produktivitas concrete
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
1/125
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
2/125
iv
MOTTO
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat"
(Al Mujadillah [58] : 11)
"Inna ma'al usri yusroo"
"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan"
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya,
ayahanda Ir. R. Windiyana dan ibunda Mega Mulyati yang tiada
hentinya memberi pesan moral berupa doa dan semangat
Adik-adik tersayang Elvrizky Cesar Herochmat, Rizandi Arkan Aliadi
dan Khayruwin Rizkiosi Hadinoto
Kakek, Nenek, serta saudara-saudara yang terus mensupportdan
mendoakan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini
Serta saudara, teman, sekaligus sahabat Teknik Sipil angkatan 2010
yang selalu memberi semangat dan selalu berjuang bersama demi
meraih kesuksesan kelak
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
3/125
v
ABSTRAK
Banyaknya permintaan untuk pembangunan suatu konstruksi menjadikan lahan
kosong untuk pembangunan proyek konstruksi menjadi terbatas dan menyebabkan
bangunan konstruksi dibuat secara vertikal/bertingkat. Biaya pembangunan bangunan
bertingkat seperti gedung, hotel dan apartemen membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Akibatnya, para penyedia jasa konstruksi seperti kontraktor harus mencari cara untuk
menyelesaikan pekerjaan konstruksi dengan dana yang dibatasi oleh pemilik proyek.
Para kontraktor memiliki banyak cara untuk meminimalisir penggunaan biaya
proyek namun tetap dengan hasil yang maksimal, salah satunya pada pekerjaan
pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom. Pekerjaan pengecoran memiliki banyak
metode yang dapat mempengaruhi biaya dan waktu pelaksanaan. Pada penelitian inidigunakan dua alat pengecoran, yaitu concrete pump dan concrete bucket untuk
didapatkan perbandingan biaya, waktu dan produktivitas pada pekerjaan pengecoran pelat
lantai, balok dan kolom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya pekerjaan pengecoran pelat lantai dan
balok dengan menggunakan concrete bucket sedikit lebih mahal Rp 3.179 per m3
daripada menggunakan concrete pump. Namun biaya pada pekerjaan pengecoran kolom
dengan menggunakan concrete bucket lebih murah Rp 196.314 per m3
daripada
menggunakan concrete pump. Sedangkan hasil penelitian terhadap waktu pengecoran
menunjukkan bahwa waktu pekerjaan pengecoran pada pelat lantai dan balok
menggunakan concrete pump 3.2 kali lebih cepat dengan selisih 4.774 menit/m3. Pada
pengecoran kolom juga lebih cepat dengan selisih waktu 3.524 menit/m3 daripadamenggunakan concrete bucket. Pada analisis produktivitas didapatkan bahwa pekerjaan
pengecoran pelat lantai dan balok dengan menggunakan alat concrete pump sebesar 0.464
m3
per menit dan pada pengecoran kolom sebesar 0.081 m3/menit. Sedangkan pada
pekerjaan pengecoran pelat lantai dan balok menggunakan alat concrete bucketsebesar
0.144 m3/menit dan pada pengecoran kolom sebesar 0.063 m
3/menit.
Kata kunci: Biaya, Waktu, Produktivitas, Pengecoran, Pelat Lantai, Balok, Kolom,
Concrete Pump, Concrete Bucket
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
4/125
vi
ABSTRACT
Increasing demand for a construction making vacant land is limited for
construction project and build it vertically. The vertical construction such as building,
hotel and apartment needs a lot of money. Therefore, the costruction service providers
like contractor must find way to complete the construction project with limited cost by the
owner project.
The contractors have many ways to minimize the cost but still with maximum
result, one of them is casting work on the floor plates, beams and columns. The casting
work has many method that can affect the cost and implementation time. In this research
used two different casting tool, there are concrete pump and concrete bucket to obtain a
comparison of cost, time and productvity from casting work on the floor plates, beams
and columns.
The research results for cost of work casting floor plate and beam by using a
concrete bucket more expensive than by using concrete pump around Rp 3.200 /m3. But
the cost to work casting for column by using concrete bucket more cheaper around Rp
196.314 /m3. The results for time of the work casting floor plate and beam by using the
concrete pump is 3.2 times more faster than using the concrete bucket with difference in
time 4.774 minutes/m3. In casting a column by using concrete pump also more faster with
the difference in time 3.524 minutes/m3. On the productivity analysis showed that the
work of casting floor plate and beam by using the concrete pump at 0.464 m3/minute and
the column casting at 0.081 m
3
/minute. While at work casting of floor plate and beamwith concrete bucket at 0.144 m3/minute and the column casting at 0.063 m3/minute.
Keywords:Cost, Time, Productivity, Work Casting, Floor Plate, Beam, Column, Concrete
Pump, Concrete Bucket
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
5/125
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamiin. Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat
Allah SWT atas karunia-Nya hingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
Tugas Akhir yang berjudul Perbandingan Produktivitas pada Pekerjaan
Pengecoran Pelat Lantai, Balok dan Kolom Antara Alat Concrete Pump dan
Concrete Bucket. Shalawat serta salam selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad
SAW yang menjadi panutan setiap muslim.
Berdasarkan Kurikulum Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, setiap mahasiswa
diwajibkan menyusun laporan tugas akhir. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat
memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil. Atas bantuan dan
penjelasan serta petunjuk-petunjuk yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak,
karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Miftahul Fauziah, ST., MT., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
2. Ibu Tuti Sumarningsih, Ir., MT., selaku Dosen Pembimbing.
3. Ibu Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen Penguji.
4. Bapak Albani Musyafa', S.T., M.T., Ph.D. selaku Dosen Penguji.
5. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
6. Teman-teman yang telah membantu dan mensupportdalam penyelesaian tugasakhir ini.
7. Bapak Soepomo selaku pelaksana proyek Hotel Muncul.
8. Mbak Hana selaku pengawas proyek Hotel Amaris
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
6/125
viii
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan laporan tugas akhir ini dan semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan semua pihak yang membutuhkan.
Wassalaamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, Juni 2015
Primafaza Megayanputra
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
7/125
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Batasan Penelitian 3
BAB II STUDI PUSTAKA 4
2.1 Penelitian Terdahulu 4
2.2 Keaslian Penelitian 7
BAB III LANDASAN TEORI 8
3.1 Manajemen Proyek Konstruksi 8
3.1.1 Manajemen Konstruksi (Construction Management) 8
3.1.2 Proyek Konstruksi 8
3.1.3 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi 9
3.2 Bangunan Gedung 9
3.3 Biaya Proyek 10
3.3.1 Biaya Langsung 10
3.3.2 Biaya Tidak Langsung 11
3.3.3 Harga Satuan Pekerjaan 12
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
8/125
x
3.4 Waktu Pekerjaan 14
3.5 Produktivitas 14
3.5.1 Pengertian Produktivitas 14
3.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas 15
3.5.3 Metode-Metode Pengukuran Produktivitas 16
3.6 Balok 18
3.7 Pelat Beton Bertulang 19
3.7.1 Fungsi pelat lantai 20
3.7.2 Jenis-Jenis Pelat Lantai 20
3.8 Kolom 23
3.8.1 Pengertian Kolom 23
3.8.2 Jenis Kolom 23
3.9 Beton 25
3.10 Batching Plant 26
3.11 Beton Siap Pakai (Ready Mix) 28
3.12 Truk Beton Pompa (Concrete Pump Truck) 29
3.13 Concrete Bucketdan Pipa Tremie 30
3.14 Alat Angkat 31
3.14.1 Jenis-Jenis Tower Crane 31
3.14.2 Mekanisme Kerja Tower Crane 32
3.15 Metode Pelaksanaan Pengecoran 32
BAB IV METODE PENELITIAN 35
4.1 Umum 35
4.2 Lingkup Penelitian 35
4.3 Jenis Penelitian 354.4 Subjek dan Objek Penelitian 35
4.5 Pengumpulan Sumber Data 36
4.6 Lokasi Pengumpulan Data 36
4.7 Waktu Pengumpukan Data 36
4.8 Alat Yang Digunakan 37
4.9 Metode Pengumpulan Data 37
4.10 Analisis Biaya 37
4.11 Analisis Waktu 38
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
9/125
xi
4.12 Analisis Produktivitas 38
4.13 Langkah Analisis 38
4.14 Bagan Alir Penelitian 39
BAB V ANALISIS DATA 41
5.1 Pelaksanaan 41
5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran 41
5.2.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan
Pompa Beton (Concrete Pump) 41
5.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan
Concrete Bucketdan Tower Crane 42
5.3 Data Umum Proyek 42
5.3.1 Data Volume Pekerjaan 42
5.3.2 Data Harga Sewa Alat 43
5.3.3 Data Tenaga Kerja 43
5.4 Analisis Data 44
5.4.1 Pengecoran Proyek 1 44
5.4.2 Pengecoran Proyek 2 53
5.5 Perbandingan Analisis Biaya, Waktu dan Produktivitas Pengecoran
Pelat Lantai, Balok dan Kolom 63
5.5.1 Perbandingan Analisis Biaya Pengecoran 63
5.5.2 Perbandingan Analisis Waktu Pengecoran 64
5.5.3 Perbandingan Analisis Produktivitas Pengecoran 65
5.6 Pembahasan 66
5.6.1 Biaya Penyelesaian Pengecoran 66
5.6.2 Waktu Penyelesaian Pengecoran 68
5.6.3 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran 70
5.6.4 Umum 72
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 79
6.1 Kesimpulan 79
6.2 Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
10/125
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Pompa Beton
Berdasarkan SNI 13
Tabel 3.2 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Crane Berdasarkan SNI13
Tabel 3.3 Komposisi Mutu Beton per 1m3
26
Tabel 5.1 Data Proyek 42
Tabel 5.2 Harga Sewa Alat Berat 43
Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja 43
Tabel 5.4 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai danBalok 45
Tabel 5.5 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok
Berdasarkan SNI 46
Tabel 5.6 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat
Lantai
dan Balok 46
Tabel 5.7 Waktu Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 47
Tabel 5.8 Waktu Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3
48
Tabel 5.9 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 48
Tabel 5.10 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Kolom 49
Tabel 5.11 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom Berdasarkan
SNI 50
Tabel 5.12 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom 50
Tabel 5.13 Waktu Pengecoran Kolom 51
Tabel 5.14 Waktu Penyelesaian Pengecoran Kolom per m3
51
Tabel 5.15 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Kolom 52
Tabel 5.16 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan
Balok 54
Tabel 5.17 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok
Berdasarkan SNI 55
Tabel 5.18 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat
Lantai
dan Balok 55
Tabel 5.19 Waktu Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 56
Tabel 5.20 Waktu Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3
58
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
11/125
xiii
Tabel 5.21 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 58
Tabel 5.22 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Kolom 59
Tabel 5.23 Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom Berdasarkan
SNI 60
Tabel 5.24 Rekapitulasi Perhitungan Biaya Pekerjaan Pengecoran Kolom 61
Tabel 5.25 Waktu Pengecoran Kolom 61
Tabel 5.26 Waktu Penyelesaian Pengecoran Kolom per m3
61
Tabel 5.27 Produktivitas Penyelesaian Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 62
Tabel 5.28 Perbandingan Biaya Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3
63
Tabel 5.29 Perbandingan Biaya Pengecoran Kolom 63
Tabel 5.30 Perbandingan Waktu Pengecoran Pelat Lantai dan Balok per m3 64
Tabel 5.31 Perbandingan Waktu Pengecoran Kolom per m3
64
Tabel 5.32 Perbandingan Produktivitas Pengecoran Pelat Lantai dan Balok 65
Tabel 5.33 Perbandingan Produktivitas Pengecoran Kolom 65
Tabel 5.34 Kelebihan dan Kekurangan dari Concrete Pump dan Concrete
Bucket
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
12/125
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
13/125
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I 84Lampiran II 85
Lampiran III 86
Lampiran VI 87
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
14/125
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dalam
dunia konstruksi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pekerjaan konstruksi baik
untuk rumah tinggal, rumah sakit, pabrik, gedung bertingkat dan lain sebagainya.
