersebut menunjukkan bahwa pelarut memiliki efek yang besar.

    Bagian Reaksi dari ZA1 Menuju ke P1 dan P2

    Dalam lingkungan basa, asam 3-hidroksi-pikolinat (P1) berada pada bentukanionnya dengan satu proton lepas dari atom oksigen, jumlah atom hidrogen pada N2

    bertambah dari satu menjadi dua pada P2. Transformasi tersebut dapat terjadi melaluisalah satu dari dua proses yaitu proses transformasi intramolekuler atau proses trans-formasi intermolekuler. Sebagai akibat dari proses tersebut, zat antara tetrahedral dapat

    bertransformasi menuju produk akhir melewati tiga jalur yang diusulkan seperti terlihatpada Gambar 1 (b). Jalur 1 adalah transfer proton intramolekuler dan jalur 2 dan 3adalah proses migrasi proton intermolekuler dimana molekul air berpartisipasi padareaksi tersebut. Faktanya, transformasi dari ZA1 menuju P1 dan P2 seperti proses

    pemutusan ikatan tunggal C1N2. Masing-masing jalur tersebut dibahas sebagaiberikut :

    Proses Migrasi Proton Intra Molekuler Jalur 1

    Satu proses sederhana jalur 1 adalah proses migrasi proton H5 secara langsungmenuju ke atom N2 dan ikatan amida membelah sekaligus seperti ditunjukkan padaGambar 1 (b). Selama proses yang terjadi, panjang ikatan antara atom C1N2

    mengalami kenaikan dari ZA1 menuju keadaan transisi 2 sebesar 2.059 , hal ini

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    8/11

    8

    menunjukkan bahwa ikatan amida hamipr putus. Selain itu, panjang ikatan antara N2H5 pada keadaan transisi 2 adalah 1.018 (Gambar 3). Ikatan O3H5 putus dan ter-

    bentuk ikatan hidrogen baru antara N2H5. Hal ini terjadi karena atom N lebih kompe-titif dalam menarik proton karena bersifat nukleofilik. Penjelasan ini diperkuat dengan

    nilai muatan negatif berdasarkan persamaan mulliken adalah -0.1709 untuk atom N dan-0.2168 untuk atom O. Sebagai konsekuensinya proton H5 tertarik ke atom N2 danmenghasilkan produk akhir.

    Energi keadaan transisi pada tahap (KT2) ini adalah sekitar 3,43 kkal/mol danenergi zat antara 1 adalah sekitar -48,104 kkal/mol sehingga energi aktivasi yangdihasilkan adalah sekitar 51,534 kkal/mol (Gambar 7), lebih rendah dari pada langkahyang pertama. Rata-rata energi dari produk (P1 dan P2) menunjukkan nilai yang lebihrendah dari pada reaktan, hal ini mengindikasikan bahwa reaksi bersifat eksotermis.

    Pada jalur pertama telah dibahas tentang migrasi proton intramolekuler, akantetapi proton dapat pula bermigrasi ke atom N melalui proses migrasi proton intermo-lekuler. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa air tidak hanya bertin-

    dak sebagai pelarut, tetapi juga terlibat di dalam reaksi, dan selanjutnya dua tambahanjalur reaksi dapat terbentuk.

    Gambar 7 Kurva Energi Jalur 1.

    Proses Migrasi Proton Intermolekuler Jalur 2 dan Jalur 3

    Jalur 2

    Untuk jalur 2, suatu prekursor terbentuk dengan pergerakan dari molekul airmenuju ZA1. Kemudian atom hidrogen H7 pada H2O secara perlahan berpindah ke N2.H5 berpindah dari O3 menuju O6, ikatan amida dari C1N2 mulai putus pada keadaantransisi 3. Setelah itu, molekul air terbentuk kembali, dan produk akhir P1 dan P2 jugaterbentuk.

    Panjang ikatan antara O6H5 menjadi pendek (dari 1.896 menjadi 0.978 ),begitu pula dengan N2H7 (dari 1.599 menjadi 1.890 ). Panjang ikatan antaraC1N2 pada keadaan transisi 3 (1.890 ), lebih panjang dari pada prekursor (1.599 )(Gambar 4). Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi antara kedua atom menjadilemah.