Banyaknya lahan yang digunakan serta meningkatnya angka pertambahan jumlah
penduduk menyebabkan kebutuhan akan rumah tinggal dan tempat bekerja
bertambah pula. Dampak dari semua ini menjadikan lahan kosong untuk
pembangunan proyek konstruksi menjadi terbatas. Untuk mengatasi keterbatasan
lahan, tidak sedikit dari pemilik lahan yang akhirnya membuat bangunan
konstruksi secara vertikal/ bertingkat.
Pembangunan proyek konstruksi secara vertikal seperti gedung bertingkat,
apartemen, rumah sakit, hotel dan lain sebagainya tentu membutuhkan anggaran
biaya yang besar. Anggaran biaya ini bisa berupa biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang berhubungan
langsung dengan pelaksanaan proyek seperti: biaya material, biaya upah pekerja
hingga biaya peralatan yang digunakan. Sedangkan biaya tidak langsung (indirect
cost) merupakan biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan
pelaksanaan proyek tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek
tersebut, seperti: biaya sewa kantor sementara, biaya pembuatan gudang
sementara, biaya Quality Control pada uji desak kubus/silinder beton
(Dipohusodo, 1996). Dengan demikian, para penyedia jasa konstruksi seperti
konsultan dan kontraktor dituntut untuk bisa membuat suatu rencana anggaran
biaya (RAB) yang ekonomis dengan mutu dan kualitas yang tetap terjamin.
Perencanaan anggaran biaya ini pun tidak luput dari gambar kerja proyek tersebut
dan spesifikasi yang digunakan.
Dalam merencanakan suatu anggaran biaya tidak hanya dari gambar
proyek dan detail spesifikasi proyek saja, namun metode pelaksanaan yang
digunakan oleh kontraktor juga dapat mempengaruhi rencana anggaran biaya
(RAB) tersebut. Metode-metode pelaksanaan yang digunakan oleh kontraktor
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
15/125
2
pada saat pelaksanaan pembangunan juga dapat mempengaruhi biaya dan waktu
pada pekerjaan konstruksi agar bisa lebih efektif dan efisien. Misal saja dalam
pembuatan beton struktur bangunan lantai atas, dalam proses pengecorannya bisa
menggunakan beberapa metode seperti: cast insitu/ konvensional, concrete lift,
concrete pump ataupun tower crane. Pemilihan metode tersebut juga bergantung
pada lokasi proyek, anggaran dana dan lain sebagainya.
Dengan mengetahui beberapa metode tersebut maka dibutuhkan kejelian
dan perhitungan yang tepat dalam menentukan metode apa yang akan dipakai
demi meningkatkan produktivitas kinerja agar lebih efektif dan efisien. Dalam
penelitian tugas akhir ini akan dibandingkan produktivitas pengecoran
menggunakan concrete pump dengan concrete bucketpada pengecoran balok dan
pelat lantai atas bangunan bertingkat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah pada Tugas
Akhir ini yaitu:
1. Berapakah perbandingan biaya pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom
dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.
2. Berapakah perbandingan waktu pengecoran pada pelat lantai, balok dan
kolom dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.
3. Berapakah perbandingan produktivitas pengecoran pada pelat lantai, balok
dan kolom dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penyusunan Tugas Akhir ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui biaya pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom dengan
menggunakan concrete pump dan concrete bucket.
2. Mengetahui waktu pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom dengan
menggunakan concrete pump dan concrete bucket.
3. Mengetahui produktivitas pengecoran pada pelat lantai, balok dan kolom
dengan menggunakan concrete pump dan concrete bucket.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
16/125
3
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1. Dapat menjadi bahan pertimbangan secara ilmiah bagi para praktisi jasa
konstruksi dalam menentukan metode pengecoran lantai atas.
2. Dapat menjadi bahan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa maupun
para pembaca.
1.5 BATASAN PENELITIAN
1. Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Hotel Muncul dan
Hotel Amaris, Yogyakarta.
2. Analisis penelitian dilakukan untuk mengetahui efektifitas biaya dan
waktu.
3. Analisis dilakukan hanya pada pengecoran pelat lantai, balok dan
kolom.
4. Analisis penelitian menggunakan bantuan program Ms. Excel.
5. Harga satuan yang digunakan berdasarkan harga satuan wilayah D.I
Yogyakarta.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
17/125
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
Dalam penelitian Tugas Akhir ini diperlukan referensi dari buku, literatur,
tugas akhir maupun jurnal terdahulu. Hal ini diperlukan guna menunjang
tambahan bahan serta mencegah adanya duplikasi terhadap karya tulis yang sudah
pernah dibuat sebelumnya.
2.1 PENELITIAN TERDAHULU
2.1.1 Perbandingan Biaya dan Waktu pada Pekerjaan Cor dan Kolom
dengan Cara Manual (Konvensional) dan dengan Menggunakan
Concrete Pump
Penelitian Tugas Akhir oleh Abma (2012) yang berjudul Perbandingan
Biaya dan Waktu pada Pekerjaan Cor dan Kolom dengan Cara Manual
(Konvensional) dan dengan Menggunakan Concrete Pump. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui besarnya perbandingan produktivitas menyeluruh
dan produktivitas ideal pada pekerjaan cor kolom dengan cara manual dan dengan
menggunakan concrete pump. Selain itu juga untuk mengetahui besarnya
perbandingan waktu dan biaya penyelesaian pada pekerjaan cor kolom dengan
menggunakan concrete pump.
Dari penelitian yang dilakukan mengenai produktivitas waktu dan biaya
pekerjaan cor kolom dengan cara manual (konvensional) dengan pekerjaan cor
kolom menggunakan concrete pump telah disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata produktivitas menyeluruh pada pekerjaan cor kolom dengan
menggunakan cara manual (konvensional), sedangkan rata-rata produktivitas
ideal pada pekerjaan cor kolom dengan menggunakan concrete pump lebih
besar 6,7035 kali dibandingkan dengan menggunakan cara manual
(konvensional), sedangkan rata-rata produktivitas ideal pada pekerjaan cor
kolom dengan concrete pump 4,4675 kali lebih besar dari pekerjaan cor
kolom dengan cara manual (konvensional).
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
18/125
5
2. Waktu penyelesaian pada pekerjaan cor kolom dengan volume yang sama
sebesar 24,93 m3
menggunakan concrete pump 4 kali lebih cepat
dibandingkan dengan pekerjaan cor kolom cara manual (konvensional). Biaya
penyelesaian pekerjaan cor kolom dengan cara manual (konvensional) lebih
besar 1,899 kali dibandingkan dengan biaya cor kolom dengan menggunakan
concrete pump.
2.1.2 Perhitungan Produktivitas dan Estimasi Waktu Pengecoran Kolom
Menggunakan Tower Crane
Penelitian tugas akhir oleh Nazmi (2014) yang berjudul Perhitungan
Produktivitas dan Estimasi Waktu Pengecoran Kolom Menggunakan Tower
Crane. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pelaksanaan alat berat
tower crane pada pekerjaan gedung bertingkat dan menghitung waktu siklus,
produktivitas kerja dan estimasi waktu pengangkatan material oleh tower crane.
Dari penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa:
1. Metode untuk pelaksanaan pengecoran kolom dengan tower crane terdiri dari
proses muat, proses pengangkatan (hoisting, slewing, trolley, dan travelling),
proses pembongkaran dan proses kembali.
2. Waktu siklus tower crane sebesar 17,616 menit. Nilai tersebut diperoleh dari
input aktivitas hoisting, slewing, trolley, dan travelling sesuai dengan standar
teknis dan ketinggian pergerakan tower crane disesuaikan dengan kondisi
lahan pekerjaan.
3. Produktivitas tower crane dilokasi studi sebesar 6,54 ton/ jam. Nilai
produktivitas tersebut diperoleh pada kondisi efisiensi kerja sebesar 0,8.
4. Produktivitas teoritis berbeda dengan produktivitas di lapangan. Estimasi
waktu total teoritis lebih kecil dari estimasi waktu total penyelesaian
pekerjaan di lapangan. Estimasi waktu total penyelesaian tower crane 29,007
jam. Tetapi pada kenyataannya mengalami keterlambatan, penyebabnya
yaitu, terlambatnya kedatangan material, cuaca yang mendung dan berangin
dan kondisi alat yang kurang baik.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
19/125
6
2.1.3 Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Penggunaan Steel Deck dan
Baja Tulangan Konvensional Pada Pekerjaan Pelat Lantai Proyek
Pembangunan Gedung Kantor BPD Yogyakarta
Penelitian Tugas Akhir oleh Usman (2008) yang berjudul Analisis
Perbandingan Biaya dan Waktu Penggunaan Steel Deck dan Baja Tulangan
Konvensional Pada Pekerjaan Pelat Lantai Proyek Pembangunan Gedung Kantor
BPD Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan biaya
dan waktu serta rasio perbandingannya terhadap pekerjaan pelat lantai antara Steel
Deckdengan baja tulangan konvensional pada pembangunan gedung proyek BPD
Yogyakarta.
Dari penelitian yang dilakukan untuk mengetahui perbandingan biaya dan
waktu penggunaan Steel Deckdan baja tulangan konvensional telah disimpulkan
bahwa:
1. Perbedaan biaya pekerjaan pelat lantai menggunakan pelat lantai
menggunakan baja tulangan konvensinal terhadap pekerjaan lantai
menggunakan Steel Deck untuk luasan per-m2pelat lantai sebesar Rp
13.922,51 dengan rasio perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai
menggunakan Steel Deck adalah 105,638% biaya pekerjaan pelat lantai
menggunakan baja tulangan konvensional.
2. Prbedaan waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai-3 menggunakan Steel
Deck pada kasus proyek pembangunan gedung kantor BPD Yogyakarta
terhadap waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai menggunakan baja
tulangan konvensinal adalah 18 hari,dengan rasio perbandingan waktu
penyelesaian pekerjaan pelat lantai-3 menggunakan Steel Deck adalah 10%
waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai menggunakan baja tulangankonvensional. Maka diketahui bahwa pekerjaan pelat lantai-3 menggunakan
Steel Deck90% lebih cepat.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
20/125
7
2.1.4 Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Metode Pengecoran
BetonReady Mix pada Balok dan Pelat Lantai Gedung
Penelitian Tugas Akhir oleh Wintara (2014) yang berjudul "Perbandingan
Biaya dan Waktu Pelaksanaan Metode Pengecoran Beton Ready Mix pada Balok
dan Pelat Lantai Gedung". Dari hasil penelitian yang telah disimpulkan bahwa:
1. Pada pekerjaan pengecoran di lantai 2, biaya termurah diperoleh dari volume
6m3-36,39m
3dengan menggunakan alat liftcor, sedangkan pada volume lebih
dari 36,39m3
dengan menggunakan alat concrete pump.
2. Pada pekerjaan pengeoran di lantai 3, biaya termurah diperoleh dari volume
6m3 - 23,51m3 dengan menggunakan lift cor, sedangkan pada volume lebih
dari 23,51m3
dengan menggunakan alat concrete pump.
3. Pada pekerjaan pengecoran lantai 4, biaya termurah diperoleh dari volume
6m3
- 11,572m3
dengan menggunakan liftcor, sedangkan pada volume lebih
dari 23,51m3
dengan menggunakan alat concrete pump.
4. Waktu tercepat pengecoran beton ready mix pada balok dan pelat lantai 2, 3
dan 4 diperoleh dengan menggunakan alat concrete pump.
2.2 KEASLIAN PENELITIAN
Keaslian penelitian diperlukan sebagai bukti agar tidak adanya plagiarisme
antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan
antara penelitian yang telah disebutkan dengan penelitian yang sedang dilakukan
pada tugas akhir ini yaitu pada penelitian ini digunakan dua alat pengecoran
menggunakan alat concrete pump dan concrete bucket untuk dibandingkan dan
dicari nilai produktivitasnya terhadap waktu dan biaya pada pekerjaan pengecoran
pelat lantai, balok dan kolom.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
21/125
8
BAB III
LANDASAN TEORI
Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai pengecoran pada pelat lantai
dan balok menggunakan dua alat bantu pengecoran yang berbeda yaitu concrete
pump dan concrete bucket. Kedua alat bantu ini pun menggunakan beton siap
pakai (ready mix) dalam pelaksanaan pengecorannya. Pada pelaksanaannya di
lapangan, penggunaan concrete bucketsebagai alat pengecoran tidak terlepas dari
adanya alat angkat seperti tower crane atau mobile crane untuk pengangkatan
beton ke tempat yang akan di cor. Pada tugas akhir ini ditinjau dari segi biaya dan
waktu pada pekerjaan pengecoran dengan menggunakan kedua alat bantu tersebut.
3.1 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
3.1.1 Manajemen Konstruksi (Construction Management)
Manajemen Konstruksi (construction management) adalah suatu
pengelolaan dimana sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat
diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek
konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money,
method. Proyek rekayasa sipil mempunyai karakteristik yang berbeda jika
dibandingkan dengan industri lainnya (misal manufaktur). Salah satunya bersifat
unik atau tunggal. Kondisi ini menuntut adanya rancangan dan program
pembangunan tersendiri.
3.1.2 Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu
kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian
kegiatan tersebut, terdapat suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.
Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi yaitu unik,
melibatkan sejuamlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian,
dalam proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple
constrain): sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai waktu penjadwalan (time
schedule), dan sesuai dengan biaya yang direncanakan.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
22/125
9
3.1.3 Jenis-Jenis Proyek Konstruksi
Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok
bangunan,yaitu:1. Bangunan gedung: rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Ciri-ciri dari
kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi
pondasi umunya sudah diketahui.
c. Manajemen dibutuhkan, terutama untukprogressing pekerjaan.
2. Bangunan sipil: jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-
ciri dari kelompok bangunan ini adalah:
a. Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna
bagi kepentingan manusia.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi
pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam proyek.
c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan.
Adapun penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini meninjau
pengecoran balok dan pelat lantai pada bangunan bertingkat seperti gedung.
3.2 BANGUNAN GEDUNG
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di dan/
atau di alam tanah dan/ atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.(Sumber: UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung)
Bangunan gedung memiliki beragam bentuk, ukuran dan fungsi, serta
telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah dan alasan
estetika.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
23/125
10
3.3 BIAYA PROYEK
Biaya yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan sebelum dan pada
saat pelaksanaan serta setelah proyek tersebut selesai, atau dengan kata lain biaya
yang dikeluarkan selama proses kegiatan proyek (Asworth,1994).
Biaya proyek dibedakan menjasi 2 kelompok biaya sebagai berikut:
1. Biaya langsung (direct cost)
2. Biaya tak langsung (indirect cost)/overheadproyek
3.3.1 Biaya Langsung
Biaya langsung adalah setiap jenis biaya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi, atau biasa disebut biaya fisik proyek.
Biaya fisik proyek tersebut adalah:
1. Biaya bahan/ material
Biaya bahan/ material adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
material dan biaya pemindahannya ke lokasi pekerjaan. Pekerjaan
pemindahan ini meliputi bongkar, muat, pengangkutan dan penyimpanan.
Biaya material merupakan unsur bahan yang meliputi komponen pokok dan
komponen penunjang dan material yang digunakan. Hal-hal yang berkaitan
dengan biaya material antara lain :
a. Harga material
Material yang digunakan pada proyek bangunan konstruksi terbagi atas
beberapa jenis sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya, sehingga
harganya akan berlainan.
b. Pengangkutan material
Pengangkutan material dengan menggunakan tenaga manusia biasanya
kurang cepat, tetapi hal ini efektif dilakukan apabila keadaan tidak
memungkinkan penggunaan alat berat.
2. Biaya tenaga kerja (upah)
Biaya tenaga kerja (upah) dipengaruhi oleh dua hal yaitu indeks biaya hidup
dan tingkat kehidupan. Dalam perhitungan biaya tenaga kerja, ada dua faktor
utama yang perlu diperhatikan.Yang pertama adalah uang atau harga yang
berkaitan dengan upah per hari atau per jam, tunjangan tambahan, asuransi,
pajak dan premi upah. Faktor kedua adalah produktivitas yaitu banyaknya
pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh seorang pekerja ataupun kelompok
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
24/125
11
kerja dalam suatu periode waktu yang sudah ditentukan (per hari atau per
jam). Besar upah tenaga kerja tergantung beberapa faktor, yaitu tenaga kerja,
waktu kerja, lokasi pekerjaan, persaingan tenaga kerja, kepadatan penduduk,
tenaga kerja pinjaman dan pendatang.
3. Biaya Peralatan
Peralatan untuk suatu proyek konstruksi meliputi berbagai jenis alat ringan
dan alat berat atau mesin. Peralatan ini dapat dipakai sekali dan ada pula yang
dapat dipakai untuk proyek berikutnya. Biaya yang dibutuhkan oleh alat berat
jauh lebih besar dibandingkan dengan alat ringan. Penentuan biaya peralatan
didasarkan pada biaya produksinya yang akan terdiri dari pemilihan alat,
yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat memiliki atau menggunakan
peralatan tersebut, baik selama operasi maupun non operasi.