    Energi keadaan transisi 3 dari jalur 2 ini adalah sekitar -47,822 kkal/mol danenergi zat antara 1 adalah sekitar -48,104 kkal/mol sehingga energi aktivasi yang

    KT

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    9/11

    9

    diperoleh sekitar 0,282 kkal/mol (Gambar 8). Energi aktivasi ini lebih rendah darilangkah yang pertama. Oleh karena itu, pembentukan P1 dan P2 dari ZA1 melalui jalur2 lebih mudah berlangsung.

    0

    22,88

    [],104

    [],822

    -62,923-70

    -60

    -50

    -40

    -30

    -20

    -10

    0

    10

    20

    30

    Energi(Kcal/mol)

    Koordinat Reaksi

    Gambar 8 Kurva Energi Jalur 2.

    Jalur 3Jalur 3 hampir sama dengan jalur 2. Pada jalur 3 ZA1 berinteraksi dengan

    molekul air sebelum berpindahnya proton dari H2O. Pada keadaan transisi 4 (KT4),panjang ikatan dari O6H7 mengalami kenaikan sebesar 1.517 (Gambar 5).Sementara itu, panjang ikatan antara C1N2 adalah sebesar 4.390 . Hal ini me-ngindikasikan bahwa ikatan amida hampir putus. Setelah itu, proton H7 secara per-lahan-lahan berpindah ke N2, panjang ikatan C1N2 bertambah kemudian ikatanamida putus. Zat antara 2 dan 3 (ZA2 & ZA3) terbentuk setelah proses ini. Selanjutnya,ion hidroksida pada ZA5 akan segera menetralkan asam 3-hidroksi pikolinat (ZA2),kemudian produk akhir (P1 dan P2) segera dihasilkan seperti pada jalur 1 dan jalur 2.

    Energi keadaan transisi dari langkah ini (KT4) adalah sekitar -47,839 kkal/moldan energi zat antara 1 (ZA1) adalah sekitar -48,104 kkal/mol sehingga energi aktiva-sinya adalah 0,265 kkal/mol (Gambar 9). Energi aktivasi tersebut juga lebih rendah dari

    pada energi aktivasi jalur 1. Karena itu, laju pembentukan P1 dan P2 melalui jalur 3hampir sama seperti pada jalur 2.

    Dari ketiga jalur reaksi yang telah dibahas, dapat kita simpulkan bahwa energiaktivasi yang diperlukan untuk jalur dua adalah 0,282 kkal/mol sedangkan jalur tigaadalah 0,265 kkal/mol. Energi aktivasi tersebut lebih rendah dari pada jalur satu yaitu51,534 kkal/mol. Pembentukan produk dari ZA1 lebih cepat berlangsung melalui jalur 2dan 3. Energi keadaan transisi pada jalur 2 (KT3) dan jalur 3 (KT4) lebih rendahsehingga cenderung lebih mudah terjadi. Penelitian ini menunjukkan pula bahwa transfer

    proton pada reaksi yang menggunakan air sebagai pelarut mudah berlangsung. Hal inidikarenakan air mampu menyetabilkan struktur, terbukti dengan energi yang lebih rendah

    pada struktur keadaan transisi dan zat antara pada jalur dua dan jalur tiga.

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    10/11

    10

    Gambar 9 Kurva Energi Jalur 3.

    KESIMPULAN

    Penelitian ini mengkaji tentang mekanisme reaksi hidrolisis N-fenil-3-hidroksi piko-linamida pada kondisi basa secara teoritis menggunakan kimia komputasi dengan metode