3.3.2 Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan tetapi tidak berkaitan
langsung dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Biaya tidak langsung ini biasa
juga disebut overhead cost dan dibagi atas dua macam kelompok biaya
(Dipohusodo, 1996), yaitu:
1. Biaya overhead
Biaya overheadini dibagi menjadi dua macam kelompok biaya, yaitu:
a. Biaya overheadumum
Biaya overhead umum merupakan pengeluaran perusahaan yang
pembukuannya biasanya tidak langsung dimasukkan dalam
pembelanjaan suatu proyek. Beberapa pengeluaran perusahaan yang
termasuk dalam biaya ini biasanya berupa peralatan kecil/ material habis
pakai, biaya notaris, biaya dokumentasi, sewa kantor/ telepon/ listrik, gaji
personil tetap perusahan.
b. Biaya overheadproyek
Biaya overheadproyek adalah pengeluaran proyek tetapi tidak termasuk
dalam biaya material, upah atau peralatan. Beberapa pengeluaran proyek
yang termasuk dalam biaya ini antara lain:
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
25/125
12
1) Biaya pelayanan keamanan dan keselamatan kerja.
2) Biaya akomodasi proyek seperti listrik, air bersih, air minum,
sanitasi.
3) Biaya pembangunan kantor proyek beserta kelengkapannya.
4) Biaya inspeksi, pengujian dan pengetesan.
5) Biaya asuransi tenaga kerja, resiko pembangunan dan kerugian.
Biaya overheadini dapat mencapai sekitar 12%-30% dari biaya langsung,
jumlah biaya tersebut tergantung dari macam pekerjaan dan kondisi lapangannya
(Dipohusodo, 1996).
2. Biaya tak terduga/contigencies
Biaya tak terduga adalah salah satu biaya tak langsung, yaitu biaya untuk
kejadian-kejadian yang mungkin terjadi atau mungkin tidak. Misalnya
naiknya muka air tanah, banjir, longsornya tanah dan sebagainya. Pada
umumnya biaya ini diperkirakan antara 0,5% sampai 5% dari biaya total
proyek.
3.3.3 Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analitis. Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan
dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangkan upah
tenaga kerja didapatkan di lokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang
dinamakan daftar satuan harga upah.
Harga satuan bahan dan upah tiap daerah berbeda-beda. Dalam
menghitung harga satuan bahan dan upah harus berpedoman pada harga satuan
bahan dipasaran dan upah tenaga kerja di lokasi pekerjaan.
Pada pelaksanaannya, perhitungan biaya proyek dibagi lagi berdasarkan
jenis pekerjaannya masing-masing yang salah satunya adalah pekerjaan
pengecoran. Adapun biaya pekerjaan pengecoran per 1 m3
menurut SNI
(Peraturan PU No 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman AHSP Bidang Pekerjaan
Umum) seperti pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut:
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
26/125
13
Tabel 3.1 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Pompa Beton Berdasarkan
SNI
No Nama Satuan KoefisienHarga Satuan
(Rp)
Total
(Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1,00
2 Tukang Batu OH 0,25
3 Kepala Tukang OH 0,025
4 Mandor OH 0,10
Jumlah Biaya Tenaga Kerja
B Bahan
1 BetonReady Mix m3 1,02
Jumlah Biaya Bahan
C Peralatan
1Pompa dan Conveyor
Betonsewa-hari 0,12
2 Vibrator sewa-hari 0,10
Jumlah Biaya Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A + B + C)
E Overhead + Profit (15% x D)
F Harga Satuan Pekerjaan per m3
(D + E)
Tabel 3.2 Biaya Pekerjaan Pengecoran Menggunakan Crane Berdasarkan SNI
No Nama Satuan KoefisienHarga Satuan
(Rp)
Total
(Rp)
A Tenaga Kerja
1 Pekerja OH 1,00
2 Tukang Batu OH 0,25
3 Kepala Tukang OH 0,025
4 Mandor OH 0,10
Jumlah Biaya Tenaga Kerja
B Bahan
1 BetonReady Mix m3
1,02
Jumlah Biaya Bahan
C Peralatan
1 Crane sewa-hari 0,025
2 Vibrator sewa-hari 0,10
Jumlah Biaya Peralatan
D Jumlah Harga Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan (A + B + C)
E Overhead + Profit (15% x D)
F Harga Satuan Pekerjaan per m3 (D + E)
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
27/125
14
3.4 WAKTU PEKERJAAN
Waktu atau durasi pekerjaan adalah waktu yang ditempuh atau dikerjakan
oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu volume pekerjaan. Pembahasan waktu
proyek dapat ditinjau dari waktu total suatu pekerjaan maupun waktu dari masing-
masing komponen pekerjaan proyek konstruksi. Pada penelitian ini, pembahasan
waktu proyek ditinjau dari waktu penyelesaian pekerjaan pengecoran balok dan
pelat lantai dengan menggunakan alat concrete pump atau concrete bucket.
3.5 PRODUKTIVITAS
3.5.1 Pengertian Produktivitas
Dalam penyeleksian alat-alat konstruksi harus memperhitungkan
produktivitas yang dinyatakan dalam satuan tertentu, misalnya berapa unit tanah
atau material yang dapat diangkut per satuan waktu, satuan berat struktur besi atau
baja yang didirikan, atau meter kubik adukan beton terangkut per satuan waktu.
Produktivitas ini pun memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang
pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang produktivitas. Adapun
berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut (Kurniawati,
2009) :
1. Menurut Paul O. Olomolaiye (1998)
Menyatakan bahwa produktivitas dapat diuraikan sebagai suatu perbandingan
antara output yang berupa barang maupun jasa pada waktu tertentu sibagi
dengan total inputnya yang berupa manpower, material, money, method,
machine selama periode yang bersangkutan dalam satuan unit.
2. Menurut Pilcher (1992)
Menyatakan bahwa produktivitas adalah rasio antara kegiatan (output) dan
masukan (input).
(3.1)
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
28/125
15
3. Menurut Raymond. A. Boy (1996)
Menyatakan bahwa produktivitas adalah hubungan antara barang yang
dihasilkan (output) dan jumlah tenaga kerja modal, tempat, dan sumber daya
lain yang tersedia untuk menghasilkan barang (input).
(3.2)
4. Menurut Werther (1986)
Menyatakan bahwa produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha
produktif atau produktivitas adalah tingkat keefektifan dari pengguna tenaga
kerja dan peralatan.
3.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Produktivitas pekerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Tingkat upah
Tenaga kerja dapat bekerja lebih giat karena didorong dengan pemberian
upah yang setimpal dengan pekerjaannya. Produktivitas yang tinggi
memungkinkan untuk meningkatkan upah kerja yang lebih tinggi.
(Henderson, 1985).
2. Pengalaman dan keterampilan
Tingkat keseringan suatu pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja akan
mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja tersebut.
3. Pendidikan dan keahlian
Tenaga kerja akan lebih efektif dalam melakukan suatu pekerjaan apabila
telah diberikan pelatihan khusus (training) dibandingkan dengan tenaga kerja
yang belum pernah diberikan pelatihan khusus.
4. Usia pekerja
Usia pekerja yang lebih muda relatif mempunyai tingkat produktivitas yang
lebih tinggi dibandingkan pekerja yang lebih tua karena pekerja yang usianya
lebih muda mempunyai tenaga yang lebih besar dan sangat diperlukan dalam
pekerjaan konstruksi.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
29/125
16
5. Pengadaan barang
Pada saat barang material sampai ke lokasi proyek, maka pekerjaan dari
pekerja akan terhenti sesaat dikarenakan pekerja harus mengangkut dan
memindahkan material tersebut. Atau ketika barang material yang dibutuhkan
tidak ada di lokasi proyek maka itu akan mempengaruhi tingkat produktivitas.
6. Cuaca
Tingkat produktivitas pekerja akan dipengaruhi oleh cuaca seperti pada saat
musim kemarau suhu udara akan meningkat yang menyebabkan pekerja akan
cepat kelelahan, sedangkan pada musim hujan saat pekerjaan pondasi dan
galian akan terhambat dikarenakan kondisi tanah dapat longsor dan tidak
dapat dilakukan pengecoran dalam kondisi hujan.
7. Jarak material
Jarak material yang jauh akan mengurangi produktivitas pekerjaan, karena
jarak yang jauh antara material dan lokasi pekerjaan membutuhkan tenaga
ekstra untuk pengangkutan material.
8. Manajerial
Faktor manajerial berpengaruh terhadap semangat dan gairah pekerja melalui
gaya kepemimpinan, kebijakan dan peraturan perusahaan.
9. Efektivitas jam kerja
Jam kerja yang dipakai secara optimal akan menghasilkan produktivitas yang
optimal juga sehingga perlu diperhatikan efektivitas jam kerja.
3.5.3 Metode-Metode Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas dari masing-masing aktivitas sangat penting
dalam perencanaan schedule proyek karena dengan mengetahui nilai produktivitas
masing-masing aktivitas, akan dapat memperkirakan produktivitas suatu proyek
secara keseluruhan. Hasil yang didapat akan membantu kontraktor mencapai
ketepatan waktu dalam menyelesaikan proyek sesuai dengan schedule yang dibuat
sebelumnya. Hal ini sangat penting karena ketepatan waktu penyelesaian proyek
merupakan salah satu kriteria kesuksesan pihak jasa konstruksi dalam
menyelesaikan suatu proyek.
Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat
dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu:
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
30/125
17
1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan
secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini
memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau
berkurang serta tingkatannya.
2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik
sebagai memusatkan perhatian pada sasaran/ tujuan.
Untuk menyusun perbandingan-perbandingan ini perlu dengan
mempertimbangkan tingkatan daftar susunan dan perbandingan pengukuran
produktivitas. Paling sedikit ada dua jenis tingkat perbandingan yang berbeda,
yakni produktivitas total dan produktivitas parsial. Berikut ini pengertian dari
kedua produktivitas tersebut, yaitu:
1. Produktivitas total
Adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan total masukan
(input) per satuan waktu. Dalam perhitungan produktivitas total semua faktor
masukan (tenaga kerja, kapital, bahan, energi) terhadap total keluaran harus
diperhitungkan.
(3.3)
2. Produktivitas parsial
Adalah perbandingan dari keluaran dengan satu jenis masukan atau input
persatuan waktu, seperti upah tenaga kerja, kapital, bahan, energi, beban
kerja, dll.
(3.4)
Pada produktivitas total dan parsial, total keluaran (output) yang dimaksud
merupakan volume dari beton yang di cor. Sedangkan, total masukan (input)
merupakan waktu serta tenaga kerja seperti pada rumus berikut:
(3.5)
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
31/125
18
3.6 BALOK
(Asroni, 2010) mendefinisikan balok sebagai salah satu dari elemen
struktur portal dengan bentang yang arahnya horizontal, sedangkan portal
merupakan kerangka utama dari struktur bangunan, khususnya bangunan gedung.
Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal
bangunan akan beban-beban. Portal digambarkan dalam bentuk garis-garis
horizontal (disebut: balok) dan vertikal (disebut: kolom) yang saling bertemu/
berpotongan pada titik buhul (joint). Biasanya pada perencanaan portal dengan
bahan beton bertulang, ujung kolom bagian bawah dari portal tersebut bertumpu/
tertanam kuat pada pondasi dan dapat dianggap/ direncanakan sebagai perletakan
jepit ataupun sendi.
Beban yang bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur, beban geser
maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu baja tulangan untuk menahan
beban-beban tersebut. Tulangan ini berupa tulangan memanjang atau tulangan
longitudinal (yang menahan beban lentur) serta tulangan geser/ begel (yang
menahan beban geser dan torsi). Maka dari itu, balok dan kolom biasanya dibuat
dari bahan yang sama agar betujuan untuk mendapatkan sifat kaku dan tidak
mudah berubah bentuk. Pola gaya yang tidak seragam dapat berakibat defleksi
balok (balok melengkung).
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur
di dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan
timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas
dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagaibagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan
dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja,
di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan
baja tarik saja (Dipohusodo,1996).
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
32/125
19
Beberapa jenis balok pada bangunan yaitu:
1. Joist
Balok-balok sejajar dengan jarak kecil untuk memikul lantai/ atap
suatu bangunan gedung.
2. Lintel
Balok pada dinding terbuka.
3. Sprindel
Balok yang memikul dinding luar suatu bangunan.
4. Stringer
Balok sejajar arah jembatan pada lantai kendaraan jembatan.
5. Floorbeam
Balok tegak lurus arah jembatan yang berfungsi meneruskan beban
dari Stringer ke pemikul utama (rangka batang, balok girder).
6. Girder
Balok besar, biasanya dipakai untuk istilah balok utama pada struktur
jembatan.
7. Gording
Balok untuk memikul atap pada struktur rangka batang.
Penampang balok menahan beban kombinasi dari gaya geser dan momen
lentur. Pada umumnya, balok dicor secara monolit dengan kolom dan pelat lantai.
Lalu balok juga memiliki karakteristik penulangan pada satu sisi saja, khususnya
untuk tahanan terhadap lentur.Balok umumnya ada dua tipe, balok T dan balok L.
Bekisting dari balok sendiri akanmenerima gaya vertikal dan horizontal dari berat
beton, gaya angin, beban konstruksi dan beban kejut.
3.7 PELAT BETON BERTULANG
(Asroni, 2010) mendefinisikan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis
yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan
beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang
pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/ lebar
bidangnya. Pelat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga
pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/ unsur pengaku
horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
33/125
20
Pelat beton bertulang yang digunakan pada pembangunan proyek
konstruksi biasanya dipakai sebagai pelat lantai ataupun pelat atap suatu bangunan
seperti gedung bertingkat.
Adapun keuntungan yang didapat jika pelat lantai ataupun pelat atap
menggunakan pelat beton bertulang yaitu:
1. Mampu mendukung beban yang besar.
2. Merupakan isolasi suara yang baik.
3. Tidak mudah terbakar dan dapat dibuat menjadi beton kedap air.
4. Dapat digunakan untuk pemasangan tegel/ keramik untuk suatu
keindahan.
5. Tidak memerlukan perawatan dan dapat berumur panjang.
3.7.1 Fungsi pelat lantai
Fungsi pelat lantai dengan menggunakan pelat beton bertulang, yaitu:
1. Memisahkan ruang bawah dan ruang atas.
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.
3.7.2 Jenis-Jenis Pelat Lantai
1. Sistem lantai flat slab
Sistem lantai flat slab yaitu pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh
kolom-kolom tanpa balok-balok. Sistem ini biasanya digunakan pada
bangunan apartemen atau hotel yang dimana sistem ini digunakan bila
bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat. Sistem flat slabmemungkinkan ketinggian struktur yang minimum, fleksibilitas pemasangan
saluran AC dan alat-alat penerangan. Dengan ketinggian antar lantai
minimum, tinggi kolom-kolomdan pemakaian partisi relatif berkurang. Untuk
bangunan perumahan, pelat tersebut juga berfungsi sebagai langit-langit.
Sistem flat slab banyak digunakan pada banguanan rendah yang beresiko
rendah terhadap beban angin dan gempa.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
34/125
21
Gambar 3.1 Pelat Lantai Flat Slab
2. Sistem lantai grid
Sistem lantai grid dua arah (waffle system) memiliki balok-balok yang saling
bersilangan, dengan jarak yang relatif rapat, menumpu pelat atas yang tipis.
Sistem ini berfungsi untuk mengurangi berat sendiri pelat, dan dapat didesain
sebagai flat slab atau pelat dua arah, tergantung bentuk konfigurasinya.
Sistem ini dinilai efisien untuk bentangan antara 9 hingga 12 meter.
Gambar 3.2 Pelat Lantai Grid
3. Sistem lajur balok
Sistem ini serupa dengan sistem balok-pelat, tetapi menggunakan balok-balok
dangkal yang lebih lebar. Sistem ini semakin banyak diterapkan pada
bangunan yang mementingkan tinggi antar lantai. Balok lajur (band beam)
tidak perlu dihubungkan dengan kolom interior atau kolom eksterior. Pelat
diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki momen
inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok. Alternatif lain
adalah dengan menempatkan balok-balok anak membentang diantara balok-
balok lajur, sehingga sistem ini menghemat pemakaian cetakan.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
35/125
22
Gambar 3.3 Pelat Lantai Lajur Balok
4. Sistem pelat dan balok
Sistem ini terdiri dari slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit yang
umumnya ditempatkan pada jarak sumbu hingga 3 hingga 6 meter. Tebal
pelat tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan struktur yang biasanya
mencakup aspek keamanan terhadap bahaya kebakaran. Sistem ini bersifat
kokoh (heavy duty) dan sering digunakan untuk menunjang sistem lantai yang
tidak beraturan.
Gambar 3.4 Pelat dan Balok
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
36/125
23
3.8 KOLOM
3.8.1 Pengertian Kolom
Pada suatu bangunan konstruksi seperti gedung, kolom berfungsi sebagai
pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar
melalui fondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan serta
momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu, dapat didefinisikan
bahwa kolom merupakan suatu struktur yang mendukung beban aksial dengan/
tanpa momen lentur (Asroni, 2010).
Struktur bangunan gedung terdiri atas 2 bangunan utama, yaitu struktur
bangunan bawah dan struktur bangunan atas. Struktur bangunan bawah berada dibawah permukaan tanah yang lazim disebut fondasi. Sedangkan struktur bagian
atas berasa di atas tanah yang meliputi: struktur atap, pelat lantai, balok, kolom
dan dinding. Balok dan kolom ini menjadi satu kesatuan yang kokoh dan sering
disebut sebagai kerangka (portal) dari suatu gedung.
Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan bagian paling penting
dikarenakan fungsinya sebagai penerus beban hingga ke struktur bagian bawah.
Jika struktur kolom mengalami kegagalan, maka dapat berakibat keruntuhan
struktur bangunan atas dari gedung secara keseluruhan.
3.8.2 Jenis Kolom
Jenis kolom dibedakan menjadi beberapa jenis menurut bentuk dan
susunan tulangan, serta letak/ posisi beban aksial pada penampang kolom.
Disamping itu, juga dapat dibedakan menurut ukuran panjang-pendeknya kolom
dalam hubungannya dengan dimensi lateral.
1. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan. Kolom dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
a. Kolom segi empat, berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, dengan
tulangan memanjang dan sengkang
b. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan sengkang atau spiral.
c. Kolom komposit, yaitu kolom yang terdiri atas beton dan profil baja
struktural yang berada di dalam beton.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
37/125
24
Kolom segi empat Kolom bulat Kolom komposit
Gambar 3.5 Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan2. Jenis kolom berdasarkan letak/posisi beban aksial
Berdasarkan letak beban aksial yang bekerja pada penampang kolom,
kolom dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kolom dengan posisi beban
senstris dan kolom dengan posisi beban eksentris.
Kolom dengan posisi beban sentris, menahan beban aksial tepat pada
sumbu kolom. Pada keadaan ini, seluruh permukaan penampang beton
beserta tulangan kolom menahan beban tekan.
Sedangkan kolom dengan posisi beban eksentris, beban aksial bekerja
di luar sumbu kolom dengan eksentrisitas sebesar jarak antara titik beban
aksial hingga sumbu kolom.