    Density Functional Theory (DFT) B3LYP pada himpunan basis 6-31G (d). Keseluruhan

    reaksi yang dikaji melewati dua tingkatan proses yang berkelanjutan, proses yang pertamaadalah pembentukan zat antara tetrahedral ZA1, dan proses yang kedua adalah transformasidari ZA 1 menuju produk akhir. Pada proses yang pertama, terjadi dekomposisi dari ikatanrangkap dua pada reaktan menjadi ikatan tunggal pada zat antara 1. Ikatan tunggal tersebutakhirnya putus pada proses yang kedua. Tiga jalur reaksi tambahan dari proses yang keduadiusulkan setelah mempelajari dan mempertimbangkan efek pelarut air yang ditimbulkan.Jalur yang pertama adalah proses migrasi proton intramolekuler sedangkan jalur dua dantiga adalah proses migrasi proton intermolekuler yang melibatkan molekul air dalamreaksinya. Pada jalur 2 terdapat proses migrasi dua proton yaitu H5 dan H7 secara perlahanyang menyertai putusnya ikatan amida. Pada jalur 3, proton H7 berikatan pada N2 danikatan amida putus pada waktu yang bersamaan.

    Keseluruhan struktur senyawa yang terlibat telah dioptimasi menggunakan metodeDFT pada himpunan basis B3LYP/ 6-31G(d) dalam pelarut air menggunakan model PCM,energi potensial tiap proses juga telah di sertakan. Jalur 2 dan 3 terbukti memiliki energiaktivasi yang rendah sehingga lebih mudah untuk terjadi, dan jalur 2 lebih mungkin karenaenergi keadaan transisi pada jalur 2 lebih rendah dari pada jalur 3. Penelitian inimenunjukkan pula bahwa transfer proton pada reaksi dengan pelarut air memiliki prosesyang mudah. Hal ini terbukti dengan energi dari keseluruhan proses reaksi pada ketiga jaluryang diusulkan tidak memiliki nilai yang tinggi. Khususnya apabila dibandingkan denganhidrolisis pada kondisi netral pada penelitian sebelumnya (Jin dkk, 2011). Oleh karena itu,reaksi ini dapat dengan mudah terjadi pada suhu kamar dan reaksi bersifat eksotermis.

    ZA2

  • 7/21/2019 pemodelan DFT

    11/11

    11

    SARAN

    Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran untuk penelitianselanjutnya adalah sebagai berikut: (1) Dalam mengkaji mekanisme reaksi khususnya

    reaksi hidrolisis amida bisa digunakan himpunan basis yang lebih tinggi agar akurasiperhitungan lebih besar, (2) Bisa dikembangkan lebih lanjut tentang mekanisme reaksisenyawa turunan amida lain, (3) Bisa dilakukan penelitian eksperimen yang mengacu

    pada hasil penelitian teoritis ini agar hasilnya bisa saling mendukung dan mampumenutupi kelemahan masing-masing metode.

    DAFTAR RUJUKAN

    Cheshmedzhieva, D., Ilieva, S., Hadjieva, B. & Galabov, B. 2008. The mechanism ofalkaline hydrolysis of amides: a comparative computational and experimentalstudy of hydrolysis of N-methylacetamide, N-methylbenzamide, and acetanilide.

    Journal of Physical Organic Chemistry, 22 (2008): 619-631.

    Foreshmen, J. B. & Frisch, A. 1996. Exploring Chemistry with Electronic StructuresMethods. Pittsburgh: Gaussian, Inc.

    Husniati. 2008. Sintesis Senyawa Analog UK-3A dan Uji Bioaktivitas Secara In VitroTerhadap Sel Kanker Murine Leukemia P-388. Disertasi tidak diterbitkan.Jakarta: FMIPA UI.

    Jin, Y., Zhu, Y. & Tang, M. 2011. Theoretical analysis on alkaline hydrolysis

    mechanisms of N-(2-methoxyphenyl) benzamide.Journal of Computational andTheoretical Chemistry, 963 (2011): 268-272.

    Sim, Y. L., Ariffin, A. & Khan, M. N. 2008. Kinetics and mechanism of large rateenhancement in the alkaline hydrolysis of N-Morpholino-N-(2-methoxyphenyl)

    phtalamide.Journal of Organic Chemistry, 73 (2008): 3730-3737.

    Yamabe, S., Guan, W. & Sakaki, S. 2013. Presence or absence of a novel charge-transfercomplex in the base catalysed hydrolysis of N-ethylbenzamide or ethyl benzoate.

    Beilstein Journal of Organic Chemistry, 9 (2013): 185-196.