Beban P sentris Beban P eksentris
Gambar 3.6 Jenis Kolom berdasarkan Letak Beban Aksial
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
38/125
25
3.9 BETON
Menurut SNI-03-2847-2002, pengertian beton adalah campuran antara
semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton
disusun dari agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus yang digunakan
biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun
batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu.
Menurut (Nawy, 1998) beton memiliki kelebihan dan kekurangan antara
lain sebagai berikut:
1. Kelebihan beton:
a. Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat
tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
b. Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan.
Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
c. Beton segar dapat disemprotkan pada permukaan beton lama yang retak
maupun dapat diisikan kedalam cetakan beton yang dalam proses
perbaikan.
d. Beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang
pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
e. Beton tahan aus dan tahan bakar, sehingga perawatannya lebih murah.
2. Kekurangan beton:
a. Beton dianggap tidak mampu menahan beban tarik, sehingga mudah retak.
Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan sebagai penahan gaya tarik.
b. Beton keras menyusut dan mengembang bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah
terjadinya retakan-retakan akibat terjadinya perubahan suhu.
c. Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan
pekerjaan yang teliti.
d. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan diteliti
secara seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan
menjadi beresifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
39/125
26
Adapun tabel komposisi berat semen, agregat halus (pasir), agregat kasar
(kerikil) serta volume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3
beton seperti pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Komposisi Mutu Beton per 1 m3
Mutu BetonSemen
(kg)
Pasir
(kg)
Kerikil
(kg)
Air
(liter)w/c ratio
7,4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9,8 MPa (K125) 276 828 1012 215 0.78
12,2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14,5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16,9 MPa (K200) 352 731 1031 215 0.61
19,3 MPa (K225) 371 698 1047 215 0.58
21,7 MPa (K250) 384 692 1039 215 0.56
24,0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26,4 MPa (300) 413 681 1021 215 0.52
28,8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31,2 MPa (K350) 448 667 1000 215 0.48
Sumber: SNI DT-91-0008-2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Beton, oleh Departemen Pekerjaan Umum
3.10 BATCHING PLANT
Batcing plant merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur/
memproduksi beton ready mix dalam produksi yang besar. Batching plant
digunakan agar produksi beton ready mix tetap dalam kualitas yang baik dan
sesuai dengan standar. Selain itu, nilai slump test dan streght-nya harus tetap
stabil sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu komposisi materialnya harus
tetap terkendali. Salah satu jenis batching plant yang sering digunakan adalah
jenis dry mixed. Batching plant jenis dry mixed yaitu batching plant yang
fungsinya hanya untuk menimbang saja, sedangkan pengadukan beton ready mix
dilakukan pada concrete mixer truck. Semua material yang akan diaduk,
sebelumnya ditimbang sesuai dengan mix design dengan memperhitungkan
kandungan air dalam material, baik dalam agregat kasar maupun agregat halus
(pasir).
Bagian-bagian batching plantantara lain:
1. Cement silo
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
40/125
27
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan semen dan menjaga semen agar tetap
dalam kondisi baik.
2. Belt conveyor
Berfungsi untuk menarik bahan/ material (agregat kasar dan agregat halus) ke
atas dari bin ke storage bin.
3. Bin
Berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan/ material (agregat kasar dan
agregat halus) yang berasal dari penumpukan bahan di basecamp dengan
bantuan wheel loaderuntuk di tarik ke atas (storage bin).
4. Storage bin
Digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi menjadi empat
fraksi, yaitu: agregat butir kasar (split), butir menengah (screening), butir
halus (pasir), danfly ash.
5. Timbangan
Digunakan sebagai alat ukur berat pada batching plant sebelum
dilaksanakannya pencampuran bahan beton ready mix. Timbangan pada alat
batching plant dibagi menjadi tiga macam, yaitu: timbangan untuk agregat,
timbangan untuk semen dan timbangan untuk air.
6. Dosage pump
Digunakan untuk penambahan zat aditif seperti retarder, plasticity atau
pemercepat setting dan streght (setting and hardening accelerator).
7. Tempat penampungan air (water tank)
Berfungsi sebagai supply kebutuhan air pada ready mix.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
41/125
28
Gambar 3.7Batching Plant(Sumber: www.indonetwork.co.id)
3.11 BETON SIAP PAKAI (READY MIX)
Beton siap pakai (ready mix) adalah beton segar yang belum mengalamiproses pengikatan dan perkerasan yang diproduksi di batching plant dengan
penambahan bahan kimia (admixture). Beton siap pakai (ready mix) ini
bergantung pada jenis beton yang dipesan yang kemudian dikirim ke lapangan
dengan menggunakan truk mixer. Beton ini diproduksi di pabrik dengan
pengawasan menggunakan sistem operasi komputer untuk memastikan beton
ready mix sampai di lapangan masih dalam keadaan plastis.
Adapun keuntungan yang didapat jika menggunakan beton siap pakai (ready mix)
ini diantaranya:
1. Campuran beton lebih terkontrol.
2. Pekerjaan di lapangan lebih efisien. Masalah mencari tempat untuk
menumpuk agregat dan menyimpan semen dapat dihapuskan. Material
kelebihan tidak tertinggal di lapangan dan tidak perlu dibersihkan. Alat-alat
khusus untuk pengecoran yang mungkin tidak efisien tidak diperlukan.
3. Hampir semua lokasi dapat terjangkau. Mobilitas pada tempat dan waktu.
4. Produksi yang efisien dan volume yang besar memakai material yang
ekonomis. (Nugraha & Paul, 2007)
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
42/125
29
3.12 TRUK BETON POMPA (CONCRETE PUMP TRUCK)
Truk beton pompa (concrete pump truck) merupakan alat untuk
menuangkan beton basah dari mixer truckke tempat yang ditentukan. Concrete
pump digunakan pada saat pengecoran balok, kolom ataupun pelat pada proyek
konstruksi. Concrete pump banyak digunakan dalam pengecoran karena memiliki
keuntungan seperti (Benjamin, 1991):
1. Concrete pump dalam pelaksanaanya lebih halus dan lebih cepat dibanding
metode lain.
2. Concrete pump dilengkapi dengan pipa delivery, sehingga sangat fleksibel
untuk menempatkan beton segar dilokasi yang tidak dapat dijangkau oleh alat
lain.
Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari panjang lengan concrete
pump truck, dapat dilakukan dengan cara disambung dengan pipa secara vertikal
sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan, pipa dan lengan ini dapat
dipasang kombinasi vertikal, horizontal ataupun miring. Sehingga pemompaan
merupakan cara yag fleksibel pada lokasi yang sulit untuk memindahkan
campuran beton ke sembarang tempat pada bidang pengecoran. Resiko segregasi
dari pengecoran ini sangat kecil dan merupakan cara yang paling cepat
dibandingkan dengan pembawaan material beton dengan cara lainnya. Adapun
dalam penggunaan alat ini perlu diperhatikan nilai slump dari campuran beton
yang akan dipompa. Sebab jika nilai slump terlalu kecil maka kerja pompa akan
menjadi berat. Slump sendiri merupakan pengujian untuk mengetahui kadar air
beton dengan menggunakan alat berupa kerucut abrams.
Berdasarkan jenis pompanya terdapat tiga macam concrete pump, yaitu:1. Piston pump
Menggunakan langkah piston untuk menghisap beton basah dari corong
penerima (langkah hisap) dan mengeluarkannya melalui katup pengeluaran
(langkah buang) ke pipa delivery.
2. Pneumatic pump
Menggunakan udara yang dimampatkan unuk menghisap beton dan
mengeluarkanyadari pembuluh tekan ke pipa delivery.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
43/125
30
3. Squezze - pressure pump
Menggunakan roda penggiling (roller) untuk menghisap beton basah,
kemudian memampatkannya dan mengeluarkannya ke pipa delivery.
Gambar 3.8 Concrete Pump Truck(Sumber: www.chinatruck.com)
3.13 CONCRETE BUCKETDAN PIPA TREMIE
Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari mixer concrete
trucksampai ke tempat pengecoran. Setelah dilakukan pengetesan slump dan telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka beton dari mixer concrete truck
dituangkan ke dalam concrete bucket yang kemudian pengangkutan dilakukan
dengan bantuan alat crane. Dalam pengerjaannya dibutuhkan satu orang operator
concrete bucketyang bertugas untuk membuka atau mengunci agar cor-an beton
tidak tumpah pada saat dibawa ke area pengecoran dengan alat crane.
Pipa tremie adalah pipa yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton
pada saat pengecoran. Pipa tremie dipasang pada ujung bawah concrete bucket
sehingga beton yang keluar dari concrete bucket tidak langsung jatuh dan
menumbuk lokasi pengecoran. Dalam penggunaannya, pipa tremie diusahakan
untuk sedekat mungkin dengan lokasi pengecoran dan permukaan beton lama. Hal
ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar terlepas dari adukan beton.
Pada pelaksanaan pengecoran di lokasi proyek, penggunaan alat bantu
pengecoran concrete bucketdan pipa tremie tidak dapat digunakan tanpa adanya
alat bantu lain yang berupa alat angkat (crane).
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
44/125
31
Gambar 3.9 Concrete Bucketdan Pipa Tremie (Sumber: www.ilmusipil.com)
3.14 ALAT ANGKAT
Kegiatan transportasi vertikal merupakan jantungnya kegiatan
pelaksanaan, oleh karena itu pemilihan alat angkat yang digunakan serta letak dan
pergerakannya perlu ditetapkan/ direncanakan lebih dahulu. Dari objek yang
diangkat, maka alat angkat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Alat angkat barang-barang kecil dan tenaga kerja/ orang yaitu passenger
hoist. Passenger hoist ini berbentuk boks yang tertutup dan memiliki pintu
untuk keluar masuk dan dilayani oleh seorang operator di dalamnya untuk
mengoperasikannya. Boks tersebut bergerak secara vertikal pada tiang rangka
baja yang menempel pada gedung.
2. Alat angkut barang-barang besar dan berat, yaitu mobile crane atau tower
crane.
Mobil crane ada dua jenis yaitu wheel (roda ban) dan crawer(rantai baja),
biasanya digunakan untuk mengangkat barang yang tidak tinggi (2 atau 3 lantai).
Sedangkan tower crane digunakan untuk transportasi vertikal pada pelaksanaan
gedung bertingkat tinggi.
3.14.1 Jenis-Jenis Tower Crane
1. Static base crane
Berdiri secara tetap pada fondasi dan untuk kekakuannya diangker ke bagian
gedung yang selesai dibangun.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
45/125
32
2. Rail mounted crane atau traveling crane
Berdiri bebas dan dapat bergerak sepanjang rail yang ada.
3. Climbing crane
Bergerak ke atas dengan bertumpu pada lantai bangunan yang telah selesai
dan terletak di tengah-tengah gedungyang dibangun.
Kapasitas tower crane tergantung dari jenis dan tipe tower crane, serta
panjang lengan pada saat mengangkat (makin panjang lengan angkatnya,
kemampuan angkatnya menurun) (Asiyanto, 2006).
3.14.2 Mekanisme Kerja Tower Crane
1. Pengangkat (Hoisting)Digunakan untuk mengangkat atau menurunkan muatan/beban yang
dikehendaki
2. Penjalan (Travelling)
Digunakan untuk memindahkan muatan/beban sepanjang lengan crane
(pengangkat) secara horizontal.
3. Pemutar (Slewing)
Digunakan untuk memindahkan muatan/beban sejauh radius lengan
pengangkatannya.
3.15 METODE PELAKSANAAN PENGECORAN
Pelaksanaan pengecoran harus tertib dan terus diawasi, karena proses
pengecoran ini sangat penting untuk menjaga mutu beton dan bentuk struktur
yang akan di cor. Untuk langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan ini adalah
sebagai berikut (Wiguna, 2014):
1. Pelaksanaan pengecoran
a. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, harus dipastikan bekisting telah
selesai dan telah disetujui. Selanjutnya bekisting dilumuri pelumas di
bagian sisi dalamnya untuk meminimalisir adanya pelekatan beton saat
pelepasan bekisting.
b. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya
pemisahan butiran.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
46/125
33
c. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, adukan
beton digetarkan dari lapisan bawah dengan alat penggetar (concrete
vibrator).
d. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan,
cetakan dan perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan.
e. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran.
f. Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua pengecoran harus
selesai dalam waktu 60 menit setelah keluar dari mesin pengaduk,
kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
g. Beton jangan di cor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
di setujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan di cor di atas beton lain yang baru saja di
cor selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan
yang akan ditentukan kemudian.
h. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan
dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya.
i. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuj menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen.
j. Beton harus di cor pada posisi dan urutan-urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.Beton yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian
rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan pergeseran tulangan
beton, bekisting, atau bagian-bagian yang tertanam, serta membentuk
lapisan-lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm.
k. Pengecoran harus secara menerus sehingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
l. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan lebih tinggi
dari 1,5 m kecuali diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
47/125
34
ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi dengan
sekop sebelum dicorkan.
m. Pengecoran beton tumbuk/ lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya
atau mengikuti Direksi dan harus dikerjakan secara menerus sampai
dengan selesai. Bila perlu penyedia jasa harus bekerja lembur untuk
mencapai target tersebut.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
48/125
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 UMUM
Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai perbandingan antara biaya dan
waktu pada pekerjaan pengecoran struktur atas bangunan gedung menggunakan
dua alat bantu pengecoran yaitu concrete pump dan concrete bucket. Setelah
didapat hasil dari analisis biaya dan waktu dari masing-masing alat tersebut, maka
akan didapat perbandingan produktivitas total dari kedua alat bantu pengecoran
tersebut. Dalam pelaksanaannya di lapangan, kedua alat bantu pengecoran
tersebut menggunakan beton segar berupa beton siap tuang (ready mix). Pada
pelaksanaan pengecoran proyek ini menggunakan peralatan berat yang salah satu
diantaranya adalah tower crane sebagai kondisi existing di lapangan, dimana
peralatan ini difungsikan sebagai alat angkat untuk melakukan pekerjaan
pengecoran.
4.2 LINGKUP PENELITIAN
Pada pekerjaan pengecoran beton memiliki beberapa lingkup pekerjaan
yang diantaranya meliputi pekerjaan pemasangan bekisting, pembesian,
pengecoran beton dan diakhiri dengan pemeliharan beton.
4.3 JENIS PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian observatif dengan
melakukan pengamatan dan peninjauan langsung di lapangan. Dalam
penyelesaian masalah pada penelitian ini dilakukan dengan cara analisis.
4.4 SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
Subjek dari penelitian ini adalah alat pengecoran berupa concrete pump
dan concrete bucket pada pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom
struktur atas pada bangunan gedung Hotel Muncul dan Hotel Amaris di wilayah
kota Yogyakarta. Sedangkan untuk objek penelitian ini berupa analisis biaya,
waktu dan produktivitas pada masing-masing alat pada pekerjaan pengecoran
pelat lantai, balok dan kolom dengan metode pengecoran siap tuang (ready mix).
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
49/125
36
4.5 PENGUMPULAN SUMBER DATA
Berdasarkan sumbernya, data yang didapatkan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari obyek penelitian di
lapangan. Data ini didapatkan dengan cara terjun langsung mengamati proses
pengecoran di lokasi proyek. Selain itu, data ini juga didapat dari proses
wawancara dengan pekerja di lokasi proyek. Pengamatan proses pengecoran
dilakukan dengan cara melihat pekerjaan pengecoran pada pelat lantai, balok
dan kolom struktur atas bangunan gedung yang ditinjau dari awal hingga
selesai. Selama proses tersebut dicatat lama waktu pekerjaan pengecoran dari
masing-masing alat concrete pump dan concrete bucket.
2. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder didapatkan dengan cara pengumpulan data dari
proyek yang ditinjau. Data ini berupa gambar proyek yang mencakup denah
proyek, dimensi pelat lantai, balok dan kolom, ukuran tulangan yang
digunakan pada balok dan pelat lantai serta jenis atau spesifikasi alat berat
yang dipakai. Dengan data sekunder ini didapatkan jumlah kebutuhan
pengecoran balok dan pelat lantai serta biaya total dari pekerjaan pengecoran
total tersebut.
4.6 LOKASI PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini dilakukan pada dua proyek yang sedang dalam tahap
pembangunan di wilayah Yogyakarta. Proyek pertama dilakukan pada
pembangunan Hotel Muncul yang terletak di Jl. Urip Sumoharjono. Sedangkan
proyek kedua dilakukan pada pembangunan Hotel Amaris yang terletak di Jl.
Kaliurang KM 5.
4.7 WAKTU PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan pada waktu proyek pembangunan gedung
Hotel Muncul dan Hotel Amaris di wilayah Yogyakarta sedang berlangsung. Data
yang diambil hanya pada pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.
Pengamatan pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan pada bulan
Maret 2015 - Mei 2015.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
50/125
37
4.8 ALAT YANG DIGUNAKAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung (observasi) di
lokasi proyek dengan menggunakan kamera, stopwatch, meteran dan alat tulis.
4.9 METODE PENGUMPULAN DATA
Proses pengumpulan data yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang
dikehendaki pada dasarnya merupakan suatu langkah dalam mengumpulkan data-
data sebagai masukan untuk pemecahan masalah. Metode yang digunakan antara
lain sebagai berikut:
1. Penelitian pustaka adalah metode untuk mendapatkan informasi mengenai
teori-teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diperoleh dari
bahan perkuliahan, buku, literatur, jurnal dan media lainnya. Studi
kepustakaan juga digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori
yang dapat dipakai dalam penelitian sehingga hasil yang didapatkan bersifat
ilmiah.
2. Penelitian Lapangan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data riil
yang berkaitan langsung dengan kondisi lapangan. Adapun data dari
penelitian lapangan ini didapatkan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengamatan langsung (observasi)
Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung
oleh pengamat (observer) terhadap objek di lapangan untuk mendapatkan
data yang akan dianalisis.
b. Wawancara (Interview)
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab mengenai data yang
diperlukan kepada responden. Wawancara ini dilakukan kepada pekerja
atau praktisi di lapangan untuk mendapatkan data seputar pekerjaan
pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.
4.10 ANALISIS BIAYA
Biaya yang digunakan pada analisis penelitian ini adalah biaya langsung
(direct cost) yang hanya meliputi biaya upah tenaga kerja dan biaya alat berat
yang digunakan.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
51/125
38
1. Biaya upah tenaga kerja
Biaya ini didapatkan dari total biaya upah pekerja yang dibutuhkan dalam
pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom dengan menggunakan
concrete pump dan concrete bucket.
Biaya upah pekerja = Jumlah tenaga x Harga satuan tenaga (Rupiah/hari)
2. Biaya alat berat
Biaya ini didapatkan dari biaya sewa pemakaian alat berat concrete pump dan
concrete bucketpada pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.
3. Biaya material
Biaya yang digunakan pada analisis penelitian ini adalah biaya total material
yang dipakai kontraktor selaku penyedia jasa konstruksi dalam
menyelesaikan pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.
4.11 ANALISIS WAKTU
Waktu atau durasi pekerjaan yang digunakan pada penelitian ini dengan
meninjau waktu penyelesaian pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom
dengan menggunakan alat concrete pump atau concrete bucket.
4.12 ANALISIS PRODUKTIVITAS
Metode yang digunakan untuk pengukuran produktivitas dalam penelitian
ini dengan cara produktivitas total. Adapun rumus produktivitas total yang dipakai
dalam analisis Tugas Akhir ini seperti pada (Rumus 3.5)
Analisis produktivitas yang dipakai pada penelitian Tugas Akhir ini
dengan mengambil sampel berupa hasil analisis waktu dan biaya pekerjaan
pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.
4.13 LANGKAH ANALISIS
Dari data hasil pengamatan yang telah diperoleh kemudian dihitung
produktivitas pekerjaan pengecoran balok pelat lantai. Setelah itu, dilakukan
analisis biaya dan waktu sehingga didapatkan perbandingan biaya dan waktu
pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom dengan menggunakan alat
concrete pump dan concrete bucket. Adapun langkah-langkah analisis yang
dijelaskan sebagai berikut:
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
52/125
39
1. Setelah diketahui volume pekerjaan pengecoran dengan dua alat yang
berbeda, didapatkan waktu yang diperlukan dan biaya yang dikeluarkan
untuk pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom.
2. Dari perhitungan yang dilakukan akan diperoleh hasil berupa produktivitas
pekerjaan pengecoran pelat lantai, balok dan kolom dengan alat concrete
pump dan concrete bucket.
3. Dari hasil analisis, kemudian dapat ditarik kesimpulan dari pelaksanaan
penelitian ini.
4.14 BAGAN ALIR PENELITIAN
Dari tahapan-tahapan penelitian yang telah diuraikan dan dijelaskan
sebelumnya, proses penelitian Tugas Akhir ini dapat dilihat dalam bentuk bagan
alir (flow chart) sebagaimana Gambar 4.1.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
53/125
40
Gambar 4.1 Bagan Alir (Flow Chart) Penelitian
MULAI
CONCRETE PUMP CONCRETE BUCKET
BIAYA
PELAKSANAAN
WAKTU
PELAKSANAAN
PRODUKTIVITAS
PEKERJAAN
BIAYA
PELAKSANAAN
WAKTU
PELAKSANAAN
PRODUKTIVITAS
PEKERJAAN
ANALISIS
- Biaya per m3
- Waktu per m3
- Produktivitas
PENGUMPULAN DATA DAN GAMBAR
- Volume Pekerjaan
- Waktu Pekerjaan
- Spesifikasi Alat
- Kondisi Lapangan
Survey Lapangan
PEMBAHASAN- Perbandingan Biaya per m3
- Perbandingan Waktu per m3
- Perbandingan Produktivitas
KESIMPULAN
SELESAI
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
54/125
41
BAB V
ANALISIS DATA
5.1 PELAKSANAAN
Penelitian ini dilakukan pada proyek konstruksi pembangunan hotel di
Yogyakarta. Objek penelitian adalah pengecoran pelat lantai, balok dan kolom
dengan beton ready mix yang menggunakan alat bantu cor berupa pompa beton
(concrete pump) dan concrete bucket. Metode pengamatan dilakukan secara
langsung, yaitu mencatat waktu pengecoran pelat lantai, balok dan kolom pada
proyek konstruksi yang ditinjau. Pengumpulan data proyek seperti volume pelat
lantai, volume balok, volume kolom, jumlah tenaga kerja, hingga biaya
pelaksanaan pengecoran dilakukan dengan cara wawancara (interview) kepada
pihak pelaksana proyek.
5.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN
5.2.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan Pompa
Beton (Concrete Pump)
Pada pelaksanaan pengecoran di Hotel Muncul menggunakan pompa
beton (concrete pump) sebagai alat bantu pengecorannya. Berikut ini tahapan
pekerjaan dengan menggunakan alat concrete pump:
1. Setting alat concrete pump berupa pengaturan posisi lengan pipa (boom)
hingga mencapai elavasi dan titik lokasi yang akan dilakukan pengecoran.
2. Pipa (boom) yang sepanjang 1,5 m disambung satu persatu menuju pelat
lantai, balok atau kolom yang siap untuk di cor.
3. Truk ready mix yang telah siap kemudian melakukan penuangan ke bak
concrete pump.
4. Beton segar dari ready mix disalurkan melalui pipa-pipa concrete pump
hingga mencapai titik pengecoran yang dituju. Penuangan beton dilakukan
terus-menerus hingga mencapai volume yang dikehendaki.
5. Pada saat penuangan beton juga dilakukan penggetaran pada adukan beton
dengan menggunakan alat vibrator.
6. Beton yang telah dituang selanjutnya dilakukan perataan oleh pekerja.
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
55/125
42
5.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dengan Menggunakan Concrete
Bucket dan Tower Crane
Pada pelaksanaan pengecoran di Hotel Amaris menggunakan alat berupa
concrete bucket dan tower crane sebagai alat angkatnya. Berikut ini tahapan
pekerjaan pengecoran dengan menggunakan alat concrete bucketdan tower crane:
1. Pemasangan concrete bucketke katrol pengait tower crane.
2. Truk ready mix melakukan penuangan beton ke concrete bucket hingga
penuh.
3. Proses pengangkatan (hoisting), pemutaran (sleewing), penjalanan
(travelling) dilakukan oleh alat tower crane hingga bucket menuju titik cor
yang dikehendaki.
4. Penuangan beton dengan cara membuka tuas pada bucket.
5. Pada saat penuangan beton juga dilakukan penggetaran pada adukan beton
dengan menggunakan alat vibrator.
6. Beton yang telah dituang selanjutnya dilakukan perataan oleh pekerja.
7. Bucketyang telah kosong kemudian diangkat kembali menuju ke trukready
mix untuk melakukan penuangan beton selanjutnya.
5.3 DATA UMUM PROYEK
Data proyek yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1
seperti dibawah ini:
Tabel 5.1 Data Proyek
5.3.1 Data Volume Pekerjaan
Sebelum pengecoran dimulai, dibutuhkan data proyek berupa volume
untuk mengetahui jumlah beton segar yang dibutuhkan untuk proses pengecoran.
Adapun data yang dibutuhkan untuk mengetahui volume adalah gambar proyek
No Lokasi Proyek Pemilik Proyek Metode
Pengecoran
Alat Bantu
Pengecoran
1 Jl. Urip SumoharjonoNo.37
SwakelolaHotel Muncul
Ready Mix Concrete Pump
2 Jl. Kaliurang KM 5PT Amara
PrimaduaReady Mix Concrete Bucket
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
56/125
43
seperti denah bangunan, dimensi pelat lantai, balok dan kolom hingga detail
penulangan pada tiap objek yang ditinjau.
5.3.2 Data Harga Sewa Alat
Harga alat yang diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu alat berat berupa
concrete pump dan concrete bucket. Dalam pelaksanaannya, untuk alat concrete
bucket tidak dapat digunakan secara langsung untuk pengecoran, namun dibantu
dengan alat tower crane. Harga sewa alat berat yang dipakai pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 5.2 seperti dibawah ini:
Tabel 5.2 Harga Sewa Alat Berat
No Nama Alat Satuan Harga Sewa (Rp)
1 Concrete Pump 60 m Rp 3.000.000,-
2 Concrete Bucket - -
3 Tower Crane per bulan Rp 90.000.000,-
Pada penyewaan alat tower crane minimal pemakaian selama 6 bulan belum
termasuk biaya operator dan kelistrikan. Sedangkan biaya concrete bucket sudah
termasuk dengan biaya tower crane.
5.3.3 Data Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada masing-masing proyek memiliki
jumlah yang berbeda. Hal ini ditentukan berdasarkan kebutuhan di lapangan serta
pengaturan dari pihak pelaksana proyek. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
pada masing-masing proyek dapat dilihat pada Tabel 5.3 seperti dibawah ini:
Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja
No Proyek Jenis PekerjaanJumlah Tenaga
Kerja
1 Pembangunan Hotel MunculPelat lantai dan balok 23 orang
Kolom 23 orang
2 Pembangunan Hotel AmarisPelat lantai dan balok 7 orang
Kolom 5 orang
5.4 ANALISIS DATA
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
57/125
44
5.4.1 Pengecoran Proyek 1
Gambaran umum pada pembangunan Proyek Pembangunan Hotel Muncul
adalah sebagai berikut:
Nama Proyek : Pembangunan Hotel Muncul
Lokasi Proyek : Jl. Urip Sumoharjono No.37, Yogyakarta
Pelaksana Proyek : Swakelola pribadi
Jenis Pengecoran : Cast Insitu denganReady Mix
Volume Pekerjaan : 110 m3
Elevasi Pekerjaan : 16 m untuk pelat lantai, balok dan kolom
Mutu Beton : K300
Adapun spesifikasi truk concrete pump yang dipakai pada pengecoran
pelat lantai dan balok di proyek pembangunan Hotel Muncul ini adalah sebagai
berikut:
Jenis : Concrete Pump Truck26mLong Boom
Merk : IHI
Model : IPG115B-8E26/4
Capacity : 10-115 m3
/h
Truck Chassis : ISUZU KC-CVR80K1
A. Analisis Biaya Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok
Analisis biaya pada proyek ini menggunakan biaya riil di lapangan yang
digunakan oleh pelaksana pembangunan proyek tersebut. Tabel biaya pada
pekerjaan pengecoran pelat lantai dan balok dapat dilihat pada Tabel 5.4 seperti di
bawah ini:
-
7/24/2019 Produktivitas Concrete
58/125
45
Tabel 5.4 Perhitungan Biaya Riil Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai dan Balok
No Nama Satuan Jumlah
Harga Satuan
(Rp)
Total
(Rp)
A TENAGA KERJA
1 Mandor Orang 1 100.000 100.000
2 Kepala Tukang Orang 1 80.000 80.000
3 Tukang Orang - - -
4 Pekerja/ Laden Orang 21 70.000 1.470.000
JUMLAH BIAYA TENAGA KERJA (A) 1.650.000
B BAHAN
1 BetonReady Mix m3
110 700.000 77.000.000